Upload
ahmad-aki-muhaimin
View
61
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pengendalian
Citation preview
Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
BAB VIIARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG
7.1Ketentuan Kriteria Pengaturan Zonasi
Dalam rangka perwujudan rencana tata ruang ke dalam pemanfaatan
ruang diperlukan sebuah instrumen berupa Peraturan Zonasi (Zoning
Regulation). Dalam RTR Kawasan Strategis Provinsi Sudut Kepentingan Sosial
dan Budaya di Ibukota Kabupaten Majene diarahkan beberapa indikasi
Ketentuan peraturan zonasi terhadap pola dan struktur ruang. Indikasi
Ketentuan peraturan zonasi sistem kabupaten digunakan sebagai pedoman bagi
pemerintah daerah dalam menyusun pengaturan zonasi.
Ketentuan peraturan zonasi sistem kabupaten meliputi Ketentuan
pengaturan zonasi untuk struktur ruang dan pola ruang, yang terdiri dari:
a. Sistem perkotaan;
b. Sistem jaringan transportasi;
c. Sistem jaringan energi;
d. Sistem jaringan telekomunikasi;
e. Sistem jaringan sumber daya air;
f. Kawasan lindung kabupaten; dan
g. Kawasan budi daya.
Ketentuan pengaturan zonasi untuk sistem perkotaan kabupaten dan
jaringan infrastruktur ibukota kabupaten disusun dengan memperhatikan:
a. Pemanfaatan ruang di sekitar jaringan infrastruktur kabupaten untuk
mendukung berfungsinya sistem perkotaan kabupaten dan jaringan
infrastruktur ibukota kabupaten;
b. Ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan
terhadap berfungsinya sistem perkotaan kabupaten dan jaringan infrastruktur
ibukota kabupaten; dan
c. Pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar tidak mengganggu fungsi
sistem perkotaan kabupaten dan jaringan infrastruktur ibukota kabupaten.
Hal VII - 1
Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
7.1.1 Pengaturan zonasi untuk sistem perkotaan
Peraturan zonasi untuk Pusat Kegiatan Lokal (PKL) disusun dengan
memperhatikan pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi berskala
kabupaten/kota yang didukung dengan fasilitas dan infrastuktur perkotaan
yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;
Peraturan zonasi untuk Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) disusun dengan
memperhatikan pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi, sosial dan
pelestarian lingkungan berskala kecamatan yang didukung oleh fasilitas dan
prasarana wilayah kecamatan; dan
Peraturan zonasi untuk Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) disusun dengan
memperhatikan pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi, sosial, dan
pelestarian lingkungan yang didukung oleh fasilitas dan prasarana
lingkungan.
7.1.2 Pengaturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Transportasi
a. Pengaturan Zonasi untuk sistem transportasi darat
1. Pengaturan zonasi untuk jaringan jalan nasional dan jalan kabupaten
disusun dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan nasional dan sisi jalan
kabupaten dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi yang
kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi;
b. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di
sepanjang sisi jalan nasional dan jalan kabupaten; dan
c. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jalan nasional dan sisi
jalan kabupaten yang memenuhi ketentuan ruang pengawasan jalan.
2. Pemanfaatan ruang di dalam Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan dan
Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan harus mendapatkan izin
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Pengaturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Transportasi Laut
1. Pengaturan zonasi untuk pelabuhan umum disusun dengan
memperhatikan:
Hal VII - 2
Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
a. pemanfaatan ruang untuk kebutuhan operasional dan pengembangan
kawasan pelabuhan;
b. ketentuan pelarangan kegiatan di ruang udara bebas di atas badan air
yang berdampak pada keberadaan jalur transportasi laut; dan
c. pembatasan pemanfaatan ruang di dalam Daerah Lingkungan Kerja
Pelabuhan dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan harus
mendapatkan izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Pengaturan zonasi untuk alur pelayaran disusun dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang pada badan air di sepanjang alur pelayaran
dibatasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
b. pemanfaatan ruang pada kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di
sekitar badan air di sepanjang alur pelayaran dilakukan dengan tidak
mengganggu aktivitas pelayaran.
7.1.3 Pengaturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Energi
a. Pengaturan zonasi untuk pembangkit tenaga listrik disusun dengan
memperhatikan pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit listrik dan
memperhatikan jarak aman dari kegiatan lain.
b. Pengaturan zonasi untuk jaringan transmisi tenaga listrik disusun dengan
memperhatikan ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bebas di
sepanjang jalur transmisi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
7.1.4 Pengaturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pengaturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi disusun dengan
memperhatikan pemanfaatan ruang untuk penempatan menara pemancar
telekomunikasi dan sistem jaringan terestrial dengan memperhitungkan aspek
keamanan dan keselamatan aktivitas kawasan di sekitarnya.
Hal VII - 3
Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
7.1.5 Pengaturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Sumber Daya Air
1. Pengaturan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air pada wilayah
sungai disusun dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan;
b. pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai lintas kabupaten/kota secara
selaras dengan pemanfaatan ruang pada wilayah sungai di
kabupaten/kota yang berbatasan;
c. Pemanfaatan ruang pada sumber air dengan mempertimbangkan prinsip
kelestarian lingkungan dan keadilan;
d. Jaringan distribusi air dikembangkan dengan memperhatikan tingkat
kebutuhan dan ketersediaan air.
2. Pengaturan zonasi untuk kawasan lindung dan kawasan budi daya disusun
dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan dan penelitian tanpa
mengubah bentang alam;
b. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang membahayakan
keselamatan umum;
c. pembatasan pemanfaatan ruang di sekitar kawasan yang telah ditetapkan
sebagai kawasan rawan bencana alam; dan
d. pembatasan pemanfaatan ruang yang menurunkan kualitas fungsi
lingkungan;
e. pembatasan pemanfaatan ruang yang memiliki nilai ekosistem yang tinggi
dan keanekaragaman hayati spesifik lokal.
7.1.6 Pengaturan Zonasi Untuk Kawasan Lindung
1. Pengaturan zonasi untuk kawasan hutan lindung disusun dengan
memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam;
b. ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas
kawasan hutan dan tutupan vegetasi, dan penurunan keanekaragaman
hayati spesifik lokal; dan
Hal VII - 4
Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
c. pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan
bagi penduduk sekitar kawasan hutan dengan luasan tetap, tidak
mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat.
2. Pengaturan zonasi untuk kawasan lindung setempat disusun dengan
memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam;
dan
b. ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas
kawasan lindung setempat.
3. Pengaturan zonasi untuk sempadan pantai disusun dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;
b. pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk mencegah abrasi
pantai;
c. pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan
rekreasi pantai dan kegiatan penunjang usaha perikanan yang bukan
merupakan bangunan permanen;
d. ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada
huruf c; dan
e. ketentuan pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas,
nilai ekologis, dan estetika kawasan.
4. Pengaturan zonasi untuk sempadan sungai dan kawasan sekitar
danau/waduk disusun dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;
b. ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang
dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;
c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang aktivitas rekreasi;
dan
d. penetapan lebar sempadan danau/waduk sesuai dengan ketentuan
Peraturan Gubernur.
5. Pengaturan zonasi untuk kawasan lindung spiritual disusun dengan
memperhatikan :
a. pemanfaatan ruang untuk aktivitas spritual;
Hal VII - 5
Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
b. ketentuan pelarangan pendirian bangunan dan aktivitas yang dapat
mengganggu kegiatan spiritual;
6. Pengaturan zonasi untuk ruang terbuka hijau kota disusun dengan
memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk aktivitas rekreasi;
b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan penunjang aktivitas
rekreasi dan fasilitas umum lainnya; dan
c. ketentuan pelarangan pendirian bangunan permanen kecuali untuk
kepentingan rekreasi.
7. Pengaturan zonasi untuk kawasan sempadan irigasi disusun dengan
memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;
b. ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang
dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air
irigasi;
c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang aktivitas pengairan;
dan
d. penetapan lebar sempadan irigasi sesuai dengan ketentuan Peraturan
Gubernur/Bupati.
8. Pengaturan zonasi untuk kawasan konservasi laut daerah dan perairan
lainnya disusun dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan wisata alam;
b. pembatasan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam;
c. ketentuan pelarangan pemanfaatan biota yang dilindungi peraturan
perundang-undangan;
d. ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengurangi daya dukung dan
daya tampung lingkungan; dan
e. ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat merubah bentang alam dan
ekosistem.
9. Pengaturan zonasi untuk kawasan pantai berhutan mangrove/bakau disusun
dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan, penelitian, dan wisata
alam;
Hal VII - 6
Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
b. ketentuan pelarangan pemanfaatan hasil hutan mangrove; dan
c. ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengubah, mengurangi luas
dan/atau merusak ekosistem mangrove.
10. Pengaturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
disusun dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata; dan
b. ketentuan pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak sesuai
dengan fungsi kawasan.
11. Pengaturan zonasi untuk kawasan rawan tanah longsor disusun dengan
memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik wilayah dan
tingkat kerawanan;
b. ketersediaan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;
c. pembatasan pendirian bangunan.
12. Pengaturan zonasi untuk kawasan rawan gelombang pasang disusun
dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik wilayah
pesisir dan laut serta tingkat kerawanan;
b. ketersediaan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;
c. Kesesuaian struktur bangunan dengan kondisi fisik wilayah
d. Bangunan yang diizinkan hanya untuk kepentingan pemantauan
ancaman bencana.
13. Pengaturan zonasi untuk kawasan rawan banjir disusun dengan
memperhatikan:
a. penetapan batas luasan genangan banjir;
b. ketersediaan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;
c. Kesesuaian struktur bangunan dengan kondisi fisik wilayah;
d. Pengaturan daerah sempadan sungai, danau dan waduk; dan
e. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman dan
fasilitas umum penting lainnya;
f. Sistem jaringan drainase dan daerah resapan air.
14. Pengaturan zonasi untuk kawasan perlindungan plasma nutfah disusun
dengan memperhatikan:
Hal VII - 7
Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
a. pemanfaatan untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam;
b. pelestarian flora, fauna, dan ekosistem unik kawasan; dan
c. pembatasan pemanfaatan sumber daya alam.
15. Pengaturan zonasi untuk terumbu karang disusun dengan memperhatikan:
a. daya dukung dan pelestarian ekosistem laut;
b. pemanfaatan untuk pariwisata bahari, pendidikan dan penelitian;
c. ketentuan pelarangan kegiatan penangkapan ikan, pengambilan terumbu
karang dan kegiatan lain yang menimbulkan pencemaran dan kerusakan
ekosistem laut.
16. Pengaturan zonasi untuk kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota yang
dilindungi disusun dengan memperhatikan:
a. ketentuan pelarangan penangkapan biota yang dilindungi peraturan
perundang-undangan; dan
b. pembatasan kegiatan pemanfaatan sumber daya untuk mempertahankan
makanan bagi biota yang bermigrasi.
17. Pengaturan zonasi untuk kawasan keunikan proses geologi disusun dengan
memperhatikan pemanfaatannya bagi perlindungan kawasan yang memiliki
ciri langka berupa proses geologi tertentu untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan/atau pariwisata.
18. Pengaturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam geologi disusun
dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan
ancaman bencana;
b. ketersediaan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk; dan
c. pendirian bangunan hanya untuk kepentingan pemantauan ancaman
bencana.
19. Pengaturan zonasi untuk kawasan imbuhan air tanah disusun dengan
memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak
terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air
hujan;
b. penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang
sudah ada; dan
Hal VII - 8
Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
c. penerapan prinsip keseimbangan debit air pada sistem saluran drainase
dan sistem aliran sungai.
20. Pengaturan zonasi untuk kawasan sempadan mata air disusun dengan
memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; dan
b. pelarangan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap
mata air.
7.1.7 Pengaturan Zonasi Untuk Kawasan Budi Daya
1. Pengaturan zonasi untuk kawasan hutan produksi dan hutan rakyat disusun
dengan memperhatikan:
a. pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kelestarian sumber
daya hutan;
b. kemampuan untuk melakukan pemulihan kondisi sumber daya alam;
c. mengutamakan pemanfaatan hasil hutan melalui pembangunan hutan
tanaman;
d. larangan pendirian bangunan kecuali hanya untuk menunjang kegiatan
pemanfaatan hasil hutan; dan
e. pembatasan penggunaan kawasan hutan produksi.
2. Pengaturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan
dan hortikultura disusun dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dengan kepadatan rendah;
b. ketentuan luasan sawah berkelanjutan dan kawasan pertanian non
sawah;
c. perluasan areal kawasan sawah beririgasi;
d. ketentuan luasan lahan kering dan hortikultura dengan
mempertimbangkan jenis komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi
dan keunggulan komparatif; dan
e. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan sawah menjadi lahan budi daya
non pertanian kecuali untuk pembangunan sistem jaringan infrastruktur
utama dan prasarana sumber daya air dengan penerapan sistem
kompensasi.
Hal VII - 9
Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
3. Pengaturan zonasi untuk kawasan peruntukan peternakan disusun dengan
memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk areal peternakan;
b. ketentuan jumlah dan jenis ternak dengan kebutuhan ruang untuk
perkembangbiakan.
c. pengembangan sistem jaringan infrastruktur utama
4. Pengaturan zonasi untuk kawasan peruntukan perkebunan disusun dengan
memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk areal perkebunan;
b. ketentuan jumlah dan jenis komoditas perkebunan yang memiliki nilai
ekonomi tinggi dan keunggulan komparatif;dan
c. pengembangan sistem jaringan infrastruktur utama.
5. Zonasi untuk kawasan peruntukan perikanan disusun dengan
memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk permukiman;
b. pemanfaatan ruang untuk kawasan pemijahan dan/atau kawasan
konservasi
c. pemanfaatan ruang untuk kawasan agroindustri perikanan
d. kelestarian sumber daya perikanan;
e. Ketersediaan infrastruktur perikanan
6. Zonasi untuk kawasan pertambangan disusun dengan memperhatikan:
a. potensi tambang yang tersedia
b. keseimbangan antara risiko dan manfaat
c. karakteristik fisik alam dan fisik buatan, status dan fungsi kawasan
d. alokasi penempatan instalasi dan peralatan kegiatan pertambangan.
e. Kebijakan pemanfaatan ruang yang telah ada
f. Zona operasi produksi terbuka di luar kawasan lindung
7. Zonasi untuk kawasan industri disusun dengan memperhatikan:
a. kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan
sumber daya manusia di wilayah sekitarnya; dan
b. pembatasan pembangunan perumahan baru sekitar kawasan peruntukan
industri.
Hal VII - 10
Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
c. pemanfaatan ruang untuk kawasan penyangga antara kawasan industri
dengan permukiman.
8. Zonasi untuk kawasan pariwisata disusun dengan memperhatikan :
a. pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung
dan daya tampung lingkungan;
b. perlindungan terhadap potensi alam, budaya masyarakat dan situs
peninggalan sejarah;
c. pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan
pariwisata;
9. Zonasi untuk kawasan permukiman disusun dengan memperhatikan :
a. ukuran dan kepadatan bangunan;
b. tema arsitektur bangunan;
c. kelengkapan bangunan dan lingkungan;
d. jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan; dan
e. kesesuaian lahan dan lingkungan.
7.2Ketentuan Umum Perizinan
7.2.1. Daftar semua perijinan di wilayah Ibukota Kabupaten Majene;
Eksisting dan Rencana
Perijinan yang dikenakan pada kegiatan dan pembangunan di Ibukota
Kabupaten Majene terdiri dari:
1. Perijinan kegiatan/lisensi (SIUP, TDP, dll).
2. Perijinan pemanfaatan ruang dan bangunan (Ijin Lokasi, Ijin Peruntukan
Penggunaan Tanah/IPPT, Ijin Penggunaan Bangunan/IPB, Ijin Sewa Tanah
dan Bangunan, Ijin Usaha kepariwisataan).
3. Perijinan konstruksi (Ijin Mendirikan Bangunan/IMB).
4. Perijinan lingkungan (Amdal, yang terdiri dari Analisis Dampak Lingkungan,
Rencana Pemantauan Lingkungan dan Rencana Pengelolaan Lingkungan;
Ijin Gangguan/HO).
5. Perijinan khusus (pengambilan air tanah, Ijin Reklame, Ijin Trayek, Ijin Jalan
Masuk Pekarangan, dll).
Hal VII - 11
Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
7.2.2. Mekanisme perizinan yang terkait dengan pemanfaatan RTRW
Mekanisme perijinan merupakan mekanisme terdepan dalam pengendalian
pemanfaatan ruang. Selain itu, kinerja perijinan pada suatu daerah mempunyai
peran yang penting dalam menarik atau menghambat investasi.
Penyelenggaraan mekanisme perijinan yang efektif akan mempermudah
pengendalian pembangunan dan penertiban pelanggaran rencana tata ruang.
Bila mekanisme perijinan tidak diselenggarakan dengan baik, maka akan
menimbulkan penyimpangan pemanfaatan ruang secara legal. Penyimpangan
semacam ini akan sulit dikendalikan dan ditertibkan. Mekanisme perijinan juga
dapat dimanfaatkan sebagai perangkat insentif untuk mendorong pembangunan
yang sesuai dengan rencana tata ruang, atau perangkat disinsentif untuk
menghambat pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Untuk kegiatan pembangunan baik itu kegiatan pembangunan untuk
pelayanan umum maupun untuk kepentingan pribadi diharuskan melalui
prosedur yang berlaku. Dalam kegiatan pembangunan untuk bangunan komersil
ataupun sosial memerlukan koordinasi perizinan dari instansi-instansi terkait
sesuai dengan kegiatan pembangunannya. Prosedur perizinan tersebut juga
meliputi koordinasi antar instansi yang terkait, yaitu sebagai berikut :
1. Badan Perencanaan Daerah (Bappeda), sebagai instansi yang berwenang
dalam penyusunan rencana kota dan mengevaluasi sejauh mana rencana
pembangunan tersebut dapat dilaksanakan. Bappeda merupakan instansi
yang mengeluarkan fatwa ketentuan lokasi.
2. Badan Pertanahan Nasional (BPN), sebagai instansi yang berwenang dalam
aspek hukum pertanahan seperti hak kepemilikan atas tanah. Selain itu
instansi ini juga memberikan izin dan penetapan lokasi untuk pembangunan
yang dilakukan oleh pihak swasta, pemerintah atau individu.
3. Badan Lingkungan Hidup (BLH), sebagai instansi yang berwenang dalam
menganalisis dampak lingkungan baik itu berupa pemantauan dan
pengelolaan lingkungan.
4. Dinas Pekerjaan Umum sebagai instansi yang berwenang terhadap
perencanaan dan pembangunan serta pemeliharaan sarana dan prasarana
umum serta permukiman, memiliki kewenangan dalam membuat site plan,
dan mengeluarkan izin mendirikan bangunan (IMB).
Hal VII - 12
Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
5. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (PERINDAG), sebagai instansi yang
berwenang dalam mengeluarkan surat izin gangguan (HO).
6. Dinas-sinas terkait, merupakan instansi yang berwenang dalam memberikan
izin-izin sektoral (operasional).
7.2.3. Ketentuan pengambilan keputusan terkait dengan perijinan yang
akan diterbitkan
Perijinan merupakan upaya mengatur kegiatan-kegiatan yang memiliki
peluang melanggar ketentuan perencanaan dan pembangunan, serta
menimbulkan gangguan bagi kepentingan umum.
Ijin pemanfaatan ruang adalah ijin yang berkaitan dengan lokasi, kualitas
ruang, dan tata bangunan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
hukum adat dan kebiasaan yang berlaku.
Prinsip dasar penerapan mekanisme perijinan dalam pemanfaatan ruang
adalah sebagai berikut:
Setiap kegiatan dan pembangunan yang berpeluang menimbulkan
gangguan bagi kepentingan umum, pada dasarnya dilarang kecuali dengan
ijin dari Pemerintah Kabupaten/Kota.
Setiap kegiatan dan pembangunan harus memohon ijin dari pemerintah
setempat yang akan memeriksa kesesuaiannya dengan rencana, serta
standar administrasi legal.
Setiap permohonan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang harus melalui pengkajian mendalam untuk menjamin bahwa
manfaatnya jauh lebih besar dari kerugiannya bagi semua pihak terkait
sebelum dapat diberikan ijin.
Pelaksanaan perijinan tersebut di atas didasarkan atas pertimbangan dan
tujuan sebagai berikut:
Melindungi kepentingan umum (public interest).
Menghindari eksternalitas negatif.
Menjamin pembangunan sesuai dengan rencana, serta standar dan kualitas
minimum yang ditetapkan Pemerintah Daerah.
Setiap pemanfaatan ruang harus mendapat ijin sesuai dengan rencana
tata ruang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perubahan
Hal VII - 13
Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
pemanfaatan lahan harus melalui prosedur khusus yang berbeda dari prosedur
reguler/normal. Dalam masa transisi tahapan rencana, ijin khusus dapat
diberikan apabila dampak kegiatan yang dimohon negatif dan atau kecil.
Jenis perijinan yang harus dimiliki ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Lembaga/dinas yang menerbitkan perijinan harus sesuai dengan pemberian
kerja dan kompetensinya, dan tidak boleh tumpang tindih.
Ketentuan lembaga/dinas pemberi ijin adalah sebagai berikut :
Perijinan kegiatan menjadi kewenangan dinas sektoral yang sesuai dengan
kegiatan yang dimohon.
Perijinan pemanfaatan ruang dan bangunan menjadi kewenangan dinas
yang menangani perencanaan, perancangan, penataan, dan lingkungan
kota.
Perijinan konstruksi menjadi kewenangan dinas yang menangani bangunan.
Perijinan lingkungan menjadi kewenangan dinas/badan yang menangani
lingkungan hidup.
Perijinan kegiatan khusus menjadi kewenangan dinas sektoral yang sesuai
dengan kegiatan yang dimohon.
Kegiatan yang memerlukan kombinasi dari ijin di atas dikoordinasikan oleh
Bupati melalui BKPRD.
Untuk efisiensi perijinan, pemerintah Kabupaten/Kota perlu mengefektifkan
pelayanan perijinan terpadu satu atap.
Mekanisme pengelolaan perizinan pembangunan dimaksudkan agar
setiap pembangunan tersebut sesuai dengan pola penggunaan dan
pemanfaatan lahan yang didukung oleh kemampuan lahan. Oleh karena itu
setiap kegiatan pembangunan boleh dilaksanakan dengan syarat telah
memperoleh perizinan studi kelayakan, fatwa pengKetentuanlokasi, izin dan
penetapan lokasi, hak atas tanah, site plan, dan izin mendirikan bangunan.
a. Studi Kelayakan/ Proposal
Studi kelayakan merupakan proposal yang diajukan oleh pihak pemohon
untuk melakukan pembangunan, dimana isi dalam studi kelayakan tersebut
memuat alasan-alasan kegiatan dan disertai oleh maksud, tujuan dan
sasaran.
Hal VII - 14
Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
b. Fatwa Ketentuan Lokasi
Fatwa Ketentuan lokasi ini merupakan suatu Ketentuan penentuan lokasi
pembangunan yang dikeluarkan oleh pihak BAPPEDA, dimana Ketentuan ini
didasarkan oleh kesesuaian lahan yang akan dibangun dengan melihat
penggunaan dan pemanfaatan lahan di perkotaan. Selain itu Ketentuan
lokasi ini juga dimaksudkan untuk menjaga fungsi-fungsi kegiatan di
perkotaan agar tidak bercampur dengan fungsi-fungsi kegiatan lainnya.
Fatwa Ketentuan lokasi ini juga mengacu kepada peraturan yang sudah ada,
yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Majene yang mengaturnya.
c. Izin dan Penetapan Lokasi
Izin dan penetapan lokasi pembangunan sendiri dikeluarkan oleh pihak BPN
sebagai instansi yang berwenang dalam menetapkan lokasi yang boleh
ataupun yang tidak boleh dibangun.
d. Hak Atas Tanah
Hak atas tanah maksudnya menyangkut kepemilikan tanah yang akan
dikelola ataupun yang akan dilakukan pembangunan. Surat kepemilikan
tanah ini dikeluarkan oleh pihak BPN sebagai instansi yang berwenang
dalam pengurusan hak atas tanah. Untuk peraturan yang menjadi acuan hak
atas tanah ini adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.
e. Site Plan
Site plan merupakan rencana dari tapak mentah atau lahan kosong yang
belum terbangun. Untuk masing-masing tapak atau lahan yang ada pada
umumnya sudah mempunyai peruntukkan tersendiri berdasarkan dominasi
kegiatan yang berlangsung. Site plan ini juga dapat memberikan gambaran
mengenai tapak yang berada disekitarnya, baik itu tapak yang terbangun
ataupun yang belum terbangun.
f. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Izin mendirikan bangunan (IMB) adalah izin untuk membangun sebuah
bangunan pada lahan kosong. IMB ini diperoleh setelah adanya planning
permit bagi rencana pembangunan yang akan dilakukan. Untuk memperoleh
IMB, pihak pemohon harus memiliki proposal mengenai kelayakan dari tanah
Hal VII - 15
Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
yang akan dibangun. Dalam proposal tersebut juga pemohon diharuskan
memberikan data-data sebagai berikut :
1) Data persil :
Lokasi
Pemilik
Ukuran
2) Data kelengkapan fasilitas :
Pembuangan air limbah
Pembuangan air hujan
Pembuangan sampah
3) Rencana koefisien dasar bangunan (KDB)
4) Rencana garis sempadan jalan dan sempadan bangunan
5) Rencana tipe bangunan
6) Desain halaman rumah :
Jarak bangunan untuk pertimbangan bahaya kebakaran, ventilasi,
cahaya matahari, sirkulasi manusia di dalam halaman rumah.
Lokasi bangunan rumah di dalam persil.
Luas halaman muka dan belakang.
7) Denah bangunan :
Ruangan
Ukuran
Tinggi bangunan
Luas
Ventilasi dan penerangan
Penetrasi sinar matahari.
8) Struktur, komponen bangunan dan bahan bangunan :
Komponen bangunan dan bahan
Struktur bangunan yang dapat menahan beban, daya dan gempa,
serta daya tahan struktur bangunan.
Dalam menjaga kualitas lingkungan perumahan/lingkungan kegiatan yang
akan terbentuk, rencana tersebut perlu dikaitkan dengan undang-undang
gangguan (Hinder Ordonantie/HO) yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian
dan Perdagangan (PERINDAG). Disamping itu diperlukan aturan-aturan
Hal VII - 16
Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
pendukung lainnya seperti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung.
7.3Ketentuan Umum Insentif-Disensentif
Arahan pemberian insentif dan disinsentif pada dasarnya
merupakan acuan bagi pemerintah Kabupaten Majene dalam pemberian
insentif dan pengenaan disinsentif.
Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana
struktur ruang, rencana pola ruang, dan indikasi arahan peraturan zonasi
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Kabupaten Majene. Disinsentif
dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi,
atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Majene.
Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
kepada kepada masyarakat termasuk swasta. Pemberian insentif dan
pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi berwenang sesuai dengan
kewenangannya.
Insentif kepada pemerintah daerah diberikan, antara lain, dalam bentuk :
Pemberian kompensasi;
Urun saham;
Pembangunan serta pengadaan infrastruktur; atau
Penghargaan.
Insentif kepada masyarakat diberikan antara lain, dalam bentuk :
Keringanan pajak;
Pemberian kompensasi;
Imbalan;
Sewa ruang;
Urun saham;
Penyediaan infrastruktur;
Kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
Penghargaan.
Hal VII - 17
Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
Disinsentif kepada pemerintah daerah diberikan antara lain, dalam bentuk :
Pembatasan penyediaan infrastruktur;
Pengenaan kompensasi; dan/atau
Penalti
Disinsentif dari Pemda Kabupaten kepada masyarakat dikenakan, antara
lain, dalam bentuk:
pengenaan pajak yang tinggi;
Pembatasan penyediaan infrastruktur;
Pengenaan kompensasi dan/atau
Penalti.
Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan menurut
prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dikoordinasikan oleh Bupati.
7.4Ketentuan Sanksi
Arahan p e n g e n a a n sanksi a d m i n i s t r a s i pada dasarnya
merupakan acuan dalam pengenaan sanksi terhadap :
a. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang
dan pola ruang wilayah Ibukota Kabupaten Majene;
b. Pelanggaran ketentuan arahan peratuan zonasi sistem kabupaten;
c. Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Ibukota Kabupaten Majene;
d. Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Ibukota Kabupaten
Majene;
e. Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan Rencana Tata
Ruang Wilayah Ibukota Kabupaten Majene;
f. Pemanfataan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan
yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik
umum; dan/atau
g. Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur
yang tidak benar.
Hal VII - 18
Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud di atas pada huruf a,
huruf b, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g dikenakan sanksi administratif
berupa :
Peringatan tertulis;
Penghentian sementara kegiatan;
Penghentian sementara pelayanan umum;
Penutupan lokasi;
Pencabutan izin;
Pembatalan izin;
Pembongkaran bangunan;
Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
Denda administratif.
Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud di atas pada huruf c
dikenakan sanksi administratif berupa:
Peringatan tertulis;
Penghentian sementara kegiatan;
Penghentian sementara pelayanan umum;
Penutupan lokasi;
Pembongkaran bangunan;
Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
Denda administratif.
Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif diatur
dalam Perda tersendiri.
Arahan sanksi menurut undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang
penataan ruang, sebagai berikut :
a. Pengaturan Sanksi Administrasi
Peringatan tertulis
Penghentian sementara kegiatan
Penghentian sementara pelayanan umum
Penutupan lokasi
Pencabutan izin
Pembatalan izin
Hal VII - 19
Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
Pembongkaran bangunan
Pemulihan fungsi ruang
Denda administratif
b. Pengaturan Sanksi Pidana Pasal
Penjara
Denda
Pemberhentian secara tidak hormat dari jabatannya
Pencabutan izin usaha
Pencabutan status badan hukum
c. Pengaturan Sanksi Perdata
Tuntutan ganti kerugian secara perdata bagi orang yang dirugikan akibat
tindak pidana
d. Ketentuan Sanksi Dalam Penataan Ruang
Ketentuan sanksi dalam penataan ruang meliputi; unsur tindak pidana
dan pengenaan sanksi pidana. Ketentuan sanksi pidana dalam penataan ruang
dapat dilaihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel. 7.1. Ketentuan Sanksi Dalam Penataan RuangNo Pasal Unsur Tindak Pidana Sanksi Pidana1 2 3 4A PASAL 69
1 69 Ayat (1)
Tidak Mentaati Rencana Tata Ruang
Penjara Paling Lama 3 Tahun dan Denda Paling Banyak Rp. 500 Juta
Mengakibatkan Perubahan Fungsi Ruang
2 69 Ayat (2)
Tidak Mentaati Rencana Tata Ruang
Penjara Paling Lama 8 Tahun dan denda Paling Banyak Rp. 1,5 Miliar
Mengakibatkan Perubahan Fungsi RuangMengakibatkan Kerugian Terhadap Harta Benda atau Rusaknya Barang
3 69 Ayat (3) Tidak Mentaati Rencana Tata Ruang
Penjara Paling Lama 15 Tahun dan denda Paling
Hal VII - 20
Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
Banyak Rp. 5 MiliarMengakibatkan Perubahan Fungsi RuangMengakibatkan Kematian Orang
B PASAL 70
1 70 Ayat (1)
Memanfaatkan Ruang Tidak Sesuai Dengan Izin Pemanfaatan Ruang Dari Pejabat Yang Berwenang
Pidana Penjara Paling Lama 3 tahun dan Denda Paling Banyak Rp. 500 Juta
2 70 Ayat (2)
Memanfaatkan Ruang Tidak Sesuai Dengan Izin Pemanfaatan Ruang Dari Pejabat Yang Berwenang
Pidana Penjara Paling Lama 5 tahun dan Denda Paling Banyak Rp. 1 MiliarMengakibatkan Perubahan
Fungsi Ruang
3 70 Ayat (3)
Memanfaatkan Ruang Tidak Sesuai Dengan Izin Pemanfaatan Ruang Dari Pejabat Yang Berwenang
Pidana Penjara Paling Lama 5 tahun dan Denda Paling Banyak Rp. 1,5 Miliar
Mengakibatkan Kerugian Terhadap Harta Benda atau Kerusakan Barang
4 70 Ayat (4)
Memanfaatkan Ruang Tidak Sesuai Dengan Izin Pemanfaatan Ruang Dari Pejabat Yang Berwenang
Pidana Penjara Paling Lama 15 tahun dan Denda Paling Banyak Rp. 5 Miliar
Mengakibatkan Kematian Orang
5 71Tidak Mematuhi Ketentuan Yang Ditetapkan Dalam Persyaratan Izin Pemanfaatan Ruang
Pidana Penjara Paling Lama 3 tahun dan Denda Paling Banyak Rp. 500 Juta
6 72
Tidak Memberikan Akses Terhadap Kawasan Yang Oleh Peraturan Perundang-Undangan Dinyatakan Sebagai Milik Umum
Pidana Penjara Paling Lama 1 tahun dan Denda Paling Banyak Rp. 100 Juta
7 73 Pejabat Pemerintah Penerbit Izin Pidana Penjara Paling Lama 5 tahun dan Denda Paling Banyak Rp. 500 Juta
Menerbitkan Izin Tidak Sesuai Dengan Rencana Tata Ruang
Dapat Dikenai Pidana Tambahan Berupa Pemberhentian Tidak
Hal VII - 21
Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
Hormat Dari JabatannyaSumber : Undang-Undang Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007
e. Tindak Pidana Yang Dilakukan Oleh Korporasi
Untuk tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi, selain pidana penjara
dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan berupa
pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali lipat dari pidana denda
yang ditentukan dalam ketentuan sanksi pidana pada Pasal 69, Pasal 70,
Pasal 71 dan Pasal 72
Selain pidana denda, korporasi dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa
pencabutan izin usaha atau pencabutan status badan hukum
f. Tuntutan Ganti Rugi Kerugian Secara Perdata
Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana, dapat
menuntut ganti rugi kerugian secara perdata kepada pelaku tindak
pidana.
Hal VII - 22