31
Bab VII Arahan Pengendalian LAPORAN AKHIR RENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYA PADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034 BAB VII ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG 7.1 Ketentuan Kriteria Pengaturan Zonasi Dalam rangka perwujudan rencana tata ruang ke dalam pemanfaatan ruang diperlukan sebuah instrumen berupa Peraturan Zonasi (Zoning Regulation). Dalam RTR Kawasan Strategis Provinsi Sudut Kepentingan Sosial dan Budaya di Ibukota Kabupaten Majene diarahkan beberapa indikasi Ketentuan peraturan zonasi terhadap pola dan struktur ruang. Indikasi Ketentuan peraturan zonasi sistem kabupaten digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam menyusun pengaturan zonasi. Ketentuan peraturan zonasi sistem kabupaten meliputi Ketentuan pengaturan zonasi untuk struktur ruang dan pola ruang, yang terdiri dari: a. Sistem perkotaan; b. Sistem jaringan transportasi; c. Sistem jaringan energi; d. Sistem jaringan telekomunikasi; e. Sistem jaringan sumber daya air; f. Kawasan lindung kabupaten; dan g. Kawasan budi daya. Ketentuan pengaturan zonasi untuk sistem perkotaan kabupaten dan jaringan infrastruktur ibukota kabupaten disusun dengan memperhatikan: Hal VII - 1

BAB 7 Pengendalian

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengendalian

Citation preview

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034

BAB VIIARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN

RUANG

7.1Ketentuan Kriteria Pengaturan Zonasi

Dalam rangka perwujudan rencana tata ruang ke dalam pemanfaatan

ruang diperlukan sebuah instrumen berupa Peraturan Zonasi (Zoning

Regulation). Dalam RTR Kawasan Strategis Provinsi Sudut Kepentingan Sosial

dan Budaya di Ibukota Kabupaten Majene diarahkan beberapa indikasi

Ketentuan peraturan zonasi terhadap pola dan struktur ruang. Indikasi

Ketentuan peraturan zonasi sistem kabupaten digunakan sebagai pedoman bagi

pemerintah daerah dalam menyusun pengaturan zonasi.

Ketentuan peraturan zonasi sistem kabupaten meliputi Ketentuan

pengaturan zonasi untuk struktur ruang dan pola ruang, yang terdiri dari:

a. Sistem perkotaan;

b. Sistem jaringan transportasi;

c. Sistem jaringan energi;

d. Sistem jaringan telekomunikasi;

e. Sistem jaringan sumber daya air;

f. Kawasan lindung kabupaten; dan

g. Kawasan budi daya.

Ketentuan pengaturan zonasi untuk sistem perkotaan kabupaten dan

jaringan infrastruktur ibukota kabupaten disusun dengan memperhatikan:

a. Pemanfaatan ruang di sekitar jaringan infrastruktur kabupaten untuk

mendukung berfungsinya sistem perkotaan kabupaten dan jaringan

infrastruktur ibukota kabupaten;

b. Ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan

terhadap berfungsinya sistem perkotaan kabupaten dan jaringan infrastruktur

ibukota kabupaten; dan

c. Pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar tidak mengganggu fungsi

sistem perkotaan kabupaten dan jaringan infrastruktur ibukota kabupaten.

Hal VII - 1

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034

7.1.1 Pengaturan zonasi untuk sistem perkotaan

Peraturan zonasi untuk Pusat Kegiatan Lokal (PKL) disusun dengan

memperhatikan pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi berskala

kabupaten/kota yang didukung dengan fasilitas dan infrastuktur perkotaan

yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

Peraturan zonasi untuk Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) disusun dengan

memperhatikan pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi, sosial dan

pelestarian lingkungan berskala kecamatan yang didukung oleh fasilitas dan

prasarana wilayah kecamatan; dan

Peraturan zonasi untuk Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) disusun dengan

memperhatikan pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi, sosial, dan

pelestarian lingkungan yang didukung oleh fasilitas dan prasarana

lingkungan.

7.1.2 Pengaturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Transportasi

a. Pengaturan Zonasi untuk sistem transportasi darat

1. Pengaturan zonasi untuk jaringan jalan nasional dan jalan kabupaten

disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan nasional dan sisi jalan

kabupaten dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi yang

kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi;

b. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di

sepanjang sisi jalan nasional dan jalan kabupaten; dan

c. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jalan nasional dan sisi

jalan kabupaten yang memenuhi ketentuan ruang pengawasan jalan.

2. Pemanfaatan ruang di dalam Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan dan

Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan harus mendapatkan izin

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Pengaturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Transportasi Laut

1. Pengaturan zonasi untuk pelabuhan umum disusun dengan

memperhatikan:

Hal VII - 2

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034

a. pemanfaatan ruang untuk kebutuhan operasional dan pengembangan

kawasan pelabuhan;

b. ketentuan pelarangan kegiatan di ruang udara bebas di atas badan air

yang berdampak pada keberadaan jalur transportasi laut; dan

c. pembatasan pemanfaatan ruang di dalam Daerah Lingkungan Kerja

Pelabuhan dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan harus

mendapatkan izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

2. Pengaturan zonasi untuk alur pelayaran disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang pada badan air di sepanjang alur pelayaran

dibatasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

dan

b. pemanfaatan ruang pada kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di

sekitar badan air di sepanjang alur pelayaran dilakukan dengan tidak

mengganggu aktivitas pelayaran.

7.1.3 Pengaturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Energi

a. Pengaturan zonasi untuk pembangkit tenaga listrik disusun dengan

memperhatikan pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit listrik dan

memperhatikan jarak aman dari kegiatan lain.

b. Pengaturan zonasi untuk jaringan transmisi tenaga listrik disusun dengan

memperhatikan ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bebas di

sepanjang jalur transmisi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

7.1.4 Pengaturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pengaturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi disusun dengan

memperhatikan pemanfaatan ruang untuk penempatan menara pemancar

telekomunikasi dan sistem jaringan terestrial dengan memperhitungkan aspek

keamanan dan keselamatan aktivitas kawasan di sekitarnya.

Hal VII - 3

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034

7.1.5 Pengaturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Sumber Daya Air

1. Pengaturan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air pada wilayah

sungai disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap

menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan;

b. pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai lintas kabupaten/kota secara

selaras dengan pemanfaatan ruang pada wilayah sungai di

kabupaten/kota yang berbatasan;

c. Pemanfaatan ruang pada sumber air dengan mempertimbangkan prinsip

kelestarian lingkungan dan keadilan;

d. Jaringan distribusi air dikembangkan dengan memperhatikan tingkat

kebutuhan dan ketersediaan air.

2. Pengaturan zonasi untuk kawasan lindung dan kawasan budi daya disusun

dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan dan penelitian tanpa

mengubah bentang alam;

b. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang membahayakan

keselamatan umum;

c. pembatasan pemanfaatan ruang di sekitar kawasan yang telah ditetapkan

sebagai kawasan rawan bencana alam; dan

d. pembatasan pemanfaatan ruang yang menurunkan kualitas fungsi

lingkungan;

e. pembatasan pemanfaatan ruang yang memiliki nilai ekosistem yang tinggi

dan keanekaragaman hayati spesifik lokal.

7.1.6 Pengaturan Zonasi Untuk Kawasan Lindung

1. Pengaturan zonasi untuk kawasan hutan lindung disusun dengan

memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam;

b. ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas

kawasan hutan dan tutupan vegetasi, dan penurunan keanekaragaman

hayati spesifik lokal; dan

Hal VII - 4

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034

c. pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan

bagi penduduk sekitar kawasan hutan dengan luasan tetap, tidak

mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat.

2. Pengaturan zonasi untuk kawasan lindung setempat disusun dengan

memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam;

dan

b. ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas

kawasan lindung setempat.

3. Pengaturan zonasi untuk sempadan pantai disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;

b. pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk mencegah abrasi

pantai;

c. pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan

rekreasi pantai dan kegiatan penunjang usaha perikanan yang bukan

merupakan bangunan permanen;

d. ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada

huruf c; dan

e. ketentuan pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas,

nilai ekologis, dan estetika kawasan.

4. Pengaturan zonasi untuk sempadan sungai dan kawasan sekitar

danau/waduk disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;

b. ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang

dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;

c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang aktivitas rekreasi;

dan

d. penetapan lebar sempadan danau/waduk sesuai dengan ketentuan

Peraturan Gubernur.

5. Pengaturan zonasi untuk kawasan lindung spiritual disusun dengan

memperhatikan :

a. pemanfaatan ruang untuk aktivitas spritual;

Hal VII - 5

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034

b. ketentuan pelarangan pendirian bangunan dan aktivitas yang dapat

mengganggu kegiatan spiritual;

6. Pengaturan zonasi untuk ruang terbuka hijau kota disusun dengan

memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk aktivitas rekreasi;

b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan penunjang aktivitas

rekreasi dan fasilitas umum lainnya; dan

c. ketentuan pelarangan pendirian bangunan permanen kecuali untuk

kepentingan rekreasi.

7. Pengaturan zonasi untuk kawasan sempadan irigasi disusun dengan

memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;

b. ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang

dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air

irigasi;

c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang aktivitas pengairan;

dan

d. penetapan lebar sempadan irigasi sesuai dengan ketentuan Peraturan

Gubernur/Bupati.

8. Pengaturan zonasi untuk kawasan konservasi laut daerah dan perairan

lainnya disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan wisata alam;

b. pembatasan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam;

c. ketentuan pelarangan pemanfaatan biota yang dilindungi peraturan

perundang-undangan;

d. ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengurangi daya dukung dan

daya tampung lingkungan; dan

e. ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat merubah bentang alam dan

ekosistem.

9. Pengaturan zonasi untuk kawasan pantai berhutan mangrove/bakau disusun

dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan, penelitian, dan wisata

alam;

Hal VII - 6

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034

b. ketentuan pelarangan pemanfaatan hasil hutan mangrove; dan

c. ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengubah, mengurangi luas

dan/atau merusak ekosistem mangrove.

10. Pengaturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata; dan

b. ketentuan pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak sesuai

dengan fungsi kawasan.

11. Pengaturan zonasi untuk kawasan rawan tanah longsor disusun dengan

memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik wilayah dan

tingkat kerawanan;

b. ketersediaan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;

c. pembatasan pendirian bangunan.

12. Pengaturan zonasi untuk kawasan rawan gelombang pasang disusun

dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik wilayah

pesisir dan laut serta tingkat kerawanan;

b. ketersediaan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;

c. Kesesuaian struktur bangunan dengan kondisi fisik wilayah

d. Bangunan yang diizinkan hanya untuk kepentingan pemantauan

ancaman bencana.

13. Pengaturan zonasi untuk kawasan rawan banjir disusun dengan

memperhatikan:

a. penetapan batas luasan genangan banjir;

b. ketersediaan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;

c. Kesesuaian struktur bangunan dengan kondisi fisik wilayah;

d. Pengaturan daerah sempadan sungai, danau dan waduk; dan

e. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman dan

fasilitas umum penting lainnya;

f. Sistem jaringan drainase dan daerah resapan air.

14. Pengaturan zonasi untuk kawasan perlindungan plasma nutfah disusun

dengan memperhatikan:

Hal VII - 7

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034

a. pemanfaatan untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam;

b. pelestarian flora, fauna, dan ekosistem unik kawasan; dan

c. pembatasan pemanfaatan sumber daya alam.

15. Pengaturan zonasi untuk terumbu karang disusun dengan memperhatikan:

a. daya dukung dan pelestarian ekosistem laut;

b. pemanfaatan untuk pariwisata bahari, pendidikan dan penelitian;

c. ketentuan pelarangan kegiatan penangkapan ikan, pengambilan terumbu

karang dan kegiatan lain yang menimbulkan pencemaran dan kerusakan

ekosistem laut.

16. Pengaturan zonasi untuk kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota yang

dilindungi disusun dengan memperhatikan:

a. ketentuan pelarangan penangkapan biota yang dilindungi peraturan

perundang-undangan; dan

b. pembatasan kegiatan pemanfaatan sumber daya untuk mempertahankan

makanan bagi biota yang bermigrasi.

17. Pengaturan zonasi untuk kawasan keunikan proses geologi disusun dengan

memperhatikan pemanfaatannya bagi perlindungan kawasan yang memiliki

ciri langka berupa proses geologi tertentu untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan/atau pariwisata.

18. Pengaturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam geologi disusun

dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan

ancaman bencana;

b. ketersediaan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk; dan

c. pendirian bangunan hanya untuk kepentingan pemantauan ancaman

bencana.

19. Pengaturan zonasi untuk kawasan imbuhan air tanah disusun dengan

memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak

terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air

hujan;

b. penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang

sudah ada; dan

Hal VII - 8

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034

c. penerapan prinsip keseimbangan debit air pada sistem saluran drainase

dan sistem aliran sungai.

20. Pengaturan zonasi untuk kawasan sempadan mata air disusun dengan

memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; dan

b. pelarangan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap

mata air.

7.1.7 Pengaturan Zonasi Untuk Kawasan Budi Daya

1. Pengaturan zonasi untuk kawasan hutan produksi dan hutan rakyat disusun

dengan memperhatikan:

a. pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kelestarian sumber

daya hutan;

b. kemampuan untuk melakukan pemulihan kondisi sumber daya alam;

c. mengutamakan pemanfaatan hasil hutan melalui pembangunan hutan

tanaman;

d. larangan pendirian bangunan kecuali hanya untuk menunjang kegiatan

pemanfaatan hasil hutan; dan

e. pembatasan penggunaan kawasan hutan produksi.

2. Pengaturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan

dan hortikultura disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dengan kepadatan rendah;

b. ketentuan luasan sawah berkelanjutan dan kawasan pertanian non

sawah;

c. perluasan areal kawasan sawah beririgasi;

d. ketentuan luasan lahan kering dan hortikultura dengan

mempertimbangkan jenis komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi

dan keunggulan komparatif; dan

e. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan sawah menjadi lahan budi daya

non pertanian kecuali untuk pembangunan sistem jaringan infrastruktur

utama dan prasarana sumber daya air dengan penerapan sistem

kompensasi.

Hal VII - 9

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034

3. Pengaturan zonasi untuk kawasan peruntukan peternakan disusun dengan

memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk areal peternakan;

b. ketentuan jumlah dan jenis ternak dengan kebutuhan ruang untuk

perkembangbiakan.

c. pengembangan sistem jaringan infrastruktur utama

4. Pengaturan zonasi untuk kawasan peruntukan perkebunan disusun dengan

memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk areal perkebunan;

b. ketentuan jumlah dan jenis komoditas perkebunan yang memiliki nilai

ekonomi tinggi dan keunggulan komparatif;dan

c. pengembangan sistem jaringan infrastruktur utama.

5. Zonasi untuk kawasan peruntukan perikanan disusun dengan

memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk permukiman;

b. pemanfaatan ruang untuk kawasan pemijahan dan/atau kawasan

konservasi

c. pemanfaatan ruang untuk kawasan agroindustri perikanan

d. kelestarian sumber daya perikanan;

e. Ketersediaan infrastruktur perikanan

6. Zonasi untuk kawasan pertambangan disusun dengan memperhatikan:

a. potensi tambang yang tersedia

b. keseimbangan antara risiko dan manfaat

c. karakteristik fisik alam dan fisik buatan, status dan fungsi kawasan

d. alokasi penempatan instalasi dan peralatan kegiatan pertambangan.

e. Kebijakan pemanfaatan ruang yang telah ada

f. Zona operasi produksi terbuka di luar kawasan lindung

7. Zonasi untuk kawasan industri disusun dengan memperhatikan:

a. kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan

sumber daya manusia di wilayah sekitarnya; dan

b. pembatasan pembangunan perumahan baru sekitar kawasan peruntukan

industri.

Hal VII - 10

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034

c. pemanfaatan ruang untuk kawasan penyangga antara kawasan industri

dengan permukiman.

8. Zonasi untuk kawasan pariwisata disusun dengan memperhatikan :

a. pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung

dan daya tampung lingkungan;

b. perlindungan terhadap potensi alam, budaya masyarakat dan situs

peninggalan sejarah;

c. pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan

pariwisata;

9. Zonasi untuk kawasan permukiman disusun dengan memperhatikan :

a. ukuran dan kepadatan bangunan;

b. tema arsitektur bangunan;

c. kelengkapan bangunan dan lingkungan;

d. jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan; dan

e. kesesuaian lahan dan lingkungan.

7.2Ketentuan Umum Perizinan

7.2.1. Daftar semua perijinan di wilayah Ibukota Kabupaten Majene;

Eksisting dan Rencana

Perijinan yang dikenakan pada kegiatan dan pembangunan di Ibukota

Kabupaten Majene terdiri dari:

1. Perijinan kegiatan/lisensi (SIUP, TDP, dll).

2. Perijinan pemanfaatan ruang dan bangunan (Ijin Lokasi, Ijin Peruntukan

Penggunaan Tanah/IPPT, Ijin Penggunaan Bangunan/IPB, Ijin Sewa Tanah

dan Bangunan, Ijin Usaha kepariwisataan).

3. Perijinan konstruksi (Ijin Mendirikan Bangunan/IMB).

4. Perijinan lingkungan (Amdal, yang terdiri dari Analisis Dampak Lingkungan,

Rencana Pemantauan Lingkungan dan Rencana Pengelolaan Lingkungan;

Ijin Gangguan/HO).

5. Perijinan khusus (pengambilan air tanah, Ijin Reklame, Ijin Trayek, Ijin Jalan

Masuk Pekarangan, dll).

Hal VII - 11

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034

7.2.2. Mekanisme perizinan yang terkait dengan pemanfaatan RTRW

Mekanisme perijinan merupakan mekanisme terdepan dalam pengendalian

pemanfaatan ruang. Selain itu, kinerja perijinan pada suatu daerah mempunyai

peran yang penting dalam menarik atau menghambat investasi.

Penyelenggaraan mekanisme perijinan yang efektif akan mempermudah

pengendalian pembangunan dan penertiban pelanggaran rencana tata ruang.

Bila mekanisme perijinan tidak diselenggarakan dengan baik, maka akan

menimbulkan penyimpangan pemanfaatan ruang secara legal. Penyimpangan

semacam ini akan sulit dikendalikan dan ditertibkan. Mekanisme perijinan juga

dapat dimanfaatkan sebagai perangkat insentif untuk mendorong pembangunan

yang sesuai dengan rencana tata ruang, atau perangkat disinsentif untuk

menghambat pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Untuk kegiatan pembangunan baik itu kegiatan pembangunan untuk

pelayanan umum maupun untuk kepentingan pribadi diharuskan melalui

prosedur yang berlaku. Dalam kegiatan pembangunan untuk bangunan komersil

ataupun sosial memerlukan koordinasi perizinan dari instansi-instansi terkait

sesuai dengan kegiatan pembangunannya. Prosedur perizinan tersebut juga

meliputi koordinasi antar instansi yang terkait, yaitu sebagai berikut :

1. Badan Perencanaan Daerah (Bappeda), sebagai instansi yang berwenang

dalam penyusunan rencana kota dan mengevaluasi sejauh mana rencana

pembangunan tersebut dapat dilaksanakan. Bappeda merupakan instansi

yang mengeluarkan fatwa ketentuan lokasi.

2. Badan Pertanahan Nasional (BPN), sebagai instansi yang berwenang dalam

aspek hukum pertanahan seperti hak kepemilikan atas tanah. Selain itu

instansi ini juga memberikan izin dan penetapan lokasi untuk pembangunan

yang dilakukan oleh pihak swasta, pemerintah atau individu.

3. Badan Lingkungan Hidup (BLH), sebagai instansi yang berwenang dalam

menganalisis dampak lingkungan baik itu berupa pemantauan dan

pengelolaan lingkungan.

4. Dinas Pekerjaan Umum sebagai instansi yang berwenang terhadap

perencanaan dan pembangunan serta pemeliharaan sarana dan prasarana

umum serta permukiman, memiliki kewenangan dalam membuat site plan,

dan mengeluarkan izin mendirikan bangunan (IMB).

Hal VII - 12

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034

5. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (PERINDAG), sebagai instansi yang

berwenang dalam mengeluarkan surat izin gangguan (HO).

6. Dinas-sinas terkait, merupakan instansi yang berwenang dalam memberikan

izin-izin sektoral (operasional).

7.2.3. Ketentuan pengambilan keputusan terkait dengan perijinan yang

akan diterbitkan

Perijinan merupakan upaya mengatur kegiatan-kegiatan yang memiliki

peluang melanggar ketentuan perencanaan dan pembangunan, serta

menimbulkan gangguan bagi kepentingan umum.

Ijin pemanfaatan ruang adalah ijin yang berkaitan dengan lokasi, kualitas

ruang, dan tata bangunan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan,

hukum adat dan kebiasaan yang berlaku.

Prinsip dasar penerapan mekanisme perijinan dalam pemanfaatan ruang

adalah sebagai berikut:

Setiap kegiatan dan pembangunan yang berpeluang menimbulkan

gangguan bagi kepentingan umum, pada dasarnya dilarang kecuali dengan

ijin dari Pemerintah Kabupaten/Kota.

Setiap kegiatan dan pembangunan harus memohon ijin dari pemerintah

setempat yang akan memeriksa kesesuaiannya dengan rencana, serta

standar administrasi legal.

Setiap permohonan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata

ruang harus melalui pengkajian mendalam untuk menjamin bahwa

manfaatnya jauh lebih besar dari kerugiannya bagi semua pihak terkait

sebelum dapat diberikan ijin.

Pelaksanaan perijinan tersebut di atas didasarkan atas pertimbangan dan

tujuan sebagai berikut:

Melindungi kepentingan umum (public interest).

Menghindari eksternalitas negatif.

Menjamin pembangunan sesuai dengan rencana, serta standar dan kualitas

minimum yang ditetapkan Pemerintah Daerah.

Setiap pemanfaatan ruang harus mendapat ijin sesuai dengan rencana

tata ruang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perubahan

Hal VII - 13

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034

pemanfaatan lahan harus melalui prosedur khusus yang berbeda dari prosedur

reguler/normal. Dalam masa transisi tahapan rencana, ijin khusus dapat

diberikan apabila dampak kegiatan yang dimohon negatif dan atau kecil.

Jenis perijinan yang harus dimiliki ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Lembaga/dinas yang menerbitkan perijinan harus sesuai dengan pemberian

kerja dan kompetensinya, dan tidak boleh tumpang tindih.

Ketentuan lembaga/dinas pemberi ijin adalah sebagai berikut :

Perijinan kegiatan menjadi kewenangan dinas sektoral yang sesuai dengan

kegiatan yang dimohon.

Perijinan pemanfaatan ruang dan bangunan menjadi kewenangan dinas

yang menangani perencanaan, perancangan, penataan, dan lingkungan

kota.

Perijinan konstruksi menjadi kewenangan dinas yang menangani bangunan.

Perijinan lingkungan menjadi kewenangan dinas/badan yang menangani

lingkungan hidup.

Perijinan kegiatan khusus menjadi kewenangan dinas sektoral yang sesuai

dengan kegiatan yang dimohon.

Kegiatan yang memerlukan kombinasi dari ijin di atas dikoordinasikan oleh

Bupati melalui BKPRD.

Untuk efisiensi perijinan, pemerintah Kabupaten/Kota perlu mengefektifkan

pelayanan perijinan terpadu satu atap.

Mekanisme pengelolaan perizinan pembangunan dimaksudkan agar

setiap pembangunan tersebut sesuai dengan pola penggunaan dan

pemanfaatan lahan yang didukung oleh kemampuan lahan. Oleh karena itu

setiap kegiatan pembangunan boleh dilaksanakan dengan syarat telah

memperoleh perizinan studi kelayakan, fatwa pengKetentuanlokasi, izin dan

penetapan lokasi, hak atas tanah, site plan, dan izin mendirikan bangunan.

a. Studi Kelayakan/ Proposal

Studi kelayakan merupakan proposal yang diajukan oleh pihak pemohon

untuk melakukan pembangunan, dimana isi dalam studi kelayakan tersebut

memuat alasan-alasan kegiatan dan disertai oleh maksud, tujuan dan

sasaran.

Hal VII - 14

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034

b. Fatwa Ketentuan Lokasi

Fatwa Ketentuan lokasi ini merupakan suatu Ketentuan penentuan lokasi

pembangunan yang dikeluarkan oleh pihak BAPPEDA, dimana Ketentuan ini

didasarkan oleh kesesuaian lahan yang akan dibangun dengan melihat

penggunaan dan pemanfaatan lahan di perkotaan. Selain itu Ketentuan

lokasi ini juga dimaksudkan untuk menjaga fungsi-fungsi kegiatan di

perkotaan agar tidak bercampur dengan fungsi-fungsi kegiatan lainnya.

Fatwa Ketentuan lokasi ini juga mengacu kepada peraturan yang sudah ada,

yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Majene yang mengaturnya.

c. Izin dan Penetapan Lokasi

Izin dan penetapan lokasi pembangunan sendiri dikeluarkan oleh pihak BPN

sebagai instansi yang berwenang dalam menetapkan lokasi yang boleh

ataupun yang tidak boleh dibangun.

d. Hak Atas Tanah

Hak atas tanah maksudnya menyangkut kepemilikan tanah yang akan

dikelola ataupun yang akan dilakukan pembangunan. Surat kepemilikan

tanah ini dikeluarkan oleh pihak BPN sebagai instansi yang berwenang

dalam pengurusan hak atas tanah. Untuk peraturan yang menjadi acuan hak

atas tanah ini adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun

1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan Peraturan

Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.

e. Site Plan

Site plan merupakan rencana dari tapak mentah atau lahan kosong yang

belum terbangun. Untuk masing-masing tapak atau lahan yang ada pada

umumnya sudah mempunyai peruntukkan tersendiri berdasarkan dominasi

kegiatan yang berlangsung. Site plan ini juga dapat memberikan gambaran

mengenai tapak yang berada disekitarnya, baik itu tapak yang terbangun

ataupun yang belum terbangun.

f. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Izin mendirikan bangunan (IMB) adalah izin untuk membangun sebuah

bangunan pada lahan kosong. IMB ini diperoleh setelah adanya planning

permit bagi rencana pembangunan yang akan dilakukan. Untuk memperoleh

IMB, pihak pemohon harus memiliki proposal mengenai kelayakan dari tanah

Hal VII - 15

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034

yang akan dibangun. Dalam proposal tersebut juga pemohon diharuskan

memberikan data-data sebagai berikut :

1) Data persil :

Lokasi

Pemilik

Ukuran

2) Data kelengkapan fasilitas :

Pembuangan air limbah

Pembuangan air hujan

Pembuangan sampah

3) Rencana koefisien dasar bangunan (KDB)

4) Rencana garis sempadan jalan dan sempadan bangunan

5) Rencana tipe bangunan

6) Desain halaman rumah :

Jarak bangunan untuk pertimbangan bahaya kebakaran, ventilasi,

cahaya matahari, sirkulasi manusia di dalam halaman rumah.

Lokasi bangunan rumah di dalam persil.

Luas halaman muka dan belakang.

7) Denah bangunan :

Ruangan

Ukuran

Tinggi bangunan

Luas

Ventilasi dan penerangan

Penetrasi sinar matahari.

8) Struktur, komponen bangunan dan bahan bangunan :

Komponen bangunan dan bahan

Struktur bangunan yang dapat menahan beban, daya dan gempa,

serta daya tahan struktur bangunan.

Dalam menjaga kualitas lingkungan perumahan/lingkungan kegiatan yang

akan terbentuk, rencana tersebut perlu dikaitkan dengan undang-undang

gangguan (Hinder Ordonantie/HO) yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian

dan Perdagangan (PERINDAG). Disamping itu diperlukan aturan-aturan

Hal VII - 16

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034

pendukung lainnya seperti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang

Perumahan dan Permukiman dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung.

7.3Ketentuan Umum Insentif-Disensentif

Arahan pemberian insentif dan disinsentif pada dasarnya

merupakan acuan bagi pemerintah Kabupaten Majene dalam pemberian

insentif dan pengenaan disinsentif.

Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana

struktur ruang, rencana pola ruang, dan indikasi arahan peraturan zonasi

yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Kabupaten Majene. Disinsentif

dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi,

atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam Peraturan

Daerah Kabupaten Majene.

Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan

ruang wilayah kabupaten dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

kepada kepada masyarakat termasuk swasta. Pemberian insentif dan

pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi berwenang sesuai dengan

kewenangannya.

Insentif kepada pemerintah daerah diberikan, antara lain, dalam bentuk :

Pemberian kompensasi;

Urun saham;

Pembangunan serta pengadaan infrastruktur; atau

Penghargaan.

Insentif kepada masyarakat diberikan antara lain, dalam bentuk :

Keringanan pajak;

Pemberian kompensasi;

Imbalan;

Sewa ruang;

Urun saham;

Penyediaan infrastruktur;

Kemudahan prosedur perizinan; dan/atau

Penghargaan.

Hal VII - 17

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034

Disinsentif kepada pemerintah daerah diberikan antara lain, dalam bentuk :

Pembatasan penyediaan infrastruktur;

Pengenaan kompensasi; dan/atau

Penalti

Disinsentif dari Pemda Kabupaten kepada masyarakat dikenakan, antara

lain, dalam bentuk:

pengenaan pajak yang tinggi;

Pembatasan penyediaan infrastruktur;

Pengenaan kompensasi dan/atau

Penalti.

Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan menurut

prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dikoordinasikan oleh Bupati.

7.4Ketentuan Sanksi

Arahan p e n g e n a a n sanksi a d m i n i s t r a s i pada dasarnya

merupakan acuan dalam pengenaan sanksi terhadap :

a. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang

dan pola ruang wilayah Ibukota Kabupaten Majene;

b. Pelanggaran ketentuan arahan peratuan zonasi sistem kabupaten;

c. Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan

berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Ibukota Kabupaten Majene;

d. Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang

diterbitkan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Ibukota Kabupaten

Majene;

e. Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin

pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan Rencana Tata

Ruang Wilayah Ibukota Kabupaten Majene;

f. Pemanfataan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan

yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik

umum; dan/atau

g. Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur

yang tidak benar.

Hal VII - 18

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034

Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud di atas pada huruf a,

huruf b, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g dikenakan sanksi administratif

berupa :

Peringatan tertulis;

Penghentian sementara kegiatan;

Penghentian sementara pelayanan umum;

Penutupan lokasi;

Pencabutan izin;

Pembatalan izin;

Pembongkaran bangunan;

Pemulihan fungsi ruang; dan/atau

Denda administratif.

Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud di atas pada huruf c

dikenakan sanksi administratif berupa:

Peringatan tertulis;

Penghentian sementara kegiatan;

Penghentian sementara pelayanan umum;

Penutupan lokasi;

Pembongkaran bangunan;

Pemulihan fungsi ruang; dan/atau

Denda administratif.

Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif diatur

dalam Perda tersendiri.

Arahan sanksi menurut undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang

penataan ruang, sebagai berikut :

a. Pengaturan Sanksi Administrasi

Peringatan tertulis

Penghentian sementara kegiatan

Penghentian sementara pelayanan umum

Penutupan lokasi

Pencabutan izin

Pembatalan izin

Hal VII - 19

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034

Pembongkaran bangunan

Pemulihan fungsi ruang

Denda administratif

b. Pengaturan Sanksi Pidana Pasal

Penjara

Denda

Pemberhentian secara tidak hormat dari jabatannya

Pencabutan izin usaha

Pencabutan status badan hukum

c. Pengaturan Sanksi Perdata

Tuntutan ganti kerugian secara perdata bagi orang yang dirugikan akibat

tindak pidana

d. Ketentuan Sanksi Dalam Penataan Ruang

Ketentuan sanksi dalam penataan ruang meliputi; unsur tindak pidana

dan pengenaan sanksi pidana. Ketentuan sanksi pidana dalam penataan ruang

dapat dilaihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel. 7.1. Ketentuan Sanksi Dalam Penataan RuangNo Pasal Unsur Tindak Pidana Sanksi Pidana1 2 3 4A PASAL 69

1 69 Ayat (1)

Tidak Mentaati Rencana Tata Ruang

Penjara Paling Lama 3 Tahun dan Denda Paling Banyak Rp. 500 Juta

Mengakibatkan Perubahan Fungsi Ruang

2 69 Ayat (2)

Tidak Mentaati Rencana Tata Ruang

Penjara Paling Lama 8 Tahun dan denda Paling Banyak Rp. 1,5 Miliar

Mengakibatkan Perubahan Fungsi RuangMengakibatkan Kerugian Terhadap Harta Benda atau Rusaknya Barang

3 69 Ayat (3) Tidak Mentaati Rencana Tata Ruang

Penjara Paling Lama 15 Tahun dan denda Paling

Hal VII - 20

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034

Banyak Rp. 5 MiliarMengakibatkan Perubahan Fungsi RuangMengakibatkan Kematian Orang

B PASAL 70

1 70 Ayat (1)

Memanfaatkan Ruang Tidak Sesuai Dengan Izin Pemanfaatan Ruang Dari Pejabat Yang Berwenang

Pidana Penjara Paling Lama 3 tahun dan Denda Paling Banyak Rp. 500 Juta

2 70 Ayat (2)

Memanfaatkan Ruang Tidak Sesuai Dengan Izin Pemanfaatan Ruang Dari Pejabat Yang Berwenang

Pidana Penjara Paling Lama 5 tahun dan Denda Paling Banyak Rp. 1 MiliarMengakibatkan Perubahan

Fungsi Ruang

3 70 Ayat (3)

Memanfaatkan Ruang Tidak Sesuai Dengan Izin Pemanfaatan Ruang Dari Pejabat Yang Berwenang

Pidana Penjara Paling Lama 5 tahun dan Denda Paling Banyak Rp. 1,5 Miliar

Mengakibatkan Kerugian Terhadap Harta Benda atau Kerusakan Barang

4 70 Ayat (4)

Memanfaatkan Ruang Tidak Sesuai Dengan Izin Pemanfaatan Ruang Dari Pejabat Yang Berwenang

Pidana Penjara Paling Lama 15 tahun dan Denda Paling Banyak Rp. 5 Miliar

Mengakibatkan Kematian Orang

5 71Tidak Mematuhi Ketentuan Yang Ditetapkan Dalam Persyaratan Izin Pemanfaatan Ruang

Pidana Penjara Paling Lama 3 tahun dan Denda Paling Banyak Rp. 500 Juta

6 72

Tidak Memberikan Akses Terhadap Kawasan Yang Oleh Peraturan Perundang-Undangan Dinyatakan Sebagai Milik Umum

Pidana Penjara Paling Lama 1 tahun dan Denda Paling Banyak Rp. 100 Juta

7 73 Pejabat Pemerintah Penerbit Izin Pidana Penjara Paling Lama 5 tahun dan Denda Paling Banyak Rp. 500 Juta

Menerbitkan Izin Tidak Sesuai Dengan Rencana Tata Ruang

Dapat Dikenai Pidana Tambahan Berupa Pemberhentian Tidak

Hal VII - 21

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034

Hormat Dari JabatannyaSumber : Undang-Undang Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007

e. Tindak Pidana Yang Dilakukan Oleh Korporasi

Untuk tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi, selain pidana penjara

dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan berupa

pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali lipat dari pidana denda

yang ditentukan dalam ketentuan sanksi pidana pada Pasal 69, Pasal 70,

Pasal 71 dan Pasal 72

Selain pidana denda, korporasi dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa

pencabutan izin usaha atau pencabutan status badan hukum

f. Tuntutan Ganti Rugi Kerugian Secara Perdata

Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana, dapat

menuntut ganti rugi kerugian secara perdata kepada pelaku tindak

pidana.

Hal VII - 22