BAB 8 Gangguan Medula Spinalis

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

BAB 8. GANGGUAN MEDULA SPINALISBASJIRUDDIN A

8.1. PENDAHULUANGangguan medula spinalis merupakan masalah yang rumit dalam penatalaksanaannya, karena suatu lesi yang kecil dapat mengakibatkan disabilitas dan kelumpuhan yang berat. Lesi kecil dapat mengakibatkan kuadriplegia, paraplegia, dan defisit sensoris yang jauh dari topik kerusakan. Lesi akan mengenai semua tempat, karena medula spinalis mengandung seluruh input sensorik dan output motorik.Oleh sebab itu, beberapa kondisi penyakit dapat menjadi masalah kedaruratan dalam bidang neurologiPenyakit medula spinalis diakibatkan oleh terdapatnya berbagai proses patologik, baik yang timbul secara tunggal maupun multipel. Beberapa proses patologik pada medula spinalis masih menjadi kontributor penting terhadap tingkat mortalitas dan morbiditas dalam dunia kesehatan. Penatalaksanaan kelainan medula spinalis dapat merupakan keadaan kritis yang perlu perawatan neurointensif atau intervensi bedah. Kelainan tersebut dapat berupa cedera , infeksi, dan tumor medula spinalis.

8.2. EPIDEMIOLOGIDi Amerika Serikat, insiden cedera medula spinalis terjadi pada 50 kasus per sejuta populasi, atau 10 ribu hingga 14 ribu penderita tiap tahunnya. Lebih sering pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan wanita 2,5-3:1, usia terbanyak pada penderita laki-laki adalah 18-25 tahun.. Sedangkan tumor intraspinal sekitar 15% dari 8784 kasus tumor primer susunan saraf pusat. Angka morbiditas infeksi medula spinalis sekitar 80-100 kasus, dengan tingkat mortalitas selama dua tahun terakhir 8-12%. Pada tahun 2003 kasus infeksi pada anak-anak, dari 38 kasus, tercatat 20% meninggal, 60% mengalami defisit neurologik residual, dan hanya 20% kasus yang sembuh tanpa sekuele neurologis.

8.3. ANATOMI MEDULA SPINALISMedula spinalis merupakan bagian dari sistem saraf pusat yang dikelilingi dan dilindungi oleh kolumna vertebralis. Medula spinalis terletak di dalam kanalis vertebralis yang fleksibel, yang dibentuk oleh 7 vertebrae servikal, 12 vertebrae torakal, 5 vertebrae lumbal, dan 5 vertebrae sakral. Pada sisi kolumna terdapat celah yang disebut foramen intervertebralis. Medula spinalis sendiri berawal dari foramen magnum dan berakhir di vertebrae lumbal 1 dan 2.Medula spinalis terdiri dari 31 segmen : 8 segmen servikal, 12 torakal, 5 lumbal, 5 sakral, dan 1 koksigeal. Saraf-saraf spinal terdiri dari berkas saraf sensorik dan motorik, yang memasuki dan keluar dari medula spinalis setinggi vertebrae masing-masing. Saraf-saraf spinal dinamai dan diberi nomor sesuai dengan tempat keluar dari kanalis vertebralis. Saraf spinalis C1-C7 keluar diatas vertebraenya, C8 keluar diantara vertebrae servikal 7 dan torakal 1. Saraf- saraf lainnya keluar di bawah vertebrae masing-masing.Susunan medula spinalis dari luar ke dalam adalah dinding kanalis vertebralis (terdiri atas vertebrae dan ligamen), lapisan jaringan lemak (ekstradural) yang mengandung anyaman pembuluh darah vena, duramater, arachnoid, ruangan subarachnoid, yang berisi cairan serebrospinal, piamater, yang kaya dengan pembuluh darah dan langsung melapisi permukaan luar medula spinalis

Gambar 2. Penampang Medula Spinalis

Pada permukaan medula spinalis dapat dijumpai sejumlah cekungan-cekungan memanjang sebagai berikut:1. Fissura mediana ventralis, merupakan cekungan yang dalam mencapai daerah komisura grisea pada permukaan ventromedial medula spinalis2. Sulkus medianus dorsalis, merupakan cekungan yang dangkal pada permukaan dorsomedial medula spinalis. Dari dasar cekungan ini terbentang septum medianum dorsal ke arah permukaan dorsal komisura grisea3. Sulkus dorsolateralis, merupakan cekungan pada permukaan dorsolateral medula spinalis, tempat masuknya serat-serat radiks dorsal saraf spinalis4. Sulkus intermedius dorsalis, hanya terdapat pada segmen servikal bagian kranial, terletak di antara sulkus medianus dorsalis dan sulkus dorsolateralis. Dari sulkus ini keluar septum yang memisahkan fasciculus gracilis dan fasciculus cuneatus di daerah servikalis5. Sulkus ventrolateralis, berupa cekungan yang tidak begitu jelas, tempat keluarnya radiks ventral saraf spinalis. Radiks ini tidak keluar pada permukaan ventrolateral medula spinalis seperti radiks dorsalis Pada potongan melintang medula spinalis, hampir pada setiap segmen mempunyai kemiripan. Pada bagian sentral terdapat substansia grisea yang berwarna abu-abu berbentuk seperti kupu-kupu atau seperti huruf H. substansia grisea mengandung badan sel yang banyak beserta percabangan dendritnya, dimana banyak serat-serat saraf terutama yang tidak bermielin. Selain itu substansia grisea kaya akan pembuluh darah kapiler. Banyaknya kapiler dan sedikitnya serat yang bermielin menyebabkan bagian ini menjadi lebih gelap (abu-abu)..Substansia grisea terbagi atas cornu posterior, daerah intermediat dengan cornu lateral, dan cornu anterior. Potongan melintang substansia grisea terdiri dari sejumlah lamina . Substansia alba mengandung sedikit serat-serat saraf yang bermielin dan tidak bermielin, dengan arah paralel dengan sumbu panjang medula spinalis. Pada substansia alba tidak terdapat badan sel. Terdapatnya serat bermielin berwarna putih menyebabkan substansia alba berwarna putih.Di setiap bagian tengah medula spinalis, substansia alba tersusun atas tiga funikuli (kolumna): funiculus posterior, terletak antara septum medianus posterior dan cornu posterior; funiculus lateral, terletak antara cornu posterior dan cornu anterior; dan funiculus anterior, terletak antara cornu anterior dan fissura mediana anterior. Pada segmen servikal dan torakal atas funikulus posterior terbagi menjadi bagian medial, fasikulus grasilis, dan bagian lateral, fasikulus kuneatus.

Gambar 3. Potongan melintang medula spinalis

8.4. Saraf-Saraf SpinalisHampir seluruh serat akar saraf spinalis keluar dari sulkus posterolateral, dan sisanya keluar dari sulkus anterolateral medula spinalis. Semua berkas ini kemudian berkumpul membentuk radiks spinalis, dan akhirnya menjadi 31 pasang saraf spinalis. Saraf spinalis melewati foramen intervertebralis dan terdistribusi sesuai segmen tubuh yang dipersarafi, kecuali segmen servikal pertama, yang keluar melewati antara os occipital dan vertebrae servikal I. Saraf spinal servikal berjumlah 8 pasang, thorakal 12 pasang, lumbal 5 pasang, sakral 5 pasang, dan koksigis 1 pasang.3 Tujuh pasang pertama saraf spinalis servikal dinamai berdasarkan tulang dibawah tempat keluar saraf tersebut, sedangkan saraf spinalis servikal 8 keluar melewati foramen intervertebralis antara os servikal 7 dan thorakal 1. Masing-masing saraf spinalis lainnya dinamai sesuai dengan vertebrae diatas tempat keluar saraf. Karena saraf spinalis lebih pendek daripada kolumna vertebralis, beberapa tingkatan daerah yang dipersarafi pada permukaan (dermatom) biasanya akan berbeda dengan tingkat keluar saraf spinalis dari kolumna vertebralis. Sebagai contoh, radiks saraf servikal I keluar dari medula spinalis pada tingkat vertebrae servikal pertama; radiks saraf thorakal I keluar pada tingkat vertebrae servikal VII; radiks saraf lumbal keluar pada tingkat vertebrae thorakal XII; dan seluruh radiks saraf sakral keluar dari tingkat vertebrae lumbal I. Masing-masing saraf spinalis memiliki radiks dorsal dan ventral. Radiks dorsal terdiri atas serat-serat aferen atau sensorik yang dibentuk dari ganglion spinalis yang terletak di dalam foramen intervertebralis. Ganglion spinalis ini terdiri dari badan sel dari neuron-neuron sensorik. Radiks ventral terdiri dari serat-serat eferen atau motorik, dimana badan selnya terdapat di dalam substansia grisea medula spinalis.

8.5. Sirkulasi Medulla SpinalisARTERIa. Arteri Spinalis Anterior Arteri ini dibentuk dari penggabungan sepasang cabang dari arteri vertebralis . Arteri ini berjalan turun sepanjang permukaan ventral medula spinalis servikal dan sedikit menyempit dekat T4.b. Arteri Spinalis Medialis Anterior Arteri ini merupakan kelanjutan dari arteri spinalis anterior di bawah T4c. Arteri Spinalis Posterolateralis Arteri ini berasal dari arteri vertebralis dan berjalan turun ke segmen servikal bawah dan torakal atas.d. Arteri Radikularis Beberapa (tetapi tidak semua) arteri interkostalis dari aorta memberikan cabang segmental (radikular) ke medula spinalis dari T1 sampai L1; cabang yang terbesar, arteri radikularis ventralis magna atau arteri Adamkiewicz, memasuki medula spinalis di antara segmen T8 dan L4. Arteri ini biasanya timbul di sisi kiri, dan pada kebanyakan orang, memberikan sebagian besar suplai darah arteri untuk setengah dari bagian bawah medula spinalis. Walaupun oklusi pada arteri ini terjadi, oklusi ini menyebabkan defisit neurologi yang besar (misalnya, paraplegia, hilangnya rasa pada tungkai, inkontinensia urin). e Arteri Spinalis Posterior Sepasang arteri ini jauh lebih kecil daripada arteri spinalis anterior besar yang tunggal; arteri ini bercabang-cabang pada berbagai tingkat untuk membentuk pleksus arterialis posterolateralis. Arteri spinalis posterior menyuplai kolumna putih dorsalis dan bagian posterior dari kolumna kelabu dorsalis.f Arteri Sulkalis Pada setiap segmen, cabang-cabang dari arteri radikular yang memasuki foramen intervertebralis menyertai akar saraf dorsalis dan ventralis. Cabang-cabang ini menyatu langsung dengan arteri spinalis anterior dan posterior untuk membentuk cincin arteri yang tidak beraturan (suatu korona arterialis) dengan hubungan-hubungan vertikal. Arteri sulkalis anterior muncul di berbagai tingkat sepanjang medula spinalis servikal dan torakal di dalam sulkus ventralis; arteri ini menyuplai kolumna ventralis dan lateralis di kedua sisi medula spinalis.

Gambar 4. Potongan melintang dari medula spinalis servikal. Bagan memperlihatkan arteri spinalis anterior dan posterior dengan cabang-cabang dan daerah alirannya. Terdapat sejumlah besar variasi dalam suplai vaskular

Arteri spinalis anterior berjalan sepanjang medula spinalis dan terdapat di sulkus ventralis anterior medula spinalis. Ujung cranial arteri spinalis anterior naik dari bagian keempat dari arteri vertebrae dan turun diatas permukaan ventral medula menuju garis tengah untuk bergabung dengan arteri spinalis anterior dari sisi berlawanan. Kedua pembuluh ini biasanya berukuran kecil tapi memiliki kapasitas untuk hipertrofi dan merupakan sumber potensial kolateral ke medula dan medula spinalis. Arteri spinalis anterior dibantu oleh 3 anastomase arteri anterior pada daerah servikal. Pembuluh-pembuluh ini berasal dari arteri vertebrae, arteri servikalis profunda, dan arteri costoservikal atau arteri servikal pada asenden dan biasanya bergabung dengan arteri spinalis anterior pada pada tingkat C3, C6, dan C8. Pembuluh ini mendapat darah dari aorta melalui arteri intercostal atau lumbal. Dalam perjalanannya melewati cauda ekuina, arteri anterior bergabung dengan cabang dari arteri lumbal, illiolumbal, arteri sakral medial, dan lateral.Arteri spinalis anterior bukan merupakan pembuluh darah yang berkelanjutan. Bahkan bisa dikatakan arteri ini sebagai sistem anastomase serial yang didarahi oleh arteri-arteri anastomase seperti juga arteri Adamkiewicz.

VENA Pleksus venosus eksternus yang tidak beraturan terletak di dalam ruang epidural dan berhubungan dengan vena-vena segmental, vena vertebralis dari kolumna vertebralis, pleksus basilaris di kepala, dan melalui vena pedikularis, pleksus venosus internus yang lebih kecil yang terletak di dalam ruang subaraknoid. Seluruh drainase darah vena berakhir ke dalam vena kava.

Drainase vena medula spinalisDrainase intrinsik medula spinalis terjadi melalui sistem vena sentral dan sekelompok vena radial.Vena sentralis medula spinalis menuju ke fissura median anterior dan memasuki vena spinal median anterior. Vena radial melewati permukaan medula spinalis dimana terbentuk plexus. Plexus ini drainasenya adalah ke vena spinalis median anterior.Sepertiga posterior medula spinalis didrainase oleh satu serial vena radial ke plexus posterior. Darah dari vena spinalis medial anterior dan dari vena plexus posterior memasuki sekelompok vena anastomose, yang menembus dura dan memasuki plexus vertebralis internal dan external. Sistem ini meluas sepanjang canalis spinalis dan beranastomase dengan vena cava, sistem azigos dan hemiazigos. Pengaturan seperti ini memungkinkan darah dialirkan ke plexus pelvic vena dan masuk ke sinus dural dan vena serebral melalui foramen magnum.

8.6. FISIOLOGI MEDULA SPINALIS

8.6.1. FISIOLOGI MOTORIKMedula spinalis tidak hanya merupakan penyalur untuk sinyal sensorik ke otak atau untuk sinyal motorik dari otak kembali ke perifer. Kenyataannya, tanpa lingkaran neuronal khusus pada medula, bahkan sistem pengatur motorik yang paling kompleks sekalipun dalam otak tidak dapat menghasilkan gerakan otot dengan tujuan-tujuan tertentu. Sebagai contoh, tidak ada lingkaran neuronal di mana pun dalam otak yang menghasilkan gerakan spesifik kaki ke depan dan ke belakang yang diperlukan pada waktu berjalan. Malah lingkaran untuk pergerakan ini ada di dalam medula, dan otak secara sederhana mengirimkan sinyal perintah untuk merangkai proses gerakan berjalanSetiap segmen medula spinalis antara satu saraf spinal dan saraf berikutnya mempunyai beberapa juta neuron dalam substansia griseanya. Neuron-neuron ini terdapat dalam dua tipe, yakni neuron motorik anterior dan interneuron.

8.6.2. Fisiologi SensorikPerasaan tubuh dapat dibagi dalam tiga golongan; perasaan kulit atau perasaan permukaan, perasaan sendi otot dan tendon termasuk perasaan dalam, perasaan visera dan perasaan alat-alat dalam. Perasaan kulit misalnya; perasaan nyeri, raba dan suhu.Perasaan sendi, otot, tendon, perasaan dalam, menyebabkan kita dapat mengetahui bahwa bagian tubuh sedang bergerak, arah bergeraknya dan sikapnya.

8.6.3. Fisiologi OtonomSaraf otonom ialah saraf yang menginervasi alat-alat dalam tubuh seperti kelenjar-kelenjar, pembuluh darah, paru-paru, lambung, usus, ginjal dan lain-lain. Alat-alat ini mendapat dua jenis persarafan otonom yang fungsinya bertentangan. Bila yang satu merangsang, yang lainnya menghambat, dan sebaliknya. Kedua jenis susunan saraf otonom ini, yang satu berupa susunan saraf simpatis (ortosimpatis ) dan yang lainnya disebut parasimpatisPusat bagian perifer susunan saraf simpatis terletak di kornu lateralis medula spinalis mulai dari segmen servikal VIII hingga lumbal I. Pusat perifer susunan saraf parasimpatis sebagian terletak di dalam kornu lateralis medula spinalis segmen sakral II hingga IV.

8.7. Lesi Medulla SpinalisMedula spinalis dari bawah medula oblongata sampai LI-II, ujungnya conus medularis, dilanjutkan cauda equina.Dibungkus selaput duramater, arahnoid, dan piamater. Dari medula spinalis keluar 8 saraf spinal servikal, 12 torakal, 5 lumbal, 5 sakral dan coccige 1 pasang Lesi bisa langsung, atau akibat lesi organ sekitarnya. Secara umum lesi organ neurologi disebabkan oleh infeksi , trauma , tumor, metabolic , dan degeneratifJenis lesi pada medula spinalis berupa hemilesi, transversal, dissesminata, dan diffusa

8.7.1. Hemilesi (sindroma Brown Seguard)Etiologi : (a) trauma tajam, peluru, fragmen (pecahan tlg vertebre), (b) Radang dan (c) tumor Gejala klinis 1. Karena ada jaras yang menyilang dan yang tidak, maka gejala klinis ada yang ipsilateral dan yang kontralateral. Umpama lesi diseparoh medula spinalis thorakal x berupa gejala motorik (lemah) dari pusat ke bawah ipsi lateral, gejala sensorik (anestesi) kontra lateral2. Lumbal punksi tergantung etiologi

8.7.2. Lesi transversalis Etiologi : Infeksi (seperti myelitis, spondilitis), trauma, tumor, dan vaskulerGejala klinis: mengenai semua jaras, 1. Motorik : kelemahan sesuai dermatom 2. Sensorik : dari dermatom lesi yang bersangkutan, ke bawah (berbatas tegas)3. Otonom : neurogenic bladder 4. Lumbal punksi : tergantung etiologiDiagnosis : gejala klinik, rongen foto vertebra, myelografi , CT scan vertebra dan MRI

8.7.3. Lesi DiseminataEtiologi : infeksi , degeneratif, dan tumorGejala klinik : sesuai fokal lesi, menyebar tidak simetris1. Motorik, parese UMN tidak simetris2. Sensorik terganggu tidak simetrisDiagnosis gejala klinis dan lumbal pungsi, rongen foto vertebra, CT Scan vertebra, dan MRI

8.7.4. Lesi Dissfusa Etiologi bisanya virus, toksis Gejala seperti lesi transversa tapi lebih berat

8.8. Infeksi Medula Spinalis

8.8.1. MyelitisMyelitis transversalis akut sering di torakal dan lumbal

Gejala klinis:1. Muncul paraparese/plegi akut tipe UMN, reflex fisiologi reflex patologik positif2. Gangguan sensibilitas sesuai dermatom.3. Otonom: gangguan sekresi keringat, neurogenik bladder

Bisa terjadi fase shock spinal paraplegi (UMN), reflex patologi negatif, reflex fisiologi menghilang dan gangguan sensibilitas berbatas tegas, sekresi keringatDiagnosis : Gejala klinis LP : sel dan protein meninggi

Terapi : istirahat, antibiotik, atasi neurogenik bladder, obat anti edema dan obat suportif serta rehabilitasi

8.9. Trauma Medula SpinalisDisebabkan sentakan tiba-tiba pada leher (whiplash), trauma berat sepanjang tulang punggung, dislokasi, fraktur dll.

Akibat trauma :1. ringan: komosio medule : gejala sementara, bila di cervical tetra parese spastik, membaik tanpa kelainan anatomi, lumbal punksi CSS normal2. berat :kontusio medule : gejalanya sesuai lesi transversal spt kelainan motorik, sensorik. Reflex fisiologis meningkat, reflex patologis positif berdarah. Pada fase akut bisa muncul fase spinal shock

Terapi : bedrest total, nyeri karena spastisitas (baklofen, diazepam) atasi neurogenic bladder, dan rehabilitasi.

8.10. Tumor Medula SpinalisAda 2 tipe tumor:1. Intra meduler (10%) 2. Ekstra meduler (90%): intra dural atau ekstra dural Gejala : Defisit neurologi pelan-pelan,progresif, mulanya tidak simetris sesuai lesi meluas, akhirnya lesi transversal :parese spastis rasa diikat setinggi lesikelainan sensibilitas setinggi lesi kebawahkelainan otonom

Pemeriksaan :gejala klinisLP: CSS xantrokhrom, protein meninggi, sel normal, blok partial atau total (quecken stedt test)Radiologi : x foto, CT Scan, MRITerapi : - konservatif (analgesik,kortiko steroid,simtomatis) - operatif, - radioterapi

8.11. Lesi Konus MedularisLesi setinggi L1 mengenai konus medularis lesi konus kaudaEtiologi : trauma, tumor, infeksiGejala klinis : yang khas : saddle anestesi, paraparese inferior LMN, refleks fisiologis menurun , otonomic bladder, ereksi menurunDiagnosis : pemeriksaan klinis, radiologi, kaudografi, LP : sesuai etiologiTerapi : konservatif, sesuai etiologi, kalau perlu operasi8.12. Spondilitis (tbc)Merupakan penyakit sekunder, pada segala usia sering umur 15-35 th , mengenai kolumna vertebra collaps (terlihat pada x foto) membentuk gibbus (Pott`s disease)Kuman tbc membentuk abses dingin, menjalar kebawahKomplikasi medular:Kolumna vertebrae bisa pecah menimbulkan , squester menggangu dan melukai jaringan sekitarGibbus : kolumna vertebra.menekuk pada lesi meduler

Gejala klinis : Kolumna vertebra yang rusak menyebabkan rasa nyeri gerak, hingga terfiksasi, abses paravertebre dapat menjalar kebawah, membengkak Gejala meduler kronis progresif : Gangguan traktus Piramidalis (tak simetris) Kemudian gangguan sensibilitasPemeriksaan : cari infeksi primer, klinis neurol, LP, x foto, LP, CT scan kol. vertTerapi Sebelum gejala meduler : kurangi mobilsasi kolumna verterbae, medika mentosa anti tbc dan simptomatisBila ada gejala meduler : konsultasi bedah saraf / ortopedi

DAFTAR PUSTAKA1. Hauser SL, Ropper AH. Diseases of the spinal cord. In: Hauser SL, Josephson SA, English JD (eds). Harrisons neurology in clinical medicine. New York: McGraw Hill Companies,2006:349-52.2. Ropper AH, Brown RH. Diseases of the spinal cord. In: Adams and victors principles of neurology. 8th ed. New York: McGraw Hill Companies,2005:1049-54.3. Guyton AC, Hall JE. The nervous system:A. General principles and sensory physiology. In: Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders Company,2006:558-609.4. Sherwood L. The spinal cord. In: Human anatomy and physiology. New York: McGraw Hill Companies, 2001:116-24..5. Drislane FW, Benatar M, Chang BS et al. Disorder of the Spinal Cord. In: Blueprints neurology 2th edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2006:150-2.6. Guyton AC, Hall JE. The nervous system: C.Motor and integrative neurophysiology. Motor functions of the spinal cord; the cord reflexes. In: Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders Company,2006:673-84.7. Aminoff MJ, Greenberg DA, Simon RP. Spinal cord disorders. In: Clinical neurology. 6th ed. New York: Lange Medical Books/McGraw Hill Companies,2005:163-4.8. Crossman AR, Neary D. Neuroanatomy, an illustrated colour text. Philadelphia:Lippincott Williams and Wilkins, 2002: 70-88.9. Kahle W. Nervous system and sensory organs. In: Colour atlas and textbook of human anatomy, Volume 3. New York: McGraw Hill companies, 2002: 42-91.10. Duus P. Topical diagnosis in neurology: anatomy, physiology, signs, symptoms. Jakarta:EGC, 2001: 1-37.

15

11