BAB I (18.06.2015).rtf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    1/68

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A; LATAR BELAKANG

    Akhir-akhir ini patient safety (keselamatan pasien)

    merupakan pokok pembicaraan yang hangat dalam berbagai

    literatur dan acara-acara ilmiah, hal ini dikarenakan

    keselamatan pasien merupakan target utama dari suatu

    pelayanan medis. Patient safety merupakan parameter dari

    kualitas pelayanan medis yang diberikan. Pada

    penatalaksanaan pasien perioperatif, patient safety juga

    merupakan suatu permasalahan penting yang mendapat

    perhatian dari dokter-dokter yang terlibat.

    Dari berbagai cabang ilmu kedokteran, anestesi

    merupakan salah satu ilmu yang berkembang pesat diduniakedokteran. Perkembangan anestesi selaras dengan

    perkembangan dunia bedah, keduanya saling mendukung,

    tanpa bisa meninggalkan satu sama lain.

    Hakikat dari anestesi adalah menjaga keamanan dan

    kenyamanan pasien selama menjalani prosedur medis. leh

    karena itu bukan saja pilihan teknik dan obat anestesi yang

    penting, melainkan juga obser!asi segala hal yangberhubungan dengan anestesi dan antisipasi segala

    kemungkinan yang timbul.

    Pemantauan atau monitoring berasal dari bahasa latin

    yaitu "monere# yang artinya memperingatkan atau memberi

    peringatan. Dalam tindakan anestesi harus dilakukan

    monitoring dimulai dari preoperatif, intraoperatif dan

    posoperatif.$onitoring anestesi mencakup tiga tahap yaitu

    monitoring preoperatif, intraoperatif dan post operatif. %etiga

    &

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    2/68

    tahap ini disebut perioperatif. $onitoring pada pasien yang

    akan menjalani anestesi dan pembedahan baik elektif

    maupun emergency perlu dipersiapkan.

    $onitoring anestesi yang baik akan memberikan hasil

    yang baik pula. $orbiditas dan mortalitas dalam tindakan

    anestesi sebagian besar disebabkan oleh kelalaian atau

    kurang cermat 'aktu melakukan pemantauan. indakan

    pemantauan sangat !ital dalam menjaga keselamatan pasien,

    dan hal ini harus dilakukan dengan baik.

    elama tindakan anestesi, semua sistem tubuh perlu

    dipantau. *erbagai kejadian yang tidak diinginkan dapat

    terjadi selama tindakan anestesi, baik dikarenakan obat dan

    teknik anestesi maupun karena prosedur pembedahanya.

    %omplikasi ini dapat mengenai organ atau sistem manapun

    seperti sistem syaraf, kardio!askular, pernafasan,

    gastrointestinal dan hepatorenal yang dapat diketahui dati

    perubahab tanda-tanda !ital.

    $engingat pentingnya proses monitoring pada

    perioperatif, maka kami merasa perlu untuk menyajikan

    makalah yang berjudul "$onitoring Perioperatif#

    B; TUJUAN

    1; Tujuan Umum :

    $emberikan gambaran tentang monitoring anestesi

    perioperatif.

    2; Tujuan khusus

    a; $engetahui gambaran persiapan pasien preoperatif.

    b; $engetahui gambaran monitoring pasien intraoperatif.

    c; $engetahui gambaran monitoring post operatif.

    C; RUANG LINGKUP

    +

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    3/68

    Dalam makalan ini kami hanya membahas tentang

    "$onitoring Perioperatif#

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    4/68

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    Pemantauan atau monitoring berasal dari bahasa latin

    "monere# yang artinya memperingatkan atau memberi

    peringatan. Dalam tindakan anestesi harus dilakukan monitoring

    terus menerus tentang keadaan pasien yaitu reaksi terhadap

    pemberian obat anestesi khusus terhadap fungsi pernafasan dan

    jantung. Hal ini dapat dilakukan dengan panca indera kita yaitu

    dengan meraba, melihat atau mendengar dan yang lebih penting

    serta obyektif dengan alat.

    $onitoring adalah segala usaha untuk memperhatikan,

    menga'asi dan memeriksa pasien dalam anestesi untuk

    mengetahui keadaan dan reaksi sikologis pasien terhadaptindakan anestesi dan pembedahan. ujuan utama monitoring

    anestesi adalah diagnosa adanya permasalahan, perkiraan

    kemungkinan terjadinya kega'atan, dan e!aluasi hasil suatu

    tindakan, termasuk efekti!itas dan adanya efek tambahan.

    $onitoring selama anestesi dibagi menjadi tahap yaitu

    preopratif, intraoperatif dan post operatif.

    A; MONITORING PRA OPERASI

    ebelum melakukan suatu prosedur anestesi, seorang

    dokter atau pera'at anestesi 'ajib melakukan e!aluasi

    praanestesi. Hal ini disebabkan karena komponen psikologis

    pasien merupakan faktor yang amat penting dalam tindakan

    pembedahan. Ada tiga tujuan utama e!aluasi praanestesi,

    yaitu

    /

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    5/68

    1; Apakah pasien dalam kondisi optimum0

    2; Apakah kondisi pasien memerlukan perbaikan sebelum

    pembedahan0

    3; Apakah terdapat masalah kesehatan atau penggunaan obat-

    obatan yang berpengaruh terhadap proses anestesi dan

    perioperatif0

    Dan berikut adalah beberapa tujuan khusus dari e!aluasi

    praanestesi

    1; $endapat informasi ri'ayat kesehatan dan kesakitan, untuk

    menentukan pemeriksaan penunjang.

    2; $engetahui dan menganalisis jenis operasi.

    3; $emilih jenis1teknik anestesi yang sesuai.

    4; $enyimpulkan faktor risiko untuk perencanaan penanganan

    anestesi.

    5; $endapatkan informed consent.

    6; $emberi edukasi kepada pasien.

    7; 2siensi penanganan perioperatif.

    2!aluasi harus dilakukan dengan ketrampilan dan

    pertimbangan yang benar untuk mendapatkan hasil akhir yang

    memuaskan dari suatu proses anestesi. Hal ini disebabkan

    dengan kunjungan praanestesi yang berkualitas kita dapat

    memperkirakan penyulit yang mungkin terjadi sehingga dapat

    mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan untuk mengatasi

    penyulit.

    1; Evaluasi Pa An!s"!si

    etiap pasien yang akan mengalami anestesi harus

    dilihat dan diperiksa dulu oleh dokter anestesi yang akan

    melakukan pembiusan setidaknya satu hari sebelum dioperasi

    apabila tindakan pembedahan terencana atau pada 'aktu

    dikonsulkan oleh ahli bedah pada pembedahan darurat. Hal-

    3

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    6/68

    hal yang perlu diperhatikan saat melakukan kunjungan

    praanestesi antara lain

    a; Anamn!sis

    Anamnesis dapat diperoleh dengan bertanya

    langsung pada pasien atau melalui keluarga pasien. 4ang

    harus diperhatikan pada anamnesis

    1; 5dentikasi pasien.

    $isalnya nama,umur, alamat, pekerjaan, dll.

    2; 6i'ayat penyakit yang pernah atau sedang diderita yangmungkin dapat menjadi penyulit dalam anestesi, antara

    lain

    a; Penyakit alergi.

    b; Diabetes mellitus

    c; Penyakit paru kronik asma bronchial, pneumonia,

    bronchitis.

    d; Penyakit jantung dan hipertensi (seperti infarkmiokard, angina pectoris, dekompensasi kordis)

    e; Penyakit susunan saraf (seperti stroke, kejang,

    parese, plegi, dll)

    f; Penyakit hati.

    g; Penyakit ginjal.

    h; Penyakit ganguan perdarahan (ri'ayat perdarahan

    memanjang)3; 6i'ayat penggunaan obat.

    6i'ayat obat-obat yang sedang atau telah digunakan

    dan mungkin menimbulkan intereaksi (potensiasi,

    sinergis, antagonis dll) dengan obat-obat anestetik.

    $isalnya, , obat anti hipertensi , obat-obat antidiabetik,

    antibiotik golongan aminoglikosida ,obat penyakit

    jantung (seperti digitalis, diuretika), monoamino

    o7idase inhibitor, bronkodilator.

    8

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    7/68

    %eputusan untuk melanjutkan medikasi selama

    periode sebelum anestesi tergantung dari beratnya

    penyakit dasarnya. *iasanya obat-obatan yang dipakai

    pasien tetap diteruskan tetapi mengalami perubahan

    dosis, diubah menjadi preparat dengan masa kerja lebih

    singkat atau dihentikan untuk sementara 'aktu. Akan

    tetapi, secara umum dikatakan bah'a medikasi dapat

    dilanjutkan sampai 'aktu untuk dilakukan pembedahan.

    4; 6i'ayat alergi.6eaksi alergi kadang-kadang salah diartikan oleh pasien

    dan kurangnya dokumentasi sehingga tidak didapatkan

    keterangan yang memadai. *eratnya berkisar dari

    asimptomatik hingga reaksi anlaktik yang mengancam

    kehidupan, akan tetapi seringkali alergi dilaporkan hanya

    karena intoleransi obat-obatan, . Pada e!aluasi pre

    operatif dicatat seluruh reaksi obat dengan penjelasan

    tentang kemungkinan terjadinya respon alergi yang

    serius., termasuk reaksi terhadap plester, sabun iodine

    dan lateks. 9ika respon alergi terlihat, obat penyebab

    tidak diberikan lagi tanpa tes imunologik atau diberi

    terapi a'al dengan antihistamin, atau kortikosteroid.

    5; 6i'ayat operasi dan anestesi.

    6i'ayat operasi dan anestesi yang pernah dialami

    di'aktu yang lalu , berapa kali dan selang 'aktunya.

    Apakah pasien mengalami komplilkasi saat itu seperti

    kesulitan pulih sadar, pera'atan intensif pasca bedah.

    6; 6i'ayat keluarga.

    6i'ayat anestesi yang merugikan atau membayakan

    pada keluarga yang lain sebaiknya juga die!eluasi.

    :anita pada usia produktif sebaiknya ditanyakan

    tentang kemungkinan mengandung. Pada kasus yang

    meragukan , pemeriksaan kehamilan preoperati!e

    merupakan suatu indikasi.

    ;

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    8/68

    7; 6i'ayat sosial yang mungkin dapat mempengaruhi

    jalannya anestesi seperti

    a; Perokok berat (diatas +< batang perhari) dapat

    mempersulit induksi anestesi karena merangsang

    batuk , sekresi jalan napas yang banyak, memicu

    atelektasis dan pneumenia pasca bedah. 6okok

    sebaiknya dihentikan minimal +/ jam sebelumnya

    untuk menghindari adanya = dalam darah.

    b; Pecandu alcohol umumnya resisten terhadap obat-obat anestesi khususnya golongan barbiturat.

    Peminum alkohol dapat menderita sirosis hepatic.

    c; $eminum obat-obat penenang atau narkotik.

    8; $akan minum terakhir (khusus untuk operasi emergensi)

    b; P!m!iksaan Tin#ka" K!sa$aan

    ingkat kesadaran dinilai dengan >lasgo' =oma cale(>=). Penilaian ini harus dilakukan secara periodik untuk

    menulai apakah keadaan penderita semakin membaik atau

    memburuk.

    >= terendah jumlahnya adalah (koma dalam atau

    mati), sementara yang tertinggi adalah &3 (sadar penuh).

    Dari ketiga komponen >= tersebut motorik merupakan

    komponen yang paling objektif. Dan sebaiknnya penilaian

    untuk satu penderita senantiasa dilakukan oleh orang yang

    sama. ?ntuk penderita dengan hematoma periorbita yang

    besar, penilaian komponen mata harus disesuaikan dengan

    respon motorik. Demikian pula untuk penderita yang

    afasia, atau terintubasi, konponen !erbalnya harus

    disesuaikan dengan respon motorik. Dan untuk itu perlu

    latihan dan pengalaman yang berulang-ulang.

    ebagaimana disebutkan oleh Plum dan Postner,

    tingkat kesadaran tidak akan terganggu jika cedera hanya

    terbatas pada satu hemisper saja, tetapi menjadi progresif

    @

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    9/68

    memburuk jika kedua hemisfer mulai terlibat, atau jika ada

    proses patologis akibat penekanan atau cedera pada

    batang otak.

    abel &.& Penilaian >= berdasarkan reaksi yang

    didapatkan sesuai dengan umur penderita.

    Ma"a D!%asa & ' ( "ahun

    ) $embuka mata spontan $embuka mata spontan* $embuka mata oleh

    perintah

    $embuka mata oleh teriakan

    + $embuka mata oleh nyeri $embuka mata oleh nyeri( idak membuka mata idak membuka mata

    M,",ik D!%asa & ' ( "ahun

    - $engikuti perintah *elum dapat dinilai. $elokalisasi nyeri $elokalisasi nyeri

    ) $enghindari nyeri $enghindari nyeri* leksi Abnormal

    (dekortikasi)

    leksi Abnormal (dekortikasi)

    + 2ktensi abnormal

    (deserebrasi)

    2ktensi abnormal (deserebrasi)

    ( idak ada respon idak ada respon/!0al D!%asa +1. "ahun &1+ "ahun

    . rientasi baik dan mampuber-komunikasi

    $enyebutkankata yang sesuai

    $enagis kuat

    ) Disorientasi tapi mampu

    ber-komunikasi

    $enyebutkan

    kata yang tidak

    sesuai

    $enagis lemah

    * $enyebutkan kata-kata

    yang tidak sesuai

    $enagis dan

    menjerit

    %adang menagis

    1 menjerit lemah

    + $engeluarkan suara $engeluarkan

    suara lemah

    $engeluarkan

    suara lemah

    ( idak ada respon idak ada respon idak ada

    respon

    c; P!m!iksaan 2isik

    Pemeriksaan sik berpatokan pada 8*

    1; *reath

    %eadaan jalan nafas, bentuk pipi dan dagu, mulut dan

    gigi, lidah dan tonsil. $unculkan pertanyaan dalam diri

    kita, Apakah jalan nafas mudah tersumbat0 Apakah

    intubasi akan sulit0 Apakah pasien ompong atau

    B

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    10/68

    menggunakan gigi palsu atau mempunyai rahang yang

    kecil yang akan mempersulit laringoskopi0 Apakah ada

    gangguan membuka mulut atau kekakuan leher0 Apakah

    ada pembengkakan abnormal pada leher yang

    mendorong saluran nafas bagian atas0 entukan pula

    frekuensi nafas, tipe napas apakah cuping hidung,

    abdominal atau torakal, apakah terdapat nafas dengan

    bantuan otot pernapasan (retraksi kosta). Cilai pula

    keberadaan ronki, 'heeing, dan suara nafas tambahan

    (stridor).

    2; *lood

    ekanan nadi, pengisian nadi, tekanan darah, perfusi

    perifer. Cilai syok atau perdarahan, lakukan pemeriksaan

    jantung.

    3; *rain

    >= adakah kelumpuhan saraf atau kelainan neurologist,

    tanda-tanda 5% (ekanan 5ntra %ranial)

    &

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    11/68

    4; *ladder

    Produksi urin, pemeriksaan faal ginjal

    5; *o'el

    Pembesaran hepar, *ising usus dan peristaltik usus,

    cairan bebas dalam perut atau massa abdominal.

    6; *one

    %aku kuduk atau patah tulang, periksa bentuk leher dan

    tubuh, kelainan tulang belakang.

    d; P!m!iksaan La0,a",ium Dan Uji Lain

    1; Pemeriksaan rutin.

    Ditujukan kepada pasien yang dipersiapkan untuk

    operasi kecil dan sedang, hal E hal yang diperiksa adalah

    a; Darah Hb, Ht, eritrosit, leukosit dan hitung jenis

    trombosit, masa perdarahan dan masapembekuan.

    b; ?rin Pemeriksaan kimia'i dan sedimen urin

    2; Pemeriksaan khusus.

    Ditujukan kepada pasien yang dipersiapkan untuk

    operasi besar dan pasien yang menderita penyakit

    sistemik tertentu dengan indikasi tegas. Hal E hal yang

    diperiksa adalah

    a; Pemeriksaan laboratorium lengkap meliputi fungsihati, fungsi ginjal, analisa gas darah, elektrolit,

    hematologi dan faal hemostasis lengkap, sesuai

    dengan indikasi.

    b; Pemeriksaan radiologi foto thora7, 5FP dan yang

    lainya sesuai indikasi.

    c; 2!aluasi kardiologi terutama untuk pasien yang

    berumur diatas 3 tahun.

    d; Pemeriksaan spirometri untuk penderita PP$

    &&

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    12/68

    ?ntuk pemeriksaan khusus yang lebih mendalam

    misalnya ekho kardiogra atau kaketerisasi jantung

    diperlukan konsultasi dengan dokter spesialisnya.

    e; K,nsul"asi $an k,!ksi "!ha$a3 k!lainan 4un#si

    n,#an vi"al

    1; %onsultasi.

    a; %onsultasi dilakukan dengan staf medik terkait,

    apabila dijumpai gangguan fungsi organ baik bersifat

    kronis maupun akut yang dapat mengganggukelancaran anestesi.

    b; %onsultasi bisa dilakukan berencana atau darurat.

    2; %oreksi terhadap gangguan fungsi sitem organ

    prabedah dapat dilakukan apabila dianggap perlu dan

    rencana operasi dapat ditunda menunggu perbaikan

    fungsi organ yang bermasalah

    a; Pada kasus elektif koreksi dapat dilakukan secara

    mandirioleh staf medis yang menangani pasien ataubersama E sama dengan staf medis yang bertindak

    sebagai konsultan di banggal.

    b; ?ntuk kasus darurat koreksi dilakukan bersama E

    sama di ruang resusitasi 56D atau di kamar operasi

    56D.

    f; M!n!n"ukan P,#n,sis

    Pada kesimpulan e!aluasi pre anestesi setiap pasienditentukan kalsikasi status sik menurut American ociety

    of Anestesiologist (AA). Hal ini merupakan ukuran umum

    keadaan pasien. %lasikasi status sik menurut AA adalah

    sebagai berikut

    1; AA & Pasien tidak memiliki kelainan organik

    maupun sistemik selain penyakit yang akan

    dioperasi.

    &+

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    13/68

    2; AA + Pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan

    sampai dengan sedang selain penyakit yang

    akan dioperasi. $isalnya diabetes mellitus

    yang terkontrol atau hipertensi ringan

    3; AA Pasien memiliki kelainan sistemik berat selain

    penyakit yang akan dioperasi, tetapi belum

    mengancam ji'a. $isalnya diabetes mellitus

    yang tak terkontrol, asma bronkial, hipertensi

    tak terkontrol

    4; AA / Pasien memiliki kelainan sistemik berat yang

    mengancam ji'a selain penyakit yang akan

    dioperasi. $isalnya asma bronkial yang berat,

    koma diabetikum

    5; AA 3 Pasien dalam kondisi yang sangat jelek

    dimana tindakan anestesi mungkin saja dapat

    menyelamatkan tapi risiko kematian tetap

    jauh lebih besar. $isalnya operasi pada pasien

    koma berat

    6; AA 8 Pasien yang telah dinyatakan telah mati otaknya

    yang mana organnya akan diangkat untuk

    kemudian diberikan sebagai organ donor bagi

    yang membutuhkan.

    ?ntuk operasi darurat, di belakang angka diberi huruf 2

    (emergency) atau D (darurat), mis operasi apendiks diberi

    kode AA & 2.

    g; P!sia3an P!n5uli" 5an# Akan T!ja$i

    1; Penyakit %ardio!askular

    a; 6esiko serius erapi oksigen dan pemantauan 2%>

    harus diteruskan sampai pasca operasi.

    &

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    14/68

    b; Gat anestesi membuat jantung sensiti!e terhadap

    kerja katekolamin yang dilepaskan. elanjutnya dapat

    terjadi kemunduran hemodinamik dan dapat terjadi

    aritmia, takikardi !entricular sampai brilasi

    !entricular.

    c; Pada pasien dengan gagal jantung perfusi organ

    menjadi buruk.

    d; Pada pasien hipertensi, terapi antihipertensi harus

    diteruskan sepanjang operasi. *ahaya hipertensi

    dengan resiko gangguan kardio!askular setelah

    penghentian obat jauh lebih berat diandingkan

    dengan resiko karena meneruskan terapi.

    2; Penyakit Pernafasan

    a; Penyakit saluran nafas dan paru-paru mempengaruhi

    oksigenasi, eliminasi karbondioksida, dan

    meningkatkan insidens infeksi pascaoperasi.b; *ronkospasme berat yang mengancam ji'a kadang-

    kadang timbul pada pasien asma atau pecandu

    nikotin.

    c; Penundaan operasi elektif pada pasien yang

    menderita infeksi saluran nafas atas karena efek obat

    sedati!e dan atropine, dan penurunan respons

    imunologi yang terjadi karena anestesi umum dapatmeningkatkan resiko infeksi pada pascaoperasi

    3; Diabetes $ellitus

    Hampir semua obat anestesi bersifat meningkatkan

    glukosa darah. Penderita diabetes yang tidak stabil

    seharusnya tidak dianestesi untuk pembedahan elektif,

    kecuali jika kondisi bedah itu sendiri merupakan

    penyebab ketidakstabilan tersebut.

    &/

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    15/68

    4; Penyakit Hati

    $etabolisme obat-obatan anestesi akan tergangguakibat adanya gagal hati. bat-obatan analgesic dan

    sedati!e juga menjadi memiliki masa kerja yang panjang

    karena metabolisme oleh otak juga berubah karena

    penyakit hati.

    Anestesi pada pasien ikterus mempunyai dua resiko

    nyata. Pertama adalah perdarahan akibat kekurangan

    protrombin. 6esiko yang kedua adalah gagal ginjal akibatbilirubin yang berakumulasi pada tubulus renalis

    2; P!sia3an Pa An!s"!si

    Adalah langkah lanjut dari e!aluasi pra anestesi untuk

    mempersiapkan pasien. *aik psikis maupun sk pasien agar

    pasien siap dan optimal untuk menjalani prosedur anestesi dan

    diagnostik atau pembedahan yang akan dilaksankan.

    a; Persiapan di poliklinik dan di rumah untuk pasien ra'at

    jalan.

    1; Persiapan psikis.

    *erikan penjelasan kepada pasien dan atau keluarga

    agar mengerti tentang rencana anestesi dan

    pembedahan yang direncanakan sehingga dengan

    demikian diharapkan pasien dan keluarga bisa tenang.

    2; Persiapan sik

    Diinformasikan agar pasien melakukan

    a; $enghentikan kebiasaan E kebiasaan seperti

    merokok, minuman keras dan obat E obatan tertentu.

    b; $elepas segala macam protesi dan asesoris.

    c; idak menggunakan kosmetik misalnya cat kuku dan

    cat bibir.

    d; Puasa dengan aturan sebagai berikut

    ?sia $akanan padat, =airan jernih tanpa

    &3

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    16/68

    susu formula 1 A5 partikel

    8 bulan / jam + jam8 E 8 bulan 8 jam jam

    I 8 bulan @ jam jam

    e; Diharuskan memba'a salah satu keluarga atau

    teman.

    f; $embuat persetujuan tindakan medik.

    g; $engganti pakaian dari rumah dengan pakian khusus

    kamar operasi.

    b; Persiapan di ruang pera'atan

    1; Persiapan psikis

    a; *erikan penjelasan pada pasien dan atau keluarga.

    b; *erikan obat sedatif pada pasien dengan stres yang

    berlebihan atau pasien yang tidak kooperatif

    misalnya pada pasien pediatrik.

    c; Pemberian obat sedatif bisa dilakukan secara

    ral pada malam hari menjelang tidur dan pada

    pagi hari 8< sd B< menit sebelum ke kamar

    operasi

    6ectal (khusus pasien pediatrik) pada pagi hari

    sebelum ke kamar operasi

    2; Persiapan sik

    a; Hentikan kebiasaan seperti merokok, minuman

    keras dan obat E obatan tertentu.b; idak memakai protesi atau asesoris.

    c; idak menggunakan cat kuku atau cat bibir.

    d; Program puasa untuk pengosongan lambung, dapat

    dilakukan sesuai dengan tabel diatas.

    e; Pasien dimandikan di pagi hari menjelang ke kamar

    operasi, pakaian diganti dengan pakaian khsus

    kamar bedah dan pasien diberikan label identitas.

    3;$embuat surat persetujuan tindakan anestesi.

    &8

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    17/68

    4; Persiapan lain yang bersifat khusus pra anestesi.

    %oreksi terhadap kelainan sistemik seperti

    a; ranfusi.

    b; Dialisis.

    c; isioterapi dll.

    c; Persiapan di ruang persiapan kamar operasi.

    1; Di kamar persiapan dilakukan

    a; 2!aluasi ulang status pasien dan catatan medik serta

    perlengkapan lainya.

    b; %onsultasi ditempat apabila diperlukan.

    c; >anti pakaian dengan pakaian khusus kamar operasi.

    d; $emberi premedikasi.

    e; $emasang infus.

    2; Premedikasi.

    a; ujuan

    1; $emberikan rasa nyaman pada pasien yaitu

    menghilangkan rasa cemas, memberikan

    ketenangan, membuat amnesia, bebas nyeri dan

    mencegah mual1muntah.

    2; $emudahkan dan memperlancar induksi.

    3; $engurangi dosis anestesi.

    4; $enekan reJek E reJek yang tidak diinginkan.

    5; $enekan dan mengurangi sekresi kelenjar.

    b; bat E obat yang sering digunakan untuk

    premedikasi adalah

    J!nis ,0a" D,sis 6$!%asa7

    edatif

    Diaepam 3-&< mg

    Difenhidramin & mg1kgbb

    Promethain & mg1kgbb

    $idailam

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    18/68

    entanyl &-+ mcg1kgbb

    Antikholinergik ulfas Atropin

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    19/68

    c; Alat-alat pantau harus terpasang sejak sebelum induksi

    hingga pulih dari anestesia.

    d; elama prosedur, semua parameter harus die!aluasi

    berulang-ulang.

    e; Data yang diperoleh dari alat pantau harus terekam

    dalam rekam medis anestesia.

    f; tandar ini berlaku untuk semua tindakan anestesia, baik

    berupa $A= (monitored anesthesia care), sedasi,

    anestesia regional ataupun anestesia umum.

    2; P!man"auan Dalam An!s"!sia

    Pada hakikatnya, semua sistem tubuh perlu dipantau

    selama anestesia. *erbagai kejadian yang tidak diinginkan

    dapat terjadi selama anestesia dan pembedahan, baik

    dikarenakan obat dan teknik anestesia maupun karena

    prosedur pembedahannya %omplikasi ini dapat mengenai

    organ atau sistem mana pun.

    a; usunan saraf .

    troke (iskemik maupun hemoragik), kejang, cedera

    atau infeksi.

    b; %ardio!askular.

    Hipotensi atau hipertensi, aritmia hingga henti jantung,

    hipo!olemia. pendarahan dan lain-lain.

    c; Pernafasan.

    5ntubasi esofagus, intubasi endobronkial, aspirasi,Hipoksia dan Hipo!entilasi, pneumotoraks, atelektasis

    paru dan lain-lain.

    d; >astrointestma5.

    Distensi abdomen, pendarahan.

    e; Hepatorenal.

    >angguan koagufasi, gangguan metabolisme, gagal

    ginjal akut

    f; Kain-lain.

    &B

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    20/68

    >angguan asam basa dan elektrolit, hipotermia atau

    Hipertermia.

    Pemantauan dasar paling sedikit harus dapat

    mendeteksi hal-hal yang mengancam nya'a oieh karena

    itu sering dikenai dengan tanda-tanda !ital. istem tubuh

    yang berhubungan erat dengan kega'atan yang

    mengancam nya'a adalah sistem kardio!askular dan

    pernafasan. ecara tradisional, yang dikenal dengan tanda-

    tanda !ital adalah tekanan darah, laju jantung, laju nafas

    dan suhu tubuh. Di dalam anestesia, tingkat saturasi +

    tidak dapat dipisahkan dari tanda-tanda !ital ini. ekarang

    tanda !ital ditambah satu lagi, yaitu tingkatan nyeri yang

    dinyatakan dengan FA L!isual analog score). ?ntuk

    keperluan pemantauan tanda-tanda !ital tersebut, alat

    pantau yang perlu ada untuk setiap prosedur anestesia

    adalah

    a; ksimeter denyut

    b; Pengukur tekanan darah, in!asif atau nonin!asif

    c; 2lektrokardiogra (2%>) kontinyu

    d; tetoskop

    e; %apnograf, jika digunakan laryngeal mask air'ay (K$A)

    dan endotracheal tube (2).

    f; $onitoring gas anestesi, jika digunakan gas anestesi.

    Alat pantau poin a - c merupakan kebutuhan dasar yang

    'ajib ada.

    Pada banyak kasus mungkin diperlukan pemantauan

    lain sesuai jenis anestesia atau kondisi pasiennya.

    a; ermometer

    b; %ateter dan kantong urin

    c; %ateter !ena sentral

    +

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    21/68

    d; timulator saraf perifer (jika digunakan pelumpuh otot)

    e; pirometer untuk mengukur !olum tidal

    f; 2kokardiogra transesofageal (22)

    Diciptakannya berbagai peralatan pemantauan

    bertujuan untuk mempermudah pengguna alat ini

    (terutama dokter) untuk mendeteksi perubahan kondisi

    pasien secara dini. Diakui maupun tidak, tersedianya alat-

    alat pantau modem menjadikan penggunanya cenderung

    bergantung pada hasil yang tertera pada layar. Akibatnya,

    serlngkali hakikat pemantauan itu menjadi sempit karena

    hanya terfokus pada hasil pengukuran oleh alat ini. Dengan

    kata lain, pengguna alat ini seakan-akan "mengobati layar

    pantauM daripada mengobati pasiennya. Padahal jika kita

    kembali kepada denisi pemantauan di a'al tadi, peralatan

    dan data yang diperoleh hanyalah alat yang membantu kita

    mengetahui kondisi pasien.

    a; P!man"auan Ka$i,vaskula

    eringkali di tulisan-tulisan ilmiah pemantauan

    kardio!askular disebutkan sebagai pemantauan

    hemodinamik. Hemodinamika secara harah berarti

    "gerakan darah#, dengan kata lain adalah "sirkulasiM.

    entu, sirkulasi dengan kardio!askular mengandung

    makna yang sama. atu hal yang harus difahami benar,

    fungsi sirkulasi adalah mengantarkan

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    22/68

    hasil pemeriksaan laboratorium, melupakan hakikat

    sebenarnya dari fungsi kardio!askular.

    ungsi utama kardio!askular dipenuhi oleh curah

    jantung (cardiac output, =), yang merupakan sejumlah

    darah yang dipompakan oleh jantung setiap menit.

    ?ntuk mendapatkan = yang cukup, tentu diperlukan

    fungsi pompa jantung yang adekuat, kondisi pembuluh

    darah yang baik dan !olum darah yang cukup.

    6umus +.& *erikut adalah rumus untuk

    menentukan =ardiac utput

    8O 697 S/ ; HR

    = N =ardiac utput

    F N troke Folume (isi sekuncup)

    H6 N Heart 6ata (laju jantung)

    idak mudah mengukur = dan F. ecara

    supersial lebih mudah memhayangkan kecukupan =

    dongan mengalikan H6 dengan tekanan darah. Camun,

    harus diingat sekali lagi, ini bukanlah gambaran = yang

    sesungguhnya.

    1; T!kanan Daahekanan darah yang tinggi tidak selalu

    menggambarkan kecukupan perfusi organ.

    ebaliknya, tekanan darah rendah pun tidak selalu

    menggambarkan kegagalan perfusi organ.

    Pemantauan tekanan darah, meskipun sangat

    penting, tidak dapat digunakan sebagai satu- satunya

    alat pantau perfusi organ. ?ntuk dapat menduga

    ++

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    23/68

    kecukupan perfusi, harus dilakukan konrmasi melalui

    pemeriksaan klinis (suhu akral, isi nadi, pengisian

    kapiler, produksi urin, dsb). Camun demikian

    pemantauan tekanan darah adalah keharusan dalam

    setiap prosedur anestesia karena tanpa ini tanda-

    tanda ketidaknormalan perfusi organ sulit dideteksi

    secara dini.

    ekanan darah dapat diukur secara nonin!asif

    atau secara in!asif. ecara nonin!asif didapatkan

    melalui pengukuran menggunakan

    spigmomanometer. ?ntuk mendapatkan tekanan

    darah secara in!asif diperlukan pengukuran langsung

    pada arteri.

    ekanan darah didapatkan dari aliran darah

    mela'an resistensi dinding pembuluh darah. emakin

    kecil diameter pembuluh darah arteri, semakin besar

    resistensi, semakin tinggi pula tekanan yang

    diperlukan darah untuk dapat melalui lumen. ekanan

    darah maksimal dalam tiap-tiap denyut jantung

    disebut tekanan sistolik, sedangkan tekanan darah

    minimal disebut sebagai tekanan diastolik. ekanan

    sistolik dan diastolik besarnya ber!ariasi dari denyut

    ke denyut. ekanan arteri rata-rata (mean arterial

    pressure, $AP) adalah nilai rata-rata dari tekanan

    darah sistolik dan diastolik dapat dihitung dengan

    rumus sebagai berikut.

    6umus +.& *erikut ini adalah rumus untuk

    menentukan $ean Arterial Pressure

    +

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    24/68

    MAP=Sistol+2(diastol)

    3

    $AP N $ean Arterial Pressure syst

    *P N systolic blood pressure diast

    *P N diastolic blood pressure

    $AP dipercaya merupakan tekanan perfusi

    organ, yaitu tekanan optimal yang diperlukan untuk

    terjaminnya kecukupan pasokan darah dan

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    25/68

    regurgitasi pada katup jantung atau terdapat pirau

    (shunt) pada sirkulasi sistemik seperti PDA (Patent

    atau Persistent Ductus Arteriosus).

    6umus +.+ *erikut ini adalah rumus untuk

    menentukan Pulse Pressure

    T!kanan na$i s5s" BP 1 $ias" BP

    T!kanan na$i *; 6MAP 1 $ias" BP7

    >ambar +.+ ekanan nadi (PP)

    Dari pengetahuan mengenai tekanan nadi ini

    kemudian berkembang prinsip "pulse contour

    analysis#. 5ni adalah sistem pengukuran

    hemodinamika berdasarkan !ariasi pulse (nadi) dari

    denyut ke denyut dari pulse contour yang tertangkapdapat diketahui parameter-parameter lain, di

    antaranya stroke !olume !ariation (FF). Cilai normal

    FF berkisar antara &

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    26/68

    $enurut 9oint Cational =ommitee on

    Pro!anlion, Detactlon, 2!aluation. and reatment of

    High *lood Pressure ke ; (9C=;) tahun +

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    27/68

    Hipertensi prabedah pada kelainan-kelainan di

    atas tidak semuanya perlu diterapi, kecuali hipertensi

    psikologis atau jika didapatkan krisis hipertensi. %risis

    hipertensi ditegakkan bukan dari tingginya D namun

    dari adanya kerusakan organ target yang

    disebabkannya. 4ang sering terjadi antara lain

    ensefalopati hipertensi (ditandai dengan sakit kepala

    hebat, lalu turunnya tingkat kesadaran dan

    funduskopi yang memperlihatkan tanda-tanda edema

    serebri. troke hemoragik dapat pula terjadi). >ejala

    kardio!askular sesuai dengan iskemia (angina

    pektoris disertai bukti iskemia1 infark pada 2%>) atau

    ada edema paru akut kardiogenik. entu saja, untuk

    operasi elektif krisis hipertensi harus diatasi dahulu.

    Hipertensi kronik tanpa krisis, jika belum

    diterapi mungkin perlu diberikan pengobatan dahulusebelum operasi elektif. Akan tetapi, jika didapatkan

    kelainan anatomik jantung harus dipertimbangkan

    dengan hati-hati sebelum memberikan terapi. Pada

    PDA. stenosis aorta atau koarktasio aorta, D sistolik

    justru harus dipertahankan sedikit tinggi untuk dapat

    memberikan curah jantung yang cukup.

    *erbeda dengan hipertensi prabedah,

    peningkatan D intraanestesia harus dicermati dan

    ditindaklanjuti. Hipertensi intraanestesia hampir

    selalu merupakan reaksi siologik atas meningkatnya

    tonus simpatis. *eberapa kemungkinan pencetus

    peningkatan D intraanestesia adalah

    +;

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    28/68

    1; Anestesia yang mendangkal. Pada anestesia

    umum, meskipun analgesia cukup namun jika

    tingkat sedasi turun akan menyebabkan rangsang

    simpatis. Hasilnya adalah peningkatan D disertai

    naiknya laju nadi (H6).

    2; Cyeri. Cyeri adalah penyebab tersering

    peningkatan tonus simpatis. ama dengan

    pendangkalan anestesia, nyeri menyebabkan

    naiknya D disertai naiknya H6.

    3; Hipoksia dan1atau hiperkarbia. >angguan

    oksigenasi dan !entilasi juga merupakan stress

    siologik bagi tubuh. 6espon siologik terhadap

    stress adalah peningkatan tonus simpatis berupa

    peningkatan D dan H6.

    4; Asidosis. Asidosis juga merupakan stress

    siologik.

    5; Penekanan1 penyempitan pada pembuluh arteri.

    $engecilnya diameter pembuluh arteri

    meningkatkan resistensi (F6), meningkatkan

    tekanan aliran darah.

    6; Hipertermia maligna ($H). 5ni adalah suatu

    sindrom klinis yang disebabkan pajanan at

    anestetika inhalasi pada pasien yang memiliki

    %elainan ini sama sekali bukan reaksi alergi

    terhadap at anestetik. $anifestasi klinis yang

    klasik adalah kekakuan otot skeletal, produksi

    panas dan =

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    29/68

    1; Anestesia terlalu dalam

    2; Fasodilatasi

    3; Hipo!olemia

    4; 6eJeks !agal

    a; P!n#ukuan "!kanan $aah s!

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    30/68

    gelombang yang dapat ditampilkan pada layar

    pantau.

    empat insersi kanula arteri yang laim

    ; arteri radiaks

    ; arteri brakhias

    ; arteri femoras

    5ndikasi pemasangan kanula arteri

    Q pasien memerlukan pemantauan D yang akurat

    dan kontinyu (pasien kelainan jarang yang

    menjalani operasi kardiak maupun nonkardiak.

    pasien sangat kritis di 5=?. dsb)

    Q pasien memerlukan pemantauan gas darah

    berulang

    Q pasien mendapat terapi yang dapat

    menyebabkan perubahan drastis D (infusi

    prostaskilin sodium niroprusid, norepinefrin,

    fenilefrin, dll)

    5ndikasi kontra pemasangan kanuia arteri

    Q Hasil AllenRs test tidak baik

    Q Pasien diketahui mempunyai kelainan arteri

    Q istel arterio!ena (pasca-=imino procedure)

    b; All!n=s "!s"

    AllenRs test adalah hal yang harus dilakukan

    sebelum punksS pada arteri radialis. Prinsipnya, tes

    ini menilai adekuasi arteri ulnaris. Hal ini penting

    untuk mengkompensasi terbendungnya sebagian

    arteri radialis setelah kanulasi. 9ika aliran arteri

    ulnaris tidak baik, maka punksi arteri radialis tidak

    boleh dilakukan.

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    31/68

    Dalam AllenRs test, pertama harus dicari

    lokasi kedua arteri. Pasien dTminta mengepalkan

    tangannya dengan kuat, lalu kedua arteri ditekan

    kuat. >angguan perfusi akibat oklusi kedua arteri

    akan berakibat pucatnya tangan pasien. Pasien

    kemudian diminta membuka kepalan tangannya.

    Kepaskan tekanan pada arteri ulnaris, sementara

    arteri radialis tetap ditekan kuat. 9ika patensi arteri

    ulnaris baik, dalam 'aktu singkat 'ama tangan

    pasien akan kembali merah. 5ni adalah hasil AllenRs

    test yang baik. AllenTs test yang tidak baik

    menandakan ketidakadekuatan arteri ulnaris.

    Punksi arteri radialis dengan demikian

    diindikasikontrakan.

    2; El!k",ka$i,#a>

    Pemantauan 2%> untuk keperluan anestesia

    tidak sama dengan pemeriksaan 2%> pada pasien

    ra'at jalan. eorang anestesiologis tidak dituntut

    melakukan analisis mendalam terhadap gambaran

    elektrokardiogram seperti yang dilakukan kardiologis

    di klinik. 4ang harus dimiliki oleh seorang

    anestesiologis adalah kemampuan mengenali dan

    mendeteksi dengan cepat ketidaknormalan 2%> dan

    memutuskan tindakan segera untuk mengatasinya.

    2lektrokardiogra (2%>) harus dipantau secara

    kontinyu selama anestesia. *anyak orang

    beranggapan 2%> diperlukan hanya untuk konrmasi

    tingginya laju jantung atau untuk mengenali

    perubahan segmen yang dikaitkan dengan

    &

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    32/68

    gangguan perfusi koroner. Pemantauan 2%>

    sebenarnya berfungsi lebih banyak daripada itu. 4ang

    terpenting dalam pemantauan 2%> adalah mengenali

    rhythm (irama) jantung dan rate (laju) jantung

    sebelum anestesia. etelah itu barulah menilai

    segmen . 5ni semua adalah modal utama untuk

    pemantauan 2%> seterusnya hingga pasca-anestesia.

    entu saja untuk dapat mendeteksi ketidaknormalan

    2%>, harus diketahui dulu batas normalnya. ebagai

    contoh, laju jantung bayi 3 bulan tentu berbeda

    dengan laju jantung orang de'asa berumur +< tahun.

    9ika kita semata-mata berpegang pada batasan C6

    Lnormal sinus rhythm) mempunyai laju jantung 8< O

    &

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    33/68

    terpenting adalah perfusi ke seluruh organ tetap

    terjaga adekuat selama anestesla.

    Peningkatan laju jantung selama anestesia

    hampir selalu merupakan akibat dari suatu

    ketidaknormalan siologis. akikardia merupakan

    alarm yang memperingatkan kita tentang hal ini %ita

    harus berterimakasih kepada baroreJeks yang

    memungkinkan deteksi dini perubahan siotogi

    tubuh ini dan segera mengatasinya

    abel +. *eberapa penyebab takikardia dan

    bradikardia selama anestesia

    Perubahan isiologi 2tiologi AkibatPeningkatan tonus simpatis o Anestesia dangkal

    o Cyeri

    o Hipoksia

    o Hiperkarbi

    o Asidosis

    akikardia

    Peningkatan akti!itas baroreseptor o Hipo!olemia

    o Anemia

    o bat-obatan

    !asodilator

    akikardia

    o timulus aferen

    ner!us !aguso 2kspirasi

    o Hipoksia berat

    o Peningkatan 5%

    bradikardia

    Iama Jan"un#

    5rama jantung normal adalah normal sinus

    rhythm (C6), 5rama sinus berarti dalam setiap siklus

    listrik jantung terdapat gelombang P yang selalu

    diikuti oleh kompleks U6 dalam jarak yang

    konsisten dan normal (lihat Aritmia Perioperatif)

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    34/68

    Gam0a *@ N,mal Sinus Rh5"hm

    C6 adalah irama sinus dengan laju jantung normal,

    yaitu 8< - &

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    35/68

    didapatkan barulah dipikirkan untuk memberi obat

    antiaritmia.

    3; T!kanan /!na S!n"al 68/P7

    ekanan !ena sentral (=FP) normal berkisar

    antara

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    36/68

    t, yaitu memberikan cairan 5ntra!ena sejumlah

    tertentu dalam 'aktu yang relatif cepat sambil

    melihat perubahan nilai =FP. 9ika nilainya meningkat

    berarti memang hipo!olemia, Camun jika nilainya

    tidak berubah berarti normo!olemia atau bahkan

    sudah o!erload. Pemberian cairan yang agresif harus

    dihentikan.

    4; P!man"auan 2un#si R!s3iasi

    6espirasi mengandung arti yang luas, mencakup

    okslgenasi, !entilasi dan perfusi hingga ke tingkat

    selular. Hingga hari ini belum ada alat atau metode

    untuk memantau langsung kecukupan oksigenasi

    hingga tingkat selular atau disebut juga perfusi selular.

    Pemantauan yang dapat dilakukan baru sampai pada

    tahap oksigenasi di darah dan fungsi !entilasi

    (pertukaran + O =+). ?ntuk menilai kecukupan

    oksigenasi darah dan !entilasi yang normal perlu

    dilakukan analisis gas darah (A>D). Camun

    pemeriksaan 5ni tidak dapat dilakukan secara kontinyu.

    Alat pantau yang tersedia dan dapat digunakan secara

    kontinyu selama anestesia adalah oksimeter denyut

    untuk mengetahui saturasi + dan kapnograf untuk

    mengetahui kadar =

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    37/68

    dengan +. Cilai normal adalah di atas B yang

    setara dengan tekanan parsial .

    ;

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    38/68

    >ambar 3. %ur!a disosiasi Hb-.

    ebaliknya pada alkalosis, hipotermia danturunnya kadar +,-DP> ikatan antara Hb-+ akan

    lebih kuat. %ur!a bergeser ke kiri.

    a+ orang normal adalah B3 - &

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    39/68

    4; Fasokonstriksi. urunnya aliran darah di kapiler

    jari atau cuping telinga menyebabkan sensor sulit

    bekerja.

    5; =ahaya (lampu) yang langsung mengenal sensor.

    %arena alat ini bekerja dengan menyerap panjang

    sinar tertentu, maka pembacaannya dapat kacau

    jika ada sinar lain yang terdeteksi.

    6; Pe'arna kuku. Pe'arna kuku dapat mempertebal

    permukaan kuku, menghalangi sensor untuk

    menerima sinar yang ditembuskan dari kapiler

    melalui kuku.

    SaO+ $an P!n#an"aan O+

    a

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    40/68

    = cardiac output

    =a

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    41/68

    %apnogra merupakan cerminan langsung

    eliminasi =

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    42/68

    Perlu diingat lagi, pemantauan hanyalah alatyang membantu kita mengenali ketidaknormalan

    yang terjadi, agar kita dapat bertindak menolong

    pasien. %etika hasil pemantauan menunjukkan

    sesuatu yang salah, harus selalu dicari berbagai

    kemungkinan penyebabnya, sebelum melakukan

    tindakan yang tepat. ebagai contoh, ketika kur!a

    kapnogram tiba-tiba hilang, belum tentu terjadiemboli paru. Harus dipastikan dulu kapnograf masih

    terhubung dengan 2, kabelnya terpasang dengan

    baik, atau bahkan 2 tidak tercabut tanpa sengaja.

    5; P!man"auan Gas An!s"!"ik

    Pemeriksaan konsentrasi gas anestetikdirekomendasikan untuk anestesia inhalasi.

    %onsentrasi gas anestetik biasanya diukur pada end-

    tidal dan inspirasi. Pentingnya pengukuran ini

    didasarkan atas beberapa hal, antara lain

    a; 6entang terapetik gas anestetik relatif sempit

    b; %ecenderungan !aporier untuk tidak menunjukkan

    angka yang akurat

    /+

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    43/68

    c; erjadi dilusi gas, terutama jika menggunakan

    sistem sirkuit tertutup atau semi-tertutup.

    *eberapa metoda telah dan pernah digunakan

    untuk mengukur gas anestetik !olatil ini, antara lain

    mass spectrometry, gas chmmatography, infra

    merah, pieoelectric, deteksi fotoakustik. Apa pun

    jenis dan metodanya, pengukuran ini berfungsi untuk

    mengetahui secara akurat konsentrasi gas !olatil

    yang didapat pasien selama anestesia, baik pada fase

    inspirasi maupun ekspirasi. Dengan alat ini

    diharapkan dapat digunakan gas anestetik !olatil

    secara lebih aman dan esien.

    6; Suhu Tu0uh

    uhu tubuh dalam keadaan normal mempunyai

    rentang yang sempit, di ba'ah kontrol ketat sistem

    termoregulasi. uhu tubuh normal adalah ;[= ([email protected]

    [), atau antara 8,3[= - ;,3[=, didapatkan dengan

    pengukuran dalam rongga tubuh. uhu yang

    mendekati sama dengan suhu inti adalah suhu

    nasofaringeal. Pengukuran di tempat-tempat lain

    menghasilkan angka-angka yang relatif ber!ariasi.

    uhu rata-rata rektal dan liang telinga adalah sekitar

    ;,8[=, suhu rongga mulut sekitar 8,@[= dan suhu

    aksila adalah sekitar 8,/[=.

    5stilah demam mengacu pada suhu tubuh I

    @,3[=. 9ika suhu meningkat jauh dari suhu normal

    maka diistilahkan sebagai hipertermia. 9ika mencapai

    /

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    44/68

    tubuh terhadap infeksi. Camun, hipertermia dapat

    merupakan indikator gangguan metabolisme selular

    seperti yang terjadi pada hipertermia maligna.

    Peningkatan suhu tubuh sebenarnya merupakan

    tanda meningkatnya metabolisme sel. 9ika diperiksa

    dengan seksama, selain suhu meningkat juga

    produksi =

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    45/68

    candiopulmonary bypass pada operasi jantung

    terbuka.

    *eberapa hal yang dapat memengaruhi pengukuran

    suhu tubuh

    a; uhu aksila sangat dipengaruhi suhu sekitar,

    penggunaan obat antipiretik dan pakaian.

    b; uhu rektal berubah lebih lambat ketika suhu inti

    berubah.

    c; uhu oral dipengaruhi nafas (hiper!entilasi melaluimulut menurunkan suhu oral) serta jenis minuman

    dan makanan yang baru saja dikonsumsi.

    eperti disebutkan di atas, suhu tubuh yang normal

    diperlukan setiap sel untuk dapat melangsungkan

    metabolisme. 9ika terjadi hipotermia intra-anestesia,

    metabolisme tubuh turun. $emang ini berguna

    dalam hal penghematan konsumsi , namun dapat

    mempersulit karena memperlambat metabolisme

    obat-obat anestesia. Akibatnya masa pulih dapat

    memanjang. Hipotermia juga dapat mengganggu

    fungsi koagulasi dan mempermudah terjadinya

    aritmia (baca "Aritmia Perioperatif#, *uku 55).

    /3

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    46/68

    Hipotermia terutama harus dihindari pada

    pasien bayi dan anak kecil. Pada pasien-pasien ini

    termoregulasi tubuh belum berfungsi baik, sehingga

    tubuh masih bersifat poikilotermik. leh karena itu

    pengaturan suhu ruangan sangat penting ketika

    melakukan anestesia pada pasien pediatrik (baca

    "Anestesia PediatriM). uhu badan pasien juga dapat

    dipertahankan menggunakan penghangat, seperti

    'armer blanket, radiant heater, dsb.

    7; P,$uksi Uin

    *anyak yang berpendapat bah'a produksi urin

    adalah reJeksi fungsi ginjal. ebagai pemantau fungsi

    ginjal, produksi urin intraoperatif tidak dapat

    digunakan sebagai patokan karena produksi urin

    dipengaruhi berbagai faktor. ebenarnya, produksi

    urin pada pasien normal (bukan penderita penyakit

    ginjal) adalah pemantauan tak langsung fungsi

    kardio!askular. Kebih tepatnya, pemantauan

    kecukupan perfusi jaringan.

    ?rin diproduksi terus menerus oleh ginjal,

    sepanjang ada sejumlah !olum darah yang memasuki

    glomeruli di ginjal. %arena glomerulus adalah kapiler

    darah, tentu semua hal yang memengaruhi dinamika

    pembuluh darah akan memengaruhi produksi urin.

    Fasokonstriksi berat (apa pun penyebabnya)

    menurunkan aliran darah ginjal (renal blood Jo',

    6*), dengan sendirinya akan menurunkan aliran

    darah ke glomeruli. Akibatnya terjadi penurunan laju

    ltrasi glomerulus (glomeral ltration rate, >6). 9adi

    /8

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    47/68

    produksi urin akan turun jika perfusi jaringan turun.

    leh karena itu, pemantauan urin intra-anestesia

    dilakukan terus menerus dan bukan hanya mengukur

    selisih urin pra-anestesia dengan urin pascaanestesla.

    9ika kitamenyadari produksi urin intraoperatif kurang

    pada akhir anestesia, berarti hipoperfusi terlanjur

    terjadi, entah sudah berapa lama. ?ntuk dapat

    mendeteksi kecukupan perfusi organ, harus dilakukan

    pemantauan produksi urin menit ke menit.

    %ecenderungan penurunan produksi urin harus

    di'aspadai sebagai ketidakadekuatan perfusi

    jaringan, meskipun D menunjukkan nilai normal.

    eperti disebutkan sebelumnya, D dapat caja normal

    karena tingginya F6, jadi bukan cerminan perfusi

    jaringan yang adekuat. aat ini baru produksi urin

    saja yang dapat dijadikan detektor ketidakcukupanperfusi jaringan karena belum ada metoda lain yang

    lebih baik. >6 sangat dipengaruhi hemodinamika.

    luktuasi D, apalagi yang ekstrim, sangat merugikan

    >6. Hal-hal yang biasa dilakukan sebagai prosedur

    rutin dalam anestesia, seperti pemberian

    premedikasi, intubasi, pemakaian at-at !olatil atau

    intra!ena, disadari maupun tidak dapat memengaruhiproduksi urin. Puasa yang berkepanjangan dapat

    menyebabkan hipo!olemia yang menurunkan 6*.

    9ika kemudian D turun lebih jauh akibat obat-obat

    anestetik, maka 6* dapat lebih turun lagi. Pemberian

    !asokonstriktor dalam keadaan hipo!olemia akan

    menyebabkan kerusakan kapiler glomerulus. D

    /;

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    48/68

    mungkin naik, tapi ancaman kerusakan ginjal akut

    (acute kidney injury, A%5) menjadi nyata.

    elain manipulasi anestesia, manipulasi

    pembedahan mempunyai potensi besarmenyebabkan

    gangguan fungsi ginjal dan produksi urin. udah tentu

    pendarahan merupakan hal yang sangat kasat mata

    yang dapat mengganggu 6*. Akan tetapi banyak hal

    lain yang tidak disadari merupakan pemicu terjadinya

    kerusakan berat ginjal maupun organ lain.

    Penggunaan cross damp pada operasi !askular

    merupakan contoh yang baik. %etika arteri dilakukan

    cross- damping, aliran darah ke jaringan distal dari

    lokasi damp terhambat. Pada 'aktu itu F6

    mendadak tinggi. D biasanya akan naik. %etika damp

    dibuka kembali, F6 mendadak turun dan D pun

    turun. 9ika arteri yang di damp adalah arteri renalisatau aorta abdominalis di atas percabangan arteri

    renalis, Juktuasi F6 dan D ini tentu tidak

    menguntungkan bagi >6. *elum lagi masalah

    penglepasan mediator inJamasi akibat periode

    iskemia (ketika damp dipasang) dan reperfusion injury

    (ketika damp dilepas). $ediator inJamasi sendiri pada

    gilirannya dapat mengganggu semua organ, termasukginjal.

    Pemantauan produksi urin tidak hanya terbatas

    pada pengukuran jumlah urin, namun juga

    kepekatannya. 9ika urin yang sangat encer hingga

    ber'arna nyaris seperti air biasa, harus dicurigai

    terjadi gangguan pemekatan urin. ?ntuk

    mengkonrmasi, mungkin perlu dilakukan

    /@

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    49/68

    pemeriksaan elektrolit, karena deplesi air tanpa diikuti

    deplesi sodium akan menyebabkan hipematremia.

    atalaksana hipematremia lebih sulit daripada

    hiponatremia. ebaliknya, urin yang ber'arna gelap

    (tanpa bukti ada hiperbirubinemia) dan pekat

    mengindikasikan dehidrasi. Perlu die!aluasi lagi

    apakah masukan air sebanding dengan keluarannya.

    alah satu caranya adalah dengan melakukan Juid

    challenge test.

    /B

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    50/68

    8; P!man"auan Sis"!m Saa4

    istem saraf sangatlah rumit dan sulit untuk

    dipantau, terutama jika pasien menjalani anestesia

    umum. Alat pantau yang sekarang tersedia sangat

    terbatas fungsinya dan spesik hanya untuk salah

    satu fungsi saja. pesikasi ini tentu dimengerti,

    mengingat tidak mungkin mengetahui sekaligus

    sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. *erikut ini

    hanya akan dibahas dua macam pemantauan, yaitu

    *5 untuk tingkat kedalaman anestesia umum dan

    ram of our untuk fungsi blokade

    neuromuscularjunction. (?ntuk mengetahui

    %etinggian blok neuraksial, baca "Anestesia

    6egionalM.)

    9; Bis3!uedelM tahun &B;. Camun, sistem ini hanya menilai

    tingkat kesadaran pada pasien yang dibius dengan

    ether. De'asa ini ether sudah banyak ditinggalkan

    dan obat-obat anestetik modem dapat memintas

    beberapa stadium sekaligus, sehingga klasikasi

    >uedel menjadi tidak dapat digunakan.

    *5 dikembangkan mulai tahun &BB/ oleh

    Aspect $edical ystem, 5nc. ?A dan mendapat

    pengakuan oleh DA dua tahun kemudian.

    3

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    51/68

    Pemantauan ini dimaksudkan untuk mencegah

    kejadian pasien terjaga intraoperatif. Digunakannya

    pelumpuh otot yang membuat pasien tak dapat

    bergerak memang memungkinkan terjadinya

    a'areness atau kesadaran intraoperatif tanpa

    disadari oleh para dokter. Hal ini tentu menimbulkan

    ketidaknyamanan luar biasa bagi pasien, bahkan

    dapat memicu komplikasi.

    eknologi yang digunakan adalah deteksi dan

    rekaman gelombang elektroensefalogram (22>).

    Pengukurannya sebenarnya bersifat empiris dengan

    didasari perhitungan statistik. leh karena itu metoda

    ini hanya memperkirakan tingkat sedasi, bukan

    secara pasti menyatakan kedalaman anestesia.

    6entang angka yang terukur adalah dari < (sama

    sekali tak sadar, gelombang 22> datar) hingga &

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    52/68

    Camun hingga saat ini metoda ini belum

    sepenuhnya diterima. *5 dikatakan tidak dapat

    membedakan tingkat kesadaran yang disebabkan

    obat, gangguan metabolik, trauma, bahkan karena

    tidur biasa. Pengukuran juga kurang dapat dipercaya

    pada kondisi hipotermia, kematian otak atau

    circulatory arrest. $eskipun bukan suatu alat

    pengukuran yang pasti, dengan *5 setidaknya

    penambahan obat sedatif dapat dilakukan dengan

    lebih esien. *ukan hanya di kamar operasi,

    penggunaan *5 di 5=? juga mempermudah

    pemberian sedasi bagi pasien. Pada akhirnya,

    pemantauan dengan *5 ini akan memberi dampak

    nansial yang menguntungkan.

    10; Tain ,4 2,u

    9ika *5 mendeteksi gelombang 22> yang

    berhubungan dengan akti!itas otak, maka rain of

    our (o) mengukur tingkat blokade oleh pelumpuh

    otot pada neuromuscular 9unction, Dinamakan seperti

    ini karena alat akan memberi ampat stimulus

    berturut-turut pada suatu jalur saraf, yaitu masing-

    masing dengan frekuensi + H selama + detik.

    4ang diukur kemudian adalah respon dari otot

    yang mendapat persaratan tersebut. Apabila

    neuromuscularjunction pada ototlersebutmasih

    terblok lentu rospcnnya tidak akan sempurna 6espon

    sempurna (tidak ada lagi efek pelumpuh otot) akan

    memberikan empat kontraksi otot yang sama. 9ika

    3+

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    53/68

    masih ada sebagian yang terblokade, maka respon

    kontraksinya kurang daripada itu.

    Gam0a -@ Tain O4 2,u

    3

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    54/68

    C; TATA LAKSANA POST OPERATI2

    1; Ba"asan

    Pasca anestesi merupakan periode kritis yang segera

    dimulai setelah pembedahan dan anestesi diakhiri sampai

    pasien pulih dari pengaruh anestesi.

    2; Risik, 3as

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    55/68

    2; Apabila dianggap perlu, pada pasien yang belum

    bernafas spontan diberikan nafas bantuan.

    3; >erakan pada saat memindahkan pasien dapat

    menimbulkan atau menambah rasa nyeri akibat

    tindakan pembedahan atau dislokasi sendi.

    4; Pada pasien yang sirkulasinya belum stabil dapat terjadi

    syokatau hipotensi.

    5; Pasien yang dilakukan blok spinal, posisi pasien dibuat

    supine agar aliran darah dari daerah tungkai ke

    proksimal lancar.

    6; 4akinkan bah'a infus, pipa C> dan kateter urin tetap

    berfungsi dengan baik atau tidak lepas.

    7; idak perlu mendorong dengan tergesa E gesa karena

    dapat menimbulkan

    8; 6asa nyeri.

    9; Perubahan posisi kepala.

    10; $untah atau regurgitasi.

    11; %egoncangan sirkulasi.

    4; S!ah "!ima 3asi!n $i uan# 3ulih

    Hal E hal yang perlu disampaikan pada saat serah terima

    a; $asalah E masalah anestesi, penyulit selama

    anestesi1pembedahan, pengobatan dan reaksi alergi

    yang mungkin terjadi.

    b; indakan pembedahan, yang dikerjakan, penyulit saat

    pembedahan, termasuk jumlah perdarahan.

    c; 9enis anestesi, jumlah cairan, diuresis sertagambaran

    sirkulasi dan respirasi.d; Posisi pasien di tempat tidur.

    5; Ruan# Pulih

    6uang pulih adalah ruang khusus pasca anestesi1bedah

    yang ada di kamar oeprasi yang dilengkapi dengan tempat

    tidur khusus, alat pantau , alat 1 obat resusitasi, tenaga

    terampil dalam bidang resusitasi dan ga'at darurat serta

    disuper!isi oleh dokter spesialis anestesiologi dan spesialis

    bedah.

    33

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    56/68

    a; yarat E syarat ruang pulih

    1; *erada di komplek kamar oeprasi.

    2; 6uang cukup memadai untuk / E 8 tempat tidur.

    3; 9arak tempuh dari kamar operasi kurang lebih 3

    menit.

    4; Dilengkapi dengan tempat tidur khusus, dilengkapi

    dengan penerangan yang cukup dan tempat cuci.

    5; Dilengkapi dengan alat pantau, alat dan obat

    resusitasi.

    6; Personilnya trampil dalam bidang resusitasi, dengan

    jumlah minimal satu orang untuk dua tempat tidur.

    6; Tujuan 3!a%a"an 3as

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    57/68

    adanya tekanan, jepitan rangsangan pada anggota

    gerak, mata atau pada kulitnya sehingga mudah

    mengalami cedera, oleh karena itu posisi pasien diatur

    sedemikian rupa, mata ditutup dengan plester atau kasa

    yang basah sehingga terhindar dari cedera sekunder.

    $asalah gelisah dan berontak, seringkali

    mengganggu suasana ruang pulih bahkan bisa

    membahayakan dirinya sendiri.

    Penyebab gaduh gelisah pasca bedah adalah

    1; Pemakaian ketamin sebagai obat anestesia.

    2; Cyeri yang hebat.

    3; Hipoksia.

    4; *uli-buli yang penuh.

    5; tres yang berlebihan prabedah.

    6; Pasien anak-anak, seringkah mengalami hal ini.

    Penanggulangannya, disesuaikan dengan penyebabnya.

    b; 6espirasi

    Parameter respirasi yang harus dinilai pasca anestesia

    adalah

    Parameter

    uara nafas paru

    rekuensi nafas

    5rama nafas

    Folume tidal

    %apasitas !ital

    5nspirasi paksa

    Pa+ pda i+

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    58/68

    Apabila dalam penilaian tersebut di atas dijumpai

    tanda tanda 5nsuJsiensi respirasi, segera dicari

    penyebabnya sehingga dengan cepat dilakukan usaha

    untuk memulihkan fungsinya.

    umbatan 9alan nafas

    Pada pasien tidak sadar sangat mudah mengalami

    sum\batan jalan nafas akibat jatuhnya lidah kehipofaring, tim\bunan air liur atau sekret, bekuan darah,

    gigi yang lepas dan isi lambung akibat muntah atau

    regurgitasi.

    umbatan bisa terjadi pada daerah

    upra lidah jatuh ke hipofaring, air liur, bekuan

    darah dan isi lambung akibat

    muntah atau regurgitasi.

    Karing benda asing, spasme, edema dan

    kelum\puhan pita suara.

    anpa alat

    1; iga langkah jalan nafas.2; Posisi miring stabil.3; apuan pada rongga

    mulut

    Dengan alat

    1; Pipa oro1nasofarlng.2; Pipa orotrakea.3; Alat 5sap.

    5nfra laring trakeo-malasea, aspirasi benda asing,

    dan spasme bronkus.

    ?saha penanggulangannya disesuaikan dengan

    penyebabnya

    3@

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    59/68

    atau kalau diperlukan bronkoskopl atau trakeostomi.

    D!3!si na4as:

    Depresi sentral paling sering akibat efek sisa obat,

    disamping 5tu bisa 9uga disebabkab oleh

    keadaan hlpokapnea, hipotermia dan

    hipoperfusi.

    Depresi perifer karena efek sisa pelupuh otot,

    nyeri, distensi abdomen dan rigiditas

    otot.

    ?saha penanggulangannya disesuaikan dengan

    penyebabnya.

    c; irkulasi

    Parameter hemodinamik yang perlu diperhatian

    adalah Pekanan darah (hipertensi, hipotensi dan syok)

    ekanan darah normal berkisar B

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    60/68

    Penanggulangannya, disesuaikan dengan

    penyebab\nya.

    d; Denyut jantung

    Denyut jantung normal berkisar 33 O &+< 71menit,

    dengan irama yang teratur.

    ebab-sebab gangguan irama jantung

    1; akikardia, disebabkan oleh hipoksia, hipo!olu- mia,

    akibat obat simpatomimetik, demam, dan nyeri.Penanganannya disesuaikan dengan penyebabnya.

    2; *radikardi, disebabkan oleh blok subarakhnoid,

    hipoksia (pada bayi) dan reJeks !agal.

    Penanganannya disesuaikan dengan penyebab,

    umumnya diberikan sulfas atropin.

    3; Disritmia (diketahui dengan 2%>), paling sering

    disebabkan karena hipoksia. Penanggulangannya

    adalah memperbaiki !enti\lasi dan oksigenisasi.Apabila sangat menggang\gu dapat diberikan obat

    anti disritma seperti li- dokain.

    Hal lain yang perlu mendapat perhatian pasca

    be\dah yang termasuk dalam sirkulasi adalah

    1; Perdarahan dari luka operasi

    %emungkinan adanya perdarahan dari luka ope\rasi,

    selalu harus diperhatikan. Adanya perem\besan

    darah dari luka operasi atau bertam\bahnya jumlah

    darah dalam botol penampung drainase luka operasi,

    perlu dipertimbangkan untuk tindakan eksplorasi

    kembali.

    2; *endungan di sebelah distal dari tempat bebat luka

    operasi bisa menimbulkan udema dan nyeri di daerah

    tersebut. *ila hal ini terjadi, bebat dilonggarkan.

    8

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    61/68

    e; ungsi ginjal dan saluran kencing

    Perhatikan produksi urin, terutama pada pasienyang dicu\rigai risiko tinggi gagal ginjal akut

    pascabedah1anestesia. Pada keadaan normal produksi

    urin mencapai I

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    62/68

    Petunjuk yang sangat sederhana untuk menilai

    pemu\lihan otot adalah menilai kemampuan pasien

    untuk mem\buka mata atau kemampuan untuk

    menggerakkan anggota gerak terutama pada pasien

    menjelang sadar. %alau sarana memadai, dapat

    dilakukan uji kemampuan otot rangka dengan alat

    perangsang saraf.

    h; uhu tubuh

    Penyulit hipotermi pasca bedah, tidak bisa dihindari

    terutama pada pasien bayi1anak dan usia tua.

    *eberapa penyebab hipotermi di kamar operasi adalah]

    1; uhu kamar operasi yang dingin.

    2; Penggunaan desinfektan.

    3; =airan infus dan transfusi darah.

    4; =airan pencuci rongga-rongga pada daerah operasi.

    5; %ondisi pasien (bayi dan orang tua).

    6; Penggunaan halotan sebagai obat anestesia.

    ?saha-usaha untuk menghangatkan kembali diruang

    pulih adalah dengan cara

    1; Pada bayi, segera dimasukkan dalam inkubator.

    2; Pasang selimut penghangat.

    3; Kakukan penyinaran dengan lampu.

    Disamping hipotermi, kemungkinan hipertermi harus

    di\'aspadai terutama yang menjurus pada hipertermia

    malig- nan.

    *eberapa hal yang bisa menimbulkan hipertermi adalah

    1; eptikhemia, terutama pada pasien yang menderita

    infeksi prabedah.

    8+

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    63/68

    2; Penggunaan obat-obatan, seperti atropin, suksinil

    khoiin dan halotan.

    ?saha penanggulangannya adalah

    1; Pasien didinginkan secara konduksi menggunakan es.

    2; 5nfus dengan cairan infus dingin.

    3; ksigenasi adekuat.

    4; Antibiotika, bila diduga sepsis.

    5; *ila dianggap perlu, ra'at di ?nit erapi 5ntensif.

    i; $asalah nyeri

    rauma akibat luka operasi sudah pasti akan

    menimbulkan rasa nyeri. Hal ini harus disadari sejak a'al dan

    bila pasien mengeluh rasa nyeri atau ada tanda-tanda pasien

    men-derita nyeri, segera berikan analgetika.

    Diagnosis nyeri ditegakkan melalui pemeriksaan klinis

    srdasarkan pengamatan perubahan perangai, psikologis,

    perubahan sik antara lain pola nafas, denyut nadi dan

    tekanan darah, serta pemeriksaan laboratorium yaitu kadar

    gula darah. 5ntensitas nyeri dinilai dengan M!isual analog

    scale# (FA) dengan rentang nilai dari &O&< yang dibagi

    menjadi

    1; Cyeri ringan ada pada skala & O .

    2; Cyeri sedang ada pada skala / O ;.

    3; Cyeri berat ada pada skala @ O &

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    64/68

    1; $enekan pada proses transduksi di daerah cedera,

    mempergunakan preparat atau obat] analgesia lokal atau

    analgetik non steroid atau anti prostaglandin, misalnya

    asam mefenamik, ketoprofen dan ketorolac.

    2; $enekan pada proses transmisi, mempergunakan obat

    analgesia lokal dengan teknik analgesia regional, seperti

    misalnya blok interkostal dan blok epidural.

    3; $enekan pada proses modulasi mempergunakan

    preparat narkotika secara sistemik yang diberikan secara

    intermiten atau tetes kontinyu atau diberikan secara

    regional melalui kateter epidural.

    Cyeri luka operasi laparotomi, menimbulkan pengaruh

    yang serius terhadap fungsi respirasi. Pengembangan

    diafragma kearah rongga abdomen akan menurun,

    menyebabkan kapasitas residu fungsional akan menurun

    sehingga !entilasi al!eolar berkurang. Disamping itu

    kemampuan batuk pasca bedah untuk mengeluarkan sputum

    berkurang sehingga timbul retensi sputum. leh karena itu

    pada pasien pasca laparotomi tinggi yang insisinya mencapai

    prosesus sifoideus dilakukan !entilasi mekanik selama & 7 +/

    jam, selanjutnya pada saat yang sama dipasang kateter

    epidural untuk mengendalikan nyeri preparat opiat (morn).

    j; Posisi

    Posisi pasien perlu diatur di tempat tidur ruang pulih Hal niperlu diperhatikan untuk mencegah kemungkinan

    1; umbatan jalan nafas, pada pasien belum sadar.

    2; ertindihnya1terjepitnya satu bagian anggota tubuh.

    3; erjadi dislokasi sendi-sendi anggota gerak.

    4; Hipotensi, pada pasien dengan analgesia regional.

    5; >angguan kelancaran aliran infus.

    8/

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    65/68

    Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan sehingga nyaman

    dan aman bagi pasien, antara lain

    1; Posisi miring stabil pada pasien operasi tonsil.

    2; 2kstensi kepala, pada pasien yang beium sadar.

    3; Posisi terlentang dengan ele!asi kedua tungkai dan bahu

    (kepala) pada pasien blok spinal dan bedah otak.

    4; Posisi ele!asi tungkai saja pada pasien syok.

    83

  • 7/26/2019 BAB I (18.06.2015).rtf

    66/68

    k; Pemantauan pasca anestesia dan kriteria pengeiuaran.

    $empergunakan Aldrete skor untuk pasien Pasca Anestesia

    ?mum.

    ALDRETTE S8ORE

    Pergerakan >erak bertujuan +

    >erak tak bertujuan &

    idak bergerak