106
1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya. Permendagri 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, mengatur bahwa setiap SKPD perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Renstra Dinas Kesehatan merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan dan menjadi acuan dalam penyusunan perencanaan tahunan. Penyusunan Renstra Dinas Kesehatan dilaksanakan melalui pendekatan: teknokratik, politik, partisipatif, atas-bawah (top-down), dan bawah-atas (bottom-up). Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Presiden/Kepala Daerah adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Presiden/Kepala Daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Presiden/Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metoda dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa. BAB I

BAB I - limapuluhkotakab.go.id2016renstrarevisiDinasKesehatan.pdf · tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6 ) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan. Program Indonesia Sehat

Embed Size (px)

Citation preview

1.1. Latar BelakangPembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan olehsemua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajatkesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunansumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilanpembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya programdan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan olehperiode sebelumnya.Permendagri 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan EvaluasiPelaksanaan Rencana Pembangunan, mengatur bahwa setiap SKPD perlu menyusunRencana Strategis (Renstra) yang mengacu pada Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah (RPJMD). Renstra Dinas Kesehatan merupakan dokumenperencanaan yang bersifat indikatif memuat program-program pembangunan kesehatanyang akan dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan dan menjadi acuan dalampenyusunan perencanaan tahunan. Penyusunan Renstra Dinas Kesehatan dilaksanakanmelalui pendekatan: teknokratik, politik, partisipatif, atas-bawah (top-down), danbawah-atas (bottom-up).Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Presiden/Kepala Daerahadalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannyaberdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calonPresiden/Kepala Daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dariagenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Presiden/Kepala Daerah pada saatkampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. Perencanaan denganpendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metoda dan kerangkaberpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untukitu. Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkansemua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatanmereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Sedangkanpendekatan atas-bawah dan bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan menurutjenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskanmelalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi,kabupaten/kota, kecamatan, dan desa.

BABI

Pembangunan kesehatan Nasional pada periode 2015-2019 adalah ProgramIndonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizimasyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yangdidukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaranpokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dananak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutupelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal danperbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui KartuIndonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhantenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistemkesehatan.Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigmasehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional: 1) pilarparadigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalampembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2)penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanankesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan,menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan;3) sementara itu jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasansasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya.Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2016 –2021 adalah dokumen perencanaan sebagai arah dan acuan sekaligus kesepakatan bagiseluruh komponen Dinas Kesehatan Kabupaten dalam mewujudkan cita-cita dan tujuansesuai dengan visi, misi dan arah kebijakan pembangunan kesehatan yang disepakatibersama. Dengan demikian Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Lima PuluhKota mensinergikan perencanaan pembangunan kesehatan nasional dan daerah melaluiprogram program kesehatan dan merupakan satu kesatuan dari Rencana PembangunanJangka Menengah Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota. Penyusunannya dilakukanmelalui satu proses berkelanjutan dari pembuatan keputusan berisiko denganmemanfaatkan sebanyak-banyaknya pengetahuan antisipatif, pengorganisasian usaha-usaha pelaksanaan keputusan tersebut dan mengukur hasilnya melalui umpan-balikyang terorganisasi dan sistematis. Dengan mengacu dokumen ini maka seluruh upayayang dilakukan oleh masing-masing pelaku pembangunan kesehatan bersifat sinergis,koordinatif dan melengkapi satu dengan lainnya didalam satu pola sikap dan satu polatindak.Renstra berfungsi sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja TahunanDinas, dasar penilaian kinerja Kepala SKPD. Disamping itu juga dapat berfungsi sebagaibahan evaluasi yang penting agar pembangunan dapat berjalan secara lebih sitematis,komprehensif dan tetap focus pada penyelesaian masalah mendasar yang dihadapiKabupaten Lima Puluh Kota, khususnya dibidang kesehatan.

1.2. Landasan HukumBeberapa landasan hukum yang digunakan sebagai acunan dalam penyusunanRPJM ini diantaranya adalah:1. Undang-undang No.12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah OtonomKabupaten dalam Lingkungan Sumatera Tengah.2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.3. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.4. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan PembangunanNasional.5. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.6. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antaraPemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.7. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan JangkaPanjang Nasional tahun 2005 - 2025.8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah10. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.11. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.12. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional13. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan JangkaMenengah Nasional Tahun 2015-201914. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan PeraturanMenteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.15. Peraturan menteri Dalam Negeri No 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan PeraturanPemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan16. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota No. 6 Tahun 2005 tentang RencanaPembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota 2006 – 2025.17. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota No. 6 Tahun 2016 tentang RencanaPembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota 2016 – 2021.

1.3. Maksud dan TujuanMaksud penyusunan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh KotaTahun 2016 – 2021 adalah :a. Sebagai penjabaran upaya Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kotauntuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang murah dan bermutub. Mewujudkan keterpaduan arah kebijakan dan strategi serta keselarasanprogram dan kegiatan sesuai sasaran yang ditetapkan dalam RencanaPembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun2016 - 2021 dan;c. Mewujudkan perencananaan, pemilihan program dan kegiatan prioritasKabupaten Lima Puluh Kota di Bidang Kesehatan.Adapun tujuan penyusunan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Lima PuluhKota tahun 2016 - 2021 adalah sebagai berikut :a. Menjabarkan program dan Kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Lima PuluhKota ke dalam program dan kegiatan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun(tahun 2016 - 2021)b. Memberikan pedoman bagi penyusunan rencana kerja tahunan yangdituangkan dalam Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan Kabupaten LimaPuluh Kota dan rencana kerja lima tahunan.c. Memberikan pedoman dalam penyusunan instrument pengendalian,pengawasan dan evaluasi pembangunan.1.4. Sistematika PenulisanRencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2016 – 2021disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUANBab ini memuat latar belakang perlunya Rencana Strategis. Disamping itudilengkapi dengan landasan hukum penyusunan Rencana Strategis,maksud dan tujuan, serta sistimatika penulisan Rencana Strategis.BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN LIMA PULUHKOTA.Bab ini memuat informasi tentang peran (tugas dan fungsi) DinasKesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota dalam penyelenggaraan urusanpemerintahan daerah, mengulas secara ringkas apa saja sumber dayayang dimiliki Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota dalam

penyelenggaraan tugas dan fungsinya, mengemukakan kinerja pelayananDinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota, dan mengulas tantanga danpeluang dalam pengembangan Pelayanan di Dinas Kesehatan.BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSIBab ini menguraikan tentang identifikasi permasalahan berdasarkanTugas Pokok dan Fungsi pelayanan Dinas Kesehatan; Telaahan visi, misidan program Bupati dan Wakil Bupati Lima Puluh Kota; Telaahan RenstraKementerian Kesehatan, Renstra Dinas Kesehatan Propinsi SumateraBarat dan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota;Telaahan Rencana Tata Ruang dan Wilayah dan Kajian Lingkungan HidupStartegis serta Penentuan isu-isu strategis.BAB IV TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKANBab ini memuat rumusan Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kab. Lima PuluhKota, Tujuan dan Sasaran Janga Menengah Dinas Kesehatan KabupatenLima Puluh Kota serta strategi dan kebijakan Dinas Kesehatan KabupatenLima Puluh Kota.BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOKSASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIFBab ini memuat rencana program dan kegiatan, indikator kinerja,kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif (Perumusan rencanaprogram, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaanindikatif).BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DANSASARAN RPJMDPada bab ini dikemukan indikator kinerja SKPD yang secara langsungmenunjukkan kinerja yang akan dicapai SKPD dalam lima tahunmendatang sebagai komitmen untuk pencapaian tujuan dan sasaranRPJMDBAB VIIPENUTUPLAMPIRAN – LAMPIRANLampiran I : Matriks Program Lima Tahunan

.

2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Lima

Puluh KotaPengelolaan bidang kesehatan telah diatur dalam Peraturan Daerah KabupatenLima Puluh Kota Nomor 15 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan OrganisasiPerangkat Daerah. Sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 48 Tahun 2016, maka DinasKesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota mempunyai tugas membantu Bupatimelaksanakan urusan pemerintahan dan tugas pembantuan bidang Kesehatan. Untukmenyelenggarakan tugas tersebut Dinas Kesehatan mempunyai fungsi:1) Perumusan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan danpengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan,fasilitas pelayanan kesehatan dan perbekalan kesehatan Rumah tangga(PKRT) serta sumber daya kesehatan;2) Pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan danpengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan,fasilitas pelayanan kesehatan dan perbekalan kesehatan Rumah tangga(PKRT) serta sumber daya kesehatan;3) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan masyarakat,pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, kefarmasian,alat kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan dan perbekalan kesehatanRumah tangga (PKRT) serta sumber daya kesehatan;4) Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan5) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan bidangKesehatan.Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota terdiri dari :1) Kepala Dinas;2) Sekretariat;3) Bidang Kesehatan Masyarakat;4) Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit;

BABII

5) Bidang Pelayanan Kesehatan;6) Bidang Sumber Daya Kesehatan;7) Unit Pelaksana Teknis ;8) Kelompok Jabatan Fungsional.Setiap Kepala Bidang membawahi 3 (tiga) Kepala Seksi sesuai bidangnya.Sedangkan Sekretariat dibantu 3 (tiga) Kepala Sub Bagian.Adapun Tugas dan Fungsi Sekretariat, Kepala Bidang, Kepala Seksi dan Kepala SubBagian adalah sebagai berikut :1) Sekretariata. Tugas :Sekretaris mempunyai tugas membantu Kepala Dinas mengelola urusankesekretariatan yang meliputi hukum, kepegawaian, administrasi umum,keuangan, pengelolaan aset, program dan informasi kesehatan DinasKesehatan.b. Fungsi :(1) Penyiapan perumusan kebijakan operasional tugas administrasi dilingkungan Dinas Kesehatan(2) Koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasikepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Dinas Kesehatankabupaten.(3) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

administrasi di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten; dan(4) Pengelolaan aset yang menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan

Kabupaten.

Sekretariat terdiri dari :a) Sub Bagian Hukum, Kepegawaian dan Umum;b) Sub Bagian Keuangan dan Pengelolaan Aset;c) Sub Bagian Program dan Infokes.

2) Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat.a. Tugas :Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas membantu KepalaDinas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional dibidang kesehatan keluarga, gizi masyarakat, promosi kesehatan,pemberdayaan masyarakat dan jaminan kesehatan, kesehatan lingkungan,kesehatan kerja dan olah raga.Fungsi :(1) Pelaksanaan Perumusan kebijakan daerah di bidang kesehatankeluarga, gizi masyarakat, promosi kesehatan, pemberdayaanmasyarakat, jaminan kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatankerja dan olah raga;(2) Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidangkesehatan keluarga, gizi masyarakat, promosi kesehatan,pemberdayaan masyarakat, jaminan kesehatan, kesehatan lingkungan,kesehatan kerja dan olah raga;(3) Pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria dibidangkesehatan keluarga, gizi masyarakat, promosi kesehatan,pemberdayaan masyarakat, jaminan kesehatan, kesehatan lingkungan,kesehatan kerja dan olah raga;(4) Penyusunan rencana program dan kegiatan bidang KesehatanMasyarakat;(5) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan keluarga,gizi masyarakat, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat,jaminan kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga.(6) Pelaksanaan koordinasi kegiatan bidang Kesehatan Masyarakat;dan(7) Pelaksanaan fungsi lain yang terkait (administrasi) Bidang KesehatanMasyarakat yang diberikan Pimpinan.

Bidang Bina Pelayanan Kesehatan terdiri dari :a) Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakatb) Seksi Promosi, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaminan Kesehatan;c) Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olah Raga3) Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakita. Tugas :Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai tugasmembantu Kepala Dinas melaksanakan perumusan dan pelaksanaankebijakan operasional di bidang surveilans dan imunisasi, pencegahan danpengendalian penyakit menular, pencegahan dan pengendalian penyakittidak menular, kesehatan jiwa dan Napza.Fungsi :(1) Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang surveilans danimunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular,pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, kesehatan jiwadan Napza.;(2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang surveilansdan imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular,pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, kesehatan jiwadan Napza.;(3) Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang surveilans danimunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular,pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, kesehatanjiwa dan Napza.; dan(4) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang surveilans danimunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular,pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, kesehatan jiwadan Napza.

Bidang Pelayanan Kesehatan terdiri dari :a) Seksi Surveilans, Imunisasi, dan Penanggulangan Krisis Kesehatan ;b) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular;c) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, KesehatanJiwa dan Napza.4) Kepala Bidang Pelayanan Kesehatana. Tugas :Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas membantu KepalaDinas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional dibidang pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan rujukantermasuk peningkatan mutunya, serta pelayanan kesehatan tradisional.b. Fungsi :(1) Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang pelayanankesehatan primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasukpeningkatan mutunya, serta pelayanan kesehatan tradisional;(2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang pelayanankesehatan primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasukpeningkatan mutunya, serta pelayanan kesehatan tradisional;(3) Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelayanankesehatan primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasukpeningkatan mutunya, serta pelayanan kesehatan tradisional; dan(4) Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatanprimer dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk peningkatanmutunya, serta pelayanan kesehatan tradisional.

Bidang Pelayanan Kesehatan terdiri dari :a) Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional;b) Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan;c) Seksi Peningkatan Mutu dan Akreditasi.

5) Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan.a. Tugas :Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas melaksanakanperumusan dan melaksanaan kebijakan operasional di bidang kefarmasian,alat kesehatan dan PKRT serta sumber daya manusia kesehatan.b. Fungsi :(1) Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang kefarmasian,perencanaan dan pengadaan obat, alat kesehatan, perbekalankesehatan rumah tangga (PKRT) dan fasyankes primer serta sumberdaya manusia kesehatan dan diklat;(2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang kefarmasian,perencanaan dan pengadaan obat, alat kesehatan, perbekalankesehatan rumah tangga (PKRT) dan fasyankes primer serta sumberdaya manusia kesehatan dan diklat;(3) Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang kefarmasian, alatkesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) dan fasyankesprimer serta sumber daya manusia kesehatan dan diklat;(4) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang kefarmasian,perencanaan dan pengadaan obat, alat kesehatan, perbekalankesehatan rumah tangga (PKRT) dan fasyankes primer serta sumberdaya manusia kesehatan dan diklat;Bidang Sumber Daya Kesehatan terdiri dari :a) Seksi Pelayanan Kefarmasian;b) Seksi Alat Kesehatan dan Fasyankes;c) Seksi SDM Kesehatan dan Diklat.

Dilingkungan Dinas Kesehatan terdapat unit pelaksanan teknis (UPT) dinasdi bidang Kesehatan berupa Pusat kesehatan Masyarakat sebagai unit organisasi bersifatfungsional dan unit layanan yang bekerja secara professional.

Selain UPT, terdapat juga Kelompok Jabatan Fungsional yang mempunyaitugas melaksanakan sebagian kegiatan Dinas secara professional sesuai dengankebutuhan. Kelompok jabatan fungsional ini terdiri atas sejumlah tenaga dalam jenjangjabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidangkeahlian dan ketrampilan. Jumlah jabatan fungsional ini ditentukan berdasarkan sifat,jenis, kebutuhan dan beban kerja.

KESEHATAN LINGKUNGAN, KESEHATANKERJA DAN OLAHRAGA

KEPALA DINAS

SEKSI

PELAYANAN KESEHATAN

PROMOSI, PEMBERDAYAAN MASYARAKATDAN JAMINAN KESEHATAN

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIANPENYAKIT MENULAR

SEKSI SEKSI

SUB BAGIAN

SEKRETARIS

BIDANG

SEKSI

PELAYANAN KESEHATAN PRIMER DANTRADISIONAL

SUB BAGIAN

SEKSI

SEKSI

PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN

SEKSI

SDM KESEHATAN DAN DIKLAT

UPTD

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIANPENYAKIT TIDAK MENULAR, KESEHATAN

JIWA DAN NAPZAPENINGKATAN MUTU DAN AKREDITASI

PELAYANAN KEFARMASIAN

SEKSI

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJADINAS KESEHATAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

TAHUN 2016

SUMBER DAYA KESEHATAN

BIDANG

KESEHATAN KELUARGA DAN GIZIMASYARAKAT

SEKSI SEKSI

KELOMPOK JABATANFUNGSIONAL SUB BAGIAN

SEKSI

KESEHATAN MASYARAKAT

SURVEILANS, IMUNISASI DANPENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

SEKSI

ALAT KESEHATAN DAN FASYANKES

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIANPENYAKIT

BIDANG BIDANG

PROGRAM DAN INFOKES KEUANGAN DAN PENGELOLAANASET HUKUM, KEPEGAWAAN DAN UMUM

2.2. Sumber Daya Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota

1) Sarana KesehatanSarana kesehatan meliputi puskesmas dan jaringannya, rumah sakit,kendaraan yang dimiliki, termasuk upaya kesehatan bersumber dayamasyarakat antara lain posyandu, Posbindu, dan Poskestren.a. Puskesmas dan jaringannyaPuskesmas merupakan unit pelaksana teknis dari Dinas KesehatanKabupaten/Kota yang berada di wilayah kecamatan dan melaksanakantugas operasional pembangunan kesehatan. Pembangunan puskesmas ditiap kecamatan memiliki peran yang sangat penting dalam memeliharakesehatan masyarakat. Pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan dasardapat digambarkan secara umum oleh indikator rasio puskesmasterhadap 30.000 penduduk.Pada tahun 2015 Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki 22 puskesmasyang tersebar di 13 kecamatan. Pada tabel 2.1 berikut ini dapat kita lihatrasionya terhadap jumlah penduduk per kecamatan.Tabel 2.1Rasio Puskesmas Terhadap 30.000 Penduduk Menurut Kecamatandi Kab. Lima Puluh Kota Tahun 2015

No KecamatanJumlah

Penduduk

Jumlah

Puskesmas

Rasio/30.000

pddk

1 Akabiluru 26.890 2 0.442 Payakumbuh 34.076 1 1,133 Mungka 26.483 1 0,884 Guguk 35.950 2 0,605 Situjuah Limo Nagari 21.533 1 0,726 Lareh Sago Halaban 36.780 2 0,617 Luak 26.976 1 0,908 Harau 49.488 2 0,829 Suliki 15.173 1 0,50

10 Gunuang Omeh 13.265 1 0,4411 Bukit Barisan 23.231 3 0,2612 Pangkalan Koto Baru 29.997 3 0,3313 Kapur IX 29.143 2 0,48Total 368.985 22 0,56

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa rasio puskesmas terhadap 30.000penduduk ditiap kecamatan kurang dari 1/30.000 pddk, kecuali dikecamatan Payakumbuh 1 Puskesmas melayani lebih dari 30.000 pddk.Untuk keseluruhan wilayah kabupaten, rasio mencapai 0,56/30.000 pddk.Data dari Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2015, tahun 2014 rasiopuskesmas terhadap 30.000 penduduk adalah 1,16. Jadi dibandingkandata nasional, kabupaten Lima Puluh Kota masih berada diatas datanasional. Dari 22 puskesmas tersebut 4 diantaranya adalah puskesmasrawatanSelain puskemas, sarana lainnya adalah puskesmas pembantu, polindes,puskesmas keliling dan kendaraan roda dua. Pada tabel 2.2 berikut inidapat kita lihat jumlah dan keadaan sarana tersebut pada tahun 2015.Tabel 2.2Jumlah Sarana Kesehatan dan Kondisinya di Kab. Lima Puluh KotaTahun 2015

No Jenis Sarana Jumlah

KondisiBaik RusakRingan RusakBerat1 Puskesmas Pembantu 88 22 33 352 Polindes 164 41 61 623 Puskesmas Keliling 30 24 3 34 Kendaraan roda 2 198 126 31 41

Dari data diatas dapat kita simpulkan bahwa dari 88 buah puskesmaspembantu hanya 22 (24,4 %) yang kondisinya baik. Puskesmas kelilingyang kondisinya baik adalah 24 Unit (73,1%), dan kendaraan roda dua (2)yang kondisinya baik adalah 126 unit (58%).b. Rumah SakitKabupaten Lima Puluh Kota memiliki satu (1) rumah sakit yang dikelolaoleh Pemda Kabupaten. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Achmad

Darwis Suliki adalah rumah sakit tipe C. Pada tabel 2.3 berikut ini dapatdiketahui data dasar rumah sakit tersebut.Tabel 2.3Data Dasar RSUD Suliki Tahun 2015NO Variabel

Jumlah

TT

1 Kelas Utama 42 Kelas I 153 Kelas II 244 Kelas III 56Total 99

Dari data diatas dapat kita hitung rasio tempat tidur terhadap 100.000penduduk adalah 17,76/100.000 penduduk. Data nasional adalah padatahun 2013 adalah 70,74/100.000. Pemanfaatan tempat tidur padatahun 2013 adalah 42,1%. Hal ini belum sesuai dengan standar nasionalyang diharapkan yaitu 60% - 85%.c. Sarana Kesehatan Bersumberdaya MasyarakatAda beberapa jenis sarana kesehatan yang bersumberdaya masyarakatantara lain posyandu, polindes, pos obat desa (POD), tanaman obatkeluarga (TOGA), pos kesehatan pesantren (Poskestren) dan Pos UpayaKesehatan Kerja (UKK). Data pada tabel 2.4 berikut ini memberikangambaran tentang upaya kesehatan bersumber daya masyarakat.Tabel 2.4Jumlah Sarana Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat Tahun 2015

No UKBM Jumlah Rasio / Nagari

1 Posyandu 544 6,92 Polindes/Pokesri 164 2,13 Posbindu PTM 177 2,24 Nagari Siaga 79 1

Berdasarkan data diatas kita dapat menghitung rasio posyandu terhadapjumlah Nagari (79 Nagari ) yaitu 6,9, jadi totalnya ditiap Nagari telah adaminimal 6 (enam) posyandu. Data nasional untuk rasio posyandu adalah3,85 dengan rata-rata perkelurahan/desa ada 4 posyandu, berarti rasioposyandu per Nagari di Kab. Lima Puluh Kota berada di atas angkanasional. Posyandu dibagi atas 4 strata yaitu pratama (67 buah), Madya(148 buah), purnama (227 buah), dan mandiri (102 buah).Rasio Polindes/Poskesri terhadap jumlah Nagari adalah 2,1, berarti di tiapnagari minimal ada 2 Polindes/Poskesri. Sedangkan rasio Posbindu PTM2,2. Berarti dalam satu Nagari minimal ada 2 Posbindu/PTM.d. Tenaga KesehatanData tenaga kesehatan di Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2015dapat kita lihat pada tabel 2.6 berikut ini.Tabel 2.5Ratio Tenaga Kesehatan Per 100.000 Penduduk Tahun 2015Di Kab. Lima Puluh Kota

No Jenis TenagaJumlah TH

2015

Rasio per

100.000

penduduk Thn

2015

Target

Nasional

Tahun 2014

1 Dokter Spesialis 12 3,26 102 Dokter Umum 36 9,78 403 Dokter Gigi 25 6,79 124 Perawat 161 43,73 1585 Bidan 352 189,47 1006 Perawat Gigi 27 7,33 157 Apoteker 6 1,62 98 Asisten Apoteker 35 9,48 189 Sarjana Kesmas 29 13,55 13

10 Sanitarian 15 4,07 1511 Gizi 23 6,25 1012 Keterapian Fisik 1 0,27 4

Dari data tersebut diatas, terlihat bahwa umumnya jumlah tenagakesehatan masih kurang dibandingkan dengan target nasional. Rasiodokter umum terhadap 100.000 penduduk skala nasional pada tahun2014 adalah 40/100.000 penduduk sedangkan di Kab. Lima Puluh Kotatahun 2015 baru sekitar 9,78/100.000 penduduk. Untuk dokter gigiangkanya sudah lebih tinggi dari angka nasional 6,79/100.000 penduduk(nasional 12/100.000 penduduk), masih banyak kekurangan yangdibutuhkan oleh Kab. Lima Puluh Kota. Selain itu sampai saat iniKesebagian besar dokter dan dokter gigi di Puskesmas masih merangkapjabatan sebagai Kepala Puskesmas.Tenaga kesehatan yang telah melebihi kebutuhan hanya sarjanakesehatan masyarakat dan Bidan. Di Kabupaten Lima Puluh Kota sampaiahkir tahun 2015 terdapat 50 orang sarjana kesehatan masyarakat denganpembagian S2 sebanyak 7 orang dan 43 orang S1. Untuk sarjana kesehatanmasyarakat tidak perlu penambahan jumlah, namun yang diperlukanadalah peningkatan kualitas. Rasio Bidan terhadap 100.000 pendudukdalam skala nasional sampai tahun 2015 adalah 100/100.000 penduduk,di Kab. Lima Puluh Kota rasionya adalah 100,92/100.000 penduduk. Jadiyang perlukan adalah peningkatan kualitas melalui pendidikan, karenaumumnya tenaga bidan yang ada masih berlatar belakang D1 Kebidanan,untuk itu perlu ditingkatkan menjadi D3 kebidanan.2) Analisis Lingkungan Strategis OrganisasiAnalisis lingkungan strategis adalah deskripsi mengenai apa yang terjadidalam lingkungan organisasi yang dapat memberikan pengaruh terhadaprencana strategis. Secara terstruktur, lingkungan strategis Dinas Kesehatanterdiri atas lingkungan internal dan lingkungan eksternal, yang masing-masingdapat diuraikan sebagai berikut :

1. Lingkungan InternalLingkungan internal terdiri atas dua faktor strategis yang secarakeseluruhan dapat dikelola oleh manajemen Dinas Kesehatan, dan terdiriatas faktor kekuatan organisasi dan kelemahan organisasi.

Faktor Kekuatan Organisasi :a. Adanya struktur organisasi yang cukup efektif dalam menunjangpelaksanaan tugas pokok dan fungsi.b. Adanya standar operasi baku dalam menjalankan manajemenkesehatan.c. Tersusunnya program pembangunan kesehatan yang berorientasipada pencapaian misi pembangunan kesehatan.d. Adanya komitmen seluruh jajaran organisasi untuk mewujudkankinerja optimal dalam pembangunan kesehatan.Faktor Kelemahan Organisasi :a. Belum mantapnya koordinasi lintas fungsi organisasi dalam rangkameningkatkan kualitas manajemen kesehatan.b. Belum meratanya sumberdaya kesehatan yang siap untukdidayagunakan secara maksimal pada setiap puskesmas.c. Belum optimalnya perwujudan pemerataan pendayagunaansumberdaya kesehatan, khususnya SDM kesehatan.d. Belum optimalnya pengawasan dan pengendalian terhadap berbagaiupaya kesehatan masyarakat.e. Relatif terbatasnya sarana dan prasarana yang mampu mendukungakselerasi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.2. Lingkungan EksternalLingkungan eksternal terdiri atas dua faktor strategis yang karena beradapada lingkungan eksternal organisasi maka tidak dapat dikelola secaralangsung oleh manajemen Dinas Kesehatan, namun dapat mempengaruhiupaya peningkatan kinerja organisasi. Dua faktor strategis dari lingkunganeksternal organisasi adalah faktor peluang organisasi dan ancaman atautantangan organisasi.Faktor Peluang Organisasi :a. Berkembangnya teknologi informasi untuk mendukung pemantapanmanajemen kesehatan.

b. Adanya kebijakan pemerintah yang menempatkan pembangunankesehatan sebagai bagian penting dari pembangunan manusiaIndonesia seutuhnya.c. Adanya bantuan program DAK bidang kesehatan dari PemerintahPusat dalam pembangunan kesehatan di daerah.d. Potensi sumberdaya masyarakat yang cukup kondusif untukdidayagunakan dan diberdayakan dalam pembangunan kesehatan.Faktor Tantangan Organisasi :a. Meningkatnya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanankesehatan yang berkualitas.b. Belum optimalnya keperansertaan para pemangku kepentingan(stakeholders) dan sumberdaya masyarakat dalam mewujudkan misipembangunan kesehatan.c. Masih rendahnya tingkat keberdayaan masyarakat khususnyamasyarakat miskin dalam mewujudkan kemandirian untuk hidupsehat.d. Luasnya sasaran yang harus dijangkau dalam upaya pembangunankesehatan secara bermutu, merata, terjangkau danberkesinambungan.2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota

2.3.1. Derajat Kesehatan Kabupaten Lima Puluh KotaDerajat kesehatan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai dari PembangunanKesehatan Indonesia. Indikator yang menentukan derajat kesehatan masyarakatadalah mortalitas, morbiditas, dan status gizi. Mortalitas ditentukan oleh angkakematian bayi, angka kematian balita, angka kematian ibu melahirkan, dan angkaharapan hidup.Morbiditas ditentukan oleh angka kesakitan malaria, angka kesembuhanpenderita TB Paru BTA (+), Prevalensi HIV, Angka “Acute Flaccid Paralysis (AFP)pada anak usia < 15 tahun, dan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue. Statusgizi ditentukan oleh presentase balita gizi gizi buruk dan presentase kecamatanbebas rawan gizi.

a. MortalitasMortalitas yang pertama dilihat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). AngkaKematian Bayi dapat didefinisikan sebagai banyaknya bayi yangmeninggalsebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiranhidup pada tahun yang sama.Angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2015adalah 16,38/1000 kelahiran hidup (100 jiwa). Angka ini meningkatdibandingkan dengan angka di tahun 2014 yaitu 13,7 /1.000 kelahiran hidup(82 jiwa). Wilayah kerja yang memiliki jumlah kematian bayi tertinggiadalah Puskesmas Koto Tinggi sebanyak 13 jiwa. Target MDGs pada tahun2015 adalah 23/1.000 kelahiran hidup, artinya angka kematian bay Kab.Lima Puluh Kota sudah jauh berada di bawah target MSG’s. Pada tabel berikutini dapat dilihat tren angka kematian bayi dari tahun 2011 – 2015.Tabel 2.6Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran hhidup Kab. Lima Puluh KotaTahun 2011 - 2015Indikator Tahun2011 2012 2013 2014 2015Kasus Kematian Bayi 92 92 96 82 100Angka Kematian Bayi/ 1000kelahiran hidup 15,26 15,26 15,74 13,66 16,38Sumber : Sie Kesga dan KB

Angka kematian ibu merupakan ukuran penentu mortalitas berikutnya.Angka Kematian Ibu merupakan indikator penting dalam penentuan derajatkesehatan. Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2007),angka kematian ibu secara nasional adalah 228 per 100.000 KLH. Berikut iniadalah angka kematian ibu di Kab. Lima Puluh Kota Tahun 2011-2015.

Tabel 2.7Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup di Kab. Lima Puluh KotaTahun 2011 - 2015Indikator Tahun2011 2012 2013 2014 2015Kasus Kematian Ibu 10 5 3 8 4Angka Kematian Ibu /100.000 kelahiran hidup 165 82 49 133 65Sumber : Sie Kesga dan KB

Jumlah kematian ibu (AKI) melahirkan Tahun 2015 sebesar 4 jiwa. Jumlahini juga turun dari tahun 2014 sebanyak 8 jiwa. tabel 2.7 menggambarkanjumlah kematian ibu (AKI) dari tahun 2011 – 2015. Dari tabel diatas tersebutdapat kita lihat, bahwa angka kematian ibu pada tahun 2015 sudah mencapaitarget MDG,s tahun 2015, dimana pada tahun 2015 target MDG,s adalah 102per 100.000 KLH. Padahal tahun sebelumnya (2014) angka kematian ibu diKab. Lima Puluh Kota masih jauh dari target MDG’s yaitu sebesar 133 per100.000 KLH.Angka kematian ibu merupakan ukuran yang sensitive terhadap pelayanankesehatan dan merupakan indikator untuk keberhasilan pembangunansektor kesehatan.AKI mengacu pada kematian ibu yang terkait dengan masakehamilan, persalinan, dan nifas.Beberapa terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia telahdilakukan, salah satunya Program Perencanaan Persalinan dan PencegahanKomplikasi (P4K). Program tersebut menitikberatkan kepedulian dan perankeluarga dan masyarakat dalam melakukan upaya deteksi dini, menghindaririsiko kesehatan pada ibu hamil, serta menyediakan akses dan pelayanankegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar di tingkat Puskesmas(PONED) dan pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatalkomprehensif di Rumah Sakit (PONEK). Dalam implementasinya, P4Kmerupakan salah satu unsur dari Desa Siaga. P4K mulai diperkenalkan olehMenteri Kesehatan pada tahun 2007. Pelaksanaan P4K di desa-desa tersebut

perlu dipastikan agar mampu membantu keluarga dalam membuatperencanaan persalinan yang baik dan meningkatkan kesiapsiagaan keluargadalam menghadapi tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas agar dapatmengambil tindakan yang tepat.Dilakukan pula kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP), yang merupakanupaya dalam penilaian pelaksanaan serta peningkatan mutu pelayanankesehatan ibu dan bayi baru lahir. Kegiatan ini dilakukan melaluipembahasan kasus kematian ibu atau bayi baru lahir sejak di levelmasyarakat sampai di level fasilitas pelayanan kesehatan. Salah satu hasilkajian yang didapat dari AMP adalah kendala yang timbul dalam upayapenyelamatan ibu pada saat terjadi kegawatdaruratan maternal dan bayibaru lahir. Kajian tersebut jugamenghasilkan rekomendasi intervensi dalam upaya peningkatan mutupelayanan kesehatan ibu dan bayi di masa mendatang.Angka mortalitas berikutnya adalah angka kematian balita. Angka kematianBalita (AKABA) menggambarkan peluang untuk meninggal pada fase antarakelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Berikut ini adalah Tabel angkakematian balita per 1.000 kelahiran hidup di Kab. Lima Puluh Kota Tahun2011 – 2015 Tabel 2.8Angka Kematian Balita per 1.000 kelahiran hidup Kab. Lima Puluh KotaTahun 2011 - 2015Indikator Tahun2011 2012 2013 2014 2015Kasus Kematian Balita 106 101 105 97 110Angka Kematian Balita /1000 kelahiran hidup 17,5 16,76 17,21 16,16 18,02Sumber : Sie Kesga dan KB

Dari tahun 2011 – 2015 di Kab. Lima Puluh Kota cenderung terjadipeningkatan. Walaupun pada tahun 2014 terjadi penurunan kasus kematian

balita yaitu 97 kasus, dan meningkat lagi pada tahun 2015 sebanyak 110kasus.2. MorbiditasTingkat kesakitan (morbiditas) menggambarkan situasi derajat kesehatanmasyarakat yang ada di wilayah tersebut. Tingkat morbiditas penyakitmenular terkait dengan komitmen internasional yang senantiasa menjadisorotan dalam membandingkan kondisi kesehatan antar negara. Pada bagianini disajikan gambaran morbiditas penyakit menular yang dapat menjelaskankeadaan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Lima Puluh Kotasepanjang tahun 2011-2015a) Penyakit TB ParuAngka kasus baru penderita TB Paru BTA (+) pada tahun 2015 sebesar208 kasus (56,37 %) dengan jumlah penderita sembuh sebanyak 165orang. Pada tahun 2014 jumlah penderita BTA (+) yang ditemukan adalah193 kasus (63,61%), jumlah penderita sembuh 177 orang atau 77,29%..Pada tabel berikut ini dapat kita lihat kasus TB Paru BTA (+) dari tahun2011 – 2015. Tabel 2.9Prevalensi Kasus Baru BTA (+) Kab. Lima Puluh KotaTahun 2011 - 2015Indikator Tahun2011 2012 2013 2014 2015Kasus penderita Baru 208 226 229 193 208Persentase 59,1 63,5 63,61 52,42 56,37

Sumber : Sie Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit

b) Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkanoleh nyamuk Aedes Aegypti, mulai menjangkiti Indonesia sejak tahun1968. Pada tahun 2014 angka kesakitan Demam Berdarah sebanyak 147kasus, dengan 1 orang meninggal. Pada tahun 2015, kejadian demam

berdarah meningkat menjadi 190 kasus, dan terdapat 2 orang meninggal.Pada tahun 2015 ini kasus terbanyak terjadi di kecamatan Payakumbuhyaitu sebanyak 71 kasus.Pada tabel berikut dapat dilihat incidence rate kasus demam berdarahdari tahun 2011-2015, dimana terjadi peningkatan kasus dari tahun ketahun. Tabel 2.10Incidence Rate DBD Kab. Lima Puluh KotaTahun 2011 - 2015Indikator Tahun2011 2012 2013 2014 2015Jumlah Kasus 77 102 116 147 190Incidence Rate 21,9 28,6 32,2 39,93 51,6Sumber : Sie Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit

c) DiareDiare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensifeses selain dari frekuensi buang air besar.Seorang dikatakan menderitaDiare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tigakali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalamwaktu 24 jam (Profil Kesehatan Indonesia 2012)Jumlah perkiraan kasus diare adalah 10% dari jumlah penduduk dikalikandengan angka kesakitan (angka kesakitan nasional 214 per 1.000penduduk).

Tabel 2.11Kasus Diare Yang Ditangani Kab. Lima Puluh KotaTahun 2011 - 2015Indikator Tahun2011 2012 2013 2014 2015Target Kasus 14.893 15.060 7.473 7.878 7.896Kasus Ditangani 7.675 6.176 6.827 7.017 6.990Persentase 51,5 41,0 91,35 89,07 88,52Sumber : Sie Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit

3. Status GiziStatus gizi merupakan salah satu ukuran dalam pencapaian derajatkesehatan. Terjadinya gizi buruk pada balita antara lain karena kurangnyaasupan gizi dan serangan penyakit infeksi. Faktor penyebab tidak langsungadalah rendahnya daya beli dan ketidaktersediaan pangan yang bergizi,keterbatasan pengetahuan tentang pangan yang bergizi terutama untuk ibudan anak balita.Upaya mengatasi prevalensi gizi buruk dilakukan antara lain melalui :1) Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguanakibat kurang yodium, kurang vitamin A, dan kekurangan zat gizi mikrolainnya;2) Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi;3) Pemberian subsidi pangan bagi penduduk miskin;4) Peningkatan partisipasi masyarakat melalui revitalisasi pelayananposyandu, dan;5) Pelayanan gizi bagi ibu hamil (berupa tablet besi) dan balita (berupaMakanan Pendamping ASI) dari keluarga miskin.Pada tabel berikut ini, dapat kita ketahui status gizi buruk balita di Kab. LimaPuluh Kota dari tahun 2011 – 2015

Tabel 2.12Prevalensi Balita Status Gizi Buruk (BB/U) Kab. Lima Puluh KotaTahun 2011- 2015Indikator Tahun2011 2012 2013 2014 2015Jumlah Kasus 448 279 385 248 300Persentase 0,9 1,1 0,7 1,1 1,2Sumber : Seksi Gizi Masyarakat

Indikator BB/U memberikan gambaran tentang status gizi secara umum,mengindikasikan ada tidaknya masalah gizi pada balita, tetapi tidakmengindikasikan apakah masalah gizi tersebut kronis atau akut. Berdasarkanindikator ini satus gizi balita dinyatakan atas 4 kategori yaitu gizi buruk, gizikurang, gizi baik, dan gizi lebih.Peran serta masyarakat dalam penimbangan balita menjadi sangat pentingdalam deteksi dini kasus gizi kurang dan gizi buruk. Dengan rajin menimbangbalita, maka pertumbuhan balita dapat dipantau secara intensif. Sehinggabila berat badan anak tidak naik ataupun jika ditemukan penyakit akan dapatsegera dilakukan upaya pemulihan dan pencegahan supaya tidak menjadi gizikurang atau gizi buruk. Semakin cepat ditemukan, maka penanganan kasusgizi kurang atau gizi buruk akan semakin baik. Penanganan yang cepat dantepat sesuai tata laksana kasus anak gizi buruk akan mengurangi risikokematian sehingga angka kematian akibat gizi buruk dapat ditekan.2.3.2. Capaian Program Pelayanan Kesehatan DasarTujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatanmasyarakat, serta dalam mewujudkan visi dan misi Dinas Kesehatan, dimanasalah satu strategi utamanya adalah “ Meningkatkan akses masyarakat terhadaplayanan kesehatan yang berkualitas “. Untuk mencapai keadaan tersebut telahdilakukan berbagai upaya kesehatan masyarakat. Uraian berikut ini memberikangambaran mengenai situasi upaya kesehatan lima tahun terakhir khususnyaselama tahun 2015.

a. Pelayanan Kesehatan Dasar1) Pelayanan Kesehatan Ibu dan AnakKesehatan ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin yangdikandungnya, dan akan mempengaruhi pertumbuhan bayi. Gangguankesehatan yang dialami seorang ibu sedang hamil bisa berpengaruhpada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masapertumbuhan bayi dan anaknya.Pelayanan kesehatan ibu hamil diberikan kepada ibu hamil yangdilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.Proses ini dilakukan selama rentang usia kehamilan ibu yangdikelompokkan sesuai usia kehamilan menjadi trimester pertama,trimester kedua, dan trimester ketiga. Pelayanan kesehatan ibu hamilyang diberikan harus memenuhi elemen pelayanan sebagai berikut :1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan;2. Pengukuran tekanan darah;3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA);4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);5. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasitetanus toksoid sesuai status imunisasi;6. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selamakehamilan;7. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);8. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonaldan konseling, termasuk keluarga berencana);9. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobindarah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongandarah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya); dan10. Tatalaksana kasus.Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan ibuhamil tidak hanya dari sisi akses. Kualitas pelayanan yang diberikanjuga harus ditingkatkan, di antaranya pemenuhan semua komponenpelayanan kesehatan ibu hamil harus diberikan saat kunjungan.

a) Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan pada ibuhamil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional. Padapelayanan antenatal yang diberikan seperti pengukuran beratbadan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri,imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi padaibu hamil selama kehamilan. Hasil pelayanan antenatal dapatdilihat dari cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4.Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperolehpelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatandibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja padakurun waktu satu tahun. Sedangkan cakupan K4 adalah jumlahibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuaidengan standar paling sedikit empat kali sesuai jadwal yangdianjurkan di tiap trimester dibandingkan jumlah sasaran ibuhamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan kesehatanterhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalammemeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan. Pada tabelberikut dapat kita lihat cakupan pelayanan antenatal pada limatahun terakhir. Tabel 2.13Cakupan K1 dan K4 Bumil Kab. Lima Puluh KotaTahun 2011 - 2015Indikator Tahun2011 2012 2013 2014 2015K1 86,87 84,80 86 80,52 86,47K4 63,12 60,55 71,64 65,52 75,67Sumber : Sie Kesga dan KB

Cakupan Kunjungan Pertama (K1) Ibu hamil tahun 2015 sebesar86,47% belum mencapai target 100%, walaupun cakupan ini telah

meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 80,52%. Demikian puladengan cakupan K4 tahun 2015 sebesar 75,47% masih belummencapai target 95%, walaupun sudah jauh meningkat dari tahun2014 sebesar 65,52%. Namun secara Nasional Cakupan pelayanankesehatan ibu hamil K4 pada tahun 2015 telah memenuhi targetRencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan sebesar 72%.Pada tahun 2015, puskesmas dengan cakupan pelayanan K4tertinggi adalah Puskesmas Tanjung Pati (93,56%), sedangkanpuskesmas dengan cakupan terendah adalah Baruh Gunuang(49,71%). Target K4 pada tahun 2015 adalah 90%. Pada tabelberikut ini dapat dilihat pencapaian K1 dan K4 per puskesmas ditahun 2015. Tabel 2.14Cakupan K1 dan K4 Puskesmas Kab. Lima Puluh KotaTahun 2015NO PUSKESMAS K1 K41 Koto Baru Simalanggang 83,19 72,732 Batu Hampar 82,61 70,593 Piladang 90,12 83,134 Mungo 95,13 83,025 Halaban 91,67 79,176 Pakan Rabaa 87,19 78,157 Situjuh 80,47 70,228 Taram 92,31 81,039 Tanjung Pati 98,84 93,5610 Dangung-Dangung 91,45 77,9011 Padang Kandis 83,26 73,1312 Mungka 99,04 84,4613 Suliki 79,61 70,6714 Maek 67,98 61,4015 Baruh Gunuang 66,29 49,71

NO PUSKESMAS K1 K416 Banja Laweh 77,78 68,7517 Koto Tinggi 67,41 58,7918 Muaro Paiti 68,97 58,4619 Sialang 96,28 73,3120 Pangkalan 82,29 73,7721 Rimbo Data 93,75 80,2122 Gunung Malintang 81,10 73,17Sumber : Sie Kesga dan KB

b) Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga KesehatanUpaya lain yang dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dankematian bayi yaitu dengan mendorong agar setiap persalinanditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialiskebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, sertadiupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan yangdimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan.Keberhasilan program ini diukur melalui indikator persentasepersalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih (Cakupan PN) danpersentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (cakupanPF).Pada masa persalinan, komplikasi dan kematian ibu maternalserta bayi baru lahir sering terjadi, hal ini disebabkan salahsatunya oleh pertolongan persalinan yang tidak dilakukan olehtenaga kesehatan yang profesional. Cakupan pertolonganpersalinan oleh tenaga kesehatan dari tahun 2011 – 2015 dapatdilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. 15Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Kab. Lima Puluh KotaTahun 2011-2015Indikator Tahun2011 2012 2013 2014 2015Linakes 75,76 74,62 77,92 74,48 74,05Sumber : Sie Kesga dan KB

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Persalinan yang ditolongoleh tenaga kesehatan cenderung menurun dari tahun 2013-2015,dan belum mencapai target Linakes 95% pada Tahun 2015. Secaranasional, indikator tersebut juga belum memenuhi target RenstraKementerian Kesehatan sebesar 75%. Secara keseluruhancakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di tahun 2015menurun dibandingkan tahun 2014.Analisis kematian ibu yang dilakukan Direktorat Bina KesehatanIbu pada tahun 2010 membuktikan bahwa kematian ibu terkaiterat dengan penolong persalinan dan tempat/ fasilitas persalinan.Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terbukti berkontribusiterhadap turunnya risiko kematian ibu. Demikian pula dengantempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan di fasilitas pelayanankesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu.Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan tetap konsisten dalammenerapkan kebijakan bahwa seluruh persalinan harus ditolongoleh tenaga kesehatan dan didorong untuk dilakukan di fasilitaspelayanan kesehatan.Berikut ini tabel cakupan Linakes tahun 2015 per Puskesmas

Tabel 2.16Cakupan Linakes Kab. Lima Puluh KotaTahun 2015NO PUSKESMAS Linakes1 Koto Baru Simalanggang 72,452 Batu Hampar 71,853 Piladang 82,334 Mungo 70,685 Halaban 70,316 Pakan Rabaa 69,237 Situjuh 75,008 Taram 81,729 Tanjung Pati 95,2610 Dangung-Dangung 75,8411 Padang Kandis 67,5912 Mungka 77,8513 Suliki 70,0914 Maek 65,6015 Baruh Gunuang 53,8916 Banja Laweh 60,5817 Koto Tinggi 63,7618 Muaro Paiti 58,7119 Sialang 74,9120 Pangkalan 76,5321 Rimbo Data 77,1722 Gunung Malintang 77,07Sumber : Sie. Kesga dan KB

Pada tahun 2015, cakupan pertolongan persalinan oleh tenagakesehatan tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas TanjungPati (95,26%) serta mencapai target 90% dan terendah di

Puskesmas Baruh Gunuang (53,89%).c) Deteksi Resiko, Rujukan KasusRisti/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal,yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibumaupun bayi. Risti/komplikasi kebidanan meliputi Hb < 8 g%,tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg)oedema nyata, eklampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecahdini, letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letaksungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinanprematur.Pada tabel berikut dapat kita lihat jumlah ibu hamil risti danjumlah yang dirujuk dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.Tabel 2. 17Jumlah Ibu Hamil Resti dan Dirujuk Kab. Lima Puluh KotaTahun 2011 - 2015Indikator Tahun2011 2012 2013 2014 2015Resti Bumil 62,86 25,59 56,26 65,47 82,4Dirujuk 8,7 17,1 31,7 40,6 61,1Sumber : Sie Kesga dan KB

d) Kunjungan Nifas (KF)Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan padaibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tigakali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampaidengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampaidengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampaidengan hari ke-42 pasca persalinan. Masa nifas dimulai dari enamjam sampai dengan 42 hari pasca persalinan.Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan terdiri dari :1) Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dansuhu);

2) Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri);3) Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain;4) Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASIeksklusif;5) Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluargaberencana;6) Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.Tabel berikut menyajikan cakupan kunjungan nifas di Kab. LimaPuluh Kota sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.Tabel 2. 18Cakupan Kunjungan Nifas (KF) Kab. Lima Puluh KotaTahun 2011 - 2015Indikator Tahun2011 2012 2013 2014 2015Kunjungan Nifas 4.938 5.254 5.645 5.422 5.753Cakupan KN 67,43 65,59 71,79 67,44 69,33

Sumber : Sie Kesga dan KB

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Persalinan yang ditolongoleh tenaga kesehatan cenderung turun naik dari tahun 2011-2015. Pada Tahun 2015 cakupan kunjungan nifas masih belummencapai terget sebesar 91%, walaupun dari tahun 2014 telahterjadi peningkatan cakupan KF sebesar 1,89%.e) Kunjungan Neonatal Pertama (KN1)dan Kunjungan NeonatalLengkap (KN Lengkap)Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28hari. Pada masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar darikehidupan di dalam rahim dan terjadi pematangan organ hampirpada semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan

merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguankesehatan paling tinggi, berbagai masalah kesehatan bisa muncul.Sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal.Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risikopada kelompok ini di antaranya dengan mengupayakan agarpersalinan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitaskesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatansesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir.Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umuryang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upayakesehatan dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut,pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal dua kali,satu kali pada 0 – 7 hari dan satu kali lagi pada umur 8 – 28 hari.Kunjungan neonatal pertama (KN1) adalah cakupan pelayanankesehatan bayi baru lahir (umur 6 jam-48 jam) di satu wilayahkerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai standaroleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh sarana pelayanankesehatan. Pelayanan yang diberikan saat kunjungan neonatalyaitu pemeriksaan sesuai standar Manajemen Terpadu Bayi Muda(MTBM) dan konseling perawatan bayi baru lahir termasuk ASIeksklusif dan perawatan tali pusat. Pada kunjungan neonatalpertama (KN1), bayi baru lahir mendapatkan vitamin K1 injeksidan imunisasi hepatitis B0 (bila belum diberikan pada saat lahir).Selain KN1, indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatanbagi neonatal adalah Kunjungan Neonatal Lengkap (KN lengkap)yang mengharuskan agar setiap bayi baru lahir memperolehpelayanan Kunjungan Neonatal minimal tiga kali sesuai standar disatu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahunCakupan KN 1 dan KN Lengkap selama periode 2011 – 2015dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.19Cakupan KN 1 dan KN Lengkap Kab. Lima Puluh KotaTahun 2011 - 2015Indikator Tahun2011 2012 2013 2014 2015KN 1 97,40 98,39 81,10 78,24 76,69KN Lengkap 76,06 92,25 76,82 72,16 73,95Sumber : Sie Kesga dan KB

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan cakupanKN1 dari tahun ke tahun. Sedangkan untuk KN Lengkapcenderung terjadi penurunan dan peningkatan dari tahun 2011 –2015. Capaian KN1 Indonesia pada tahun 2015 sebesar 83,67%dari target 75% dan Kab. Lima Puluh Kota masih jauh dibawahcapaian Nasional walaupun sudah mencapai target Nasionalsebesar 75%. Sedangkan capaian KN Lengkap Kab. Lima PuluhKota (73,95%) juga masih jauh berada dibawah Capaian KNlengkap di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 77,31%.Pada tabel berikut ini kita bisa melihat cakupan KN 1 dan KNLengkap pada masing-masing puskesmas Tahun 2015.Tabel 2.20Cakupan KN Lengkap per Puskesmas Kab. Lima Puluh KotaTahun 2015NO PUSKESMAS KN 1 KN Lengkap1 Koto Baru Simalanggang 74,07 70,642 Batu Hampar 74,37 71,833 Piladang 82,35 84,164 Mungo 71,97 69,205 Halaban 72,46 63,936 Pakan Rabaa 65,42 58,597 Situjuh 78,52 78,09

NO PUSKESMAS KN 1 KN Lengkap8 Taram 89,01 78,879 Tanjung Pati 99,86 96,6010 Dangung-Dangung 79,08 77,3011 Padang Kandis 70,87 68,9312 Mungka 80,42 80,2513 Suliki 74,15 79,3814 Maek 69,23 66,3515 Baruh Gunuang 59,63 59,6316 Banja Laweh 63,85 61,5417 Koto Tinggi 63,38 60,2118 Muaro Paiti 64,23 57,7519 Sialang 78,81 77,7020 Pangkalan 78,52 76,3021 Rimbo Data 81,61 83,9122 Gunung Malintang 79,33 78,00Sumber : Sie Kesga dan KBDari 22 puskesmas puskemas yang angka cakupan KN 1 dan KNLengkap tertinggi, yaitu Puskesmas Tanjung Pati. SedangkanPuskesmas dengan capaian KN1 terendah adalah PuskesmasBaruh Gunuang (59,63%) sedangkan capaian KN Lengkapterrendah adalah Puskesmas Muaro Paiti (57,75%).

2) Pelayanan ImunisasiProgram imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayiumur 0 – 1 tahun, imunisasi pada ibu hamil dan imunisasi buat anakSD. Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnyamerupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkappada kelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatuwilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan

besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi terhadap penularanpenyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).Suatu wilayah dikatakan telah mencapai UCI jika >80% bayi diwilayahtersebut telah mendapat imunisasi lengkap. Dari 22 puskesmas diKabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2015, pencapaian UCI jorongtertinggi terdapat di wilayah Puskesmas Dangung-Dangung (100%).Terendah di wilayah kerja Puskesmas Koto Tinggi (52,94%).Tabel berikut ini menggambarkan Cakupan Jorong UCI Kab. Lima PuluhKota Tahun 2015. Tabel 2.21Cakupan Jorong UCI Per Puskesmas Kab. Lima Puluh KotaTahun 2015NO PUSKESMAS Jorong UCI1 Koto Baru Simalanggang 55,562 Batu Hampar 64,713 Piladang 55,564 Mungo 76,475 Halaban 55,566 Pakan Rabaa 87,107 Situjuh 70,378 Taram 89,479 Tanjung Pati 72,0010 Dangung-Dangung 100,0011 Padang Kandis 57,1412 Mungka 75,0013 Suliki 68,7514 Maek 66,6715 Baruh Gunuang 64,2916 Banja Laweh 72,7317 Koto Tinggi 52,9418 Muaro Paiti 60,00

NO PUSKESMAS Jorong UCI19 Sialang 81,8220 Pangkalan 68,4221 Rimbo Data 83,3322 Gunung Malintang 87,50Sie. Imunisasi, Surveilans dan Wabah Bencana

Pada tahun 2015 jumlah jorong diwilayah kab. Lima Puluh Kotabertambah menjadi 407, seiring dengan adanya pemekaran jorongmenjadi nagari .Pada tabel berikut ini dapat diketahui grafikpencapaian UCI jorong dari tahun 2011 – 2015 di Kabupaten LimaPuluh Kota. Tabel 2.22Cakupan Jorong UCI Kab. Lima Puluh KotaTahun 2011 - 2015Indikator Tahun2011 2012 2013 2014 2015Jorong UCI 56,11 64,34 69,04 70,76 71,74Sie. Imunisasi, Surveilans dan Wabah Bencana

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terus terjadi peningkatan cakupanJorong UCI di Kab. Lima Puluh Kota dari Tahun 2011 – 2015.Indikator UCI adalah cakupan imunisasi lengkap pada bayi. Bayi dapatdikatakan telah mendapatkan imunisasi lengkap apabila telahmendapatkan semua jenis imunisasi yaitu BCG 1 kali, DPT/HB 3kali(DPT/HB 1, 2, 3), Polio 4 kali (Polio1, 2, 3, 4), Campak 1 kali danHepatitis B 0 pada umur 0 – 7 hari.Dari semua jenis imunisasi yang diberikan pada bayi, imunisasi campakmenggambarkan tingkat perlindungan imunisasi pada bayi, hal inidisebabkan imunisasi campak merupakan antigen kontak terakhir dari

semua imunisasi yang diberikan pada bayi. Pada tabel memperlihatkanpeta cakupan imunisasi campak menurut puskesmas tahun 2015.Tabel 2.23Cakupan Immunisasi Campak Per Puskemas Kab. Lima Puluh KotaTahun 2015NO PUSKESMAS Immunisasi Campak1 Koto Baru Simalanggang 43,542 Batu Hampar 50,753 Piladang 65,874 Mungo 61,405 Halaban 60,426 Pakan Rabaa 55,827 Situjuh 46,908 Taram 72,469 Tanjung Pati 69,3710 Dangung-Dangung 89,6411 Padang Kandis 56,7012 Mungka 38,1313 Suliki 40,5214 Maek 45,6415 Baruh Gunuang 46,0016 Banja Laweh 61,7917 Koto Tinggi 47,0118 Muaro Paiti 50,0019 Sialang 53,9420 Pangkalan 42,4121 Rimbo Data 78,3122 Gunung Malintang 80,85Sumber : Sie Imunisasi, Surveilans dan Wabah Bencana

Dari tabel diatas, dapat kita ketahui bahwa hanya ada 2 puskesmasyang cakupan imunisasi campaknya sudah diatas 80% yaitu PuskesmasDangung-Dangung dan Gunung Malintang. Cakupan terendah terdapatdi puskesmas Suliki (40,52%).b. Pelayanan Kesehatan Rujukan1) Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah SakitPenilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanyadilihat dari berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu, dantingkat efisiensi pelayanan. Beberapa indikator standar terkait denganpelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lainpemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata lama hari perawatan (LOS),rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI).Di kabupaten Lima Puluh Kota terdapat satu rumah sakit umum daerahyang dikelola oleh Pemda Kab. Lima Puluh Kota. Pada tabel berikut inidapat kita lihat capaian indikator pelayanan rumah sakit dari tahun2011 – 2015. Tabel. 2.24Cakupan Pelayanan Kesehatan RS Kab. Lima Puluh KotaTahun 2011 - 2015Indikator Tahun2011 2012 2013 2014 2015BOR 53,14 53,41 31,61 31,98 37,38LOS 3,74 3,69 3,49 2,83 3,11TOI 3,30 3,22 7,98 6,53 6,26

Sumber : RSUD Suliki

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa pemakaian tempat tidurdi RSUD Suliki selama empat tahun terahkir cendrung menurun setiaptahunnya.. Pada tahun 2014 LOS menurun dari tahun sebelumnya, danmeningkat lagi pada tahun 2015..

2) Pelayanan Kesehatan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan NasionalProgram Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Nasional adalahterselenggaranya jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruhmasyarakat secara berhasil guna dan berdaya guna yang mulaidiberlakukan sejak 1 Januari 2014, diharapkan pada tahun 2019 semuamasyarakat di Indonesia telah memiliki Jaminan Kesehatan (TotalCoverage).Cakupan peserta program jaminan kesehatan Nasional padamasyarakat Kab. Lima Puluh Kota baik PBI maupun peserta mandiridari tahun 2011 – 2015 dapat dilihat dari tabel berikut ini.Tabel 2.25Cakupan Peserta Jaminan Kesehatan Kab. Lima Puluh KotaTahun 2011 - 2015Indikator Tahun2011 2012 2013 2014 2015Peserta JKN 37,75 44,48 54,92 48,80 53,33Sumber : Sie Jaminan Kesehatan

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kepesertaan JKN cenderungmeningkat, sejalan dengan ditetapkan aturan tentang JKN.c. Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit1) Pengendalian TB ParuTuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global.Dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insidens dankematian akibat tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosisdiperkirakan masih menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2juta kematian pada tahun 2014. India, Indonesia dan China merupakannegara dengan penderita tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut23%, 10% dan 10% dari seluruh penderita di dunia (WHO, GlobalTuberculosis Report, 2015).

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan olehinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan yaitupasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif melalui percik renik dahakyang dikeluarkannya. TB dengan BTA negatif juga masih memilikikemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkatpenularan yang kecil.Sejak tahun 1995, program Pemberantasan Penyakit TuberkulosisParu, telah dilaksanakan dengan strategi DOTS (Directly ObservedTreatment, Shortcourse chemotherapy) yang direkomendasikan olehWHO. Perkembangan selanjutnya seiring dengan pembentukanGERDUNAS-TB, program pemberantasan berubah menjadi ProgramPenanggulangan Tuberkulosis. Program ini tetap dilakukan denganstrategi DOT dan memberikan angka kesembuhan yang tinggi. Kegiatanyang dilakukan dalam program penanggulangan TBC antara lainmeliputi penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak di saranapelayanan kesehatan dan diikuti dengan pemberian paket pengobatan.Angka notifikasi kasus (CNR) adalah angka yang menunjukkan jumlahpasien baru yang ditemukan dan tercatat di antara 100.000 pendudukdi suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial akanmenggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahundi wilayah tersebut. Angka ini berguna untuk menunjukkankecenderungan (tren) meningkat atau menurunnya penemuan pasienpada wilayah tersebut.Tabel berikut ini merupakan cakupan Kasus TB Paru BTA + dan Succesrate TB Paru Kab. Lima Puluh Kota Tahun 2015.Tabel 2.26Cakupan CNR dan Succes Rate TB Kab. Lima Puluh KotaTahun 2015NO PUSKESMAS Kasus Baru TBParu BTA + Succes Rate1 Koto Baru Simalanggang 24 84,622 Batu Hampar 12 85,71

NO PUSKESMAS Kasus Baru TBParu BTA + Succes Rate3 Piladang 6 50,004 Mungo 29 95,245 Halaban 7 83,336 Pakan Rabaa 9 1007 Situjuh 13 93,338 Taram 11 1009 Tanjung Pati 16 88,2410 Dangung-Dangung 11 66,6711 Padang Kandis 2 80,0012 Mungka 11 83,3313 Suliki 4 66,6714 Maek 6 10015 Baruh Gunuang 1 10016 Banja Laweh 2 66,6717 Koto Tinggi 3 60,0018 Muaro Paiti 4 80,0019 Sialang 4 10020 Pangkalan 15 91,6721 Rimbo Data 3 10022 Gunung Malintang 5 10023 RSUD AD Suliki 10 80Kab. Lima Puluh Kota 208 87,05CNR Kasus Baru/100.000pddk 56,37Sumber : Sie Pengendalian dan pemberantasan penyakit

Pada tabel diatas dapat kita ketahui bahwa angka notifikasi Kasus BaruTB Paru BTA + tahun 2015 masih dibawah angka notifikasi kasus barutuberkulosis Nasional pada tahun 2015 sebesar 74 per 100.000.

Pada tabel berikut ini dapat kita ketahui gambaran CNR dan Succesrate Kabupaten Lima Puluh Kota dari tahun 2011 – 2015.Tabel 2.27Tabel CNR dan Succer Rate TB Paru Kab. Lima Puluh KotaTahun 2011 - 2015Indikator 2011 2012 2013 2014 2015CDR kasus baru TBper 100.000 pddk 38,78 39,65 63,61 52,47 56,37Succer rate 85,28 85,65 78,76 84,72 87,05Sumber : Sei Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit

Salah satu upaya untuk mengendalikan tuberkulosis yaitu denganpengobatan. Indikator yang digunakan sebagai evaluasi pengobatanyaitu angka keberhasilan pengobatan (Success Rate). Angkakeberhasilan pengobatan ini dibentuk dari penjumlahan angkakesembuhan (Cure Rate) dan angka pengobatan lengkapTarget keberhasilan pengobatan (success rate) program TB secaranasional adalah 85% dari seluruh penderita TB. Angka keberhasilanpengobatan adalah angka yang menunjukkan presentase pasien TB BTApositif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupunpengobatan lengkap) diantara pasien TB BTA positif yang tercatat. Padatahun 2011 dan 2012 angka keberhasilan pengobatan TB telahmencapai target nasional, sedangkan tahun 2013 angka keberhasilanpengobatan menurun menjad 78,76%. Namun meningkat lagi padatahun 2014 dan tahun 2015 bisa melampaui target yang ditetapkanWHO sebesar 85%.2) Pengendalian Penyakit ISPAPengendalian penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)difokuskan pada upaya penemuan secara dini dan tatalaksana kasusyang cepat dan tepat terhadap penderita Pneumonia balita yangditemukan. Jumlah perkiraan penderita pneumonia balita adalah 10%

dari jumlah balita disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.Adapun target penemuan penderita pneumonia balita tahun 2011-2015dapat dilihat pada tabel berikut ini.Pneumonia menyerang semua umur di semua wilayah, namunterbanyak terjadi di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara (www.who.int).Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usiakurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yangmemiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru(alveoli) yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme sepertivirus, jamur dan bakteri. Gejala penyakit pneumonia yaitu menggigil,demam, sakit kepala, batuk, mengeluarkan dahak, dan sesak napas.Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit iniyaitudengan meningkatkan penemuan pneumonia pada balita. Perkiraankasus pneumonia secara nasional sebesar 3.55% namun angkaperkiraan kasus di provinsi Sumatera Barat ditetapkan sebesar 3,91%Tabel 2.28Penemuan Pneumonia pada Balita Kab. Lima Puluh KotaTahun 2011 - 2015Indikator Tahun2011 2012 2013 2014 2015Penemuan Pneumoniapada balita 12,3 9,2 10,2 14,38 15,7Sumber : Sie Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit

Pada tahun 2015 target penemuan penderita pneumonia adalah 86%.sedangkan yang ditemukan di Kab. Lima Puluh kota sekitar 15,7% (606balita), sedangkan secara Nasional pencapaian penemuan pneumoniapada balita adalah 63,45%.Cakupan penemuan penderita pneumonia masih tetap rendahdisebabkan adanya hambatan yang ditemui dalam meningkatkan

cakupan penemuan Pneumonia balita di puskesmas yaitu:a) Tenaga terlatih tidak melaksanakan MTBS/Tatalaksana StandarISPA di puskesmas.b) Pembiayaan (logistik dan operasional) terbatas.c) Pembinaan (bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi) secaraberjenjang masih sangat kurang.d) ISPA merupakan pandemi yang dilupakan/tidak prioritassedangkan masalah ISPA merupakan masalah multisektoral.e) Gejala Pneumonia sukar dikenali oleh orang awam maupuntenaga kesehatan yang tidak terlatih.3) Pengendalian Penyakit Demam Berdarah DenguePenyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yangdisebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus,genus Flavivirus, dan famili Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitannyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus.Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerangseluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisilingkungan dan perilaku masyarakat.Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai ditemukan di Kabupaten LimaPuluh Kota sejak tahun 2011, namun pada tahun tersebut penyakit DBDmasih merupakan kasus import, dimana sebenarnya penderitaterjangkit penyakit di daerah lain, dan dirawat di Kab. Lima Puluh Kota.Pada tahun 2014 ditemukan 147 kasus DBD dengan 1 orang meninggal(CFR =0,7%). Sedangkan pada tahun 2015 terjadi peningkatan kasusmenjadi 190 kasus dengan 2 kematian. Penyebab penyakit DBD adalahvirus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty dan Aedesalbopictus yang hidup digenangan air bersih disekitar rumah. Saat inidikenal 4 serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3, dan Den-4.Pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dititik beratkanpada 3 upaya berikut ini yaitu 1) Peningkatan kegiatan surveilanspenyakit dan surveilans vektor, 2) Diagnois dini dan pengobatan, 3)Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD.

Pemberantasan vektor dilakukan melalui penggerakan peran sertamasyarakat melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengankegiatan utamanya 3 M plus (Menguras, Menutup dan Mengubur) plusMenabur Larvasida (Abate).Adapun yang menjadi indikator program pemberantasan danpenanggulangan penyakit demam berdarah dengue yaitu :1) Desa endemis DBD melaksanakan PSN DBD (%) = 65%2) Rumah yang bebas jentik didaerah endemis (%) = >95%3) Kejadian DBD yang ditangani sesuai standar (%) = 60%4) Angka kesakitan DBD per 100.000 penduduk = 20 / 100.000 pdk5) Angka kematian DBD = <1Adapun angka kesakitan DBD dan yang meninggal akibat DBD daritahun 2011 – 2015 dapat dilihat dari tabel berikut iniTabel 2.29Insiden Rate DBD dan Kematian Akibat DBD Kab. Lima Puluh KotaTahun 2011 - 2015Indikator Tahun2011 2012 2013 2014 2015Kasus DBD 77 102 116 147 190Insiden Rate DBD per100.000 penduduk 21,9 28,6 32,2 39,93 51,6Kematian akibat DBD 0 0 1 1 2Sumber : Sie Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit

Dari Tahun 2011 – 2015 cenderung terjadi peningkatan kasus DBD dankematian akibat DBD di Kab. Lima Puluh Kota.d. Perbaikan Gizi Masyarakat1) Pemberian Kapsul Vitamin AVitamin A adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan olah tubuhyang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dankesehatan mata. Anak yang menderita kurang vitamin A, bila terserang

campak, diare atau penyakit infeksi lain, penyakit tersebut akanbertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian. Infeksi akanmenghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan padasaat yang sama akan mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh.Dalam lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2015dinyatakan bahwa untuk mengurangi risiko kesakitan dan kematianpada balita dengan kekurangan Vitamin A, pemerintahmenyelenggarakan kegiatan pemberian Vitamin A dalam bentuk kapsulvitamin A biru 100.000 IU bagi bayi usia enam sampai dengan sebelasbulan, kapsul vitamin A merah 200.000 IU untuk anak balita usia duabelas sampai dengan lima puluh sembilan bulan, dan ibu nifas.Menurut Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A, pemberiansuplementasi Vitamin A diberikan kepada seluruh balita umur 6-59bulan secara serentak melalui posyandu yaitu; bulan Februari atauAgustus pada bayi umur 6-11 bulan serta bulan Februari dan Agustuspada anak balita 12-59 bulan.Kekuarangan vitamin A untuk jangka waktu lama juga akanmengakibatkan terjadinya gangguan pada mata, dan bila anak tidaksegera mendapat vitamin A akan mengakibatkan kebutaan. Pada tabelberikut ini dapat kita lihat cakupan pemberian vitamin A bayi dan anakbalita dari tahun 2011 – 2015. Tabel 2.30Cakupan Vit A Bayi dan Anak Balita Kab. Lima Puluh KotaTahun 2011 - 2015Indikator Tahun2011 2012 2013 2014 2015Vit A Bayi 79,94 79,86 73,25 75,87 70,49Vit A anak balita 79,08 74,70 77,65 75,12 68,96Sumber : Sie Gizi Masyarakat

Pada tabel diatas terlihat adanya penurunan cakupan pemberianvitamin pada bayi dan anak balita dari tahun 2013 sampai tahun 2015,

serta belum mencapai target pemberian Vit A sebesar 90%. Masihrendahnya cakupan distribusi Vit A ini antara lain disebabkan olehtingkat partisipasi masyarakat dalam penimbangan balita di posyandu(D/S) juga rendah, dimana pada tahun 2015 cakupan penimbanganbalita di Posyandu (D/S) hanya 54,81%.2) Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S)Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) adalah jumlah balitayang ditimbang di seluruh posyandu yang melapor di satu wilayah kerjapada kurun waktu tertentu dibagi jumlah seluruh balita yang ada diseluruh posyandu yang melapor di satu wilayah kerja pada kurunwaktu tertentu. Tabel 2.31Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S) Kab. Lima Puluh KotaTahun 2011 - 2015Indikator Tahun2011 2012 2013 2014 2015D/S 67,14 51,93 58,35 55,96 54,81

Sumber : Seksi Gizi Masyarakat

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 85% target D/S, tidak pernahtercapai dari tahun 2011 – 2015. Hal ini berarti bahwa tingkatpartisipasi masyarakat untuk datang ke Posyandu masih rendah.Biasanya para orang tuha hanya rajin membawa balita ke Posyanduhanya pada waktu jadwal immunisasi. Setelah jadwal immunisasibalitanya lengkap, para orang tua cenderung untuk meninggalkanPosyandu dan tidak menganggap penimbangan di Posyandu itu tidakperlu.Peran serta masyarakat dalam penimbangan balita menjadi sangatpenting dalam deteksi dini kasus gizi kurang dan gizi buruk. Denganrajin menimbang balita, maka pertumbuhan balita dapat dipantausecara intensif. Sehingga bila berat badan anak tidak naik ataupun jika

ditemukan penyakit akan dapat segera dilakukan upaya pemulihan danpencegahan supaya tidak menjadi gizi kurang atau gizi buruk. Semakincepat ditemukan, maka penanganan kasus gizi kurang atau gizi burukakan semakin baik. Penanganan yang cepat dan tepat sesuai tatalaksana kasus anak gizi buruk akan mengurangi risiko kematiansehingga angka kematian akibat gizi buruk dapat ditekan.Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan partisipasimasyarakat dalam penimbangan balita di posyandu yaitu melaluikerjasama lintas program dan lintas sektor, serta melibatkan peranaktif masyarakat dalam penimbangan balita.3) Pemberian Tablet BesiTablet besi (Fe) diberikan pada ibu hamil untuk mengatasi kasusanemia serta meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fekhususnya yang dialami ibu hamil.Tablet Fe sangat penting bagi kesehatan ibu hamil, diantaranya yaitu :· Mencegah terjadinya anemi defisiensi besi· Mencegah terjadinya perdarahan pada saat persalinan· Dapat meningkatkan asupan nutrisi bagi janin· Anemi dan perdarahan dapat dicegah, maka kematian ibu pun dapatditurunkanPada tabel berikut ini dapat kita lihat cakupan pemberian tablet besipada ibu hamil Fe1 dan Fe3 dari tahun 2011 – 2015.Tabel 2.32Cakupan Pemberian Tablet FE 1 dan FE 3 Bumil Kab. Lima Puluh KotaTahun 2011 - 2015Indikator Tahun2011 2012 2013 2014 2015FE 1 Bumil 86,87 84,64 86,19 80,52 85,60FE 3 Bumil 63,12 60,54 71,64 65,52 72,51Sumber : Seksi Gizi Masyarakat

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa cakupan FE 1 dan FE 3 Bumilcenderung turun naik dari dari tahun 2011-2015. Dan cakupan FE 1dan FE 3 bumil tahun 2015 masih jauh dari target yang telah ditetapkanyaitu sebesar 97% untuk FE 1 dan 95% untuk FE 3.2.3.3. Capain Standar Pelayanan Minimal Bidang KesehatanStandar pelayanan minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanandasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap wargaNegara secara minimal. Indikator SPM merupakan tolok ukur prestasi kuantitatifdan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yanghendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM tertentu, berupa masukan, proses,hasil dan/atau manfaat pelayanan. Pada table berikut ini dapat kita lihat cakupanStandar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2014.

Tabel 2.31

Cakupan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

Tahun 2015

No. INDIKATOR -SPM REALISASI SASARANCakupan

(%)

1 Kunjungan Bumil K4 (95%) 6.579 8.694 75,672 Komplikasi Kebidanan yang Ditangani(80%) 1.432 1.739 82,43 Pertolongan Persalinan Oleh TenagaKesehatan yang Memiliki KompetensiKebidanan (90%) 6.145 8.298 74,054 Pelayanan Nifas (90%) 5.753 8.298 69,335 Neonatus dengan Komplikasi yangDitangani (80%) 724 1.185 61,16 Kunjungan Bayi (90%) 6.205 7.455 83,27 Desa/ Kelurahan Universal ChildImmunization (UCI) (100%) 292 407 71,748 Pelayanan Anak Balita (90%) 18.770 31.140 60,28

No. INDIKATOR -SPM REALISASI SASARAN Cakupan(%)9 Pemberian Makanan Pendamping ASIpada Anak usia 6 - 24 bulan KeluargaMiskin (100%) ∽ ∽ ∽

10 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan(100%) 12 12 10011 Penjaringan Kesehatan Siswa SD danSetingkat (100%) 7.895 8.169 96,6512 Peserta KB Aktif (70%) 49.202 63.562 77,413 Penemuan Dan Penanganan PenderitaPenyakit - Acute Flacid Paralysis (AFP)rate per 100.000 penduduk < 15 tahun( > 2) 0 109.542 014 Penemuan Dan Penanganan PenderitaPenyakit - Penemuan PenderitaPneumonia Balita (100%) 606 3.859 15,7015 Penemuan Dan Penanganan PenderitaPenyakit - Penemuan pasien baru TBBTA Positif (100%) 208 368.985 56,3716 Penemuan Dan Penanganan PenderitaPenyakit - Penderita DBD yangditangani (100%) 190 190 10017 Penemuan Dan Penanganan PenderitaPenyakit - Penemuan penderita diare(100%) 6.990 7.896 88,5218 Pelayanan Kesehatan Dasar PasienMasyarakat Miskin (100%) 145.251 130.898 > 100%19 Pelayanan Kesehatan Rujukan PasienMasyarakat Miskin (100%) 3.320 21.788 15

No. INDIKATOR -SPM REALISASI SASARAN Cakupan(%)20 Pelayanan Gawat Darurat level 1 yangharus diberikan Sarana Kesehatan (RS)di Kab/ Kota (100%) 1 1 10021 Desa/kelurahan mengalami KLB yangdilakukan penyelidikan epidemiologi <24 jam (100%) 1 1 10022 Desa Siaga Aktif (80%) 79 79 100

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Kesehatan

Kabupaten Lima Puluh Kota

2.4.1. Tantangan Pengembangan Pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten Lima

Puluh KotaTantangan/ancaman kedepan yang dihadapi dalam bidang kesehatan masihcukup berat, antara lain :e. Peningkatan kasus penyakit degenerative (non communicable disease) yangdisertai masih tingginya angka penyakit menular (communicable disease),serta munculnya penyakit-penyakit baru (new emerging disease) ditengahmasyarakat merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi. Beberapapenyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat,antara lain, Demam Berdarah Dengue (DBD), diare, malaria, tuberculosis(TB), human immunodeficiency virus (HIV) dan acquired immune deficiency

syndrome (AIDS). Di samping itu, penyakit zoonotik dalam beberapa tahunterakhir muncul menjadi masalah kesehatan masyarakat yang berpotensimenimbulkan pandemik, seperti flu burung dan influenza tipe A baru (virusH1N1). Indonesia juga masih dihadapkan pada eberapa penyakit yangterabaikan (neglected infectious diseases) seperti kusta, frambusia (patek),filariasis (kaki gajah), schistosomiasis (demam keong). Penyakit tidakmenular (PTM) cenderung terus meningkat terutama hipertensi, jantungkoroner, diabetes mellitus, kanker, gangguan mental emosional, dan trauma.

Masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dantidak menular disebabkan oleh masih buruknya kondisi kesehatanlingkungan, perilakumasyarakat yang belum mengikuti pola perilaku hidupbersih dan sehat (PHBS), dan belum optimalnya upaya-upayapenanggulangan penyakit. Faktor risiko utama pada penyakit tidak menular,antara lain, pola makan yang tidak sehat, kegiatan fisik yang kurang/tidakaktif, dan kebiasaan merokok (29,2 persen). Rendahnya kondisi kesehatanlingkungan ditandai dengan rumah tangga yang memiliki akses kepada airbersih nonperpipaan baru mencapai 57,2 persen, sedangkan rumah tanggayang memiliki akses terhadap sanitasi layak sebesar 69,3 persen (LaporanMDGs, 2012). Kondisi ini juga dipengaruhi oleh perubahan iklim global yangmemicu meningkatnya beberapa faktor risiko penyakit menular. Tantangan

ke depan adalah meningkatkan cakupan dan kualitas pencegahan penyakit,

pengendalian faktor risiko, peningkatan survailans epidemiologi, peningkatan

kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE), peningkatan tatalaksana

kasus, peningkatan kesehatan lingkungan, penguatan kerjasama lintas sektor,

serta kesiapsiagaan menghadapi pandemi penyakit zoonotik.Status kesehatan ibu dan anak masih rendah. Kesehatan ibu dan anakmerupakan indicator utama dalam penentuan derajat kesehatan masyarakat,selain selain menunjukkan kinerja pelayanan kesehatan nasional jugamenjadi komitmen internasional dalam pencapaian target Sustainable

Development Goals ( SDGs) (Tujuan 2 dan 3).Kematian bayi dan neonatal disebabkan oleh masih rendahnya status gizi ibuhamil; masih rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif; masihtingginya angka kesakitan terutama diare, asfiksia, dan infeksi saluranpernapasan akut (ISPA) akibat buruknya kondisi kesehatan lingkungan,seperti rendahnya cakupan air bersih dan sanitasi, dan kondisi perumahanyang tidak sehat; serta belum optimalnya pemanfaatan posyandu di sampingdeterminan sosialbudaya lainnya. Tantangan ke depan adalah meningkatkan

akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak melalui perbaikan gizi,

peningkatan pengetahuan ibu, pemenuhan ketersediaan tenaga kesehatan,

penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, dan peningkatan cakupan dan

kualitas imunisasi, serta meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan

a. Rendahnya kesadaran masyakat akan pentingnya menjaga kesehatan. Initerlihat dari rendahnya cakupan sanitasi dasar di masyarakat, serta masihtingginya angka kesakitan yang berbasis sanitasi dasar seperti diare, TBParu, Demam Berdarah, dan ISPA. Tantangan kedepan adalah peningkatan

kualitas kesehatan lingkungan dengan meningkatkan akses masyarakat

terhadap air bersih, jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan, dan

rumah sehat.

b. Status gizi masyarakat masih rendah. Kekurangan gizi pada anak balita telahmenurun, namun masih tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yangcukup penting. Hasil penimbangan missal tahun 2015, prevalensi kekurusandi Kabupaten Lima Puluh Kota pada meningkat dari 5,7% menjadi 6,48 %.Permasalahan gizi yang lain adalah kurang vitamin A (KVA), kurang yodium(gangguan akibat kurang yodium/ GAKY), anemia gizi besi dan kekuranganzat gizi mikro lainnya. Kekurangan gizi pada waktu yang lama menyebabkantingginya prevalensi anak balita yang pendek. Di samping itu, status gizi ibuhamil yang masih rendah juga menjadi salah satu penyebab masih tingginyabayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Sementara itu, keadaan gizi-lebih menunjukkan kecenderungan yang meningkat.Tantangan ke depan adalah meningkatkan status gizi masyarakat dengan

focus pada ibu hamil dan anak usia 0-2 tahun, meningkatkan pola hidup sehat,

menjamin kecukupan zat gizi dengan memperkuat kerjasama lintas sektor,

meningkatkan pemberdayaan masyarakat, dan meningkatkan kualitas

kesehatan lingkungan.

c. Ketersedian obat dan pengawasan obat-makanan masih terbatas.Ketersedian dan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan terus membaik,tetapi keterjangkauan, penggunaan dan mutu obat, serta pengawasan obatdan makanan belum optimal. Hal ini terlihat dengan masih banyaknyaberedar ditengah-tengah masyarakat obat yang belum terdaftar pada BalaiPengawasan Obat dan Makanan.

Keamanan makanan masih belum terjamin, yang ditandai denganpenyalahgunaan formalin, penyalahgunaan bahan berbahaya lain, cemaranmikroba dalam produk makanan termasuk pada jajanan anak sekolah, sertaberbagai peralatan dan kemasan makanan yang mengandung bahan kimiaberbahaya. Di samping itu, peredaran narkotika, psikotropika, dan zat adiktif(NAPZA) ilegal di Indonesia tidak terlepas dari kondisi global dunia. Saat iniIndonesia tidak saja menjadi negara tujuan dan transit perdagangan NAPZAilegal, tetapi telah menjadi produsen NAPZA ilegal, khususnya golonganAmphetamine Type Stimulate (ATS), dengan semakin meningkatnya temuanlaboratorium ilegal (clandestine laboratory) belakangan ini. Tantangan ke

depan adalah meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemerataan

obat dengan terus meningkatkan produksi obat nasional melalui pemanfaatan

bahan baku obat dalam negeri, pengawasan peredaran NAPZA ilegal,

peningkatan penegakan hukum sebagai tindak lanjut dari hasil penyidikan

terhadap pelanggaran, serta pengawasan obat dan makanan yang dilakukan

secara komprehensif dan sistemik dari produksi hingga konsumsi.

d. Prilaku masyarakat, antara lain gaya hidup (life style) yang mempengaruhipeningkatan kasus penyakit degenerative. Ditambah kebiasaan masyarakatkita yang belum melaksanakan pola hidup sehat. Tantangan kedepan adalah

meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui penerapan gaya hidup

sehat.

e. Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan belum optimal.Pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan diwujudkan dalam bentukpromosi kesehatan dan UKBM seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu),Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK), Pos Obat Desa (POD) dan NagariSiaga. Belum optimalnya upaya pemberdayaan masyarakat disebabkanantara lain, belum dipadukannya kegiatan yang berdampak padapeningkatan pendapatan masyarakat. Tantangan ke depan adalah

peningkatan promosi kesehatan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat

melalui kerjasama lintas sector yang didukung oleh kebijakan dan peraturan

perundangan

f. Keberadaan daerah sebagai daerah rawan bencana, seperti longsor, banjir,dan gempa. Terjadinya bencana alam cendrung meningkatkan kejadianpenyakit menular, karena perubahan keadaan lingkungan menjadi lebihburuk.2.4.2. Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kotaa. Adanya dana perbantuan dari pemerintah pusat seperti adanya danaBantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan Kapitasi Jaminan KesehatanNasional yang langsung diberikan pada puskesmas sebagai pusat pelayananmasyarakat tingkat pertama, merupakan peluang untuk pembiayaantambahan pelaksanaan program kesehatan dasar di tingkat puskesmasb. Adanya keinginan masyarakat untuk secara swadaya ikut serta dalamasuransi kesehatan secara mandiri merupakan peluang dalampengembangan asuransi kesehatan bagi seluruh masyarakat.c. Peran serta LSM dalam program kemitraan peningkatan derajat kesehatanmasyakat seperti adanya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat,menjadi peluang dalam meningkatkan peran serta masyarakat dan LembagaSwadaya Masyarakat.d. Potensi wilayah yang dapat menggerakan ekonomi masyarakat akan mampumeningkatkan kemampuan masyarakat dalam kemandirian disektorkesehatan.e. Pertumbuhan perguruan tinggi swasta yang bergerak dalam menciptakantenaga kesehatan yang handal dan bermutu merupakan peluang dalammengatasi masalah ketersedian tenaga kesehatan yang memiliki kompetensidan berkualitas.f. Adanya kepedulian sector swasta, melalui Coorporate Social responsibitydapat menjadi peluang dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat.g. Peluang selanjutnya yang mendukung pembangunan kesehatan adalahperubahan kependudukan menunjukkan hal-hal yang menggembirakan,karena laju pertumbuhan penduduk sudah dibawah 1,05 persen per tahun,jumlah anggota rumah tangga rata-rata adalah 4 orang (2014) dan golonganbalita jumlah dan persentasenya cenderung menurun, walaupun masih

tetap menjadi kelompok umur dengan jumlah terbanyak. Di samping itu,pendidikan masyarakat makin meningkat, terlihat dari tingginya angkamelek huruf, partisipasi murni sekolah anak-anak berusia 7-12 tahun sertamakin meningkatnya anak-anak yang dapat menamatkan pendidikantingkat SD, sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), sekolah lanjutantingkat atas (SLTA), dan akademi/universitas. Peluang berikutnya adalahmakin meningkatnya pendapatan per kapita diikuti oleh penurunan jumlahdan persentase penduduk miskin secara bermaknah. Komunikasi, informasi, dan transportasi yang makin membaik juga memberipeluang untuk mempercepat pencapaian pemerataan pelayanan kesehatan.Kemajuan di bidang teknologi pertanian berupa penerapan bioteknologipertanian ditunjang dengan peningkatan upaya pertanian lainnyadiharapkan dapat mempertahankan swasembada pangan, meningkatkankuantitas dan kualitas bahan makanan sehingga dapat meningkatkan statusgizi masyarakat. Peluang lainnya adalah hasil berbagai upaya deregulasi,debirokratisasi dan desentralisasi di bidang kesehatan sehingga lebihmemantapkan pengelolaan upaya kesehatan. Dengan demikian,penanggulangan masalah akan lebih spesifik untuk setiap propinsi atauwilayah tertentu sehingga akan lebih sesuai dengan kebutuhan dan kondisidaerah setempat.2.4.3. Kelemahan organisasia. Ketersediaan tenaga kesehatan masih terbatas. Jumlah, jenis, dan kualitastenaga kesehatan terus meningkat, tetapi distribusinya belum merata.Distribusi tenaga kesehatan strategis (Dokter spesialis, dokter umum, doktergigi, bidan, perawat, sanitarian, nutrisionis) yang belum merata. Kualitastenaga kesehatan juga masih rendah akibat belum optimalnya sistemakreditasi institusi pendidikan kesehatan dan sertifikasi lulusan. Tantangan

ke depan adalah memperbaiki kualitas perencanaan,produksi dan

pendayagunaan yang menjamin terpenuhinya jumlah, mutu, dan persebaran

SDM kesehatan terutama di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan dan

daerah kepulauan yang didukung dengan penguatan regulasi termasuk

akreditasi dan sertifikasi.

b. Manajemen pembangunan kesehatan belum efektif. Efektivitas manajemenpembangunan kesehatan yang meliputi pengelolaan sistem informasikesehatan, administrasi dan penataan hukum kesehatan, sertapengembangan dan pemanfaatan hasil penelitian pengembangan kesehatanmasih belum optimal. Arus informasi data survailans epidemiologi daridaerah ke pusat dan sebaliknya terutama yang berbasis fasilitas sejakdesentralisasi mengalami berbagai hambatan. Ketersediaan data lebihmengandalkan hasil survei yang periode ketersediaannya belum sesuaidengan keperluan perencanaan dan evaluasi program.Penyusunan peraturan perundang-undangan, harmonisasi peraturan,pelayanan advokasi hukum, peningkatan kesadaran hukum bagi aparaturkesehatan belum terlaksana dengan baik. Sementara itu, sebagian besar hasilpenelitian dan pengembangan belum dimanfaatkan sebagai dasarpengambilan keputusan. Kegiatan penelitian dan pengembangan kesehatanperlu terus ditingkatkan terutama dalam pengembangan produk obat danvaksin, serta rancang bangun alat-alat kesehatan untuk mencapaikemandirian. Tantangan ke depan adalah bagaimana meningkatkan

efektivitas dan kualitas manajemen pembangunan kesehatan melalui

penguatan system informasi dan survailans kesehatan, pengelolaan

administrasi dan hukum, serta penelitian dan pengembangan kesehatan.c. Pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan perlindungan kesehatanmasyarakat masih terbatas. Pembiayaan kesehatan cendrung meningkat,tapi belum sepenuhnya memberikan jaminan perlindungan kesehatanmasyarakat. Anggaran kesehatan masih berasal terutama dari APBDkabupaten, APBD Propinsi, Dana Alokasi Khusus (DAK), dan danadekonsentrasi. Sampai tahun 2015 pembiayaan sector kesehatan diKabupaten Lima Puluh Kota baru sekitar 8,51% dari total APBD dari yangseharusnya yaitu 10% dari total APBD. Disamping itu efisiensi alokatif danefisiensi teknis pembiayaan pemerintah belum optimal dan masih cendrunglebih banyak untuk penyedian sarana dan prasarana kesehatan dari padapembiayaan operasional. Tantangan ke depan adalah meningkatkan

pembiayaan kesehatan yang diikuti oleh peningkatan perlindungan finansial

terhadap risiko kesehatan yang mencakup seluruh masyarakat Lima Puluh

Kota serta peningkatan efisiensi penggunaan anggaran.2.4.4. Kekuatan Organisasia. Kewenangan Untuk melakukan fasilitas bidang kesehatanb. Tersedia sumber daya manusia kesehatan dalam jumlah yang cukupc. Adanya jaringan komunikasi di tingkat kabupaten yang merupakan jaringanSIKNAS online dari Kementrian Kesehatand. Adanya Standar pelayanan minimal bidang kesehatan (SPM)e. Struktur organisasi serta uraian tugas yang jelas pada masing bidang danseksif. Adanya kebijakan-kebijakan di bidang kesehatan yang bisa mendukungpercepatan pembangunan di bidang kesehatang. Adanya Standar Operasional Prosedur (SOP), Juklak dan Juknis dan modulkegiatan programh. Adanya political will dari pimpinan daerah dalam percepatan pembangunankesehatani. Adanya system informasi kesehatan yang berjenjang dari puskesmas keDinas kesehatan sampai ke Tingkat Pusat yang berbasis Websitej. Adanya Kebijakan Program tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskinyang terintegrasi dengan BPJSk. Adanya sistem pembinaan secara berjenjang sampai tingkat wilayah2.4.5. Strategi Dinas Kesehatan terkait dengan kekuatan, kelemahan, peluang,

dan ancaman yang dihadapiPada matrik analisa SWOT (Strengths, weaknesses, opportunities dan threats)dijabarkan strategi yang akan dilakukan dalam menghadapi ancamanan dalambidang kesehatan dengan memperthatikan kekuatan dan kelemahan organisasiserta mempertimbakan peluang-peluang yang ada

Analisa SWOT

Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness) Peluang (Opportunity) Ancaman (Threath)Tersedianya infrastruktursarana dan prasaranakesehatan yang memadai,yang tersebar sampai ketingkat jorongDistribusi tenagakesehatan strategis(Dokter spesialis, dokterumum, dokter gigi, bidan,perawat, sanitarian,nutrisionis) yang belummerata. Kualitas tenagakesehatan juga masihrendah akibat belumoptimalnya sistemakreditasi institusipendidikan kesehatandan sertifikasi lulusan

Adanya dana perbantuandari pemerintah pusat Peningkatan kasuspenyakit degenerative(non communicabledisease) yang disertaimasih tingginya angkapenyakit menular(communicabledisease), sertamunculnya penyakit-penyakit baru (newemerging disease)ditengah masyarakatTersedia sumber dayamanusia kesehatan dalamjumlah yang cukup Manajemenpembangunan kesehatanbelum efektif. Efektivitasmanajemenpembangunan kesehatanyang meliputipengelolaan sisteminformasi kesehatan,administrasi danpenataan hukumkesehatan, sertapengembangan danpemanfaatan hasilpenelitianpengembangankesehatan masih belumoptimal

Adanya keinginanmasyarakat untuk secaraswadaya ikut serta dalamasuransi kesehatanMasih tingginya angkakesakitan dan kematianakibat penyakitmenular dan tidakmenular

Adanya jaringankomunikasi di tingkatkabupaten yangmerupakan jaringanSIKNAS online dariKementrian KesehatanSebagian besar hasilpenelitian danpengembangan belumdimanfaatkan sebagaidasar pengambilankeputusan

Peran serta LSM dalamprogram kemitraanpeningkatan derajatkesehatan masyakat , sertaadanya Program NasionalPemberdayaanMasyarakat.

Status kesehatan ibudan anak masih rendah.Kematian bayi danneonatal disebabkanoleh masih rendahnyastatus gizi ibu hamil;masih rendahnyapemberian air susu ibu(ASI) eksklusif;Struktur organisasi sertauraian tugas yang jelaspada masing bidang danseksiPembiayaan kesehatanuntuk memberikanjaminan perlindungankesehatan masyarakatmasih terbatas.Pembiayaan kesehatancendrung meningkat, tapibelum sepenuhnyamemberikan jaminanperlindungan kesehatan

Potensi wilayah yangdapat menggerakanekonomi masyarakat Masih tingginya angkakesakitan terutamadiare, asfiksia, daninfeksi saluranpernapasan akut (ISPA)akibat buruknyakondisi kesehatanlingkungan

masyarakat. Anggarankesehatan masih berasalterutama dari APBDkabupaten, APBDPropinsi, Dana AlokasiKhusus (DAK), danadekonsentrasi, dan danaperbantuan. Sampaitahun 2015 pembiayaansector kesehatan diKabupaten Lima PuluhKota baru sekitar 7,17%dari total APBD dari yangseharusnya yaitu 10%dari total APBDAdanya kebijakan-kebijakan di bidangkesehatan yang bisamendukung percepatanpembangunan di bidangkesehatanEfisiensi alokatif danefisiensi teknispembiayaan pemerintahbelum optimal dan masihcendrung lebih banyakuntuk penyedian saranadan prasarana kesehatandari pada pembiayaanoperasional

Pertumbuhan perguruantinggi swasta yangbergerak dalammenciptakan tenagakesehatan yang handal danbermutuRendahnya kesadaranmasyakat akanpentingnya menjagakesehatan. Ini terlihatdari rendahnyacakupan sanitasi dasardi masyarakat, sertamasih tingginya angkakesakitan yang berbasissanitasi dasar sepertidiare, TB Paru, DemamBerdarah, dan ISPAAdanya political will daripimpinan daerah dalampercepatan pembangunankesehatan

Adanya kepedulian sectorswasta, melalui CoorporateSocial responsibity dapatmenjadi peluang dalammengatasi masalahkesehatan masyarakat.

Status gizi masyarakatmasih rendah.Kekurangan gizi padaanak balita telahmenurun, namun masihtetap menjadi masalahkesehatan masyarakatyang cukup penting.Perubahan kependudukanmenunjukkan hal-hal yangmenggembirakan, karenalaju pertumbuhanpenduduk sudah dibawah1,011persen per tahun,Keamanan makananmasih belum terjamin

Pendidikan masyarakatmakin meningkat. Prilaku masyarakat,antara lain gaya hidup(life style) yangmempengaruhipeningkatan kasuspenyakit degenerative.Ditambah kebiasaanmasyarakat kita yangbelum melaksanakanpola hidup sehatKomunikasi, informasi, dan Pemberdayaan

transportasi yang makinmembaik juga memberipeluang untukmempercepat pencapaianpemerataan pelayanankesehatan.masyarakat dalampembangunankesehatan belumoptimal.

Kemajuan di bidangteknologi pertanianberupa penerapanbioteknologi pertanianditunjang denganpeningkatan upayapertanian lainnya

Keberadaan daerahsebagai daerah rawanbencana, sepertilongsor, banjir, dangempa. Terjadinyabencana alam cendrungmeningkatkan kejadianpenyakit menular,karena perubahankeadaan lingkunganmenjadi lebih burukUpaya deregulasi,debirokratisasi dandesentralisasi di bidangkesehatan sehingga lebihmemantapkan pengelolaanupaya kesehatan.Ada pun kondisi lingkungan inernal dan eksternal dapat dijabarkan dalam tableberikut ini :Eksternal Strategi (Kekuatan – Peluang)a. Meningkatkan pemberdayaanmasyarakat, swasta danmasyarakat madani dalampembangunan kesehatan melaluikemitraanb. Melakukan penataan danpengembangan system informasikesehatan untuk menjaminketersedian data dan informasikesehatan melalui pengaturansystem informasi yangkomprehensif dan pengembanganjejaringc. Peningkatan promosi kesehatandan upaya kesehatan berbasismasyarakat melalui kerjasamalintas sector yang didukung olehkebijakan dan peraturanperundang-undangan.d. Mengembangkan sistem asuransikesehatan melalui programJaminan Kesehatan Nagari dalammemaju tercapainya total coveragejaminan social kesehatan nasional

Strategi (Kekuatan – Ancaman)a. Meningkatkan pelayanankesehatan yang merata, terjangkau,bermutu dan berkeadilan sertaberbasis bukti, dengan penguatanpada upaya promotif – preventif.b. Meningkatkan upaya promosikesehatan kepada masyarakatdalam prilaku hidup bersih dansehat (PHBS) terutama padapemberian ASI ekslusif, perilakutidak merokok, dan sanitasic. Meningkatkan kualitas kesehatanlingkungan dengan meningkatkanakses masyarakat terhadap airbersih, jamban keluarga yangmemenuhi syarat kesehatan, danrumah sehat

e. Mengembangkan kerjasamadengan sector swasta melaluipemanfaatkan program CSR padaperusahaan-perusahaan swastadan BUMNInternal Strategi (Kelemahan – Peluang)a. Meningkatkan efektifitas dankualitas manajemen pembangunankesehatan melalui penguatansystem informasi dan surveylanskesehatan, pengelolaanadministrasi dan hukum, sertapenelitian dan pengembangankesehatanb. Penguatan peraturan perundang-undangan dalam aspekstandarisasi, akreditasi, sertifikasikompetensi serta penerapannyadalam praktek kedokteran danprofesi kesehatan lainnyac. Peningkatan kerjasama denganinstitusi pendidikan sertaorganisasi profesi kesehatan dalampeningkatan kualitas tenagakesehatand. Meningkatkan pembiayaankesehatan yang diikuti denganpeningkatan perlindungan financialterhadap resiko kesehatan yangmencakup seluruh masyarakatLima Puluh Kota serta peningkatanefisiensi penggunaan anggaran

Strategi (Kelemahan – Ancaman)a. Meningkatkan ketersedianpemerataan dan keterjangkauanobat dan alat kesehatan sertamenjamin keamanan/khasiat,kemanfaatan, dan mutu sedianfarmasi, alat kesehatan, danmakananb. Meningkatkan pengembangan danpemberdayaan SDM Kesehatanyang merata dan bermutuc. Memperbaiki kualitas perencanaan,produksi dan pendayagunaan yangmenjamin terpenuhinya jumlah,mutu, dan persebaran SDMkesehatan terutama di daerahterpencil yang didukung denganpenguatan regulasi termasukakreditasi dan sertifikasid. Mengembangkan system peringatandini untuk penyebaran informasiterjadinya bencana, wabah/KLBdan cara menghindari kepanikanserta jatuhnya korban lebih banyake. Mengembangkan system hotlinedan respon cepat denganmemanfaatkan dana CoorporateSocial Responsibility dariperusaahaan-perusahaan

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan

Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh KotaVisi daerah sebagai mana yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan JangkaMenengah Kabupaten Lima Puluh Kota adalah :“MEWUJUDKAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SEJAHTERA DAN DINAMIS

“YANG MANTAP” BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWAPada Visi Kabupaten Lima Puluh Kota terdapat 4 (empat) kata kunci yaituSejahtera, Dinamis, “Mantap”, serta Iman dan Taqwa. Sejahtera adalah merupakanrefleksi dari berkurangnya masyarakat miskin, meningkatnya pendapatan dan daya belimasyarakat, meningkatnya kualitas hidup dan lingkungan, serta terpenuhinya saranadan prasarana pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Dinamis adalah gambaran suatusikap yang responsif terhadap perubahan dan pembaharuan. Mantap adalah akronimdari Maju, Amanah, Bermartabat, dan Berpendidikan yang merupakan satu kesatuankalimat yang menggambarkan sikap pemerintah daerah dalam penyelenggaraanpemerintahan yang mandiri, terbuka, bisa dipercaya, dan punya harga diri dengan nilai-nilai keterpelajaran. Sedangkan Iman dan Taqwa merupakan persyaratan mutlak untukdapat terwujudnya kehidupan agamais, serta untuk menjadikan masyarakat yang salehdan taat pada tuntunan ajaran agama yang diyakini. Pembangunan di bidang atau sektorapapun tidak akan mendatangkan kemaslahatan dan keberkahan tanpa dilandasi olehiman dan taqwa. Suatu capaian pembangunan dapat menjadi tidak bermakna tanpadilandasi kehidupan masyarakat yang penuh berkah dan ampunan dari Tuhannya. Olehkarena itu, pembangunan yang diarahkan untuk mencapai rakyat yang sejahtera dandinamis yang”mantap” itu harus dilandasi oleh Iman dan Taqwa sebagai ruh-nya.Iman dan taqwa dapat diukur dari semakin baiknya etika dan moral masyarakatberdasarkan norma agama, norma hukum, norma adat dan kebiasaan yang berlakudalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, yang tercermin pula darikualitas kehidupan beragama serta kerukunan diantara umat beragama/antar umat

BABIII

beragama dan semakin kokohnya pelaksanaan filosof “Adat Bersandi Syarak, SyarakBersandi Kitabullah”.Upaya untuk mewujudkan visi menjadi daerah yang sejahtera dan dinasmis yang‘mantap berlandaskan iman dan taqwa yang telah dirumuskan diatas adalah melalui 6Misi Pembangunan Daerah sebagai berikut:1. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama, beradat dan berbudaya.2. Meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui revitalisasi perekonomian danreformasi kelembagaan berbasis masyarakat dengan pemanfaatan potensidaerah.3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.4. Meningkatkan tata kelola pemerintahan dan kualitas pelayanan publik.5. Memperkuat kelembagaan nagari untuk melaksanakan pembangunan berbasisjorong.6. Meningkatkan infrastruktur untuk percepatan pembangunan dan daerah basisperjuangan.Untuk mewujudkan misi tersebut dituangkan kedalam 11 agenda prioritaspembangunan antara lain :1. Revolusi mental2. Revitalisasi pertanian menuju agroindustri3. Pariwisata dan ekonomi kreatif4. Investasi dan kemudahan berusaha5. Penguatan ekonomi kerakyatan6. Akselerasi pembangunan sumber daya manusia.7. Reformasi birokrasi.8. Penguatan nagari.9. Penataan ruang dan kawasan strategis.10. Fasilitas umum dan fasilitas sosial berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.11. Pengembangan daerah basis perjuanganVisi dan misi daerah ini dijabarkan secara teknokratis dan partisipatif ke dalamtujuan dan sasaran. Dalam bidang kesehatan tujuan dan sasaran adalah sebagai berikut :

Tujuan : Terwujudnya pelayanan kesehatan bermutu dan terjangkauSasaran : 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana Kesehatan2. Pemenuhan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas ( ibu, anak,remaja dan lanjut usia)3. Meningkatnya penyehatan lingkungan serta Pencegahan danpenanggulangan penyakit4. Meningkatnya layanan BLUD RSUD ADTerkait dengan dengan visi dan misi, serta tujuan dan sasaran yang ingin dicapaidalam bidang kesehatan, maka Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakanurusan pemerintah di bidang kesehatan. Untuk menyelesaikan tugas tersebut makaDinas Kesehatan berfungsi :1) Perumusan kebijakan teknis dalam urusan kesehatan2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang kesehatan3) Pembinaan dan pelaksanaan urusan di bidang kesehatan4) Pembinaan unit pelaksanaan teknis dinas5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan ruang lingkupbidang tugasnyaDalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi ada beberapa permasalahan yangdihadapi dinas kesehatan secara teknis antara lain :

• Rendahnya derajat kesehatan masyarakat (sanitasi, air minum, lingkungan,sampah)• Masih tingginya angka kematian ibu melahirkan (65,52 per 100.000)• Kesenjangan distribusi tenaga kesehatan masih tinggi (12,22 per 100.000penduduk atau 1 dokter melayani 8.184 orang penduduk)• Rendahnya angka harapan hidup (tahun 2015 : 68,83 tahun)• Belum optimalnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan (jumlah rumahsakit, puskesmas, pustu, poskesri, posyandu)• Belum optimalnya perluasan cakupan dan pelayanan jaminan kesehatanmasyarakat

• Masih banyaknya ditemukan penderita (penyakit) yang belum tertangani denganbaik.• Masih adanya orang yang hidup dalam pasungan.

Faktor penghambat pelaksanaan tugas pokok dan fungsi bila dilihat dari masalah yangada secara teknis tidak ada, namun ada beberapa hal yang merupakan kendala dilapangan yaitu :1) Keinginan masyarakat untuk sehat secara mandiri masih kurang. Masyarakatbelum merasa bahwa kesehatan itu sangat penting, sehingga kegiatan preventifdan promotif belum berjalan dengan baik.2) Kompetensi tenaga kesehatan yang masih belum memenuhi standar. Secarakuantitas jumlahnya cukup, namun kualitasnya masih kurang.3) Anggaran yang terbatas, sehingga kegiatan tidak berjalan sebagaimana mestinya.Ada faktor penghambat keberhasilan, tentu ada faktor yang mendukung, sehinggasecara bertahap masalah dan hambatan yang ada diharapkan bisa diatasi yaitu :1) Dukungan dari Pemerintah Daerah berupa kebijakan-kebijakan kepala daerahyang memberikan ruang gerak kepada Dinas Kesehatan untuk lebih kreatif,inovatif dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat.2) Adanya dukungan dari pemerintah pusat dan provinsi melalui dana perbantuandan dana dekonsentrasi, membantu mengatasi masalah namun belum optimal.3) Dukungan lintas sector terkait di bidang kesehatan seperti dari KantorKetahanan Pangan, Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB, Dinas Pendidikan,Departemen Agama, Badan Perpuastakaan dan Arsip Daerah dan lain sebagainya.3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

TerpilihDalam Peraturan Daerah Kab. Lima Puluh Kota Nomor 6 Tahun 2016 tentangRencana Pembangunan Jangka Menengah Kab. Lima Puluh Kota Tahun 2016 –2021, telah ditetapkan Visi pembangunan daerah untuk tahun 2016-2021 adalah:TERWUJUDNYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SEJAHTERA DAN DINAMIS

“YANG MANTAP” BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA.

Upaya untuk mewujudkan visi menjadi daerah yang sejahtera dan dinasmis yang‘mantap berlandaskan iman dan taqwa yang telah dirumuskan diatas adalahmelalui 6 Misi Pembangunan Daerah sebagai berikut:1. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama, beradat dan berbudaya.2. Meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui revitalisasi perekonomian danreformasi kelembagaan berbasis masyarakat dengan pemanfaatan potensidaerah.3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.4. Meningkatkan tata kelola pemerintahan dan kualitas pelayanan publik.5. Memperkuat kelembagaan nagari untuk melaksanakan pembangunan berbasisjorong.6. Meningkatkan infrastruktur untuk percepatan pembangunan dan daerah basisperjuangan.Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD Dinas Kesehatan, maka yang menjadipenekanan adalah Misi 3 yakni “Meningkatkan Kaulitas Sumber Daya Manusia”dengan tujuan kedua dari Misi 3 yaitu :Terwujudnya Pelayanan kesehatan bermutu dan terjangkau, dengan sasaran-sasaran pembangunan sebagai berikut:1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan2. Pemenuhan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas (Ibu, Anak danLanjut Usia)3. Meningkatnya penyehatan lingkungan serta Pencegahan danpenanggulangan penyakit4. Meningkatnya layanan BLUD RSUD ADDalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi Pembangunan Daerah Kab.Lima Puluh Kota Tahun 2016 – 2021, maka beberapa permasalahan pelayanankesehatan yang dihadapi saat ini adalah :1. Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang masih perluditingkatkan.2. Masih tingginya prevalensi penyakit menular dan terus meningkatnyaprevalensi penyakit tidak menular dan Degeneratif.

3. Masih rendahnya kualitas kesehatan lingkungan.Faktor-faktor yang dapat menjadi penghambat dalam pencapaian misi 3 antaralain :a. Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dansehat.b. Kualitas, kuantitas dan sebaran SDM Kesehatan yang masih belum optimal.c. Disparitas sarana dan prasarana pelayanan kesehatan.Sedangkan faktor yang dapat menjadi pendorong pencapaian misi 3 antara lainadalah :a. Dedikasi dan loyalitas SDM Kesehatan yang ada untuk melaksanakan tugasnyayang cukup tinggi.b. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata danberkeadilan sangat tinggi.c. Adanya Sistem Jaminan Kesehatan Nasional.3.3. Telaah Renstra Kementrian Kesehatan dan Renstra Dinas Kesehatan

Propinsi Sumatera BaratPermasalahan nasional di bidang kesehatan, hampir sama di seluruh Indonesia.Secara umum terjadi penurunan angka kesakitan, namun penularan infeksi penyakitmenular utama ATM (AIDS/HIV, TBC dan Malaria) masih merupakan masalah kesehatanyang menonjol dan perlu upaya keras untuk dapat mencapai target. Selain itu, terdapatbeberapa penyakit seperti penyakit Filariasis, Kusta, Frambusia cendrung meningkatkembali. Disamping itu, terjadinya peningkatan penyakit tidak menular yangberkontribusi besar terhadap kesakitan dan kematian, utamanya pada pendudukperkotaan.Target cakupan imunisasi belum tercapai, perlu peningkatan upaya preventif danpromotif seiring dengan upaya kuratif dan rehabilitative. Akibat dari cakupan Universal

Child Immunization (UCI) yang belum tercapai akan berpotensi timbulnya kasus-kasusPenyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) di beberapa daerah resiko tinggiyang selanjutnya dapat mengakibatkan munculnya wabah. Untuk menekan angkakesakitan dan kematian akibat PD3I perlu upaya imunisasi dengan cakupan yang tinggidan merata.

Dalam pembiayaan kesehatan, permasalahannya lebih pada alokasi yang cendrungpada upaya kuratif dan masih kurangnya anggaran untuk biaya operasional dankegiatan langsung untuk puskesmas. Akibat pembiayaan yang cendrung kuratifdibandingkan preventif dan promotif mengakibatkan pengeluaran pembiayaan yangtidak efektif dan efisien, sehingga berpotensi menimbulkan masalah pada kecukupandan optimalisasi pemanfaatan pembiayaan kesehatan. Disamping itu terhambatnyarealisasi anggaran juga terjadi karena proses anggaran yang terlambat.Dalam hal ketenagaan, jumlah dan jenis tenaga kesehatan terus meningkat namunkebutuhan dan pemerataan distribusinya belum terpenuhi, utamanya di DaerahTerpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK). Kualitas tenaga kesehatan juga masihrendah, pengembangan karier belum berjalan, system penghargaan dan sanksi beleumsebagai mana mestinya.Cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan mengacu pada SKN, tetatpipelaksanaannya belum optimal, belum terintegrasi dengan system lainnya. Perencanaanpembangunan kesehatan antara Pusat dan Derah belum sinkron dan dirasa masih perlupeningkatan koordinasi Pusat-daerah di tingkat pimpinan.Masalah lainnya adalah lemahnya Sistem Informasi Kesehatan diera kebijakandesentralisasi. Keterbatasan data menjadi kendala dalam pemetaan masalah danpenyusunan kebijakan. Pemanfaatan data belum optimal dan surveilans belumdilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan.Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehatdengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melaluimelalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung denganperlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2)meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanankesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan;(4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu IndonesiaSehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenagakesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat,penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional: 1) pilar paradigma

sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan,penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan pelayanankesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan,optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakanpendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risikokesehatan; 3) sementara itujaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefitserta kendali mutu dan kendali biaya.Secara Nasional, Sasaran strategis Kementrian Kesehatan 2015-2019, untuk mengatasiberbagai masalah diatas adalah :1. Meningkatnya Kesehatan Masyarakat, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:a. Meningkatnya persentase persalinan di fasilitas kesehatan sebesar 85%.b. Menurunnya persentase ibu hamil kurang energi kronik sebesar 18,2%.c. Meningkatnya persentase kabupaten dan kota yang memiliki kebijakan PerilakuHidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebesar 80%.2. Meningkatnya Pengendalian Penyakit, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:a. Persentase kab/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan sebesar 40%.b. Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentusebesar 40%.c. Kab/Kota yang mampu melaksanakan kesiapsiagaan dalam penanggulangankedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah sebesar 100%.d. Menurunnya prevalensi merokok pada pada usia ≤ 18 tahun sebesar 5,4%.3. Meningkatnya Akses dan Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dengan sasaran yangakan dicapai adalah:a. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang terakreditasisebanyak 5.600.b. Jumlah kab/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang terakreditasi sebanyak 481kab/kota.4. Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan,dengan sasaran yang akan dicapai adalah:a. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 90%.b. Jumlah bahan baku obat, obat tradisional serta alat kesehatan yang diproduksi didalam negeri sebanyak 35 jenis.

c. Persentase produk alat kesehatan dan PKRT diperedaran yang memenuhi syaratsebesar 83%.5. Meningkatnya Jumlah, Jenis, Kualitas dan Pemerataan Tenaga Kesehatan, dengansasaran yang akan dicapai adalah:a. Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan sebanyak5.600 Puskesmas.b. Persentase RS kab/kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3dokter spesialis penunjang sebesar 60%.c. Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya sebanyak 56,910 orang.6. Meningkatnya sinergitas antar Kementerian/Lembaga, dengan sasaran yang akandicapai adalah:a. Meningkatnya jumlah kementerian lain yang mendukung pembangunankesehatan.b. Meningkatnya persentase kab/kota yang mendapat predikat baik dalampelaksanaan SPM sebesar 80%.7. Meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar negeri, dengan sasaran yangakan dicapai adalah:a. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR untuk program kesehatan sebesar20%.b. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untukmendukung kesehatan sebanyak 15.c. Jumlah kesepakatan kerja sama luar negeri di bidang kesehatan yangdiimplementasikan sebanyak 40.8. Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan pemantauan-evaluasi,dengan sasaran yang akan dicapai adalah:a. Jumlah provinsi yang memiliki rencana lima tahun dan anggaran kesehatanterintegrasi dari berbagai sumber sebanyak 34 provinsi.b. Jumlah rekomendasi monitoring evaluasi terpadu sebanyak 100 rekomendasi.9. Meningkatnya efektivitas penelitian dan pengembangan kesehatan, dengan sasaranyang akan dicapai adalah:a. Jumlah hasil penelitian yang didaftarkan HKI sebanyak 35 buah.

b. Jumlah rekomendasi kebijakan berbasis penelitian dan pengembangan kesehatanyang diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan atau pemangkukepentingan sebanyak 120 rekomendasi.c. Jumlah laporan Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) bidang kesehatan dan gizimasyarakat sebanyak 5 laporan.10. Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih, dengan sasaranyang akan dicapai adalah:a. Persentase satuan kerja yang dilakukan audit memiliki temuan kerugian negara≤1% sebesar 100%.11. Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur Kementerian Kesehatan, dengansasaran yang akan dicapai adalah:a. Meningkatnya persentase pejabat struktural di lingkungan KementerianKesehatan yang kompetensinya sesuai persyaratan jabatan sebesar 90%.b. Meningkatnya persentase pegawai Kementerian Kesehatan dengan nilai kinerjaminimal baik sebesar 94%.12. Meningkatkan sistem informasi kesehatan integrasi, dengan sasaran yang akandicapai adalah:a. Meningkatnya persentase Kab/Kota yang melaporkan data kesehatan prioritassecara lengkap dan tepat waktu sebesar 80%.Adapun Strategi pembangunan kesehatan 2015-2019 meliputi:a. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, danLanjut Usia yang Berkualitas.b. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat.c. Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungand. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitase. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitasf. Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, dan Kualitas Farmasidan Alat Kesehatang. Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makananh. Meningkatkan Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya ManusiaKesehatan

i. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakatj. Menguatkan Manajemen, Penelitian Pengembangan dan Sistem Informasik. Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) BidangKesehatanl. Mengembangkan dan Meningkatkan Efektifitas Pembiayaan KesehatanArah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan didasarkan pada arahkebijakan dan strategi nasional sebagaimana tercantum di dalam RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Untuk menjamin danmendukung pelaksanaan berbagai upaya kesehatan yang efektif dan efisien maka yangdianggap prioritas dan mempunyai daya ungkit besar di dalam pencapaian hasilpembangunan kesehatan, dilakukan upaya secara terintegrasi dalam fokus dan lokusdan fokus kegiatan, kesehatan, pembangunan kesehatan.

Arah kebijakan Kementerian Kesehatan mengacu pada tiga hal penting yakni:1. Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care)Puskesmas mempunyai fungsi sebagai pembina kesehatan wilayah melalui 4 jenisupaya yaitu:a. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat.b. Melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat.c. Melaksanakan Upaya Kesehatan Perorangan.d. Memantau dan mendorong pembangunan berwawasan kesehatan.2. Penerapan Pendekatan Keberlanjutan Pelayanan (Continuum Of Care).Pendekatan ini dilaksanakan melalui peningkatan cakupan, mutu, dankeberlangsungan upaya pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan ibu, bayi,balita, remaja, usia kerja dan usia lanjut.3. Intervensi Berbasis Risiko Kesehatan.Program-program khusus untuk menangani permasalahan kesehatan pada bayi,balita dan lansia, ibu hamil, pengungsi, dan keluarga miskin, kelompok-kelompokberisiko, serta masyarakat di daerah terpencil, perbatasan, kepulauan, dan daerahbermasalah kesehatan.

3.4. Isu-Isu Strategis Bidang Kesehatan

Lingkungan Strategis Nasional1. Perkembangan Penduduk. Pertumbuhan penduduk Indonesia ditandai denganadanya window opportunity di mana rasio ketergantungannya positif, yaitujumlah penduduk usia produktif lebih banyak dari pada yang usia non-produktif,yang puncaknya terjadi sekitar tahun 2030. Jumlah penduduk Indonesia padatahun 2015 adalah 256.461.700 orang. Dengan laju pertumbuhan sebesar 1,19%pertahun, maka jumlah penduduk pada tahun 2019 naik menjadi 268.074.600orang.Jumlah wanita usia subur akan meningkat dari tahun 2015 yang diperkirakansebanyak 68,1 juta menjadi 71,2 juta pada tahun 2019. Dari jumlah tersebut,diperkirakan ada 5 juta ibu hamil setiap tahun. Angka ini merupakan estimasijumlah persalinan dan jumlah bayi lahir, yang juga menjadi petunjuk bebanpelayanan ANC, persalinan, dan neonatus/bayi. Penduduk usia kerja yangmeningkat dari 120,3 juta pada tahun 2015 menjadi 127,3 juta pada tahun 2019.Penduduk berusia di atas 60 tahun meningkat, yang pada tahun 2015 sebesar21.6 juta naik menjadi 25,9 juta pada tahun 2019. Jumlah lansia di Indonesia saatini lebih besar dibanding penduduk benua Australia yakni sekitar 19 juta.Implikasi kenaikan penduduk lansia ini terhadap sistem kesehatan adalah (1)meningkatnya kebutuhan pelayanan sekunder dan tersier, (2) meningkatnyakebutuhan pelayanan home care dan (3) meningkatnya biaya kesehatan.Konsekuensi logisnya adalah pemerintah harus juga menyediakan fasilitas yangramah lansia dan menyediakan fasilitas untuk kaum disable mengingat tingginyaproporsi disabilitas pada kelompok umur ini.Masalah penduduk miskin yang sulit berkurang akan masih menjadi masalahpenting. Secara kuantitas jumlah penduduk miskin bertambah, dan inimenyebabkan permasalahan biaya yang harus ditanggung pemerintah bagimereka. Tahun 2014 pemerintah harus memberikan uang premium jaminankesehatan sebanyak 86,4 juta orang miskin dan mendekati miskin. Data BPSmenunjukkan bahwa ternyata selama tahun 2013 telah terjadi kenaikan indekskedalaman kemiskinan dari 1,75% menjadi 1,89% dan indeks keparahankemiskinan dari 0,43% menjadi 0,48%. Hal ini berarti tingkat kemiskinan

penduduk Indonesia semakin parah, sebab semakin menjauhi garis kemiskinan,dan ketimpangan pengeluaran penduduk antara yang miskin dan yang tidakmiskin pun semakin melebar.Tingkat pendidikan penduduk merupakan salah satu indikator yang menentukanIndeks Pembangunan Manusia. Di samping kesehatan, pendidikan memegangporsi yang besar bagi terwujudnya kualitas SDM Indonesia. Namun demikian,walaupun rata-rata lama sekolah dari tahun ke tahun semakin meningkat, tetapiangka ini belum memenuhi tujuan program wajib belajar 9 tahun. Menurutperhitungan Susenas Triwulan I tahun 2013, rata-rata lama sekolah pendudukusia 15 tahun ke atas di Indonesia adalah 8,14 tahun. Keadaan tersebut eratkaitannya dengan Angka Partisipasi Sekolah (APS), yakni persentase jumlahmurid sekolah di berbagai jenjang pendidikan terhadap penduduk kelompok usiasekolah yang sesuai.2. Disparitas Status Kesehatan. Meskipun secara nasional kualitas kesehatanmasyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antartingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan-pedesaan masihcukup tinggi. Angka kematian bayi dan angka kematian balita pada golongantermiskin hampir empat kali lebih tinggi dari golongan terkaya. Selain itu, angkakematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan lebih tinggi di daerahpedesaan, di kawasan timur Indonesia, serta pada penduduk dengan tingkatpendidikan rendah. Persentase anak balita yang berstatus gizi kurang dan burukdi daerah pedesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan.3. Disparitas Status Kesehatan Antar Wilayah. Beberapa data kesenjanganbidang kesehatan dapat dilihat pada hasil Riskesdas 2013. Proporsi bayi lahirpendek, terendah di Provinsi Bali (9,6%) dan tertinggi di Provinsi NTT (28,7%)atau tiga kali lipat dibandingkan yang terendah. Kesenjangan yang cukupmemprihatinkan terlihat pada bentuk partisipasi masyarakat di bidangkesehatan, antara lain adalah keteraturan penimbangan balita (penimbanganbalita >4 kali ditimbang dalam 6 bulan terakhir). Keteraturan penimbangan balitaterendah di Provinsi Sumatera Utara (hanya 12,5%) dan tertinggi 6 kali lipat diProvinsi DI Yogyakarta (79,0%). Ini menunjukkan kesenjangan aktivitasPosyandu antar provinsi yang lebar. Dibandingkan tahun 2007, kesenjangan ini

lebih lebar, ini berarti selain aktivitas Posyandu makin menurun, variasi antarprovinsi juga semakin lebar.4. Diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Menurut peta jalanmenuju Jaminan Kesehatan Nasional ditargetkan pada tahun 2019 semuapenduduk Indonesia telah tercakup dalam JKN (Universal Health Coverage - UHC).Diberlakukannya JKN ini jelas menuntut dilakukannya peningkatan akses danmutu pelayanan kesehatan, baik pada fasilitas kesehatan tingkat pertamamaupun fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, serta perbaikan sistem rujukanpelayanan kesehatan. Untuk mengendalikan beban anggaran negara yangdiperlukan dalam JKN memerlukan dukungan dari upaya kesehatan masyarakatyang bersifat promotif dan preventif agar masyarakat tetap sehat dan tidakmudah jatuh sakit. Perkembangan kepesertaan JKN ternyata cukup baik. Sampaiawal September 2014, jumlah peserta telah mencapai 127.763.851 orang(105,1% dari target). Penambahan peserta yang cepat ini tidak diimbangi denganpeningkatan jumlah fasilitas kesehatan, sehingga terjadi antrian panjang yangbila tidak segera diatasi, kualitas pelayanan bisa turun.5. Kesetaraan Gender. Kualitas SDM perempuan harus tetap perlu ditingkatkan,terutama dalam hal: (1) perempuan akan menjadi mitra kerja aktif bagi laki-lakidalam mengatasi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik; dan (2)perempuan turut mempengaruhi kualitas generasi penerus karena fungsireproduksi perempuan berperan dalam mengembangkan SDM di masamendatang. Indeks Pemberdayaan Gender (IPG) Indonesia telah meningkat dari63,94 pada tahun 2004 menjadi 68,52 pada tahun 2012. Peningkatan IPGtersebut pada hakikatnya disebabkan oleh peningkatan dari beberapa indikatorkomponen IPG, yaitu kesehatan, pendidikan, dan kelayakan hidup.6. Berlakunya Undang-Undang Tentang Desa. Pada bulan Januari 2014 telahdisahkan UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. Sejak itu, maka setiap desa dari77.548 desa yang ada, akan mendapat dana alokasi yang cukup besar setiaptahun. Dengan simulasi APBN 2015 misalnya, ke desa akan mengalir rata-rata Rp1 Miliar. Kucuran dana sebesar ini akan sangat besar artinya bagi pemberdayaanmasyarakat desa. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan pengembanganUpaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) akan lebih mungkin

diupayakan di tingkat rumah tangga di desa, karena cukup tersedianya sarana-sarana yang menjadi faktor pemungkinnya (enabling factors).7. Menguatnya Peran Provinsi. Dengan diberlakukannya UU Nomor 23 tahun2014 sebagai pengganti UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,Provinsi selain berstatus sebagai daerah juga merupakan wilayah administratifyang menjadi wilayah kerja bagi gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan yang telah diatur olehMenteri Kesehatan, maka UU Nomor 23 tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah yang baru ini telah memberikan peran yang cukup kuat bagi provinsiuntuk mengendalikan daerah-daerah kabupaten dan kota di wilayahnya.Pengawasan pelaksanaan SPM bidang Kesehatan dapat diserahkan sepenuhnyakepada provinsi oleh Kementerian Kesehatan, karena provinsi telah diberikewenangan untuk memberikan sanksi bagi Kabupaten/Kota berkaitan denganpelaksanaan SPM.8. Berlakunya Peraturan Tentang Sistem Informasi Kesehatan. Pada tahun2014 juga diberlakukan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 tentang SistemInformasi Kesehatan (SIK). PP ini mensyaratkan agar data kesehatan terbukauntuk diakses oleh unit kerja instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah yangmengelola SIK sesuai dengan kewenangan masing-masing.Lingkungan Strategis RegionalSaat mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) secara efektif padatanggal 1 Januari 2016. Pemberlakukan ASEAN Community yang mencakup totalpopulasi lebih dari 560 juta jiwa, akan memberikan peluang (akses pasar)sekaligus tantangan tersendiri bagi Indonesia. Implementasi ASEAN Economic

Community, yang mencakup liberalisasi perdagangan barang dan jasa sertainvestasi sektor kesehatan. Perlu dilakukan upaya meningkatkan daya saing(competitiveness) dari fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan dalam negeri.Pembenahan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, baik dari segisumber daya manusia, peralatan, sarana dan prasarananya, maupun dari segimanajemennya perlu digalakkan. Akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan

(Rumah Sakit, Puskesmas, dan lain-lain) harus dilakukan secara serius,terencana, dan dalam tempo yang tidak terlalu lama.Hal ini berkaitan dengan perjanjian pengakuan bersama (Mutual Recognition

Agreement - MRA) tentang jenis-jenis profesi yang menjadi cakupan darimobilitas. Dalam MRA tersebut, selain insinyur, akuntan, dan lain-lain, jugatercakup tenaga medis/dokter, dokter gigi, dan perawat. Tidak tertutupkemungkinan di masa mendatang, akan dicakupi pula jenis-jenis tenagakesehatan lain.Betapa pun, daya saing tenaga kesehatan dalam negeri juga harus ditingkatkan.Institusi-institusi pendidikan tenaga kesehatan harus ditingkatkan kualitasnyamelalui pembenahan dan akreditasi.Lingkungan Strategis GlobalDengan akan berakhirnya agenda Millennium Development Goals (MDGs) padatahun 2015, banyak negara mengakui keberhasilan dari MDGs sebagai pendorongtindakan-tindakan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkanpembangunan masyarakat. Khususnya dalam bentuk dukungan politik.Kelanjutan program ini disebut Sustainable Development Goals (SDGs), yangmeliputi 17 goals. Dalam bidang kesehatan fakta menunjukkan bahwa individuyang sehat memiliki kemampuan fisik dan daya pikir yang lebih kuat, sehinggadapat berkontribusi secara produktif dalam pembangunan masyarakatnya.

Aksesi Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau. Framework

Convention on Tobacco Control (FCTC) merupakan respon global yang paling kuatterhadap tembakau dan produk tembakau (rokok), yang merupakan penyebabberbagai penyakit fatal. Sampai saat ini telah ada sebanyak 179 negara di duniayang meratifikasi FCTC tersebut. Indonesia merupakan salah satu negarapenggagas dan bahkan turut merumuskan FCTC. Akan tetapi sampai kini justruIndonesia belum mengaksesinya. Sudah banyak desakan dari berbagai pihakkepada Pemerintah untuk segera mengaksesi FCTC. Selain alasan manfaatnyabagi kesehatan masyarakat, juga demi menjaga nama baik Indonesia di matadunia.

Liberalisasi perdagangan barang dan jasa dalam konteks WTO - KhususnyaGeneral Agreement on Trade in Service, Trade Related Aspects on Intelectual

Property Rights serta Genetic Resources, Traditional Knowledge and Folklores(GRTKF) merupakan bentuk-bentuk komitmen global yang juga perlu disikapidengan penuh kehati-hatian.Prioritas yang dilakukan adalah mempercepat penyelesaian MoU ke arahperjanjian yang operasional sifatnya, sehingga hasil kerjasama antar negaratersebut bisa dirasakan segera.Berdasarkan isu strategis nasional, internasional dan global, maka dapat dijabarkanisu-isu strategis pembangunan bidang kesehatan untuk kabupaten yaitu :1) Pelayanan kesehatan ibu dan anak yang sesuai standar belum terlaksanadengan baik.2) Belum teratasinya permasalahan gizi secara menyeluruh.3) Masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular .4) Mulai tingginya angka kesakitan akibat penyakit tidak menular.5) Belum terlindunginya masyarakat secara maksimal terhadap bebanpembiayaan kesehatan.6) Belum terpenuhinya jumlah, jenis, kualitas, serta penyebaran sumberdayamanusia kesehatan, dan belum optimalnya dukungan kerangka regulasiketenagaan kesehatan7) Belum optimalnya ketersedian, pemerataan, dan keterjangkauan obat esensial,penggunaan obat yang tidak rasional, dan penyelenggaraan pelayanankefarmasian yang berkualitas.8) Masih terbatasnya kemampuan manajemen dan informasi kesehatan, meliputipenyedian data dan informasi yang cepat, tepat dan akurat serta operasional,pengelolaan administrasi dan hukum kesehatan.9) Permasalahan manajerial dalam sinkronisasi perencanaan kebijakan, program,dan anggran serta masih terbatasnya koordinasi dan integrasi lintas sector.10) Disparitas antar wilayah, golongan ekonomi, dan tertinggal-tidak tertinggalmasih terjadi dan belum terjadi perbaikan secara signifikan. Perlu pendekatanpembangunan sesuai kondisi wilayah.

11) Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan belum dilakukansecara optimal.12) Belum tersedianya biaya operasional yang memadai di puskesmas.13) Dukungan manajemen dalam peningkatan pelayanan kesehatan, yang termasukdi dalamnya adalah good governance, desentralisasi bidang kesehatan, danstruktur organisasi yang efektif dan efisien.

4.1. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh KotaVisi merupakan pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana suatu organisasiharus dibawa berkarya agar tetap konsisten dan dapat eksis, antisipatif, inovatif danproduktif. Visi dapat membantu organisasi untuk mendefinisikan kemana organisasiakan dibawa dan membantu mendefinisikan bagaimana pelayanan harus dilaksanakan.Visi Kepala Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota yaitu“MEWUJUDKAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SEJAHTERA DAN DINAMIS

“YANG MANTAP” BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA “.Dalam rangka mendukung Visi Kepala Daerah Kabupaten Lima Puluh Kotatersebut dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya , maka Dinas KesehatanKabupaten Lima Puluh Kota menetapkan Visi :“ Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota yang mandiri untuk

hidup sehat ”Visi ini dimaksudkan bahwa setiap penduduk mampu berpikir, bersikap danbertindak secara kreatif dan inovatif dalam mengatasi masalah kesehatan atas kehendakdan dorongan diri sendiri bahkan diharapkan mampu mempengaruhi lingkungannyauntuk bersikap dan berperilaku hidup sehat.Berdasarkan Visi dan Misi Kepala Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2016-2021 dan Visi Dinas Kesehatan, tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan, makaditetapkan Misi Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota (2016 – 2021)sebagai berikut:1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.Pembangunan berwawasan kesehatan mengandung makna bahwa setiapupaya pembangunan harus berkontribusi terhadap peningkatan derajatkesehatan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Upayatersebut harus dapat menekan sekecil mungkin dampak negatif yangmerugikan kesehatan masyarakat beserta lingkungannya.

BAB

IV

2. Meningkatkan pelayanan Kesehatan yang bermutu, berkualitas, merata danterjangkau bagi seluruh masyarakat Kab. Lima Puluh Kota.Salah satu tanggung jawab seluruh jajaran kesehatan adalam menjamintersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, berkualitas, merata danterjangkau oleh setiap individu, keluarga dan masyarakat luas. Pelayanankesehatan dimaksud diselenggarakan bersama oleh pemerintah, masyarakattermasuk swasta.3. Mendorong kemandirian dan peran aktif masyarakat untuk hidup sehat.Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, keluarga,masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun yang akan dilakukan pemerintahdalam pembangunan kesehatan, tidak akan ada artinya bila tidak disertaikesadaran setiap individu, keluarga dan masyarakat untuk meningkatkan danmenjaga kesehatannya masing-masing secara mandiri. Pemerintah harusberupaya untuk mendorong kemandirian individu, keluarga dan masyarakatluas untuk hidup sehat.4. Meningkatkan daya dukung Pelayanan KesehatanBahwa setiap penduduk harus dapat terjangkau oleh pelayanan kesehatanyang berkualitas dan mempunyai hak serta kesempatan yang sama untukmengembangkan hidup sehat.5. Mendorong pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, keluarga danmasyarakat beserta lingkungannya.Penyelenggaraan upaya kesehatan mengutamakan upaya-upaya peningkatankesehatan dan pencegahan penyakit yang didukung oleh upaya-upayapengobatan segera dan pemulihan kesehatan. Diperlukan lingkungan yangkondusif agar individu, keluarga dan masyarakat dapat memelihara danmeningkatkan kesehatannya. Masalah lingkungan fisik dan biologis yangburuk adalah faktor penentu penularan berbagai penyakit.4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Kesehatan Kabupaten Lima

Puluh Kota.Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1(satu) sampai 5 (lima) tahun mendatang. Tujuan Strategis ditetapkan dengan mengacu

kepada pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu dan analisis lingkunganstrategis, Sehingga dapat mengarahkan perumusan strategi, kebijakan, program, dankegiatan dalam rangka merealisasikan Misi dan Visi. Berdasarkan tujuan yang akanditetapkan, maka Dinas Kesehatan Kabupaten Limapuluh Kota akan dapat mengetahuihal-hal yang harus dicapai dalam kurun waktu satu sampai lima tahun ke depan denganmempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki, serta faktorlingkungan yang mempengaruhinya.Dengan mempertimbangkan tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan KabupatenLimapuluh Kota, maka tujuan yang ingin diwujudkan adalah :1. Meningkatkan kesehatan masyarakat2. Meningkatkan sanitasi dasar dan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat3. Meningkatkan tertib administrasi perkantoran dan penyediaan sarana danprasarana layanan kesehatan.Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan, yaitu sesuatu yang akan dicapai ataudihasilkan oleh lembaga dalam jangka waktu tertentu. Sasaran menggambarkan hasilyang ingin dicapai melalui tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencapai suatutujuan. Sasaran akan memberikan fokus pada penyusunan kegiatan bersifat spesifik,terinci dapat diukur dan dapat dicapai.Sasaran yang ingin dicapai Dinas Kesehatan Kabupaten Limapuluh Kota dalamRencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Limapuluh Tahun 2016 – 2021 adalah :1) Meningkatkan kualitas Pelayanan Kesehatan2) Meningkatnya kualitas sumber daya kesehatan3) Meningkatnya kesehatan keluarga dan perbaikan gizi masyarakat4) Tercapainya Universal Coverage Jaminan pelayanan kesehatan untukmasyarakat5) Meningkatnya kesehatan lingkungan6) Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit7) Meningkatnya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat4.3. Strategi dan Kebijakan Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh KotaStrategi adalah cara untuk mewujudkan tujuan, yang dirancang secara koseptual,analitis, realistis, rasional dan komprehensif. Strategi Kebijakan Umum dan Program

Pembangunan Daerah Kabupaten Limapuluh Kota Tahun 2016–2021 seperti yangtertuang dalam RPJMD Kabupaten Limapuluh Kota Tahun 2016-2021 yaitu Peningkatankuantitas dan kualitas peralatan medis dan pengembangan peralatan untuk mendukungRumah Sakit Khusus.Berdasarkan Kebijakan Umum tersebut, maka dalam mewujudkan Visi dan MisiDinas Kesehatan Kabupaten Limapuluh Kota, dilaksanakan strategi yang dilakukan padaprioritas program dan kegiatan, yaitu :1. Pelayanan Prima Berhasil dan Tepat Guna2. Meningkatkan derajat kesehatan ibu, anak dan lansia3. Meningkatnya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan4. Meningkatkan pelayanan kesehatan sebagai rumah sakit rujukanSedangkan Arah Kebijakan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Limapuluh KotaTahun 2016 – 2021 adalah sebagai berikut :1. Peningkatan sarana dan prasarana kesehatan Puskesmas dan Rumah Sakit2. Rintisan Pendirian Rumah Sakit3. Peningkatan kualitas pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit4. Peningkatan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan dasar5. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau6. Peningkatan cakupan layanan dan kualitas air bersih dan sanitasi lingkungan7. Peningkatan kewaspadaan untuk mencegah dan menanggulangi kejadian luarbiasa8. Pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dan bahaya narkoba9. Peningkatan perilaku dan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat10. Peningkatan pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan11. Penilaian Kabupaten Sehat

5.1. Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan

Pendanaan Indikatif.Untuk mencapai Visi yang telah ditetapkan, maka Dinas Kesehatan kabupaten LimaPuluh Kota membagi kegiatan dalam beberapa kelompok sehingga dalam memberikanpelayanan dapat terarah. Program dan kegiatan tersebut yaitu :1. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan.

1) Pengadaaan Obat dan Perbekalan Kesehatan2) Peningkatan Pemerataan Obat dan Perbekalan Kesehatan3) Peningkatan Mutu Penggunaan Obat dan Perbekalan Kesehatan4) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan5) Distribusi Obat dan e-Logistik

2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat

1) Pemeliharaan dan Pemulihan Kesehatan2) Peningkatan Kesehatan Masyarakat3) Penyediaan Biaya Operasional dan Pemeliharaan4) Penyediaan jasa pelayanan dan biaya operasional kesehatan FKTP5) Penyusunan Akreditasi Puskesmas6) Penyediaan Dukungan Bantuan Operasional7) BLUD Puskesmas8) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan9) Manajemen BOK10) BOK Kesehatan11) Peningkatan Pelayanan dan penanggulangan Masalah Kesehatan12) Pengendalian Penyakit Tidak Menular13) Penanggulangan Gangguang Indera dan Fungsional14) Pembinaan Pelayanan Kesehatan Jiwa dan Napza

BABV

15) Penanggulangan Krisis Kesehatan16) Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga17) Upaya Kesehatan Tradisional dan Komplementer18) Upaya Kesehatan Rujukan

3. Program Pengawasan Obat dan Makanan

1) Peningkatan Pemberdayaan Konsumen/Masyarakat di Bidang Obat danMakanan2) Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya3) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

4. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

1) Pengembangan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat2) Penyuluhan Masyarakat Pola Hidup Sehat3) Peningkatan Pendidikan Tenaga Penyuluh Kesehatan4) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan5) Pengembangan Nagari Siaga

5. Program Perbaikan Gizi Masyarakat

1) Penyusunan Peta Informasi Masyarakat Kurang Gizi2) Pemberian Tambahan Makanan dan Vitamin3) Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, GangguanAkibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A dan Kekurangan Zat GiziMikro Lainnya4) Pemberdayaan Masyarakat untuk Pencapaian Keluarga Sadar Gizi5) Peningkatan Gizi Lebih6) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

6. Program Pengembangan Lingkungan Sehat

1) Pengkajian Pengembangan Lingkungan Sehat2) Penyuluhan Menciptakan Lingkungan Sehat3) Sosialisasi Kebijakan Lingkungan Sehat

4) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan7. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

1) Penyemprotan/Fogging Sarang Nyamuk2) Pelayanan Vaksinasi bagi Balita dan Anak Sekolah3) Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular4) Peningkatan Imunisasi5) Peningkatan Surveillance Epideminologi dan Penaggulangan Wabah6) Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (Kie) Pencegahan danPemberantasan7) Komisi Penanggulangan AIDS8) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

8. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan

1) Penyusunan Standar Pelayanan Kesehatan2) Evaluasi dan Pengembangan Standar Pelayanan Kesahtan3) Pembangunan dan Pemutakhiran Data Dasar Standar PelayananKesehatan4) Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan5) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

9. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana

Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Jaringannya

1) Pembangunan Puskesmas2) Pembangunan Puskesmas Pembantu3) Pengadaaan Puskesmas Keliling4) Pengadaaan Sarana dan Prasarana Puskesmas5) Pengadaaan Sarana dan Prasarana Puskesmas Pembantu6) Pemeliharaan Rutin/Berkala Sarana dan Prasarana Puskesmas7) Pemeliharaan Rutin/Berkala Saranan dan Prasarana PuskesmasPembantu8) Pemeliharaan Rutin/Berkala Saranan dan Prasarana Puskesmas Keliling

9) Rehabilitasi Sedang/Berat Puskesmas Pembantu10) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

10. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan

1) Kemitraan Asuransi Kesehatan Masyarakat2) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

11. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita

1) Penyuluhan Kesehatan Anak Balita2) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

12. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia

1) Pelayanan Pemeliharaan Kesehatan2) Pelayanan Kesehatan3) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

13. Program Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan

1) Pengawasan dan Pengendalian Keamanan dan Kesehatan Makanan HasilProduksi Rumah Tangga2) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

14. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak

1) Pembinaan pelayanan ibu dan reproduksi2) Jaminan Persalinan3) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

Adapun Rencana program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, danPendanaan Indikatif yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten tahun 2016 –2021 dapat dilihat dalam tabel V.1 berikut ini :

VI.1. Indikator Kinerja SKPD Yang Mengacu Pada Tujuan Dan Sasaran RPJMDKinerja instansi adalah ukuran kuantitatif dan / atau kualitatif yangmenggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang ditetapkanorganisasi. Kinerja instansi pemerintahan adalah gambaran mengenai tingkatpencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintahan sebagai penjabaran dari visi,misi, dan strategi instansi pemerintah yang mengindikasi tingkat keberhasilan dankegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yangditetapkan. Setiap instansi pemerintah wajib menetapkan indikator kinerja utama dilingkungan masing-masing (Permenpan No. PER.20/M.PAN/II/2000 tentang PetunjukPenyusunan Indikator Kinerja Utama)Indikator harus memenuhi karakteristik indikator kinerja yang baik dan cukupmemadai guna pengukuran kinerja unit organisasi bersangkutan yaitu :a. Spesifik, indikator kinerja harus sesuai dengan program dan atau kegiatansehingga mudah dipahami dalam memberikan informasi yang tepat tentanghasil atau capaian kinerja dari kegiatan dan atau sasaran.b. Dapat dicapai, indikator kinerja yang ditetapkan harus menantang namunbukan hal yang mustahil untuk dicapai dan dalam kendali instansi pemerintah.c. Relevan, suatu indikator kinerja harus dapat mengukur sedekat mungkindengan hasil yang akan diukurd. Menggambarkan keberhasilan sesuatu yang diukur, indikator yang baikmerupakan ukuran dari suatu keberhasilan. Harus terdapat kesepakatantentang interpretasi terhadap hasil yang akan digunakan sebagai ukuran.e. Dapat dikuantifikasi dan diukur, indikator dalam angka (jumlah atau persentasenilai, tonase, dsb) atau dapat diukur untuk dapat ditentukan kapan dapatdicapai.Pada era reformasi dan desentralisasi, keterbukaan publik terhadap pelayanankesehatan merupakan suatu tuntutan yang harus dipenuhi oleh Dinas Kesehatanpenyelenggara pelayanan kesehatan. Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan di

BAB

VI

Kabupaten Limapuluh Kota, Dinas Kesehatan Kabupaten Limapuluh Kota harusberkontribusi secara langsung dalam rangka mendukung pencapaian tujuan dan sasaranRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang ditunjukan denganIndikator kinerja Dinas Kesehatan yang Mengacu pada Tujuan dan sasaran RPJMDseperti dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 6.1Indikator Kinerja Dinas Kesehatan yang mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMDNo Indikator Sasaran

Kondisi

Kinerja Pada

Awal

Periode

RPJMD

Target Capaian Setiap TahunKondisi Kinerja

pada ahkir

periode RPJMD1 2 3 4 5 6

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)1 Menurunkan angka Kematian ibu dari 65,5menjadi 52 (per 100000 KLH) di tahun 2021 65,5 63,25 61 58,75 56,5 54,25 52 522 Menurunkan Angka Kematian bayi dari 16,4menjadi 15,2 (per 1000 KLH) di tahun 2021 16,4 16,2 16 15,8 15,6 15,4 15,2 15,23 Meningkatkan Umur harapan hidup dari 68,83tahun menjadi 70,59 tahun pada tahun 2021 68,83 69,12 69,41 69,7 69,99 70,28 70,59 70,594 Menurunkan Prevalensi kekurang gizi padabalita dari 8,4% menjadi 6,5% pada tahun 2021 8,4 % 8,1 % 7,8 % 7,4 % 7,1 % 6,8 % 6,5 % 6,5 %5 Meningkatkan Persentase pertolonganpersalinan di fasilitas pelayanan kesehatan dari70% menjadi 80% ditahun 2021 70 % 71,7 % 73,3 % 75 % 76,7 % 76,7 % 78,3 % 80 %6 Persentase komplikasi kebidanan yangditangani 80% 65,5 % 80 % 80 % 80 % 80 % 80 % 80 % 80 %7 Meningkatkan Cakupan Kunjungan K4 ibu hamilhingga 80 % Tahun 2021 65,5 % 70 % 72 % 74 % 76 % 78 % 80 % 80 %

No Indikator Sasaran

Kondisi

Kinerja Pada

Awal

Periode

RPJMD

Target Capaian Setiap Tahun

Kondisi Kinerja

pada ahkir

periode RPJMD

1 2 3 4 5 6(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)8 Meningkatnya Cakupan kunjungan neonatallengkap (KN Lengkap) hingga 80% yahun 2021 73,95 75 % 76 % 77 % 78 % 79 % 80 % 80 %9 Cakupan pelayanan kesehatan bayi sebesar 82%pada tahun 2021 74,77 % 77 % 78 % 79 % 80 % 81 % 82 % 82 %10 Cakupan pelayanan kesehatan balita sebesar 65% tahun 2021 60,28 % 60 % 61 % 62 % 63 % 64 % 65 % 65 %11 Persentase Balita ditimbang berat badannya(D/S) sebesar 85 % tahun 2021 54,8 % 75 % 77 % 79 % 81 % 83 % 85 % 85 %12 Persentase balita gizi buruk (BB/TB < 3 SD) 4 4 4 4 4 4 413 Persentase balita gizi buruk yang mendapatperawatan sebesar 100% 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %14 Cakupan balita ( 6-59 bulan ) dapat Vit A 85 %tahun 2021 70,5 % 80 % 81 % 82 % 83 % 84 % 85 % 8515 Cakupan bayi 0 – 6 bln ASI Ekslusif 80 % tahun2021 72,41 % 75 % 75 % 75 % 80 % 80 % 80 % 80 %16 Persentase Bumil dapat tablet FE 90 tablet 72,5 % 80 % 80 % 80 % 85 % 85 % 85 % 85 %

No Indikator Sasaran

Kondisi

Kinerja Pada

Awal

Periode

RPJMD

Target Capaian Setiap Tahun

Kondisi Kinerja

pada ahkir

periode RPJMD

1 2 3 4 5 6(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)17 Cakupan penjaringan Suspek TB Paru 100 %Tahun 2021 7,61 % 80 % 84 % 88 % 92 % 96 % 100 % 100 %18 Cakupan penemuan kasus baru TB-Paru BTA(+) 90% tahun 2021 52,4 58 % 65 % 71 % 77 % 83 % 90 % 90 %19 Cakupan angka keberhasilan pengobatan TB100 % Tahun 2021 84,7 % 85 % 88 % 91 % 94 % 97 % 100 % 100 %20 Cakupan penemuan dan penanganan penyakitHIV / AIDS < 0,5% < 0,5 % < 0,5% < 0,5% < 0,5% < 0,5% < 0,5% < 0,5% < 0,5 %21 Cakupan IR DBD per 100.000 penduduk < 49 % 51,6 % < 49 % < 49 % < 49 % < 49 % < 49 % < 49 % < 49 %22 Cakupan penemuan dan penanganan penderitapenyakit DBD 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %23 Cakupan penemuan dan penanganan kasuspneumonia 100% 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %24 Cakupan penemuan dan penanganan kasusdiare 100% 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %25 Persentase desa / Nagari yang melaksanakankegiatan PTM 50 % pada tahun 2021 10 % 18 % 26 % 34 % 42 % 50 % 50 %

No Indikator Sasaran

Kondisi

Kinerja Pada

Awal

Periode

RPJMD

Target Capaian Setiap Tahun

Kondisi Kinerja

pada ahkir

periode RPJMD

1 2 3 4 5 6(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)26 Persentase perempuan usia 30 – 50 tahun yangdideteksi dini kanker serviks dan payudara 50% tahun 2021 10 % 18 % 26 % 34 % 42 % 50 % 50 %27 Cakupan Prevalensi Hipertensi < 25% < 25 % < 25 % < 25 % < 25 % < 25 % < 25 % < 25 %28 Cakupan Prevalensi Obesitas < 15,4 % < 15,4% < 15,4% < 15,4% < 15,4% < 15,4% < 15,4% < 15,4 %29 Cakupan Angka bebas jentik 95 % 95 % 95 % 95 % 95 % 95 % 95 % 95 %30 Cakupan API Puskesmas (Penderita positifMalaria) <1/1000 penduduk <1/1000pddk <1/1000pddk <1/1000pddk <1/1000pddk <1/1000pddk <1/1000pddk <1/1000 pddk31 Desa / Kel yang mengaalami KLB yangdilakukan penyelidikan epidemiologi kurangdari 24 jam 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %32 Cakupan penemuan kasus baru Kusta 1/1000penduduk 1/1000 Pddk 1/1000Pddk

1/1000Pddk1/1000Pddk

1/1000Pddk1/1000Pddk

1/1000Pddk 1/1000 Pddk33 Cakupan jorong UCI sebesar 100% 55% 55% 70% 80% 90% 100% 100 % 100%34 Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatimmunisasi dasar lengkap 95 % tahun 2021 52,9 75 % 78,5 % 82,5 % 86 % 89,5 93 % 93 %

No Indikator Sasaran

Kondisi

Kinerja Pada

Awal

Periode

RPJMD

Target Capaian Setiap Tahun

Kondisi Kinerja

pada ahkir

periode RPJMD

1 2 3 4 5 6(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)35 Persentase penduduk yang memiliki aksesterhadap air minum yang berkualitas sebesar100 % tahun 2021 72 % 72 % 75 % 81 % 87 % 94 % 100 % 100 %36 Persentase rumah sehat 100 % tahun 2021 64,6 % 87 % 89,5 % 92 % 95 % 97,5 % 100 % 100 %37 Persentase sarana air minum yang dilakukanpengawasan 50 % tahun 2021 30 % 34 % 38 % 42 % 46 % 50 % 50 %38 Persentase penduduk yang menggunakanjamban sehat 100 % tahun 2021 65% 75 % 80 % 85 % 90 % 95 % 100 % 100 %39 Persentase TTU yang memenuhi syarat 90 %tahun 2021 67,6 % 87 % 87,5 % 88 % 88,5 % 89 % 90 % 90 %40 Persentase TPM yang memenuhi syaratkesehatan 90 % tahun 2021 26,2 85 % 85,8 % 86,5 % 87,5 % 88,5 % 90 % 90 %41 Persentase jorong yang melaksanakan STBM100 % 38,3 % 60 % 68 % 76 % 84 % 92 % 100 % 100 %42 Persentase RT yang ber-PHBS sebesar 85 % 50 % 65 % 70 % 75 % 80 % 85 % 85 %43 Cakupan nagari siaga aktif sebesar 65 % 52 % 54 % 56 % 58 % 60 % 65 % 65 %

No Indikator Sasaran

Kondisi

Kinerja Pada

Awal

Periode

RPJMD

Target Capaian Setiap Tahun

Kondisi Kinerja

pada ahkir

periode RPJMD

1 2 3 4 5 6(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)44 Cakupan kegiatan penjaringan anak sekolah100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %45 Jumlah persentase penduduk yang menjadipeserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) JaminanKesehatan Nasional (JKN) 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %46 Jumlah persentase penduduk yang menjadipeserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)mandiri 68,2% 78,8% 89,4% 95% 100 % 100 % 100 %47 Jumlah puskesmas terakreditasi 100 % tahun2021 0 18 % 45 % 73 % 100 % 100 % 100 % 100 %48 Persentase bangunan Puskesmas yangmemenuhi syarat sesuai Permenkes 75 Tahun2014 20% 30% 50% 75% 100% 100% 100%

49 Persentase alat kesehatan Puskesmas yangmemenuhi standar sesuai Permenkes 75 Tahun2014 20% 30% 50% 75% 100% 100% 100%

No Indikator Sasaran

Kondisi

Kinerja Pada

Awal

Periode

RPJMD

Target Capaian Setiap Tahun

Kondisi Kinerja

pada ahkir

periode RPJMD

1 2 3 4 5 6(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)50 Persentase ketersedian obat dan vaksin sebesar100% 96,8% 97% 98% 99% 100% 100% 100% 100%51 Persentase Puskesmas yang melaksanakanpengelolaan obat sesuai standar 78% 80% 85% 90% 100% 100% 100%52 Persentase penggunaan obat generic diPuskesmas sebesar 80% 84% 86% 88% 90% 92% 94% 94%53 Persentase puskesmas perawatan yangmelaksanakan pelayanan kefarmasian sesuaistandar 50% 50% 75% 80% 85% 90% 95% 95%54 Persentase penggunaan obat rasional di saranapelayanan kesehatan dasar (puskesmas) 96,1% 97% 98% 99% 100% 100% 100% 100%55 Persentase industry obat, apotek dan rumahobat yang memiliki izin usaha sebesar 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%56 Persentase masyarakat yang diberikansosialisasi tentang obat dan makanan 30% 35% 40% 45% 50% 55% 55%57 Persentase Kecamatan yang diawasi tentangkeamanan obat, makanan dan bahan berbahaya 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

No Indikator Sasaran

Kondisi

Kinerja Pada

Awal

Periode

RPJMD

Target Capaian Setiap Tahun

Kondisi Kinerja

pada ahkir

periode RPJMD

1 2 3 4 5 6(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)58 Persentase tersedianya jaringan komunikasidata yang diperuntukkan untuk pelaksanaan e-health di Puskesmas 31,8 % 36,4 % 45,4 % 63,6 % 81,8 % 100 % 100% 100 %59 Persentase puskesmas yang menghasilkan profilkesehatan sebesar 100% 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %60 Jumlah puskesmas yang memiliki bank datasebanyak 12 puskesmas 0 0 0 10 % 20 % 30 % 40 % 40 %

Rencana Strategi (Renstra) Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota 2016 -2021 ini berisi visi, misi, tujuan, kebijakan, strategi, sasaran berikut indikator kinerjadiharapkan mampu menjadi acuan dan arah pembangunan kesehatan di KabupatenLima Puluh Kota selama kurun waktu 5 tahun. Diharapkan upaya Dinas Kesehatansampai tahun 2021 lebih terarah dan terukur. Dalam kaitannya dengan pengukurankinerja dan sebagai acuan bagi perencanaan selanjutnya, Renstra Dinas Kesehatan iniakan dievaluasi pada pertengahan tahun (2019) dan pada ahkir periode 5 tahun (2021).Renstra ini disusun dengan tujuan agar dapat menjawab dan memfokuskanupaya Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota menghadapi tantanganpembangunan kesehatan di Kabupaten Lima Puluh Kota ini yang semakin kompleks.Sangat dimungkinkan akan terjadi perubahan pesat, tidak menentu yangdipengaruhi faktor ekonomi, sosial, politik maupun iklim, baik yang bersifat nasionalmaupun global yang dapat mengubah situasi epidemiologi maupun kebijakan sehinggarencana strategis yang telah disusun ini memerlukan penyesuaian.Tentunya rencana strategis ini (atau yang telah disesuaikan) hanya akan sangatbermanfaat bila semua pelaku pembangunan kesehatan bekerja penuh dedikasi danberorientasi pada tujuan akhir pembangunan sebagaimana amanah para pendiriRepublik Indonesia yang tersurat dalam pembukaan UUD 1945.

Kepala Dinas Kesehatandr. Hj. Tien Septino, M.KesNIP. 19630910 199101 2 001

BABVII