3
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rinitis alergi merupakan masalah kesehatan global yang mempengaruhi 10% sampai 20% dari populasi. Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang mempengaruhi hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi tipe 1 yang menimbulkan sekelompok gejala. Gejala yang timbul dapat berupa bersin berulang, keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). 1 Gejala ini terjadi ketika ada alergen yang masuk ke dalam tubuh. Alergen dibedakan berdasarkan cara masuknya ke dalam tubuh. Alergen yang pertama yaitu alergen inhalan yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur. Alergen kedua merupakan alergen ingestan yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang. Alergen ketiga yaitu alergen injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan lebah. Alergen yang keempat merupakan alergen kontaktan

BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gskjdj.

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGRinitis alergi merupakan masalah kesehatan global yang mempengaruhi 10% sampai 20% dari populasi. Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang mempengaruhi hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi tipe 1 yang menimbulkan sekelompok gejala. Gejala yang timbul dapat berupa bersin berulang, keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi).1 Gejala ini terjadi ketika ada alergen yang masuk ke dalam tubuh. Alergen dibedakan berdasarkan cara masuknya ke dalam tubuh. Alergen yang pertama yaitu alergen inhalan yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur. Alergen kedua merupakan alergen ingestan yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang. Alergen ketiga yaitu alergen injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan lebah. Alergen yang keempat merupakan alergen kontaktan yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan.2Berdasarkan rekomendasi dari WHO Iniative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2010, klasifikasi rinitis alergi yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi menjadi intermiten (kadang-kadang) yaitu bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu dan persisten/menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan atau lebih dari 4 minggu. Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi ringan bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktifitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu dan sedang atau berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas.1Di Indonesia, angka kejadian rhinitis alergi yang pasti belum diketahui karena sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian multisenter. Prevalensi rhinitis alergi di Jakarta sebesar 20% dari total populasi, di kota Bandung sebesar 6,98%, dimana prevalensi terjadinya rhinitis alergi ini pada usia 12-39 tahun. Berdasarkan survei ISAAC (International Study of Asthma and Allergies in Childhood), pada siswa SMP umur 13-14 tahun di Semarang tahun 2001-2002, prevalensi rhinitis alergi sebesar 18%.3Tatalaksana yang paling ideal bagi enderita rhinitis alergi yaitu dengan menghindari kontak dengan alergen penyebabnya. Selain itu dapat juga diberikan tatalaksana medikamentosa dengan pemberian antihistamin H-1 atau antihistamin H-2, tatalaksana operatif dan tatalaksana imunoterapi.2

B. TUJUANTujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis dan mengelola pasien dengan rhinitis alergi. C. MANFAATPenulisan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media belajar bagi mahasiswa agar dapat mendiagnosis dan mengelola rhinitis alergi secara tepat.