BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TA

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan

Bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam perusahaan. Banyak perusahaan yang berskala kecil dan besar, akan mempunyai perhatian besar dibidang keuangan, terutama dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, persaingan antar suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang semakin ketat, dan perekonomian yang tidak menentu mengakibatkan banyaknya perusahaan yang tiba-tiba mengalami kebangkrutan. Untuk mengetahui dengan tepat bagaimana kondisi perusahaan maka diperlukan suatu analisis yang tepat.

Media yang dipakai untuk menilai kondisi dalam perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hasil pengumpulan dan pengolahan data keuangan yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan atau ikhtisar lainnya yang dapat digunakan untuk membantu para pemakai didalam menentukan perusahaan sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat. Secara umum ada tiga laporan keuangan pokok yang dihasilkan oleh suatu perusahaan:

1. Neraca

Neraca digunakan untuk menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu, yang meliputi asset perusahaan dan klaim atas asset tersebut.

2. Laporan laba-rugi

Laporan laba-rugi merupakan laporan prestasi perusahaan selama jangka waktu tertentu. Tujuan utama dari laporan laba-rugi adalah melaporkan kemampuan yang sebenarnya untuk memperoleh laba.

3. Laporan arus kas

Laporan arus kas atau laporan perubahan posisi keuangan menyajikan informasi aliran kas masuk atau keluar bersih pada suatu periode, hasil dari ketiga kegiatan pokok perusahaan yaitu operasi, investasi, dan pendanaan. Aliran kas diperlukan terutama untuk mengetahui kemampuan perusahaan yang sebenarnya dalam memenuhi kewajibannya.Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002 : 4) tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut:a) Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perushaan yang bermnanfaat bagi sejumlah pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi.

b) Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.

c) Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Akan tetapi banyak sekali perbedaan pengakuan di dalam pelaporan laporan keuangan, sehingga tidak sesuai dengan pengakuan yang terdapat di dalam teori akuntansi. Berdasarkan penguraian, maka penulis tertarik untuk melakukan analisis dengan judul:

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENENTUKAN REVENUE, GAIN, LOSS, LIABILITIES, DAN CAPITAL PADA PT SURABAYA AGUNG INDUSTRI PULP & KERTAS (SAIP) TAHUN 2012.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka maksud dan tujuan analisis ini adalah: Untuk menentukan Revenue, Gain, Expense, Loss, Asset, Liabilities, dan Capital dari PT SAIP.

Untuk mengetahui apakah pengakuan terhadap Revenue, Gain, Expense, Loss, Asset, Liabilities, dan Capital sudah sesuai dengan konsep teori akuntansi.1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan informasi yang tersedia di perusahaan yaitu informasi Laporan Neraca, Laporan Laba-rugi, dan laporan lain tahun 2012, salah satu cara menganalisis laporan keuangan PT SAIP adalah dengan membandingkan pelaporan laporan tersebut dengan teori yang telah ada. Dalam hal ini permasalahan yang akan dibahas adalah:Apakah pengakuan terhadap Revenue, Gain, Expense, Loss, Asset, Liabilities, dan Capital telah sesuai pengungkapannya dengan teori akuntasi?

1.4 Tujuan Penulisan

Sesuai dengan masalah yang diuraikan, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah: Untuk menganalisis laporan keuangan.

Untuk mengetahui bagaimana pengakuan terhadap Revenue, Gain, Expense, Loss, Asset, Liabilities, dan Capital pada PT SAIP.1.5 Manfaat Penulisan

Adapun kegunaan analisis yang dilakukan, diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut:

Bagi penulis diharapkan dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai analisis laporan keuangan, dan pengakuan, serta pengukuran dan penilaian terhadap komponen-komponen akuntansi.

Bagi perusahaan yang diteliti diharapkan dapat menjadi masukan dan rumusan kebijakan serta tindakan-tindakan selanjutnya sehubungan dengan analisis laporan keuangan.

Sebagai informasi yang dapat digunakan untuk bahan penulisan makalah, bagi penulis makalah yang berminat dalam bidang yang serupa.BAB II

KERANGKA TEORI / TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Revenue & GainRevenue

Pengertian

Paton dan Littleton (1970) mengkarakterisasi pendapatan sebagai berikut:

Revenues is the product of the enterprise, measured by the amount of new assets received from costumers; Stated in terms of assets the revenue of the enterprise is represented, finally, by the flow of funds from the customers or patrons in exchange for the product of the business, either commodities or services (hlm. 47-47).Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002), IAI mengadopsi definisi pendapatan dari IASC yang menempatkan pendapatan (revenue) sebagai unsur penghasilan (income) sebagai berikut:

The definition of income ecompasses both revenue and gain. Revenue arises in the course of the ordinary activities of an enterprise and is referred to by a variety of different names including sales, fees, interests, dividends, royalties, and rents (hlm. 18).Dari beberapa definisi di atas, yang membentuk pengertian pendapatan adalah:

1. Aliran masuk atau kenaikan aset (inflows or other enhancements of assets, the amount of new assets received from customers, flow of funds from the customers, increases in economic benefits, gross increases in assets).2. Kegiatan yang merepresentasi operasi utama atau sentral yang menerus (activities that constitute the entitys ongoing major or central operations, in the course of the ordinary activities, producing goods, delivering goods, rendering services, profit-directed in liabilities).

3. Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewajiban (settlements of liabilities, decreases in liabilities, gross decreases in liabilities).

4. Suatu entitas (of an entity, of an enterprise).

5. Produk perusahaan (goods and services, product of the enterprise).

6. Pertukaran produk (echange for the product).

7. Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk (sales, fees, interests, dividends, royalties, and rents).

8. Mengakibatkan kenaikan ekuitas (result in increases in equity, change owners equity).

Kenaikan AsetMenurut Suwardjono (Teori Akuntasi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan Edisi Ketiga), kenaikan aset perusahaan diperoleh dari:

Operasi Utama Berlanjut

Kenaikan asset harus berasal dari kegiatan operasi dan bukan kegiatan investasi dan pendanaan. Kegiatan operasi ini diwujudkan dalam bentuk memproduksi dan mengirim barang kepada pelanggan atau menyerahkan atau melaksanakan berbagai jasa.Produk perusahaan harus diartikan sebagai seluruh jenis barang dan jasa yang disediakan atau diserahkan kepada pelanggan tanpa memandang jumlah rupiah relatif tiap jenis produk ataupun sering-tidaknya produk tersebut dihasilkan. Pengertian operasi utama dalam hal ini lebih dikaitkan dengan tujuan utama perusahaan yaitu menghasilkan produk atau jasa untuk mendatangkan laba (profit-directed activities) dan bukan untuk membatasi jenis produk menjadi produk utama dan produk samping.

Operasi dan Nonoperasi

Produk yang dihasilkan secara tidak rutin atau incidental sering dianggap sebagai pos pendapatan nonoperasi dan dipisahkan penyajiannya. Perusahaan dijalankan dalam jalinan ekonomik berbagai faktor yang sangat kompleks dan biasanya sangatlah sulit untuk memisahkan pengaruh perubahan harga dan kondisi lainnya dari hasil kegiatan operasi dalam arti sempit. Lagi pula, pengelolaan perusahaan meliputi usaha untuk mengendalikan perusahaan terhadap pengaruh berbagai faktor secara keseluruuhan.Paton dan Littleton (1970) berpendapat bahwa pemisahan laba atau rugi sebagai pos operasi dan nonoperasi hanya dapat dibenarkan kalau laba atau rugi tersebut benar-benar luar biasa dan berkaitan dengan tujuan perusahaan utama hanya secara sangat kebetulan saja. Jadi, istilah nonoperasi kurang deskriptif untuk mengkalsifikasi beberapa pendapatan atau untung yang sebenernya masu dalam npengertian operasi dalam arti luas.

Bila tidak bersifat luar biasa, pos-pos tersebut lebih tepat dilaporkan sebagai pendapatan lain-lain dan untung (other revenues and gain).

Pengakuan pendapatanPengakuan adalah pencatatan jumlah rupiah secara resmi ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut terrefleksi dalam statemen keuangan. Untuk menjabarkan kriteria kualitas informasi menjadi kriteria pengakuan pendapatan, perlu dipahami dua konsep penting yaitu:

Pembentukan Pendapatan (earing of revenue):

Pembentukan pendapatan adalah suatu konsep yang berkaitan dengan masalah kapan dan bagaimana sesungguhnya pendapatan itu timbul atau menjadi ada. Konsep pembentukan pedapatan menyatakan bahwa pendapatan terbentuk, terhimpun,, atau terhak (to be earned) bersamaan dengan dan melekat pada seluruh atau totalitas proses berlangsungnya operasi perusahaan dan bukan sebagai hasil transaksi tertentu.

Realisasi Pendapatan

Dengan konsep realisasi, pendapatan baru dapat dikatakan terjadi atau terbentuk pada saat terjadi kesepakatan atau kontrak dengan pihak independen (pembeli) untuk membayar produk baik produk telah selesai dan diserahkan maupun belum dibuat sama sekali. Berdasarkan konsep realisasi, pendapatan sebenarnya terjadi akibat transaksi tertentu yaitu transaksi penjualan atau kontrak. Jadi, sebelum transaksi kontrak tersebut terjadi, pendapatan dianggap belum terjadi atau terbentuk.Pedoman Umum Pengakuan PendapatanFASB meringkas pedoman umum ini dalam SFAC No. 5 paragraf 84 sebagai berikut:

Kriteria terbentuk dan terrealisasi biasanya dipenuhi pada saat produk atau barang dagangan diserahkan atau jasa diberikan kepada consumer. Oleh karena itu, pendapatan dari kegiatan produksi dan pemsaran serta untung dan rugi dari penjualan aset lainnya diakui pada saat penjualan (dalam arti pertukaran atau pengiriman barang).

Kalau kontrak penjualan atau penerimaan kas (atau keduanya) mendahului produksi dan pengiriman, pendapatan diaakui saat terhak dan pengiriman.

Kalau produk dikontrak sebelum diproduksi, pendapatan dapat diakui secara bertahap dengan metoda persentase penyelesaian pada saat sudah terbentuk asalkan taksiran yang layak atas hasil pada saat penyelesaian dan taksiran kemajuan produksi dapat diukur dengan cukup andal.

Kalau jasa diberikan atau hak untuk menggunakan aset berlangsung secara menerus selama suatu perioda dengan kontrak harga yang pasti, pendapatan dapat diakui bersamaan dengan berjalannya waktu.

Kalau produk atau aset lain dapat segera terealisasi karena dapat dijual dengan harga yang cukup pasti tanpa biaya tambahan yang berarti, pendapatan dan beberapa untung atau rugi dapat diakui pada saat selesainya produksi atau pada saat harga aset tersebut berubah. Kalau produk, jasa, atau aset lain ditukarkan dengan aset nonmoneter yang tidak segara dapat dikonversi menjadi kas, pendapatan atau untung atau rugi dapat diakui pada saat meretia telah terhak atau pada saat transaksi telah selesai asalkan nilai wajar aset nonmoneter yang terlibat dapat ditentukan dalam kisar yang layak.

Kalau ketertagihan aset yang diterima untuk produk, jasa, atau aset lain meragukan, pendapatan dapat diakui atas dasar kas yang terkumpul.Prosedur PengakuanTabel 2.1.1Kaidah PengakuanKegiatan Internal Yang TerlibatKegiatan Pemicu dan Bukti Pengakuan

A. Pada saat kontrak penjualan.Penandatanganan kontrak/penerimaan uang muka.(kegiatan produksi/internal belum terjadi.)Pendapatan belum diakui. Surat kontrak dan penerimaan bukti setor bank sebagai dasar pencatatan uang muka.

B. Selama proses produksi secara bertahap. (Sudah ada kontrak penjualan.)Penggunaan bagan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead.Pembayaran biaya administrasi dan pemasaran.

Penagihan (billing).

Penyesuaian akhir tahun.Penyiapan dan pengiriman surat penagihan.Penyesuaian akhir tahun atas dasar catatan akumulasi kos.

C. Pada saat produksi selesai. (Sudah ada kontrak penjualan/order pembelian atau belum)Pemindahan barang jadi dari pabrik ke gudang.Penyesuaian akhir tahun.Belum ada kontrak: (a) Penyerahan barang ke bagian gudang disertai nota penerimaan atau (b) penyesuaian akhir tahun. Syarat cukup pasti terealisasi harus dipenuhi.Sudah ada kontrak: Penyerahan barang kebagian gudang disertai nota penerimaan dan surat kontrak atau order pembelian.

D. Pada saat penjualan.Peneriamaan order pembelian.Penerimaan uang muka.

Pengiriman barang langsung atau melalui ekspedisi.

Penyiapan/pengiriman faktur penjualan.

Penerimaan nota terima barang dari pembeli.Pengirima barang disertai pengiriman faktur sesuai syarat f.o.b shipping point atau f.o.b destination.Penerimaan nota terima barang didukung faktur dan order pembelian / penjualan.

E. Pada saat kas terkumpul. (Sudah ada kontrak dan barang telah dikirim.)Pengiriman surat tagihan angsuran.Penerimaan kas atau alat pembayaran lain (transfer via bank).

Penyesuaian akhir tahun.Penerimaan kas didukung nota pembayaran (remittance advice) atau bukti transfer.Penyesuaian akhir tahun atas dasar catatan kas yang terkumpul sampai akhir perioda.

GainPengertian

Hadiah (gain) yang diberikan kepada perusahaan dapat diklasifikasikan baik sebagai capital/modal maupun income, tergantung pada maksud si pemberi serta suasana yang menyertai pemberian tersebut. Sebagian besar gain yang lain dihasilkan dari adanya pertukaran sehingga dengan demikian dibutuhkan matching antara aspek-aspek psoritif dari pertukaran tersebut.Pemberian harus diukur seperti pendapatan yaitu menurut nilai berjalan (nilai saat ini) dari aktiva yang diterima. Pengukuran aspek yang menguntungkan serupa dengan pengukuran pendapatan yaitu menurut nilai saat ini dari aktiva yang diakui berdasarkan nilai saat ini dari pengurangan hutang. Aspek yang tidak menguntungkan harus diukur sama dengan beban yaitu menurut nilai barang dan jasa yang digunakan atau dipertukarkan dalam transaksi.

Pada dasarnya keengganan para akuntan mencatat kenaikan nilai berpangkal pada dua sumber:

Pertambahan nilai bersifat tidak pasti dan sementara.

Peningkatan nilai tidaklah menambah sumber-sumber likuid yang dapat digunakan untuk membayar deviden.

2.2 Expense & Loss

ExpensePengertian

Dalam SFAC No. 6, FASB mendefinisi biaya (expenses) sebagai berikut:Expenses are outflows or other using up of assets or incurrence of liabilities (or combination of both) from delivering or producing goods, rendering services, or carring out other activities that constitute the entitys ongoing major or central aperations. (prg. 80).IAI (IASC) mendefiniskan biaya dalam Standar Akuntasi Keuangan (2002) sebagai berikut:Expenses are decreases in economic benefits during the accounting period in the form of outflows or depletions of assets or incurrences of liabilities that result in decreases in equity, other than those relating to equity participans (hlm. 17).

Dari berbagai sumber di atas dan sebagai lawan dari pendapatan, terdapat dua karakteristik penting yang melekat pada makna biaya yaitu:

1) Aliran keluar atau penurunan aset (outflow of assets, gross decreases in assets, decreases in economic benefits, using up of assets, consumption of assets, use of economic services, expired costs, applicable costs to current period).

2) Akibat kegiatan yang membentuk operasi utama yang menerus (ongoing major operations, profit-direceted activities, for the purpose of generating revenues, creation of revenues, earning activities).Penurunan asetMenurut Suwardjono (Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan Edisi Ketiga), penurunan aset disebabkan:

Operasi Utama yang Menerus

Tidak semua penurunan atau konsumsi aset membentuk biaya. Agar menjadi biaya konsumsi tersebut harus berkaitan dengan kegiatan utama atau sentral kesatuan usaha. Yang dimaksud dengan kegiatan utama adalah kegiatan menciptakan pendapatan (laba) yang direpresentasi dalam kegiatan memproduksi/mengirim barang atau menyerahkan/melaksanakan jasa. Dalam hal ini, operasi utama merupakan basis utama untuk menghubungkan biaya dan pendapatan. Kenaikan Kewajiban

Semua badan autoritatif mendefinisi biaya tidak hanya dari sudut penurunan aset tetapi juga dari kenaikan kewajiban. Alasannya adalah agar makna biaya cukup luas untuk mencakupi pula pos-pos yang timbul dalam penyesuaian akhir tahun. Penurunan EkuitasDefinisi APB dan IAI secara eksplisit menyebutkan bahwa penurunan aset akhirnya akan mengubah ekuitas atau menurunkan ekuitas. Oleh karena itu, turunnya aset sebagai biaya harus mengakibatkan turunnya ekuitas. Bila ekuitas akhirnya tidak terpengaruhm jelas turunnya aset bukan merupakan biaya.Pengakuan Biaya

Biaya atau rugi pada umumnya diakui bilamana salah satu dari dua kriteria berikut dipenuhi (SFAC No. 5, prg. 85):

a) Konsumsi manfaat (consumption of benefits).

Biaya atau rugi diakui bilamana manfaat ekonomi yang dikuasai suatu entitas telah dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam pengiriman atau pembuatan barang, penyerahan, atau pelaksanaan jasa, atau kegiatan lain yang merepresentasi operasi utama atau sentral entitas tersebut.

b) Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang (loss or lack of future benefits).Biaya atau rugi diakui bilamana aset yang telah diakui sebelumnya diperkirakan telah berkurang manfaat ekonomiknya atau tidak lagi mempunyai manfaat ekonomik.Loss

Pengertian

Istilah loss digunakan oleh akuntan untuk menggambarkan kelebihan expense atau pendapatan dalam suatu perioda, dalam hal ini merupakan kebalikan income, tetapi disini pengertian tersebut digunakan sebagai lawan dari pengertian gain.

Bagian terpenting dari pengertian loss adalah bahwa hal tersebut menggambarkan habisnya nilai yang tidak berhubungan dengan operasi-operasi normal perusahaan disetiap periode. Pengukuran loss sama dengan pengukuran expense kecuali semua jumlah penghasilan harus dikurangi secara langsung untuk menunjukkan jumlah bersih dari kerugian itu.

Kriteria pengakuan kerugian sama dengan kriteria pengakuan beban periode. Kerugian tidak dapat ditandingkan dengan pendapatan, sehingga harus diakui pada periode dimana kerugian itu cukup pasti bahwa aktiva tertentu akan memberikan manfaat yang lebih sedikit bagi perusahaan dibandingkan dengan yang dinyatakan oleh nilai yang tercatat.

2.3 AssetPengertianFASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No. 6, prg. 25):

Assets are probable future economic benefits obtained or controlled by a particular entity as a result of past transactions or events.

Dalam Statement of Accounting Concepts No. 4, Australian Accounting Standards Board (AASB) mendefinisi aset sebagai berikut (prg. 12):

Assets are service potential or future economic benefits controlled byt the reporting entity as a result of past transaction or other past events.

Definisi yang menggabungkan makna, pengukuran, dan pengakuan diajukan oleh APB dlam APB No. 4 sebagai berikut (prg. 132):

Assets-economic resources of an enterprise that are recognized and measured in conformity with generally accepted accounting principles. Assets also include certain defferend charges that are not resources but that are recognized and measured in conformity with generally accepted accounting principles.APB juga membedakan aset menjadi sumber ekonomik dan nonsumber ekonomik. APB No. 4 merinci aset yang digolongkan sebagai sumber ekonomik sebagai berikut (prg. 57):

Sumber produktif (productive resources):

Sumber produktif kesatuan usaha yang meliputi bahan baku, gedung, pabrik, perlengkapan, sumber alam, paten dan semacamnya, jasa, dan sumber lain yang digunakan dalam produksi barang dan jasa. Hak kontraktual atas sumber produktif meliputi semua hak untuk menggunakan sumber ekonomik pihak lain dan hak untuk mendapatkan barang atau jasa dari pihak lain.

Produk (products) yang merupakan keluaran kesatuan usaha terdiri atas:

Barang jadi yang menunggu penjualan

Barang dalam proses

Uang (money)

Klaim untuk menerima uang (claims to receive money)

Hak kepemilikan atau investasi pada perusahaan lain (ownership interest in other enterprises)

APB menggolongkan bentuk atau jenis aset selain yang disebut di atas sebagai nonsumber ekonomik meskipun tetap masuk ke dalam pengertian aset. Nonsumber ekonomik meliputi beban atau pengurangan pendapatan tangguhan (deffered charges) seperti: goodwill, rugi selisih kurs, kos organisasi, dan beberapa pos yang timbul akibat penyesuaian (sering disebut pos-pos transitoris).

Karakteristik Aset

Pada dasarnya terdapat tiga karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu objek atau pos dapat disebut aset, yaitu:

Manfaat Ekonomik

Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat ekonomik dimasa dating yang cukup pasti (probable). Sejalan dengan APB, FASB menyatakan bahwa aset adalah sumber ekonomik karena potensi jada atau utilitas yang melekat di dalamnya yaitu suatu daya atau kapasitas langka yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk mendapatkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik yaitu konsumsi, produksi, dan pertukaran.Uang atau kas mempunyai manfaat atau potensi jasa karena apa yang dapat di beli atau karena daya tukarnya. Kemampuan ini disebut dengan daya beli atas sumber ekonomik (command over resources). Daya beli uang menjadi pengukur manfaat ekonomik masa datang.

Dikuasai oleh Entitas

Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki entitas tapi cukup dikuasai oleh entitas. Pemilik memiliki makna yuridis atau legal. Artinya, untuk memiliki suatu objek diperlukan proses yang disebut transfer hak milik (transfer of tittle). Bila pemilikan menjadi kriteria aset, akan banyak pos yang tidak masuk sebagai aset sehingga tidak dapat dilaporkan dalam neraca.Oleh karena itu, konsep penguasaan (kendali) lebih penting daripada konsep pemilikan. Hal ini dilandasi oleh konsep dasar subtansi mengungguli bentuk yuridis (substance over form).

Akibat transaksi atau Kejadian Masa Lalu

Kriteria ini sebenarnya menyempurnakan kriteria penguasaan sekaligus sebagai kriteria atau tes pertama pengakuan objek sebagai aset tetapi tidak cukup untuk mengakui secara resmi dalam system pembukaan. Selain itu, kontrak eksekutori memenuhi tes pertama aset sebagai salah satu kriteria pengakuan. Dengan kata lain, transaksi masa lalu merupakan syarat perlu tetapi tidak merupakan syarat cukup untuk pengakuan aset yang bersifat hipotesis.

Selain tiga karakteristik di atas, FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung yaitu melibatkan kos, berwujud, tertukaran, terpisahkan, dan berkekuatan hukum. Karakteristik pendukung tersebut lebih menguatkan atau meyakinkan adanya aset tetapi tiadanya karakteristik pendukung, tidak menghalangi suatu objek untuk memenuhi syarat sebagai aset.Pengukuran

Salah satu kriteria pengakuan aset adalah keterukuran (measureability) manfaat ekonomik yang akan datang. Yang dimaksud dengan pengukuran disini adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek aset pada saat terjadinya, yang akan dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisis objek tersebut.

Dan jika sumberdaya yang diperoleh suatu perusahaan tidak andal (reliable) pada elemen pengukurannya, maka sumberdaya tersebut tidak dapat ditampilkan sebagai aset melainkan diakui sebagai pendapatan ketika terjadi transaksi.

PenilaianDi dalam akuntansi, istilah pengukuran dan penilaian sering tidak dibedakan karena adanya asumsi bahwa akuntansi menggunakan unit moneter untuk mengukur makna ekonomik suatu objek, pos, atau elemen. Pengukuran biasanya digunakan dalam akuntansi untuk menunjukkan proses penentuan jumlah rupiah yang harus dicatat untuk objek pada saat pemerolehan. Penilaian biasanya digunakan untuk menunjukkan proses penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap elemen atau pos statemen keuangan pada saat penyajian.Tujuan dari penilaian aset adalah merepresentasi atribut pos-pos aset yang berpaut dengan tujuan laporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai. Sedangkan tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang dapat membantu investor dan kreditor dalam jumlah, saat, dan ketidakpastian aliran kas ke badan usaha. Singkatnya, tujuan penilaian aset harus berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan.FASB mengidentifikasi ada lima makna atau atribut yang dapat direpresentasi berkaitan dengan aset, dasar penilaian menurut FASB (SFAC No. 5, prg. 67) diringkas sebagai berikut: Historical cost. Tanah, gedung, perlengkapan pebrik, dan kebanyakan sediaan dilaporkan atas dasar kos historisnya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dikorbankan untuk memperolehnya. Kos historis ini tentunya disesuaikan dengan jumlah bagian yang telah didepresiasi atau diamortisasikan.

Current (replacement) cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang atau penggatinya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang harus dikorbankan kalau aset tertentu diperoleh sekarang.

Current market value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan atas dasar nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dapat diperoleh kesatuan usaha dengan menjual aset tersebut dalam kondisi perusahaan yang normal (tidak dilikuidasi). Nilai pasar sekarang juga digunakan untuk aset yang kemungkinan akan laku dijual dibawah nilai bukunya. Net realizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan barang disajikan sebesar nilai terealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang akan diterima (tanpa didiskon) dari aset tersebut dikurangi dengan pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk mengkonversi aset tersebut menjadi kas atau setaranya.

Present (or Discounted) value of future cash flows. Piutang dan investasi jangka panjang disajikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa mendatang sampai piutang terlunasi (dengan tarif diskon implisit) dikurangi dengan tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan tersebut.

Pengakuan

Pada umumnya pengakuan aset dilakukan bersamaan dengan adanya transaksi, kejadian, atau keadaan yang mempengaruhi aset. Disamping memenuhi definisi aset, keterkaitan keterukuran, keberpautan, dan keterandalan harus dipenuhi pula. Menurut Sterling, Belkaoui (1993) menunjukkan kondisi perlu (necessary) dan kondisi cukup (sufficient) yang merupakan penguji (tests)yang cukup rinci untuk mengakui aset yaitu: Deteksi adanya aset (detection of existence test). Untuk mengakui aset, harus ada transaksi yang menandai timbulnya aset. Sumber ekonomik dan kewajiban (economic resources and obligation test). Untuk mengakui aset, suatu objek harus harus merupakan sumber ekonomik yang langka, dibutuhkan, dan berharga.

Berkaitan dengan entitas (entity association test). Untuk mengakui aset, kesatuan usaha harus mengendalikan atau menguasai objek aset. Mengandung nilai (non-zero magnitude test). Untuk mengakui aset, suatu objek harus mempunyai manfaat yang terukur secara moneter. Berkaitan dengan waktu pelaporan (temporal association test). Untuk mengakui aset, semua penguji di atas harus dipenuhi pada tanggal pelaporan (tanggal neraca).

Verifikasi (verification test). Untuk mengakui aset, harus ada bukti pendukung untuk meyakinkan bahwa kelima penguji di atas dipenuhi.

Yang dikemukakan Belkaoui diatas sebenarnya adalah apa yang disebut dengan kaidah pengakuan (recognition rules) yang merupakan petunjuk teknis atau prosedur untuk menerapkan empat kriteria pengakuan (recognition criteria) FASB yaitu defnisi, keterukuran, keberpautan, dan keterandalan. Kaidah tersebut diperlukan karena kriteria pengakuan sifatnya konseptual dan umum.Penyajian

Pengungkapan dan penyajian pos-pos aset harus dipelajari dari standar yang mengatur tiap pos. secara umum, prinsip akuntansi berterima umum memberi pedoman penyajian dan pengungkapan aset sebagai berikut:

Aset disajikan disisi debit atau kiri dalam neraca berformat akun atau dibagian atas dalam neraca berformat laporan.

Aset diklasifikasi menjadi aset lancer dan tetap.

Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannta, yang paling lancer dicantumkan pada urutan pertama.

Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus diungkapkan (misalnya metoda depresiasi aset tetap dan dasar penilaian sediaan barang).

2.4 LiabilitiesPengertianFASB mendefinisi kewajiban dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No. 6, prg. 35):Liabilities are probable future sacrifices of economic benefits arising from present obligations of a particular entity to transfer assets or provide services to other entities in the future as a result of past transactions or events.

Dalam Statement of a Accounting Concepts No. 4, Australian Accounting Standards Board (AASB) mendefinisi kewajiban sebagai berikut (prg. 12):Liabilities are the future sacrifices of service potential or future economic benefits that the entity is presently obliged to make the other entities as a result of past transaction or other past events.

APB No. 4 mendefinisi kewajiban dalam dua kata kunci yaitu economic obligations yang dihubungkan dengan generally accepted accounting principles (GAAP). Ini berarti bahwa APB menggabungkan pengertian kewajiban sekaligus menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran.Karakteristik Liabilities

Terdapat tiga karakteristik utama kewajiban, yaitu:

Pengorbanan Manfaat EkonomikUntuk dapat disebut suatu kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas (duty) atau tanggungjawab (responsibility) kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk melunasi, menunaikan, atau melaksanakannya dengan cara mengorbankan mafaat ekonomik yang cukup pasti di masa mendatang. Pengorbanan manfaat ekonomik diwujudkan dalam bentuk transfer atau penggunaan aset kesatuan usaha. Saat pengorbanan manfaat ekonomik dapat ditentukan atas dasar kejadian tertentu atau atas permintaan pihak lain (on demand). Keharusan Sekarang

Keharusan sekarang dapat menimbulkan kewajiban bersifat kontraktual, konstruktif, demi keadilan dan keharusan bergantung. Keharusan kontraktual yaitu keharusan yang timbul akibat perjanjian atau peraturan hukum yang di dalamnya kewajiban bagi suatu kesatuan usaha dinyatakan secata eksplisit atau implisit dan mengikat. Kewajiban ini muncul karena aspek hukum sebagai lingkungan eksternal yang tidak dapat dihindari (unavoidable) dan yang memaksakan secara hukum untuk memenuhinya (legally enforceable). Keharusan konstruktif adalah keharusan yang timbul akibat kebijakan kesatuan usaha dalam rangka menjalankan dan memajukan usahanya untuk memenuhi apa yang diseut praktik usaha yang baik (best business practices) atau etika bisnis (business ethics) dan bukan untuk memenuhi kewajuban yudiris. Kebijakan tersebut karena kesatuan usaha sengaja memberi, mengkonstruksi, atau membentuk hak bagi pihak lain tanpa harus melalui perjanjian tertulis yang disepakati dua belah pihak. Keharusan demi keadilan adalah keharusan yang ada sekarang yang menimbulkan kewajiban bagi perusahaan semata-mata karena panggilan etis atau moral daripada karena peraturan hukum atau praktik bisnis yang sehat. Keharusan ini muncul dari tugas kepada pihak lain untuk melaksanakan sesuatu yang dipandang wajar, adil, dan benar menurut hati nurani (conscience) dan rasa keadilan (sense of justice). Keharusan bergantung adalah keharusan yang pemenuhannya (jumlah rupiahnya atau jadi-tidaknya dipenuhi) tidak pasti karena bergantung pada kejadian masa datang atau terpenuhinya syarat tertentu di masa datang.

Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu

Sama seperti definisi aset, kriteria ini sebenarnya menyempurnakan kriteria keharusan sekarang (present obligations) dan sekaligus sebagai test pertama (first test) pengakuan suatu pos sebagai kewajiban tetapi tidak cukup untuk mengakui secara resmi dalam system pembukuan. Transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Transaksi masa lalu yang dimaksud adalah transaksi yang menimbulkan keharusan sekarang telah terjadi.

Selain tiga karakteristik utama kewajiban, terdapat beberapa karakteristik pendukung yaitu keharusan membayar kas, identitas terbayar jelas, dan terpaksakan secara atau berkekuatan hukum (legally enforceable).Pengakuan

Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat transaksi yang sebelumnya telah terjadi. Kam mengajukan empat kaidah pengakuan untuk menandai pengakuan kewajiban yaitu:

Ketersediaan dasar hukum. Kalau terdapat bukti yudiris yang kuat tentang adanta daya paksa untuk memenuhi keharusan, jelas tidak dapat disangkal bahwa suatu kewajiban memang ada.

Keterterapan konsep dasar konservatisma. Kaidah ini merupakan penjabaran teknis kriteria keterandalan. Keadaan tertentu yang menjadikan konsep konservatisma terterapkan dapat memicu pengakuan kewajiban. Impilkasi dianutnya konsep konservatisma adalah rugi dapat diakui segera sedangkan aset tidak. Ketertentuan subtansi ekonomik transaksi. Dalam hal ini, kewajiban dapat atau bahkan harus diakui kalau secara substantif memenuhi salah satu kriteria kapitalisasi. Keterukuran nilai kebijakan. Adanya suatu kepastian mengenai jumlah rupiah dapat memicu diakuinya suatu kewajiban. Kalau pengukuran suatu pos kewajiban bersigat sangat subjektif dan arbitret, pada umumnya pos tersebut tidak diakui.Hendriksen dan van Breda (1991) menunjukkan saat-saat untuk mengakui kewajiban yaitu: Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah mengikat. Dalam hal kontrak eksekutori, pengakuan menunggu sampai salah satu pihak memanfaatkan/menguasai manfaat yang diperjanjikan atau memenuhi kewajibannya (to perform). Bersamaan dengan pengakuan biaya bilan barang dan jasa yang menjadi biaya belum dicatat sebagai aset sebelumnya.

Bersamaan dengan pengakuan aset. Kewajiban timbul ketika hak untuk menggunakan barang dan jasa diperoleh.

Pada akhir perioda karena penggunaan asas akrual melalui proses penyesuaian. Pengakuan ini menimbulkan pos utang atau kewajiban akruan (accrued liabilities).

Pengukuran

Pengukuran yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saat terjadinya adalah penghargaan sepakatan dalam transaksi tersebut dan bukan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik masa datang. Penghargaan sepakatan suatu kewajiban merefleksi nilai setara tunai atau nilai sekarang kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan ekonomik seandainya kewajiban dilunasi pada saat terjadi. Dengan demikan basis pencatatan kewajiban adalah nilai sekarang tunai bukan nilai nominal utang. Dalam pengukuran diskun obligasi dan premium obligasi, utang obligasi diukur dan diakui atas dasar jumlah rupiah yang diterima dalam penerbitan obligasi. Jadi tidak terdapat untung atau rugi dalam transaksi tersebut, jumlah rupiah sebagai diskun atau premium merupakan harga sepakatan atau harga efektif obligasi.PenilaianKewajiban mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada saat setiap saat antara terjadinya kewajiban sampai dilunasinya kewajiban atau biasa disebut dengan nilai pelunasan. Terdapat berbagai dasar penilaian kewajiban, yaitu harga pasar, nilai pelunasan netto, dan nilai diskunan aliran kas. Nilai pelunasan sekarang bergantung pada nilai pasar obligasi. Amortisasi diskun dan premium merupakan proses dalam rangka penelusuran kewajiban untuk menentukan nilai pelunasan sekarang.Bila kewajiban dilunasi sebelum jatih tempo, maka akan terjadi selisih antara nilai buku dengan nilai pasar pada saat penebusan maupun penarikan. Bila penarikan dilakukan dengan pendanaan kembali, maka terdapat tiga perlakuan terhadap selisih tersebut yaitu kewajiban diamortiasi selama sisa umur semua utang yang dilunasi, dilunasi selama umur utang baru dan diakui sebagai laba atau rugi penarikan.Penyajian

Dalam neraca berdasarkan urutan jatuh temponya, ini berarti kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu disbanding kewajiban jangka panjang, tujuannya adalah untuk mempermudah pembaca mengevaluasi likuditas perusahaan.2.5 Capital

Pengertian

Dalam kerangka dasar Standar Akuntansi Keuangan (2002), Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendefinisi ekuitas sebagai berikut (pasal 49):

Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.

Definisi ini tidak berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh FASB dalam SFAC No. 6 sebagai berikut:

Equity or net asset is the residual interest in the assers of an entity that remains after deducting its liabilities.

Ekuitas didefinisi sebagai hak residual untuk menunjukkan bahwa ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti bahwa ekuitas bukan pengorbanan sumber ekonomik masa datang.

Godfrey, Hodgson, dan Holmes (1997) membedakan ekuitas dan kewajiban atas dasar kriteria berikut:

Hak masing-masing pihak atas penyelesaian klaim.

Hak penggunaan aset dalam operasi.

Subtansi ekonomik perjanjian.

Komponen Pemegang Saham

Ekuitas pemegang saham dibedakan menjadi dua inti yaitu modal setoran dan laba ditahan. Sedangkan modal setoran dibedakan menjadi dua yaitu modal yudiris dan modal setoran lain.

Perbedaan anatara modal setoran dan laba ditahan adalah modal setoran merupakan dana dasar yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan bagi pihak lain. Sedangkan, laba ditahan merupakan salah satu komponen untuk menunjukkan daya melaba, jumlahnya harus dipisahkan dengan modal setoran, walaupun akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang saham.

Gambar 2.1

Ekuitas Pemegang Saham dan Komponennya

Modal setoran dibedakan menjadi dua yaitu modal yuridis dan modal setoran lain. Modal yudiris timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan sejumlah rupiah dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap pihak lain. Tujuan penyajian modal yudiris adalah untuk memberikan informasi kepada para pemegang ekuitas lainnya tentang batas perlindungan investasinya. Tujuan modal setoran lain, untuk membedakan secara tegas perubahan akibat transaksi operasi dan perubahan akibat transaksi modal. Pembedaan ini bertujuan untuk mencegah memperlakukan akibat kenaikan transaksi modal sebagai laba.Berbagai sumber yang dapat mengubah modal setoran yaitu pemesanan saham, obligasi terkonversi, saham istimewa, dividen saham, hak beli saham, dan saham treasuri. Sumber setoran ini umumnya menyebabkan kenaikan modal setoran, sedangkan transaksi yang dapat mengurangi modal adalah penarikan kembali saham (saham treasuri). Berbagai masalah dapat timbul akibat adanya modal tresuari. Terdapat dua pendekatan untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu: Konsep Satu TransaksiKonsep ini disebut dengan metoda kos karena jumlah rupiah total yang dibayarkan dianggap seakan-akan merupakan kos pembelian saham treasuri. Apabila saham treasuri tidak segera dijual maka kos pembelian tersebut tidak dapat dianggap sebagai asset, tetapi akan diklasifikasikan sebagai pengurang ekuitas pemegang saham secara keseluruhan.

Konsep Dua Transaksi

Pemerolehan kembali saham sebagai saham treasuri dianggapn sebagai penerbitan saham baru.Dalam segi teknis tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara dua pendekatan ini, namun perbedaannya terdapat pada tujuan pemerolehan kembali saham tersebut.

Perubahan Laba Ditahan

Faktor utama yang mempengaruhi besarnya laba ditahan yaitu laba rugi periodik dan pembagian dividen. Tetapi, terdapat beberapa hal lain yang dapat menyebabkan laba ditahan dalam suatu perioda berubah, yaitu: Penyesuaian perioda-lalu (prior-period adjustments).

Koreksi kesalahan dalam pelaporan keuangan sebelumnya.

Pengaruh perubahan akuntansi (accounting changes).

Kuasi-reorganisasi (quasi-reorganization).

2.6 Pengungkapan

PengertianMenurut Eldon S. Hendrikson (1996 : 203):

Pengungkapan dalam laporan keuangan merupakan penyajian informasi yang diperlukan untuk operasi optimal pasar modal yang efisien. Ini secara tidak langsung berarti bahwa informasi yang memadai harus disajikan untuk memungkinkan dilakukannya prediksi mengenai tren dividen di masa yang akan datang dan variabilitas serta kovaribilitas pengembalian di masa depan.

Konsep-konsep Pengungkapan

Menurut Theodorus M. Tuanakotta (2000 : 221) terdapat tiga konsep pengungkapan, yaitu:

Adequate Disclosure (Pengungkapan yang memadai)

Pengungkapan ini merupakan pengungkapan minimal yang harus ada, sehingga ikhitasr-ikhtisar keuangan tidak menyesatkan dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan. Pengungkapan yang memadai inilah yang paling sering digunakan oleh perusahaan. Fair Disclosure (Pengungkapan yang wajar)

Pengungkapan ini secara tidak langsung merupakan tujuan etis untuk memberikan perlakuan yang sama kepada semua pihak pemakai laporan keuangan.

Full Disclosure (Pengungkapan yang penuh)

Pengungkapan ini berarti penyajian semua informasi yang relevan, yang menyangkut kelengkapan penyajian semua informasi. Pengungkapan penuh mengacu kepada semua informasi yang diberikan oleh perusahaan, baik informasi keuangan maupun informasi nonkeuangan.Penyajian Informasi Pengungkapan

Menurut Eldon S. Hendriksen (1996 : 205) penyajian informasiyang memadai agar dapat dilakukan perbandingan mengenai hasil-hasil yang diharapkan dengan cara sebagai berikut:

Pengungkapan data kuantitatif

Dalam memilih kriteria untuk menentukan data kuantitatif apa yang material dan relevan untuk investor dan kreditur, tekanannya harus ditempatkan pada informasi keuangan atau data lainnya yang bisa dipergunakan dalam model keputusan.

Tetapi dalam pembuatan perbandingan dari waktu ke waktu dan diantara perusahaan yang berbeda-beda, para investor tidak dapat mengasumsikan bahwa semua data kuantitatif yang dilaporkan telah memiliki profabilitas kecermatan yang sama. Karena itu, penelitian dalam akuntansi harus lebih dipusatkan pada metode pengukuran dan pelaporan data probabilistic ketimbang pada jumlah-jumlah yang deterministic.

Informasi Non Kuantitatif

Informasi yang tidak dapat dinyatakan dalam satuan kuantitatif lebih sulit dievaluasi dari segi materialitas dan relevansinya, karena akan diberi bobot yang beragam oleh mereka yang menggunakan informasi tersebut dalam pengambilan keputusan. Pada umunya informasi yang telah diberi bobot yang lebih besar dalam pengambilan keputusan adalah yang lebih relevan daripada informasi yang bobotnya lebih rendah. Karena itu, harus dicari suatu titik dimana dapat dikatakan bawha suatu informasi cukup penting dalam pengambilan keputusan sehingga tidak boleh diabaikan. Kebijakan Akuntansi

Dengan semakin luasnya prosedur akuntansi yang digunakan oleh perusahaan yang berbeda-beda dan juga dalam perusahaan yang sama, komparabilitas (keterbandingan) langsung dari laporan keuangan menjadi semakin sulit. Salah satu pemecahan yang disarankan adalah untuk mengurangi alternative yang mungkin dengan harapan bahwa keseragaman secara otomatis akan memungkinkan dilakukannya komparabilitas.Namun, pemilihan salah satu prosedur untuk semua perusahaan tidak saja merupakan pilihan yang sulit, tetapu juga mungkin tidak dapat dicapai dalam kondisi yang berlainan. Suatu pemecahan alternative untuk mengurangi alternative-alternatif yang ada adalah dengan mengungkapkan dalam masing-masing kasus metode-metode spesifik yang dipergunakan dengan asumsi bahwa para pembaca selanjutnya akan bisa menyusun kembali laporan-laporan akuntansi agar dapat melakukan komparabilitas.

Perubahan-perubahan AkuntansiPenggunaan yang konsisten dari prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur akuntansi telah lama dianggap sebagai hal yang hakiki dalam evaluasi kegiatan perusahaan dan dalam proyeksi aktivitas dimasa yang akan datang. Opini APB No. 20 mendukung pandangan ini, tetapi menetapkan bahwa perubahan yang bisa dibenarkan hatus diungkapkan dalam laporan keuangan pada saat perubahan tersebut dibuat bersama dengan pernyataan mengenai alasannya.Perubahan-perubahan akuntansi meliputi perubahan prinsi akuntansi, dalam estimasi akuntansi, dan dalam entitas pelaporan. Pengungkapan perubahan ini, seperti halnya pengungkapan kebijakan akuntansi, merupakan hal yang hakiki bagi adanya keputusan investasi yang optimal.

Metode PengungkapanPengungkapan melibatkan selurih proses pelaporan. Ada beberapa metode yang digunakan untuk pengungkapan ini, dan pemilihan metode ini tergantung pada sifat informasi yang bersangkutan dan kepentingan relatifnya. Ada 7 metode pengungkapan yang lazimnya digunakan menurut Eldon S. Hendriksen (1996 : 213), yaitu:

1. Bentuk dan susunan laporan yang formal

Informasi yang paling relevan dan signifikan harus selalu tampak dalam batang tubuh utama dari salah satu laporan keuangan atau lebih, jika hal itu memang perlu dimasukkan ke dalamnya.2. Terminologi dan penyajian yang terinci

Istilah yang dipergunakan sebaiknya merupakan istilah yang umum diterima oleh pembaca. Pemilihan mengenai berapa banyak informasi yang harus disajikan dan informasi mana yang harus disajikan secara terpisah dakam bentuk yang lebih terperinci, tergantung kepada tujuan laporan tersebut dan materiality dari masing-masing perincian.3. Informasi selipan (parenthetical information)

Apabila judul atau nama pos beraca dan ikthisiar rugi laba menjadi terlalu panjang untuk disajikan maka alternative lainnya adalah menyajikannya sebagai catetan dalam tanda kurung.4. Catatan kaki atau footnotesIni merupakan sarana untuk menyajikan disclosure yang tidak dapat ditempatkan dalam ikhtisar keuangan itu sendiri. Footnotes tidaklah boleh dipergunakan sebagai pengganti dari klasifikasi atau deskripsi yang seharusnya dilakukan dalam ikhtisar keuangan yang bersangkutan. Footnotes juga tidak boleh bertentangan atau bersifat pengulangan terhadap informasi yang disajikan dalam ikhtisar keuangan.5. Ikhtisar tambahan dan skedul-skedul

Ikhtisar tambahan merupakan fungsi yang berbeda dengan skedul pelengkap. Pada umumnya ikhtisar itu menunjukkan informasi tambahan atau informasi yang dirancang dalam suatu penampilan yang berbeda, tidak hanya sekedar informasi yang lebih terinci saja. Karena ikhtisar tersebut pada dasarnya tidak dimasukkan dalam ikhtisar yang tercakup dalam laporan akuntan independen. Sedangkan skedul pelengkap dalam banyak laporan tahunan dimasukkan dalam suatu seksi tersendiri dari laporan yang disebut masalah keuangan yang menonjol (financial highlights) atau suatu seksi yang serupa yang mendahului laporan keuangan formal.6. Komentar dalam sertifikat auditorSertifikat audit bukanlah merupakan tempat untuk mengungkapkan informasi keuangan yang signifikan mengenai perusahaan. Akan tetapi ia berperan sebagai suatu metode untuk mengungkapkan jenis informasi berikut: pengaruh yang material dari penggunaan metode akuntansi yang berbeda dari yang diterima umum, pengaruh yang material dari perubahan satu metode akuntansi yang lazim ke metode akuntansi yang lazim lainnya, perbedaan opini antara auditor dank lien mengenai dapat diterimanya salah satu atau lebih metode akuntansi yang digunakan dalam laporan.7. Pernyataan direktur utama atau ketua dewan komisarisSurat daru direktur utama atau ketua dewan komisaris merupakan representation perusahaan dan bukan representation akuntan publik. Tujuan Pengungkapan

Berdasarkan Financial Accounting Standard Board (FSAB) Concept Statement No. 5 dalam Ahmed Riahi Belkaoui (2000 : 219) tujuan pengungkapan adalah:

Untuk menjelaskan item-item yang diakui untuk menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut, selain ukuran dalam laporan keuangan.

Untuk menjelaskan item-item yang belum diakui dan untuk menyediakan ukuran yang bermanfaat nagi item-item tersebut.

Untuk menyediakan informasi untuk membantu investor dan kreditur dalam menentukan resiko dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui.

Untuk menyediakan informasi penting yang dapat digunakan pengguna laporan keuangan untuk membandingkan antar perusahaan dan antar tahun.

Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di masa datang.

Untuk membantu investor dalam menetapkan return dari investasinya.2.7 Regulasi

Beberapa argument mendukung perlunya regulasi dalam penyediaan informasi. Alasan tersebut adalah:

Penyalahgunaan (abuse).

Eksternalitas (externalities).

Asimetri Informasi (information asymmetry).

Keengganan manajemen (management reluctance).

Semua regulasi diarahkan untuk mencegah adanya penyalahgunaan dan kecurangan (fraud) oleh para pelaku pasar modal terutama dalam masalah pengungkapan. Regulasi menjadi penting manakala perusahaan memenuhi kebutuhan dananya dari publik melalui pasar modal. Badan atau agen pemerintah (SEC atau BAPEPAM) mempunyai wewenang untuk menentukan apa yang harus diungkapkan untuk keperluan penawaran umum dan untuk pelaporan rutin (laporan tahunan).Untuk keperluan pelaporan secara umum, badan penyusun standar (seperti FASB) biasanya mendapat wewenang secara professional untuk menentukan cara-cara dan format pengungkapan dalam pelaporan keuangan umum.Pelaporan Keuangan PSAK

Tabel 2.7.1

Pendahuluan dan Kerangka Dasar (IAS 1; PSAK 1)

No.KeteranganPSAKEfek Konvergensi

1.Cakupan PeraturanSAK diperuntukan untuk entitas yang bersifat profit oriented, Nirlaba, UKM (usaha kecil menengah) yang disebut SAK-ENTAP, dan perusahaan berbasis syariah.Akan ada penerapan standar yang bersifat setengah-setengah terhadap perusahaan berbasis syariah.

2.Kerangka DasarSama seperti IFRS, PSAK memberikan alternarif penggunaan nilai wajar untuk menilai kembali aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud. Laporan keuangan disajikan dengan basis fairly stated (Kerangka Dasar par 46).

3.Pernyataan Kepatuhan akan StandarEntitas tidak harus membuat pernyataan kepatuhan akan SAK.Harus dibuat pernyataan eksplisit akan kepatuhan pada PSAK di CALK.

4.Prinsip Ketepatan Waktu (Timeliness)Dianjurkan agar entitas menyajikan laporan keuangan paling lama 4 bulan setelah tanggal neraca.Perlunya penyesuaian aturan terkait dengan kewajiban entitas untuk memenuhi kewajiban perpajakan dalam menyampaikan SPT Tahunan paling lambat tanggal 31 Maret untuk WP OP dan 30 April untuk WP Badan.

5.Basis StandarMenganut Standar akuntansi berbasis aturan.

6.Prinsip KonservatifMasih mengakui prinsip konservatif.

Tabel 2.7.2

Pengungkapan dan Penyajian Laporan Keuangan (IAS 1; PSAK 1 Rev 1998)

No.KeteranganPSAKEfek Konvergensi

1.Komponen laporan Keuangan yang lengkapKomponen laporan keuangan lengkap terdiri dari: Neraca

Laporan laba rugi

Laporan perubahan ekuitas

Laporan arus kas

Catatan atas laporan keuangan

2.Pengungkapan dalam Lpaoran posisi keuangan (Neraca)Berdasarkan PSAK:

Asset:

Liabilitas:

Aset Lancar

Liabilitas Jangka Pendek

Aset tidak Lancar

Liabilitas Jangka Panjang

Ekuitas:Hak Non-PengendaliEkuitas yang dapat didistribusikan ke pemilik entitas induk

3.Istilah minority interestMenggunakan istilah hak minoritas.

4.Pos luar biasa (extraordinary item)Masih memakai istilah pos luar biasa (extraordinary item).

5.Penyajian liabilitas jangka panjang yang akan dibiayai kembaliTetap disajikan sebagai liabilitas jangka panjang.

Tabel 2.7.3

Perubahan Kebijakan dan Prinsip Akuntasi dan Kesalahan mendasar (IAS 8; PSAK 25 Rev 1994)

No.KeteranganPSAKEfek Konvergensi

1.Perubahan kebijakan atau prinsip akuntansiSama dengan IFRS, dicatat secara retrospektif dan dilakukan penyajian kembali terhadap laba ditahan serta adanya penjelasan efek kumulatif perubahan pada saat periode dilakukan perubahan.

2.Kesalahan mendasarMasih memakai konsep kesalahan mendasar (Fundamental error) yang disajikan secara retrospektif.

3.Perubahan EstimasiSama seperti IFRS, perubahan estimasi dicatat secara retrospektif dengan cara melakukan penyesuaian atas laba atau rugi tahun terjadinya perubahan estimasi dan laba rugi periode yang akan datang jika mempengaruhi keduanya.

Tabel 2.7.4

Peristiwa Setelah Tanggal Neraca (IAS 10; PASK 8 Rev 2003)

No.KeteranganPSAKEfek Konvergensi

1.Pengungkapan Mengatur pengungkapan dan penyesuaian pelaporan keuangan terkait peristiwa baik yang bersifat favorable dan unfavorable yang terjadi antara tanggal neraca hingga tanggal penyelesaian laporan keuangan.

2.Penggunaan istilah, Peristiwa setelah tanggal neraca vs Peristiwa setelah akhir pelaporanMasih menggunakan istilah peristiwa setelah tanggal neraca.

3.Penggunaan istilah tanggal Laporan Keuangan diotorisasi untuk terbitMemakai istilah tanggal penyelesaian laporan keuangan.Perlunya pendefinisian lebih mendalam tentang istilah tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit agar tidak terjadi multi tafsir (sudah dicakup dalam revisi PSAK tahun 2010).

4.Pihak yang dapat mengubah laporan keuangan setelah diterbitkanTidak diatur.

Tabel 2.7.5

Aktiva Tetap (IAS 16; PSAK 16 Rev 2007)

No.Keterangan PSAKEfek Konvergensi

1.Penilaian AktivaPenerapan prinsip nilai wajar dalam Penilaian Asset. Aktiva dapat diukur dengan menggunakan dua pendekatan yaitu: model revaluasi dan model harga perolehan.Penggunaan jasa independent appraisal (penilai) akan berkembang untuk asset yang tidak dapat diukur nilai pasarnya.

2.Selisih akibat revaluasiNilai selisih akibat adanya revaluasi disajikan dalam laporan laba rugi dan ekuitas.Harus dilakukan penyesuaian terhadap aturan perpajakan terkait mengenai pajak (PMK 79/2008), seperti terhadap selisih lebih revaluasi dan perolehan ijin untuk melakukan revaluasi.

Perlunya penyesuaian terhadap peraturan permohonan ijin terhadap Ditjen Pajak untuk melakukan perubahan metode penyusutan.

4.Nilai ResiduManajemen harus melakukan review atas nilai residu dan masa manfaat aktiva setiap tahun. Jika terdapat perubahan, maka disesuaikan dengan menggunakan IAS 8, dengan penyesuaian sesuai dengan PSAK 25.

Tabel 2.7.6

Pendapatan (IAS 18; PSAK 23 Rev 1994)

No.Keterangan PSAKEfek konvergensi

Pendapatan diakui jika dapat terukur dengan andal, manfaat ekonomi yang probable. Jika pendapatan diakui dari transaksi penjualan, maka pendapatan diakui jika resiko dan manfaat aktiva yang diperjual belikan telah dialihkan pada pembeli.

2.Pengakuan pendapatan Industri KhususTerdapat pengaturan spesifik untuk pengakuan pendapatan industry khusus, seperti reksadana (PSAK 49), Penyelenggaraan jalan tol (PSAK 37), Asuransi jiwa (PSAK 36), Asuransi kerugian (PSAK 28), Pertambangan umum (PSAK 33), Kehutanan (PSAK 32).Harus dilakukan penyesuaian terhadap aturan perpajakan terkait pengenaan pajak (PMK 79/2008), seperti terhadap selisih lebih revaluasi dan perolehan ijin untuk melakukan revaluasi.

Tabel 2.7.7

Biaya Pinjaman (IAS 23; PSAK 26 Rev 2008)

No.KeteranganPSAKEfek Konvergensi

1.Kapitalisasi biaya pinjamanBiaya pinjaman yang dapat diatribusikan langsung terhadap akuisisi, konstruksi, atau produksi suatu aktiva harus dikapitalisasi sebagai bagian biaya perolehan aktiva tersebut.

Tabel 2.7.8

Laporan Keuangan Konsolidasi (IAS 27; PSAK 4 Rev 1994)

No.KeteranganPSAKEfek Konvergensi

1.Akun hak minoritas (minority interest)Menggunakan akun hak minoritas dan disajikan diantara kewajiban dan ekuitas.

2.Batas pengendalianPengendalian ada jika entitas memiliki 50% hak suara.

3.Cakupan laporan konsolidasiLaporan keuangan konsolidasi harus mencakup semua anak perusahaan, kecuali:

Entitas anak yang dimiliki untuk dijual atau dialihkan dalam jangka pendek.

Entitas anak yang dibatasi restriksi jangka panjang.

4.Pengecualian kewajiban menyajikan laporan keuangan konsolidasiTidak ada pengaturan.

5.Pendekatan penyajian laporan keuangan konsolidasiHanya menggunakan pendekatan proposi.

Tabel 2.7.9

Modal Ventura (IAS 31; PSAK 12 Rev 1994)

No.KeteranganPSAKEfek Konvergensi

1.Tipe Joint Venture (Kerja Sama Operasi)Hanya dibagi dua skema, yaitu pengendalian bersama operasi dan pengendalian bersama aktiva.

2.Pengungkapan pengendalian bersama entitasTidak ada pengaturan.

Tabel 2.7.10

Penurunan Nilai Aktiva (IAS 36; PSAK 48 Rev 1994)

No.KeteranganPSAKEfek Konvergensi

1.Batas PenurunanDalam PSAK tidak menutup kemungkinan adanya pengakuan kewajiban jika nilai penurunan aktiva lebih besar dari nilai tercatatnya.

2.Reversal atas penurunan nilai GoodwillTidak terdapat pengaturan.

Undang-undang PT No. 40 tahun 2007BAB IVRENCANA KERJA, LAPORAN TAHUNAN, DAN PENGGUNAAN LABABagian KesatuRencana KerjaPasal 631) Direksi menyusun rencana kerja tahunan sebelum dimulainya tahun buku yang akan datang.2) Rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat juga anggaran tahunan Perseroan untuk tahun buku yang akan datang.Pasal 641) Rencana kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 disampaikan kepada Dewan Komisaris atau RUPS sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar.2) Anggaran dasar dapat menentukan rencana kerja yang disampaikan oleh Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau RUPS, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan.3) Dalam hal anggaran dasar menentukan rencana kerja harus mendapat persetujuan RUPS, rencana kerja tersebut terlebih dahulu harus ditelaah Dewan Komisaris.Pasal 651) Dalam hal Direksi tidak menyampaikan rencana kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64, rencana kerja tahun yang lampau diberlakukan.2) Rencana kerja tahun yang lampau berlaku juga bagi Perseroan yang rencana kerjanya belum memperoleh persetujuan sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar atau peraturan perundang-undangan.Bagian KeduaLaporan TahunanPasal 661) Direksi menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir.2) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat sekurang-kurangnya:a. laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan tersebut;b. laporan mengenai kegiatan Perseroan;c. laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan;d. rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan usaha Perseroan;e. laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh Dewan Komisaris selama tahun buku yang baru lampau;f. nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris;g. gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau honorarium dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun yang baru lampau.3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan.4) Neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a bagi Perseroan yang wajib diaudit, harus disampaikan kepada Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Pasal 671) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) ditandatangani oleh semua anggota Direksi dan semua anggota Dewan Komisaris yang menjabat pada tahun buku yang bersangkutan dan disediakan di kantor Perseroan sejak tanggal panggilan RUPS untuk dapat diperiksa oleh pemegang saham.2) Dalam hal terdapat anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang tidak menandatangani laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang bersangkutan harus menyebutkan alasannya secara tertulis, atau alasan tersebut dinyatakan oleh Direksi dalam surat tersendiri yang dilekatkan dalam laporan tahunan.3) Dalam hal terdapat anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang tidak menandatangani laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tidak memberi alasan secara tertulis, yang bersangkutan dianggap telah menyetujui isi laporan tahunan.Pasal 681) Direksi wajib menyerahkan laporan keuangan Perseroan kepada akuntan publik untuk diaudit apabila:a. kegiatan usaha Perseroan adalah menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat;b. Perseroan menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat;c. Perseroan merupakan Perseroan Terbuka;d. Perseroan merupakan persero;e. Perseroan mempunyai aset dan/atau jumlah peredaran usaha dengan jumlah nilai paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah); atauf. diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.2) Dalam hal kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dipenuhi, laporan keuangan tidak disahkan oleh RUPS.3) Laporan atas hasil audit akuntan publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis kepada RUPS melalui Direksi.4) Neraca dan laporan laba rugi dari laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c setelah mendapat pengesahan RUPS diumumkan dalam 1 (satu) surat kabar.5) Pengumuman neraca dan laporan laba rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah mendapat pengesahan RUPS.6) Pengurangan besarnya jumlah nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e ditetapkan dengan peraturan pemerintah.Pasal 691) Persetujuan laporan tahunan termasuk pengesahan laporan keuangan serta laporan tugas pengawasan Dewan Komisaris dilakukan oleh RUPS.2) Keputusan atas pengesahan laporan keuangan dan persetujuan laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan ketentuan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar.3) Dalam hal laporan keuangan yang disediakan ternyata tidak benar dan/atau menyesatkan, anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap pihak yang dirugikan.4) Anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris dibebaskan dari tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila terbukti bahwa keadaan tersebut bukan karena kesalahannya.Bagian KetigaPenggunaan LabaPasal 701) Perseroan wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih setiap tahun buku untuk cadangan.2) Kewajiban penyisihan untuk cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku apabila Perseroan mempunyai saldo laba yang positif.3) Penyisihan laba bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sampai cadangan mencapai paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor.4) Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang belum mencapai jumlah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya boleh dipergunakan untuk menutup kerugian yang tidak dapat dipenuhi oleh cadangan lain.Pasal 711) Penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (1) diputuskan oleh RUPS.2) Seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan untuk cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (1) dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen, kecuali ditentukan lain dalam RUPS.3) Dividen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya boleh dibagikan apabila Perseroan mempunyai saldo laba yang positif.Pasal 721) Perseroan dapat membagikan dividen interim sebelum tahun buku Perseroan berakhir sepanjang diatur dalam anggaran dasar Perseroan.2) Pembagian dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan apabila jumlah kekayaan bersih Perseroan tidak menjadi lebih kecil daripada jumlah modal ditempatkan dan disetor ditambah cadangan wajib.3) Pembagian dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh mengganggu atau menyebabkan Perseroan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada kreditor atau mengganggu kegiatan Perseroan.4) Pembagian dividen interim ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi setelah memperoleh persetujuan Dewan Komisaris, dengan memperhatikan ketentuan pada ayat (2) dan ayat (3).5) Dalam hal setelah tahun buku berakhir ternyata Perseroan menderita kerugian, dividen interim yang telah dibagikan harus dikembalikan oleh pemegang saham kepada Perseroan.6) Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian Perseroan, dalam hal pemegang saham tidak dapat mengembalikan dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat (5).Pasal 731) Dividen yang tidak diambil setelah 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal yang ditetapkan untuk pembayaran dividen lampau, dimasukkan ke dalam cadangan khusus.2) RUPS mengatur tata cara pengambilan dividen yang telah dimasukkan ke dalam cadangan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1).3) Dividen yang telah dimasukkan dalam cadangan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tidak diambil dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun akan menjadi hak Perseroan.BAB III

KERANGKA PEMIKIRANDAN

METODE ANALISIS DATA

3.1 Kerangka Pemikiran

Agar informasi-informasi akuntansi dan keuangan relevan dan bisa berguna bagi para pemakai keputusan, maka informasi tersebut harus disampaikan secara tepat. Namun, yang menjadi masalah adalah penyajian dan pengakuan terhadap informasi yang ada di dalam perusahaan terkadang berbeda dengan teori yang berlaku di dalam teori akuntansi. Sasaran utama dari analisis laporan keuangan ini adalah melihat apakah laporan keuangan PT Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas telah sesuai dengan aturan pada teori akuntansi tersebut. Analisis ini akan dilakukan dengan membandingkan data yang ada pada laporan keuangan dengan teori-teori yang ada. Analisis yang dilakukan adalah dengan cara mencari tahu revenue, gain, expense, loss, asset, liabilities, dan capital dari perusahaan terlebih dahulu.Gambar 3.1

Kerangka Pemikiran

3.2 Metode Analisis Data

3.2.1 Revenue & GainMakalah ini menggunakan analisis data dengan membandingkan pengakuan terhadap revenue dan gain yang terdapat dalam laporan keuangan dengan teori akuntansi yang ada dalam bab 2.

3.2.2 Expense & Loss

Makalah ini menggunakan analisis data dengan membandingkan pengakuan terhadap expense dan loss yang terdapat dalam laporan keuangan dengan teori akuntasi yang ada dalam bab 2.

3.2.3 Asset

Makalah ini menggunakan analisis data dengan membandingkan pengakuan terhadap asset yang terdapat dalam laporan keuangan dengan teori yang ada dalam bab 2.

3.2.4 Liabilities

Makalah ini menggunakan analisis data dengan membandingkan pengakuan terhadap liabilities yang terdapat dalam laporan keuangan dengan teori yang ada dalam bab 2.

3.2.5 Capital

Makalah ini menggunakan analisis data dengan membandingkan pengkuan terhadap capital yang terdapat dalam laporan keuangan dengan teori yang ada dalam bab 2.

3.2.6 PengungkapanMakalah ini menggunakan analisis data dengan membandingkan karakteristik pengungkapan yang ada di dalam teori terhadap komponen pos akuntansi dalam laporan keuangan perusahaan.BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Penulis mengambil sampel sebanyak 1 perusahaan manufaktur yaitu PT Surabaya Agung Industri Pul & Kertas (SAIP). PT SAIP didirikan di Indonesia pada tanggal 31 Agsustus 1973 berdasarkan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri no. 6 tahun 1986. Perseroan memperoleh surat ijin dari Badan Koordinasi Penanam Modal (BKPM) pada tanggal 8 November 1973 dalam surat no. 723/SK/A/BKPM/X/1973.

Perseroan didirikan oleh Tirtomulyadi Sulistyo, Winarko Sulistyo, Praban Daru Setyono dan Herman Sulistyo dengan nama PT. Surabaya Industri Pulp & Kertas (disingkat PT. Surya Kertas) berdasarkan Akta Notaris tanggal 31 Agustus 1973 No.35 , yang diubah dengan Akta tanggal 6 Januari 1975 No.1. Keduanya dibuat di hadapan Harsono Sutedjo SH, notaris di Surabaya dan telah di umumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juni 1976 No.45 Tambahan No.420.

Pabrik Perseroan berlokasi di kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, sekitar 45 menit dari Kantor Pusat Perseroan yang berkedudukan di Surabaya. Pabrik Perseroan menempati tanah seluas kurang lebih 3,32 hektar untuk semua mesin kertas, gudang-gudang termasuk mess karyawan.

B. Analisis dan PembahasanPada laporan tahunan PT SAIP, KAP telah menyatakan hasil laporan tahunan yang telah disajikan secara wajar dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Berikut ini adalah data yang sajikan di dalam laporan keuangan: Revenue = Rp 245.840.318.623 (saldo ini berasal dari penjualan bersih perusahaan).

Expense = Rp 334.251.120.334 (saldo ini terdiri dari beban pokok penjualan Rp 242.936.179.327; beban usaha Rp 91.314.941.007).

Gain = Laba penyesuaian liabilitas bunga ditangguhkan Rp 4.447.217.047; Pendapatan keuangan Rp 61.087.566. Loss = Beban lain-lain bersih Rp 36.688.474.662; beban keuangan Rp 2.804.586.446. Asset = Rp 1.975.958.750.400 (saldo ini terdiri dari: aset lancer Rp 174. 304.356.538; aset tidak lancar Rp 1.801.654.393.862). Liabilities = Rp 696.824.557.751 (saldo ini terdiri dari: liabilitas jangka pendek Rp 205.119.015.588; liabilitas jangka panjang Rp 491.705.542.163). Capital = Rp 3.602.647.305.856Dengan rincian capital, sebagai berikut:

Modal saham: Rp 3.599.826.466.025 Porsi ekuitas pinjaman konversi: Rp 2.820.839.831

Berdasarkan CaLK Konsolidasi perusahaan, diketahui bahwa pendapatan diakui apabila kemungkinan manfaat ekonomi akan mengalir ke Perusahaan dan dapat diukur secara handal. Pendapatan diukur pada nilai wajar dari imbalan yang diterima atau dapat diterima. Terkait hal ini Perusahaan menerapkan kriteria pengakuan yang spesifik di mana pendapatan dari: Penjualan lokal diakui saat barang diserahkan kepada pelanggan dan,

Penjualan ekspor diakui saat barang dikapalkan.

Maka, pengungkapan saldo pendapatan PT SAIP sudah sesuai dengan teori akuntansi, karena saldo pendapatan ini berasal dari kegiatan utama Perusahaan manufaktur.Menurut CaLK, diketahui bahwa beban diakui pada saat terjadinya dengan menggunakan basis akrual. Dalam hal ini pengakuan beban PT SAIP sudah sesuai dengan teori akuntansi yang ada, beban adalah manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva. Beban akan diakui ketika manfaat ekonomi dirasakan, hal ini berlaku pada beban pokok penjualan dan beban usaha perusahaan.Sesuai dengan penerapan PSAK No. 24 (revisi 2010), perusahaan telah memilih untuk mengubah kebijakan akuntansinya dengan mengakui keuntungan/kerugian aktuarial melalui laba komperhensif lainnya. Akumulasi atas keuntungan/kerugian dicatat disaldo laba. Perusahaan menggunakan pendekatan corridor dalam mengakui keuntungan/kerugian aktuarial. Laba/rugi yang diakui merupakan penghasilan atau pengeluaran yang terjadi diluar aktivitas opersional utama perusahaan. Laba penyesuaian liabilitas bunga ditangguhkan Rp 4.447.217.047, Pendapatan keuangan Rp 61.807.566, Beban lain-lain bersih Rp 36.688.474.662, dan Beban keuangan Rp 2.804.586.446 adalah merupakan gain dan loss perusahaan tahun 2012. Nampak jelas bahwa gain dan loss tersebut bukan merupakan pendapatan dan pengeluaran dari aktivitas utama perusahaan. Maka pengungkapan akan gain dan loss ini pun telah sesuai dengan teori akuntansi.Untuk aset keuangan perusahaan, manajemen menentukan klasifikasi aset keuangan tersebut pada saat pengakuan awal. Aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi jika diperoleh terutama untuk dijual kembali jangka pendek. Derivatif diklasifikasikan sebagai kategori yang diperoleh untuk tujuan diperdagangkan kecuali yang merupakan instrument lindung nilai. Pinjaman yang diberikan dan utang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Aset kategori ini diklasifikasikan sebagai aset lancar, kecuali untuk yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan sejak akhir periode pelaporan. Pinjaman yang diberikan dan piutang PT SAIP terdiri dari piutang usaha dan piutang lainnya dan kas dan kas setara kas pada laporan konsolidasi perusahaan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa aset perusahaan sudah sesuai pengungkapannya dengan teori dala bab 2, dimana aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang diperoleh atau dikuasai suatu entitas dan atas keterjadian masa lalu. Nilai aset yang diakui oleh PT SAIP merupakan aset yang dimiliki perusahaan, memberi manfaat ekonomik, dan merupakan hasil dari kejadian masa lalu. Oleh karena itu, semua karakteristik utama aset menurut teori telah terpenuhi.

Dalam hal liabilitas, pinjaman jangka pendek, utang usaha dan lainnya, dan akrual merupakan liabilitas keuangan yang pada awalnya diakui sebesar nilai wajar dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif kecuali jika dampak diskontonya tidak material. Liabilitas kategori ini diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, kecuali untuk utang sewa pembiayaan yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan sejak akhir periode pelaporan. Liabilitas keuangan ini diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka panjang. Dan dari daftar liabilitas yang disajikan dalam neraca keuangan perusahaan, terlihat jelas bahwa pengertian liabilitas, sesuai kerangka teori akuntansi di bab 2, karena telah merepresentasikan sumber dana dari aset badan usaha berupa potensi jasa fisis maupun non fisis yang memampukannya untukmenyediakan barang dan jasa.Dalam mengelola modal, tujuan perusahaan adalah untuk mempertahankan kelangsungan usaha perusahaan guna memberikan imbal hasil kepada pemegang saham. Untuk mempertahankan atau menyesuaikan struktur modal, perusahaan dapat menyesuaikan jumlah dividen yang dibayar kepada pemegang saham, menerbitkan saham baru atau menjual aset untuk mengurangi utang. Jumlah modal dihitung dari ekuitas seperti yang ada pada laporan posisi keuangan ditambah utang neto. Seperti yang telah disajikan pada pembahasan sebelumnya, capital PT SAIP terdiri dari:

Modal Saham: Rp 3.599.826.466.025

Porsi ekuitas pinjaman konversi: Rp 2.820.839.831Dan perincian dari capital tersebut adalah sesuai dengan apa yang dijabarkan pada kerangka teori mengenai capital dimana perincian tersebut merupakan jumlah kekayaan finansial perusahaan. Maka dapat disimpulkan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. telah menyajikan capital secara sesuai dengan teori akuntansi yang berlaku.Berikutnya, pembahasan akan dilanjutkan melalui perhitungan rasio keuangan perusahaan.

Rasio Likuiditas

Rasio Lancar = 85%(Aktiva Lancar : Hutang Lancar = [174.304.356.538:205.119..015.588] x 100% = 85%) Rasio liabilitas terhadap ekuitas = 54%

(Total Debet : Ekuitas Pemegang saham = [696.824.557.751:1.279.134.192.649] x 100% = 54%)

Rasio jumlah liabilitas terhadap jumlah aset = 35%

(Total Hutang : Total Aktiva = [696.824.557.751:1.975.958.750.400] x 100% = 35%)

Rasio Profitabilitas

Rasio laba (rugi) terhadap ekuitas = -13%(Laba/rugi komperhensif tahun berjalan : Ekuitas pemegang saham = [(162.819.642.564):1.279.134.192.649] x 100% = -13%])

Rasio laba (rugi) terhadap jumlah aset = -8%(Laba/rugi komperhensif tahun berjalan : Total Aset = [(162.819.642.564:1.975.958.750.400] x 100% = -8%])

Rasio laba (rugi) terhadap pendapatan = -66%

(Laba/rugi komperhensif tahun berjalan : Penjualan Bersih = [(162.819.642.564):245.840.318.623] x 100% = -66%])

Dari rasio yang telah disajikan dalam ikhtisar keuangan dan perhitungan penulis, dapat disimpulkan perhitungan rasio yang dilakukan perusahaan dihitung berdasarkan rumus rasio yang berlaku atau yang telah ditentukan dalam manajemen keuangan. Pelaporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan telah sesuai dengan teori akuntansi. Karena apabila perhitungan tidak sesuai, maka perhitungan yang dihasilkan pada ikhtisar keuangan perusahaan tidak akan sama hasilnya dengan perhitungan berdasarkan rumus pada teori akuntansi.BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, setelah dilakukan perbandingan antara teori akuntansi dengan analisis laporan keuangan PT SAIP, penulis dapat menyimpulkan bahwa pelaporan keuangan dari perusahaan manufaktur ini telah sesuai dengan teori akuntansi dan SAK yang berlaku. Kesesuaian terhadap SAK nampak jelas dengan penerapan berbagai aturannya yang dapat dilihat di Catatan Atas Laporan Keuangan perusahaan tersebut. Penggunaan istilah dari komponen akuntasi PT SAIP juga telah sesuai dengan teori yang ada. Maka pelaporan atas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur ini telah sesuai dengan teori akuntansi yang berlaku.5.2 Saran

Saran-saran yang dianjurkan oleh penulis sehubungan dengan pelaporan keuangan yang dilakukan PT SAIP adalah:

1. Perusahaan harus memperhatikan perubahan SAK, agar perusahaan dapat menetapkan peraturan terbaru jika ada perubahan SAK.2. Perusahaan harus memperhatikan pelaporan keuangan yang dilakukan oleh bagian accounting agar kualitas pelaporan tetap terjaga dan sesuai dengan teori akuntansi yang berlaku.3. Teknis pelaporan keuangan perusahaan juga harus diperhatikan, karena walaupun laporan keuangan konsolidasi perusahaan telah sesuai dengan teori, akan tetapi semuanya akan sia-sia jika hasil yang dilaporkan salah.

5.3 Implikasi

Dengan menerapkan hal-hal yang penulis sarankan pada poin sebelumnya, maka perusahaan diharapkan akan bisa melakukan pelaporan keuangan yang sesuai dengan teori akuntansi sebagaimana mestinya untuk seterusnya. Serta perusahaan akan memperhatikan pelatihan yang diberikan pada bagian accounting perusahaan atau bahkan meningkatkannya sesuai kebutuhan, agar kinerja mereka dalam menyiapkan laporan keuangan, baik laporan keuangan perusahaan itu sendiri maupun laporan keuangan konsolidasi, akan tetap terjaga dan sesuai dengan teori akuntansi dan SAK.

Perusahaan juga akan menjadi lebih awas dengan perkembangan peraturan yang berlaku (perubahan yang terjadi pada SAK jika ada) sehingga bisa mempersiapkan perubahan yang diperlukan agar bisa menyajikan laporan keuangan yang sesuai dengan peraturan baru tersebut, jika ada, dengan baik.

Ekuitas Pemegang Saham

Modal Setoran

Modal Bentukan atau Laba Ditahan

Lain-Lain

Modal Yudiris

Modal Setoran Lain

Penerbitan saham baru

Kapitalisasi laba ditahan

Deviden saham

Konversi obligasi atau saham istimewa terkonversi

Stock subscriptions

Premium modal saham

Penjualan saham treasuri

Penyerapan deficit

Deklarasi deviden likuidasi

Restrukturisasi kapital

Revaluasi aset

Laba atau rugi (I/S)

Dividen

Rekapitalisasi

Defisit

Koreksi

Perubahan akuntansi

Data Perusahaan

Revenue & Gain

Expense & Loss

Asset

Liabilities

Capital

Perbandingan pengakuan dalam Teori Akuntansi dengan pengakuan dalam Laporan Keuangan Perusahaan

49