BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

yeyyy

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakangHipertensi atau yang lebih dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu 120/80mmHg. Batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batasan tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun). Penyakit ini disebut sebagai the silent killer karena penyakit mematikan ini sering sekali tidak menunjukkan gejala atau tersembunyi. Di Belanda lebih dari satu juta orang menderita tekanan darah tinggi tetapi yang mengherankan ialah lebih dari separuhnya tidak mengetahui bahwa mereka adalah penderita tekanan darah tinggi (Menurut World Health Organization (WHO), 1996).Hipertensi diklasifikasikan atas hipertensi primer (esensial) Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum, ibu dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Proporsi penduduk Indonesia umur 55 tahun ke atas pada tahun 1990 sebesar 7,7% dari seluruh populasi, pada tahun 2000 meningkat menjadi 9,37% dan diperkirakan tahun 2010 proporsi tersebut akan meningkat menjadi 12%, serta UHH meningkat menjadi 65-70 tahun. Secara demografi struktur umur penduduk Indonesia bergerak ke arah struktur penduduk yang semakin menua (ageing population) yang akan berdampak pada pergeseran pola penyakit (transisi epidemiologi) di masyarakat dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. (DepKes RI, 2003).

1

Indonesia dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8.3% (pengkuran standart WHO yaitu pada batas tekanan darah normal 160/90 mmHg). Pada tahun 2000 prevalensi penderita hipertensi di indonesia mencapai 21% (pengukuran standart Depkes yaitu pada batas tekanan darah normal 139 / 89 mmHg). Selanjutnya akan diestimasi akan meningkat menjadi 37 % pada tahun 2015 dan menjadi 42 % pada tahun 2025 (Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), 1995).Menjaga berat badan yang ideal adalah salah satu kunci pangkal hipertensi hipertensi tapi jika sudah terlanjur mengalami hipertensi dengan tekanan darah sistolik >140 mmHg atau tekanan daarah diatolik > mmHg mka kita harus mengatur pola makan (Muhammadun, 2010).Masalah terbesar dalam menghadapi penderita hipertensi adalah kepatuhan pasien mengikuti nasihat yang diberikan oleh dokter, misalnya mengharuskan disiplin pasien terhadap pantangan dalam makanannya, latihan olah raga yang teratur, istirahat yang cukup dan tidak melupakan minum obat sesuai dengan instruksi dokter. Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun hanya dapat dikendalikan sehingga bagi seseorang yang telah menderita penyakit hipertensi untuk dapat mengendalikan tekanan darah dalam batas normal diperlukan kontrol yang rutin, diet rendah garam dan anjuran-anjuran lainnya sesuai dengan resep dokter. Ini berarti penderita hipertensi mau tidak mau harus meninggalkan gaya hidupnya yang lama dan menyesuaikan diri dengan gaya hidup yang baru sesuai dengan nasihat dokter untuk menjaga agar tekanan darahnya tetap normal (Hanata dkk, 2011).Pola makan yang menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi karena pengkonsumsian makanan yang tidak sehat seperti jeroan, keripikmasin, otak-otak, makanan dan minuman yang didalam kaleng (sarden, kornet). Hal ini dikarenakan makanan diatas tidak sesuai dengan kalori yang dibutuhkan dan mengandung banyak bahan pengawet (Muhammadun, 2010).Gaya hidup dapat memicu terjadinya hipertensi. Ini dikarenakan gaya hidup menggambarkan pola prilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial yang meliputi kebiasaan tidur, mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, merokok atau bahkan minum-minuman beralkohol (Lisnawati, 2011).Di Amerika menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES III) ; paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi mereka,dan hanya 31% pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang diinginkan di bawah 140/90 mmHg. Di Indonesia tingkat kesadaran dan kesadaran dan kesehatan yang lebih rendah jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan tidak memenuhi dan mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar. Healthy people 2010 for hypertertension mengajukan perlunya pendekatan yang lebih konperhensif guna mencapai pengontrolan tekanan darah secara optimal (Hanata dkk, 2011).Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus meningkat. Di India, misalnya, jumlah penderita hipertensi mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002 dan diperkirakan 107,3 juta orang pada tahun 2025. Di Cina, 98,5 juta orang mengalami hipertensi dan bakal jadi 151,7 juta orang pada tahun 2025. Di bagian lain di Asia, tercatat 38,4 juta penderita hipertensi pada tahun 2000 dan diprediksi akan menjadi 67,4 juta orang pada tahun 2025. Di Indonesia, mencapai 17-21% dari populasi penduduk dan kebanyakan tidak terdeteksi (Muhammadun, 2010).Menurut data yang diperoleh dari dinas kesehatan kota jambi jumlah penderita hipertensi tahun 2008 sebanyak 21,797 orang, tahun 2009 di dapatkan 16,354 penderita namun pada tahun 2010 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebanyak 41,647 penderita hipertensi (Profil DINKES kota jambi).Selanjutnya menurut data yang di peroleh dari dinas kesehatan kota jambi melalui buku profil kesehatan kota jambi tahun 2010, bidang pemberdayaan masyarakat diketahui bahwa jumlah penderita hipertensi di puskesmas dalam kota jambi terus meningkat .(Profil DINKES kota jambi).Berdasarkan data dari Puskesmas Putri Ayu kota jambi bahwa penderita Hipertensi pada tahun 2009 sebanyak 954 penderita pada tahun 2010 sebanyak 832 penderita hipertensi, dan untuk tahun 2011 dari bulan april juni sebanyak 339 penderita.(Laporan bulanan pkm Putri ayu kota jambi Tahun 2011).Berdasarkan hasil survey awal yang peneliti lakukan di Puskesmas Putri Ayu Jambi terhadap 10 orang Penderita Hipertensi, diperoleh data 7 dari 10 klien yang dijadikan sampel tidak patuh terhadap diet hipertensi responden mengatakan tidak bisa membatasi makanan yang terlalu banyak mengandung garam disebabkan karena klien merasa makanan hambar jika tidak diberi garam, dan responden masih mengkonsumsi daging dalam jumlah besar.Pada aktifitas juga 8 dari 10 klien tersebut tidak tahu bahwa aktivitas tertentu (olahraga) mampu menurunkan tekanan darah, jadi klien hanya dirumah, takut melakukan hal-hal agak berat. Hubungan Pola Makan dan Gaya hidup Terhadap Penderita Hipertensi Di Poliklinik Umum Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2011.

B. Rumusan masalahBerdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalahnya Apakah Ada Hubungan Pola makan dan Gaya hidup Terhadap Penderita Hipertensi Di Poliklinik Umum Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2011

C. Tujuan penelitian1. Tujuan umumUntuk mengetahui hubungan pola makan dan gaya hidup terhadap Penderita Hipertensi Di Poliklonik Umum Puskesmas Putri Ayu Jambi Tahun 2011. 2.Tujuan khususa. Diketahuinya hubungan pola makan terhadap penderita hipertensi yang berobat di Poliklinik Umum Puskesmas Putri Ayu Jambi Tahun 2011b. Diketahuinya hubungan gaya hidup terhadap penderita hipertensi yang berobat di Poliklinik Umum Puskesmas Putri Ayu Jambi Tahun 2011

D. Manfaat penelitian1. Bagi Dinas Kesehatan Kota JambiSebagai bahan informasi dan masukan bagi pengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan upaya-upaya pencegahan terhadap penderita hipertensi berdasarkan pertimbagan, perencanaan, pelaksanaan, pengembangan dan evaluasi. 2. Bagi Puskesmas Putri AyuDi harapkan menambah informasi dan masukan bagi petugas kesehatan khususnya di puskesmas putri ayu kota jambi agar dapat meningkatkan upaya pemulihan bagi penderita hipertensi. 3. Bagi institusi pendidikanUntuk menambah referensi perpustakaan dan wawasan mahasiswa telanai bhakti kesehatan jambi jurusan keperawatan tentang hubungan pola makan dan gaya hidup pada penderita hipertensi. 4. Bagi Penderita HipertensiInformasi bagi responden tentang kondisi saat ini dan sebagai upaya pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi jika mengetahui bahwa peningkatan tekanan darah dipengaruhi oleh banyak faktor

E. Ruang lingkupPenelitian ini merupakan penelitian Analitik Kuantitatif dengan desain Cross Sectional untuk mengetahui hubungan pola makan dan gaya hidup terhadap penderita hipertensi di poli klinik umum Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2011. Pengolahan data dengan menggunakan program komputerisasi. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan tehnik Accidental sampling (dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian). Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 2-10 November 2011 yang bertempat di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2011. sampel penelitian ini sebanyak 104 responden di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2011.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Tekanan Darah Tinggi1) Pengertian hipertensiHipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti hipertensi (Mansjoer, dkk 2001).Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90% dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki (Doenges, 2000).Masyarakat awam sering menyebut hipertensi dengan istilah bludrekatau budrek yang sebenarnya berasal dari bahasa Belanda hoge bloeddrukyang berarti tekanan darah. Hipertensi juga dikenal dengan istilah the sillentkiller atau dalam bahasa Indonesia diartikan dengan pembunuh diam-diam karena tidak ditemukan tanda tanda fisik yang menyertainya (Soen, 1994).

2) Faktor penyebab hipertensiMenurut Sianturi (2003) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat menyehubungkan darah tinggi merupakan kondisi degeneratif yang disebabkan oleh diet beradab dan cara hidup yang berbudaya. Faktor pemicu hipertensi dibedakan atas:

7

a. Yang tidak dapat dikontrol, seperti keturunan, jenis kelamin, umur.b. Yang dapat dikontrol, seperti kegemukan, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi garam dan konsumsi alkohol yang berlebih. Peningkatan tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko, antara lain usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas, diet dan kebiasaan tidak sehat seperti merokok, minum-minuman yang mengandung kafein dan alkohol1) Tidak dapat dikontrola) keturunanfaktor keturunan tidak lagi diragukan pengaruhnya terhadap timbulnya hipertensi hanya saja belum dapat dipastikan apakah ini disebabkanoleh sepasang gen tunggal atau oleh banyak gen. Bagi yang memiliki faktor resikoini seharusnya lebih waspada dan lebih dini dalam melakukan upaya-upaya pencegahan. Contoh yang paling sederhana adalah rutin memeriksakan darahnya minimal satu bulan sekali disertai dengan menghindari faktor pencetus timbulnya hipertensi.b) Jenis kelaminBerbagai penelitian membuktikan jenis kelamin laki-laki lebih beresiko terkena hipertensi dibandingkan perempuanc) UmurLansia merupakan penyakit generatif yang biasanya menyerang usia 50 tahun keatas.b. Dapat dikontrola. Gaya hidup juga berpengaruh terhadap kemunculan serangan hipertensi. Kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti pola makan yang tidak seimbang dengan kadar kolesterol yang tinggi, rokok dan alkohol, garam, minimnya olah raga dan porsi istirahat sampai stres dapat berpengaruh terhadap kemunculan hipertensi baik bagi seseorang yang belum maupun yang sudah terkena tekanan darah tinggi.b. Pola makan yang salah, faktor makanan yang modern sebagai penyumbang utama terjadinya hipertensi. Makanan yang diawetkan dengan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, dapat meningkatkan tekanan darah karena mengandung natrium dalam jumlah yang berlebihan.Berdasarkan uraian di atas maka dapat digolongkan bahwa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi antara lain:a. Faktor fisiologis yang meliputi pola makan atau diet, kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti rokok dan alkohol, faktor genetik (keturunan), obesitas (kegemukan) dan berbagai macam penyakit,b. Faktor psikologis yang meliputi faktor stres dan manajemen stres.

3) Klasifikasi hipertensiMenurut Shanty (2011), berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan mejadi dua golongan antara lain:a. Hipertensi primer atau hipertensi esensialHipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya namun ada beberapa faktor yang diduga menyebabkan terjadinya hipertensi tersebut antara lain:1) Faktor keturunan, seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi,2) Ciri perseorangan, ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur, jenis kelamin dan ras,3) Kebiasan hidup, yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi, kegemukan, makan berlebih, stres, merokok, minum alkohol, minum obat-obatan tertentu (misalnya ephedrine, prednisone, epinefrine).b. Hipertensi SekunderHipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh beberapa penyakit antara lain:1) Penyakit parenkim ginjal,2) Penyakit rnovaskuler,3) Hiperaldeseronisme primer,4) Sindrom Crusig,5) Obat kontrasepsi dan6) Koarktasio aorta

4) Gejala hipertensiMenurut Muhammadun (2010) hipertensi tidak memberikan gejala atau simptom pada tingkat awal. Kebanyakan orang menganggap bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, jantung berdebar-debar dan telinga berdengung merupakan gejala dari hipertensi. Namun tanda tersebut sebenarnya dapat terjadi pada tekanan darah normal bahkan sering kali tekanan darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda atau gejala tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur tekanan darahnya. Hipertensi yang sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah berlangsung beberapa tahun dapat menyebabkan:a. Sakit kepalab. Nafas pendekc. Pandangan mata kaburd. Gangguan tidurBerdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada tahap awal hipertensi tidak memberikan gejala yang pasti namun yang sering dirasakan untuk mengindikasikan adanya hipertensi antara lain :a. kepala pusingb. jantung berdebarc. telinga sering berdengungd. gangguan tidur

5) Komplikasi hipertensiMenurut Shanty (2011), hipertensi dapat berpotensi menjadi komplikasi berbagai penyakit. Komplikasi hipertensi diantaranya adalah stroke penyakit jantung, Tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak (stroke), Gagal ginjal, Kelainan mata, Diabetes mellitus.a. Penyakit jantungDarah tinggi dapat menimbulkan penyakit jantung karena jantung harus memompa darah lebih kuat untuk mengatasi tekanan yang harus dihadapi pada pemompaan jantung. Ada dua kelainan yang dapat terjadi pada jantung yaitu:1) kelainan pembuluh darah jantung, yaitu timbulnya penyempitan pembuluh darah jantung yang disebut dengan penyakit jantung koroner.2) payah jantung, yaitu penyakit jantung yang diakibatkan karena beban yang terlalu berat suatu waktu akan mengalami kepayahan sehingga darah harus dipompakan oleh jantung terkumpul di paru-paru dan menimbulkan sesak nafas yang hebat. Penyakit ini disebut dengan kelemahan jantung sisi kiri.

b. Tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak (stroke)Tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah otak dapat menyebabkan terjadinya setengah lumpuh.c. Gagal ginjalKegagalan yang ditimbulkan terhadap ginjal adalah tergangguanya pekerjaan pembuluh darah yang terdiri dari berjuta-juta pembuluh darah halus. Bila terjadi kegagalan ginjal tidak dapat mengeluarkan zat-zat yang harus dikeluarkan oleh tubuh misalnya ureum.d. Kelainan mataDarah tinggi juga dapat menimbulkan kelainan pada mata berupa penyempitan pembuluh darah mata atau berkumpulnya cairan di sekitar saraf mata. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan penglihatan.e. Diabetes mellitusDiabetes melitus atau yang sering dikenal dengan penyakit kencing manis merupakan gangguan pengolahan gula (glukosa) oleh tubuh karena kekurangan insulin.Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komplikasi penyakit yang ditimbulkan dari tekanan darah tinggi atau yang sering disebut dengan hipertensi antara lain adalah penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, kelainan pada mata yang dapat mengalibatkan kebutaan dan penyakit gula atau yang lebih dikenal dengan diabetes melitus.

6) Pencegahan hipertensiMenurut Muhammadun (2010), tujuan pengelolaan krisis hipertensi adalah menurunkan tekanan darah secara cepat dan seaman mungkin untuk menyelamatkan jiwa penderita. pengelolaan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan yaitu:a. Penatalaksanaan non-farmakologis atau perubahan gaya hidup Penatalaksanaan non-farmakologis berupa perubahan gaya hidup yang menghindari faktor resiko terhadap timbulnya suatu penyakit seperti merokok, minum alkohol, konsumsi garam berlebihan, hiperlipidema, obesitasb. Penatalaksanaan farmakologis atau dengan obat Pada sebagian besar pasien pengobatan dimulai dengan dosis kecil obat antihipertensi kemudian jika tidak ada kemajuan secara perlahan dosisnya dinaikkan namun disesuaikan juga dengan umur, kebutuhan dan hasil pengobatan. Obat antihipertensi yang dipilih harus mempunyai efek penurunan tekanan darah selama 24 jam dengan dosis sekali sehat.Berikut ini dipaparkan dalam tabel 2.2 klasifikasi dan tindak lanjut pengukuran tekanan darah.Tabel 2.1Klasifikasi dan Tindak Lanjut Pengukuran Tekanan Darah

KategoriSistolik dalam mmHgDiastolik dalammmHgTindak lanjut yang dianjurkan

Pilihan