BAB I

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGDiabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan glukosa dalam darah atau hiperglikemia, (Brunner&Suddarth.2002). Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price dan Wilson, 2006).Menurut data WHO, penderita diabetes mellitus pada tahun 2000 berjumlah 171 juta orang, dan diprediksi akan terus meningkat hingga mencapai 366 juta pada tahun 2030. WHO menyebutkan Indonesia menempati urutan ke4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia setelah India, China, dan Amerika Serikat (Hutomo.2009).Jumlah penderita Diabetes Mellitus di Indonesia, menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), mencapai 8,6% dari 220 juta populasi negeri ini dan diperkirakan akan meningkat. Pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita (PratiwiDyah,2007dalamArdiani,2009), dengan prevalensi penderita diabetes mellitus ada 1,4%-1,6% (Soegondo.2005). Diantara tipe DM yang ada, 90-99% merupakan DM tipe-2 (Kariadi.2009). Dalam profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, diabetes mellitus berada pada urutan keenam dari sepuluh penyakit utama pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia (Departemen Kesehatan RI. 2007). Di provinsi Bali penyakit DM termasuk dalam 10 besar penyakit tidak menular, dengan jumlah kasus terbanyak dibandingkan dengan penyakit tidak menular lainnya. Menurut, Ketua Persatuan Endokrinologi (Perkeni) Cabang Bali Prof. Ketut Swastika menyatakan, mayoritas penderita diabetes di Pulau Dewata itu merupakan masyarakat yang tinggal di kawasan pariwisata. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana itu juga menyebutkan tingginya jumlah penderita diabetes di daerah pariwisata tidak terlepas dari gaya hidup dan pola makan masyarakat setempat. Maka, dilakukan penelitian pada tujuh desa di Bali sejak 2000 hingga 2010 dengan menyasar desa dengan karakteristik berbeda-beda, yakni di Sangsit dan Pedawa(Kabupaten Buleleng), Legian (Kabupaten Badung), Petulu (Kabupaten Gianyar), Tenganan (Kabupaten arangsem), Penglipuran (Kabupaten Bangli), dan Nusa Ceningan (Kabupaten Klungkung). Sehingga didapatkan jumlah kasus penderita diabetes pada tahun 2011 di Bali tercatat 2.210 orang yang tersebar pada semua kabupaten/kota di Pulau Dewata menderita DM.Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa diabetes yang tidak ditangani dengan baik dan glukosa darah tidak terkendali untuk jangka waktu yang lama, akan dapat menyebabkan terjadinya perubahan yang serius pada jantung, pembuluh darah otak dan pembuluh darah tungkai atau kaki, saraf, ginjal, dan mata. Kelainan tersebut disebut sebagai komplikasi diabetes. Tanpa disadari seseorang mungkin saja telah menderita diabetes selama bertahun-tahun, selama itu peningkatan konsentrasi gula darah dapat merusak bagian atau organ tersebut. Oleh karena itu segera setelah diketahui diabetes maka glukosa darah harus dikendalikan (Soegondo, 2008).Sebuah meta-analisis baru-baru ini menunjukkan bahwa ketahanan latihan(seperti aerobik) dapat mengurangi glikosilasi hemoglobin (HbA1c) ditingkat diabetes mellitus tipe-2 sekitar 0,66%, jumlah yang akan diperkirakan akan sangat mengurangi risiko komplikasi diabetes (Gordon,dkk.2008). Ada bukti bahwa latihan fisik merangsang sintesis glikogen otot, meningkatkan sensitivitas insulin, menurunkan kadar glukosa darah dan memiliki manfaat lainnya dalam hubungan dengan stimulasi produksi -endorphin (Gordon,dkk.2008).Yoga merupakan suatu bentuk aktivitas fisik yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan (Yang,2007). Yoga mungkin menarik sebagai alternative aerobic karena latihannya memerlukan sedikit ruangan, tidak memerlukan peratan dalam latihanya, dan memiliki efek samping berbahaya yang lebih sedikit. Keberhasilan intervensi elemen-elemen yoga telah banyak terlihat pada penyakit jantung dan diabetes mellitus. Penelitian telah menunjukkan bahwa penggabungan terapi yoga dalam pengelolaan diabetes mellitus telah menghasilkan pengurangan dosis agen hipoglikemik dan insulin, mengontrol berat badan, meningkatkan toleransi glukosa, dan pengurangan hiperglikemia (Gordon,dkk.2008).Selain itu yoga juga telah dipelajari untuk mengontrol baik gejala dan komplikasi yang terkait dengan diabetes mellitus tipe-2. Studi menunjukkan peran yang signifikan secara statistic untuk yoga dalam pengendalian diabetes. Selanjutnya, latihan yoga menunjukkan peningkatan yang signifikan untuk pasien diabetes dengan komplikasi yang sudah ada. Temuan ini menunjukkan bahwa penderita diabetes dapat mengambil manfaat dari kemampuan yoga untuk meningkatkan kualitas hidup mereka (Aljasir,dkk.2008).Diabetes mellitus (DM) tipe-2 adalah gangguan heterogen, yang ditandai dengan kecenderungan genetic dan interaksi antara resistansi insulin dan penurunan fungsi sel pankreas(Gordon,dkk.2008). DM tipe-2 atau non- insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) merupakan kelainan umum dari homeostasis glukosa yang merupakan masalah kesehatan masyarakat utama dimana 8-10% dari orang dewasa mengalami NIDDM atau berpotensi untuk mengembangkan penyakit ini (Jain,2001). Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang perubahan (penurunan) kadar gula darah akibat olahraga khususnya yoga asanas pada penderita Diabetes Melitus, mengingat yoga asanas merupakan jenis olahraga menarik sebagai alternative aerobic karena latihannya memerlukan sedikit ruangan, tidak memerlukan peratan dalam latihanya, memiliki efek samping berbahaya yang lebih sedikit dan dapat diikuti semua kelompok umur. Sehingga diharapkan yoga asanas dapat menurunkan kadar gula darah pada penderita DM tipe-2.

1.2 RUMUSAN MASALAHBerdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu apakah ada pengaruh yoga asanas terhadap kadar gula darah sewaktu pasien diabetes mellitus tipe-2 ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN1. Tujuan UmumMengetahui pengaruh yoga asanas terhadap kadar gula darah sewaktu pasien diabetes mellitus tipe-2.

2. Tujuan khusus a) Mengetahui gambaran kadar gula darah sewaktu pasien diabetes mellitus tipe-2 sebelum diberikan yoga asanas.b) Mengetahui gambaran kadar gula darah sewaktu pasien diabetes mellitus tipe-2 setelah diberikan yoga asanas.c) Menganalisis pengaruh yoga asanas terhadap kadar gula darah sewaktu pasien dabetes mellitus tipe-2.

1.4 MANFAAT PENELITIAN1. Teoritisa) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk bahan dan informasi yang berkaitan dengan pengelolaan pasien diabetes mellitus tipe-2.b) Sebagai acuan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengelolaan pasien diabetes mellitus tipe-22. Praktis Dapat digunakan bagi tim kesehatan dalam memberikan motivasi pada pasien diabetes mellitus tipe-2 untuk melakukan yoga asanas guna mengontrol kadar gula darah.

1.5 KEASLIAN PENELITIANPenelitianyang dilakukan oleh Widiantari dkk yang berjudul Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 di Banjar Sari Desa Kemoning Klungkung Tahun 2011. Jenis penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimental dengan one group pre-post test design with control group. Sampel sebanyak 20 orang yang menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur gula darah sewaktu dengan menggunakan blood sugar stick, pada saat sebelum dan setelah pemberian senam diabetes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pada kelompok perlakuan diperoleh p=0,00 atau p0,05, maka Ho ditolak yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara senam diabetes terhadap penurunan kadar gula darah sewaktu pada penderita DM tipe-2. Sedangkan pada kelompok kontrol nampak p=0,081 atau p>0,05 yang berarti setelah 30 menit kadar gula darah sewaktu tidak mengalami penurunan yang signifikan pada penderita DM tipe-2. Perbedaan dengan penelitian yang sekarang adalah variabel bebas yang berbeda, dimana penelitian sekarang variabel bebasnya yaitu yoga asanas.