Upload
yuli-wahyuni
View
9
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
BAB 1
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Ekologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu oikos
yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup
maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Dalam ekologi, kita
mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Definisi ekologi seperti di atas, pertama kali disampaikan oleh Ernest Haeckel
(zoologiwan Jerman, 1834-1914). Sedangkan, kependudukan adalah hal ihwal
yang berkaitan dengan jumlah, ciri utama, pertumbuhan, persebaran, mobilitas,
penyebaran, kualitas, kondisi kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi
sosial, budaya, agama serta lingkungan penduduk tersebut (Sekilas Tentang Kota
Cimahi,2002:1). Pembangunan kependudukan pada dasarnya adalah
pembangunan sumber daya penduduk baik penduduk sebagai sumber daya
maupun sebagai insan pembangunan yang merupakan bagian tak terpisahkan
dalam seluruh aspek pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota.
Indonesia merupakan Negara agraris dengan jumlah penduduk terbesar.
Ini terbukti dari sensus yang dilakukan pada tahun 1981 terdapat 150 juta orang
(kira-kira 2,32% pertahun) dan diperkirakan akan terus bertambah ,padahal
program keluarga berencana terus digalangkan.Jika hal ini terus berlanjut,maka di
perkirakan penduduk Indonesia akan bertambah dua kali lipatnya dalam tempo 30
tahun kedepan. Sensus 2010 adalah buktinya penduduk Indonesia menjadi 300
juta orang, penduduk yang besar ini sebagian besar masih menjadi petani/buruh
1
tani yang bergelut dibidang cocok-tanam,karena itu lahan besar masih sangat
dibutuhkan. Sebagian besar petani Indonesia,diluar sector perkebunan merupakan
petani kecil dengan area lahan yang sempit (rata-rata 0,5 hektar per petani),karena
jumlah petani yang bertambah, maka luas lahan menunjukkan kecendrungan yang
masih kecil,tetapi masih banyak pula petani yang tak memiliki lahan. Artinya
kebutuhan lahan garapan akan terus bertambah,tetapi luas lahan terbatas,sehingga
daya dukung lingkungan terbatas pula. Disebabkan ledakan penduduk terus
bertambah sedang lahan sangat terbatas, sehingga cepat atau lambat daya dukung
lingkungan akan terlampaui, dan tak cuma hal itu saja sumber daya lainnya pun
akan sama. Masalah lain dari pertambahan penduduk ialah pencemaran
lingkungan. Pencemaran itu dimulai dari limbah rumah tangga hingga industri dan
transportasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disuatu daerah per satuan
luas. Kepadatan penduduk disuatu daerah bisa dihitung dengan cara Jumlah
penduduk total / Luas wilayah. Population density atau yang lebih dikenal dengan
kepadatan penduduk juga dapat diartikan jumlah penduduk yang mendiami suatu
wilayah atau daerah tertentu dengan satuan per kilometer persegi. Ciri-ciri
kepadatan penduduk yang makin lama makin tinggi adalah tingginya
pertumbuhan penduduk yang terus berjalan dan meningkatnya jumlah pemukiman
di daerah tersebut.
Kepadatan penduduk secara umum dibagi menjadi empat macam, sebagai
berikut:
1. Kepadatan Arithmatik
Kepadatan arithmatik adalah jumlah penduduk rata-rata per kilometer persegi
daerah tanpa memperhitungkan kualitas daerah maupun kualitas penduduk. Jenis
kepadatan ini merupakan kepadatan tradisional, paling mudah perhitungannya.
2. Kepadatan Fisiologis
Kepadatan fisiologis adalah jumlah penduduk setiap kesatuan wilayah luas
dari tanah produktif suatu daerah. Yang dimaksud tanah produktif dalam hal ini
adalah tanah yang digarap.
3. Kepadatan Agraris
Kepadatan agraris adalah jumlah penduduk yang bertani dari setiap kesatuan
tanah yang dikerjakan untuk pertanian.
3
4. Kepadatan Ekonomis
Kepadatan ekonomis adalah jumlah penduduk yang dapat dijamin
penghidupannya oleh tiap kesatuan wilayah tanah (kesatuan luas tanah).
Perhitungan ini tidak hanya tergantung dari sektor pertanian tapi juga sektor
industri dan perdagangan. Kepadatan jenis ini dipengaruhi oleh:
a. Kesuburan tanah,
b. Tingkat intensitas dalam bertani,
c. Jarak dengan kota-kota industri makmur,
d. Tingkat kebutuhan rohani penduduk.
Berdasarkan kepadatan penduduknya, tiap - tiap daerah dapat digolongkan
menjadi tiga macam yaitu :
1. Kelebihan Penduduk (over population)
Kelebihan penduduk adalah keadaan daerah tertentu selama waktu yang
terbatas, dimana bahan-bahan keperluan hidup tidak mencukupi kebutuhan daerah
tersebut secara layak. Daerah yang mengalami kelebihan penduduk biasanya akan
mengalami kesulitan pemenuhan kebutuhan pokok penduduk (pangan, sandang
dan tempat tinggal).
2. Kekurangan Penduduk (under population)
Kekurangan penduduk adalah keadaan suatu daerah tertentu, dimana keadaan
jumlah penduduk sudah sedemikian kecilnya, sehingga sumber alam yang ada
hanya sebagian yang mampu untuk dimanfaatkan.
3. Penduduk Optimum (optimum population)
4
Penduduk optimum adalah jumlah penduduk yang sebaik-baiknya berdasarkan
daerah tertentu. Penduduk dapat berproduksi maksimum perkapita berdasarkan
sumber alam yang tersedia dan teknologi yang berkembang.
Kepadatan penduduk di Indonesia lebih terkonsentrasi tinggi di daerah Pulau
Jawa. Ada beberapa asumsi penyebab kepadatan tersebut yaitu, tingginya tingkat
pertumbuhan penduduk, banyaknya migrasi nasional dari pulau lain ke Pulau
Jawa, yang umumnya bertujuan untuk mencari penghidupan yang lebih baik.
kesadaran untuk ber-transmigrasi masih rendah, tinjauan historis, kerajaan-
kerajaan besar jaman dahulu (yang memiliki kejayaan besar) ada di Pulau Jawa,
sehingga pusat kegiatan penduduk ada di daerah tersebut. Beberapa faktor-faktor
yang mempengaruhi kepadatan penduduk adalah :
1. Faktor lingkungan yang menguntungkan, seperti kesuburan tanah, iklim.
2. Faktor historis, pusat-pusat kegiatan penduduk pada jaman dulu.
3. Faktor sosio-kultural, kebudayaan atau adat istiadat daerah.
Dari tingkat kepadatan penduduk kita dapatmengetahui perkembangan
penduduk dan gejala-gejala sosial-ekonomi di setiap daerah. Dampak dari
kepadatan penduduk, di daerah Jawa dan Bali, seperti Luas tanah pertanian
menyempit, sehingga produksi pangan menurun, kelebihan tenaga kerja
menimbulkan peningkatan jumlah pengangguran, fasilitas kehidupan yang ada
tidak mampu menampung jumlah penduduk yang semakin banyak, sehingga
kualitas penduduk menurun.
Sedangkan di daerah yang ditinggalkan penduduk dan menjadi jarang
jumlah penduduknya, seperti daerah Papua, Kalimantan dan Sulawesi, akan
berakibat, luasan lahan yang besar tidak bisa diolah karena kekurangan jumlah
5
tenaga kerja sehingga tidak dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk, banyak
sumber alam yang belum dimanfaatkan. Pemerintah selalu berupaya untuk
menanggulangi kepadatan penduduk dengan memaksimalkan beberapa upaya
mengurangi kepadatan penduduk dengan program-program seperti, transmigrasi
atau program memindahkan penduduk dari tempat yang padat ke tempat yang lain
yang jarang penduduknya baik dilakukan atas bantuan pemerintah maupun
keinginan diri sendiri, pemerataan lapangan kerja dengan mengembangkan
industri, perikanan, pertanian, dan pertambangan di wilayah lain, mengendalikan
jumlah kelahiran penduduk setempat melalui program KB dan penundaan usia
kawin.
Salah satu contoh kasus diwilayah bali tentang kepadatan penduduk yang
dikutip dari (http://erabaru.net/nasional/50-jakarta/20143-penduduk-pulau-bali-
lebihi-jumlah-ideal) Denpasar - Jumlah penduduk Pulau Bali melebihi jumlah
ideal penduduk. Bali yang memiliki luas wilayah 5.632,8 kilometer persegi, daya
dukung idealnya hanya 1,5 juta jiwa. Namun kenyataannya kini berpenduduk 4,1
juta jiwa. "Penduduk hampir tiga kali lipat dari daya dukung ideal itu, tidak
termasuk sekitar empat juta wisatawan dalam dan luar negeri yang berlibur ke
Bali setiap tahunnya," kata Kepala Bidang Sosial Budaya, Badan Perencanaan
Pembangunan (Bapeda) Bali, Dewa Putu Beratha di Denpasar, Selasa (23/11).
Putu Beratha mengatakan bahwa kondisi tersebut menyebabkan kepadatan
penduduk sangat tinggi yakni rata-rata 690 jiwa/kilometer persegi. Khusus Kota
Denpasar kepadatan penduduk itu mencapai 6.170 orang setiap kilometer persegi,
hampir sepuluh kali lipat dari rata-rata Bali. "Penduduk Bali yang melebihi daya
dukung itu akibat daerah ini menjadi sasaran pendatang dari sejumlah daerah di
6
Indonesia yang ingin mengadu nasib," ujar Dewa Beratha. Para pendatang ke Bali
setiap tahunnya diperkirakan lebih dari 25.000 jiwa, jauh lebih tinggi dari
kelahiran secara alamiah. Lebih-lebih Bali cukup berhasil dalam program
keluarga berencana (KB), sehingga angka kelahiran dapat dikendalikan. "Namun
pada sisi lain, Bali menghadapi masalah yang cukup berat dan rumit menghadapi
penduduk pendatang, terutama yang tidak memiliki keterampilan serta tidak
dilengkapi dengan identitas diri," ujarnya. Selain itu penduduk yang melampaui
daya dukung cukup menyulitkan dalam mewujudkan keseimbangan lingkungan di
Pulau Dewata. Bali yang hanya 0,29 persen dari luas Indonesia memiliki
unsur lengkap, yakni empat buah danau, sungai, gunung dan kawasan hutan yang
membentang dari arah barat ke timur.
Dewa Putu Beratha mengambahkan, Gubernur Bali Made Mangku Pastika
membuat terobosan dan menempuh berbagai upaya dalam mewujudkan
keseimbangan lingkungan Pulau Dewata. Terobosan tersebut antara lain
mencanangkan Bali menjadi provinsi hijau dan bersih (Green Province), pulau
organik dan bebas sampah plastik. Sasaran itu diharapkan bisa terwujud dalam
pembangunan jangka menengah lima tahun, yakni 2013 atau tiga tahun lagi.
"Sampah plastik yang selama ini mencemari lingkungan diharapkan bisa dipilah
dan diolah, sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat
setempat," ujarnya. Selain bebas sampah plastik, juga penggunaan pupuk organik
untuk mendukung pengembangan sistem pertanian terintegrasi (Simantri) yang
kini terus ditingkatkan jumlahnya. "Simantri kini sudah ada 50 unit diharapkan
bisa ditingkatkan menjadi 300 unit dalam tiga tahun mendatang,"
7
ujar Dewa Putu Beratha. Peserta media informasi pembangunan yang digelar Biro
Humas dan Protokol Pemprov Bali terdiri atas sepuluh wartawan dan enam staf
Biro Humas ke Batam selama empat hari. Rombongan yang dipimpin Kepala Biro
Humas dan Protokol Pemprov Bali I Putu Suardika akan melihat dari dekat Kota
Batam dalam menangani masalah penduduk pendatang, dengan harapan nantinya
dapat dijadikan masukan dalam mengendalikan penduduk pendatang di Bali.
B. Daya Dukung Lingkungan
Menurut UU.No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Pengertian (Konsep) dan Ruang
Lingkup Daya Dukung Lingkungan Menurut UU no 23/ 1997, daya dukung
lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan
antarkeduanya. Menurut Soemarwoto (2001), daya dukung lingkungan pada
hakekatnya adalah daya dukung lingkungan alamiah, yaitu berdasarkan biomas
tumbuhan dan hewan yang dapat dikumpulkan dan ditangkap per satuan luas dan
waktu di daerah itu.
Menurut Khanna (1999), daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2
(dua) komponen, yaitu kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas
tampung limbah (assimilative capacity). Sedangkan menurut Lenzen (2003),
kebutuhan hidup manusia dari lingkungan dapat dinyatakan dalam luas area yang
8
dibutuhkan untuk mendukung kehidupan manusia. Luas area untuk mendukung
kehidupan manusia ini disebut jejak ekologi (ecological footprint). Lenzen juga
menjelaskan bahwa untuk mengetahui tingkat keberlanjutan sumber daya alam
dan lingkungan, kebutuhan hidup manusia kemudian dibandingkan dengan luas
aktual lahan produktif. Perbandingan antara jejak ekologi dengan luas aktual lahan
produktif ini kemudian dihitung sebagai perbandingan antara lahan tersedia dan
lahan yang dibutuhkan. Carrying capacity atau daya dukung lingkungan
mengandung pengertian kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan
mahluk hidup secara optimum dalam periode waktu yang panjang.
Daya dukung lingkungan dapat pula diartikan kemampuan lingkungan
memberikan kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari bagi penduduk
yang mendiami suatu kawasan. Beberapa syarat agar lingkungan memberikan
kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari bagi penduduk yang mendiami
suatu kawasan sebagai berikut ;
1. Jumlah organisme atau spesies khusus secara maksimum dan seimbang
yang dapat didukung oleh suatu lingkungan
2. Jumlah makhluk hidup yang dapat bertahan pada suatu lingkungan dalam
periode jangka panjang tampa membahayakan lingkungan tersebut
3. Jumlah penduduk maksimum yang dapat didukung oleh suatu lingkungan
tanpa merusak lingkungan tersebut
4. Jumlah populasi maksimum dari organisme khusus yang dapat didukung
oleh suatu lingkungan tanpa merusak lingkungan tersebut
9
5. Rata-rata kepadatan suatu populasi atau ukuran populasi dari suatu
kelompok manusia dibawah angka yang diperkirakan akan meningkat, dan
diatas angka yang
6. diperkirakan untuk menurun disebabkan oleh kekurangan sumber daya.
Kapasitas pembawa akan berbeda untuk tiap kelompok manusia dalam
sebuah lingkungan
7. tempat tinggal, disebabkan oleh jenis makanan, tempat tinggal, dan
kondisi sosial dari masing-masing lingkungan tempat tinggal tersebut
Daya dukung menunjukkan besarnya kemampuan lingkungan untuk
mendukung kehidupan hewan yang dinyatakan dalam jumlah ekor per satuan luas
lahan,ini juga tergantung pada biomas yang tersedia untuk makanan hewan. Daya
dukung dapat dibedakan dalam beberapa tingkat, yaitu :
1. Daya dukung maksimum, yaitu menunjukkan jumlah maksimum hewan
yang
2. dapat didukung per satuan luas lahan.
3. Daya dukung subsistem, yaitu jumlah hewan agak berkurang sedangkan
persediaan makanan lebih banyak tetapi masih pas-pasan saja.
4. Daya dukung optimum, yaitu jumlah hewan lebih rendah dan terdapat
keseimbangan yang baik antara jumlah hewan dengan persediaan makanan
5. Daya dukung suboptimum,yaitu jumlah hewan lebih rendah lagi dan
persediaan makanan melebihi yang diperlukan. Pada dasarnya daya
dukung ditentukan oleh banyaknya bahan organic tumbuhan yang
terbentuk dalam fotosintesis persatuan luas dan waktu. Yaitu apa yang
disebut produktifitas primer.
10
6. Daya Dukung Lingkungan Agraris yang berkonsep daya dukung ini
sebenarnya masih sangat sederhana. Dalam sistem itu hidup dari manusia
tertumpu pada pertanian dalam arti luas, termasuk peternakan dan
perikanan serta belum berkembangnya teknologi modern serta sistem
ekonomi pasar. Daya dukung ini biasa disebut daya dakung alamiah yaitu,
sistem yang tak bersubsidi. Banyak tim ahli yang menyelidiki tentang hal
ini dan banyak ahli matematik telah mengembangkan rumus matematiknya
untuk memperkirakan daya dukung lingkungan itu.Sebenarnya daya
dukung ini bergantung pada luas lahan yang dapat dipakai sebagai area
pertanian dan besar hasil pertanian persatuan luas dan waktu.
C. Kerusakan Lingkungan Perkotaan dan Pedesaan
Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam
Berbagai bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda
Indonesia telah menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Dahsyatnya
gelombang tsunami yang memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias,
serta gempa 5 skala Ritcher yang meratakan kawasan DIY dan sekitarnya,
merupakan contoh fenomena alam yang dalam sekejap mampu merubah bentuk
muka bumi. Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada kerusakan lingkungan
hidup antara lain:
11
a. Letusan gunung berapi
Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang
menimbulkan tekanan kuat keluar melalui puncak gunung berapi. Bahaya yang
ditimbulkan oleh letusan gunung berapi antara lain berupa, Hujan abu vulkanik,
menyebabkan gangguan pernafasan, lava panas yang merusak dan mematikan apa
pun yang dilalui, awan panas, dapat mematikan makhluk hidup yang dilalui, gas
yang mengandung racun, material padat (batuan, kerikil, pasir) yang dapat
menimpa perumahan, dan lain-lain.
b. Gempa bumi
Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa disebabkan karena
beberapa hal, di antaranya kegiatan magma (aktivitas gunung berapi), terjadinya
tanah turun, maupun karena gerakan lempeng di dasar samudra. Manusia dapat
mengukur berapa intensitas gempa, namun manusia sama sekali tidak dapat
memprediksikan kapan terjadinya gempa. Oleh karena itu, bahaya yang
ditimbulkan oleh gempa lebih dahsyat dibandingkan dengan letusan gunung
berapi. Pada saat gempa berlangsung terjadi beberapa peristiwa sebagai akibat
langsung maupun tidak langsung, di antaranya:
a. Berbagai bangunan roboh.
b. Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.
c. Tanah longsor akibat guncangan.
d. Terjadi banjir, akibat rusaknya tanggul, dan gempa yang terjadi di dasar
laut dapat menyebabkan tsunami (gelombang pasang).
12
c. Angin Topan
Angin topan terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan
tinggi menuju ke kawasan bertekanan rendah. Perbedaan tekanan udara ini terjadi
karena perbedaan suhu udara yang mencolok. Serangan angin topan bagi negara-
negara di kawasan Samudra Pasifik dan Atlantik merupakan hal yang biasa
terjadi. Bagi wilayah-wilayah di kawasan California, Texas, sampai di kawasan
Asia seperti Korea dan Taiwan, bahaya angin topan merupakan bencana musiman.
Tetapi bagi Indonesia baru dirasakan di pertengahan tahun 2007. Hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan iklim di Indonesia yang tak lain
disebabkan oleh adanya gejala pemanasan global.
Bahaya angin topan bisa diprediksi melalui foto satelit yang
menggambarkan keadaan atmosfer bumi, termasuk gambar terbentuknya angin
topan, arah, dan kecepatannya. Serangan angin topan (puting beliung) dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dalam bentuk, merobohkan bangunan,
rusaknya areal pertanian dan perkebunan, membahayakan penerbangan dan
menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkan kapal.
2. Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar
dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola
kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini.
Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan
pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan
yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan
13
lingkungan hidup. Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor
manusia, antara lain ;
a. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai
dampak adanya kawasan industri.
b. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem
pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan
dampak pengrusakan hutan.
c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.
Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung
membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
a. Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).
b. Perburuan liar.
c. Merusak hutan bakau.
d. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
e. Pembuangan sampah di sembarang tempat.
f. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
g. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.
C.1.Kerusakan Lingkungan Perkotaan
Permasalahan lingkungan perkotaan yang dominan saat ini adalah
population dan building density kota (kepadatan) yang terus meningkat, masalah
persampahan, masalah sanitasi kota, dan water quality (kualitas air).
Permasalahan kepadatan Kota semakin kompleks dengan perkembangan jumlah
penduduk yang sangat tinggi, terutama penduduk yang tidak tetap. Jumlah
penduduk merupakan ancaman dan pressure terbesar bagi masalah lingkungan
14
hidup. Setiap penduduk memerlukan energi, lahan dan sumber daya yang besar
untuk bertahan hidup, di sisi lain setiap orang juga menghasilkan limbah dalam
beragam bentuk.
Pertambahan penduduk yang sangat tinggi di Kota, diakui telah melampau
kemampuan daya dukung lingkungan untuk meregenerasi sendiri, sehingga
berimbas pada kualitas hidup manusia yang makin rendah. Masalah persampahan
di perkotaan terutama masih banyaknya sampah yang dibuang ke badan sungai
atau berserakan di tempat terbuka. Dengan banyaknya sampah, sungai tidak dapat
berfungsi sebagaimana semestinya (fungsi transportasi, konservasi, rekreasi, dan
sebagainya) akibat air yang tidak mengalir lancar dan rusaknya ekosistem sungai
akibat zat-zat berbahaya yang terkandung dalam sampah tersebut.
Selain masalah sampah di sungai, timbunan sampah di berbagai sudut kota
berpotensi menimbulkan berbagai penyakit, terutama penyakit yang disebabkan
oleh nyamuk, lalat, kecoak, dan tikus. Keberadaan lalat, nyamuk, dan tikus yang
merupakan vector (pembawa) berbagai macam penyakit menjadi salah satu
indikator seberapa baik kualitas lingkungan suatu kota. Bahkan diindikasikan
bahwa penyebab pemanasan global bukan hanya karena produksi CO2 yang
berlebihan, tapi juga disebabkan oleh zat CH4 yang dihasilkan dari proses
pembakaran sampah yang akan terbawa ke atmosfir dan merusak lapisan ozon.
Pengelolaan sampah yang masih menggunakan paradigma lama (pengumpulan,
pengangkutan, dan pembuangan akhir) perlu dirubah. Hal ini karena permasalahan
sampah yang semakin kompleks, terutama kesulitan mendapat tempat
pembuangan akhir serta berkembangnya jumlah dan ragam sampah perkotaan.
15
Penanganan sampah dengan paradigma baru perlu mengedepankan proses
pengurangan dan pemanfaatan sampah (minimalisasi sampah). Minimalisasi
sampah adalah upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan
tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses produksi dengan reduksi dari
sumber dan/atau pemanfaatan limbah. Keuntungan dari metode ini adalah:
mengurangi ketergantungan terhadap TPA (tempat pembuangan akhir),
meningkatkan efisiensi pengolahan sampah perkotaan, dan terciptanya peluang
usaha bagi masyarakat. Metode minimalisasi sampah mencakup tiga usaha dasar
yang dikenal dengan 3R, yaitu reduce (pengurangan), reuse (memakai kembali),
dan recycle (mendaur ulang). Masalah lingkungan perkotaan adalah ancaman
terhadap masyarakat saat ini atau masa depan baik, yang mengakibatkan
kerusakan yang disebabkan manusia terhadap lingkungan fisik. Masalah
lingkungan perkotaan yang diangkat oleh inisiatif pembangunan perkotaan
berkaitan dengan masalah lingkungan. Mereka adalah:
a. Masalah kesehatan lingkungan seperti air minum tidak memadai
dansanitasi, polusi
b. udara dalam ruangan dan crowding berlebihan
c. Masalah-masalah regional seperti polusi udara, tidak memadainya
pembuangan limbah, pencemaran badan air dan hilangnya daerah hijau.
d. Dampak kegiatan perkotaan seperti gangguan ekologi dan sumber
daya.deplesi dan emisi bahan kimia dan gas rumah kaca.
e. Dampak beban lingkungan regional atau global yang mungkin timbul dari
kegiatan di luar batas-batas geografis kota, tetapi akan mempengaruhi
orang yang hidup di kota.
16
Ada sejumlah tantangan lingkungan yang muncul dalam kota-kota yaitu,
menyediakan jasa lingkungan dasar dengan cara yang paling efektif melindungi
kesehatan, akses ke sanitasi yang aman diminum, air dan fasilitas drainase,
manajemen yang tepat pengumpulan sampah dan pembuangan, pengurangan
polusi dalam rumah tangga dengan menyediakan bahan bakar bersih untuk
memasak dan ventilasi rumah tangga ditingkatkan, identifikasi dan pelaksanaan
terpadu pendekatan untuk lingkungan perkotaan untuk mencegah serta
menanggulangi dampak dari polusi dan degradas, polusi udara, polusi permukaan
air, polusi air tanah dan deplesi, penggunaan lahan dan degradasi ekosistem.
C.2. Kerusakan Lingkungan Pedesaan
Usaha untuk menaikkan daya dukung lingkungan dengan menaikkan luas
lahan yang digunakan untuk pertanian adalah salah satu reaksi terhadap kenaikan
kepadatan penduduk yang sangat umum terjadi. Reaksi itu merupakan kekuatan
yang disebut tekanan penduduk. Usaha itu dapat dilakukan secara orang-seorang
dan dapat juga dilakukan oleh Pemerintah, seperti misalnya transmigrasi.
Perluasan yang dilakukan secara orang-seorang umumnya terjadi di daerah yang
dekat dengan desa pemukimannya. Perluasan itu pada mulanya dilakukan pada
lahan yang sesuai untuk pertanian, yaitu lahan yang datar atau berlereng landai
dan yang subur.
Hutan di dataran rendah di Jawa dan Bali, misalnya, telah lama hilang dan
telah berubah menjadi daerah pertanian. Lama kelamaan terambil juga lahan yang
kurang sesuai, tidak subur dan daerah yang lerengnya curam. Tekanan penduduk
terhadap lahan diperbesar oleh bertambahnya luas lahan pertanian yang
17
digunakan untuk keperluan lain, misalnya pemukiman, jalan, dan pabrik. Lahan
yang dipakai untuk keperluan ini biasanya justru yang subur. Sebab di negara
agraris pemukiman tumbuh di daerah yang subur. Pemukiman itu menjadi pusat
pertumbuhan, dengan prasarana yang relatif baik dan dekat dengan pasar.
Beberapa contoh ialah tumbuhnya pemukiman dan
perindustrian di sekitar kota besar, seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya.
Pesawahan yang subur makin tertelan habis. Yang serupa kita lihat di Lombok.
Lombok Barat yang subur mengalami pertumbuhan yang cepat. Di daerah ini
terdapat banyak sawah. Sebaliknya Lombok Timur yang kurang subur,
pertumbuhannyalamban. Akibatnya di Lomboh sawah makin berkurang. Ironinya,
orang desa pemilik sawah dan para buruh tani yang kehilangan sawahnya dan
lapangan pekerjaannya, tidak banyak yang dapat menikmati pembangunan itu,
oleh karena pendidikannya yang rendah dan tidak adanya ketrampilan. Para
pemilik sawah masih agak lumayan, karena mereka menerima ganti rugi untuk
lahannya. Mereka dapat membeli lahan lagi, namun pada gilirannya pembelian ini
menggusur petani yang lain. Para buruh tani tidak mendapat ganti rugi apa-apa.
Ketidakmampuan petani dan buruh tani untuk memanfaatkan pembangunan itu
meruapkan juga faktor penting yang menyebabkan kenaikan tekenan penduduk
terhadap lahan dengan menyempitkan lahan pertanian. Proses perubahan tataguna
lahan dapat diikuti dengan membandingkan peta tatauna lahan dari berbagai tahun
dan dapat juga dengan membandingkan potret udara dan citra satelit dari bebagai
tahun.
Dari perbandingan itu dapat dilihat bertambahnya jumlah desa,
bertambahnya luas daerah pemukiman dan berkurangnya luas daerah pertanian
18
dan hutan. Dengan cara ini dapat diketahui, bahwa, misalnya, hutan di DAS
Citarum hulu di Jawa Barat telah menyusut dengan kira-kira 30% dalam tahun
1960-an. Di Jawa Barat, hutan dataran rendah praktis telah habis. Hutan bakau
juga sudah banyak berkurang. Yang relatif masih banyak hutan ialah di
pegunungan di atas 1.500 m.
Di daerah perladangan berpindah kenaikan kepadatan penduduk juga
meningkatkan tekanan penduduk terhadap lahan karena naiknya kebutuhan akan
pangan. Akibatnya ialah diperpendeknya masa istirahat lahan. Misalnya, masa
istirahat semula 25 tahun. Dalam masa istirahat yang panjang ini hutan
mempunyai cukup waktu untuk pulih lagi. Di lantai hutan terbentuk lapisan
seresah cukup tebal. Hutan sekunder ini, apabila dibuka untuk perladangan, dapat
memberikan hasil yang baik.
Dengan makin naiknya kepadatan penduduk, masa istirahat akan makin
pendek yang berarti periosde untuk tumbuhnya kembali hutan juga makin pendek.
Dengan demikian hutan yang terbentuk makin buruk, sampaiakhirnya hutan tidak
dapat lagi terbentuk kembali. Paling-paling hanya semak belukar saja, atau
bahkan sama sekali tidak ada hutan lagi. Kerusakan hutan membawa banyak
akibat Hutan mempunyai fungsi perlindungan terhadap tanah. Tetesan hujan yang
jatuh dari awan mempunyai energi tertentu, karena gerak jatuhnya. Energi gerak
itu disebut energi kinetis, dengan energinya itu tetesan hujan memukul permukaan
tanah dan melepaskan butir tanah. Hal ini dapat kita lihat, misalnya, pada tembok
halaman yang bagian bawahnya setinggi 25-50 cm berwarna coklat karena
tertutup oleh butiran tanah yang terlempar oleh kekuatan tetesan hujan yang biasa
disebut percikan.
19
Air hujan yang tidak meresap ke dalam tanah akan mengalir di atas
permukaan tanah. Aliran air ini mempunyai juga energi tertentu. Makin curam dan
panjang lereng tempat air mengalir, makin besar energinya. Energi kinetik aliran
ini akan mengelupas permukaan tanah, yaitu yang disebut erosi permukaan.
Aliran air permukaandapat pula
menyebabkan terbetnuknya alur pada permukaan tanah, dan disebut erosi alur.
Alur yang terbentuk dapat kecil atau besar. Jika ada hutan, tetesan air hujan akan
jatuh di tajuk hutan yang mumnya berlapis-lapis. Sebagian air hujan itu akan
menguap kembali
ke udara. Sebagian lagi lolos jatuh ke bawah melalui tajuk teratas dan berturut-
turut jatuh ke lapisan tajuk yang makin rendah. Akibatnya kekuatan energi kinetik
air hujan dipatahkan oleh tajuk pohon yang berlapis-lapis itu. Akibatnya waktu air
hujan jatuh dari tajuk yang rendah, energi kinetiknya tinggal kecil saja, sehingga
kekuatan pukulan pada permukaan tanah tidak lagi besar. Dengan demikian erosi
percikan hanyalah kecil saja. Sebagian air yang jatuh di tajuk akan mengalir
melalui dahan ke batang pohon dan selanjutnya mengalir ke bawah melalui batang
pokok sampai ke tanah.
Di hutan di atas permuikaan tanah terdapat seresah, yaitu daunk, dahan
dan kayu yang membusuki. Seresah ini. bekerja sebagai spons dan menyerap air.
Seresah juga membuat tanah menjadi gembur dan membuat air mudah meresap ke
dalam tanah. Karena penyerapan air oleh seresah dan peresapan air ke dalam
tanah, aliran air permukaan menjadi kecil, sehingga erosi lapisan dan erosi alur
juga kecil. Dengan hilangnya hutan, fungsi perlindungan hutan terhadap tanah
juga hilang. Terjadilah erosi. Erosi makin besar dengan makin curamnnya dan
20
panjangnya lereng. Erosi juga makin besar dengan makin tinggi intensitas hujan.
Erosi mempunyai beberapa akibat buruk. Pertama, penurunan kesuburan tanah.
Tanah yang suburialah yang tersapat di lapisan atas. Tanah lapisan bawah tidaklah
subur. Dengan hilangnya lapisan atas oleh erosi, hilanglah kesuburan tanah.
Akibat berikutnya ialah menurunnya produksi, yang selanjutnya akan mengurangi
pendapatan petani.
Oleh karena itu erosi mempunyai efek mengurangi persediaan makanan
dan memelaratkan penduduk. Hal ini terlihat dengan jelas di daerah yang
mengalami erosi berat, seperti di daerah Solo Selatan. Karena penduduk melarat
dan kekurangan makanan secara kronis, mereka tidak dapat mengambil tindakan
pencegahan erosi tanpa bantuan. Dengan demikian erosi berjalan terus, tingkat
kehidupan dan kesehatan makin merosot dan tingkat kemampuan untuk
melindungi tanah makin berkurang. Terjadilah proses spiral yang meluncur ke
bawah, makin lama makin buruk. Efek erosi tidak hanya lokal, melainkan
menyebar jauh ke hilir.
Tanah yang tererosi terbawa oleh air dan menjadikan air itu berwarna
coklat. Air yang mengandung lumpur ini subur, karena lumpur itu berasal dari
tanah permukaan yang subur. Karena itu air itu baik untuk pengairan. Tetapi
lumpur itu akan mengendap, manakala arus air berkurang kecepatannya.
Akibatnya ialah sungai, waduk, saluran pengairan dan pelabuhan menjadi
dangkal. Pendangkalan sungai berarti berkurangnya volume alur sungai, sehingga
kemampuan sungan untuk mengalirkan air juga berkurang. Karena itu waktu
musim hujan, bahaya meluapnya banjir meningkat. Pendangkalan sungai juga
menghambat lalu lintas sungai.
21
C.3. Upaya Pelestarian Lingkungan
Adapun upaya pelestarian lingkungan hidup dalam pembangunan
berkelanjutan merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya
menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan
tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang
harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita
sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun usaha yang kita
lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi
generasi anak cucu kita kelak. Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan
adil dan makmur bagi rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan
ditindaklanjuti dengan menyusun program pembangunan berkelanjutan yang
sering disebut sebagai pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan
berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara
bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan
lingkungan dikenal dengan nama Pembangunan Berkelanjutan.
Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan kesepakatan hasil KTT
Bumi di Rio de Jeniro tahun 1992. Di dalamnya terkandung 2 gagasan penting,
yaitu:
a. Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk
menopang hidup.
b. Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk
memenuhi kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah sebagai
berikut:
22
a. Menjamin pemerataan dan keadilan.
b. Menghargai keanekaragaman hayati.
c. Menggunakan pendekatan integratif.
d. Menggunakan pandangan jangka panjang.
Pada masa reformasi sekarang ini, pembangunan nasional dilaksanakan
tidak lagi berdasarkan GBHN dan Propenas, tetapi berdasarkan UU No. 25 Tahun
2000, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mempunyai tujuan di
antaranya , menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan, mengoptimalkan partisipasi masyaraka, menjamin
keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan.
C.3.1 Upaya yang Dilakukan Pemerintah Pemerintah
Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya memiliki
tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan terbentuknya
pelestarian lingkungan hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah antara lain:
a. Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur
tentang Tata Guna Tanah.
b. Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c. Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang
AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).
Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian
Lingkungan, dengan tujuan pokoknya:
23
a. Menanggulangi kasus pencemaran.
b. Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
c. Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
d. Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.
C.3.2. Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup oleh Masyarakat
Bersama
Pemerintah Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki
kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai
dengan kemampuan masing-masing. Beberapa upaya yang dapat dilakuklan
masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup antara lain :
1. Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/ perbukitan)
Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang
berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan
tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan
tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor
disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya
sehingga menimbulkan kerusakan. Jika hal tersebut dibiarkan terus berlangsung,
maka bukan mustahil jika lingkungan berubah menjadi padang tandus. Upaya
pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam
pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul.
Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu
dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air
hujan.
2. Pelestarian udara
24
Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme
bernapas memerlukan udara. Kalian mengetahui bahwa dalam udara terkandung
beranekaragam gas, salah satunya oksigen. Udara yang kotor karena debu atau
pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar oksigen berkurang. Keadaan ini
sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap organisme. Maka perlu
diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih,
segar, dan sehat. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap
bersih dan sehat antara lain:
a. Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita
Tanaman dapat menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia.
Tanaman mampu memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis.
Rusaknya hutan menyebabkan jutaan tanaman lenyap sehingga produksi
oksigen bagi atmosfer jauh berkurang, di samping itu tumbuhan juga
mengeluarkan uap air, sehingga kelembapan udara akan tetap terjaga.
b. Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran,
baik pembakaran hutan maupun pembakaran mesin
c. Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat
merusak lapisan ozon di atmosfer Gas freon yang digunakan untuk
pendingin pada AC maupun kulkas serta dipergunakan di berbagai produk
kosmetika, adalah gas yang dapat bersenyawa dengan gas ozon, sehingga
mengakibatkan lapisan ozon menyusut. Lapisan ozon adalah lapisan di
atmosfer yang berperan sebagai filter bagi bumi, karena mampu
memantulkan kembali sinar ultraviolet ke luar angkasa yang dipancarkan
oleh matahari. Sinar ultraviolet yang berlebihan akan merusakkan jaringan
25
kulit dan menyebabkan meningkatnya suhu udara. Pemanasan global
terjadi di antaranya karena makin menipisnya lapisan ozon di atmosfer.
3. Pelestarian hutan
Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga
kini tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan
menjadi rusak. Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu
penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang
kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya menyediakan bahan
pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan
lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air. Upaya yang dapat dilakukan untuk
melestarikan hutan yaitu reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul,
melarang pembabatan hutan secara sewenang – wenang, menerapkan sistem
tebang pilih dalam menebang pohon, menerapkan sistem tebang–tanam dalam
kegiatan penebangan hutan, menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang
melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan.
4. Pelestarian laut dan pantai
Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial.
Kerusakan biota laut dan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia.
Pengambilan pasir pantai, karang di laut, pengrusakan hutan bakau, merupakan
kegatan-kegiatan manusia yang mengancam kelestarian laut dan pantai.
Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai disebabkan telah hilangnya
hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung alami terhadap gempuran
ombak. Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan
cara, melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di
26
areal sekitar pantai, melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai
maupun di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut,
melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan
dan melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.
5. Pelestarian flora dan fauna
Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia,
hewan, tumbuhan, dan alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari
sistem tersebut akan mengakibatkan gangguan dalam kehidupan. Oleh karena itu,
kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi
kelangsungan hidup manusia. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga
kelestarian flora dan fauna di antaranya adalah:, mendirikan cagar alam dan suaka
margasatwa, melarang kegiatan perburuan liar, dan menggalakkan kegiatan
penghijauan.
D. Transmigrasi dan Urbanisasi
D.1. Transmigrasi
Transmigrasi merupakan bentuk migrasi yang direncanakan, diseleksi dari
penduduk di pulau yang padat ke pulau yang penduduknya jarang. Transmigrasi
adalah satu bentuk migrasi internal di Indonesia, yaitu perpindahan penduduk dari
tempat tinggal permanen di Jawa ke luar pulau Jawa. Program ini dimulai pada
masa Hindia Belanda dengan nama kolonisasi yang tujuan awalnya untuk
mengurangi kepadatan penduduk di pulau Jawa. Pada tahun 1905 dengan daerah
tujuan Lampung terjadi pertama kali pemindahan penduduk dari Jawa Tengah.
Dan setelah Indonesia merdeka (1946), nama program ini berubah menjadi
27
transmigrasi. Istilah transmigrasi tidak hanya dikenakan pada migrasi yang
disponsori pemerintah, tetapi juga migrasi atas inisiatif sendiri. Keberhasilan
program ini sangat dipengaruhi oleh informasi keberhasilan migran terdahulu.
Kekuatan sentripetal migran dapat menarik penduduk dari daerah asal untuk
bermigrasi. Dalam hal ini transmigran pionir memegang peranan penting dalam
meningkatnya jumlah transmigran swakarsa (transmigrasi atas swadaya sendiri).
Karena selain mendapat informasi keberhasilan, migran baru juga ditampung dan
dicukupi kebutuhan makannya oleh migran lama, dan dibantu untuk memperoleh
sebidang tanah pertanian (jual beli).
D.2. Urbanisasi
Proses meningkatnya proporsi penduduk yang bermukim di daerah
perkotaan lazim disebut urbanisasi. Penyebab terjadinya proses urbanisasi adalah
perpindahan penduduk dari desa ke kota, pertumbuhan alamiah penduduk
perkotaan, perluasan wilayah, maupun perubahan status wilayah dari daerah
pedesaan menjadi daerah perkotaan. Urbanisasi sangat terkait dengan mobilitas
maupun migrasi penduduk. Ada sedikit perbedaan antara mobilitas dan migrasi
penduduk. Mobilitas penduduk didefinisikan sebagai perpindahan penduduk yang
melewati batas administratif tingkat II, namun tidak berniat menetap di daerah
yang baru. Sedangkan migrasi didefinisikan sebagai perpindahan penduduk yang
melewati batas administratif tingkat II dan sekaligus berniat menetap di daerah
yang baru tersebut. Diperkirakan bahwa proses
urbanisasi di Indonesia akan lebih banyak disebabkan migrasi desa-kota.
Perkiraan ini didasarkan pada makin rendahnya pertumbuhan alamiah penduduk
28
di daerah perkotaan, relatif lambannya perubahan status dari daerah pedesaan
menjadi daerah
perkotaan, serta relatif kuatnya kebijaksanaan ekonomi dan pembangunan yang
memperbesar daya tarik daerah perkotaan bagi penduduk yang tinggal di daerah
pedesaan. Dengan rendahnya tingkat kelahiran dan kematian, ukuran keluarga
menjadi kecil, kesejahteraan keluarga dan masyarakat meningkat, akan
mendorong keinginan penduduk untuk melakukan mobilitas menuju daerah
perkotaan.
Arus gerak penduduk dari desa ke kota di Indonesia meningkat
dikarenakan:
a. Perbaikan sarana transportasi desa ke kota.
b. Meningkatnya jasa angkutan umum yang menembus kedesa-desa terpencil
c. Meningkatnya pendapatan masyarakat sehingga mampu membayar biaya
perjalanan.
d. Mampu membeli kendaraan pribadi. Urbanisasi di negara sedang
berkembang merupakan sebuah permasalahan karena keterbatasan
kemampuan penyediaan lapangan pekerjaan dan berbagai fasilitas umum
di kota.
Seperti masalah pemukiman dan slum area, kesehatan masyarakat, sanitasi
dan pengelolaan sampah domestik, masalah pencemaran udara dan kriminalitas.
Untuk mengurangi arus migrasi desa ke kota, pemerintah Indonesia melakukan
desentralisasi pembangunan. Dengan harapan dapat menumbuhkan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi baru di daerah-daerah sehingga arus migrasi tidak terpusat
ke Jakarta dan Jawa Barat. Selain itu dilakukan peningkatan produktivitas ector
29
pertanian, sehingga enduduk desa kembali tertarik untuk berusaha dibidang
pertanian dan tinggal dipedesaan.
30
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
a. Simpulan
Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disuatu daerah per satuan
luas. Kepadatan penduduk disuatu daerah bisa dihitung dengan cara Jumlah
penduduk total / Luas wilayah. Kepadatan penduduk ini akan sangat
berdampak pada daya dukung lingkungan, kerusakan lingkungan perkotaan
dan pedesaan, pencemaran lingkungan. Jika kepadatan penduduk tidak segera
ditanggulangi dengan Transmigrasi dan meminimalkan urbanisasi maka
dampak ke lingkungan akan sangat berdampak negatif
b. Saran
Sosialisasi pemerintah daerah tentang tranmigrasi agar penanggulangan
kepadatan penduduk dapat teratasi dan berdampak pada lingkungan yang akan
stabil (tidak terlalu padat, minim kerusakan dan pencemaran).
31
DAFTAR PUSTAKA
Mantra, I.B., 2009. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Emalisa, 2003, Pola Dan Arus Migrasi Di Indonesia. Sosek-emalisa.pdf.Adobe
Reader
Rusli, Said. 1981: Pengantar Ilmu Kependudukan, Jakarta, LP3ES
Tjiptoherijanto, P., Urbanisasi, Mobilitas Dan Perkembangan Perkotaan Di
Indonesia
Saraswati, Mila., Widaningsih, Ida. 2008. Be smart ilmu pengethuan sosial.
Jakarta : Grafindo.
Samadi. 2007. Geografi 2 . SMA kelas XI. Jakarta : Quandra.
32