49
BAB I PENDAHULUAN Ekologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Definisi ekologi seperti di atas, pertama kali disampaikan oleh Ernest Haeckel (zoologiwan Jerman, 1834-1914). Sedangkan, kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, ciri utama, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, kondisi kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi sosial, budaya, agama serta lingkungan penduduk tersebut (Sekilas Tentang Kota Cimahi,2002:1). Pembangunan kependudukan pada dasarnya adalah pembangunan sumber daya penduduk baik penduduk sebagai sumber daya maupun sebagai insan pembangunan yang 1

BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BAB 1

Citation preview

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

Ekologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu oikos

yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi

diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup

maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Dalam ekologi, kita

mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.

Definisi ekologi seperti di atas, pertama kali disampaikan oleh Ernest Haeckel

(zoologiwan Jerman, 1834-1914). Sedangkan, kependudukan adalah hal ihwal

yang berkaitan dengan jumlah, ciri utama, pertumbuhan, persebaran, mobilitas,

penyebaran, kualitas, kondisi kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi

sosial, budaya, agama serta lingkungan penduduk tersebut (Sekilas Tentang Kota

Cimahi,2002:1). Pembangunan kependudukan pada dasarnya adalah

pembangunan sumber daya penduduk baik penduduk sebagai sumber daya

maupun sebagai insan pembangunan yang merupakan bagian tak terpisahkan

dalam seluruh aspek pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota. 

Indonesia merupakan Negara agraris dengan jumlah penduduk terbesar.

Ini terbukti dari sensus yang dilakukan pada tahun 1981 terdapat 150 juta orang

(kira-kira 2,32% pertahun) dan diperkirakan akan terus bertambah ,padahal

program keluarga berencana terus digalangkan.Jika hal ini terus berlanjut,maka di

perkirakan penduduk Indonesia akan bertambah dua kali lipatnya dalam tempo 30

tahun kedepan. Sensus 2010 adalah buktinya penduduk Indonesia menjadi 300

juta orang, penduduk yang besar ini sebagian besar masih menjadi petani/buruh

1

Page 2: BAB I

tani yang bergelut dibidang cocok-tanam,karena itu lahan besar masih sangat

dibutuhkan. Sebagian besar petani Indonesia,diluar sector perkebunan merupakan

petani kecil dengan area lahan yang sempit (rata-rata 0,5 hektar per petani),karena

jumlah petani yang bertambah, maka luas lahan menunjukkan kecendrungan yang

masih kecil,tetapi masih banyak pula petani yang tak memiliki lahan. Artinya

kebutuhan lahan garapan akan terus bertambah,tetapi luas lahan terbatas,sehingga

daya dukung lingkungan terbatas pula. Disebabkan ledakan penduduk terus

bertambah sedang lahan sangat terbatas, sehingga cepat atau lambat daya dukung

lingkungan akan terlampaui, dan tak cuma hal itu saja sumber daya lainnya pun

akan sama. Masalah lain dari pertambahan penduduk ialah pencemaran

lingkungan. Pencemaran itu dimulai dari limbah rumah tangga hingga industri dan

transportasi.

2

Page 3: BAB I

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disuatu daerah per satuan

luas. Kepadatan penduduk disuatu daerah bisa dihitung dengan cara Jumlah

penduduk total / Luas wilayah. Population density atau yang lebih dikenal dengan

kepadatan penduduk juga dapat diartikan jumlah penduduk yang mendiami suatu

wilayah atau daerah tertentu dengan satuan per kilometer persegi. Ciri-ciri

kepadatan penduduk yang makin lama makin tinggi adalah tingginya

pertumbuhan penduduk yang terus berjalan dan meningkatnya jumlah pemukiman

di daerah tersebut.

Kepadatan penduduk secara umum dibagi menjadi empat macam, sebagai

berikut:

1. Kepadatan Arithmatik

Kepadatan arithmatik adalah jumlah penduduk rata-rata per kilometer persegi

daerah tanpa memperhitungkan kualitas daerah maupun kualitas penduduk. Jenis

kepadatan ini merupakan kepadatan tradisional, paling mudah perhitungannya.

2. Kepadatan Fisiologis

Kepadatan fisiologis adalah jumlah penduduk setiap kesatuan wilayah luas

dari tanah produktif suatu daerah. Yang dimaksud tanah produktif dalam hal ini

adalah tanah yang digarap.

3. Kepadatan Agraris

Kepadatan agraris adalah jumlah penduduk yang bertani dari setiap kesatuan

tanah yang dikerjakan untuk pertanian.

3

Page 4: BAB I

4. Kepadatan Ekonomis

Kepadatan ekonomis adalah jumlah penduduk yang dapat dijamin

penghidupannya oleh tiap kesatuan wilayah tanah (kesatuan luas tanah).

Perhitungan ini tidak hanya tergantung dari sektor pertanian tapi juga sektor

industri dan perdagangan. Kepadatan jenis ini dipengaruhi oleh:

a. Kesuburan tanah,

b. Tingkat intensitas dalam bertani,

c. Jarak dengan kota-kota industri makmur,

d. Tingkat kebutuhan rohani penduduk.

Berdasarkan kepadatan penduduknya, tiap - tiap daerah dapat digolongkan

menjadi tiga macam yaitu :

1. Kelebihan Penduduk (over population)

Kelebihan penduduk adalah keadaan daerah tertentu selama waktu yang

terbatas, dimana bahan-bahan keperluan hidup tidak mencukupi kebutuhan daerah

tersebut secara layak. Daerah yang mengalami kelebihan penduduk biasanya akan

mengalami kesulitan pemenuhan kebutuhan pokok penduduk (pangan, sandang

dan tempat tinggal).

2. Kekurangan Penduduk (under population)

Kekurangan penduduk adalah keadaan suatu daerah tertentu, dimana keadaan

jumlah penduduk sudah sedemikian kecilnya, sehingga sumber alam yang ada

hanya sebagian yang mampu untuk dimanfaatkan.

3. Penduduk Optimum (optimum population)

4

Page 5: BAB I

Penduduk optimum adalah jumlah penduduk yang sebaik-baiknya berdasarkan

daerah tertentu. Penduduk dapat berproduksi maksimum perkapita berdasarkan

sumber alam yang tersedia dan teknologi yang berkembang.

Kepadatan penduduk di Indonesia lebih terkonsentrasi tinggi di daerah Pulau

Jawa. Ada beberapa asumsi penyebab kepadatan tersebut yaitu, tingginya tingkat

pertumbuhan penduduk, banyaknya migrasi nasional dari pulau lain ke Pulau

Jawa, yang umumnya bertujuan untuk mencari penghidupan yang lebih baik.

kesadaran untuk ber-transmigrasi masih rendah, tinjauan historis, kerajaan-

kerajaan besar jaman dahulu (yang memiliki kejayaan besar) ada di Pulau Jawa,

sehingga pusat kegiatan penduduk ada di daerah tersebut. Beberapa faktor-faktor

yang mempengaruhi kepadatan penduduk adalah :

1. Faktor lingkungan yang menguntungkan, seperti kesuburan tanah, iklim.

2. Faktor historis, pusat-pusat kegiatan penduduk pada jaman dulu.

3. Faktor sosio-kultural, kebudayaan atau adat istiadat daerah.

Dari tingkat kepadatan penduduk kita dapatmengetahui perkembangan

penduduk dan gejala-gejala sosial-ekonomi di setiap daerah. Dampak dari

kepadatan penduduk, di daerah Jawa dan Bali, seperti Luas tanah pertanian

menyempit, sehingga produksi pangan menurun, kelebihan tenaga kerja

menimbulkan peningkatan jumlah pengangguran, fasilitas kehidupan yang ada

tidak mampu menampung jumlah penduduk yang semakin banyak, sehingga

kualitas penduduk menurun.

Sedangkan di daerah yang ditinggalkan penduduk dan menjadi jarang

jumlah penduduknya, seperti daerah Papua, Kalimantan dan Sulawesi, akan

berakibat, luasan lahan yang besar tidak bisa diolah karena kekurangan jumlah

5

Page 6: BAB I

tenaga kerja sehingga tidak dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk, banyak

sumber alam yang belum dimanfaatkan. Pemerintah selalu berupaya untuk

menanggulangi kepadatan penduduk dengan memaksimalkan beberapa upaya

mengurangi kepadatan penduduk dengan program-program seperti, transmigrasi

atau program memindahkan penduduk dari tempat yang padat ke tempat yang lain

yang jarang penduduknya baik dilakukan atas bantuan pemerintah maupun

keinginan diri sendiri, pemerataan lapangan kerja dengan mengembangkan

industri, perikanan, pertanian, dan pertambangan di wilayah lain, mengendalikan

jumlah kelahiran penduduk setempat melalui program KB dan penundaan usia

kawin.

Salah satu contoh kasus diwilayah bali tentang kepadatan penduduk yang

dikutip dari (http://erabaru.net/nasional/50-jakarta/20143-penduduk-pulau-bali-

lebihi-jumlah-ideal) Denpasar - Jumlah penduduk Pulau Bali melebihi jumlah

ideal penduduk. Bali yang memiliki luas wilayah 5.632,8 kilometer persegi, daya

dukung idealnya hanya 1,5 juta jiwa. Namun kenyataannya kini berpenduduk 4,1

juta jiwa. "Penduduk hampir tiga kali lipat dari daya dukung ideal itu, tidak

termasuk sekitar empat juta wisatawan dalam dan luar negeri yang berlibur ke

Bali setiap tahunnya," kata Kepala Bidang Sosial Budaya, Badan Perencanaan

Pembangunan (Bapeda) Bali, Dewa Putu Beratha di Denpasar, Selasa (23/11).

Putu Beratha mengatakan bahwa kondisi tersebut menyebabkan kepadatan

penduduk sangat tinggi yakni rata-rata 690 jiwa/kilometer persegi. Khusus Kota

Denpasar kepadatan penduduk itu mencapai 6.170 orang setiap kilometer persegi,

hampir sepuluh kali lipat dari rata-rata Bali. "Penduduk Bali yang melebihi daya

dukung itu akibat daerah ini menjadi sasaran pendatang dari sejumlah daerah di

6

Page 7: BAB I

Indonesia yang ingin mengadu nasib," ujar Dewa Beratha. Para pendatang ke Bali

setiap tahunnya diperkirakan lebih dari 25.000 jiwa, jauh lebih tinggi dari

kelahiran secara alamiah. Lebih-lebih Bali cukup berhasil dalam program

keluarga berencana (KB), sehingga angka kelahiran dapat dikendalikan. "Namun

pada sisi lain, Bali menghadapi masalah yang cukup berat dan rumit menghadapi

penduduk pendatang, terutama yang tidak memiliki keterampilan serta tidak

dilengkapi dengan identitas diri," ujarnya. Selain itu penduduk yang melampaui

daya dukung cukup menyulitkan dalam mewujudkan keseimbangan lingkungan di

Pulau Dewata. Bali yang hanya 0,29 persen dari luas Indonesia memiliki

unsur lengkap, yakni empat buah danau, sungai, gunung dan kawasan hutan yang

membentang dari arah barat ke timur.

Dewa Putu Beratha mengambahkan, Gubernur Bali Made Mangku Pastika

membuat terobosan dan menempuh berbagai upaya dalam mewujudkan

keseimbangan lingkungan Pulau Dewata. Terobosan tersebut antara lain

mencanangkan Bali menjadi provinsi hijau dan bersih (Green Province), pulau

organik dan bebas sampah plastik. Sasaran itu diharapkan bisa terwujud dalam

pembangunan jangka menengah lima tahun, yakni 2013 atau tiga tahun lagi.

"Sampah plastik yang selama ini mencemari lingkungan diharapkan bisa dipilah

dan diolah, sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat

setempat," ujarnya. Selain bebas sampah plastik, juga penggunaan pupuk organik

untuk mendukung pengembangan sistem pertanian terintegrasi (Simantri) yang

kini terus ditingkatkan jumlahnya. "Simantri kini sudah ada 50 unit diharapkan

bisa ditingkatkan menjadi 300 unit dalam tiga tahun mendatang,"

7

Page 8: BAB I

ujar Dewa Putu Beratha. Peserta media informasi pembangunan yang digelar Biro

Humas dan Protokol Pemprov Bali terdiri atas sepuluh wartawan dan enam staf

Biro Humas ke Batam selama empat hari. Rombongan yang dipimpin Kepala Biro

Humas dan Protokol Pemprov Bali I Putu Suardika akan melihat dari dekat Kota

Batam dalam menangani masalah penduduk pendatang, dengan harapan nantinya

dapat dijadikan masukan dalam mengendalikan penduduk pendatang di Bali.

B. Daya Dukung Lingkungan

Menurut UU.No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup, Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua

benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,

yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Pengertian (Konsep) dan Ruang

Lingkup Daya Dukung Lingkungan Menurut UU no 23/ 1997, daya dukung

lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung

perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan

antarkeduanya. Menurut Soemarwoto (2001), daya dukung lingkungan pada

hakekatnya adalah daya dukung lingkungan alamiah, yaitu berdasarkan biomas

tumbuhan dan hewan yang dapat dikumpulkan dan ditangkap per satuan luas dan

waktu di daerah itu.

Menurut Khanna (1999), daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2

(dua) komponen, yaitu kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas

tampung limbah (assimilative capacity). Sedangkan menurut Lenzen (2003),

kebutuhan hidup manusia dari lingkungan dapat dinyatakan dalam luas area yang

8

Page 9: BAB I

dibutuhkan untuk mendukung kehidupan manusia. Luas area untuk mendukung

kehidupan manusia ini disebut jejak ekologi (ecological footprint). Lenzen juga

menjelaskan bahwa untuk mengetahui tingkat keberlanjutan sumber daya alam

dan lingkungan, kebutuhan hidup manusia kemudian dibandingkan dengan luas

aktual lahan produktif. Perbandingan antara jejak ekologi dengan luas aktual lahan

produktif ini kemudian dihitung sebagai perbandingan antara lahan tersedia dan

lahan yang dibutuhkan. Carrying capacity atau daya dukung lingkungan

mengandung pengertian kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan

mahluk hidup secara optimum dalam periode waktu yang panjang.

Daya dukung lingkungan dapat pula diartikan kemampuan lingkungan

memberikan kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari bagi penduduk

yang mendiami suatu kawasan. Beberapa syarat agar lingkungan memberikan

kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari bagi penduduk yang mendiami

suatu kawasan sebagai berikut ;

1. Jumlah organisme atau spesies khusus secara maksimum dan seimbang

yang dapat didukung oleh suatu lingkungan

2. Jumlah makhluk hidup yang dapat bertahan pada suatu lingkungan dalam

periode jangka panjang tampa membahayakan lingkungan tersebut

3. Jumlah penduduk maksimum yang dapat didukung oleh suatu lingkungan

tanpa merusak lingkungan tersebut

4. Jumlah populasi maksimum dari organisme khusus yang dapat didukung

oleh suatu lingkungan tanpa merusak lingkungan tersebut

9

Page 10: BAB I

5. Rata-rata kepadatan suatu populasi atau ukuran populasi dari suatu

kelompok manusia dibawah angka yang diperkirakan akan meningkat, dan

diatas angka yang

6. diperkirakan untuk menurun disebabkan oleh kekurangan sumber daya.

Kapasitas pembawa akan berbeda untuk tiap kelompok manusia dalam

sebuah lingkungan

7. tempat tinggal, disebabkan oleh jenis makanan, tempat tinggal, dan

kondisi sosial dari masing-masing lingkungan tempat tinggal tersebut

Daya dukung menunjukkan besarnya kemampuan lingkungan untuk

mendukung kehidupan hewan yang dinyatakan dalam jumlah ekor per satuan luas

lahan,ini juga tergantung pada biomas yang tersedia untuk makanan hewan. Daya

dukung dapat dibedakan dalam beberapa tingkat, yaitu :

1. Daya dukung maksimum, yaitu menunjukkan jumlah maksimum hewan

yang

2. dapat didukung per satuan luas lahan.

3. Daya dukung subsistem, yaitu jumlah hewan agak berkurang sedangkan

persediaan makanan lebih banyak tetapi masih pas-pasan saja.

4. Daya dukung optimum, yaitu jumlah hewan lebih rendah dan terdapat

keseimbangan yang baik antara jumlah hewan dengan persediaan makanan

5. Daya dukung suboptimum,yaitu jumlah hewan lebih rendah lagi dan

persediaan makanan melebihi yang diperlukan. Pada dasarnya daya

dukung ditentukan oleh banyaknya bahan organic tumbuhan yang

terbentuk dalam fotosintesis persatuan luas dan waktu. Yaitu apa yang

disebut produktifitas primer.

10

Page 11: BAB I

6. Daya Dukung Lingkungan Agraris yang berkonsep daya dukung ini

sebenarnya masih sangat sederhana. Dalam sistem itu hidup dari manusia

tertumpu pada pertanian dalam arti luas, termasuk peternakan dan

perikanan serta belum berkembangnya teknologi modern serta sistem

ekonomi pasar. Daya dukung ini biasa disebut daya dakung alamiah yaitu,

sistem yang tak bersubsidi. Banyak tim ahli yang menyelidiki tentang hal

ini dan banyak ahli matematik telah mengembangkan rumus matematiknya

untuk memperkirakan daya dukung lingkungan itu.Sebenarnya daya

dukung ini bergantung pada luas lahan yang dapat dipakai sebagai area

pertanian dan besar hasil pertanian persatuan luas dan waktu.

C. Kerusakan Lingkungan Perkotaan dan Pedesaan

Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup

dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam

Berbagai bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda

Indonesia telah menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Dahsyatnya

gelombang tsunami yang memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias,

serta gempa 5 skala Ritcher yang meratakan kawasan DIY dan sekitarnya,

merupakan contoh fenomena alam yang dalam sekejap mampu merubah bentuk

muka bumi. Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada kerusakan lingkungan

hidup antara lain:

11

Page 12: BAB I

a. Letusan gunung berapi

Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang

menimbulkan tekanan kuat keluar melalui puncak gunung berapi. Bahaya yang

ditimbulkan oleh letusan gunung berapi antara lain berupa, Hujan abu vulkanik,

menyebabkan gangguan pernafasan, lava panas yang merusak dan mematikan apa

pun yang dilalui, awan panas, dapat mematikan makhluk hidup yang dilalui, gas

yang mengandung racun, material padat (batuan, kerikil, pasir) yang dapat

menimpa perumahan, dan lain-lain.

b. Gempa bumi

Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa disebabkan karena

beberapa hal, di antaranya kegiatan magma (aktivitas gunung berapi), terjadinya

tanah turun, maupun karena gerakan lempeng di dasar samudra. Manusia dapat

mengukur berapa intensitas gempa, namun manusia sama sekali tidak dapat

memprediksikan kapan terjadinya gempa. Oleh karena itu, bahaya yang

ditimbulkan oleh gempa lebih dahsyat dibandingkan dengan letusan gunung

berapi. Pada saat gempa berlangsung terjadi beberapa peristiwa sebagai akibat

langsung maupun tidak langsung, di antaranya:

a. Berbagai bangunan roboh.

b. Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.

c. Tanah longsor akibat guncangan.

d. Terjadi banjir, akibat rusaknya tanggul, dan gempa yang terjadi di dasar

laut dapat menyebabkan tsunami (gelombang pasang).

12

Page 13: BAB I

c. Angin Topan

Angin topan terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan

tinggi menuju ke kawasan bertekanan rendah. Perbedaan tekanan udara ini terjadi

karena perbedaan suhu udara yang mencolok. Serangan angin topan bagi negara-

negara di kawasan Samudra Pasifik dan Atlantik merupakan hal yang biasa

terjadi. Bagi wilayah-wilayah di kawasan California, Texas, sampai di kawasan

Asia seperti Korea dan Taiwan, bahaya angin topan merupakan bencana musiman.

Tetapi bagi Indonesia baru dirasakan di pertengahan tahun 2007. Hal ini

menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan iklim di Indonesia yang tak lain

disebabkan oleh adanya gejala pemanasan global.

Bahaya angin topan bisa diprediksi melalui foto satelit yang

menggambarkan keadaan atmosfer bumi, termasuk gambar terbentuknya angin

topan, arah, dan kecepatannya. Serangan angin topan (puting beliung) dapat

menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dalam bentuk, merobohkan bangunan,

rusaknya areal pertanian dan perkebunan, membahayakan penerbangan dan

menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkan kapal.

2. Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia

Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar

dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk

ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola

kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini.

Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan

pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan

yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan

13

Page 14: BAB I

lingkungan hidup. Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor

manusia, antara lain ;

a. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai

dampak adanya kawasan industri.

b. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem

pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan

dampak pengrusakan hutan.

c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.

Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung

membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:

a. Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).

b. Perburuan liar.

c. Merusak hutan bakau.

d. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.

e. Pembuangan sampah di sembarang tempat.

f. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).

g. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.

C.1.Kerusakan Lingkungan Perkotaan

Permasalahan lingkungan perkotaan yang dominan saat ini adalah

population dan building density kota (kepadatan) yang terus meningkat, masalah

persampahan, masalah sanitasi kota, dan water quality (kualitas air).

Permasalahan kepadatan Kota semakin kompleks dengan perkembangan jumlah

penduduk yang sangat tinggi, terutama penduduk yang tidak tetap. Jumlah

penduduk merupakan ancaman dan pressure terbesar bagi masalah lingkungan

14

Page 15: BAB I

hidup. Setiap penduduk memerlukan energi, lahan dan sumber daya yang besar

untuk bertahan hidup, di sisi lain setiap orang juga menghasilkan limbah dalam

beragam bentuk.

Pertambahan penduduk yang sangat tinggi di Kota, diakui telah melampau

kemampuan daya dukung lingkungan untuk meregenerasi sendiri, sehingga

berimbas pada kualitas hidup manusia yang makin rendah. Masalah persampahan

di perkotaan terutama masih banyaknya sampah yang dibuang ke badan sungai

atau berserakan di tempat terbuka. Dengan banyaknya sampah, sungai tidak dapat

berfungsi sebagaimana semestinya (fungsi transportasi, konservasi, rekreasi, dan

sebagainya) akibat air yang tidak mengalir lancar dan rusaknya ekosistem sungai

akibat zat-zat berbahaya yang terkandung dalam sampah tersebut.

Selain masalah sampah di sungai, timbunan sampah di berbagai sudut kota

berpotensi menimbulkan berbagai penyakit, terutama penyakit yang disebabkan

oleh nyamuk, lalat, kecoak, dan tikus. Keberadaan lalat, nyamuk, dan tikus yang

merupakan vector (pembawa) berbagai macam penyakit menjadi salah satu

indikator seberapa baik kualitas lingkungan suatu kota. Bahkan diindikasikan

bahwa penyebab pemanasan global bukan hanya karena produksi CO2 yang

berlebihan, tapi juga disebabkan oleh zat CH4 yang dihasilkan dari proses

pembakaran sampah yang akan terbawa ke atmosfir dan merusak lapisan ozon.

Pengelolaan sampah yang masih menggunakan paradigma lama (pengumpulan,

pengangkutan, dan pembuangan akhir) perlu dirubah. Hal ini karena permasalahan

sampah yang semakin kompleks, terutama kesulitan mendapat tempat

pembuangan akhir serta berkembangnya jumlah dan ragam sampah perkotaan.

15

Page 16: BAB I

Penanganan sampah dengan paradigma baru perlu mengedepankan proses

pengurangan dan pemanfaatan sampah (minimalisasi sampah). Minimalisasi

sampah adalah upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan

tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses produksi dengan reduksi dari

sumber dan/atau pemanfaatan limbah. Keuntungan dari metode ini adalah:

mengurangi ketergantungan terhadap TPA (tempat pembuangan akhir),

meningkatkan efisiensi pengolahan sampah perkotaan, dan terciptanya peluang

usaha bagi masyarakat. Metode minimalisasi sampah mencakup tiga usaha dasar

yang dikenal dengan 3R, yaitu reduce (pengurangan), reuse (memakai kembali),

dan recycle (mendaur ulang). Masalah lingkungan perkotaan adalah ancaman

terhadap masyarakat saat ini atau masa depan baik, yang mengakibatkan

kerusakan yang disebabkan manusia terhadap lingkungan fisik. Masalah

lingkungan perkotaan yang diangkat oleh inisiatif pembangunan perkotaan

berkaitan dengan masalah lingkungan. Mereka adalah:

a. Masalah kesehatan lingkungan seperti air minum tidak memadai

dansanitasi, polusi

b. udara dalam ruangan dan crowding berlebihan

c. Masalah-masalah regional seperti polusi udara, tidak memadainya

pembuangan limbah, pencemaran badan air dan hilangnya daerah hijau.

d. Dampak kegiatan perkotaan seperti gangguan ekologi dan sumber

daya.deplesi dan emisi bahan kimia dan gas rumah kaca.

e. Dampak beban lingkungan regional atau global yang mungkin timbul dari

kegiatan di luar batas-batas geografis kota, tetapi akan mempengaruhi

orang yang hidup di kota.

16

Page 17: BAB I

Ada sejumlah tantangan lingkungan yang muncul dalam kota-kota yaitu,

menyediakan jasa lingkungan dasar dengan cara yang paling efektif melindungi

kesehatan, akses ke sanitasi yang aman diminum, air dan fasilitas drainase,

manajemen yang tepat pengumpulan sampah dan pembuangan, pengurangan

polusi dalam rumah tangga dengan menyediakan bahan bakar bersih untuk

memasak dan ventilasi rumah tangga ditingkatkan, identifikasi dan pelaksanaan

terpadu pendekatan untuk lingkungan perkotaan untuk mencegah serta

menanggulangi dampak dari polusi dan degradas, polusi udara, polusi permukaan

air, polusi air tanah dan deplesi, penggunaan lahan dan degradasi ekosistem.

C.2. Kerusakan Lingkungan Pedesaan

Usaha untuk menaikkan daya dukung lingkungan dengan menaikkan luas

lahan yang digunakan untuk pertanian adalah salah satu reaksi terhadap kenaikan

kepadatan penduduk yang sangat umum terjadi. Reaksi itu merupakan kekuatan

yang disebut tekanan penduduk. Usaha itu dapat dilakukan secara orang-seorang

dan dapat juga dilakukan oleh Pemerintah, seperti misalnya transmigrasi.

Perluasan yang dilakukan secara orang-seorang umumnya terjadi di daerah yang

dekat dengan desa pemukimannya. Perluasan itu pada mulanya dilakukan pada

lahan yang sesuai untuk pertanian, yaitu lahan yang datar atau berlereng landai

dan yang subur.

Hutan di dataran rendah di Jawa dan Bali, misalnya, telah lama hilang dan

telah berubah menjadi daerah pertanian. Lama kelamaan terambil juga lahan yang

kurang sesuai, tidak subur dan daerah yang lerengnya curam. Tekanan penduduk

terhadap lahan diperbesar oleh bertambahnya luas lahan pertanian yang

17

Page 18: BAB I

digunakan untuk keperluan lain, misalnya pemukiman, jalan, dan pabrik. Lahan

yang dipakai untuk keperluan ini biasanya justru yang subur. Sebab di negara

agraris pemukiman tumbuh di daerah yang subur. Pemukiman itu menjadi pusat

pertumbuhan, dengan prasarana yang relatif baik dan dekat dengan pasar.

Beberapa contoh ialah tumbuhnya pemukiman dan

perindustrian di sekitar kota besar, seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya.

Pesawahan yang subur makin tertelan habis. Yang serupa kita lihat di Lombok.

Lombok Barat yang subur mengalami pertumbuhan yang cepat. Di daerah ini

terdapat banyak sawah. Sebaliknya Lombok Timur yang kurang subur,

pertumbuhannyalamban. Akibatnya di Lomboh sawah makin berkurang. Ironinya,

orang desa pemilik sawah dan para buruh tani yang kehilangan sawahnya dan

lapangan pekerjaannya, tidak banyak yang dapat menikmati pembangunan itu,

oleh karena pendidikannya yang rendah dan tidak adanya ketrampilan. Para

pemilik sawah masih agak lumayan, karena mereka menerima ganti rugi untuk

lahannya. Mereka dapat membeli lahan lagi, namun pada gilirannya pembelian ini

menggusur petani yang lain. Para buruh tani tidak mendapat ganti rugi apa-apa.

Ketidakmampuan petani dan buruh tani untuk memanfaatkan pembangunan itu

meruapkan juga faktor penting yang menyebabkan kenaikan tekenan penduduk

terhadap lahan dengan menyempitkan lahan pertanian. Proses perubahan tataguna

lahan dapat diikuti dengan membandingkan peta tatauna lahan dari berbagai tahun

dan dapat juga dengan membandingkan potret udara dan citra satelit dari bebagai

tahun.

Dari perbandingan itu dapat dilihat bertambahnya jumlah desa,

bertambahnya luas daerah pemukiman dan berkurangnya luas daerah pertanian

18

Page 19: BAB I

dan hutan. Dengan cara ini dapat diketahui, bahwa, misalnya, hutan di DAS

Citarum hulu di Jawa Barat telah menyusut dengan kira-kira 30% dalam tahun

1960-an. Di Jawa Barat, hutan dataran rendah praktis telah habis. Hutan bakau

juga sudah banyak berkurang. Yang relatif masih banyak hutan ialah di

pegunungan di atas 1.500 m.

Di daerah perladangan berpindah kenaikan kepadatan penduduk juga

meningkatkan tekanan penduduk terhadap lahan karena naiknya kebutuhan akan

pangan. Akibatnya ialah diperpendeknya masa istirahat lahan. Misalnya, masa

istirahat semula 25 tahun. Dalam masa istirahat yang panjang ini hutan

mempunyai cukup waktu untuk pulih lagi. Di lantai hutan terbentuk lapisan

seresah cukup tebal. Hutan sekunder ini, apabila dibuka untuk perladangan, dapat

memberikan hasil yang baik.

Dengan makin naiknya kepadatan penduduk, masa istirahat akan makin

pendek yang berarti periosde untuk tumbuhnya kembali hutan juga makin pendek.

Dengan demikian hutan yang terbentuk makin buruk, sampaiakhirnya hutan tidak

dapat lagi terbentuk kembali. Paling-paling hanya semak belukar saja, atau

bahkan sama sekali tidak ada hutan lagi. Kerusakan hutan membawa banyak

akibat Hutan mempunyai fungsi perlindungan terhadap tanah. Tetesan hujan yang

jatuh dari awan mempunyai energi tertentu, karena gerak jatuhnya. Energi gerak

itu disebut energi kinetis, dengan energinya itu tetesan hujan memukul permukaan

tanah dan melepaskan butir tanah. Hal ini dapat kita lihat, misalnya, pada tembok

halaman yang bagian bawahnya setinggi 25-50 cm berwarna coklat karena

tertutup oleh butiran tanah yang terlempar oleh kekuatan tetesan hujan yang biasa

disebut percikan.

19

Page 20: BAB I

Air hujan yang tidak meresap ke dalam tanah akan mengalir di atas

permukaan tanah. Aliran air ini mempunyai juga energi tertentu. Makin curam dan

panjang lereng tempat air mengalir, makin besar energinya. Energi kinetik aliran

ini akan mengelupas permukaan tanah, yaitu yang disebut erosi permukaan.

Aliran air permukaandapat pula

menyebabkan terbetnuknya alur pada permukaan tanah, dan disebut erosi alur.

Alur yang terbentuk dapat kecil atau besar. Jika ada hutan, tetesan air hujan akan

jatuh di tajuk hutan yang mumnya berlapis-lapis. Sebagian air hujan itu akan

menguap kembali

ke udara. Sebagian lagi lolos jatuh ke bawah melalui tajuk teratas dan berturut-

turut jatuh ke lapisan tajuk yang makin rendah. Akibatnya kekuatan energi kinetik

air hujan dipatahkan oleh tajuk pohon yang berlapis-lapis itu. Akibatnya waktu air

hujan jatuh dari tajuk yang rendah, energi kinetiknya tinggal kecil saja, sehingga

kekuatan pukulan pada permukaan tanah tidak lagi besar. Dengan demikian erosi

percikan hanyalah kecil saja. Sebagian air yang jatuh di tajuk akan mengalir

melalui dahan ke batang pohon dan selanjutnya mengalir ke bawah melalui batang

pokok sampai ke tanah.

Di hutan di atas permuikaan tanah terdapat seresah, yaitu daunk, dahan

dan kayu yang membusuki. Seresah ini. bekerja sebagai spons dan menyerap air.

Seresah juga membuat tanah menjadi gembur dan membuat air mudah meresap ke

dalam tanah. Karena penyerapan air oleh seresah dan peresapan air ke dalam

tanah, aliran air permukaan menjadi kecil, sehingga erosi lapisan dan erosi alur

juga kecil. Dengan hilangnya hutan, fungsi perlindungan hutan terhadap tanah

juga hilang. Terjadilah erosi. Erosi makin besar dengan makin curamnnya dan

20

Page 21: BAB I

panjangnya lereng. Erosi juga makin besar dengan makin tinggi intensitas hujan.

Erosi mempunyai beberapa akibat buruk. Pertama, penurunan kesuburan tanah.

Tanah yang suburialah yang tersapat di lapisan atas. Tanah lapisan bawah tidaklah

subur. Dengan hilangnya lapisan atas oleh erosi, hilanglah kesuburan tanah.

Akibat berikutnya ialah menurunnya produksi, yang selanjutnya akan mengurangi

pendapatan petani.

Oleh karena itu erosi mempunyai efek mengurangi persediaan makanan

dan memelaratkan penduduk. Hal ini terlihat dengan jelas di daerah yang

mengalami erosi berat, seperti di daerah Solo Selatan. Karena penduduk melarat

dan kekurangan makanan secara kronis, mereka tidak dapat mengambil tindakan

pencegahan erosi tanpa bantuan. Dengan demikian erosi berjalan terus, tingkat

kehidupan dan kesehatan makin merosot dan tingkat kemampuan untuk

melindungi tanah makin berkurang. Terjadilah proses spiral yang meluncur ke

bawah, makin lama makin buruk. Efek erosi tidak hanya lokal, melainkan

menyebar jauh ke hilir.

Tanah yang tererosi terbawa oleh air dan menjadikan air itu berwarna

coklat. Air yang mengandung lumpur ini subur, karena lumpur itu berasal dari

tanah permukaan yang subur. Karena itu air itu baik untuk pengairan. Tetapi

lumpur itu akan mengendap, manakala arus air berkurang kecepatannya.

Akibatnya ialah sungai, waduk, saluran pengairan dan pelabuhan menjadi

dangkal. Pendangkalan sungai berarti berkurangnya volume alur sungai, sehingga

kemampuan sungan untuk mengalirkan air juga berkurang. Karena itu waktu

musim hujan, bahaya meluapnya banjir meningkat. Pendangkalan sungai juga

menghambat lalu lintas sungai.

21

Page 22: BAB I

C.3. Upaya Pelestarian Lingkungan

Adapun upaya pelestarian lingkungan hidup dalam pembangunan

berkelanjutan merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya

menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan

tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang

harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita

sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun usaha yang kita

lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi

generasi anak cucu kita kelak. Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan

adil dan makmur bagi rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan

ditindaklanjuti dengan menyusun program pembangunan berkelanjutan yang

sering disebut sebagai pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan

berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara

bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan

lingkungan dikenal dengan nama Pembangunan Berkelanjutan.

Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan kesepakatan hasil KTT

Bumi di Rio de Jeniro tahun 1992. Di dalamnya terkandung 2 gagasan penting,

yaitu:

a. Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk

menopang hidup.

b. Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk

memenuhi kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah sebagai

berikut:

22

Page 23: BAB I

a. Menjamin pemerataan dan keadilan.

b. Menghargai keanekaragaman hayati.

c. Menggunakan pendekatan integratif.

d. Menggunakan pandangan jangka panjang.

Pada masa reformasi sekarang ini, pembangunan nasional dilaksanakan

tidak lagi berdasarkan GBHN dan Propenas, tetapi berdasarkan UU No. 25 Tahun

2000, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mempunyai tujuan di

antaranya , menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,

berkeadilan, dan berkelanjutan, mengoptimalkan partisipasi masyaraka, menjamin

keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan

pengawasan.

C.3.1 Upaya yang Dilakukan Pemerintah Pemerintah

Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya memiliki

tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan terbentuknya

pelestarian lingkungan hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah antara lain:

a. Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur

tentang Tata Guna Tanah.

b. Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

c. Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang

AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).

Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian

Lingkungan, dengan tujuan pokoknya:

23

Page 24: BAB I

a. Menanggulangi kasus pencemaran.

b. Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).

c. Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).

d. Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.

C.3.2. Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup oleh Masyarakat

Bersama

Pemerintah Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki

kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai

dengan kemampuan masing-masing. Beberapa upaya yang dapat dilakuklan

masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup antara lain :

1. Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/ perbukitan)

Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang

berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan

tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan

tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor

disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya

sehingga menimbulkan kerusakan. Jika hal tersebut dibiarkan terus berlangsung,

maka bukan mustahil jika lingkungan berubah menjadi padang tandus. Upaya

pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam

pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul.

Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu

dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air

hujan.

2. Pelestarian udara

24

Page 25: BAB I

Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme

bernapas memerlukan udara. Kalian mengetahui bahwa dalam udara terkandung

beranekaragam gas, salah satunya oksigen. Udara yang kotor karena debu atau

pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar oksigen berkurang. Keadaan ini

sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap organisme. Maka perlu

diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih,

segar, dan sehat. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap

bersih dan sehat antara lain:

a. Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita

Tanaman dapat menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia.

Tanaman mampu memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis.

Rusaknya hutan menyebabkan jutaan tanaman lenyap sehingga produksi

oksigen bagi atmosfer jauh berkurang, di samping itu tumbuhan juga

mengeluarkan uap air, sehingga kelembapan udara akan tetap terjaga.

b. Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran,

baik pembakaran hutan maupun pembakaran mesin

c. Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat

merusak lapisan ozon di atmosfer Gas freon yang digunakan untuk

pendingin pada AC maupun kulkas serta dipergunakan di berbagai produk

kosmetika, adalah gas yang dapat bersenyawa dengan gas ozon, sehingga

mengakibatkan lapisan ozon menyusut. Lapisan ozon adalah lapisan di

atmosfer yang berperan sebagai filter bagi bumi, karena mampu

memantulkan kembali sinar ultraviolet ke luar angkasa yang dipancarkan

oleh matahari. Sinar ultraviolet yang berlebihan akan merusakkan jaringan

25

Page 26: BAB I

kulit dan menyebabkan meningkatnya suhu udara. Pemanasan global

terjadi di antaranya karena makin menipisnya lapisan ozon di atmosfer.

3. Pelestarian hutan

Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga

kini tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan

menjadi rusak. Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu

penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang

kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya menyediakan bahan

pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan

lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air. Upaya yang dapat dilakukan untuk

melestarikan hutan yaitu reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul,

melarang pembabatan hutan secara sewenang – wenang, menerapkan sistem

tebang pilih dalam menebang pohon, menerapkan sistem tebang–tanam dalam

kegiatan penebangan hutan, menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang

melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan.

4. Pelestarian laut dan pantai

Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial.

Kerusakan biota laut dan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia.

Pengambilan pasir pantai, karang di laut, pengrusakan hutan bakau, merupakan

kegatan-kegiatan manusia yang mengancam kelestarian laut dan pantai.

Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai disebabkan telah hilangnya

hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung alami terhadap gempuran

ombak. Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan

cara, melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di

26

Page 27: BAB I

areal sekitar pantai, melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai

maupun di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut,

melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan

dan melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.

5. Pelestarian flora dan fauna

Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia,

hewan, tumbuhan, dan alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari

sistem tersebut akan mengakibatkan gangguan dalam kehidupan. Oleh karena itu,

kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi

kelangsungan hidup manusia. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga

kelestarian flora dan fauna di antaranya adalah:, mendirikan cagar alam dan suaka

margasatwa, melarang kegiatan perburuan liar, dan menggalakkan kegiatan

penghijauan.

D. Transmigrasi dan Urbanisasi

D.1. Transmigrasi

Transmigrasi merupakan bentuk migrasi yang direncanakan, diseleksi dari

penduduk di pulau yang padat ke pulau yang penduduknya jarang. Transmigrasi

adalah satu bentuk migrasi internal di Indonesia, yaitu perpindahan penduduk dari

tempat tinggal permanen di Jawa ke luar pulau Jawa. Program ini dimulai pada

masa Hindia Belanda dengan nama kolonisasi yang tujuan awalnya untuk

mengurangi kepadatan penduduk di pulau Jawa. Pada tahun 1905 dengan daerah

tujuan Lampung terjadi pertama kali pemindahan penduduk dari Jawa Tengah.

Dan setelah Indonesia merdeka (1946), nama program ini berubah menjadi

27

Page 28: BAB I

transmigrasi. Istilah transmigrasi tidak hanya dikenakan pada migrasi yang

disponsori pemerintah, tetapi juga migrasi atas inisiatif sendiri. Keberhasilan

program ini sangat dipengaruhi oleh informasi keberhasilan migran terdahulu.

Kekuatan sentripetal migran dapat menarik penduduk dari daerah asal untuk

bermigrasi. Dalam hal ini transmigran pionir memegang peranan penting dalam

meningkatnya jumlah transmigran swakarsa (transmigrasi atas swadaya sendiri).

Karena selain mendapat informasi keberhasilan, migran baru juga ditampung dan

dicukupi kebutuhan makannya oleh migran lama, dan dibantu untuk memperoleh

sebidang tanah pertanian (jual beli).

D.2. Urbanisasi

Proses meningkatnya proporsi penduduk yang bermukim di daerah

perkotaan lazim disebut urbanisasi. Penyebab terjadinya proses urbanisasi adalah

perpindahan penduduk dari desa ke kota, pertumbuhan alamiah penduduk

perkotaan, perluasan wilayah, maupun perubahan status wilayah dari daerah

pedesaan menjadi daerah perkotaan. Urbanisasi sangat terkait dengan mobilitas

maupun migrasi penduduk. Ada sedikit perbedaan antara mobilitas dan migrasi

penduduk. Mobilitas penduduk didefinisikan sebagai perpindahan penduduk yang

melewati batas administratif tingkat II, namun tidak berniat menetap di daerah

yang baru. Sedangkan migrasi didefinisikan sebagai perpindahan penduduk yang

melewati batas administratif tingkat II dan sekaligus berniat menetap di daerah

yang baru tersebut. Diperkirakan bahwa proses

urbanisasi di Indonesia akan lebih banyak disebabkan migrasi desa-kota.

Perkiraan ini didasarkan pada makin rendahnya pertumbuhan alamiah penduduk

28

Page 29: BAB I

di daerah perkotaan, relatif lambannya perubahan status dari daerah pedesaan

menjadi daerah

perkotaan, serta relatif kuatnya kebijaksanaan ekonomi dan pembangunan yang

memperbesar daya tarik daerah perkotaan bagi penduduk yang tinggal di daerah

pedesaan. Dengan rendahnya tingkat kelahiran dan kematian, ukuran keluarga

menjadi kecil, kesejahteraan keluarga dan masyarakat meningkat, akan

mendorong keinginan penduduk untuk melakukan mobilitas menuju daerah

perkotaan.

Arus gerak penduduk dari desa ke kota di Indonesia meningkat

dikarenakan:

a. Perbaikan sarana transportasi desa ke kota.

b. Meningkatnya jasa angkutan umum yang menembus kedesa-desa terpencil

c. Meningkatnya pendapatan masyarakat sehingga mampu membayar biaya

perjalanan.

d. Mampu membeli kendaraan pribadi. Urbanisasi di negara sedang

berkembang merupakan sebuah permasalahan karena keterbatasan

kemampuan penyediaan lapangan pekerjaan dan berbagai fasilitas umum

di kota.

Seperti masalah pemukiman dan slum area, kesehatan masyarakat, sanitasi

dan pengelolaan sampah domestik, masalah pencemaran udara dan kriminalitas.

Untuk mengurangi arus migrasi desa ke kota, pemerintah Indonesia melakukan

desentralisasi pembangunan. Dengan harapan dapat menumbuhkan pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi baru di daerah-daerah sehingga arus migrasi tidak terpusat

ke Jakarta dan Jawa Barat. Selain itu dilakukan peningkatan produktivitas ector

29

Page 30: BAB I

pertanian, sehingga enduduk desa kembali tertarik untuk berusaha dibidang

pertanian dan tinggal dipedesaan.

30

Page 31: BAB I

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

a. Simpulan

Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disuatu daerah per satuan

luas. Kepadatan penduduk disuatu daerah bisa dihitung dengan cara Jumlah

penduduk total / Luas wilayah. Kepadatan penduduk ini akan sangat

berdampak pada daya dukung lingkungan, kerusakan lingkungan perkotaan

dan pedesaan, pencemaran lingkungan. Jika kepadatan penduduk tidak segera

ditanggulangi dengan Transmigrasi dan meminimalkan urbanisasi maka

dampak ke lingkungan akan sangat berdampak negatif

b. Saran

Sosialisasi pemerintah daerah tentang tranmigrasi agar penanggulangan

kepadatan penduduk dapat teratasi dan berdampak pada lingkungan yang akan

stabil (tidak terlalu padat, minim kerusakan dan pencemaran).

31

Page 32: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

Mantra, I.B., 2009. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Emalisa, 2003, Pola Dan Arus Migrasi Di Indonesia. Sosek-emalisa.pdf.Adobe

Reader

Rusli, Said. 1981: Pengantar Ilmu Kependudukan, Jakarta, LP3ES

Tjiptoherijanto, P., Urbanisasi, Mobilitas Dan Perkembangan Perkotaan Di

Indonesia

Saraswati, Mila., Widaningsih, Ida. 2008. Be smart ilmu pengethuan sosial.

Jakarta : Grafindo.

Samadi. 2007. Geografi 2 . SMA kelas XI. Jakarta : Quandra.

32