44
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi yang memantau untuk mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja keperawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan keperawatan berisiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur invasif dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory, klien dapat terpajan pada mikroorganisme baru atau berbeda, yang beberapa dari mikroorganisme tersebut daaapat saja resisten terhadap banyak antibiotik. Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan dan penembalian infeksi perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien. Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Dalam semua lingkungan, klien dan keluarganya harus mampu mengenali sumber infeksi dan mampu melakukan tindakan protektif. Penyuluhan klien harus termasuk 1

BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nn

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar BelakangKesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi yang memantau untuk mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja keperawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan keperawatan berisiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur invasif dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory, klien dapat terpajan pada mikroorganisme baru atau berbeda, yang beberapa dari mikroorganisme tersebut daaapat saja resisten terhadap banyak antibiotik. Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan dan penembalian infeksi perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Dalam semua lingkungan, klien dan keluarganya harus mampu mengenali sumber infeksi dan mampu melakukan tindakan protektif. Penyuluhan klien harus termasuk informasi mengenai infeksi, cara-cara penularan, dan pencegahan.Dengan memiliki pengetahuan mengenai proses infeksi dan perlindungan diri yang tepat maka para petugas perawatan kesehatan dapat melindungi diri mereka dari kontak langsung dengan bahan infeksius ataupun terpajan dengan penyakit menular. Selain itu, dengan memiliki pengetahuan mengenai pengendalian dari infeksi itu sendiri, petugas perawatan kesehatan, khususnya perawat, dapat memberikan penyuluhan mengenai pentingnya usaha pengendalian infeksi kepada klien maupun keluarganya. Salah satu contoh kasus infeksi adalah infeksi saluran kemih. Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Berdasarkan hal tersebut, kami tertarik untuk mengangkat judul Konsep Dasar Infeksi dan Asuhan Keperawatan pada Infeksi Saluran Kemih pada makalah ini.1.2Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang penulisan dari malakah ini, maka rumusan masalah yang kami angkat adalah :1.Apakah definisi dari Infeksi ?2.Bagaimana sifat dari infeksi dan proses terjadinya infeksi ?3.Bagaimana konsep asepsis dalam usaha perawat mengurangi penyebaran infeksi ?4.Bagaimana konsep dasar dari infeksi saluran kemih ?5.Bagaimana asuhan keperawatan pada infeksi saluran kemih ?1.3TujuanTujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :1.Untuk mengetahui definisi dari infeksi2.Untuk mengetahui dan memahami sifat infeksi dan proses terjadinya infeksi3.Untuk mengetahui konsep asepsis dalam usaha perawat mengurangi penyebaran infeksi4.Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar dari infeksi saluran kemih5.Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada infeksi saluran kemih

1.4Sistematika Penulisan Sistematika penulisan makalah ini adalah :BAB I PENDAHULUANBAB II PEMBAHASANBAB III PENUTUP

BAB IIPEMBAHASAN2.1Definisi InfeksiInfeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.Penyakit akan timbul jika patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal. (Potter & perry .Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933 942:2005).Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, terutama yang menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi metabolisme,toksin, replikasi intra selular, atau respon antigen-antibodi (Kamus Saku Kedokteran Dorland, edisi 25.hal :555:1998).Kolonisasi merupakan proses ketika strain mikroorganisme menjadi plora normal. Pada keadaan ini mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang, tetapi tidak meyebabkan penyakit. Infeksi terjadi ketika mikroorganisme yang baru terbentuk atau flora normal berhasil menginvasi bagian tubuh ketika mekanisme pertahanan tubuh inang tidak efektif dan patogen tersebut menyebabkan kerusakan jaringan. Infeksi dapat menjadi penyakit ketika tanda dan gejala infeksi sangat unik dan dapat dibedakan dari kondisi lain.Infeksi dapat lokal atau sistemik. Infeksi lokal terbatas pada bagian tubuh tertentu tempat mikroorganisme berada. Apabila mikroorganisme tersebut menyebar dan merusak bagian tubuh lain, disebut infeksi sistemik. Keadaan ketika biakan darah individu mengungkap adanya mikroorganisme disebut bakteremia. Kondisi ketika bakteremia menyebabkan infeksi sistemik disebut septikemia. Selain itu, tedapat infeksi akut atau kronik. Pada umumya, infeksi akut terjadi sangat cepat atau berlangsung dalam waktu yang cukup lama, dan dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.Infeksi nosokimial digolongkan sebagai infeksi yang berkaitan dengan pemberian layanan kesehatan di fasilitas layanan kesehatan. Infeksi nosokomial dapat terjadi selama klien berada dalam fasilitas kesehatan atau baru terjadi setelah klien pulang. Mikroorganisme nosocomial (misanya tuberkolosis dan HIV) mungkin didapat oleh tenaga kesehatan yang bekerja di fasilitas tersebut dan dapat menyebabkan penyakit berbahaya serta membuat mereka sering absen.Infeksi nosokomial semakin dapat perhatian selama beberapa tahun terakhir dan diyakini terjadi pada sekitar 2 juta klien setiap tahun. Tatanan layanan kesehatan yang banyak terjadi infeksi nosokomial adalah unit perawatan intensif bedah atau penyakit dalam. Laporan dari National Nosocomial Infection Surveillance (NNIS) System, menunjukkan bahwa saluran kemih, saluran napas, aliran darah, dan luka merupakan area yang paling sering terkena infeksi nosokomial. Mikroorganisme yang menyebabkan infeksi nosokomial dapat berasal dari klien itu sendiri atau lingkungan rumah sakit dan tenaga kesehatan rumah sakit. Sebagian besar infeksi nosokomial diyakini berasal dari sumber endogen. Sejumlah faktor memengaruhi terjadinya infeksi nosokomial. Infeksi iatrogenic merupakan akibat langsung prosedur diagnostik atau prosedur terapeutik. Salah satu contoh infeksi iatrogenik adalah bakterenia yang terjadi akibat pemasangan jalur intravena. Tidak semua infeksi nosokomial iatrogenik dan tidak semua infeksi nosokomial dapat dicegahFaktor lain yang mempengaruhi perkembangan infeksi nosokomial adalah inang luluh imun, yaitu klien yang mengaaalami penurunan kekebalan tubuh akibat pembedahan atau penyakit. Tangan tenaga kesehatan merupakan sarana umum penyebar mikroorganime baru. Dengan demikian, pelaksanaan prosedur mencuci tangan yang tidak benar merupakan faktor penting dalam penyebaran mikroorganisme nosokomial. 2.2Sifat InfeksiInfeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit. Jika mikroorganisme gagal menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan, infeksi disebut asimptomatik. Penyakit timbul jika patogen berbiak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Jika penyakit infeksi dapat ditularkan langsung dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular atau contagious.Rantai InfeksiEnam mata rantai membentuk rantai infeksi yaitu agens penyebab mikroorganisme, reservoir, pintu keeluar dari reservoir, cara penyebaran, pintu masuk ke inang yang rentan, inang yang rentan1. Agens penyebabKemampuan mikroorganisme dalam menimbulkan proses infeksi bergantung pada jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam tubuh seperti virulensi dan potensi mikroorganisme atau patogenisitas, kemampuan mikroorganisme utnuk masuk ke dalam tubuh kerentanan inang, dan kemampuan mikroorganisme untuk hidup dalam tubuh inang.Beberapa mikroorganisme seperti virus cacar, memiliki kemampuan untuk menginfeksi hamper semua individu yang rentan. Sebaliknya mikroorganisme seperti basilus tuberculosis menginfeksi relative sedikit populasi yang rentan. Individu yang mudah terinfeksi oleh basilus tuberculosis biasanya memiliki status nutrisi yang buruk, tinggal di lingkungan kumuh, memiliki system imunitas yang kurang kompeten2. ReservoirTerdapat banyak reservoir atau sumber mikroorganisme. Sumber yang umum adalah individu lain, mikroorganisme dalam tubuh klien, tanaman, hewan atau lingkungan umum. Individu paling sering menjadi sumber infeksi bagi individu lain dan bagi mereka sendiri.Sebagai contoh individu yang memiliki virus influenza sering menularkan virus tersebut pada orang lain. Pembawa atau carrier adalah manusia atau hewan yang menjadi reservoir agen infeksi tertentu dan biasanya tidak menunjukkan tanda klinis penyakit. Nyamuk anopheles merupakan reservoir yang membawa parasite malaria, tapi tidak mengidap penyakitnya. Status carrier juga terdapat pada individu yang secara klinis mengidap penyakit, demikian dengan anjing rabies. Pada keadaan terntantu, keadaan carrier dapat berdurasi singkat atau panjang. Makanan, air, feses, juga dapat menjadi reservoir.3. Pintu Keluar dari ReservoirSebelum terjadi infeksi pada inang, mikroorganisme harus meninggalkan reservoir. Ringkasan area tubuh manusia yang sering kali menjadi reservoir dan pintu keluar reservoir tersebut tertera pada tabel dibawah ini:Reservior pada Area Tubuh Manusia, Mikroorganisme Penyebab Infeksi, dan Pintu Keluar Reservior

Area TubuhOrganisme Penyebab InfeksiPintu keluar Reservoir

Saluran napasVirus parainfluenzaMycobacterium tuberculosisStaphyloccus aureusMulut atau hidung lewat bersin, batuk, bernapas, atau berbicara

Saluran cernaVirus hepatitis ASpesies Salmonela

Mulut: saliva, muntahAnus: feses, ostomi

Saluran kemihEnterokokus Escherichia coliPseudomonas aeruginosaMeatus uretra dan alih salir kemih

Saluran reproduksiNeisseria gonorrhoeaeTreponema pallidumVirus herpes simplex tipe 2Virus hepatitis B (HBV)Vagina: rabas vaginaMeatus urinaria: semen, urine

DarahVirus hepatitis BHIVStaphylococcus aureusStaphylococcus epidermidisLuka terbuka,area penusukan jarum, kerusakan integritas kulit atau membrane mukosa

JaringanStaphylococcus aureusEscherichia coliSpesies proteusStaphylococcus beta-hemofilik A atau BDrainase dari robekan atau luka

4. Cara penyebaranSetelah meninggalkan reservoir, mikroorganisme membutuhkan cara penyebaran untuk mencapai individu lain atau inang baru lewat pintu masuk reseptif. Terdapat tiga mekanisme penyebaran yaitu :a. Penyebaran langsung, melibatkan pemindahan mikroorganisme secara tepat dan langsung dari satu individu ke individu lain melalui sentuhan, gigitan, ciuman atau hubungan seksual. Penyebaran melalui droplet merupakan salah satu bentuk penyebaran langsung, tapi hanya terjadi apabila sumber/inang berjarak 1 meter.b. Penyebaran tidak langsung dapat berupa penyebaran lewat perantara atau penyebaran lewat vector. Penyebaran lewat perantara adalah semua zat yang berfungsi media dalam menghantarkan dan memasuki agens infeksi ke inang yang rentan melalui pintu masuk yang sesuai sedangkan penyabaran lewat vector dapat terjadi melalui injeksi cairan saliva saat vector menggigit atau melekatkan feses atau benda lain pada kulit terluka terbuka atau area yang mengalami cedera.c. Penyebaran lewat udara meliputi doplet atau debu. Nuclei doplet yaitu residu doplet yang menguap yang dilontarkan oleh inang yang terinfeksi dapat tetap berada di udara dalam jangka waktu yang sama. Partikel debu yang berisi agen infeksi juga dapat ditularkan lewat udara. Materi tersebut terbawa aliran udara ke pintu masuk yang tepat, biasanya saluran nafas individu lain. 5. Pintu masuk inang yang rentanSebelum menginfeksi individu, mikroorganisme harus masuk ke tubuh individu tersebut. Kulit merupakan barrier terhadap agens infeksi, namun adanya kerusakan pada kulit mudah menjadi pintu masuk organisme. Mikroorganisme sering kali masuk tubuh inang dengan jalan yang sama dengan digunakan mikroorganisme tersebut meningalkan reservoir.6. Inang yang rentanInang yang rentan adalah individu yang beresiko mengalami infeksi. Inang luluh imun adalah individu beresiko tinggi yaitu individu yang sering mudah terkena infeksi disbanding individu lain karena satu atau beberapa alasan. Kerusakan pertahanan tubuh alami dan beberapa faktor lain dapat mempengaruhi kerentanan individu terhadap infeksi, misalnya usia, klien yang menerima pengobatan kanker yang menekan sistem imun, klien penyakit kronis, atau setelah transplantasi organ tubuh, serta individu yang mengalami masalah penurunan sistem imun.2.3Proses InfeksiProses infeksi berdasarkan tahap :1.Periode InkubasiInterval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala pertama ( misalnya campak, 2-3 minggu; pilek, 1-2 hari; influenza, 1-3 hari; gondongan [mumps], 118 hari)2.Tahap ProdromalInterval dari awitan tanda dan gejala non-spesifik (malaise, demam ringan, keletihan) sampai gejala yang spesifik. (selama masa ini, mikroorganisme bertunbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain.3Tahap SakitInterval saat klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeki (misalnya demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, kongesti sinus, rinitis; mumps dimanifestasikan dengan sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva).4.PemulihanInterval saat munculnya gejala akut (lamanya penyembuhan bergantung pada beratnya infeksi dan keadaan umum kesehatan klien; penyembuhan dapat memakan waktu beberapa hari sampai bulan).Pertahanan Tubuh Terhadap InfeksiIndividup biasanya memiliki pertahanan tubuh yang melindungi tubuh dari infeksi. Pertahanan tubuh ini dapat di kategorikan sebagai pertahanan tubuh spesifik dan tidak spesifik.a. Pertahanan Tubuh Tidak Spesifik : melindungi individu dari semua mikroorganisme, tanpa menghiraukan pemajanan sebelumnya.b. Pertahanan Tubuh Spesifik ( Umum ) : diarahkan terhadap bakteri, virus, jamur, atau agen infeksi lain yang telah teridentifikasi.

A. Pertahanan Tubuh Tidak SpesifikPertahanan tubuh ini meliputi barier anatomis dan fisiologis, serta respon radang

1. Barier Anatomis dan FisiologisKulit dan membran mukosa yang utuh merupakan lini pertama tubuh terhadap mikroorganisme. Kulit dan membran mukosa merupakan barier efektif terhadap bakteri, asalkan tidak robek atau retak. Jamur dapat hidup pada kulit, tetapi tidak dapat menembusnya. Kulit yang kering merupakan penghambat pertumbuhan bakteri. Bakteri paling banyak terdapat di area tubuh yang lembap, seperti perineum dan aksila. Saluran hidung memiliki defensif. Saat melalui saluran yang berliku tersebut, udara yang masuk kontak dengan membran mukosa yang lembab serta silia menjerat mikroorganisme debu, dan benda asing lainnya. mata terlindungi dari infeksi karena adanya air mata, yang secara kontinu membasuh mikroorganisme keluar dan berisi enzim lisozim. Vagina juga memiliki pertahanan alami terhadap infeksi. Vagina juga memiliki pertahan khusus terhadap infeksi. Saat seorang gadis mengalami pubertas, gula memfermentasi laktobasilus dalam cairan vagina, yang menghasilkan ph vagina dalam rentang 3,5 sampai 4,5. Ph yang rendah ini menghambat banyak pertumbuhan mikroorganisme penyebab penyakit.

2. Respon Radang Radang merupakan respon pertahanan jaringan yang tidak spesifik dan setempat terhadap cedera atau agens infeksi. Radang merupakan mekanisme adptasi yang menghancurkan atau melarutkan agens penyebab cedera, mencegah penyebab cedera lebih lanjut, dan meningkatkan perbaikan jaringan yang rusak. Radang memiliki karakteristik : nyeri, pembengkakan, kemerahan, kerusakan fungsi pada bagian tersebut, jika cedera berat. Pada umumnya, kata- kata yang berakhiran it is menggambarkan proses radang. Sebagai contoh apendiksitis,, yang berarti radang apendik: grasitis berarti lambung. Serangkaian peristiwa dinamis biasanya merujuk pada 3 tahap respons radang yaitu :a. Respon Vaskular Dan Seluler Pada tahap awal radang, terjadi konstriksi pembuluh darah pada area cedera selama beberapa saat. Konstriksi awal ini segera diikuti dengan dilatasi p0embuluh darah kecil ( akibat pelepasan histamin oleh jaringan yang mengalami cedera) sehingga banyak aliran darah ke area cedera. Peningkatan suplai darah ini disebut hiperemia dan menimbulkan tanda kemerahan dan panas. Sebagai respon terhadap keluarnya leukosit dari pembuluh darah, sumsum tulang belakang memproduksi banyak leukosit dan melepaskan leukosit tersebut ke dalam aliran darah. Proses ini disebut leukositosis. Mekanisme pasti yang menstimulasi peningkatan eukosit ini masih belum jelas, terapi peningkatan ini merupakan tanda lain dari radang.

b. Respon EksudatPada tahap kedua proses radang , terjadi produksi eksudat inflamatori, yang berisi cairan dari pembuluh darah, sel fagositik yang telah mati, serta sel jaringan produk yang dilepaskannya. Protein plasma yang disebut fibrinogen (yang berubah menjadi fibrin ketika dilepaskan ke jaringan ), tromboplastin (produk yang dilepaskan oleh sel jaringan yang mengalami cedera) dan platelet membentuk benang-benang guna menciptakan barier, membatasi area tersebut dan mencegah penyebaran agens cedera. Pada tahap kedua, agens cedera dihancurkan, dan eksudat dibersihkan oleh drainase limfatik.Bentuk dan jumlah eksudat bervariasi, bergantung pada jaringan yang terkena dan intensitas serta durasi radang. Jenis eksudat utama adalah serosa, purulen, dan hemoragik (sanguinosa).

c. Fase PenyembuhanTahap ketiga respons radang meliputi perbaikan jaringan yang mengalami cedera melalui regenerasi atau pergantian jaringan dengan pembentukan jaringan fibrosa (jaringan parut). Regenerasi merupakan pergantian sel jaringan yang rusak dengan sel yang memiliki struktur dan fungsi yang identik atau serupa dengan jaringan yang asli. Proses ini melibatkan tidak hanya pergantian satu demi satun sel yang rusak, namun juga pengaturan semua sel sehingga pola arsitektur dan fungsi jaringan kembali seperti semula. Kemampuan setiap sel jaringan untuk melakukan reproduksi sel sangat bervariasi. Sebagai contoh, jaringan epitel kulit dan jaringan epitel saluran cerna dan saluran nafas memiliki kapasitas regenerasi yang sangat baik, jika jaringan penyokong dibawahnya utuh. Demikian juga di jaringan tulang, jaringan limfoid dan jaringan sumsum tulang. Jaringan yang memiliki kemampuan regenerasi rendah adalah jaringan saraf, jaringan otot, dan jaringan elastis.

B. Pertahanan Tubuh SpesifikPertahanan tubuh ini meliputi sitem imun. Antigen merupakan zat pemicu kondisi sensitifitas atau daya tangkap imun (imunitas). Apabila protein tersebut berasal dari dalam tubuh individu, disebut autoantigen. Respons imun memiliki 2 komponen : pertahanan tubuh diperantai antibody dan sel. Kedua system ini memiliki perlindungan berbeda, namun saling melengkapi.

1. Pertahanan Tubuh Diperantai AntibodiNama lain dari pertahanan tubuh di perantai antibody ini adalah imunitas humoral (sirkulasi) karena pada pertahanan tubuh ini yang berperan adalah limfosit B dengan perantara antibody yang dihasilkan oleh sel B. antibody yang disebut juga immunoglobulin, merupakan bagian protein plasma tubuh. Respons diperantai antibody terutama melindungi individu terhadap fase intraseluler infeksi bakteri dan virus.

2. Pertahanan Tubuh Diperantai SelPertahanan tubuh diperantai sel atau sering disebut dengan imunitas seluler, terjadi melalui system sel T. saat terpajan dengan antigen, jaringan limfosit melepaskan banyak sel T yang telah teraktivasi ke dalam system limfe. Sel T ini dibawa ke sirkulasi umum, Sel T memiliki 3 kelompok utama yaitu: sel T penolong, yang membantu system fungsi imun. Sel T sitoksis, yang menyerang dan membunuh mikroorganisme dan terkadang sel tubuhnya sendiri. Dan sel T penekan, yang dapat menekan funsi sel T penolong dan sel T sitoksis. Saat imunitas diperantai sel hilang, seperti yang terjadi pada infeksi HIV, individu tersebut tidak memiliki pertahanan tubuh, terhadap kebanyakan infeksi virus, bakteri dan jamur.

Faktor yang Meningkatkan Kerentanan terhadap Infeksi

Salah satu factor yang paling penting adalah kerentan inang, yang dipengaruhi oleh usia, hereditas, tingkat stress, status nutrisi,terapi medis yang sedang dijalani, dan proses penyakit yang sudah ada. Usia mempengaruhi resiko infeksi, bayi baru lahir dan lansia mengalami penurunan pertahanan hidup terhadap infeksi. Infeksi merupakan penyebab utama kematian bayi baru lahir, yang memiliki sitetm imun imatus dan hanya memiliki perlindungan selama 2 atau 3 bulan pertama dari immunoglobulin yang didapan secara pasif dari ibu. Antara usia 1 atau 3 bulan, bayi mulai mensintesis immunoglobulin mereka sendiri, imunisasi terhadap difteri, tetanus, pertusis biasanya dimulai pada usia 2 bulan saat system imun bayi dapat berespon. Seiring penuaan, respons imin menjadi lemah kembali. Walaupun masih banyak yang perlu diplajari mengenai proses penuaan, diketahui bahwa imunitas terhadap infeksi menurun seiring pertambahan usia. Karena prevalensi influenza dan kemungkinan kematian yang diakibatkannya, CDC merekomendasikan pemberian imunisasi tahunan terhadap influenza bagi lansia dan bagi individu penderita penyakit jantung, pernafasan, metabolic, dan penyakit ginjal kronik. Beberapa terapi medis dapat menjadi prediposisi individu terhadap infeksi. Sebagai contoh pengobatan radiasi untuk kanker menghancurkan tidak hanya sel kanker, tetapi juga beberapa sel normal sehingga membuat individu tersebut lebih rentan. Beberapa pengobatan tertentu juga dapat meningkatkan kerentaan terhadap infeksi, pengobatan antikanker dapat menekan fungsi sumsum tulang belakang , yang ketidak kuatan produksi sel darah putih yang penting untuk melawan infeksi. Pengobatan antiradang seperti kortikosteroid adrenal, menghambat respon radang, pertahanan terhadap infeksi yang sangat penting. Bahkan beberapa anti biotiik yang digunakan untuk mengobati infeksi dapat menimbulkan efek samping. Antibiotic dapat membunuh flora normal sehingga memungkinkan pertumbuhan strain mikroorganisme yang tidak dapat tumbuh dan memperbanyak diri dalam tubuh dibawah kondisi normal. 2.4Konsep AsepsisUsaha perawat untuk meminimalkan serangan dan penyakit infeksi didasarkan pada prinsip teknik aseptik asepsis berarti tidak adanya pathogen penyebab sakit. Teknik aseptic adalah usaha mempertahankan klien sedapat mungkin bebas dari mikroorganisme (Crow, 1989). Dua jenis teknik aseptic adalah asepsis medis atau bedah. Asepsis medis atau teknik bersih, termasuk prosedur yang digunakan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme. Mencuci tangan, mengganti linen tempat tidur, dan menggunakan cangkir untuk obat, merupakan contoh asepsis medis. Prinsip asepsis medis biasanya yang dilakukan di rumah. Asepsis bedah, teknik steril, termasuk prosedur yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme. Sterilisasi membunuh semua mikroorganisme dan spora (Rutala, 1990). Teknik steril harus digunakan saat melakukan prosedur invasive.Setelah suatu objek menjadi tidak steril atau tidak bersih, objek tersebut terkontaminasi. Pada asepsis medis suatu area atau objek dinyatakan terkontaminasi jika area atau objek diduga mengandung pathogen. Pada asepsis bedah, suatu area atau objek dinyatakan terkontaminasi jika disentuh oleh setiap objek yang tidak steril. Perawat bertanggung jawab menyediakan lingkungan yang aman gabi klien. Keefektifan tindakan control infeksi bergantung pada sifat dan konsistensi dalam menggunakan teknik aseptik. Mudah untuk melupakan langkah kunci prosedur atau bila terburu-buru mengambil jalan pintas yang melanggar prosedur aseptik. Ketidakmampuan perawat untuk bertindak sangat teliti membuat klien berisiko terkena infeksi yang dapat dengan serius mengganggu penyembuhan. 2.5Konsep Dasar Infeksi Saluran Kemih1.PengertianInfeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001) Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umu, kurang lebih 5 15 %.Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemiha, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia (Susan Martin Tucker, dkk, 1998). Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI paa pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.2.Etiologia)Bakteri (Eschericia coli)b)Jamur dan virusc)Infeksi ginjald)Prostat hipertropi (urine sisa)3.Anatomi FisiologiSistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas, dua ginjal yang fungsinya membuang limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan membentuk kemih dan dua ureter, yang mengangkut kemih dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai reservoir bagi kemih dan urethra. Saluran yang menghantar kemih dari kandung kemih keluar tubuh sewaktu berkemih.Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal mengandung lebih dari 1 juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan satu ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 21 % dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150 gram dan kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan ureter.Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar dan dalam dan menembus dinding posterior kandung kemih secara serong (oblik). Cara masuk ke dalam kandung kemih ini penting karena bila kandung kemih sedang terisi kemih akan menekan dan menutup ujung distal ureter itu dan mencegah kembalinya kemih ke dalam ureter.Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung kemih ini terletak di dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih ini mungkin teraba di atas pubis. Peritenium menutupi permukaan atas kandung kemih. Periteneum ini membentuk beberapa kantong antara kandung kemih dengan organ-organ di dekatnya, seperti kantong rektovesikal pada pria, atau kantong vesiko-uterina pada wanita. Diantara uterus dan rektum terdapat kavum douglasi. Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk sistem reproduksi maupun perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak hanya sebagai system Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra internal dari kandung kemih dan berjalan turun dibelakang simpisis pubis melekat ke dinding anterior vagina. Terdapat sfinter internal dan external pada uretra, sfingter internal adalah involunter dan external dibawah kontrol volunter kecuali pada bayi dan pada cedera atau penyakit saraf.4.PatofisiologiMasuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :a. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung daro tempat terdekat.b. Hematogen.c. Limfogen.d. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya infeksi saluran kemih yaitu :A. Bendungan aliran urine :1)Anatomi konginetal.2)Batu saluran kemih.3)Oklusi ureter (sebagian atau total).B.Refluks vesi ke ureter.C.Urine sisa dalam buli-buli karena :1)Neurogenik bladder2)Striktur uretra3)Hipertropi prostatD.Gangguan metabolik.\1)Hiperkalsemia.2)Hipokalemia3)Agamaglobulinemia.E.Instrumentasi1)Dilatasi uretra sistoskopi.F.Kehamilan1)Faktor statis dan bendungan.2)PH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman.Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan cetusan inflamasi. Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap, gangguan status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout) dan imunosupresi meningkatkan resiko infeksi saluran kemih dengan cara mengganggu mekanisme normal.Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi sistisis dan pielonefritis.Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di kedua ginjal. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks vesikoureter.Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop. Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis gnoreal disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis nongonoreal ; uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum. Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tobulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kmih melalui uretra dan naik ke ginjal meskipun ginjal 20 % sampai 25 % curah jantung; bakteri jarang mencapai ginjal melalui aliran darah ; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3 %.5.Macam-macam ISK :1)Uretritis (uretra)2)Sistisis (kandung kemih)3)Pielonefritis (ginjal)6.Gambaran KlinisUretritis biasanya memperlihatkan gejala :1)Mukosa memerah dan oedema2)Terdapat cairan eksudat yang purulent3)Ada ulserasi pada urethra4)Adanya rasa gatal yang menggelitik5)Good morning sign6)Adanya nanah awal miksi7)Nyeri pada saat miksi8)Kesulitan untuk memulai miksi9)Nyeri pada abdomen bagian bawah.Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :1)Disuria (nyeri waktu berkemih)2)Peningkatan frekuensi berkemih3)Perasaan ingin berkemih4)Adanya sel-sel darah putih dalam urin5)Nyeri punggung bawah atau suprapubic6)Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :1)Demam2)Menggigil3)Nyeri pinggang4)DisuriaPielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis akut, tetapi dapat juga menimbulkan hipertensi dan akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal.7.Komplikasi 1)Pembentukan Abses ginjal atau perirenal2)Gagal ginjal8.Pemeriksaan diagnostikA.Urinalisis1)Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih2)Hematuria 5 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.B.Bakteriologis1)Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.102 103 organisme koliform/mL urin plus piuria.2)Biakan bakteri3)Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik.9.Pengobatan penyakit ISKa.Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.b.Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.c.Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces.2.6Asuhan Keperawatan pada Pegendalian InfeksiA.PengkajianDalam melakukan pengkajian pada klien ISK menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :1)Data biologis meliputi :a) Identitas klienb) Identitas penanggung2)Riwayat kesehatan :a) Riwayat infeksi saluran kemihb) Riwayat pernah menderita batu ginjalc) Riwayat penyakit DM, jantung.3)Pengkajian fisik :a) Palpasi kandung kemihb) Inspeksi daerah meatusc) Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urined) Pengkajian pada costovertebralis4)Riwayat psikososial5)Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan6)Persepsi terhadap kondisi penyakit7)Mekanisme kopin dan system pendukung8)Pengkajian pengetahuan klien dan keluargaa) Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakitb) Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medisB.Diagnosa Keperawatana.Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.b.Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan ISK.c.Nyeri yang berhubungan dengan ISK.d.Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.C.PerencanaanInfeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemihTujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.Kriteria Hasil :1)Tanda vital dalam batas normal2)Nilai kultur urine negatif3)Urine berwarna bening dan tidak bauIntervensi :1) Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 CRasional : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh2) Catat karakteristik urineRasional : Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.3) Anjurkan pasien untuk minum 2 3 liter jika tidak ada kontra indikasiRasional : Untuk mencegah stasis urine4) Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi.Rasional : Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.5) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih.Rasional : Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih6)Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.Rasional : Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra

Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi dan atau nokturia) yang berhubunganm dengan ISK.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.Kriteria :1) Klien dapat berkemih setiap 3 jam2) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih3) Klien dapat bak dengan berkemihIntervensi :1) Ukur dan catat urine setiap kali berkemihRasional : Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put2)Anjurkan untuk berkemih setiap 2 3 jamRasional : Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.3)Palpasi kandung kemih tiap 4 jamRasional : Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.4)Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinalRasional : Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.5)Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyamanRasional : Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.Nyeri yang berhubungan dengan ISKTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang.Kriteria Hasil :1) Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.2) Kandung kemih tidak tegang3) Pasien nampak tenang4) Ekspresi wajah tenangIntervensi :1) Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri.Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi2)Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran.Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot3)Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasiRasional : Untuk membantu klien dalam berkemih4)Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeriKurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda-tanda gelisah.Kriteria hasil :1) Klien tidak gelisah2) Klien tenangIntervensi :1) Kaji tingkat kecemasanRasional : Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien2)Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannyaRasional : Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan3)Beri support pada klien4)Beri dorongan spiritualRasional : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME. 5)Beri penjelasan tentang penyakitnyaRasional : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya.D.PelaksanaanPada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Doenges E Marilyn, dkk, 2000).E.EvaluasiPada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :1.Nyeri yang menetap atau bertambah2.Perubahan warna urine3.Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih.

BAB IIIPENUTUP3.1SimpulanInfeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit. Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, terutama yang menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi metabolisme,toksin, replikasi intra selular, atau respon antigen-antibodi. Enam mata rantai membentuk rantai infeksi yaitu agens penyebab mikroorganisme, reservoir, pintu keeluar dari reservoir, cara penyebaran, pintu masuk ke inang yang rentan, inang yang rentan. Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Asuhan keperawatan pada infeksi saluran kemih dapat meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.3.2SaranDiharapkan perawat dapat memahami konsep infeksi secara umum, konsep dasar infeksi saluran kemih, dan asuhan keperawatan pada infeksi saluran kemih dengan tepat sehingga dapat memberikan kenyamanan pada klien.30