Upload
zaki-azki-tigabelas
View
19
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jkhvjyhjvjn
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jantung adalah organ berupa otot berbentuk kerucut. Fungsi utama jantungadalah
untuk memompakan darah ke seluruh tubuh dengan cara mengembangdan menguncup
yang disebabkan oleh karena adanya rangsangan yang berasaldari saraf otonom. Penyakit
jantung bawaan adalah kelainan struktural jantungyang kemungkinan terjadi sejak lahir
dan beberapa waktu setelah bayidilahirkan
ASD(Atrial Septal Defect) merupakan kelainan jantung bawaan tersering setelah
VSD (ventrikular septal defect). Dalam keadaan normal, pada peredaran darah janin
terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan kanan sehingga darah tidak perlu melewati
paru-paru. Pada saat bayi lahir, lubang ini biasanya menutup. Jika lubang ini tetap
terbuka, darah terus mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan (shunt). Maka darah bersih
dan darah kotor bercampur.
Seluruh penderita dengan ASD harus menjalani tindakan penutupan pada defek
tersebut, karena ASD tidak dapat menutup secara spontan, dan bila tidak ditutup akan
menimbulkan berbagai penyulit di masa dewasa. Namun kapan terapi dan tindakan perlu
dilakukan sangat tergantung pada besar kecilnya aliran darah dan ada tidaknya gagal
jantung kongestif, peningkatan tekanan pembuluh darah paru (hipertensi pulmonal) serta
penyulit lain.
VSD(Ventrikulare Septal Defek)adalah contoh lain dimana gejala-gejala
berhubungan dengan kerusakan yang berat. VSD adalah suatu lubangdidinding antara
kedua ventricles. Ketika kerusakannya kecil, anak-anak tidak menderita gejala-gejala,
dan satu-satunya tanda VSD adalah suara desiran jantung yang keras. Jika lubangnya
besar, bayi dapat mengembangkan gagal jantung, kurang gizi dan pertumbuhan yang
lambat. Pada kasus-kasus yanglebih maju dengan pengembangan pulmonary
hypertensionyang permanen(kenaikan tekanan darah yang parah pada arteri-arteri dari
paru-paru),cyanosis dapat berkembang.
VSD(Ventrikulare Septal Defek)merupakan suatu keadaan dimanaventrikel tidak
terbentuk secara sempurna sehingga pembukaan antaraventrikel kiri dan kanan
terganggu, akibat darah dari bilik kiri mengalir kebilik kanan pada saat sistole.
1
Diantara berbagai kelainan bawaan (congenital anomaly) yang ada, penyakit
jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang paling sering ditemukan. Di Amerika
serikat, insiden penyakt jantung bawaan sekitar 8-10 dari 1000 kelahiran hidup, dengan
sepertiga diantaranya bermanifestasi sebagai kondisi kritis pada tahun pertama
kehidupan dan 50% dari kegawatan pada bulan pertama kehidupan berakhir dengan
kematian penderita. Di Indonesia, dengan populasi lebih dari 200 juta penduduk dan
angka kelahiran hidup 2%, diperkirakan terdapat 30.000 penderita.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari ASD dan VSD?
2. Apa saja klasifikasi dari ASD dan VSD?
3. Bagaimana etiologi dari ASD dan VSD?
4. Bagaimana patofisiologi dari ASD dan VSD?
5. Bagaimana gambaran pathway dari ASD dan VSD?
6. Apa saja tanda gejala dari ASD dan VSD?
7. Apa saja komplikasi dari ASD dan VSD?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang dari ASD?
9. Bagaimana penatalaksanaa dari ASD dan VSD?
10. Bagaimana pencegahan dari ASD dan VSD?
11. Bagaimana tindakan asuhan keperawatan pada pasien ASD dan VSD?
1.2 Tujuan
a. Tujuan umum.
agar mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien ASD dan VSD, untuk
memenuhi tugas Keperawatan Anak II.
b. Tujuan Khusus.
Agar mahasiswa mengetahui :
1. Pengertian dari ASD dan VSD.
2. Klasifikasi dari ASD dan VSD.
3. Etiologi dari ASD dan VSD.
4. Bagaimana patofisiologi dari ASD dan VSD.
5. Bagaimana gambaran pathway dari ASD dan VSD.
6. Apa saja tanda gejala dari ASD dan VSD.
2
7. Apa saja komplikasi dari ASD dan VSD.
8. Apa saja pemeriksaan penunjang dari ASD dan VSD.
9. Penatalaksanaan dari ASD dan VSD.
10. Pencegahan dari ASD dan VSD.
11. Asuhan keperawatan pada pasien ASD dan VSD.
c. Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui pengertian dari ASD dan VSD.
2. Mahasiswa mengetahui klasifikasi dari ASD dan VSD.
3. Mahasiswa mengetahui etiologi dari ASD dan VSD.
4. Mahasiswa mengetahui patofisiologi dari ASD dan VSD.
5. Mahasiswa mengetahui gambaran pathway dari ASD dan VSD.
6. Mahasiswa mengetahui tanda gejala dari ASD dan VSD.
7. Mahasiswa mengetahui komplikasi dari ASD dan VSD.
8. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang pada ASD dan VSD.
9. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan dari ASD dan VSD.
10. Mahasiswa mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien ASD dan VSD.
11. Mahasiswa mengetahui pencegahan dari ASD dan VSD.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
a. ASD (Atrium Septal Defect)
ASD adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek) pada septum
interatrial (sekatantar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi septum interatrial
semasa janin. Defek Septum Atrium (ASD, Atrial Septal Defect) adalah suatu lubang
pada dinding(septum) yang memisahkan jantung bagian atas (atrium kiri dan atrium
kanan). Kelainan jantung ini mirip seperti VSD, tetapi letak kebocoran di septum antara
serambi kiridan kanan. Kelainan ini menimbulkan keluhan yang lebih ringan dibanding
VSD.
Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang
memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang memerlukan
pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah
hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena
kegagalan pembentukan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus venousus di dekat muara vena
kavasuperior, foramen ovale terbuka pada umumnya menutup spontan setelah kelahiran,
defek septum sekundum yaitu kegagalan pembentukan septum sekundum dan defek
septumprimum adalah kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat
antar bilik atau pada bantalan endokard.
Macam-macam defek sekat ini harus ditutup dengan tindakan bedah sebelum
terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai tanda
timbulnya sindrome Eisenmenger. Bila sudah terjadi pembalikan aliran darah, maka
pembedahan dikontraindikasikan. Tindakan bedah berupa penutupan dengan menjahit
langsung dengan jahitan jelujur atau dengan menambal defek dengan sepotong dakron.
a. VSD (Ventricular Sepal Defect)
Ventricular Septal Defect (VSD) adalah suatu lubang pada septum ventrikel.
Septum ventrikel adalah dinding yang memisahkan jantung bagian bawah (memisahkan
ventrikel kiri dan ventrikel kanan). Sehingga menyebabkan kebocoran aliran darah pada
4
bilik kiri dan kanan jantung. Hal ini mengakibatkant sebagian darah kaya oksigen
kembali ke paru-paru, sehingga menghalangi darah rendah oksigen memasuki paru-paru.
Memang tidak bermasalah bila lubang VSD kecil, tetapi bayi dapat mengalami gagal
jantung bila lubangnya besar.
VSD kasus paling sering terjadi pada kelainan jantung bawaan, mencapai sekitar
30 persen. Gejala utama dari kelainan ini adalah gangguan pertumbuhan, sulit ketika
menyusu, nafas pendek dan mudah lelah. Bayi dengan VSD besar akan cepat tidur
setelah kurang menyusui, lalu terbangun karena lapar dan mencoba menyusu lagi. Lantas
tertidur lagi karena cepat kelelahan. Akan berulang terus seperti itu. Banyak penderita
ASD yang baru terdiagnosis setelah dewasa. Sehingga mungkin dampaknya sudah sangat
merusak berupa penyakit paru, resiko stroke tinggi dan usia harapan hidup yang rendah.
2.2 Klasifikasi
ASD di klasifikasikan menjadi :
a. ASD sederhana dengan defek pada septum dan sekitar fossa ovalis (dikenal dengan
DSA sekundum), defek pada tepi bawah septum (DSA primum) dan defek sekitar
muara VCS (defek sinus venosus) yang seringkali disertai anomali parsial drainase
vena pulmonalis.
b. ASD kompleks yang merupakan bentuk dari defek endocardial cushion yang sekarang
dikenal sebagai defek septum atrioventikular (DSAV) atau AV canal.
Defek septum atrium sekundum adalah kelainan yang dimana terdapat lubang
patologis di tempat fossa ovalis. Akibatnya terjadi pirau dari atrium kiri ke atrium
kanan, dengan beban volume di atrium dan ventrikel kanan.
VSD di klasifikasikan menjadi :
a. VSD kecil dengan tahanan pada arterior pulmonalis masih normal.
b. VSD sedang dengan tahanan pada arterior pulmonalis masih normal.
c. VSD besar dan sudah disertai hipertensi pulmonal yang dinamis, hipertensi pulmonal
terjadi karena bertambahnya volume darah arterior pulmonalis tetapi belum ada
kenaikan tahanan arterior pulmonalis atau belum ada arteriosklerosis arterior
pulmonalis.
5
2.3 Etiologi
a. ASD
1. Faktor genetik
Resiko penyakit jantung kongenital meningkat 2 sampai 6% jika terdapat riwayat
keluarga yang terkena sebelumnya. Selain itu 5-8% penderita penyakit jantung
kongenital mempunyai keterkaitan dengan kelainan kromosom.
2. Faktor lingkungan
Penyakit jantung kongenital juga di hubungkan dengan lingkungan ibu selama
kehamilan. Seringnya terpapar dengan sinar radioaktif dipercaya dapat menjadi faktor
pencetus terjadinya penyakit jantung kongenital pada bayi.
3. Obat-obatan
Meliputi obat-obatan yang dikonsumsi ibu selama masa kehamilan, misalnya litium,
etanol, thalidomide, dan agen antikonsulvan.
4. Kesehatan ibu
Beberapa penyakit yang di derita oleh ibu hamil dapat berakibat pada janinnya,
misalnya diabetes mellitus, fenilketouria, lupus eritematusus siskemik, sindrome
rubella kongenital.
b. VSD (Ventrucular Septal Defect)
Pada VSD biasa nya adalah :
a. Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil.
b. Gizi ibu hamil yang buruk.
c. Ibu yang mengkonsumsi alkohol.
d. Usia ibu d atas 40 tahun.
e. Ibu menderita diabetes.
6
2.4 Patofisiologi
Akibat adanya celah patologis antara atrium kanan dan kiri, sehingga beban pada
sisi kanan jantung lebih kuat, akibat adanya pirau dari atrium kiri ke atrim kanan. Beban
tersebut merupakan beban volume (volume overload).
Penyebab dari ASD adalah karena tekanan atrium kiri agak melebihi tekanan
atrium kanan, maka darah mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan sehingga terjadi
peningkatan aliran darah yang kaya oksigen kedalam sisi kanan jantung. Karena
perbedaan tekanan rendah, kecepatan aliran yang tinggi tetap dapat terjadi karena
rendahnya tahanan vascular paru dan semakin besarnya daya kembang atrium kanan
yang selanjutnya akan mengurangi reseistensi aliran. Volume darah ini di toleransi
dengan baik oleh ventrikel kanan karena di alirkan dengan tekanan yang jauh lebih
rendah dibandingkan pada defek septum ventrikel.
Meskipun terjadi pembesaran etrium dan ventrikel kanan, gagal jantung terjadi
pada ASD yang tidak mengalami komplikasi. Biasanya perubahan pada pembuluh darah
paru hanya terjadi sesudah beberapa puluh tahun kemudian jika defeknya tidak
diperbaiki.
Kelainan ini lebih sering ditemukan pada anak perempuan dibandingkan dengan
anak laki-laki (rasio perempuan : Laki-laki = 1,5 sampai 2 : 1) (Kapita selekta, 2000)
7
2.5 WOC
8
Terdapat defek antara atrium kanan dan kiri
Tekanan atrium kiri > atrium kanan
Terjadi aliran yang tinggi dari atrium kiri ke atrium kanan
Volume ventrikel kiri menurun
Volume atrium kanan meningkat
Curah jantung menurunMK :
Penurunan CO
Hipoksia JaringanKetidak adekuatan oksigen
dan nutrisi ke jaringan
Kelemahan
MK : Intoleransi Aktivitas
MK : Gangguan pertumbuhan dan
Perkembangan
Daya hisap bayi kurang
MK : Resiko gangguan kebutuhan nutrisi
Volume ventrikel kanan meningkat
Peningkatan aliran darah pulmonan
Edema paru
MK : Gangguan Pertukaran Gas
2.6 Tanda Gejala
Pasien ASD mungkin tidak menunjukkan gejala (asimtomatik). Pada pasien ASD
dapat terjadi gagal jantung kongestif. Terdengar bising jantung yang khas. Pasien ASD
beresiko untuk mengalami disritmia atrium (yang mungkin disebabkan oleh pembesaran
atrium dan peregangan serabut penghantar impuls jantung) serta kemudian mengalami
penyakit obstruksi vascular pulmonalis dan pembentukan emboli karena peningkatan
aliran darah paru yang kronis.
Bila pirau cukup besar pasien akan mengalami sesak nafas, sering mengalami
infeksi paru, dan berat badan pasien akan sedikit berkurang. Jantung umumnya normal
atau hanya sedikit membesar dengan pulsasi ventrikel kanan teraba. Komponen aorta dan
pulmonal bunyi jantung II terbelah lebar (wide split) yang tidak berubah saat inspirasi
maupun ekspirasi (fixed split). Pada defek sedang sampai besar bunyi jantung I mengeras
dan terdapat bising ejeksi sistolik. Selain itu terdapat bising diastolic di daerah tricuspid
akibat aliran darah yang berlebihan melalui katup tricuspid pada fase pengisian cepat
ventrikel kanan. Tanda gejala lainnya adalah :
a. Kelelahan
b. Mudah lelah dalam beraktivitas
c. Nafas pendek dan kesulitan dalam bernafas
d. Berkumpulnya darah dan cairan pada paru
e. Berkumpulnya cairan pada bagian bawah tubuh
Pada VSD biasa nya timbul gejala :
a. Berat badan sulit naik.
b. Minum susu hanya sedikit dan cepat lelah.
c. Sering demam.
d. Mudah terserang penyakit.
e. Terlihat biru pada kuku.
f. Sesak nafas.
g. Keringat yang berlebihan.
9
2.7 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi :
a. Gagal jantung berulang : akan menunjukkan gejala dan tanda pembengkakan jantung,
sesak nafas karena edema paru, bisa fatal dan berakhir kematian.
b. Radang paru-paru berulang : tanda gejala berupa batuk-batuk dengan sesak nafas
disertai demam tinggi.
c. Gagal tumbuh : anak terhambat pertumbuhannya sehingga jauh lebih kecil
dibandingkan anak normal. Pada KMS akan nampak berat badannya tidak naik
bahkan turun.
d. Gizi buruk : anak kurus, lemah, kulitnya kendor, terutama di daerah pantat, iga nya
nampak jelas, anak jadi cengeng dan menjadi mudah sakit.
e. Endokarditis infektif : yaitu infeksi yang terjadi pada lapisan dalam jantung.
f. Hipertensi pulmonal : tekanan di dalam pembuluh nadi paru meningkat karena
kelebihan volume aliran darah ke paru.
g. Anak yang semula tidak biru menjadi biru di daerah mulut dan ujung-ujung jarinya
akibat hipertensi paru yang hebat.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan diantaranya adalah :
1. Elektrokardiogram
Pada pasien dengan defect ostium secundum, hasil EKG biasanya menunjukkan
deviasi aksis ke kanan dan rSr pattern pada prekordial kanan yang menunjukkan
pembesaran pada RV outflow tract. Ectopic atrial pacemaker atau first-degree heart
block dapat muncul pada kerusakan tipe sinus venosus. Pada kerusakan ostium
primum, konduksi RV terganggu disertai dengan left superior axis deviation dan
counterclockwise rotation. Hipertrofi RV dan RA pada berbagai tingkayan dapat
terjadi pada setiap tipe defect.
2. CXR
Menunjukkan pembesaran RA dan RV, dilatasi arteri pulmonal dan percabangannya,
dan increased pulmonary vascular markings.
10
3. Kateterisasi jantung
Dilakukan jika terdapat hasil inkonsistensi data klinis, jika dicurigai terjadi hipertensi
pulmonal atau malformasi terkait, atau jika terdapat kemungkinan penyakit arteri
koroner.
4. Foto toraks
Pada penderita ASD dengan pirau yang bermakna, foto toraks AP menunjukkan
atrium kanan yang menonjol, dan dengan konus pulmonalis yang menonjol. Jantung
hanya sedikit membesar dan vaskularisasi paru yang bertambah sesuai dengan
besarnya pirau.
2.9 Penatalaksanaan
1. ASD (Artrial Septum Defek) :
ASD kecil (diameter < 5 mm) karena tidak menyebabkan gangguan hemodinamik dan
bahaya endokarditis infeksi, tidak perlu dilakukan operasi.
ASD besar (diameter > 5 mm s/d beberapa centimeter), perlu tindaklan pembedahan
dianjurkan < 6 tahun, karena dapat menyebabkan hipertensi pulmonal (walaupun
lambat)
Pembedahan : menutup defek dengan kateterisasi jantung
2. VSD (venrikel septal defek ) :
Pembedahan yang dilakukan untuk memperpanjang umur harapan hidup, dilakukan
pada umur muda, yaitu dengan 2 cara :
Pembedahan : menutup defek dengan dijahit melalui cardiopulmonal bypass
Non pembedahan : menutup defek dengan alat melalui kateterisasi jantung
2.10 Pencegahan
Upaya pencegahan :
1. Pada saat kehamilan.
a. Pada awal masa kehamilan terutama tiga bulan pertama dimana terjadi
pembentukan organ tubuh antara lain jantung, sebaiknya ibu tidak mengkonsumsi
jamu berbahaya dan obat obat yang dijual bebas di pasaran. Menghindari
11
minuman beralkohol . Perbanyak asupan makanan bergisi terutama yang
mengandung protein dan zat besi juga asam folat tinggi. Protein bisa didapat dari
sumber hewani, misal ikan, daging, telur dan susu maupun tumbuh tumbuhan
sayur mayur segar. Pencegahan anemia dengan makan aneka sayuran yang
mengandung zat besi juga teratur mengkonsumsi tablet zat besi yang diresepkan
dokter atau bidan.
b. Menghindari paparan sinar X atau radiasi dari foto rontgen berulang pada masa
kehamilan, ibu hamil tidak merokok baik secara aktif maupun terkena asap rokok
dari suami atau anggota keluarga disekitarntya. Hindari polusi asap kendaraan
dengan menggunakan masker pelindung agar tidak terhisap zat - zat racun dari
karbon dioksida.
2. Pencegahan infeksi pada masa hamil.
a. Segera lakukan pencegahan sebelum masa kehamilan seperti imunisasi MMR
untuk mencegah penyakit morbili ( campak ) dan rubella selama hamil. Pola hidup
sehat dan cukup olahraga yang sesuai dengan kondisi ibu hamil agar
meningkatkan daya tahan tubuh dan istirahat yang cukup agar tidak mudah
terserang penyakit infeksi sejak hamil muda.
b. Ibu hamil dengan faktor resiko antara lain kehamilan dengan usia ibu di atas 40
tahun, ada riwayat penyakit dalam keluarga seperti diabetes, kelainan genetik
down sindrom , penyakit jantung dalam keluarga perlu waspada dengan faktor
resiko meskipun kecil kemungkinannya.
12
BAB III
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
Identitas Klien :
ASD (Antriculer Septum Defect) dan VSD (VentriculerSeptal Defect jarang terjadi
pada usia remaja, biasanya sering terjadi pada anak perempuan dan berusia di bawah lima
tahun.
Riwayat penyakit :
- Riwayat penyakit dahulu : apakah sebelumnya klien pernah menderita penyakit lain.
- Riwayat penyakit sekarang : apa yang sedang diderita klien saat ini.
- Riwayat penyakit keluarga : apakah keluarga ada yang mengalami penyakit yang
sama.
Pemeriksaan fisik :
Lakukan pengukuran tanda-tanda vital.
- Suhu : biasanya naik. (37,5’C)
- Nadi : tak beraturan. (75-100x/menit)
- RR : meningkat.(20-30x/menit)
- TD : meningkat. (120/90)
a. Inspeksi
- Muka : biasanya pucat, berhubungan dengan anemia.
- Mata : Cowong, akibat nutrisi yang kurang terpenuhi.
- Thoraks : adanya pembesaran jantung, pulsasi tidak umum, terkadang terjadi pulsasi
yang dapat dilihat.
- Pernafasan : pernafasan mudah dan terkadang sulit (takipnea, dispnea)
- Extremitas : membiru berhubungan dengan beberapa type penyakit jantung kongenital.
- Perilaku : memilih posisi lutut dada atau berjongkok merupakan ciri khas dari
beberapa jenis penyakit jantung.
b. Palpasi dan Perkusi
- Dada : membantu melihat perbedaan antara ukuran jantung dan karakteristik lain
(seperti thrill-vibrasi yang dirasakan pemeriksa saat mempalpasi)
13
- Abdomen : hepatomegali dan atau splenomegali mungkin terlihat.
- Nadi perifer : frekwensi, keteraturan, dan amplitudo (kekuatan) dapat menunjukkan
ketidaksesuaian.
c. Auskultasi
- Jantung : ada murmur jantung, menunjukkan deviasi bunyi dan intensitas jantung yang
membantu melokalisasi defek jantung.
- Paru-paru ; menunjukkan ronchi kering dan kasar, mengi.
- Tekanan darah : penyimpangan terjadi dibeberapa kondisi jantung.
II. Pola ADL
a. Pola makan dan intak out
Untuk mengetahui bagaimana pola makan klien pada saat sebelum dan sesudah
masuk rumah sakit.
b. Pola eliminasi
Untuk mengetahui bagaimana pola BAB dan BAK klien pada saat sebelum
masuk dan sesudah masuk rumah sakit.
c. Pola personal hygine
Untuk mengetahui bagaimana pola kerbersihan klien pada saat sebelum dan
sesudah masuk rumah sakit.
d. Pola aktivitas
Untuk mengetahui bagaimana aktivitas klien pada saat sebelum dan sesudah
masuk rumah sakit.
e. Pola tidur dan istirahat
Untuk mengetahui bagaimana pola tidur dan istirahat klien pada saat sebelum dan
sesudah masuk rumah sakit.
f. Pola hidu sehat
Untuk mengetahui apakah klien pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang,
minuman yang mengandung alkohol.
14
III. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d defek struktur.
2. Intoleransi aktivitas b.d gangguan sistem transport oksigen.
3. Gangguan pertukaran gas b/d edema paru.
4. Resiko gangguan kebutuhan. Nutrisi b/d intake yang kurang.
5. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d ketidak adekuatan oksigen dan
pada jaringan.
IV. NCP
1. Penurunan curah jantung b.d defek struktur.
T : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam klien memperlihatkan
peningkatan curah jantung.
KH : - Denyut jantung kuat, teratur, dalam batas normal
- Ketika menangis permukaan kulit tidak membiru.
Intervensi :
a. Kaji nilai CO dengan monitor jantung dalam 1 menit.
R/ : CO adalah jumlah darah yang di pompa oleh jantung setiap satu menit.
b. Kaji TD ketika beristirahat.
R/ : Menangis/aktivitas lain dapat menignkatkan TD.
c. Berikan istirahat semirekumben pada tempat tidur/kursi. Kaji dengan pemeriksaan
fisik sesuai indikasi.
R/ : Istirahat fisik harus dipertahankan selama GJK untuk memperbaiki efisiensi
kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan.
d. Tambahkan monitor jantung jika di indikasikan.
R/ : Menunjukkan pergantian rata2 jantung dan respirasi.
e. Berikan digoksin sesuai program dengan menggunakan kewaspadaan yang
ditetapkan untuk mencegah toksisitas
R/ : Meningkatkan kekuatan miokardium dan memperlambat frekuensi jantung
dengan menurunkan konduksi dan memperlama periode refraktori pada hubungan
AV untuk meningkatkan curah jantung
K : Anak belum mengerti tentang penyakit nya.
A : Anak belum dapat kooperatif terhadap tindakan yang di berikan oleh tenaga
medis.
15
P : Anak belum mampu mengatasi panyakit yang di deritanya, dan klien tidak
menghabiskan porsi makanannya.
P : BB menurun, nafsu makan menurun, anak merasa sesak nafas.
2. Intoleransi aktivitas b.d gangguan sistem transport oksigen.
T : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam klien menunjukkan perbaikan
curah jantung yang terlihat dari aktivitas klien.
KH : - Anak menentukan dan melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan.
-Anak mendapatkan waktu istirahat/tidur yang tepat dan tenang.
Intervensi :
a. Taksiran tingkat kelelahan, kemampuan untuk melakukan ADL.
R/ : Untuk memberikan informasi tentang energi cadangan dan respon untuk
beraktivitas.
b. Berikan periode dan istirahat dan tidur yang cukup.
R/ : Untuk meningkatkan istirahat dan menghemat energi.
c. Hindari suhu lingkungan yang ekstrim.
R/ : Karena hipertermi/hipotermi dapat meningkatkan kebutuhan oksigen.
K : Anak belum mengerti tentang penyakit nya.
A : Anak belum dapat kooperatif terhadap tindakan yang di berikan oleh tenaga
medis.
P : Anak belum mampu mengatasi panyakit yang di deritanya, dan klien tidak
menghabiskan porsi makanannya.
P : BB menurun, nafsu makan menurun, anak tidak bisa melakukan aktivitas.
3. Gangguan pertukaran gas b.d edema paru
T : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan klien
memperlihatkan peningkatan fungsi pernafasan
KH : Pernafasan dalam batas normal 20-24x/menit.
- Warna kulit baik.
- Klien terlihat tenang.
16
Intervensi :
a. Berikan posisi 30-45 drajad untuk mempermudah ekspansi paru.
R/ : Memudahkan ekspansi paru dan dada.
b. Berikan terapi oksigen yang telah dilembabkan sesuai program. Kaji frekwensi
pernafasan, warna kulit serta saturasi oksigen.
R/ : Meningkatkan kesediaan oksigen untuk kebutuhan miokardium agar tidak
terjadi hipoksia.
K : Anak belum mengerti tentang penyakit nya.
A : Anak belum dapat kooperatif terhadap tindakan yang di berikan oleh tenaga
medis.
P : Anak belum mampu mengatasi panyakit yang di deritanya, dan klien tidak
menghabiskan porsi makanannya.
P : BB menurun, nafsu makan menurun, anak merasa sesak nafas.
4. Resiko gangguan kebutuhan Nutrisi b/d intake yang kurang.
T : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam, diharapkan kebutuhan nutrisi
terpenuhi.
KH : - Mempertahankan berat badan dalam batas normal.
-Anak mau menghabiskan makanan yang disediakan.
-Nafsu makan klien meningkat.
Intervensi :
a. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien.
R/ : Mengetahui kekurangan nutrisi klien.
b. Kaji penurunan nafsu makan klien.
R/ : Agar dapat dilakukan intervensi dalam pemberian makanan pada klien.
c. Jelaskan pentingnya makanan bagi proses penyembuhan.
R/ : Dengan pengetahuan yang baik tentang nutrisi akan memotivasi untuk
meningkatkan pemenuhan nutrisi.
d. Ukur tinggi dan berat badan klien.
R/ : Membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi.
17
e. Dokumentasi masukan oral selama 24 jam.
R/ : mengidentifikasi ketidak seimbangan kebutuhan nutrisi.
f. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan.
R/ : Untuk meningkatkan nafsu makan.
g. Berikan makanan selagi hangat.
R/: Untuk memudahkan proses makan.
K : Anak belum mengerti tentang penyakit nya.
A : Anak belum dapat kooperatif terhadap tindakan yang di berikan oleh tenaga
medis.
P : Anak belum mampu mengatasi panyakit yang di deritanya, dan klien tidak
menghabiskan porsi makanannya.
P : BB menurun, nafsu makan menurun, anak terlihat lemas.
5. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d ketidak adekuatan oksigen dan
nutrien jaringan.
T : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan anak mengikuti
kurva pertumbuhan berat badan.
KH : - Anak mencapai pertumbuhan yang adekuat.
- Anak dapat melakukan aktivitas sesuai dengan usia.
- Anak tidak mengalami isolasi sosial.
Intervensi :
a. Beri diet tinggi nutrisi yang seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat.
R/ : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat.
b.Pantau tinggi dan berat adan, gambarkan pada grafik pertumbuhan untuk
menentukan kecenderungan pertumbuhan.
R/ : untuk mengetahui setiap pertumbuhan dan perkembangan anak.
c. Berikan suplemen zat besi untuk mengatasi anemia, bila di anjurkan/
R/ : untuk mengatasi anemia.
d.Dorong anak untuk beraktivitas sesuai dengan usia.
R/ : memberikan latihan untuk melakukan mobilitas fisik.
K : Anak belum mengerti tentang penyakit nya.
18
A : Anak belum dapat kooperatif terhadap tindakan yang di berikan oleh tenaga
medis.
P : Anak belum mampu mengatasi panyakit yang di deritanya, dan klien tidak
menghabiskan porsi makanannya.
P : BB menurun, nafsu makan menurun, anak tidak bisa melakukan mobilisasi.
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. ASD adalah lubang abnormal pada sekat yang memisahkan kedua belah atrium
sehingga terjadi pengaliran darah dari atrium kiri yang bertekanan tinggi kedalam
atrium kanan yang bertekanan rendah (Rudolph, 2006).
(VSD) adalah suatu lubang pada septum ventrikel.
2. ASD sederhana dengan defek pada septum dan sekitar fossa ovalis (dikenal dengan
DSA sekundum), defek pada tepi bawah septum (DSA primum) dan defek sekitar
muara VCS (defek sinus venosus) yang seringkali disertai anomali parsial drainase
vena pulmonalis.
ASD kompleks yang merupakan bentuk dari defek endocardial cushion yang sekarang
dikenal sebagai defek septum atrioventikular (DSAV) atau AV canal.
Defek septum atrium sekundum adalah kelainan yang dimana terdapat lubang
patologis di tempat fossa ovalis. Akibatnya terjadi pirau dari atrium kiri ke atrium
kanan, dengan beban volume di atrium dan ventrikel kanan.
3. - Faktor genetik
Resiko penyakit jantung kongenital meningkat 2 sampai 6% jika terdapat riwayat
keluarga yang terkena sebelumnya. Selain itu 5-8% penderita penyakit jantung
kongenital mempunyai keterkaitan dengan kelainan kromosom.
- Faktor lingkungan
Penyakit jantung kongenital juga di hubungkan dengan lingkungan ibu selama
kehamilan. Seringnya terpapar dengan sinar radioaktif dipercaya dapat menjadi faktor
pencetus terjadinya penyakit jantung kongenital pada bayi.
- Obat-obatan
Meliputi obat-obatan yang dikonsumsi ibu selama masa kehamilan, misalnya litium,
etanol, thalidomide, dan agen antikonsulvan.
- Kesehatan ibu
Beberapa penyakit yang di derita oleh ibu hamil dapat berakibat pada janinnya,
misalnya diabetes mellitus, fenilketouria, lupus eritematusus siskemik, sindrome
rubella kongenital.
20
4. Akibat adanya celah patologis antara atrium kanan dan kiri, sehingga beban pada sisi
kanan jantung lebih kuat, akibat adanya pirau dari atrium kiri ke atrim kanan. Beban
tersebut merupakan beban volume (volume overload).
5. – Kelelahan
- Mudah lelah dalam beraktivitas
- Nafas pendek dan kesulitan dalam bernafas
- Berkumpulnya darah dan cairan pada paru
- Berkumpulnya cairan pada bagian bawah tubuh
6. – gagal jantung kanan.
- Aritmia
- Stroke
- Hipertensi
7. Elektrokardiogram, CXR, kateterisasi jantung, EKG
8. Menghindari minuman yang beralkohol, memperbanyak makanan yang bergizi,
menghindari sinar X, tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
B. Saran
Bagi perawat yang akan memberikan asuhan keperawatan pada bayi
dengan penyakit tetanus neonatorum harus lebih memperhatikan dan tahu pada bagian- bagian
mana saja dari asuhan keperawatan pada bayi yang perlu ditekankan.
Perawat juga memberikan pendidikan kesehatan kepada bapak dan ibu atau
keluarga dari anak tentang bahaya tetanus dan penyuluhan untuk
melakukan persalinan di rumah sakit, puskesmas, klinik bersalin, atau pelayanan
kesehatanlain
Untuk keluarga pasien semestinya harus lebih tanggap terhadap
pengkajian- pengkajian yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Aryadi, Andy. 2010. Atrial Septal Defect. 29 April 2012. 13 : 45 WIB.
Http://www.google.com/2010/12/Atrial Septal Defect.html
Ani. 2006. Atrial Septal Defect. 1 Mei 2012. 16 : 00 WIB.
http://freenzyelaminoz-smartblog.blogspot.com/2012/03/yang-muda-
menginspirasi.html
Hasny. 2007. Atrial Septal Defect. 3 Mei 2012. 18 : 30 WIB
http://www.infokedokteran.com/ms/info/pencegahan-dan-penatalaksanaan-pada-
asd.html
22