Upload
bonyarc
View
215
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
budaya orang utan
Citation preview
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari konteks lingkungan tempat manusia
tumbuh dan tinggal. Lingkungan adalah faktor utama bagi perkembangan manusia, isu-isu
terkait dengan lingkungan mulai sering bermunculan, kemunculan isu tersebut juga diringi
dengan isu pembangunan. Pembangunan menjadi prioritas dalam upaya meningkatkan
tingkat perekonomian disuatu daerah bahkan suatu negara, dimana pembangunan dijadikan
sebagai tolak ukur dalam keberhasilan perekonomian. Dalam realitanya, pembangunan
memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungan, kegiatan pembangunan memang
ditujukan dalam usaha peningkatan tingkat perekonomian tetapi kegiatan pembangunan
seharusnya disertai dengan upaya untuk memperhatikan dan memperbaiki kualitas
lingkungan. Sayangnya, pola pembangunan di masa sekarang sudah mulai tidak merujuk
kepada pemikiran atau tanggap terhadap lingkungan tempatnya dibangun. Kegiatan tersebut
bahkan berpotensi menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan tempat tinggal manusia.
Padahal, potensi lingkungan terutama lingkungan alam sangat besar terlebih di Indonesia.
Indonesia dikenal mendunia karena kekayaan alamnya, hampir setiap provinsi memiliki
keunikan alamya masing-masing, umumnya di Indonesia lingkungan alam tersebut
dimanfaatkan sebagai tujuan wisata.
Diantara banyaknya kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia, hutan adalah salah
satu kekayaan alam yang berlimpah di beberapa pulau seperti di Sumatera dan Kalimantan.
Menceritakan tentang pulau Kalimantan saja sudah cukup untuk mewakili kekayaan alam
yang dimiliki oleh Indonesia. Kalimantan terdiri dari 4 provinsi, keempat provinsi ini
menjadikan hutannya sebagai andalan terutama dalam pengembangan bidang kepariwisataan.
Begitu pula halnya dengan Kalimantan Tengah, Kalimantan Tengah sendiri dalam Surat
Keputusan Menteri Pertanian yang diterbitkan pada tanggal 12 Oktober 1982 menyatakan
penunjukkan areal hutan di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah seluas 15.300.000 Ha,
dengan beberapa fungsi kawasan hutan antara lain Hutan Suaka Alam/Hutan Wisata (4.77%),
Hutan Lindung 5.22%, Hutan Produksi Terbatas (22.21%), Hutan Produksi Biasa (HP)
(39.69%), Hutan Produksi yang dapat di-Konservasi (28.11%). Dalam perkembangannya,
setelah bertahan selama 30 tahun penunjukkan ini mengalami perubahan, melalui Keputusan
Menteri Kehutanan tanggal 25 September 2012 fungsi dan luasan lahan Provinsi Kalimantan
Tengah dibagi menjadi, Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (10.57%),
1
Hutan Lindung (8.73%), Hutan Produksi Terbatas (21.50%), Hutan Produksi Biasa (25.28%),
Hutan Produksi yang dapat di-Konservasi (16.49 %), Areal Penggunaan Lain (APL)
(17.55%). Berdasarkan keputusan dapat disimpulkan bahwa luasan hutan Kalimantan Tengah
adalah 12.719.707 Ha dengan presentasenya adalah 82.45% dari luas provinsi (33 Provinsi,
Profil Kehutanan “Kalimantan Tengah”, 2012).
Luasan hutan Kalimantan Tengah berdasarkan keputusan yang ada memang mencapai
angka yang besar, tetapi luasan hutan tersebut juga tidak luput dari isu tentang degradasi
lahan. Dalam perkembangannya, selama tiga puluh tahun tersebut terjadi penurunan luasan
hutan Kalimantan Tengah yang awalnya sekitar 15 juta Ha, setelah 30 tahun berselang
luasanya berkurang menjadi sekitar 12 juta Ha. Alasan pertama yang menyebabkannya
adalah aktivitas manusia yaitu pembangunan, baik itu pembangunan bangunan perumahan
ataupun bangunan komersil, disertai praktik illegal logging seperti untuk lahan perkebunan
sawit dan illegal mining untuk kegiatan pertambangan. Dalam beberapa tahun sebelumnya,
Kalimantan disebut-sebut menjadi salah satu paru-paru dunia yang menyangga produksi
oksigen, bukan hanya bagi daerah di Kalimantan, tetapi juga Indonesia bahkan dunia.
Ironinya, dibalik pernyataan tersebut kabut asap selalu terjadi hampir setiap tahun seperti
sebuah tradisi, bahkan seperti kegiatan tahunan yang selalu terjadi penyebab utamanya karena
pembakaran lahan secara sengaja ataupun tidak. Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah yaitu
Kota Palangka Raya pun tak luput dari kegiatan tahunan ini. Sebagai wajah dari Kalimantan
Tengah, Palangka Raya seharusnya mampu meunjukkan sikap positif terutama dalam hal
pengendalian kekayaan alamnya (hutan) dan perihal kabut asap ini. Walaupun demikian,
kegiatan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia adalah hal yang sulit
untuk disangkal serta sulit untuk dikendalikan. Sayangnya alasan tersebut bukan suatu
pembelaan untuk tidak memikirkan serta peka terhadap kondisi lingkungan. Disela kegiatan
tersebut, diperlukan perhatian manusia sebagai pionir dan pelaku utama dalam kegiatan
pembangunan untuk menjaga lingkungannya serta berperan membuat lingkungannya tetap
terjaga dan terus berkelanjutan hingga masa yang akan datang.
Salah satu kawasan hutan yang patut dijaga terutama yang termasuk dalam kawasan
administratif kota Palangka Raya adalah kawasan Arboretum di Nyaru Menteng karena
Arboretum ini merupakan aset milik kota Palangka Raya yang didalamnya terdiri dari
pohon-pohon jenis hutan tropika sebagai tempat pelestarian plasma nuftah ekosistem hutan
rawa dan sebagai lokasi konservasi tanaman langka, selain itu didalam Arboretum ini
terdapat berbagai jenis tumbuhan yang dapat digolongkan kedalam 43 famili dengan jumlah
species 139 jenis, termasuk jenis tumbuhan langka serta species hewan hutan tropika dan
2
yang membuat tempat ini juga menarik adalah adanya pusat reintroduksi orang utan oleh
Yayasan BOS Nyaru Menteng (Booklet Kota Palangka Raya, 2010). Kawasan ini merupakan
kebun botani yang dijadikan tempat konservasi serta hutan lindung tetapi ia juga dijadikan
sebagai salah satu andalan wisata alam bagi pemerintah kota Palangka Raya (RPJP kota
Palangka Raya, 2008-2028), dimana tujuan pemerintah menjadikannya sebagai andalan
pariwisata terutama wisata alam adalah biodiversity serta orang utan yang dimiliki oleh
Arboretum ini. Sayangnya, kekayaan alam tersebut berbanding terbalik dengan kenyataan
yang ada, bahwa pariwisata dikota Palangka Raya relatif belum berkembang, jika dilihat dari
data kunjungan wisatawan yang hampir tidak ada datanya meskipun selama ini program
internasional, paket-paket pariwisata telah dibuat sedemikian rupa namun belum mendorong
menjadi salah satu sumber ekonomi bagi daerah dan masyarakat (RPJM kota Palangka Raya,
2008-2013).
Data ataupun keterangan terkait dengan penyebab menurunnya jumlah kunjungan
wisata di Palangka Raya dalam beberapa tahun belakangan terutama kunjungan wisata ke
Arboretum masih belum ditemukan dan belum mendapatkan penjelasan yang pasti dari pihak
terkait. Dampak yang ditimbulkan oleh hal tersebut adalah berdampak pada keberlanjutan
kegiatan pariwisata disini, serta berimbas kepada perawatan terhadap objek wisata yang
menjadi tidak memadai, kebersihan tidak terjaga, tujuan wisata seperti pusat reintroduksi
lebih sering ditutup sehingga terkadang pelancong lebih sering pulang kecewa karena tidak
dapat melihat orang utan begitu juga dengan tracking kedalam kawasan arboretum pun tidak
efektif seperti dulu, fasilitas seperti titian kecil mulai rusak dan lepas sehingga terkadang
lokasi ini tidak dibuka dan hanya berfokus pada kegiatan didalamnya tanpa memberikan
atraksi wisata. Dampaknya bukan hanya untuk kegiatan diluar atraksi wisata arboretum dan
pusat reintroduksi tetapi juga kegiatan di dalamnya menerima imbas yang kurang baik,
imbas ini terjadi karena kegiatan masyarakat sekitar yang mulai tidak peduli dengan
lingkungannya yaitu dengan melakukan kegiatan membakar lahan dan hutan yang umumnya
tanah gambut disekitar Nyaru Menteng pada saat musim kemarau, akibatnya kegiatan sekolah
bagi orangutan-orangutan ikut terhambat, umumnya mereka setiap hari dilepaskan saat pagi
hari tetapi saat kabut asap terjadi mereka dilepaskan pada siang hari umumnya kejadian ini
terjadi saat musim kemarau datang (http://orangutan.or.id/ID/ haze-covers-forest-school / , 23
September, 2014, 19:30 WIB ).
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa manusia mampu berperan dalam
munculnya isu-isu negatif terkait dengan lingkungan, serta manusia juga mampu berperan
besar sebagai penentu kualitas lingkungannya, tingkat keberlangsungan kehidupan ekologi
3
juga ditentukan oleh peranan manusia-manusia yang tinggal didalamnya. Sehingga dari hal
itu dapat diambil kesimpulan bahwa manusia yang hidup dan tinggal dalam suatu lingkungan
perlu mengetahui serta mendapatkan pengetahuan dan pendidikan tentang lingkungan hidup,
terutama di tempat-tempat konservasi atau hutan lindung seperti Arboretum di Nyaru
Menteng. Memang, ilmu pengetahuan terkait tentang lingkungan hidup sangat efektif
diajarkan apabila mengiring masuk dan berbaur langsung dengan lingkungannya, tetapi
sebelum melakukan hal tersebut akan lebih efektif lagi apabila sebelumnya diberikan
pengetahuan berupa informasi ataupun teori-teori/materi tentang lingkungan hidup.
Kelebihannya adalah kegiatan untuk memberikan pengenalan dan pengetahuan tentang
bagaimana alam, bagaimana menjaganya, bagaimana siklus alam itu berlangsung, kesemua
hal itu dapat berjalan dengan benar tanpa terbuang sia-sia. Oleh karena itu, untuk
melaksanakan aktivitas tersebut diperlukan suatu wadah yang mampu mewadahi kegiatan
pemberian pendidikan tentang lingkungan hidup, tentang pengenalan serta cara untuk
melestarikannya. Solusi yang dilakukan untuk melaksanakan hal tersebut adalah dengan
mendirikan sebuah fasilitas pusat pengunjung atau visitor center pada lokasi cagar alam atau
wisata alam. Penyelesaian yang bisa dilaksanakan di Arboretum di Nyaru Menteng Palangka
Raya adalah dengan rnenyediakan wadah tersebut sebagai suatu wadah yang memfasilitasi
pengunjungnya atau wisatawannya. Wisatawan atau pengunjung disini bukan hanya
berwisata untuk menikmati alam tetapi juga berwisata pendidikan tentang lingkungan hidup
yang dapat mereka ketahui melalui pengenalan, pembelajaran melalui materi serta melaui
pembelajaran langsung kealam. Dalam artian lain wadah ini juga menjadi tujuan wisata baru
yaitu wisata edukasi tentang lingkungkan terutama lingkungan Arboretum. Di dalamnya
pengunjung mampu menerima lebih banyak pegetahuan, serta dapat memperdalam
pengetahuan lebih lagi dengan melihatnya langsung kedalam kawasan arboretum. Memiliki
wadah ini, sama artinya dengan mengoptimalkan fungsi arboretum sebagai sebuah kebun
botani yang merupakan kawasan konservasi yang kaya, serta sebagai upaya meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan hutan dan kelestarian
lingkungan. Selanjutnya sebagai upaya untuk menigkatkan kunjungan wisata yang diimbangi
dengan pengetahuan yang baik tentang lingkungan.
1.2 Identifikasi Permasalahan
Visitor Center merupakan sebuah wadah yang dirancang untuk memfasilitasi
aktivitas pengunjung dalam upaya pengenalan serta pembelajaran tentang lingkungan
tempatnya didirikan. Pemberian yang dilakukan dalam bentuk yang inovatif dan atraktif
4
sehingga mampu menunjang kegiatan didalamnya, sedangkan arboretum merupakan tempat
konservasi ex-situ yang mengkonservasi species diluar distribusi dan populasi aslinya serta
merupakan kebun botani yang khususnya diisi oleh koleksi jenis pepohonan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa Visitor Center ini merupakan bangunan yang memfasilitasi edukasi publik
terutama edukasi tentang lingkungan. Visitor Center ini termasuk dalam konteks
pembangunan dengan keinginan untuk pemenuhan kebutuhan pengunjungnya. Lingkungan
merupakan tempat dimana Visitor Center ini akan berdiri, lingkungan dan bangunan memang
memiliki hubungan timbal balik yang erat dan sifat yang berbeda. Lingkungan merupakan
lingkupan utama dan bangunan merupakan sebuah objek baru yang ikut dan ada menjadi
bagian dari lingkungan tersebut. Tetapi seperti apa kondisi lingkungan setelah adanya
bangunan tersebut memiliki jawaban yang berbeda, hal tersebut bergantung dengan
bagaimana rancangan bangunannya. Tetapi untuk dapat menghadirkan edukasi dalam bentuk
yang berbeda adalah dengan melakukan penyampaian edukasi melalui segi arsitekturalnya.
Cara yang mungkin untuk dilakukan adalah salah satunya dengan bagaimana merancang
sebuah Visitor Center yang mampu menciptakan hubungan yang positif dan menguntungkan
dengan lingkungan, walaupun sebagian dari lingkungan tersebut telah beralih fungsi dan
ditambahkan objek baru yang berbeda dengan sebelumnya, tetapi siklus dari lingkungan
tersebut tetap berlanjut, sehingga ia menjadi satu kesatuan dengan lingkungan.
Usaha untuk menjadikan sebuah bangunan yang dapat berintegrasi dengan baik
terhadap lingkungannya dapat dibantu dengan arsitektur ekologis. Pendekatan arsitektur
ekologis adalah hal yang tepat untuk diterapkan dalam rancangan Visitor Center ini, karena
arsitektur ekologis merupakan program desain dalam merancang bangunan yang
berkelanjutan baik bagi manusia maupun lingkungannya, serta merupakan konsep
perancangan yang memilki tujuan akhir untuk mencapai integrasi ditingkat yang baik dengan
lingkungannya. Konsep ekologis merupakan konsep penataan lingkungan dengan
memanfaatkan potensi atau sumberdaya alam dan penggunaan teknologi berdasarkan
manajemen etis yang ramah lingkungan.
Mengedukasikan pengunjung dari segi arsitektural, adalah salah satu cara dengan
menampilkan apa yang paling mudah untuk dilihat oleh pengunjung, hal-hal tersebut seperti
dalam konteks site, bentuk dan fasad bangunan serta material apa saja yang digunakan dalam
bangunan, elemen-elemen ini merupakan hal yang paling mudah dipelajari atau dilihat oleh
pengunjung, berdasarkan penjabaran tersebut dapat konsepkan dalam beberapa hal yaitu;
Pertama adalah pengolahan tapak, mengetahui potensi tapak agar dapat menetukan
zonasi-zonasi dimana akan menjadi tempat bangunan serta pendukungnya. Selanjutnya
5
adalah dengan mengetahui zonasi dimana yang tidak boleh di bangun sehingga dampak yang
diberikan bangunan terhadap lingkungan dapat diminimalisirkan, atau memberikan solusi
yang memberikan keuntungan kedua pihak, sesuai dengan hubungan timbal balik antara
bangunan dan lingkungan yaitu dengan pertimbangan zero impact. Memanfaatkan kelebihan
yang dimiliki oleh site tersebut sehingga pemikiran terhadap potensi site mampu menciptakan
lingkungan yang nyaman dan bersahabat bagi manusia maupun lingkungan.
Kedua adalah Efficient use of resources efisiensi penggunaan sumber daya alam hal
ini berkaitan dengan bentuk serta fasad dari bangunan, kawasan arboretum merupakan
kawasan dengan iklim topika lembab basah, dimana pengaruh sinar matahari, aliran udara
atau angin serta curah hujan menjadi pertimbangan utama yang digunakan dalam mendesain
bangunan, pertama adalah dalam hal pemanfaatan energi yang ada di alam yaitu dari sinar
matahari serta aliran udara, hal tersebut berhubungan erat dengan pencahayaan dan
penghawaan alami, pemanfaatan dan pengoptimalan energi dari alam ini nanti diwujudkan
kedalam bentuk dan fasad agar pengunjung dengan mudah untuk mengetahui serta
mempelajarinya. Selain pemanafaatan energi alam diperlukan juga pemikiran tentang cara
yang bisa dilakukan untuk melindungi bangunan dari dampak kurang baiknya seperti dampak
dari panas dan sinar matahari, maupun curah hujan yang tinggi, pertimbangan-pertimbangan
terhadap kondisi iklim ini nantinya menjadi pertimbangan dalam proses mendesain
bangunan (bentuk dan fasad).
Ketiga adalah space and material, pemilihan material adalah salah satu aspek penting
dalam desain ekologis, pemilihan material akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi
energi serta berpengaruh terhadap kondisi lingkungan atau ketersedian cadangan bahan baku
atau sumberdaya material tersebut dialam. Pertimbangan-pertimbangan tersebut mampu
mempengaruhi proses perancangan dan hasil desain bangunan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah-masalah yang sudah dijabarkan sebelumnya
maka rumusan masalahnya adalah :
“Bagaimana merancang Arboretum Visitor Center di Nyaru Menteng dengan pendekatan
arsitektur ekologis?”
1.4 Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
6
Tujuan yang ingin dicapai adalah menghasilkan rancangan (arboretum
Visitor Center di Nyaru Menteng dengan pendekatan Arsitektur Ekologis.
2. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai adalah:
1. Mengetahui aktivitas serta program ruang dalam Visitor Center, terutama
yang terletak di Arboretum.
2. Memahami prinsip – prinsip perancangan dalam arsitektur ekologis.
3. Menerapkan fitur-fitur arsitektur ekologis dalam rancangan, dimulai dari
ruang luar bangunan, fisik bangunan (bentuk, fasad) material dan ruang.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam Landasan Teori dan Program LTP ini adalah:
Batasan dalam pembahasan adalah pertama membahas tentang Visitor
Center. Penjabaran tentang Visitor Center yang nantinya akan menjadi
dasar dalam pembentukkan kriteria desain dari sebuah Visitor Center.
Batasan masalah yang kedua adalah arsitektur ekologis. Pendeskripsian
tentang arsitektur ekologis yang nantinya menjadi dasar pemikiran dalam
menentukkan kriteria-kriteria desain dari arsitektur ekologis, yang akan
diterapkan dalam proses perancangan.
Selanjutnya, batasan masalah yang ketiga adalah membahas Arboretum
di Nyaru Menteng, yaitu tentang kondisi fisikal, biologikal didalamnya.
Terakhir, dikegiatan perancangan ini yang menjadi batasan atau parameter
dalam proses merancangnya adalah hanya berdasarkan pada kriteria-
kriteria desain dari Visitor Center dan arsitektur ekologis yang didapatkan
berdasarkan hasil kesimpulan dari hasil pendeskripsian tentang Visitor
Center dan arsitektur ekologis.
1.6 Metodelogi
Penulisan dan pembahasan pada LTP ini dilakukan dengan metode deskriptif
kualitatif deduktif, metode berpikir ini adalah metode yang menerapkan hal-hal yang
umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan kedalam bagian-bagian yang
lebih khusus. Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu
peristiwa umum dimana didalamnya ada suatu pola berpikir yang secara luas atau
7
logis, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini dan berkahir pada suatu
kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat lebih khusus. Berdasarkan hal tersebut,
urutan dalam penulisan adalah :
1. Metode Pengumpulan Data
Mengumpulkan data –data yang diperoleh melalui
Studi observasi, dengan melakukan penelitian rencana lokasi di
Arboretum Nyaru Menteng Palangka Raya, untuk mendapatkan data
primer berupa kondisi site potensi serta kekurangan yang ada di
Arboretum dan lingkungan sekitar serta data berupa foto.
Studi Literatur, pertama mengumpulkan data-data terkait dengan
kebutuhan-kebutuhan seperti kebutuhan ruang yang diperlukan
sebuah Visitor Center. Kedua, mencari data tentang arsitektur
ekologis, prinsip-prinsipnya yang mampu diaplikasikan kedalam
desain.
Studi Banding, pengumpulan data primer yaitu pengamatan terhadap
bangunan yang memiliki fungsi yang sama. Lokasi studi banding
yang dipilih adalah Pusat Informasi (information center) di Taman
Wisata Candi Borobudur, Taman Pintar Yogyakarta dan Kebun Raya
Eka Raya Bali .
2. Analisis
Analisis yang dilakukan adalah terhadap poin-poin penting yang menjadi
dasar kegiatan perancangan. Dalam analisis adalah tahap mengidentifikasi
inventarisasi data terkait dengan Arboretum, Visitor Center dan Arsitektur
Ekologis. Kemudian langkah selanjutnya adalah dengan mencari solusi dari
setiap permasalahan tersebut dengan memberikan alternatif-alternatif solusi
yang hasilnya nanti akan ditindak lanjuti pada tahap sintesis. Data utama
yang akan dianalisis adalah :
Tapak;
Ruang, dan
Bangunan.
3. Sintesis
8
Sintesis merupakan tahapan kelanjutan dari tahap analisis, yaitu dengan
memutuskan hasil dari alternatif-alternatif yang muncul pada tahap analisis.
Tahap sintesis adalah tahapan yang mendekati tahapan akhir dimana
tahapan ini adalah tahapan mengumpulkan keseluruhan solusi untuk
menjadi acuan dalam tujuan akhir dari kegiatan perancangan ini.
4. Evaluasi
Proses ini merupakan proses mengambil kesimpulan berdasarkan ide yang
telah didapatkan dalam kegiatan sintesis, mengkaji ide yang ada dan
mencocokan ide yang didapatkan dengan tujuan awal perancangan.
5. Konsep Desain
Penjabaran tentang hasil desain yang terpilih dalam sintesis kedalam
bentuk tulisan atau kata-kata yang lebih mudah untuk dimengerti.
1.7 Kerangka Berpikir
9
LATAR BELAKANG Akibat merosotnya kunjungan wisata, perawatan terhadap objek wisata menjadi tidak memadai, kebersihan tidak terjaga, tujuan wisata seperti pusat
reintroduksi lebih sering ditutup sehingga terkadang pelancong lebih sering pulang dengan kecewa karena tidak dapat melihat orang utan, fasilitas seperti titian kecil mulai rusak dan lepas.
Mulai berkurangnya kepedulian masyarakat akan lingkungan seperti warga mulai membakar lahan masyarakat dan hutan yang umumnya tanah gambut disekitar Nyaru Menteng dibakar pada saat musim kemarau berlangsung di Kalimantan Tengah, yang menyebabkan kabut asap dan menggangu kegiatan dalam lokasi wisata seperti di Arboretum.
10
LATAR BELAKANG Akibat merosotnya kunjungan wisata, perawatan terhadap objek wisata menjadi tidak memadai, kebersihan tidak terjaga, tujuan wisata seperti pusat
reintroduksi lebih sering ditutup sehingga terkadang pelancong lebih sering pulang dengan kecewa karena tidak dapat melihat orang utan, fasilitas seperti titian kecil mulai rusak dan lepas.
Mulai berkurangnya kepedulian masyarakat akan lingkungan seperti warga mulai membakar lahan masyarakat dan hutan yang umumnya tanah gambut disekitar Nyaru Menteng dibakar pada saat musim kemarau berlangsung di Kalimantan Tengah, yang menyebabkan kabut asap dan menggangu kegiatan dalam lokasi wisata seperti di Arboretum.
RUMUSAN MASALAHBagaimana merancang Arboretum Visitor Center di Nyaru Menteng dengan pendekatan arsitektur ekologis ?”
TUJUAN DAN SASARAN
TujuanTujuan yang ingin dicapai adalah menghasilkan rancangan Arboretum Visitor Center di Nyaru Menteng dengan pendekatan Arsitektur Ekologis. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai adalah:1. Mengetahui aktivitas serta program ruang dalam pusat pengunjung, terutama pusat pengunjung arboretum. 2. Memahami prinsip – prinsip perancangan dalam arsitektur ekologis. 3. Menerapkan fitur-fitur arsitektur ekologis dalam rancangan, dimulai dari ruang luar bangunan, fisik bangunan (bentuk, fasad)
material dan ruang.
TINJAUAN KHUSUS :
Pengertian Arsitektur Ekologis
Prinsip-prinsip dalam arsitektur ekologis.
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN UMUM :
Pengertian, karakter dan aktivitas pada sebuah Visitor Center.
Pengertian arboretum .
STUDI BANDING
FEED
BACK
ANALISA
SINTESA
Desain Pusat Pengunjung Arboretum di Nyaru Menteng Palangka Raya
STUDI OBSERVASI
TINJAUAN KHUSUS :
Existing Arboretum Nyaru Menteng
Kondisi lingkungan Arboretum di Nyaru Menteng
Pusat informasi pengunjung Candi Borobuur
Taman Pintar Yogyakarta Kebun Raya Eka Raya Bali.
METODE DESAIN
1.8 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam Landasan Teori dan Program ini meliputi beberapa bab
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang pemilihan judul, identifikasi masalah, rumusan masalah,
tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, metodelogi, kerangka pikir dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi studi literatur tentang definisi Arboretum, tentang pengertian serta
aktivitas yang umumnya berlangsung di Visitor Center. Selanjutnya,
Arsitektur Ekologis, definisi ekologis dan prinsip-prinsip dalam perancangan
arsitektur ekologis.
BAB III METODE DESAIN dan STUDI BANDING
Berisi Metode yang dipakai sebagai proses dalam mendesain Pusat
Pengunjung Arboretum. Penjabaran tentang objek studi banding yang telah
dilakukan.
BAB IV ANALISA dan PROGRAM
Mengemukan tentang kriteria dan variabel desain. Analisis preseden,
program tapak, program ruang, analisis tapak, analisis ruang, serta skematik
tapak, dan skematik bangunan, sintesis konsep desain tapak dan sintesis
konsep desain bangunan.
BAB V KONSEP DESAIN
Terdiri dari hasil akhir dari desain tapak (konsep desain tapak) serta hasil
akhir desain bangunan (konsep desain bangunan), yang dilanjutkan dengan
memasukkan seluruh konsep baik konsep tapak dan bangunan dalam detail
desain.
11