18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari konteks lingkungan tempat manusia tumbuh dan tinggal. Lingkungan adalah faktor utama bagi perkembangan manusia, isu-isu terkait dengan lingkungan mulai sering bermunculan, kemunculan isu tersebut juga diringi dengan isu pembangunan. Pembangunan menjadi prioritas dalam upaya meningkatkan tingkat perekonomian disuatu daerah bahkan suatu negara, dimana pembangunan dijadikan sebagai tolak ukur dalam keberhasilan perekonomian. Dalam realitanya, pembangunan memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungan, kegiatan pembangunan memang ditujukan dalam usaha peningkatan tingkat perekonomian tetapi kegiatan pembangunan seharusnya disertai dengan upaya untuk memperhatikan dan memperbaiki kualitas lingkungan. Sayangnya, pola pembangunan di masa sekarang sudah mulai tidak merujuk kepada pemikiran atau tanggap terhadap lingkungan tempatnya dibangun. Kegiatan tersebut bahkan berpotensi menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan tempat tinggal manusia. Padahal, potensi lingkungan terutama lingkungan alam sangat besar terlebih di Indonesia. Indonesia dikenal mendunia karena kekayaan alamnya, hampir setiap provinsi memiliki keunikan alamya masing-masing, umumnya di Indonesia lingkungan alam tersebut dimanfaatkan sebagai tujuan wisata. Diantara banyaknya kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia, hutan adalah salah satu kekayaan alam yang berlimpah di beberapa pulau seperti di Sumatera dan 1

BAB I

  • Upload
    bonyarc

  • View
    215

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

budaya orang utan

Citation preview

Page 1: BAB I

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari konteks lingkungan tempat manusia

tumbuh dan tinggal. Lingkungan adalah faktor utama bagi perkembangan manusia, isu-isu

terkait dengan lingkungan mulai sering bermunculan, kemunculan isu tersebut juga diringi

dengan isu pembangunan. Pembangunan menjadi prioritas dalam upaya meningkatkan

tingkat perekonomian disuatu daerah bahkan suatu negara, dimana pembangunan dijadikan

sebagai tolak ukur dalam keberhasilan perekonomian. Dalam realitanya, pembangunan

memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungan, kegiatan pembangunan memang

ditujukan dalam usaha peningkatan tingkat perekonomian tetapi kegiatan pembangunan

seharusnya disertai dengan upaya untuk memperhatikan dan memperbaiki kualitas

lingkungan. Sayangnya, pola pembangunan di masa sekarang sudah mulai tidak merujuk

kepada pemikiran atau tanggap terhadap lingkungan tempatnya dibangun. Kegiatan tersebut

bahkan berpotensi menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan tempat tinggal manusia.

Padahal, potensi lingkungan terutama lingkungan alam sangat besar terlebih di Indonesia.

Indonesia dikenal mendunia karena kekayaan alamnya, hampir setiap provinsi memiliki

keunikan alamya masing-masing, umumnya di Indonesia lingkungan alam tersebut

dimanfaatkan sebagai tujuan wisata.

Diantara banyaknya kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia, hutan adalah salah

satu kekayaan alam yang berlimpah di beberapa pulau seperti di Sumatera dan Kalimantan.

Menceritakan tentang pulau Kalimantan saja sudah cukup untuk mewakili kekayaan alam

yang dimiliki oleh Indonesia. Kalimantan terdiri dari 4 provinsi, keempat provinsi ini

menjadikan hutannya sebagai andalan terutama dalam pengembangan bidang kepariwisataan.

Begitu pula halnya dengan Kalimantan Tengah, Kalimantan Tengah sendiri dalam Surat

Keputusan Menteri Pertanian yang diterbitkan pada tanggal 12 Oktober 1982 menyatakan

penunjukkan areal hutan di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah seluas 15.300.000 Ha,

dengan beberapa fungsi kawasan hutan antara lain Hutan Suaka Alam/Hutan Wisata (4.77%),

Hutan Lindung 5.22%, Hutan Produksi Terbatas (22.21%), Hutan Produksi Biasa (HP)

(39.69%), Hutan Produksi yang dapat di-Konservasi (28.11%). Dalam perkembangannya,

setelah bertahan selama 30 tahun penunjukkan ini mengalami perubahan, melalui Keputusan

Menteri Kehutanan tanggal 25 September 2012 fungsi dan luasan lahan Provinsi Kalimantan

Tengah dibagi menjadi, Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (10.57%),

1

Page 2: BAB I

Hutan Lindung (8.73%), Hutan Produksi Terbatas (21.50%), Hutan Produksi Biasa (25.28%),

Hutan Produksi yang dapat di-Konservasi (16.49 %), Areal Penggunaan Lain (APL)

(17.55%). Berdasarkan keputusan dapat disimpulkan bahwa luasan hutan Kalimantan Tengah

adalah 12.719.707 Ha dengan presentasenya adalah 82.45% dari luas provinsi (33 Provinsi,

Profil Kehutanan “Kalimantan Tengah”, 2012).

Luasan hutan Kalimantan Tengah berdasarkan keputusan yang ada memang mencapai

angka yang besar, tetapi luasan hutan tersebut juga tidak luput dari isu tentang degradasi

lahan. Dalam perkembangannya, selama tiga puluh tahun tersebut terjadi penurunan luasan

hutan Kalimantan Tengah yang awalnya sekitar 15 juta Ha, setelah 30 tahun berselang

luasanya berkurang menjadi sekitar 12 juta Ha. Alasan pertama yang menyebabkannya

adalah aktivitas manusia yaitu pembangunan, baik itu pembangunan bangunan perumahan

ataupun bangunan komersil, disertai praktik illegal logging seperti untuk lahan perkebunan

sawit dan illegal mining untuk kegiatan pertambangan. Dalam beberapa tahun sebelumnya,

Kalimantan disebut-sebut menjadi salah satu paru-paru dunia yang menyangga produksi

oksigen, bukan hanya bagi daerah di Kalimantan, tetapi juga Indonesia bahkan dunia.

Ironinya, dibalik pernyataan tersebut kabut asap selalu terjadi hampir setiap tahun seperti

sebuah tradisi, bahkan seperti kegiatan tahunan yang selalu terjadi penyebab utamanya karena

pembakaran lahan secara sengaja ataupun tidak. Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah yaitu

Kota Palangka Raya pun tak luput dari kegiatan tahunan ini. Sebagai wajah dari Kalimantan

Tengah, Palangka Raya seharusnya mampu meunjukkan sikap positif terutama dalam hal

pengendalian kekayaan alamnya (hutan) dan perihal kabut asap ini. Walaupun demikian,

kegiatan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia adalah hal yang sulit

untuk disangkal serta sulit untuk dikendalikan. Sayangnya alasan tersebut bukan suatu

pembelaan untuk tidak memikirkan serta peka terhadap kondisi lingkungan. Disela kegiatan

tersebut, diperlukan perhatian manusia sebagai pionir dan pelaku utama dalam kegiatan

pembangunan untuk menjaga lingkungannya serta berperan membuat lingkungannya tetap

terjaga dan terus berkelanjutan hingga masa yang akan datang.

Salah satu kawasan hutan yang patut dijaga terutama yang termasuk dalam kawasan

administratif kota Palangka Raya adalah kawasan Arboretum di Nyaru Menteng karena

Arboretum ini merupakan aset milik kota Palangka Raya yang didalamnya terdiri dari

pohon-pohon jenis hutan tropika sebagai tempat pelestarian plasma nuftah ekosistem hutan

rawa dan sebagai lokasi konservasi tanaman langka, selain itu didalam Arboretum ini

terdapat berbagai jenis tumbuhan yang dapat digolongkan kedalam 43 famili dengan jumlah

species 139 jenis, termasuk jenis tumbuhan langka serta species hewan hutan tropika dan

2

Page 3: BAB I

yang membuat tempat ini juga menarik adalah adanya pusat reintroduksi orang utan oleh

Yayasan BOS Nyaru Menteng (Booklet Kota Palangka Raya, 2010). Kawasan ini merupakan

kebun botani yang dijadikan tempat konservasi serta hutan lindung tetapi ia juga dijadikan

sebagai salah satu andalan wisata alam bagi pemerintah kota Palangka Raya (RPJP kota

Palangka Raya, 2008-2028), dimana tujuan pemerintah menjadikannya sebagai andalan

pariwisata terutama wisata alam adalah biodiversity serta orang utan yang dimiliki oleh

Arboretum ini. Sayangnya, kekayaan alam tersebut berbanding terbalik dengan kenyataan

yang ada, bahwa pariwisata dikota Palangka Raya relatif belum berkembang, jika dilihat dari

data kunjungan wisatawan yang hampir tidak ada datanya meskipun selama ini program

internasional, paket-paket pariwisata telah dibuat sedemikian rupa namun belum mendorong

menjadi salah satu sumber ekonomi bagi daerah dan masyarakat (RPJM kota Palangka Raya,

2008-2013).

Data ataupun keterangan terkait dengan penyebab menurunnya jumlah kunjungan

wisata di Palangka Raya dalam beberapa tahun belakangan terutama kunjungan wisata ke

Arboretum masih belum ditemukan dan belum mendapatkan penjelasan yang pasti dari pihak

terkait. Dampak yang ditimbulkan oleh hal tersebut adalah berdampak pada keberlanjutan

kegiatan pariwisata disini, serta berimbas kepada perawatan terhadap objek wisata yang

menjadi tidak memadai, kebersihan tidak terjaga, tujuan wisata seperti pusat reintroduksi

lebih sering ditutup sehingga terkadang pelancong lebih sering pulang kecewa karena tidak

dapat melihat orang utan begitu juga dengan tracking kedalam kawasan arboretum pun tidak

efektif seperti dulu, fasilitas seperti titian kecil mulai rusak dan lepas sehingga terkadang

lokasi ini tidak dibuka dan hanya berfokus pada kegiatan didalamnya tanpa memberikan

atraksi wisata. Dampaknya bukan hanya untuk kegiatan diluar atraksi wisata arboretum dan

pusat reintroduksi tetapi juga kegiatan di dalamnya menerima imbas yang kurang baik,

imbas ini terjadi karena kegiatan masyarakat sekitar yang mulai tidak peduli dengan

lingkungannya yaitu dengan melakukan kegiatan membakar lahan dan hutan yang umumnya

tanah gambut disekitar Nyaru Menteng pada saat musim kemarau, akibatnya kegiatan sekolah

bagi orangutan-orangutan ikut terhambat, umumnya mereka setiap hari dilepaskan saat pagi

hari tetapi saat kabut asap terjadi mereka dilepaskan pada siang hari umumnya kejadian ini

terjadi saat musim kemarau datang (http://orangutan.or.id/ID/ haze-covers-forest-school / , 23

September, 2014, 19:30 WIB ).

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa manusia mampu berperan dalam

munculnya isu-isu negatif terkait dengan lingkungan, serta manusia juga mampu berperan

besar sebagai penentu kualitas lingkungannya, tingkat keberlangsungan kehidupan ekologi

3

Page 4: BAB I

juga ditentukan oleh peranan manusia-manusia yang tinggal didalamnya. Sehingga dari hal

itu dapat diambil kesimpulan bahwa manusia yang hidup dan tinggal dalam suatu lingkungan

perlu mengetahui serta mendapatkan pengetahuan dan pendidikan tentang lingkungan hidup,

terutama di tempat-tempat konservasi atau hutan lindung seperti Arboretum di Nyaru

Menteng. Memang, ilmu pengetahuan terkait tentang lingkungan hidup sangat efektif

diajarkan apabila mengiring masuk dan berbaur langsung dengan lingkungannya, tetapi

sebelum melakukan hal tersebut akan lebih efektif lagi apabila sebelumnya diberikan

pengetahuan berupa informasi ataupun teori-teori/materi tentang lingkungan hidup.

Kelebihannya adalah kegiatan untuk memberikan pengenalan dan pengetahuan tentang

bagaimana alam, bagaimana menjaganya, bagaimana siklus alam itu berlangsung, kesemua

hal itu dapat berjalan dengan benar tanpa terbuang sia-sia. Oleh karena itu, untuk

melaksanakan aktivitas tersebut diperlukan suatu wadah yang mampu mewadahi kegiatan

pemberian pendidikan tentang lingkungan hidup, tentang pengenalan serta cara untuk

melestarikannya. Solusi yang dilakukan untuk melaksanakan hal tersebut adalah dengan

mendirikan sebuah fasilitas pusat pengunjung atau visitor center pada lokasi cagar alam atau

wisata alam. Penyelesaian yang bisa dilaksanakan di Arboretum di Nyaru Menteng Palangka

Raya adalah dengan rnenyediakan wadah tersebut sebagai suatu wadah yang memfasilitasi

pengunjungnya atau wisatawannya. Wisatawan atau pengunjung disini bukan hanya

berwisata untuk menikmati alam tetapi juga berwisata pendidikan tentang lingkungan hidup

yang dapat mereka ketahui melalui pengenalan, pembelajaran melalui materi serta melaui

pembelajaran langsung kealam. Dalam artian lain wadah ini juga menjadi tujuan wisata baru

yaitu wisata edukasi tentang lingkungkan terutama lingkungan Arboretum. Di dalamnya

pengunjung mampu menerima lebih banyak pegetahuan, serta dapat memperdalam

pengetahuan lebih lagi dengan melihatnya langsung kedalam kawasan arboretum. Memiliki

wadah ini, sama artinya dengan mengoptimalkan fungsi arboretum sebagai sebuah kebun

botani yang merupakan kawasan konservasi yang kaya, serta sebagai upaya meningkatkan

pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan hutan dan kelestarian

lingkungan. Selanjutnya sebagai upaya untuk menigkatkan kunjungan wisata yang diimbangi

dengan pengetahuan yang baik tentang lingkungan.

1.2 Identifikasi Permasalahan

Visitor Center merupakan sebuah wadah yang dirancang untuk memfasilitasi

aktivitas pengunjung dalam upaya pengenalan serta pembelajaran tentang lingkungan

tempatnya didirikan. Pemberian yang dilakukan dalam bentuk yang inovatif dan atraktif

4

Page 5: BAB I

sehingga mampu menunjang kegiatan didalamnya, sedangkan arboretum merupakan tempat

konservasi ex-situ yang mengkonservasi species diluar distribusi dan populasi aslinya serta

merupakan kebun botani yang khususnya diisi oleh koleksi jenis pepohonan. Sehingga dapat

dikatakan bahwa Visitor Center ini merupakan bangunan yang memfasilitasi edukasi publik

terutama edukasi tentang lingkungan. Visitor Center ini termasuk dalam konteks

pembangunan dengan keinginan untuk pemenuhan kebutuhan pengunjungnya. Lingkungan

merupakan tempat dimana Visitor Center ini akan berdiri, lingkungan dan bangunan memang

memiliki hubungan timbal balik yang erat dan sifat yang berbeda. Lingkungan merupakan

lingkupan utama dan bangunan merupakan sebuah objek baru yang ikut dan ada menjadi

bagian dari lingkungan tersebut. Tetapi seperti apa kondisi lingkungan setelah adanya

bangunan tersebut memiliki jawaban yang berbeda, hal tersebut bergantung dengan

bagaimana rancangan bangunannya. Tetapi untuk dapat menghadirkan edukasi dalam bentuk

yang berbeda adalah dengan melakukan penyampaian edukasi melalui segi arsitekturalnya.

Cara yang mungkin untuk dilakukan adalah salah satunya dengan bagaimana merancang

sebuah Visitor Center yang mampu menciptakan hubungan yang positif dan menguntungkan

dengan lingkungan, walaupun sebagian dari lingkungan tersebut telah beralih fungsi dan

ditambahkan objek baru yang berbeda dengan sebelumnya, tetapi siklus dari lingkungan

tersebut tetap berlanjut, sehingga ia menjadi satu kesatuan dengan lingkungan.

Usaha untuk menjadikan sebuah bangunan yang dapat berintegrasi dengan baik

terhadap lingkungannya dapat dibantu dengan arsitektur ekologis. Pendekatan arsitektur

ekologis adalah hal yang tepat untuk diterapkan dalam rancangan Visitor Center ini, karena

arsitektur ekologis merupakan program desain dalam merancang bangunan yang

berkelanjutan baik bagi manusia maupun lingkungannya, serta merupakan konsep

perancangan yang memilki tujuan akhir untuk mencapai integrasi ditingkat yang baik dengan

lingkungannya. Konsep ekologis merupakan konsep penataan lingkungan dengan

memanfaatkan potensi atau sumberdaya alam dan penggunaan teknologi berdasarkan

manajemen etis yang ramah lingkungan.

Mengedukasikan pengunjung dari segi arsitektural, adalah salah satu cara dengan

menampilkan apa yang paling mudah untuk dilihat oleh pengunjung, hal-hal tersebut seperti

dalam konteks site, bentuk dan fasad bangunan serta material apa saja yang digunakan dalam

bangunan, elemen-elemen ini merupakan hal yang paling mudah dipelajari atau dilihat oleh

pengunjung, berdasarkan penjabaran tersebut dapat konsepkan dalam beberapa hal yaitu;

Pertama adalah pengolahan tapak, mengetahui potensi tapak agar dapat menetukan

zonasi-zonasi dimana akan menjadi tempat bangunan serta pendukungnya. Selanjutnya

5

Page 6: BAB I

adalah dengan mengetahui zonasi dimana yang tidak boleh di bangun sehingga dampak yang

diberikan bangunan terhadap lingkungan dapat diminimalisirkan, atau memberikan solusi

yang memberikan keuntungan kedua pihak, sesuai dengan hubungan timbal balik antara

bangunan dan lingkungan yaitu dengan pertimbangan zero impact. Memanfaatkan kelebihan

yang dimiliki oleh site tersebut sehingga pemikiran terhadap potensi site mampu menciptakan

lingkungan yang nyaman dan bersahabat bagi manusia maupun lingkungan.

Kedua adalah Efficient use of resources efisiensi penggunaan sumber daya alam hal

ini berkaitan dengan bentuk serta fasad dari bangunan, kawasan arboretum merupakan

kawasan dengan iklim topika lembab basah, dimana pengaruh sinar matahari, aliran udara

atau angin serta curah hujan menjadi pertimbangan utama yang digunakan dalam mendesain

bangunan, pertama adalah dalam hal pemanfaatan energi yang ada di alam yaitu dari sinar

matahari serta aliran udara, hal tersebut berhubungan erat dengan pencahayaan dan

penghawaan alami, pemanfaatan dan pengoptimalan energi dari alam ini nanti diwujudkan

kedalam bentuk dan fasad agar pengunjung dengan mudah untuk mengetahui serta

mempelajarinya. Selain pemanafaatan energi alam diperlukan juga pemikiran tentang cara

yang bisa dilakukan untuk melindungi bangunan dari dampak kurang baiknya seperti dampak

dari panas dan sinar matahari, maupun curah hujan yang tinggi, pertimbangan-pertimbangan

terhadap kondisi iklim ini nantinya menjadi pertimbangan dalam proses mendesain

bangunan (bentuk dan fasad).

Ketiga adalah space and material, pemilihan material adalah salah satu aspek penting

dalam desain ekologis, pemilihan material akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi

energi serta berpengaruh terhadap kondisi lingkungan atau ketersedian cadangan bahan baku

atau sumberdaya material tersebut dialam. Pertimbangan-pertimbangan tersebut mampu

mempengaruhi proses perancangan dan hasil desain bangunan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah-masalah yang sudah dijabarkan sebelumnya

maka rumusan masalahnya adalah :

“Bagaimana merancang Arboretum Visitor Center di Nyaru Menteng dengan pendekatan

arsitektur ekologis?”

1.4 Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

6

Page 7: BAB I

Tujuan yang ingin dicapai adalah menghasilkan rancangan (arboretum

Visitor Center di Nyaru Menteng dengan pendekatan Arsitektur Ekologis.

2. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai adalah:

1. Mengetahui aktivitas serta program ruang dalam Visitor Center, terutama

yang terletak di Arboretum.

2. Memahami prinsip – prinsip perancangan dalam arsitektur ekologis.

3. Menerapkan fitur-fitur arsitektur ekologis dalam rancangan, dimulai dari

ruang luar bangunan, fisik bangunan (bentuk, fasad) material dan ruang.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam Landasan Teori dan Program LTP ini adalah:

Batasan dalam pembahasan adalah pertama membahas tentang Visitor

Center. Penjabaran tentang Visitor Center yang nantinya akan menjadi

dasar dalam pembentukkan kriteria desain dari sebuah Visitor Center.

Batasan masalah yang kedua adalah arsitektur ekologis. Pendeskripsian

tentang arsitektur ekologis yang nantinya menjadi dasar pemikiran dalam

menentukkan kriteria-kriteria desain dari arsitektur ekologis, yang akan

diterapkan dalam proses perancangan.

Selanjutnya, batasan masalah yang ketiga adalah membahas Arboretum

di Nyaru Menteng, yaitu tentang kondisi fisikal, biologikal didalamnya.

Terakhir, dikegiatan perancangan ini yang menjadi batasan atau parameter

dalam proses merancangnya adalah hanya berdasarkan pada kriteria-

kriteria desain dari Visitor Center dan arsitektur ekologis yang didapatkan

berdasarkan hasil kesimpulan dari hasil pendeskripsian tentang Visitor

Center dan arsitektur ekologis.

1.6 Metodelogi

Penulisan dan pembahasan pada LTP ini dilakukan dengan metode deskriptif

kualitatif deduktif, metode berpikir ini adalah metode yang menerapkan hal-hal yang

umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan kedalam bagian-bagian yang

lebih khusus. Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu

peristiwa umum dimana didalamnya ada suatu pola berpikir yang secara luas atau

7

Page 8: BAB I

logis, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini dan berkahir pada suatu

kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat lebih khusus. Berdasarkan hal tersebut,

urutan dalam penulisan adalah :

1. Metode Pengumpulan Data

Mengumpulkan data –data yang diperoleh melalui

Studi observasi, dengan melakukan penelitian rencana lokasi di

Arboretum Nyaru Menteng Palangka Raya, untuk mendapatkan data

primer berupa kondisi site potensi serta kekurangan yang ada di

Arboretum dan lingkungan sekitar serta data berupa foto.

Studi Literatur, pertama mengumpulkan data-data terkait dengan

kebutuhan-kebutuhan seperti kebutuhan ruang yang diperlukan

sebuah Visitor Center. Kedua, mencari data tentang arsitektur

ekologis, prinsip-prinsipnya yang mampu diaplikasikan kedalam

desain.

Studi Banding, pengumpulan data primer yaitu pengamatan terhadap

bangunan yang memiliki fungsi yang sama. Lokasi studi banding

yang dipilih adalah Pusat Informasi (information center) di Taman

Wisata Candi Borobudur, Taman Pintar Yogyakarta dan Kebun Raya

Eka Raya Bali .

2. Analisis

Analisis yang dilakukan adalah terhadap poin-poin penting yang menjadi

dasar kegiatan perancangan. Dalam analisis adalah tahap mengidentifikasi

inventarisasi data terkait dengan Arboretum, Visitor Center dan Arsitektur

Ekologis. Kemudian langkah selanjutnya adalah dengan mencari solusi dari

setiap permasalahan tersebut dengan memberikan alternatif-alternatif solusi

yang hasilnya nanti akan ditindak lanjuti pada tahap sintesis. Data utama

yang akan dianalisis adalah :

Tapak;

Ruang, dan

Bangunan.

3. Sintesis

8

Page 9: BAB I

Sintesis merupakan tahapan kelanjutan dari tahap analisis, yaitu dengan

memutuskan hasil dari alternatif-alternatif yang muncul pada tahap analisis.

Tahap sintesis adalah tahapan yang mendekati tahapan akhir dimana

tahapan ini adalah tahapan mengumpulkan keseluruhan solusi untuk

menjadi acuan dalam tujuan akhir dari kegiatan perancangan ini.

4. Evaluasi

Proses ini merupakan proses mengambil kesimpulan berdasarkan ide yang

telah didapatkan dalam kegiatan sintesis, mengkaji ide yang ada dan

mencocokan ide yang didapatkan dengan tujuan awal perancangan.

5. Konsep Desain

Penjabaran tentang hasil desain yang terpilih dalam sintesis kedalam

bentuk tulisan atau kata-kata yang lebih mudah untuk dimengerti.

1.7 Kerangka Berpikir

9

LATAR BELAKANG Akibat merosotnya kunjungan wisata, perawatan terhadap objek wisata menjadi tidak memadai, kebersihan tidak terjaga, tujuan wisata seperti pusat

reintroduksi lebih sering ditutup sehingga terkadang pelancong lebih sering pulang dengan kecewa karena tidak dapat melihat orang utan, fasilitas seperti titian kecil mulai rusak dan lepas.

Mulai berkurangnya kepedulian masyarakat akan lingkungan seperti warga mulai membakar lahan masyarakat dan hutan yang umumnya tanah gambut disekitar Nyaru Menteng dibakar pada saat musim kemarau berlangsung di Kalimantan Tengah, yang menyebabkan kabut asap dan menggangu kegiatan dalam lokasi wisata seperti di Arboretum.

Page 10: BAB I

10

LATAR BELAKANG Akibat merosotnya kunjungan wisata, perawatan terhadap objek wisata menjadi tidak memadai, kebersihan tidak terjaga, tujuan wisata seperti pusat

reintroduksi lebih sering ditutup sehingga terkadang pelancong lebih sering pulang dengan kecewa karena tidak dapat melihat orang utan, fasilitas seperti titian kecil mulai rusak dan lepas.

Mulai berkurangnya kepedulian masyarakat akan lingkungan seperti warga mulai membakar lahan masyarakat dan hutan yang umumnya tanah gambut disekitar Nyaru Menteng dibakar pada saat musim kemarau berlangsung di Kalimantan Tengah, yang menyebabkan kabut asap dan menggangu kegiatan dalam lokasi wisata seperti di Arboretum.

RUMUSAN MASALAHBagaimana merancang Arboretum Visitor Center di Nyaru Menteng dengan pendekatan arsitektur ekologis ?”

TUJUAN DAN SASARAN

TujuanTujuan yang ingin dicapai adalah menghasilkan rancangan Arboretum Visitor Center di Nyaru Menteng dengan pendekatan Arsitektur Ekologis. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai adalah:1. Mengetahui aktivitas serta program ruang dalam pusat pengunjung, terutama pusat pengunjung arboretum. 2. Memahami prinsip – prinsip perancangan dalam arsitektur ekologis. 3. Menerapkan fitur-fitur arsitektur ekologis dalam rancangan, dimulai dari ruang luar bangunan, fisik bangunan (bentuk, fasad)

material dan ruang.

TINJAUAN KHUSUS :

Pengertian Arsitektur Ekologis

Prinsip-prinsip dalam arsitektur ekologis.

TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN UMUM :

Pengertian, karakter dan aktivitas pada sebuah Visitor Center.

Pengertian arboretum .

STUDI BANDING

FEED

BACK

ANALISA

SINTESA

Desain Pusat Pengunjung Arboretum di Nyaru Menteng Palangka Raya

STUDI OBSERVASI

TINJAUAN KHUSUS :

Existing Arboretum Nyaru Menteng

Kondisi lingkungan Arboretum di Nyaru Menteng

Pusat informasi pengunjung Candi Borobuur

Taman Pintar Yogyakarta Kebun Raya Eka Raya Bali.

METODE DESAIN

Page 11: BAB I

1.8 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam Landasan Teori dan Program ini meliputi beberapa bab

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang pemilihan judul, identifikasi masalah, rumusan masalah,

tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, metodelogi, kerangka pikir dan

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi studi literatur tentang definisi Arboretum, tentang pengertian serta

aktivitas yang umumnya berlangsung di Visitor Center. Selanjutnya,

Arsitektur Ekologis, definisi ekologis dan prinsip-prinsip dalam perancangan

arsitektur ekologis.

BAB III METODE DESAIN dan STUDI BANDING

Berisi Metode yang dipakai sebagai proses dalam mendesain Pusat

Pengunjung Arboretum. Penjabaran tentang objek studi banding yang telah

dilakukan.

BAB IV ANALISA dan PROGRAM

Mengemukan tentang kriteria dan variabel desain. Analisis preseden,

program tapak, program ruang, analisis tapak, analisis ruang, serta skematik

tapak, dan skematik bangunan, sintesis konsep desain tapak dan sintesis

konsep desain bangunan.

BAB V KONSEP DESAIN

Terdiri dari hasil akhir dari desain tapak (konsep desain tapak) serta hasil

akhir desain bangunan (konsep desain bangunan), yang dilanjutkan dengan

memasukkan seluruh konsep baik konsep tapak dan bangunan dalam detail

desain.

11