Upload
bobby-faisyal-rakhman
View
212
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
anak
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara
aktif yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi
CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid.
Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat ketidak seimbangan antara produksi
dan absorpsi dari CSS.
Secara keseluruhan, Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000
kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000
kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada
perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal
perbedaan ras.
Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa
lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah
akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan
meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior.
Secara internasional, insiden hidrosefalus yang didapat juga tidak
diketahui jumlahnya. Sekitar 100.000 shunt yang tertanam setiap tahun di negara
maju, tetapi informasi untuk negara-negara lain masih sedikit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang
berarti kepala. Hidrosefalus dapat didefinisikan secara luas sebagai gangguan
pembentukan aliran atau penyerapan LCS yang menyebabkan peningkatan
volume pada CNS.
Kondisi ini juga dapat didefinisikan gangguan hidrodinamik pada LCS.
Hidrosefalus akut dapat terjadi dalam beberapa hari. Sub akut dalam mingguan
dan yang kronik bulanan atau tahunan. Kondisi-kondisi seperti atrofi serebral dan
lesi destruktif fokal juga menyebabkan peningkatan abnormal LCS dalam CNS.
Pada situasi semacam ini, kehilangan jaringan serebral meninggalkan ruangan
kosong yang secara pasif akan terisi dengan LCS. Kondisi semacam iu tidak
disebabkan oleh gangguan hidrodinamik sehingga tidak diklasifikasikan sebagai
hidrosefalus.
Istilah lain yang dulu digunakan untuk kondisi tersebut adalah hidrosefalus
ex vacuo.
2.2. EPIDEMIOLOGI
Secara keseluruhan, Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000
kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000
kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada
perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal
perbedaan ras.
Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa
lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah
akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan
meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior.
Secara internasional, insiden hidrosefalus yang didapat juga tidak
diketahui jumlahnya. Sekitar 100.000 shunt yang tertanam setiap tahun di negara
maju, tetapi informasi untuk negara-negara lain masih sedikit.
Kematian pada hidrosefalus yang tidak ditangani dapat terjadi oleh karena
herniasi tonsil sekunder yang dapat meningkatkan tekanan intracranial, kompresi
batang otak dan sistem pernapasan.
Pemasangan shunt telah dilakukan pada 75% dari semua kasus hidrosefalus
dan di 50% pada anak-anak dengan hidrosefalus komunikan. Pasien dirawat di
rumah sakit untuk merevisi shunt sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan,
untuk pengobatan komplikasi, atau kegagalan shunt.
Kurangnya perkembangan fungsi kognitif pada bayi dan anak-anak, atau
hilangnya fungsi kognitif pada orang dewasa, dapat mejadi komplikasi pada
hidrosefalus yang tidak diobati. Hal ini dapat bertahan setelah pengobatan.
Kehilangan fungsi visual dapat menjadi komplikasi pada hidrosefalus yang tidak
diobati dan dapat menetap setelah pengobatan.
2.3. ANATOMI DAN FISIOLOGI
CSS dibentuk di dalam system ventrikel serebrum, terutama oleh pleksus
koroideus. Masing-masing dari keempat ventrikel mempunyai jaringan pleksus
koroideus, yang terdiri atas lipatan vilosa dilapisi oleh epitel dan bagian
tengahnya mengandung jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah. Cairan
dibentuk melalui sekresi dan difusi aktif. Terdapat sumber CSS nonkonroid, tetapi
aspek pembentukan cairan ini masih belum diketahui sebelumnya.
Sistem ventrikel terdiri atas sepasang ventrikel lateral, masing-masing
dihubungkan oleh akuaduktus Sylvii ke ventrikel keempat tunggal yang terletak di
garis tengah dan memiliki tiga lubang keluar, sepasang foramen Luschka di
sebelah lateral dan sebuah foramen magendie di tengah. Lubang-lubang ini
berjalan menuju ke sebuah system yang saling berhubungan dan ruang
subaraknoid yang mengalami pembesaran fokal dan disebut sisterna.
Sisterna pada fosa posterior berhubungan dengan ruang subaraknoid diatas
konveksitas serebrum melalui jalur yang melintasi tentorium. Ruang subaraknoid
spinalis berhubungan dengan ruang subaraknoid intrakranium melalui sisterna
basalis.
Aliran CSS netto adalah dari ventrikel lateral menuju ventrikel ketiga
kemudian ke ventrikel keempat lalu ke sisterna basalis, tentorium, dan ruang
subaraknoid di atas konveksitas serebrum ke daerah sinus sagitalis, tempat
terjadinya penyerapan ke dalam sirkulasi sistemik.
Sebagian besar penyerapan CSS terjadi melalui vilus araknoidalis dan
masuk kedalam saluran vena sinus sagitalis, tetapi cairan juga diserap melintasi
lapisan ependim system ventrikel dan di ruang subaraknoid spinalis.
Pada orang dewasa normal, volume total CSS adalah sekitar 150 mL, yang
25 % nya terdapat di dalam sistem ventrikel. CSS terbentuk dengan kecepatan
sekitar 20 mL/jam, yang mengisyaratkan bahwa perputaran CSS terjadi tiga
sampai empat kali sehari.
2.4. PATOFISIOLOGI
Produksi LCS normal berkisar antara 0,20-0,50 mL/menit. Sebagian besar
diproduksi oleh plexus choroideus yang terletak diantara sistem ventrikuler
terutama pada ventrikel lateral dan ventrikulus IV. Kapasitas ventrikel laeral dan
III pada orang sehat sekitar 20 ml. Total volume LCS pada orang dewasa adalah
150 ml.
Tekanan intra kranial meningkat jika produksi melebihi absorbsi. Ini
terjadi jika adanya over produksi LCS, peningkatan tahanan aliran LCS, atau
peningkatan tekanan sinus venosus. Produksi LCS menurun jika tekanan
intrakranial meningkat. Kompensasi dapat terjadi melalui penyerapan LCS
transventrikuler dan juga dengan penyerapan pada selubung akar saraf.
Lobus temporal dan frontal melebar lebih dulu, biasanya asimetris. Ini
dapat menyebabkan kenaikan corpus callosum, penarikan atau perforasi septum
pelucidum, penipisan selubung serebral, atau pelebaran ventrikel tertius ke bawah
menuju fosa hipofisis (yang dapat menyebabkan disfungsi hipofisis).
Gambar 1. Aliran LCS, patofisiologi hidrosefalus
Hidrosefalus timbul akibat terjadi ketidak seimbangan antara produksi
dengan absorpsi dan gangguan sirkulasi CSS. Adapun keadaan-keadaan yang
dapat mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan tersebut adalah:
a. Disgenesis serebri
Empat puluh enam persen hidrosefalus pada anak akibat malformasi otak dan
yang terbanyak adalah malformasi Arnold-Chiary. Berbagai malformasi serebral
akibat kegagalan dalam proses pembentukan otak dapat menyebabkan
penimbunan CSS sebagai kompensasi dari tidak terdapatnya jaringan otak. Salah
satu contoh jelas adalah hidroanensefali yang terjadi akibat kegagalan
pertumbuhan hemisferium serebri.
b. Produksi CSS yang berlebihan
Ini merupakan penyebab hidrosefalus yang jarang terjadi. Penyebab tersering
adalah papiloma pleksus khoroideus, hidrosefalus jenis ini dapat disembuhkan.
c. Obstruksi aliran CSS
Sebagian besar kasus hidrosefalus termasuk dalam kategori ini. Obstruksi
dapat terjadi di dalam atau di luar sistem ventrikel. Obstruksi dapat disebabkan
beberapa kelainan seperti: perdarahan subarakhnoid post trauma atau meningitis,
di mana pada kedua proses tersebut terjadi inflamasi dan eksudasi yang
mengakibatkan sumbatan pada akuaduktus Sylvius atau foramina pada ventrikel
IV.
Sisterna basalis juga dapat tersumbat oleh proses arakhnoiditis yang
mengakibatkan hambatan dari aliran CSS. Tumor fossa posterior juga dapat
menekan dari arah belakang yang mengakibatkan arteri basiliaris dapat
menimbulkan obstruksi secara intermiten, di mana obstruksi tersebut berhubungan
dengan pulsasi arteri yang bersangkutan.
d. Absorpsi CSS berkurang
Kerusakan vili arakhnoidalis dapat mengakibatkan gangguan absorpsi CSS,
selanjutnya terjadi penimbunan CSS. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan
kejadian tersebut adalah:
- Post meningitis
- Post perdarahan subarachnoid
- Kadar protein CSS yang sangat tinggi
e. Akibat atrofi serebri
Bila karena sesuatu sebab terjadinya atrofi serebri, maka akan timbul
penimbunan CSS yang merupakan kompensasi ruang terhadap proses atrofi
tersebut.
Terdapat beberapa tempat yang merupakan predileksi terjadinya hambatan
aliran CSS :
a. Foramen Interventrikularis Monroe
Apabila sumbatan terjadi unilateral maka akan menimbulkan pelebaran
ventrikel lateralis ipsilateral.
b. Akuaduktus Serebri (Sylvius)
Sumbatan pada tempat ini akan menimbulkan pelebaran kedua
ventrikel lateralis dan ventrikel III.
c. Ventrikel IV
Sumbatan pada ventrikel IV akan menyebabkan pelebaran kedua
ventrikel lateralis, dan ventrikel III dan akuaduktus serebri
d. Foramen Mediana Magendie dan Foramina Lateralis Luschka
Sumbatan pada tempat-tempat ini akan menyebabkan pelebaran pada
kedua ventrikel lateralis, ventrikel III, akuaduktus serebri dan ventrikel
IV. Keadaan ini dikenal sebagai sindrom Dandy-Walker.
e. Ruang Sub Arakhnoid di sekitar medulla-oblongata, pons, dan
mesensefalon
Penyumbatan pada tempat ini akan menyebabkan pelebaran dari
seluruh sistem ventrikel. Akan tetapi apabila obstruksinya pada tingkat
mesensefalon maka pelebaran ventrikel otak tidak selebar seperti jika
obstruksi terjadi di tempat lainnya. Hal ini terjadi karena penimbunan
CSS di sekitar batang otak akan menekan ventrikel otak dari luar.
Produksi Sirkulasi Absorpsi
Meningkat
- Papiloma
plexus
choroideus
Normal Normal
Normal Terhambat
- Aquaductus Silvii
- Foramen Magendi
dan Luscha ( Sind.
Dandy Walker)
- Ventrikel III
- Ventrikel IV
- Ruang Sub
Arakhnoid
Menurun
- Trauma
- SAH
- Gangguan
pembentukan villi
arakhnoid
- Post meningitis
- Protein CSS >>
2.5. KLASIFIKASI
Hidrosefalus dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, yaitu:
2.5.1. Anatomis
a. Hidrosefalus tipe obstruksi/non komunikans
b. Hidrosefalus tipe komunikans
2.5.2. Etiologi
2.5.2.1. Tipe obstruktif (non-komunikans)
Terjadi bila CSS otak terganggu (gangguan di dalam atau pada sistem
ventrikel yang mengakibatkan penyumbatan aliran CSS dalam sistem ventrikel
otak)
a. Kongenital
1) Stenosis akuaduktus serebri
Mempunyai berbagai penyebab. Kebanyakan disebabkan oleh
infeksi atau perdarahan selama kehidupan fetal, stenosis kongenital sejati
sangat jarang.
Russel mengklasifikasikan stenosis akuaduktal ke dalam 4
kelompok berdasarkan temuan histologis: gliosis, forking stenosis simple,
dan pembentukan septum. Stenosis atau penyempitan akuaduktal terjadi
pada 2/3 kasus hidrosefalus kongenital.
2) Sindroma Dandy-Walker (atresia foramen Megendie dan
Luschka)
Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan
hidrosefalus. Etiologinya tidak diketahui. Malformasi ini berupa ekspansi
kistik ventrikel IV dan hipoplasia veris serebelum. Hidrosefalus yang
terjadi diakibatkan oleh hubungan antara dilatasi ventrikel IV dan rongga
subarakhnoid yang tidak adekuat; dan hal ini dapat tampil pada saat lahir,
namun 80% kasusnya biasanya tampak dalam tiga bulan pertama.
Kasus semacam ini sering terjadi bersamaan dengan anomali
lainnya seperti: agenesis korpus kalosum, labiopalatoskhisis, anomali
okuler, anomali jantung, dan sebagainya.
3) Malformasi Arnold-Chiari
Malformasi ini melibatkan kelainan susunan saraf pusat yang rumit
(khas pada fossa posterior). Batang otak tampak memanjang dan
mengalami malformasi, dan tonsil serebellum memanjang dan ekstensi ke
dalam kanalis spinalis. Kelainan ini menyebabkan obliterasi sisterna-
sisterna fossa posterior dan mengganggu saluran ventrikel IV. Malformasi
Arnold Chiari dijumpai pada hampir semua kasus mielomeningokel,
walaupun tidak semuanya berkembang menjadi hidrosefalus aktif yang
membutuhkan tindakan operasi pintas (shunting) (80% kasus).
4) Aneurisma vena Galeni
Kerusakan vaskuler yang terjadi pada saat kelahiran, tetapi secara
normal tidak dapat dideteksi sampai anak berusia beberapa bulan. Hal ini
terjadi karena vena Galen mengalir di atas akuaduktus Sylvii,
menggembung dan membentuk kantong aneurisma. Seringkali
menyebabkan hidrosefalus.
5) Hidroansefali
Suatu kondisi dimana hemisfer otak tidak ada dan diganti dengan
kantong CSS. sangat jarang. (Toxoplasma/T.gondii, Rubella/German
measles, X-linked hidrosefalus).
b. Acquired / Didapat
1) Stenois akuaduktus serebri (setelah infeksi atau perdarahan)
Infeksi oleh bakteri meningitis yang menyebabkan radang pada
selaput (meningen) di sekitar otak dan spinal cord. Hidrosefalus
berkembang ketika jaringan parut dari infeksi meningen menghambat
aliran CSS dalam ruang subarachnoid, yang melalui akuaduktus pada
sistem ventrikel atau mempengaruhi penyerapan CSS dalam villi
arachnoid.
Jika saat itu tidak mendapat pengobatan, bakteri meningitis dapat
menyebabkan kematian dalam beberapa hari. Tanda-tanda dan gejala
meningitis meliputi demam, sakit kepala, panas tinggi, kehilangan nafsu
makan, kaku kuduk. Pada kasus yang ekstrim, gejala meningitis
ditunjukkan dengan muntah dan kejang. Dapat diobati dengan antibiotik
dosis tinggi.
2) Herniasi tentorial akibat tumor supratentorial
3) Hematoma intraventrikular
Jika cukup berat dapat mempengaruhi ventrikel, mengakibatkan
darah mengalir dalam jaringan otak sekitar dan mengakibatkan perubahan
neurologis. Kemungkinan hidrosefalus berkembang sisebabkan oleh
penyumbatan atau penurunan kemampuan otak untuk menyerap CSS.
4) Tumor : Ventrikel, Regio vinialis, Fossa posterior
Sebagian besar tumor otak dialami oleh anak-anak pada usia 5-10
tahun. 70% tumor ini terjadi dibagian belakang otak yang disebut fosa
posterior. Jenis lain dari tumor otakyang dapat menyebabkan hidrosefalus
adalah tumor intraventrikuler dan kasus yang sering terjadi adalah tumor
plexus choroideus (termasuk papiloma dan carsinoma).
Tumor yang berada di bagian belakang otak sebagian besar akan
menyumbat aliran CSS yang keluar dari ventrikel IV. Pada banyak kasus,
cara terbaik untuk mengobati hidrosefalus yang berhubungan dengan tumor
adalah menghilangkan tumor penyebab sumbatan.
5) Abses/granuloma
6) Kista arakhnoid
Kista adalah kantung lunak atau lubang tertutup yang berisi cairan.
Jika terdapat kista arachnoid maka kantung berisi CSS dan dilapisi dengan
jaringan pada membran arachnoid. Kista biasanya ditemukan pada anak-
anak dan berada pada ventrikel otak atau pada ruang subarachnoid. Kista
subarachnoid dapat menyebabkan hidrosefalus non komunikans dengan
cara menyumbat aliran CSS dalam ventrikel khususnya ventrikel III.
Berdasarkan lokasi kista, dokter bedah saraf dapat menghilangkan
dinding kista dan mengeringkan cairan kista. Jika kista terdapat pada
tempat yang tidak dapat dioperasi (dekat batang otak), dokter dapat
memasang shunt untuk mengalirkan cairan agar bisa diserap. Hal ini akan
menghentikan pertumbuhan kista dan melindungi batang otak.
2.5.2.2. Tipe komunikans
Jarang ditemukan. Terjadi karena proses berlebihan atau gangguan
penyerapan
a. Penebalan leptomeningens dan/atau granulasi arakhnoid akibat:
1) Infeksi : Mikobakterium TBC, Kuman piogenik, Jamur; cryptococcus
neoformans, coccidioides immitis.
2) Perdarahan subarachnoid : Spontan seperti pada aneurisma dan
malformasi arteriol, Trauma
3) Meningitis karsinomatosa
b. Peningkatan viskositas CSS
Kadar protein yang tinggi seperti pada perdarahan subarakhnoid,
tumor kauda ekuina, tumor intrakranial neurofibroma akustik,
hemangioblastoma serebelum dan medulla spinalis, neurosifilis, sindrom
Guillain-Barre.
c. Produksi CSS yang berlebiha
Papiloma pleksus khoroideus
NPH (Normal Pressure Hydrocephalus)
Hidrosefalus yang terjadi tanpa disertai dengan peningkatan tekanan
intrakranial yang berarti, merupakan suatu tipe hidrosefalus kronik dimana
tekanan intrakranial berangsur-angsur berubah stabil dan terjadi pembesaran dari
ventrikel otak. Penderita dengan NPH tidak menunjukkan gejala-gejala klasik dari
peninggian tekanan intrakranial seperti sakit kepala, mual, muntah, atau
penurunan kesadaran sehingga seringkali salah terdiagnosis sebagai penyakit
Parkinson, Alzheimer, atau degeneratif berhubung sifat kronisnya dan gejala-
gejala yang menyertainya.
NPH akan menunjukkan gejala-gejala trias klasik yakni gaya berjalan ataxia,
demensia, dan inkontinensia urin.
1. Gaya berjalan ataxia, biasanya bersifat kronik progresif, disebabkan karena
ekspansi dari sistem ventrikuler, terutama pada ventrikel lateral yang
mempengaruhi traksi dari serat motorik sakral yang berjalan di area ini,
seringkali gejalanya berupa instabilitas postur dan gangguan keseimbangan
yang makin terlihat bila penderita berjalan atau menaiki tangga. Kelemahan
dan kelelahan otot juga dapat merupakan bagian dari keluhan meskipun lebih
samar. Hal-hal tersebut inilah yang membuatnya seringkali terdiagnosa
sebagai penyakit Parkinson, hanya saja disini tidak dijumpai tremor atau
rigiditas seperti penderita penyakit Parkinson pada umumnya.
2. Demensia, pada dasarnya merupakan predominasi dari lobus frontalis disertai
apatis, keterlambatan dalam proses berpikir, dan kecenderungan untuk hilang
atensi. Gangguan memori biasanya merupakan masalah utama, yang sering
salah terdiagnosis sebagai penyakit Alzheimer. Demensia ini diduga akibat
traksi dari serat limbik yang berjalan di area preventrikuler.
3. Inkontinensia urin, biasanya terjadi pada stadium akhir dari NPH, dimulai dari
meningkatnya frekuensi berkemih hingga akhirnya menunjukkan gejala
“inkontinensia lobus frontalis” dimana penderita menjadi tidak peduli
terhadap gejala inkontinensia yang dialaminya.
Etiologi berdasarkan umur
0-2 tahun
1. Infeksi intrauterine
2. Meningoensefalitis bakteri/virus pada neonatus
3. Kista araknoid
4. Tumor intrakranial
5. AV malformasi
6. Post infeksi
7. Gangguan perkembangan : Stenosis Aquaduktus, myelomeningokel, Kista
Dandy Walker, Ensefalokel
2-12 tahun
1. Massa yang menekan sistem ventrikular : kraniofaringioma, tumor pineal
2. Tumor fossa posterior : meduloblastoma, astrositoma,ependimoma
3. Gangguan perkembangan : Stenosis aquaduktus, malformasi Arnold Chiari
4. Post infeksi : meningitis
5. Post hemorraghic
2.6. GAMBARAN KLINIS
Gejala yang menonjol pada hidrosefalus adalah bertambah besarnya
ukuran lingkar kepala anak dibanding ukuran normal. Di mana ukuran lingkar
kepala terus bertambah besar, sutura-sutura melebar demikian juga fontanela
mayor dan minor melebar dan menonjol atau tegang. Beberapa penderita
hidrosefalus kongenital dengan ukuran kepala yang besar saat dilahirkan sehingga
sering mempersulit proses persalinan, bahkan beberapa kasus memerlukan operasi
seksio sesaria. Tetapi sebagian besar anak-anak dengan hidrosefalus tipe ini
dilahirkan dengan ukuran kepala yang normal. Baru pada saat perkembangan
secara cepat terjadi perubahan proporsi ukuran kepalanya.
Akibat penonjolan lobus frontalis, bentuk kepala cenderung menjadi
brakhisefalik, kecuali pada sindrom Dandy-Walker di mana kepala cenderung
berbentuk dolikhosefalik, karena desakan dari lobus oksipitalis akibat pembesaran
fossa posterior.
Sering dijumpai adanya Setting Sun Appearance / Sign, yaitu adanya
retraksi dari kelopak mata dan sklera menonjol keluar karena adanya penekanan
ke depan bawah dari isi ruang orbita, serta gangguan gerak bola mata ke atas,
sehingga bola mata nampak seperti matahari terbenam.
Kulit kepala tampak tipis dan dijumpai adanya pelebaran vena-vena
subkutan. Pada perkusi kepala anak akan terdengar suara cracked pot, berupa
seperti suara kaca retak. Selain itu juga dijumpai gejala-gejala lain seperti
gangguan tingkat kesadaran, muntah-muntah, retardasi mental, kegagalan untuk
tumbuh secara optimal.
Pada pasien-pasien tipe ini biasanya tidak dijumpai adanya papil edema,
tapi pada tahap akhir diskus optikus tampak pucat dan penglihatan kabur. Secara
pelan sikap tubuh anak menjadi fleksi pada lengan dan fleksi atau ekstensi pada
tungkai. Gerakan anak menjadi lemah, dan kadang-kadang lengan jadi gemetar.
a. Hidrosefalus pada bayi (Tipe congenital/infantil):
- Kepala membesar
- Sutura melebar
- Fontanella kepala prominen
- Mata kearah bawah (sunset phenomena)
- Nistagmus horizontal
- Perkusi kepala : cracked pot sign atau seperti semangka masak.
Ukuran rata-rata lingkar kepala berdasarkan umur
Umur Lingkar Kepala
0 bulan 35 cm
3 bulan 41 cm
6 bulan 44 cm
9 bulan 46 cm
12 bulan 47 cm
18 bulan 48,5 cm
b. Tipe juvenile/adult (2-10 tahun) :
- Sakit kepala
- Kesadaran menurun
- Gelisah
- Mual, muntah
- Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak
- Gangguan perkembangan fisik dan mental
- Papil edema; ketajaman penglihatan akan menurun dan lebih lanjut dapat
mengakibatkan kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II.
- Tekanan intrakranial meninggi oleh karena ubun-ubun dan sutura sudah
menutup, nyeri kepala terutama di daerah bifrontal dan bioksipital.
Aktivitas fisik dan mental secara bertahap akan menurun dengan gangguan
mental yang sering dijumpai seperti : respon terhadap lingkungan lambat,
kurang perhatian tidak mampu merencanakan aktivitasnya.
2.7. DIAGNOSIS
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil
pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang, yaitu :
a. Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
1) Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya
pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis
posterior.
2) Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup
maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran
kenaikan tekanan intrakranial.
b. Transiluminasi
Syarat untuk transiluminasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan
ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3
menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor.
Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
c. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar
kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis
kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala
dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan
suturan secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka
penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
d. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya
dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke
dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat
kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena
fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor
pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan
mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT
Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
e. Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain
mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak
mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini
disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem
ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
f. CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel
lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering
ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi
transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi
ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari
daerah sumbatan.
Gambar CT Scan hidrosefalus
g. MRI Kepala
MRI kepala dapat menunjukkan gambaran anatomi kepala secara
mendetail dan bermanfaat untuk mengidentifikasi tempat obstruksi
Gambar 3. MRI kepala dengan hidrosefalus
2.8. PENATALAKSANAAN
Terapi medikamentosa
Ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya
mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan
resorpsinya. Dapat dicoba pada pasien yang tidak gawat, terutama pada pusat-
pusat kesehatan dimana sarana bedah saraf tidak ada.
Obat yang sering digunakan adalah:
a. Asetasolamid
25-100 mg/kg/bb/hari Acetazolamide bekerja dengan cara merintangi
enzym karboanhidrase di tubuli proksimal, sehingga disamping karbonat, juga Na
dan K dieksresikan lebih banyak, bersamaan dengan air. Fungsi diuretiknya
lemah.
Efek samping dari obat ini biasanya kebas pada jari tangan dan kaki karena
hipokalemia. Beberapa dapat mengalami pandangan yang kabur, tapi biasanya
hilang dengan penghentian obat. Acetazolamide juga meningkatkan resiko batu
ginjal kalsium oksalat dan kalsium fosfat. Untuk mengurangi dehidrasi dan sakit
kepala dianjurkan untuk minum banyak cairan.
Kontraindikasi bagi mereka yang mempunyai sickle cell anemia, alergi
terhadap sulfa dan CA inhibitor, sakit ginjal atau hati, gagal kelenjar adrenal,
diabetes, ibu hamil dan menyusui.
b. Furosemid
Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv
0,6 mg/kgBB/hari. Furosemide bekerja sebagai loop diuretic kuat pada transport
Na K Cl loop henle thick ascending untuk menghambat Na dan Cl reabsorbsi.
Karena absorbsi Mg dan Ca pada thick ascending tergantung konsentrasi Na dan
Cl, loop diuretik juga menghambat absorbsi ion tersebut. Dengan terganggunya
reabsorbsi ion ini loop diuretik mengganggu terbentuknya medula renal yang
hipertonik. Dengan tanpa adanya medula yang terkonsentrasi, air menjadi kurang
osmotik kemudian melalui collecting duct, sehingga berakibat kenaikan produksi
urin.
Diuretik ini mengurangi air yang direabsorbsi kembali ke darah berakibat
pada penurunan volume darah. Loop diuretik juga menyebabkan vasodilatasi vena
pembuluh darah ginjal sehingga menurunkan tekanan darah.
Efek samping lainnya dapat menyebabkan jaundice, tinitus, fotosensitif,
rash, pankreatitis, mual, sakit perut, pusing, anemia.
Terapi Pembedahan
a. Pada pusat-pusat kesehatan yang memiliki sarana bedah saraf
Terapi operasi langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada
penderita yang gawat dan sambil menunggu operasi penderita biasanya diberikan:
- Mannitol (cairan hipertonik), dengan cara pemberian dan dosis: per infus,
0,5-2 g/kg BB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.
b. Tidak terdapat fasilitas bedah saraf
1) Pasien tidak gawat
Diberi terapi medikamentosa, bila tidak berhasil, pasien dirujuk ke
rumah sakit terdekat yang mempunyai fasilitas bedah saraf.
2) Pasien dalam keadaan gawat
Pasien segera dirujuk ke rumah sakit terdekat yang mempunyai
fasilitas bedah saraf setelah diberikan mannitol.
Jenis Terapi Operatif pada Pasien Hidrosefalus
a. Third Ventrikulostomi/Ventrikel III
Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma optikum,
dengan bantuan endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang sehingga CSS dari ventrikel
III dapat mengalir keluar.
b. Operasi pintas/Shunting
Ada 2 macam :
- Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus
tekanan normal.
- Internal
1) CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.
o Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-
Kjeldsen)
o Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.
o Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
o Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus
o Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
o Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum
c. Lumbo Peritoneal Shunt
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum
dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.
Teknik Shunting
a. Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau
kornu frontalis, ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monro.
b. Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan
analisis.
c. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak
proksimal dengan tipe bola atau diagfragma (Hakim, Pudenz, Pitz,
Holter) maupun yang terletak di distal dengan katup berbentuk celah
(Pudenz). Katup akan membuka pada tekanan tertentu.
d. Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium
kanan jantung melalui v. jugularis interna .
e. Ventriculo-Peritoneal Shunt.
o Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan.
o Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
Pada anak-anak, dengan kumparan silang yang banyak,
memungkinkan tidak diperlukan adanya revisi walaupun badan anak
tumbuh memanjang.
Komplikasi Shunting
a. Infeksi
Berupa peritonitis, meningitis atau peradangan sepanjang saluran
subkutan. Pada pasien-pasien dengan VA Shunt. Bakteri aleni dapat mengawali
terjadinya Shunt Nephritis yang biasanya disebabkan Staphylococcus epidermis
ataupun aureus, dengan risiko terutama pada bayi. Profilaksis antibiotik dapat
mengurangi risiko infeksi.
b. Hematoma Subdural
Ventrikel yang kolaps akan menarik permukaan korteks serebri dari
duramater. Pasien post operatif diletakkan dalam posisi terlentang mengurangi
risiko sedini mungkin.
c. Obstruksi
Dapat ditimbulkan oleh:
- Ujung proksimal tertutup pleksus khoroideus.
- Adanya serpihan-serpihan (debris).
- Gumpalan darah.
- Ujung distal tertutup omentum.
- Pada anak-anak yang sedang tumbuh dengan VA Shunt, ujung distal
kateter dapat tertarik keluar dari ruang atrium kanan, dan mengakibatkan
terbentuknya trombus dan timbul oklusi.
d. CSS yang rendah
Beberapa pasien Post shunting mengeluh sakit kepala dan vomiting pada
posisi duduk dan berdiri, hal ini ternyata disebabkan karena tekanan CSS yang
rendah, keadaan ini dapat diperbaiki dengan jalan:
- Intake cairan yang banyak.
- Katup diganti dengan yang terbuka pada tekanan yang tinggi.
e. Asites oleh karena CSS
Asites CSS ataupun pseudokista pertama kali dilaporkan oleh Ames,
kejadian ini diperkirakan 1% dari penderita dengan VP shunt. Adapun
patogenesisnya masih bersifat kontroversial. Diduga sebagai penyebab kelainan
ini adalah pembedahan abdominal sebelumnya, peritonitis, protein yang tinggi
dalam CSS.
Asites CSS biasanya terjadi pada anak dengan tekanan intrakranial di
mana gejala yang timbul dapat berupa distensi perut, nyeri perut, mual dan
muntah-muntah.
f. Kraniosinostosis
Keadaan ini terjadi sebagai akibat dari pembuatan shunt pada hidrosefalus
yang berat, sehingga terjadi penututupan dini dari sutura kranialis.
2.9. DIAGNOSIS BANDING
a. Higroma subdural ; penimbunan cairan dalam ruang subdural akibat
pencairan hematom subdural
b. Hematom subdural ; penimbunan darah di dalam rongga subdural
c. Emfiema subdural ; adanya udara atau gas dalam jaringan subdural.
d. Hidranensefali ; sama sekali atau hampir tidak memiliki hemisfer serebri,
ruang yang normalnya di isi hemisfer dipenuhi CSS
e. Tumor otak
f. Kepala besar
- Megaloensefali : jaringan otak bertambah
- Makrosefali : gangguan tulang
2.10. KOMPLIKASI
- Atrofi otak
- Herniasi otak yang dapat berakibat kematian
2.11. PROGNOSIS
Pada hidrosefalus infantil dengan operasi shunt menunjukkan perbaikan
yang bermakna. Jika tidak diobati 50-60% bayi akan tetap dengan hidrosefalus
atau mengalami penyakit yang berulang-ulang. Kira-kira 40% dari bayi yang
hidup dengan intelektual mendekati normal. Dengan pengobatan dan pembedahan
yang baik setidak-tidaknya 70% penderita dapat hidup hingga melampaui masa
anak-anak, di mana 40% diantaranya dengan intelegensi normal dan 60% sisanya
mengalami gangguan intelegensi dan motorik.
DAFTAR PUSTAKA
Delia R, Nickolaus dan RN Leanne Lintula. Hydrocephalus Therapy, Living with
Hydrocephalus.Medtronic, 2004.
Dan Stranding S. Ventricular System and Cerebrospinal Fluid, in Grays Anatomy
The Anatomical Basis of Clinical Practice, thirty nine edition, Churchill
Livingstone, New York : 2005, 287-94
Kahle, Leonhardt, Platzer. Sistem Saraf Dan Alat-Alat Sensoris, dalam Atlas
Berwarna & Teks Anatomi Manusia jilid 3, edisi 6,. Hipokrates, 2005, 262-271
R.Sjamsuhidat, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC, Jakarta :
2004, 809-810
DeVito EE, Salmond CH, Owler BK, Sahakian BJ, Pickard JD. 2007. Caudate
structural abnormalities in idiopathic normal pressure hydrocephalus. Acta Neurol
Scand 2007: 116: pages 328–332.
Rudolph AM, dkk. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Edisi 20. Volume 3. Jakarta:
EGC, 2006. Hal 2053-57