27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HNP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh trauma atau perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang atau kambuh ( Doenges, 1999). HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5-S1 kemudian pada C5-C6 dan paling jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja tapi kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20 tahun. Insiden terbanyak adalah pada kasus Hernia Lumbo Sakral lebih dari 90 %, dan diikuti oleh kasus Hernia Servikal 5-10 % . Pasien HNP lumbal seringkali mengeluh rasa nyeri menjadi bertambah pada saat melakukan aktifitas seperti duduk lama, membungkuk, mengangkat benda yang berat, juga pada saat batuk, bersin dan mengejan. Rose dan Engstorm menyebutkan bahwa nyeri yang bertambah pada saat batuk, bersin dan mengejan di sebabkan oleh peningkatan tekanan intratekal yang transien sepanjang durameter. Wiener mendapatkan sekitar 48-84 % pasien HNP lumbal mengalami rasa nyeri yang bertambah saat batuk, bersin dan mengejan. Menjelang usia meningkat setelah 20 tahun, mulailah terjadi perubahan-perubahan pada anulus fibrosus dan nukleus pulposus. Pada beberapa tempat serat-serat fibroelastik terputus dan

BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dfgj

Citation preview

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Masalah

HNP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh trauma atau

perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau

C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang atau kambuh (

Doenges, 1999).

HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5-S1 kemudian pada C5-C6 dan paling jarang

terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja tapi kejadiannya

meningkat dengan umur setelah 20 tahun. Insiden terbanyak adalah pada kasus Hernia Lumbo

Sakral lebih dari 90 %, dan diikuti oleh kasus Hernia Servikal 5-10 % . Pasien HNP lumbal

seringkali mengeluh rasa nyeri menjadi bertambah pada saat melakukan aktifitas seperti duduk

lama, membungkuk, mengangkat benda yang berat, juga pada saat batuk, bersin dan mengejan.

Rose dan Engstorm menyebutkan bahwa nyeri yang bertambah pada saat batuk, bersin dan

mengejan di sebabkan oleh peningkatan tekanan intratekal yang transien sepanjang durameter.

Wiener mendapatkan sekitar 48-84 % pasien HNP lumbal mengalami rasa nyeri yang bertambah

saat batuk, bersin dan mengejan.

Menjelang usia meningkat setelah 20 tahun, mulailah terjadi perubahan-perubahan pada

anulus fibrosus dan nukleus pulposus. Pada beberapa tempat serat-serat fibroelastik terputus dan

sebagian rusak diganti oleh jaringan kolagen. Proses ini berlangsung terus-menerus sehingga

dalam anulus fibrosus terbentuk rongga-rongga. Nukleus pulposus akan melakukan infiltrasi ke

dalam rongga-rongga tersebut dan juga mengalami perubahan berupa penyusutan kadar air. Jadi

terciptalah suatu keadaan dimana disatu pihak volume materi nukleus pulposus berkurang dan

dipihak lain volume rongga antar vertebrae bertambah sehingga terjadilah penurunan tekanan

intradiskal yang mengakibatkan nukleus pulposus menonjol.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pembuatan makalah ini ditujukan untuk

mengetahui perjalanan dan proses penyakitnya serta asuhan keperawatan HNP.

1.2     Rumusan Masalah

1.         Bagaimana Anatomi Fisiologi dari HNP?

Page 2: BAB I

2.         Untuk menegtahui Pengertian dari HNP?

3.         Untuk mengetahui Etiologi dari HNP?

4.         Untuk mengetahui Patofisiologi dari HNP?

5.         Untuk mengetahui Pathway dari HNP?

6.         Untuk mengetahui Manifestasi klinis dari HNP?

7.         Untuk mengetahui komplikasi dari HNP?

8.         Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari HNP?

9.         Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari HNP?

10.     Untuk mengetahui Legal Etik?

11.     Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dari HNP?

1.3     Tujuan

Agar kita mampu mengetahui Anatomi Fisiologi, Pengertian, Etiologi, Patofisiologi,

Pathway, Manifestasi klinis, Komplikasi, Penatalaksanaan, Pemeriksaan penunjang, Legal Etik,

Dan menegakkan Asuhan Keperawatan pada penderita Hernia Nukleus Pulposus.

BAB II

KONSEP TEORI

2.1    Anatomi Fisiologi Vertebrae

Page 3: BAB I

Tulang (belakang) pada batang punggung sepanjang punggung, menghubungkan tengkorak

dengan panggul. Tulang ini melindungi syaraf yang menonjol pada otak dan menjalar kebawah

punggung dan ke seluruh tubuh. tulang belakang tersebut dipisahkan oleh piringan yang berisi

bahan yang lembut, seperti agar-agar, yang menyediakan batalan ke batang tulang belakang.

Piringan ini bisa hernia (bergerak keluar dari tempatnya) atau pecah karena luka berat atau

tegangan. Batang tulang belakang dibagi kedalam beberapa bagian-cervical tulang belakang

(leher), thoracic spine (bagian punggung dibelakang dada), lumbar tulang belakang (punggung

bagian bawah), dan sacral tulang belakang (bagian yang dihubungkan dengan panggul yang tidak

bisa bergerak). Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah

bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu

kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus.

2.2    Pengertian HNP

HNP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh trauma atau

perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau

C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang atau kambuh (

Doenges, 1999).

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menonjolnya nukleus dari diskus ke dalam anulus

(cincin fibrosa sekitar diskus) dengan akibat kompresi saraf ( Smeltzer, 2001).

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah herniasi atau penonjolan keluar dari nukleus pulposus

yang terjadi karena adanya degenerasi atau trauma pada anulus fibrosus ( Rasjad, 2003).

Herniasi adalah suatu proses bertahap yang ditandai dengan serangan-serangan penekanan

akar syaraf yang menimbulkan berbagai gejala dan periode penyesuaian anatomik ( Price, 2005).

Nukleus Pulposus adalah bantalan seperti bola dibagian tengah diskus (lempengan kartilago

yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra). (Smeltzer, 2001).

Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara

tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan

seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya

nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)

Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung

ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990).

Page 4: BAB I

Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh proses degeneratif atau

trauma yang ditandai dengan menonjolnya nukleus pulposus dari diskus ke dalam anulus yang

menimbulkan kompresi saraf sehingga terjadi nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan

berulang (kambuh).

2.3    Etiologi HNP

1.      Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra

2.      Spinal stenosis

3.      Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll

4.      Pembentukan osteophyte

5.      Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus mengakibatkan

berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga annulus.

2.4    Patofisiologi HNP

Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi pulposus, kandungan

air diskus berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu serabut menjadi kotor dan

mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang mengakibatkan herniasi nukleus purpolus

melalui anulus dengan menekan akar – akar syaraf spinal.

Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara L4 sampai L5, atau L5 sampai S1. Arah

herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah lumbal miring

kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi discus antara L5 dan

S1.

Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar protein

yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal meningkat,

menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.

Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau tidak

langsung pada diskus inter vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan transaksi nukleus

pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan melalui robekan

anulus tebrosus mendorong ligamentum longitudinal terjadilah herniasi.

2.5     Pathway HNP

Page 5: BAB I

Proses degeneratif

Kehilangan protein polisakarida

Kandungan air menurun

 

Trauma stress okupasi

HNP

Nukleus pulposus terdorong

Ujung syaraf spinal tertekan

 

Perubahan sensasi nyeri penurunan kerja reflek

 

Gangguan Mobilitas Fisik

2.6     Manifestasi Klinis HNP

1.         Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas

2.         Nyeri tulang belakang

3.         Kelemahan satu atau lebih  ekstremitas

4.         Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap

Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah adanya nyeri di daerah diskus yang

mengalami herniasasi diikuti dengan gejala pada daerah yang diinorvasi oleh radika spinalis

yang terkena oleh diskus yang mengalami herniasasi yang berupa pengobatan nyeri kedaerah

tersebut, mati rasa, kelayuan, maupun tindakan-tindakan yang bersifat protektif. Hal lain yang

perlu diketahui adalah nyeri pada hernia nukleus pulposus ini diperberat dengan meningkatkan

tekanan cairan intraspinal (membungkuk, mengangkat, mengejan, batuk, bersin, juga ketegangan

atau spasme otot), akan berkurang jika tirah baring.

2.7     Komplikasi HNP

1.      Infeksi luka karena tindakan pembedahan HNP

2.      Kerusakan penanaman tulang setelah fusi spinal

Page 6: BAB I

2.8     Penatalaksanaan HNP

1. Pembedahan

Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengubah defisit

neurologik.

Macam :

a.       Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus  intervertebral

b.      Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanalis spinalis,

memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan

mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks

c.       Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.

d.      Disektomi dengan peleburan.

2.      Immobilisasi

Immobilisasi dengan mengeluarkan kolor servikal, traksi, atau brace.

3.      Traksi

Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada katrol dan beban.

4.      Meredakan Nyeri

Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan otot, obat anti inflamasi dan jika perlu

kortikosteroid.

5.      Terapi konservatif

a. Tirah baring

Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap yang baik

adalah sikap dalam posisi setengah duduk dimana tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul

dan lutut. tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas/per dengan demikina tempat tidur

harus dari papan yang larus dan diutu[ dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk

nyeri punggung bawah mekanik akut. Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya

gangguan yang dirasakan penderita.

Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah berbaring dianggp cukup maka

dilakukan latihan / dipasang korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan

lagi fungsi-fungsi otot.

b.   Medikamentosa

Page 7: BAB I

1)      Symtomatik

Analgetik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti-inflamasi non-

steroid (AINS) seperti piroksikan, antidepresan trisiklik ( amitriptilin), obat penenang minor

(diasepam, klordiasepoksid).

2)      Kausal

Kolagenese.

3)      Fisioterapi

Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih dalam)

untuk relaksasi otot dan mengurnagi lordosis.

6.      Terapi operatif

Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologik.

7.      Rehabilitasia.       Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semulab.      Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakkan kegiatan sehari-hari (the activity of daily living)c.       Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kencing dan sebagainya).

2.9     Pemeriksaan Penunjang HNP

1.      Laboraturium :

           Daerah  rutin

           Cairan cerebrospimal

2.      Foto polos lumbosakral dapat memperlihatkan penyempitan pada keping sendi

3.      CT scan lumbosakral

4.      MRI : dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak  divertebra serta herniasi.

5.      Myelogram : dapat menunjukkan lokasi lesi untuk menegaskan pemeriksaan fisik sebelum

pembedahan.

6.      Elektromyografi :  dapat menunjukkan lokasi lesi meliputi bagian akar saraf spinal.

7.      Epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi

8.      Lumbal functur :  untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan serebro spinal

Page 8: BAB I

2.10     klasifikasi HNP

HNP dapat terjadi di berbagai tempat di sepanjang tulang belakang. Menurut tempat terjadinya, HNP dibagi atas:

1.      hernia lumbosakralis,2.      hernia servikalis, dan3.      hernia thorakalis.

Menurut gradasinya, HNP dibagi atas:1.      Protrusi Diskus Intervertebralis. Nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan anulus fibrosus.2.      Prolaps Diskus Intervertebralis. Nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran anulus fibrosus.3.      Ekstrusi Diskus Intervertebralis. Nukleus keluar dari anulus fibrosus dan berada di bawah ligamentum longitudinalis posterior.4.      Sequestrasi Diskus Intervertebralis. Nukleus telah menembus ligamentum longitudinal posterior.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

2.1    Pengkajian Keperawatan

A.      IDENTITAS KLIEN Nama : Tn. P No. Reg : 159000

Page 9: BAB I

Umur : 53 th Tgl. MRS : 05-12-2013Jenis Kelamin : L Diagnosis medis : HNPSuku/Bangsa : Jawa/Indonesia Tgl Pengkajian: 05-12-2013, (09.00)Agama : IslamPekerjaan : Pekerja bangunanPendidikan : SDAlamat : Kesamben, Jombang

B.       RIWAYAT KEPERAWATAN1.         Keluhan Utama : Nyeri punggung bawah

1.1     Riwayat penyakit sekarang

Pasien kemarin datang ke RSUD dengan keluhan nyeri pada daerah punggung bagian bawah

sampai menjalar ke paha.

P : Trauma (Mengangkat dan mendorong benda berat)

Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk, sifatnya menetap

R : Nyeri pada bagian punggung bawah sampai menjalar ke paha

S : 6

T : nyeri hebat ketika melakukan aktifitas dan nyeri sedikit berkurang saat istirahat

         Upaya yang telah dilakukan : beli obat penghilang nyeri

         Terapi atau operasi yang pernah dilakukan : -

1.2    Riwayat penyakit dahulu

Pasien dulu pernah jatuh dengan posisi duduk

         Kebiasaan berobat : beli obat diwarung

         Alergi : -

1.3    Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga pasien belum tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.

1.4    Riwayat kesehatan lingkungan

Lingkungan tempat tinggal pasien cukup terjaga kebersihannya.

C.      PEMERIKSAAN FISIK

Tanda-tanda Vital :

S : 36°C

N : 80 x/mnt

TD : 120/80 mmHg

RR : 20 x/mnt

Page 10: BAB I

BB : 65 Kg

D.      PEMERIKSAAN PER-SISTEM

1.         Sistem Kardiovaskuler

Wajah

Inspeksi : sembab(-), pucat(-), oedem periorbital(-), sianosis(-), pembuluh darah

mata pecah(-), konjungtiva tidak pucat.

Leher

Inspeksi : bendungan vena jugularis (-)

Palpasi : arteri carotis komunis (frekuensi : normal, kekuatan: normal, irama : normal).

Dada

Inspeksi : kesimetrisan dada (+)

Palpasi : letak ictus cordis (normal)

Perkusi : batas jantung (normal)

Auskultasi : BJ 1 dan 2 normal, tidak ada kelainan pada bunyi jantung.

2.         Sistem Pernafasan

Hidung

Inspeksi : Nafas cuping hidung(-), Secret / ingus(-), epistaksis(-), polip(-), warna

mukosa(-), oedem pada mukosa(-), kebersihan bersih, intak septumnasi(-), deformitas(-), naso

faringeal tube(-), pemberian O2: nasal, masker(-).

Palpasi : nyeri tekan(-), tidak ada fraktur tulang nasal

Mulut

Inspeksi : mukosa bibir (sianosis (-)), Alat bantu nafas ETT(-), oro faringeal tube(-).

Dada

Inspeksi : penggunaan otot bantu pernapasan (-)

Perkusi : normal

Palpasi : nyeri tekan (-), odema (-)

Auskultasi : normal

3.         Sistem Pencernaan

Page 11: BAB I

Anamnesa : Gangguan defekasi (konstipasi)

Mulut

Inspeksi : mukosa bibir normal, labio/palatoschiziz(-), gigi normal, Gusi (berdarah(-),

lesi/bengkak(-), edema(-)), Produksi saliva normal, pembesaran kelenjar parotis(-).

Palpasi : nyeri tekan pada rongga mulut(-), massa(-)

Lidah

Inspeksi : Posisi normal, warna dan bentuk normal, simetris normal, kebersihan bersih,

warna normal, gerakan normal, tremor normal, lesi(-).

Palpasi : oedema(-), nyeri tekan(-)

Faring – Esofagus

Inspeksi : hiperemi(-), warna dan bentuk palatum normal, Tonsil (bentuk, warna dan

ukuran) normal.

Palpasi : pembesaran kelenjar(-)

Abdomen

Inspeksi : pembesaran abnormal (-)

Palpasi :

Kuadran I :Hepar à hepatomegali(-), nyeri tekan(-), shifting dullness(-)Kuadran II :Gaster à nyeri tekan abdomen(-), distensi abdomen(-)Lien à splenomegali(-)Kuadran III: Massa (skibala, tumor)(-), nyeri tekan(-)Kuadran IV : Nyeri tekan pada titik Mc Burney(-)Perkusi : batas – batas hati (tidak ada pembengkakan pada KW1)Auskultasi : bising usus (-), borborygmi (-), hiperperistaltik (-),hipoaktif(-)

4.         Sistem Perkemihan

Anamnesa : inkontinensia urin (ketidakmampuan seseorang untuk menahan urin yang keluar

dari buli-buli baik disadari maupun tidak disadari).

Laki-Laki :

Penis

Page 12: BAB I

Inspeksi : Mikropenis(-), makropenis(-), hipospadia(-), epispedia(-), stenosis meatus uretra

eksterna(-), fistel uretrocutan(-), ulkus(-), tumor penis(-), warna kemerahan(-), kebersihan(+),

adanya luka atau trauma(-).

Palpasi : nyeri tekan(-)

Scrotum

Inspeksi : pembesaran(-), transiluminasi/ penerawangan(-), luka /trauma(-), tanda

infeksi(-), kebersihan(+).

Palpasi : nyeri tekan(-), penurunan testis(-)

Kandung kemih

Inspeksi : tidak adanya massa/ benjolan, pembesaran kandung kemih dan keteganganya(-)

Palpasi : adanya nyeri tekan(-), teraba massa(-)

Ginjal

Inspeksi : pembesaran daerah pinggang (karena hidronefrosis atau tumor di daerah

retroperitoneum)(-).

Palpasi : tidak adanya nyeri tekan abdomen kuadran I dan II diatas umbilikus, suhu kulit normal,

massa(-).

Perkusi : nyeri ketok(-)

5.         Sistem Muskuluskeletal & Integumen

Anamnese : Adanya nyeri di punggung bawah, kelemahan kedua ekstremitas bawah.

Warna kulit

Hiperpigmentasi(-), hipopigmentasi (-), icterus (-), kering(-), mengelupas(-), bersisik (di sela-sela

jari kaki/tangan)(-).

Kekuatan otot :

5 5

3 3

Fraktur: (-)

Luka : (-)

Lesi : (-)

Page 13: BAB I

6.         Sistem Endokrin dan Eksokrin

Kepala

Inspeksi : distribusi rambut normal, ketebalan (-), kerontokan(hirsutisme)(-) alopesia

(botak)(-), moon face(-).

Leher

Inspeksi : bentuk normal, pembesaran kelenjar thyroid(-), perubahan warna(-)

Palpasi : pembesaran kelenjar (thyroid, parathyroid)(-), nyeri tekan(-), suhu(+)

Genetalia

Inspeksi : Rambut pubis ( distribusi, ketebalan, kerontokan)normal, kebersihan bersih.

Palpasi : tidak ada benjolan

7.         Sistem Neurologi

Pemeriksaan Nervus 1-12 :

1.        Nervus 1 Olfaktorius :

Normal : klien mampu membedakan aroma( normosmi).

2.        Nervus 2 Optikus :

Tajam Penglihatan : normal

Lapang penglihatan : normal

3.        Nervus 3 Oculomotorius : Normal

4.        Nervus 4 Toklearis : Normal

5.        Nervus 5 Trigeminus : Normal

6.        Nervus 6 Abdusen : Normal

7.        Nervus 7 Facialis : Normal

8.        Nervus 8 Auditorius/ Akustikus :

Pendengaran : Normal

Keseimbangan: Normal

9.        Nervus 9 Glosoparingeal : Normal

10.    Nervus 10 Vagus : Normal

11.    Nervus 11 Aksesorius : Normal

Page 14: BAB I

12.    Nervus 12 Hipoglosal/ Hipoglosum : Normal

Reflek Patela : kanan (+), kiri (+)

Reflek Archiles : kanan (+), kiri (+)

Tingkat kesadaran (kualitas) : Compos Mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab

pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

Tingkat kesadaran (kuantitas) : E (4), V (5), M (6)

8.         Sistem Reproduksi

Laki-laki :

Genetalia

Inspeksi : bentuk normal, rambut pubis normal, kebersihan bersih, odema (-), varices(-),

benjolan(-), luka(-)

Palpasi : benjolan(-)

9.         Sistem Persepsi Sensori

Mata

Inspeksi : Kesimetrisan mata(+), bentuk mata(+), lesi Papelbra ( ukuran, bentuk, warna,

cairan yang keluar ) normal, Bulu mata (penyebaran, posisi masuk : Enteropion,

keluar :ksteropion) normal, produksi air mata normal, Kornea : Normal berkilau, transparan, Iris

dan pupil : warna iris dan ukuran normal, Lensa : Normal jernih dan transparan, Sclera : warna

( putih).

Palpasi : Teraba lunak, tidak nyeri, palpasi kantong lakrimal(-), pemeriksaan TIO(-).

Hidung

Palpasi : Sinus (maksilaris, frontalis, etmoidalis, sfenoidalis) normal, Palpasi fossa kanina ( tidak

nyeri), Pembengkakan (-), Deformitas(-).

Perkusi : pada regio frontalis sinus frontalis dan fossa kanina kita lakukan apabila palpasi

pada keduanya menimbulkan reaksi hebat (-).

2.2    Diagnosa Keperawatan

1.         Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik

NS. DIAGNOSIS :(NANDA-I) Nyeri Akut

Page 15: BAB I

DEFINITION:

Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jarigan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa awitan yang tiba – tiba atau lambat dari intensias ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau di prediksi dan berlangsung < 6 bulan.

DEFINING CHARACTERISTIC

S

Laporan isyarat, perilaku berjaga-jaga/ melindungi area nyeri, indikasi nyeri yang bisa diamati, perubahan posisi untuk menghindari nyeri, fokus pada diri sendiri, melaporkan nyeri secara verbal.

RELATED FACTORS:

Agens cedera (mis, : biologis, zat kimia, fisik dan psikologis).

AS

SE

SS

ME

NT

Subjective data entry

Pasien mengatakan sering mengeluh nyeri pada daerah punggung bawah dan nyeri semakin hari terasa berat. P : Trauma (Mengangkat dan mendorong benda berat).Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk, sifatnya menetap.R : Nyeri pada bagian punggung bawah sampai menjalar ke paha.T : nyeri hebat ketika melakukan aktifitas dan nyeri sedikit berkurang saat istirahat.

Objective data entry

S : 36°C

N : 80 x/mnt

TD : 120/80 mmHg

RR : 20 x/mnt

BB : 65 Kg

Skala Nyeri : 6

Grimace : (+)

DIA

GN

OS

IS

ClientDiagnosticStatement:

Ns. Diagnosis (Specify):NyeriRelated to:

Berhubungan dengan agen cedera fisik

2.3    Intervensi Keperawatan

NIC NOC

INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDICATOR

     Management nyeri (1400)Definisi : Mengurangi nyeri

1.     Pengkajian :    lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,

      Control Nyeri (1605)Definisi :Aksi individu untuk mengontrol nyeri

     Melaporkan pengontrolan nyeri (3)

     Mendeskripsikan faktor penyebab (2)

     Mengakui hubungan

Page 16: BAB I

atau menurunkan nyeri ke level kenyamanan yang diterima oleh pasien.

frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

    observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

    gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

    kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

     Health Education :    ajarkan tentang teknik non farmakologi

    bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

     Kolaborasi :    evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

    kolaborasikan dengan dokter jika keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

     Aktifitas Lain :    kontrol lingkungan yang dapat mempe ngaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

    tingkatkan istirahat    berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.

gejala dengan nyeri (5)     Mengakui serangan

nyeri (5)     Menasehati pemakaian

analgesik (4)     Melaporkan gejala pada

tenaga kesehatan (5)

2.4    Implementasi Keperawatan

No. Dx Kep. Tanggal, Jam Tindakan Paraf

a.      1. 05-12-201309.00

      melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

      mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

      menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

      mengkaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri      mengevaluasi bersama pasien dan tim kesehatan

lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

Ttd

Page 17: BAB I

      mengkolaborasikan dengan dokter pemberian obat analgesik jika keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

      memberikan analgesik morphine untuk menurunkan nyeri

2.5    Evaluasi Keperawatan

No. Dx. Kep. Tanggal, Jam Evaluasi Paraf

1.         5 Desember 2013,09.00

S : Pasien mengatakan sering mengeluh nyeri pada daerah punggung bawah dan nyeri semakin hari terasa berat. P : Trauma (Mengangkat dan mendorong benda berat), Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk, sifatnya menetap, R : Nyeri pada bagian punggung bawah sampai menjalar ke paha, T : nyeri hebat ketika melakukan aktifitas dan nyeri sedikit berkurang saat istirahat.

O : Suhu : 36°C, Nadi : 80 x/mnt, TD: 120/80 mmHg, RR : 20 x/mnt, BB : 65 Kg, , Skala nyeri : 6A : Masalah belum teratasiP : Intervensi dilanjutkanI : melakukan pengkajian yang komprehensif tentang nyeri, termasuk lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan factor presipitasiE : Keluarga pasien mengatakan sudah tidak nyeriR : sudah tercapai

Ttd

BAB IV

PENUTUP

4.1    Kesimpulan

Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan

diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul.

Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan

rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)

Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung

ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990)

Page 18: BAB I

Hernia dibagi menjadi tiga klasifiksi, yaitu hernia lumbosacralis, hernia servikalis, hernia

thorakalis. Dimana pada hernia lumbosacralis penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar,

bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non

trauma adalah kejadian yang berulang. Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung

bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. Dimana nyeri tersebut terjadi tergantung

dimana piringan tersebut mengalami herniasi dan dimana pusat syaraf tulang punggung terkena.

4.2    Saran

Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya perawat dapat

memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan yang harus dilakukan apabila

mendapati klien hernia nucleus pulposus di lahan.

DAFTAR PUSTAKA

Heather Herdman.T, 2010, Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 2009-2011.

Ester Monica, 2010, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-2011, EGC,

Jakarta.

Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8

Vol 3, Jakarta : EGC, 2002

Price, Sylvia Anderson . 2003 . PATOFISIOLOGI : Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit . Jakarta : EGC

Page 19: BAB I

Anonim. 2010. Herniated Nucleus Pulposus. [Internet]. Bersumber dari

http://medicastore.com/penyakit/3226/Herniated_nucleus_pulposus_slipped_disk.html.

Inkandar, Ridho. 2012. Hernia Nukleus Pulposus. [Internet]. Bersumber dari :

http://ridho-iskandar.blogspot.com/2012/03/hernia-nukleus-pulposus.html.