Upload
krisna-aditya
View
216
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jlhoihds
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uteris dan
hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan,
atau segera setelah bayi lahir. Faktor tersebut diantaranya dalah adanya (1) penyakit pada
ibu sewaktu hamil seperti hipertensi, gangguan atau penyakit paru, dan gangguan
kontraksi uterus, (2) pada ibu yang kehamilannya beresiko, (3) faktor plasenta, seperti
janin dengan solusio plasenta, (4) faktor janin itu sendiri, seperti terjadi kelainan pada tali
pusat antara janin dan jalan lahir, serta (5) faktor persalinan seperti partus lama atau
partus dengan tindakan tertentu.1,2,3
Menurut WHO, setiap tahunnya 120 juta bayi lahir di dunia, 4 juta bayi lahir mati dan
4 juta lainnya meninggal dalam usia 30 hari. Sebanyak 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi
lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini meninggal. Sebanyak 98 % dari kematian
bayi terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Kematian bayi sangat
memprihatinkan, yang dikenal dengan fenomena 2/3. Penyebab kematian neonatal utama
asfiksia neonatorum (27%) setelah (29%) (WHO, 2005).
Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian
perinatal di Indonesia adalah gangguan pernapasan/respiratory disorders (35,9%),
prematuritas (32,4%) dan sepsis neonatorum (12.0%) (Departemen Kesehatan RI, 2008).
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan
pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam
persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO 2. Perubahan pertukaran gas dan transport
oksigen selama kehamilan dan persalinan akan mempengaruhi oksigenasi sel–sel tubuh
yang selanjutnya dapat mengakibatkan gangguan fungsi sel. Gangguan ini dapat
berlangsung secara menahun akibat kondisi ibu selama kehamilan, atau secara mendadak
karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan. Gangguan menahun dalam kehamilan
dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, penyakit
jantung, dan lain-lain. Pada gangguan yang terakhir ini pengaruh terhadap janin
disebabkan oleh gangguan oksigenasi serta kekurangan pemberian zat-zat makanan
berhubungan dengan gangguan fungsi plasenta (Mochtar, 1989). Asfiksia dapat
bermanifestasi sebagai disfungsi multiorgan, kejang dan ensefalopati hipoksik-iskemik,
serta asidemia metabolik. Bayi yang mengalami episode hipoksia-iskemi yang signifikan
saat lahir memiliki risiko disfungsi dari berbagai organ, dengan disfungsi otak sebagai
pertimbangan utama. Haupt (1971) memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan
perdarahan pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi.Asidosis,gangguan
kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia merupakan
penyebab utama kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan
pernafasan pada hari-hari pertama setelah lahir (james,1959). Penyelidikan patologi
anatomis yang dilakukan oleh Larrhoce dan Amakawa (1971) Menunjukkan nekrosis
berat dan difus pada jaringan otak bayi yang meninggal karena hipoksia.4,5