38
1 CARPAL TUNNEL SINDROM Pendahuluan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan tanda dan gejala klinik yang timbul akibat tekanan terhadap N. Medianus yang berjalan melalui canalis carpi. Carpal tunnel syndrome merupakan salah satu bentuk neuropathy pada ekstremitas superior yang menimbulkan efek nyeri pada tangan berupa gangguan motorik dan sensorik yang dipersarafi oleh N. Medianus. 1 Carpal tunnel syndrome dapat terjadi pada siapa saja. Di Amerika Serikat didapatkan sekitar 50 dalam populasi 1000 orang yang menderita carpal tunnel syndrome. Ras kaukasia memiliki resiko tertinggi terkena CTS jika dibandingkan dengan ras yang lain. Perempuan beresiko lebih tinggi dibandingkan laki – laki dengan tingkat perbandingan sebesar 3:1 pada usia antara 45 – 60 tahun. Hanya sebesar 10% kasus CTS yang dilaporkan ditemukan pada usia yang lebih muda di usia 30-an tahun. Kaum perempuan diduga memiliki ukurang canalis carpi yang lebih kecil dibandingkan kaum laki – laki.Mayoritas kasus carpal tunnel syndrome didiagnosis tanpa disertai dengan penyebab yang khusus dan pada beberapa penderita dikarenakan oleh faktor genetik 1 Carpal tunnel syndrome mulai dikenal sejak Perang Dunia II. Seseorang yang menderita gejala – gejala carpal tunnel syndrome akan menjalani terapi pembedahan di pertengahan abad ke 19.

BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jhjl

Citation preview

Page 1: BAB I

1

CARPAL TUNNEL SINDROM

Pendahuluan

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan tanda dan gejala klinik yang timbul

akibat tekanan terhadap N. Medianus yang berjalan melalui canalis carpi. Carpal tunnel

syndrome merupakan salah satu bentuk neuropathy pada ekstremitas superior yang

menimbulkan efek nyeri pada tangan berupa gangguan motorik dan sensorik yang dipersarafi

oleh N. Medianus.1

Carpal tunnel syndrome dapat terjadi pada siapa saja. Di Amerika Serikat didapatkan

sekitar 50 dalam populasi 1000 orang yang menderita carpal tunnel syndrome. Ras kaukasia

memiliki resiko tertinggi terkena CTS jika dibandingkan dengan ras yang lain. Perempuan

beresiko lebih tinggi dibandingkan laki – laki dengan tingkat perbandingan sebesar 3:1 pada

usia antara 45 – 60 tahun. Hanya sebesar 10% kasus CTS yang dilaporkan ditemukan pada

usia yang lebih muda di usia 30-an tahun. Kaum perempuan diduga memiliki ukurang canalis

carpi yang lebih kecil dibandingkan kaum laki – laki.Mayoritas kasus carpal tunnel syndrome

didiagnosis tanpa disertai dengan penyebab yang khusus dan pada beberapa penderita

dikarenakan oleh faktor genetik1

Carpal tunnel syndrome mulai dikenal sejak Perang Dunia II. Seseorang yang

menderita gejala – gejala carpal tunnel syndrome akan menjalani terapi pembedahan di

pertengahan abad ke 19. Tahun 1854, Sir James Paget pertama kali melaporkan tekanan pada

N. Medianus di pergelangan tangan akibat fraktur distal radius. Diikuti pada abad ke 20

didapatkan beragam kasus penekanan N. Medianus dalam ligamentum carpal transversum.

Kejadian Carpal tunnel syndrome sering dipublikasikan dalam literasi kedokteran pada awal

abad ke 20 dan mulai digunakan dalam praktek klinis tahun 1939. Dr. George S. Phalen dari

Cleveland Clinic pertama kali mengidentifikasi patologis dari carpal tunnel syndrome pada

sekelompok pasien di tahun 1950-an dan tahun 1960-an dan menyimpulkan carpal tunnel

syndrome merupakan cedera tangan akibat penggunaan dalam aktivitas rutin secara terus –

menerus yang sering didapatkan akibat pekerjaan.1

Page 2: BAB I

2

Anatomi

Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar pergelangan

tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di dalam canalis carpi yang

dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang – tulang carpal. Nervus dan tendon

memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada jari – jari tangan. Jari tangan dan otot -

otot fleksor pada pergelangan tangan beserta tendon –tendonnya berorigo pada epicondilus

medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang – tulang metaphalangeal, interphalangeal

proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi

berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan dalam

pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm. 10

Page 3: BAB I

3

Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis carpi,

membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan jaringan lubrikasi pada

tendon – tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat dapat

mengecilkan ukuran canalis.

Penekanan terhadap N. Medianus yang menyebabkannya semakin masuk di dalam

ligamentum carpi transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada

otot fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang

diikuti dengan hilangnya kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang dipersarafi

oleh bagian distal N. Medianus.10

Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang mempercabangkan persarafan

proksimal ligamentum carpi transversum yang berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan

dan jari jempol.

Page 4: BAB I

4

Patogenesis

Melalui terowongan karpal ini terdapat saraf yang bernama saraf medianus, yang

mensarafi sistem perasa (sensorik) dan penggerak (motorik)) pada tangan dan jari-jari tangan.

Saraf medianus juga mensarafi otot-otot pada pangkal ibu jari (otot-otot tenar). 3

Kelainan ini dapat terjadi akibat adanya proses peradangan pada jaringan-jaringan di

sekitar saraf medianus (tendon dan tenosynovium) – dalam terowongan karpal. Penekanan

terhadap persarafan pergelangan tangan (carpal tunnel syndrome) merupakan kelainan yang

paling sering mengenai N. Medianus sebagai sindrom jebakan nervus yang paling sering

ditemukan. Hal ini berkaitan dengan penggunaan tangan yang eksesif tak terbatas dan trauma

repetitif akibat paparan okupasi berkelanjutan yang dapat menimbulkan peradangan.

Peradangan tersebut mengakibatkan jaringan di sekitar saraf menjadi bengkak, sendi menjadi

tebal, dan akhirnya menekan saraf medianus. Penekanan saraf medianus ini lebih lanjut akan

menyebabkan kecepatan hantar (konduksi) dalam serabut sarafnya terhambat, sehingga

timbulah berbagai gejala pada tangan dan pergelangan tangan.2,3

Ligamentum carpi transversum yang terinfiltrasi oleh jaringan amyloid (seperti yang

timbul pada myeloma multiple) atau penebalan jaringan ikat pada rheumatoid

artritis,acromegaly mucopolysaccharidosis, dan hipotiroidisme merupakan penyebab yang

mudah diidentifikasi untuk memicu timbulnya carpal tunnel syndrome. Kehamilan

merupakan faktor penyebab yang bisa memicu timbulnya sindroma ini, namun jarang

teridentifikasidengan jelas. Pada orang lanjut usia, penyebab timbulnya carpal tunnel

syndrome sering menimbulkan kerancuhan.

Dysesthesias dan nyeri pada jari tangan, mengacu pada “acroparesthesiae” merupakan

tanda klinis awal terjadinya sindrom penekanan N. Medianus pada awal tahun 1950-an.

Tahun 1949, Kremer dkk pertama kali mengemukakan penyebab timbulnya sindrom ini

dikarenakan oleh penekanan terhadap N. Medianus pada pergelangan tangan dan gejalanya

akan berkurang dengan pemisahan fleksor retinaculum yang membentuk dinding ventral

canalis carpi. Paresthesia timbul cukup parah di saat malam hari. Nyeri akibat carpal tunnel

syndrome sering kali menjalar hingga ke lengan dan pundak. Gejala yang timbul secara

esensial berupa sensorik satu, yakni hilangnya sebagian sensibilitas superfisial pada jari

Page 5: BAB I

5

jempol, jari telunjuk dan jari tengah. Kelemahan dan atrofi pada otot abduktor pollicis brevis

dan otot – otot lain yang dipersarafi oleh N. Medianus seringkali ditemukan pada kelainan

yang sudah cukup parah dan tak terobati. Uji elektrofisiologis membantu dalam penegakan

diagnosis dan memberikan kejelasan akan kemungkinan suksesi tindakan operasi2

Tindakan pembedahan dengan pemisahan ligamentum carpal dengan dekompresi

pada persarafan merupakan tindakan pengobatan terbaik. Splint pada pergelangan tangan,

untuk menghindari gerakan fleksi, seringkali dapat menimbulkan ketidaknyamanan, namun

bermanfaat agar penderita tidak terlalu sering menggunakan tangan yang mulai terkena

carpal tunnel syndrome. Splint bermanfaat untuk sementara waktu dan terapi yang lebih baik

dari splint berupa injeksi hidrokortison ke dalam canalis carpi.3

Gejala klinis

Carpal tunnel syndrom menimbulkan beragam gejala khas dari gejala sakit sedang

hingga gejala sakit yang berat. Gejala – gejala ini akan semakin bertambah berat dan

penderita yang telah didiagnosis dengan carpal tunnel syndrome akan mengeluhkan sensasi

mati rasa (numbness), kesemutan, dan sensasi terbakar pada jari jempol, jari telunjuk dan jari

tengah dimana ketiga jari tersebut diinervasi oleh N. Medianus. Pada beberapa penderita juga

sering mengeluhkan rasa sakit pada tangan atau pergelangan tangan dan hilangnya kekuatan

menggenggam. Rasa nyeri juga timbul pada lengan dan pundak serta benjolan pada tangan;

rasa nyeri ini akan terasa teramat sakit terutama di malam hari saat tidur.5

Mati rasa (numbness) dan kesemutan (paresthesia) pada area yang dipersarafi oleh N.

Medianus merupakan gejala neuropathy akibat sindrom jebakan canalis carpi (carpal tunnel

entrapment). Kelemahan dan atrofi otot – otot thenar akan timbul selanjutnya jika kondisi ini

semakin tak terobati.5

Page 6: BAB I

6

Perempuan tiga kali lebih banyak daripada laki – laki pada penderita carpal tunnel

syndrome, yang diperkirakan karena ukuran canalis carpi pada perempuan lebih kecil

dibandingkan pada laki – laki.5

ETIOLOGI

Mayoritas kasus carpal tunnel syndrome tak diketahui etiologinya secara pasti

(idiopatik). Carpal tunnel syndrome dapat dihubungkan dengan beragam keadaan yang

memicu penekanan terhadap N. Medianus pada pergelangan tangan. Beberapa kondisi yang

dapat memicu timbulnya carpal tunnel syndrome, antara lain: obesitas, hipotiroidisme,

arthritis, diabetes dan trauma.3

Penyebab lainnya, faktor intrinsik dengan tekanan kuat dari dalam pada canalis dan

faktor ekstrinsik dengan tekanan kuat berasal dari luar canalis, yang dikarenakan oleh tumor

jinak berupa lipoma, ganglioma, dan malformasi vaskuler. Hingga saat ini masih belum

ditemukan hubungan yang jelas antara pekerjaan dan timbulnya carpal tunnel syndrome atau

dikarenakan adanya masalah kesehatan lain yang tak teridentifikasi.

Hubungan dengan Pekerjaan (Okupasi Ergonomik)

Sampai saat ini masih diperdebatkan hubungan antara insidensi carpal tunnel

syndrome dengan gerakan repetitif pergelangan tangan akibat pekerjaan. Occupational Safety

and Health Administration (OSHA) di Amerika Serikat mengeluarkan peraturan dan regulasi

berkaitan dengan trauma karena kelainan kumulatif akibat faktor pekerjaan. Faktor resiko

pekerjaan akibat penggunaan repetitif, pemaksaan, postur pergerakan, dan paparan vibrasi

berulang. Akan tetapi, perkumpulan The American Society for Surgery of the Hand (ASSH)

telah menyatakan literatur yang terkini tidak mendukung adanya hubungan kausal antara

aktivitas pekerjaan dan pengembangan penyakit akibat faktor pekerjaan seperti carpal tunnel

syndrome.3

Hubungan antara pekerjaan dan carpal tunnel syndrome masih kontroversi. Beberapa

ahli berspekulasi bahwa carpal tunnel syndrome dapat terjadi dikarenakan gerakan repetitif

dan aktivitas manipulatif akibat paparan yang telah berlangsung dalam waktu yang lama. Hal

ini juga ditegaskan gejala yang timbul dikarenakan eksaserbasi dengan pemaksaan dan

penggunaan tangan dan pergelangan tangan secara repetitif karena faktor pekerjaan, namun

Page 7: BAB I

7

tidak dijelaskan jika gejala ini berupa nyeri alih (yang bukan gejala carpal tunnel syndrome)

atau gejala mati rasa yang lebih tipikal.1,2

Sebuah data ilmiah yang dikeluarkan oleh National Institute for Occupational Safety

and Health (NIOSH) menyatakan jenis pekerjaan yang menyebabkan pergelangan tangan

terpostur melakukan pekerjaan secara repetitif berhubungan dengan insidensi carpal tunnel

syndrome, namun penyebabnya tidak dijelaskan secara terperinci dan perbedaan antara gejala

yang ditimbulkan oleh carpal tunnel syndrome dan nyeri pada lengan akibat hubungan kerja

tidak dijelaskan secara spesifik. Telah diketahui bahwa penggunaan lengan secara repetitif

dapat menimbulkan efek biomekanik pada ekstremitas superior atau menyebabkan kerusakan

pada jaringan. Juga telah diketahui assessment postural dan spinal bersamaan dengan

assessment ergonomic seharusnya dimasukkan sebagai kondisi determinasi. Saat ini belum

ada bukti konkrit tentang riwayat timbulnya carpal tunnel syndrome. 1,3

Carpal tunnel syndrome sering ditemukan pada populasi pekerja orang dewasa oleh

karena itu, ada kemungkinan baik dikarenakan oleh faktor pekerjaan atau bukan. Saat sebuah

otot berkonstraksi, sebagai contoh memelintir dan melakukan gerakan fleksi pergelangan

tangan, terjadi penambahan luas otot berlebihan yang dapat memicu timbulnya kelainan

muskuloskeletal. Disamping tingginya hubungan antara faktor pekerjaan dengan insiden

carpal tunnel syndrome, pengetahuan mengenai hal ini masih kurang jika ditinjau dari pola

dan kausalitas dari hubungan kedua hal ini. Penelitian yang lebih luas perlu dilakukan untuk

mengemukakan secara konkrit hubungan ergonomik dan kecelakaan kerja yang di dalamnya

termasuk carpal tunnel syndrome.5

Hubungan Carpal Tunnel Syndrome dengan Penyakit – Penyakit Lain

Beragam faktor yang dapat memicu timbulnya CTS (carpal tunnel syndrome) yakni

faktor keturunan, ukuran dari ruas canalis carpi, hubungan penyakit secara lokal dan sistemik,

dan kebiasaan hidup. Penyebab non-traumatik secara umum dapat timbul setelah lewat suatu

periode waktu, dan tidak dipicu oleh hal lain. Kebanyakan faktor pemicu ini dikarenakan

manifestasi penuaan secara fisiologi, antara lain:

Rheumatoid arthritis dan penyakit inflamasi lainnya yang dapat menyebabkan

peradangan pada tendon – tendon fleksor.

Kehamilan dan hipotiroidisme, terjadinya retensi cairan dalam jaringan

Page 8: BAB I

8

menyebabkan pembengkakan pada tenosynovium.

Perempuan hamil beresiko tinggi terkena CTS dikarenakan perubahan

hormonal danretensi cairan yang sering terjadi pada masa kehamilan. CTS

biasanya muncul danmulai dikeluhkan saat memasuki trimester ketiga dan

menghilang setelah persalinan,biasanya dikarenakan edema akibat retensi

cairan.

Cedera di waktu lalu berupa fraktur pada pergelangan tangan.

Kesalahan pengobatan dapat memicu terjadinya retensi cairan atau timbulnya

inflamasi berupa: artritis inflamasi, fraktur Colles, amyloidosis,

hipotiroidisme, diabetes mellitus, acromegaly, dan penggunaan kortikosteroid

dan estrogen secara berlebihan.

Carpal tunnel syndrome berhubungan dengan aktivitas repetitif pada tangan

danpergelangan tangan, bersamaan dengan adanya pemaksaan dan postur yang

kaku.

Acromegaly, kelainan hormon pertumbuhan yang menekan persarafan akibat

pertumbuhan tulang abnormal pada tangan dan pergelangan tangan.

Tumor, biasanya tumor jinak, yakni ganglion atau lipoma, dapat

menimbulkanmenekan secara aktif ke dalam canalis carpi dan mengurangi

ukuran ruang dalam canalis carpi. Kejadian ini jarang terjadi (kurang dari 1%

dari total insidensi).

Obesitas juga dapat meningkatkan resiko CTS. Individu yang termasuk di

dalamkelompok obese (BMI>29) memiliki resiko 2,5 kali lebih tinggi

dibandingkanindividu yang bertubuh kurus (BMI < 20).5

Diagnosis

Secara klinis CTS didiagnosis dengan kriteria yaitu rasa nyeri yang berupa

kesemutan, rasa terbakar dan baal pada jari I, II, III dan setengah bagian lateral jari IV

dengan onset terjadi di waktu malam hari atau dini hari. Pada keadaan yang berat, rasa nyeri

dapat menjalar hingga ke lengan atas dan terdapat atrofi pada otot thenar. Penegakan

diagnosis baru dilakukan jika telah dilakukan tes provokasi berupa Tes Phalen, Tes Tinel dan

Tes Wormser (Reverse Phalen) positif.7

Page 9: BAB I

9

Untuk menegakkan diagnosis Sindroma Terowongan Karpal kita harus mengetahui

tanda dan gejalanya. Keluhan  timbul berangsur-angsur, dan yang spesifik ialah:

o rasa nyeri di tangan pada malam atau pagi hari. Penderita sering terbangun karena

nyeri ini. Penderita biasanya berusaha sendiri mengatasi keluhannya misalnya dengan

meninggikan letak tangannya, menggerak-gerakkan tangannya ataupun mengurutnya,

ternyata dengan gerakan-gerakan itu keluhannya dapat mereda bahkan hilang.

Keluhan juga berkurang jika pergelangan tangan banyak beristirahat dan sebaliknya

keluhan menghebat pada pergerakan - pergerakan yang menyebabkan tekanan

intrakanal meningkat.  Lama - kelamaan   keluhan  ini makin   sering   dan   makin

berat bahkan dapat menetap pada siang dan malam hari.

o rasa kebas, kesemutan, baal atau seperti terkena aliran listrik pada jari-jari. Biasanya

pada  jari  jempol,  telunjuk,  tengah  dan  manis.  Kadang  tidak dapat dirasakan

dengan  pasti jari mana yang terkena atau dirasakan gangguan  pada semua  jari.

Dapat  pula  terasa  gangguan  pada  beberapa  jari  saja,  misalnya jari   ke  3  dan  4,

tetapi   tidak   pernah  keluhan   timbul  hanya   pada   jari kelingking  saja,  hal  ini

sesuai  dengan  distribusi  dari   n.Medianus.

o rasa nyeri kadang dapat terasa sampai ke lengan atas bahkan leher, tetapi rasa kebas,

kesemutan dan baal hanya terbatas pada daerah distal pergelangan tangan saja.

o bengkak, sembab dan kaku pada jari-jari, tangan dan pergelangan terutama pada pagi

hari dan terdapat perbaikan setelah beraktifitas, walau kadang tidak terlihat jelas tetapi

dirasakan penderita.

o gerakan jari - jemari kurang trampil misalnya waktu menyulam, menulis atau

memungut benda kecil. Kadang pasien sering tidak sadar menjatuhkan benda yang

dipegangnya. Bila terjadi pada anak - anak maka akan terlihat bahwa anak tersebut

bermain hanya dengan mengunakan jari  4 dan ke 5 saja.

o otot telapak tangan yang makin lama semakin menciut juga sering dikeluhkan.

 

Pada pasien didapatkan keluhan telah lebih dari 10 tahun mengeluh nyeri dan sulit

untuk menggunakan jari-jemarinya, terutama pada tangan kiri. Awalnya keluhan hanya

timbul saat pasien bekerja yaitu menjahit atau melakukan pekerjaan rumah tangga, tetapi

lama–kelamaan menetap. Keluhan ini juga dirasakan menjalar sampai ke bahu walau rasa

baal dan bengkak hanya pada telapak tangan. Hampir setiap malam pasien mengeluh

Page 10: BAB I

10

tangannya yang semakin sakit jika tidak sengaja tertindih atau tertekuk, keluhan ini awalnya

mudah hilang jika tangan dikibaskan atau diurut.7

 

Untuk menegakkan diagnosis Sindroma Terowongan Karpal pada keluhan -keluhan

tersebut, maka diperlukan pemeriksaan fungsi motorik, sensorik dan otonom pada tangan.

Untuk itu dapat dilakukan beberapa pemeriksaan dan tes provokasi untuk mempertajam

diagnosis.

1.   Tes Phalen (Phalen’s test)

Penderita diminta untuk fleksi  palmar secara maksimal. Bila sebelum 60 detik timbul

rasa tebal, kesemutan atau seperti kena listrik pada daerah distribusi n.Medianus, tes

dinyatakan positif. Banyak penulis yang menyatakan tes ini baik untuk diagnosis

Sindroma terowongan  karpal, dengan sensitifitas 75% dan spesifisitas 95%.

(Pemeriksaan ini juga dilakukan serentak pada kedua tangan agar dapat dibandingkan). 

Walaupun carpal tunnel sindrom banyak yang bilateral, tangan mana yang lebih dahulu

positif dapat menentukan bahwa carpal tunnel sindrom pada tangan tersebut lebih berat

dari tangan yang satu lagi. (Tes ini tak dapat dinilai bila ada gangguan pergerakan sendi).

2.   Tanda dari Tinel (Tinel’s sign)

Dengan mengetok n.Medianus melalui fleksor retinakulum di lipat pergelangan

tangan, tepat lateral tendo palmaris longus, dalam posisi sedikit dorsofleksi, timbul rasa

seperti kena listrik atau nyeri pada daerah distribusi n.Medianus, distal pergelangan, tes

dinyatakan positif. Ketokan sebaiknya dengan perkusi yang cukup besar sehingga dapat

mengetok seluruh fleksor retinakulum. Ketokan dengan jari biasanya kurang memadai.

Bila rasa nyeri yang timbul menjalar ke arah proksimal, mungkin jebakan terletak

proksimal dari terowongan karpal. Dan bila rasa nyeri menjalar ke distal dan proksimal,

mungkin ada suatu “double crush” yaitu jebakan terjadi di terowongan karpal dan juga di

proksimal terowongan karpal. Tes ini memiliki sensitifitas 64% dan spesifisitas mencapai

99% untuk mendiagnosis carpal tunnel sindrom.

Page 11: BAB I

11

3.   Tanda mengibaskan tangan (Flick sign)

Penderita diminta mengibaskan tangannya atau menggerak-gerakan jarinya. Bila

dengan cara ini keluhannya berkurang atau menghilang maka akan mendukung diagnosis

c.pal tunnel sindrom

4.   Atrofi otot thenar (Thenar wasting)

Terlihat dan dapat diraba atrofi dari otot thenar.

5.   Paresis otot (kekuatan, ketrampilan, ketepatan)

dapat dinilai dengan manual atau alat khusus (dinamometer). Penderita diminta

melakukan abduksi palmar secara maksimal, lalu mempertautkan ujung jari ke 1 dan ke 2,

kemudian jari 1, 2 dan 3 serta jari 1 dan 5. Begitu juga kekuatan jepitan antara jari 1 dan

2. Dengan cara-cara ini kekuatan otot yang dipersarafi n.Medianus dapat dinilai satu

persatu. Untuk ketrampilan/ketepatan, dilihat cara penderita melakukan gerakan rumit,

misalnya menyulam, menulis dan lain-lain.

6.   Tes ekstensi pergelangan (Wrist extension test)

Penderita diminta ekstensi dorsal pergelangan secara maksimal. Bila sebelum 60 detik

timbul rasa kebas, semutan atau seperti kena listrik pada daerah distribusi n.Medianus,

dinyatakan tes positif  hal ini dapat menyokong diagnosis carpal tunnel sindrom

(sebaiknya pemeriksaan dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat

dibandingkan). Bila ada gangguan pergerakan sendi (arthritis, ankylose dll) tes ini tak

dapat dinilai.

7.   Tes bendungan (Tourniquet test)

Dengan melakukan bendungan memakai alat pemeriksa tekanan darah (tensimeter)

proksimal siku sedikit diatas tekanan sistolik. Bila dalam 60 detik timbul rasa kesemutan,

kebas atau seperti kena listrik pada derah distribusi n.Medianus, tes dinyatakan positif hal

ini menyokong untuk diagnosis carpal tunnel sindrom. (Tes ini akan positif pula pada

beberapa penyakit lain misalnya penyakit Raynaud).

Page 12: BAB I

12

8.   Tes Tekanan (Pressure test)

Dengan memakai ibu jari, n.Medianus di pergelangan (tempat memeriksa tanda dari

Tinel) ditekan dengan lembut. Bila dalam waktu < 120 detik timbul rasa kesemutan,

kebas, seperti kena listrik  ataupun nyeri di daerah distribusi n.Medianus dinyatakan tes

positif, menyokong untuk diagnosis Sindroma Terowongan Karpal. (Pemeriksaan

dilakukan serentak pada kedua tangan).

9.   Tanda dari Luthy (Lüthy’s sign) / tanda Botol (Bottle’s sign)

Penderita diminta menggenggam dengan melingkarkan ibu jari dan telunjuknya pada

benda yang berbentuk tabung misalnya botol atau gelas. Bila lipatan kulit penderita tidak

dapat menyentuh dinding tabung dengan rapat dinyatakan tanda Luthy positif, hal ini

menyokong dignosis Sindroma Terowongan Karpal.       

10.  Pemeriksaan sensibilitas

Diperiksa kemampuan penderita untuk diskriminasi dua titik. Bila dibutuhkan jarak > 6

mm untuk membedakan tekanan pada dua titik di daerah n.Medianus maka dianggap

positif.  Diperiksa dengan  benang khusus dari yang besar lalu diganti berturut – turut

dengan benang yang makin kecil dengan tekanan kecil pula, setelah itu dibandingkan

kepekaannya dengan daerah di luar distribusi n.Medianus. Untuk pemeriksaan hiperpati

sama dengan yang diatas (sentuhan halus/jarum). Bila untuk hiperpati di daerah distribusi

n.Medianus, tes dinyatakan positif. Semua pemeriksaan sensibilitas ini dapat menyokong

diagnosis Sindroma Terowongan Karpal.

11. Pemeriksaan Fungsi Otonom

Perhatikan apakah ada perbedaan keringat (walau jarang), kulit kering dan licin yang

berbatas tegas pada distribusi n.Medianus saja, akan menyokong diagnosis Sindroma

Terowongan Karpal.

12. Suntikkan steroid ke dalam terowongan karpal

Bila keluhan berkurang/menghilang, dianggap tes positif dan dapat menyokong diagnosis

Sindroma Terowongan Karpal.

13. Pemeriksaan rongent, USG resolusi tinggi, CT scan dan MRI

Page 13: BAB I

13

Dapat membantu mengetahui kondisi dalam terowongan karpal. Tapi karena biaya

pemeriksaan canggih ini cukup mahal, pemeriksaan ini hanya dilakukan pada kasus-kasus

tertentu saja sebelum tindakan operasi.

14. Pemeriksaan neurofisiologi

Dengan melakukan pemeriksaan elektromiografi (EMG) dapat dinilai fungsi motoris

dan sensoris suatu saraf. Bila terdapat gangguan setempat pada satu saraf, dapat

ditentukan dimana lokasi gangguan (lesi) tersebut. Banyak teknik pemeriksaan EMG

yang diajukan untuk pemeriksaan Sindroma Terowongan Karpal. Antara lain dengan

membandingkan pemeriksaan EMG konvensional, kecepatan hantar saraf (KHS) dan

masa laten distal (MLD) motoris dan sensoris n.Medianus dengan n.Ulnaris, atau dengan

n.Medianus sisi yang lainnya. Hanya  bila dibandingkan dengan n.Medianus sisi lainnya

kadang-kadang sukar dinilai, karena Sindroma Terowongan Karpal cenderung bilateral.

Saat ini pemeriksaan EMG yang dianggap paling sensitif adalah dengan membandingkan

KHS dan MLD sensoris n.Medianus yang melewati terowongan karpal dengan cabang

kutaneus palmaris (cabang n.Medianus yang tidak melewati terowongan karpal). Pada

keadaan normal perbedaan KHS dan MLD sensoris kedua saraf ini kecil. Pada Sindroma

Terowongan Karpal terlihat perbedaan yang meningkat. (perbedaan MLD sensoris > 0,5

mili detik, perbedaan MLD motoris > 1,5 mili detik). Menurut Chein-Wei Chong dkk,

pemeriksaan dengan cara ini sensitifitasnya sangat tinggi.

De Krom dkk. Menyatakan bahwa pemeriksaan tes 1 sampai 13 kurang memadai untuk

menegakkan diagnosis Sindroma Terowongan Karpal. Karena itu penderita dengan tanda

dan gejala Sindroma Terowongan Karpal harus dilakukan pemeriksaan neurofisiologi.

Pada pasien hasil pemeriksaan yang mendukung diagnosis Sindroma Terowongan

Karpal adalah : Tes Phalen (+/+), tanda dari Tinel (+/+), tanda mengibaskan tangan (+/+), tes

ekstensi pergelangan (+/+), tes tekanan (+/+), tanda dari Luthy (-/+). Pasien juga pernah

mendapat suntikan steroid pada pergelangan tangannya dimana terdapat perbaikan walau

cuma untuk dua minggu. Pemastian diagnosis dengan pemeriksaan neurofisiologi

mendapatkan hasil : Carpal Tunnel Syndrome bilateral, kiri lebih berat dari kanan8

Page 14: BAB I

14

Penatalaksanaan

Berhubung Sindroma Terowongan Karpal ini sering didasari oleh penyakit atau

keadaan lain (10-50%), maka terapi ditujukan untuk Sindroma Terowongan karpal sendiri

atau untuk penyakit serta keadaan lain yang mendasarinya.

Konservatif

1)      Pemasangan Bidai

Pemasangan bidai di pergelangan tangan pada posisi netral, diharapkan pergelangan dapat

istirahat secara fisiologis dan tekanan dalam terowongan karpal menjadi lebih minimal.

Tergantung dari beratnya keluhan, bidai dipasang terus menerus atau malam  hari saja selama

2 - 6 minggu. Pemasangan bidai malam hari sangat  berarti bagi penderita yang sering tidur

dengan fleksi pergelangan tangan. Pemakaian bidai ini efektif jika dilakukan dalam jangka

tiga bulan sejak timbul keluhan.

Splint (Bidai Immobilisasi)

Splint pergelangan tangan membantu mengurangi mati rasa dengan mengurangi fleksi

pergelangan tangan. Splint di malam hari dapat membantu pasien untuk tidur nyenyak.

Beragam terapi yang dilakukan oleh penderita carpal tunnels syndrome seperti

pemasangan splint, terapi sinar ultrasonik, gerakan peregangan saraf, mobilisasi tulang

carpal, terapi magnetik dan yoga memberikan keuntungan berupa perbaikan yang cukup

signifikan. Disamping itu, ada juga pengobatan secara fisioterapi atau teknik terapi okupasi

untuk carpal tunnel syndrome. Terapi ini berorientasi secara primer untuk nyeri karena

Page 15: BAB I

15

aktivitas non-spesifik dan kurang memberikan hasil yang baik pada gejala mati rasa karena

CTS.

Terapi okupasi memberikan penyaranan ergonomik untuk mencegah gejala yang

semakin parah. Terapi okupasi memfasilitasi fungsi tangan melalui terapi adaptif tradisional.

Segala bentuk penekanan paksa dan penggunaan berulang tangan dan pergelangan tangan

dapat menimbulkan nyeri pada anggota ekstremitas superior. Dengan istirahat yang sesering

mungkin dapat berguna jika jadwal kerja dapat dikurangi kepadatannya. Sebuah hasil

penelitian baru – baru ini menunjukkan dengan istirahat singkat beberapa kali saat aktivitas

yang cukup menegangkan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan istirahat

dalam waktu yang lama. Beragam jenis perangkat aksesoris komputer yang dapat digunakan

untuk menopang tangan dari kelelahan karena aktivitas berlebihan.6

Olahraga dengan gerakan merelaksasi dan meregangkan otot – otot lengan dan tangan

dapat mengurangi resiko trauma ganda pada N. Medianus. Massase atau pemijatan

merupakan salah satu metode terapi yang sering digunakan untuk mengobati gejala CTS.

Perengangan dan pelepasan myofascial dapat menghilangkan rasa nyeri, mati rasa, kesemutan

dan nyeri terbakar dalam beberapa menit.6

2)      Penyuntikan steroid ke dalam terowongan karpal7

Injeksi kortikosteroid cukup efektif sebagai penghilang gejala CTS secara temporer

dalam waktu yang singkat. Pada beberapa pasien, injeksi kortikosteroid dapat bernilai

diagnostik. Pengobatan ini tidak bersifat untuk dilakukan dalam jangka waktu yang panjang.

Pada umumnya, para ahli medis hanya meresepkan penyuntikan steroid lokal hingga

pengobatan jenis lain bisa dilakukan dengan baik. Pada kebanyakan pasien, pembedahan

merupakan satu –satunya pengobatan yang bisa memberikan penyembuhan permanen.

Selain untuk terapi Sindroma Terowongan Karpal, penyuntikan steroid yang dapat

menghilangkan atau mengurangi keluhan Sindroma Terowongan Karpal ini merupakan salah

satu tes untuk menegakkan diagnosis Sindroma Terowongan Karpal. Penyuntikan steroid ke

dalam terowongan karpal, diharapkan dapat mengatasi edema dalam terowongan karpal.

Caranya:

Deksametason sebanyak 1 mg atau steroid lain disuntikkan dengan jarum no. 25 langsung

ke dalam terowongan karpal lebih kurang 1 cm proksimal dari lipat pergelangan medial tendo

otot palmaris longus dan medial n.Medianus yang terletak tepat di bawah tendo ini dengan

Page 16: BAB I

16

arah 60◦. Jaga suntikan steroid ini jangan langsung mengenai n. Medianus. Bila penusukan

jarum terasa nyeri, jarum ditarik sedikit, lalu tusukan lebih medial lagi (ada juga yang

memilih suntikan lateral otot palmaris longus). Sebaiknya suntikan steroid jangan dicampur

bahan anestesi, sebab akan menambah jumlah isi terowongan karpal yang telah sempit,

walaupun rasa nyeri cepat sekali menghilang bila ditambah bahan anestesi. Setelah disuntik,

bekas tusukan jarum ditekan dan penderita diminta menggerak-gerakan jari tangannya untuk

menyebarkan steroid tersebut. Bila belum berhasil, suntikan dapat diulangi setelah dua

minggu atau lebih. Maksimal dapat diberikan sampai 3 kali suntikan, bila belum memberi

hasil yang memuaskan  dipertimbangkan tindakan operasi, karena dapat timbul efek samping

dari penyuntikan steroid ini.

Efek samping penyuntikan steroid:

a)      obat masuk ke saraf  (nyeri)

b)      atrofi, hipopigmentasi, perdarahan

c)      robeknya tendon secara spontan

d)     radang lokal

3) Obat – obatan

Penggunaan obat – obatan anti-inflamasi tanpa resep seperti aspirin, ibuprofen atau

naproxen dapat secara efektif mengurangi gejala dengan baik. Penghilang nyeri seperti

paracetamol hanya bersifat sementara dalam menghilangkan nyeri, dan hanya anti-inflamasi

yang bisa mengurangi peradangan CTS. Obat anti-inflamasi non-steroid (AINS) secara

teoritis bisa mengobati pembengkakan dan menghilangkannya dengan baik. Steroid oral

seperti prednisone dapat mengobati pembengkakan dengan baik, namun secara umum tidak

digunakan dalam terapi CTS karena efeks sampingnya yang kurang baik. Penggunaan obat

anti-inflamasi non-steroid dapat memperparah gejala asma pada pasien yang memiliki

riwayat asma, penggunaan steroid berupa prednisone adalah pilihan paling aman bagi pasien

asma yang mengalami CTS. Komplikasi yang paling sering muncul berhubungan dengan

pemakaian jangka lama obat anti-inflamasi adalah iritasi dan perdarahan saluran cerna.

Beberapa jenis obat anti-inflamasi juga memiliki kontraindikasi terhadap beberapa jenis

penyakit jantung. Penggunaan obat anti-inflamasi secara kronik, nyeri jangka lama sebaiknya

Page 17: BAB I

17

dipantau oleh dokter secara seksama.

Pengobatan yang lebih agresif untuk terapi CS adalah injeksi kortison

untukmengurangi pembengkakan dan tekanan pada persarafan dalam canalis carpi.

Methylcobalamin (vit B12 memberikan manfaat baik pada bebeapa kasus CTS.

Pengontrolan cairan misalnya diuretika

Dengan berkurangnya cairan tubuh secara sistemik, maka diharapkan cairan di daerah

terowongan karpal akan berkurang, hal ini akan mengurangi tekanan dalam terowongan

karpal.

Anti inflamasi non steroid atau steroid

Obat - obatan anti inflamasi baik steroid maupun non steroid akan mengurangi edema di

dalam terowongan karpal.

Estrogen

Karena penderita Sindroma terowongan karpal terutama pada wanita diatas 40 tahun

(menopause), Schiller dan Kolb menduga mungkin kekurangan estrogen akan mempengaruhi

pertumbuhan jaringan ikat, sehingga mereka memberi estrogen pada pasien-pasiennya yang

disebutnya sebagai suatu Sindroma menopause. Tapi pendapat ini ditentang oleh penulis-

penulis lain.

Vitamin Neurotropik

Ellis, Folker dkk dan beberapa penulis lain menyatakan defisiensi pyridoxin merupakan

salah satu faktor etiologi Sindroma Terowongan Karpal  Sehingga memberikan pyridoxin

sebagai terapi Sindroma Terowongan Karpal dan menurut mereka, hasilnya cukup

memuaskan. Tapi penulis-penulis lain banyak pula yang menentang pendapat ini, apalagi

karena pyridoxin yang berlebihan dapat pula menyebabkan neuropati (karena intoksikasi).

Tapi menurut penulis yang setuju memakai  pyridoxin, neuropati  karena pyrodoxin ini hanya

terjadi pada penderita yang telah mempunyai kecenderungan akan timbulnya neuropati. Dosis

pyridoxin yang dianjurkan adalah 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Menurut Folker selain

defisiensi pyridoxin pada Sindroma Terowongan Karpal terdapat pula defisiensi riboflavin.

Terlepas benar atau salahnya teori defisiensi vitamin-vitamin ini pada Sindroma Terowongan

Karpal sebagai pelengkap terapi neuropati. Kita selalu memberi vitamin kombinasi golongan

Page 18: BAB I

18

B karena vitamin ini banyak mempengaruhi perbaikan-perbaikan saraf tepi yang rusak.

Begitu juga mecobalamin  disebut-sebut berguna untuk regenerasi saraf perifer.

4) Fisioterapi untuk memperbaiki vaskularisasi pergelangan tangan Terdapat beberapa

terapi terhadap carpal tunnel syndrome yang masih dipergunakan hingga saat ini, antara lain:

Peregangan ( Stretching ) Beragam gerakan peregangan dapat membantu pencegahan terhadap

CTS, namun banyak orang yang tidak tahu akan kegunaan peregangan otot – otot

pergelangan tangan dan tangan. Untuk mengurangi insiden terserang CTS, berikut ini adalah

gerakan pereganganyang bisa dilakukan:

Gerakan 1, Gerakan Mengepal dan Membuka

Kepalkan tangan dengan kencang selama 3 – 5 detik, lalu lepaskan dan ratakan

seluruh jari – jari tangan. Ditahan selama 3 – 5 detik juga. Ulangi gerakan ini sebanyak 5 kali

di tiap tangan.4

Page 19: BAB I

19

Gerakan 2 : Peregangan

Gerakan perengan ini dapat mengurangi rasa sakit dan tekanan yang disebabkan oleh

pergerakan tangan repetitif dalam periode tertentu. Dengan menggunakan salah satu tangan,

jari – jari di tangan lain di lebarkan sebisa mungkin tanpa menimbulkan rasa nyeri. Hasil dari

peregangan dapat dirasakan pada telapak tangan dan pergelangan tangan. Tahan posisi

peregangan ini selama 3 – 5 detik lalu lepaskan. Lakukan gerakan ini sebanyak 5x di tiap

tangan yang telah dilakukan gerak mengepal dan meregang.4

5)      Ultrasound

Ultrasound frekuensi tinggi diarahkan ke area inflamasi, gelombang suara itu

dikonversikan menjadi panas di dalam jaringan, diharapkan akan melancarkan vaskularisasi.

Terapi sinar radiasi secara ultrasonik terhadap pergelangan tangan pasien CTS memberikan

perbaikan yang cukup signifikan. Satu program terapi sinar terdiri atas 20 sesi dengan masing

– masing sesi selama 15 menit dengan pemaparan ultrasonik pada area canalis carpi dengan

frekuensi 1 MHz dan kekuatan 1.0 W/cm2.4

 

Pada pasien dalam 10 tahun telah mendapat banyak terapi konservatif baik obat oral, vitamin,

fisoterapi bahkan suntikan steroid, tetapi keluhan tetap timbul kembali, nampaknya bukan

karena sindroma Terowongan Karpal yan dideritanya berat, tetapi karena pasien tetap

melakukan aktifitas yang seharusnya dihindari sampai saat ini.

Operatif5

Tindakan operatif dilakukan bila:

o keluhan – keluhan yang berat sehingga sangat mengganggu penderita.

o atrofi otot-otot thenar.

o pemeriksaan EMG yang jelek (Sindroma Terowongan Karpal berat).

o terapi konservatif tanpa ada perbaikan.

Page 20: BAB I

20

o Sindroma Terowongan Karpal akut dengan gejala yang hebat/berat.

 

Operasi dapat dilakukan dengan cara konvensional atau endoskopi. Dengan konvensional

yang dilakukan sebagai berikut:

Operasi dapat dengan anestesi lokal, tapi bila dicurigai harus melakukan eksplorasi yang agak

lama sebaiknya pakai anestesi umum. Sebelumnya dipasang bendungan (tourniquet) untuk

mengurangi perdarahan.

Ligamen karpi-transversum dipotong lebih kurang 3 cm distal lipat pergelangan

tangan di sisi ulnar. Isi terowongan  dibersihkan dari proses desak ruang. Mungkin perlu

dilakukan tenosinovektomi dan pada keadaan tertentu disertai suatu internal neurolisis.

Pada waktu operasi harus berhati-hati jangan sampai memotong cabang rekuren

n.Medianus atau struktur lainnya.

Pembedahan Carpal Tunnel Syndrom

Ini adalah salah satu contoh hasil pembedahan carpal tunnel syndrome. Dua

teknikyang berbeda digunakan di dalamnya. Luka pada tangan kiri adalah bekaspembedahan

6 minggu yang lalu, sedangkan luka pada tangan kanan adalah bekas pembedahan 2 minggu

yang lalu. Dapat dilihat adanya atrofi otot thenar eminensia di tangan kiri yang merupakan

tanda kronik CTS.

Page 21: BAB I

21

Salah satu gambar metode pembedahan pada carpal tunnel syndrome. Dapat dilihatteknik

pembukaan ligamentum carpi transversum yang juga dikenal dengan sebutanpembedahan

“pembebasan canalis carpi”. Pembedahan ini sangat direkomendasikan bagi pasien yang telah

mengalami secara konstan dan static mati rasa, kelemahan otot tangan, atau atrofi, dan

penggunaan splint di malam hari sudah tidak bisa lagi mengontrol gejala – gejala intermiten

CTS. Secara umum, pada kasus – kasus dengan derajat sedang dapat dikontrol gejalanya

dengan baik dalam hitungan bulan dan tahun, namun untuk kasus – kasus dengan derajat

berat secara simptomatis sulit dikurangi ataupun dihilangkan sehingga terapi pembedahan

adalah metode pengobatan terbaik

Setelah operasi selesai dipasang bidai dengan pergelangan sedikit dorsofleksi untuk

mencegah prolaps tendo otot fleksor ataupun n.Medianus sendiri melalui bekas irisan

ligamen karpi transversum. Sendi-sendi kecil sudah harus mulai digerak-gerakan segera

setelah operasi, kemudian baru dilatih pergerakan pergelangan secara bertahap. Harus

dijaga jangan sampai timbul edema atau jaringan parut. Diusahakan agar posisi tangan lebih

tinggi dari jantung dan waktu tidur jangan diganjal dengan bantal agar tetap di tempat yang

lebih tinggi. Selama dua minggu pertama tidak diperkenankan mengangkat benda berat.

Setelah tindakan operasi tetap diberikan terapi tambahan vitamin kombinasi golongan B

(neurotropik) untuk mempercepat perbaikan metabolisme saraf.

Kegagalan / Komplikasi Operasi:

o    gagal membebaskan ligamen karpi transversum secara lengkap/adekuat.

o    terjadi edema dan jaringan parut, sehingga kompresi n.Medianus terulang lagi.

Page 22: BAB I

22

o    prolaps isi terowongan di tempat irisan ligamen karpi transversum, karena bidai

terlalu cepat dilepas atau menggerakkan pergelangan terlalu cepat / maksimal.

o    timbul kekakuan sendi karena terjadi perlengketan – perlengketan.

o    Infeksi bekas operasi.

o    komplikasi tidak langsung karena pemasangan tourniquet yang terlalu lama/keras,

sehingga menimbulkan neuropati (pressure neuropathy) pada n.Radialis.

 

Terapi keadaan yang mendasari Sindroma Terowongan Karpal 5

o      Walaupun terapi yang ditujukan langsung pada Sindroma Terowongan Karpal

sendiri berhasil, tapi bila keadaan/penyakit yang mendasarinya tak ditanggulangi,

suatu saat Sindroma Terowongan Karpal yang disebabkan aktifitas tangan tertentu

yang berulang seperti pekerjaan rumah tangga (memasak, memotong, mencuci dan

memeras pakaian, menyapu dan mengepel,  memeras kelapa, mengulek bumbu-

bumbu) memutar baut dengan obeng, menggerakkan kursi roda pada penderita

paralegi, mengetik dan  menggunakan alat yang bergetar atau bekerja pada suhu

dingin (tukang daging dan ikan, pengemas makanan beku) dan ban berjalan

(asembling, pengepakan) harus diusahakan merubah kebiasaan atau menukar

pekerjaan dan memodifikasi alat yang dipakai.

o       Bila Sindroma Terowongan Karpal yang didasari oleh penyakit lain, misalnya

Akromegali atau Arthritis, penyebab Akromegali atau Arthritis yang perlu

ditanggulangi. Sindroma Terowongan Karpal pada kehamilan biasanya akan

sembuh setelah melahirkan, tapi mungkin akan kambuh lagi pada kehamilan

berikutnya.

Prognosa7

Kebanyakan orang mendapatkan penyembuhan dan perbaikan akibat gejala CTS

melalui terapi konservatif atau pembedahan dengan resiko kerusakan saraf seminimal

mungkin. Carpal tunnel syndrome kronik jangka lama, biasanya ditemukan pada orang –

Page 23: BAB I

23

orang lanjut usia, dapat menyebabkan kerusakan saraf permanen dengan gejala mati rasa

ireversibel, adanya muscle wasting dan kelemahan otot akibat atrofi otot – otot thenar.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keparahan carpal tunnel syndrome, yakni

faktor mental yang labil dan pengguna minuman alkohol akan menyebabkan carpal tunnel

syndrome yang diderita semakin parah.

Banyak penderita carpal tunnel syndrome ringan dengan mengubah perilaku

penggunaan tangan saat bekerja dan perbaikan postur serta melakukan terapi konservatif

dengan baik dan rutin, melalui pengobatan tanpa pembedahan dapat memulihkan kondisi

kembali tanpa adanya lagi mati rasa ataupun rasa nyeri, dan tidak ada lagi gangguan saat

tidur. Beberapa orang menemukan perbaikan terhadap gejala CTS dengan merubah pola

pekerjaan dengan penggunaan tangan dan pergelangan tangan secara berulang, yakni waktu

aktivitas dan waktu istirahat disinkronkan. Pada beberapa orang juga menerapkan pola

pengerjaan berdasarkan prioritas sehingga mereka pun bisa menghindari aktivitas

penggunaan tangan berlebihan sehingga rasa nyeri bisa diminimalisir.

Kekambuhan carpal tunnel syndrome setelah pembedahan jarang terjadi. Jika

seseorang mengeluhkan gejala nyeri pada tangan setelah pembedahan, gejala tersebut bukan

karena carpal tunnel syndrome. Ada kemungkinan diagnosis carpal tunnel syndrome yang

tidak tepat pada pasien tersebut serta setelah pembedahan usai tidak ada pengurangan gejala

yang berarti bagi pasien.2

Pencegahan

Sebuah studi di tahun 2007 dibawah pimpinan Lozano-Calderon dkk dari Department

of Othopaedic Surgery at Massachusetts General Hospital menyatakan carpal tunnel

syndrome terjadi karena faktor genetik dan struktur. Oleh karena itu, carpal tunnel syndrome

berkemungkinan tak dapat dicegah untuk terjadi. Akan tetapi, beberapa pihak menyatakan

pencegahan dapat dilakukan dengan cara menerapkan pola gaya hidup sehat seperti

menghindari stress berulang, melakukan kebiasaan bekerja yang sehat seperti menggunakan

alat bantu kerja berupa wrist rest dan mouse pad, istirahat sejenak dari rutinitas pekerjaan

yang dilakukan oleh tangan dan pergelangan tangan secara berulang, menggunakan papan

ketik alternatif (pena digital, alat pengenal suara dan alat pendikte) dan mengkonsumsi

vitamin B, asam lemak omega-3 dan zat anti-inflamasi seperti turmerik.

Individu yang selalu melakukan aktivitas dan pekerjaan yang dapat memicu

timbulnya carpal tunnel syndrome di kemudian hari perlu memberikan batasan dalam

Page 24: BAB I

24

pekerjaan, namun sangat sedikit data yang mendukung konsep ini dan dianggap remeh akan

penggunaan lengan secara berulang dalam posisi yang kaku dapat menimbulkan sakit

KESIMPULAN

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan tanda dan gejala klinik yang timbul

akibat tekanan terhadap N. Medianus yang berjalan melalui canalis carpi. Carpal

tunnel syndrome merupakan salah satu bentuk neuropathy pada ekstremitas superior

yang menimbulkan efek nyeri pada tangan berupa gangguan motorik dan sensorik

yang dipersarafi oleh N. Medianus.

Gejala– gejala yang ditimbulkan oleh carpal tunnel syndrome berupa nyeri,

paresthesia, dan kelemahan pada regio yang dipersarafi oleh N. Medianus. Diagnosis

carpal tunnel syndrome berupa adanya nyeri, mati rasa (numbness) dan kesemutan

pada tangan yang dapat menjalar hingga pundak dan leher; gangguan ini sering terjadi

di malam hari saat tidur dengan posisi tidur berbaring ke satu sisi. Untuk mencegah

terjadinya carpal tunnel syndrome akibat aktivitas repetitif yang menimbulkan mati

rasa (numbness) dan nyeri, perlu dilakukan gerakan meregang pergelangan tangan,

tangan dan jari tangan. Selain itu, pengobatan yang efektif bagi penderita carpal

tunnel syndrome dengan menggunakan splint (balut tangan), injeksi kortikosteroid

dan pembedahan.

Carpal tunnel syndrome dapat dihubungkan dengan beragam keadaan yang memicu

penekanan terhadap N. Medianus pada pergelangan tangan. Beberapa kondisi yang

dapat memicu timbulnya carpal tunnel syndrome, antara lain: obesitas, hipotiroidisme,

arthritis, diabetes dan trauma.

Secara klinis CTS didiagnosis dengan kriteria yaitu rasa nyeri yang berupa

kesemutan, rasa terbakar dan baal pada jari I, II, III dan setengah bagian lateral jari IV

dengan onset terjadi di waktu malam hari atau dini hari. Pada keadaan yang berat, rasa

nyeri dapat menjalar hingga ke lengan atas dan terdapat atrofi pada otot thenar.

Penegakan diagnosis baru dilakukan jika telah dilakukan tes provokasi berupa Tes

Phalen, Tes Tinel dan Tes Wormser (Reverse Phalen) positif.

Beragam terapi untuk carpal tunnel syndrome berupa gerakan relaksasi dan

Page 25: BAB I

25

peregangan otot dan persarafan tangan dan pergelangan tangan, penyuntikan

kortikosteroid, penggunaan obat anti-inflamasi, pembedahan, terapi sinar dan

fisioterapi okupasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maurice Victor, Allan H. Ropper.“Diseases of Spinal Cord, Peripheral Nerve,and

Muscle”.Adams and Victor’s Principles of Neurology.7th ed. New York: McGraw-Hill

Companies, 2001: 1433 – 1434.

2. Lewis P. Rowland, M.D. “Systemic Diseases and General Medicine”. Merritt’s

Neurology. 11th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins,2005 : 1116.

3. H. Jusuf M, Abdul Bar H., Adre M., M. Kurniawan S.”Sindroma Terowongan

Karpal”.Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Prosedur

Operasional (SPO) Neurologi.Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia

(PERDOSSI).2006: 90 – 91.

4. Budiono. Carpal Tunnel Syndrome. Majalah Hiperkes dan Kesehatan Kerja. 4

(XXIX):62-65

5. Pakasi, Ronald E. 2006. Nyeri dan Kebas pergelangan Tangan Akibat Pekerjaan?.

Hati-hati CTS! (www.medicastore.com).

6. Tana, L. 2006. Penyusunan Model penyuluhan dalam Upaya Pencegahan Terjadinya

carpal Tunnel syndrome pada Pekerja dibeberapa Perusahaan Garmen di Jakarta.

Badan Litbangkes. Depkes. Jakarta

7. Moeliono F. Etiologi, Diagnosis dan Terapi Sindroma Terowongan Karpal (S.T.K.)

atau(Carpal Tunnel Syndrome/CTS). Neurona. 1993; 10 : 16-27.

8. DeJong RN. The Neurologic Examination revised by AF.Haerer, 5th ed, JB

Lippincott, Philadelphia, 1992; 557-559

9. Weimer LH. Nerve and Muscle Disease. In : Marshall RS, Mayer SA, editors. on Call

Neurology. Philadelphia: WB Saunders Co; 1997 .p.254-256.

10. Walshe III TM. Diseases of Nerve and Muscle. In: Samuels MA, editor. Manual of

Neurologic Therapeutics. 5th ed. Boston : Little, Brown and Co; 1995.p.381-382

Page 26: BAB I

26