22
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Dalam ilmu farmakognosi mempelajari berbagai sediaan alam yang bermanfaat bagi kesehatan. Sediaan alam ini berasal dari tumbuhan yang mengandung metabolit primer dan sekunder. Pada metabolit primer, salah satu kandungannya yaitu karbohidrat. Karbohidrat merupakan segolongann besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur. Pada proses fotosintesis, tumbuhan hijau mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat. Hasil dari metabolism primer turunan dari karbohidrat berupa senyawa-senyawa polisakarida yaitu amilum. Pati atau amilum merupakan simpanan energi didalam sel-sel tumbuhan, berbentuk butiran-butiran kecil mikroskopik dengan diameter berkisar antara 5-50 nm. Di alam, pati banyak terkandung dalam beras, gandum, jagungg, biji-bijian seperti kacang

BAB I

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Dalam ilmu farmakognosi mempelajari berbagai sediaan alam yang

bermanfaat bagi kesehatan. Sediaan alam ini berasal dari tumbuhan yang

mengandung metabolit primer dan sekunder. Pada metabolit primer, salah

satu kandungannya yaitu karbohidrat.

Karbohidrat merupakan segolongann besar senyawa organik yang

paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam

tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa),

cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada

hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin

pada hewan dan jamur.

Pada proses fotosintesis, tumbuhan hijau mengubah karbondioksida

menjadi karbohidrat. Hasil dari metabolism primer turunan dari karbohidrat

berupa senyawa-senyawa polisakarida yaitu amilum.

Pati atau amilum merupakan simpanan energi didalam sel-sel

tumbuhan, berbentuk butiran-butiran kecil mikroskopik dengan diameter

berkisar antara 5-50 nm. Di alam, pati banyak terkandung dalam beras,

gandum, jagungg, biji-bijian seperti kacang merah atau kacang hijau dan

banyak juga terkandung dalam berbagai jenis umbi-umbian seperti

singkong, kentang atau ubi.

Dalam amilum tentunya terdapat hilus dan lamela. Hilus merupakan

inisial awal pembentukan amilum. Sedangkan lamela merupakan lapisan

yang mengelilingi lamela.

Hilus dan lamela pada berbagai tumbuhan berbeda-beda letak dan

bentuknya, maka dari itu pada praktikum kali ini kita mengamati hilus dan

lamela dari jagung (Zea mays) dan amilum pada kedelai (Glycine max).

Page 2: BAB I

2

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan.

I.2.1 Maksud Percobaan

1. Mengetahui rendamen dari jagung (Zea mays) dan kedelai (Glycine max).

2. Mengetahui bentuk hilus dan lamela pada amilum dari jagung (Zea mays)

dan kedelai (Glycine max).

I.2.2 Tujuan Percobaan

1. Menentukan rendamen dari jagung (Zea mays) dan kedelai (Glycine

max).

2. Menggambarkan bentuk hilus dan lamela pada amilum dari jagung (Zea

mays) dan kedelai (Glycine max).

Page 3: BAB I

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Amilum

Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu

sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian

(Girindra, A. 1993).

Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada

kandungan tanaman. Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai

wujud penyimpanan sementara dari produk fotosintesis. Amilum juga

tersimpan dalam bahan makanan cadangan yang permanen untuk tanaman,

dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun, dan umbi.

Amilum merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan

kering umbi kentang (Gunawan,2004).

Amilum terdiri dari dua macam polisakarida yang kedua-duanya

adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20 – 28 %) dan sisanya

amilopektin.

a). Amilosa: Terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang berikatan

dengan ikatan α 1,4 glikosidik. Jadi molekulnya menyerupai rantai

terbuka.

b). Amilopektin: Terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar

mempunyai ikatan 1,4- glikosidik dan sebagian ikatan 1,6-

glikosidik. adanya ikatan 1,6-glikosidik menyebabkan terdjadinya

cabang, sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan

bercabang. Molekul amilopektin lebih besar dari pada molekul

amilosa karena terdiri atas lebih 1000 unit glukosa (Poedjiadi, A.

2009).

Secara umum, amilum terdiri dari 20% bagian yang larut air (amilosa)

dan 80% bagian yag tidak larut air (amilopektin). Hidrolisis amilum oleh

asama mineral menghasilkan glukosa sebagai produk akhir secara hampir

kuantitatif (Gunawan, 2004).

Page 4: BAB I

4

Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam

sehingga menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan

bantuan enzim amilase, dalam air ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan

oleh pankreas terdapat amilase yang bekerja terhadap amilum yang terdapat

pada makanan kita oleh enzim amilase, amilum diubah menjadi maltosa

dalam bentuk β – maltosa (Girindra,A. 1993).

Amilum juga disebut dengan pati. Pati yang diperdagangkan diperoleh

dari berbagai bagian tanaman, misalnya endosperma biji tanaman gandum,

jagung dan padi ; dari umbi kentang ; umbi akar Manihot esculenta (pati

tapioka); batang Metroxylon sagu (pati sagu); dan rhizom umbi tumbuhan

bersitaminodia yang meliputi Canna edulis, Maranta arundinacea, dan

Curcuma angustifolia (pati umbi larut) (Fahn, 1995).

Tanaman dengan kandungan amilum yang digunakan di bidang

farmasi adalah jagung (Zea mays), Padi/beras (Oryza sativa), kentang

(Solanum tuberosum), ketela rambat (Ipomoea batatas), ketela pohon

(Manihot utilissima) (Gunawan, 2004)

Pada bidang farmasi, amilum terdiri dari granul-granul yang diisolasi

dari Zea mays Linne (Graminae), Triticum aesticum Linne (Graminae), dan

Solanum tuberosum Linne (Solanaceae). Granul amilum jagung berbentu

polygonal, membulat atau sferoidal dam mempunyai garis tengah 35 mm.

Amilum gandum dan kentang mempunyai komposisi yang kurang seragam,

masing-masing mempunyai 2 tipe granul yang berbeda (Gunawan, 2004).

Amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk dan sebagai

bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan

pengisi tablet, bahan pengikat, dan bahan penghancur. Sementara suspensi

amilum dapat diberikan secara oral sebagai antidotum terhadap keracunan

iodium dam amilum gliserin biasa digunakan sebagai emolien dan sebagai

basis untuk supositoria (Gunawan, 2004).

Sebagai amilum normal, penggunaanya terbatas dalam industri

farmasi. Hal ini disebabkan karakteristiknya yang tidak mendukung seperti

daya alir yang kurang baik, tidak mempunyai sifat pengikat sehingga hanya

Page 5: BAB I

5

digunakan sebagai pengisi tablet bagi bahan obat yang mempunyai daya alir

baik atau sebagai musilago, bahan pengikat dalam pembuatan tablet cara

granulasi basah (Anwar, 2004).

Amilum hidroksi-etil adalah bahan yang semisintetik yang digunakan

sebagai pengencer plasma (d alam larutan 6%). Ini merupakan pengibatan

tasmbahan untuk kejutan yang disebabkan oleh pendarahan, luka terbakar,

pembedahan, sepsis, dan trauma lain. Sediaan amilum yang terdapat dalam

pasaran adalah Volex (Gunawan, 2004).

Fungsi amilum dalam dunia faramasi  digunakan sebagai bahan

penghancur atau pengembang (disintegrant), yang berfungsi membantu

hancurnya tablet setelah ditelan (Syamsuni H,A. 2007).

II.1 Hilus dan Lamela

Hilus merupakan titik permulaan terbentuknya tepung (hillium/titik

inisial). Lamela adalah garis-garis halus yang mengelilingi hilus (Mulyadi,

2006).

Penggolongan hilus berdasarkan jumlah hilus:

a. Amilum tunggal atau monoadelf

Amilum tunggal atau monoadelf adalah butir amilum yang

mempunyai hilus yang dikelilingi oleh lamela, misalnya pada ubi jalar.

b. Amilum setengah majemuk atau diodelf

Amilum setengah majemuk atau diodelf adalah amilum yang

mempunyai lebih dari satu hilus yang masing-masing dikelilingi oleh

lamela dan di luarnya dikelilingi oleh lamela bersama, misalnya pada

umbi kentang.

c. Amilum majemuk atau poliodelf

Amilum majemuk atau poliodelf adalah amilum yang mempunyai

lebih dari satu hilus, masing-masing dikelilingi oleh lamela dan di

luarnya tidak dikelilingi oleh lamela bersama. Misalnya pada padi.

Page 6: BAB I

6

Penggolongan hilus berdasarkan letaknya:

1. Amilum konsentris (hilus di tengah)

2. Amilum eksentris (hilus di pinggir)

Sifat-sifat Amilum

Amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,

berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau yang mempunyai Rumus

Molekul (C6H10O5)n, Densitas 1.5 g/cm3.

Dalam air dingin amilum tidak akan larut tetapi apabila suspensi

dalam air dipanaskan akan terjadi suatu larutan koloid yang kental,

memberikan warna ungu pekat pada tes iodin dan dapat dihidrolisis dengan

menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa.

Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk

menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka

panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi

yang penting. Kandungan patitersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa

dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda.

Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin

menyebabkan sifat lengket. Pati digunakan sebagai bahan untuk memekatkan

makanan cair seperti sup dan sebagainya. Dalam industri, pati dipakai sebagai

komponen perekat, campuran kertas dan tekstil, dan pada industri kosmetika.

(Lehninger, 1988).

Kegunaan Amilum

Pati digunakan sebagai bahan yang digunakan untuk memekatkan

makanan cair seperti sup dan sebagainya. Dalam industri, pati dipakai sebagai

komponen perekat, campuran kertas dan tekstil, dan pada industri kosmetika.

Diatas disebutkan bahwa amilum sering dicampuradukan dengan

kanji. Biasanya kanji dijual dalam bentuk tepung serbuk berwarna putih yang

dibuat dari ubi kayu sebelum dicampurkan dengan air hangat untuk

digunakan.

Kanji juga digunakan sebagai pengeras pakaian dengan

menyemburkan larutan kanji cair ke atas pakaian sebelum disetrika. Kanji

Page 7: BAB I

7

juga digunakan sebagai bahan perekat atau lem. Selain itu, serbuk kanji juga

digunakan sebagai penyerap kelembapan, sebagai contoh, serbuk kanji

disapukan pada bagian kelangkang bayi untuk mengurangi gatal-gatal. Kanji

lebih efektif dibandingkan bedak bayi karena kanji menyerap kelembapan dan

menjaga agar pelapis senantiasa kering. Tes kanji dilakukan untuk mengetes

adanya iodin (Lehninger, 1988).

Page 8: BAB I

8

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

1. Baskom

2. Blender

3. Cawan Porselin

4. Deck glass

5. Gelas piala

6. Kain putih

7. Lap kasar

8. Lap halus

9. Mikroskop

10. Neraca Ohaus

11. Objek glass

12. Oven

13. Pipet tetes

14. Sendok tanduk

15. Timbangan

III.1.2 Bahan

1. Alkohol

2. Aquadest

3. Jagung

4. Kedelai

5. Tissue

III.2 Cara Kerja

III.2.1 Pembuatan Amilum

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Disortasi masing-masing sampel, cuci dan timbang sebanyak 1 Kg

Page 9: BAB I

9

3. Dimasukkan dalam wadah blender, tambahkan sedikit air dan

blender sampai halus.

4. Dimasukkan dalam wadah blender, tambahkan sedikit air dan

blender sampai halus.

5. Disaring hasil blender dengan menggunakan kain putih sambil

diperas secara perlahan. Hasil saringan dikumpulkan pada gelas pada

gelas piala, diendapkan dan buang air rendamannya.

6. Dikeringkan dengan menggunakan oven selama beberapa menit pada

suhu 40-55°C.

7. Ditimbang amilum yang diperoleh untuk menghitung rendamennya.

III.2.2 Pengamatan Amilum

1. Diidentifikasi tiap amilum secara organoleptis dan diisi pada lembar

kegiatan.

2. Disiapkan alat dan bahan

3. Diambil amilum dengan sendok tanduk, lalu diletakkan diatas objek

glass.

4. Diteteskan satu tetes aquades lalu tutup dengan deck glass

5. Diamati sampel dengan menggunakan mikroskop.

6. Digambarkan hasil pengamatan yang diperoleh dan lengkapi

keterangan masing-masing sampel.

Page 10: BAB I

10

BAB IV

HASIL KERJA DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

1. Hasil pengamatan

Gambar amilum

Simplisia : Amilum Zea Mays L.

Medium : Air suling

Pembesaran : 40 x 10

Asisten : Alifia Stanny

Gambar Keterangan

Simplisia : Amilum Glycine max

Medium : Air Suling

Pembesaran :

Asisten : Alifia Stanny

Gambar Keterangan

Tabel pengamatan amilum

No Nama Amilum Organoleoptik

1 Jagung (Zea mays L.)

Warna : Putih

Bau : Menyengat

Rasa : Tawar

2 Kedelai (Glycine max) Warna : Kuning kecoklatan

Bau : Tengik

Page 11: BAB I

11

Rasa :

2. Perhitungan

Perhitungan % Amilum Jagung

Dik : Berat Capor + endapan Jagung = 51,7 g

Berat Capor Kosong = 49 g

Berat Sampel Jagung = 1000g

Dit : % Amilum jagung ?

Peny :

% Amilum jangung =

berat capor+endapan¿−capor ¿berat sampel

x100 %

=51,7 g−49 g

1000 gx100 %

=2,7

1000 g x 100%

=0,27 %

Perhitungan % Amilum Kedelai

Dik : Berat Capor + endapan Kedelai = 77,4 g

Berat Capor Kosong = 60,31 g

Berat Sampel Kedelai = 1000g

Dit : % Amilum Kedelai ?

Peny :

% Amilum kedelai =

berat capor+endapan¿−capor ¿berat sampel

x100 %

=77,4 g−60,31 g

1000 gx 100 %

=17,09 g1000 g

x 100%

= 1,709 %

Page 12: BAB I

12

IV.2 Pembahasan

Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu

sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian

(Girindra, A. 1993). Amilum yang terkandung pada masing-masing

tumbuhan sangatlah berbeda dari segi struktur dan bentuk hilus dan lamela.

Dalam praktikum kali ini kita akan mengamati hilus dan lamela dari

tumbuhan jagung (Zea mays) dan kedelai (Glycine max). Hilus merupakan

titik permulaan terbentuknya tepung (hillium/titik inisial). Lamela adalah

garis-garis halus yang mengelilingi hilus (Mulyadi, 2006).

Sebelum mengamati bentuk hilus dan lamela, kita akan membuat

amilum dari sampel jagung dan kedelai. Dalam pembuatan amilum ini,

pertama-tama yaitu dengan menyiapkan alat-alat dan bahan yang akan

digunakan. Untuk masing-masing cawan porselin kosong yang akan

digunakan ditimbang sebagai a. Selanjutnya masing-masing sampel

disortasi untuk memisahkan sampel yang masih baik dan sampel yang sudah

tidak layak digunakan, kemudian dicuci dan di timbang sebanyak 1 kg

sebagai c. Lalu masing-masing sampel ini blender secara terpisah hingga

halus. Sampel yang telah halus selanjutnya dilarutkan dengan air, kemudian

di saring menggunakan kain putih agar hasil saringan tidak terkontaminasi

dengan zat warna lain dan hasil saringan dapat terlihat jelas. Hasil saringan

diendapkan selama beberapa menit,endapan yang dihasilkan diambil dan

dikeringkan dalam oven pada suhu 450-550C.

Setelah sampel kering, ditimbang cawan porselin beserta endapannya

sebagai b. Sehingga dengan menggunakan persamaan b−a

cx 100 % didapat

persen rendamen masing-masing sampel yaitu untuk jagung (Zea mays)

0,27 % dan kedelei (Glycine max) 1,709 %.

Selanjutnya dilakukan uji organoleoptik berdasarkan warna, bau, dan

rasa. Untuk sampel jagung warna yang dihasilkan yaitu putih dengan bau

Page 13: BAB I

13

menyengat dan rasa yang tawar. Sedangkan untuk sampel kedelai warna

yang dihasilkan yaitu kuning kecoklatan dengan bau tengik dan dan rasa

yang ?????????.

Setelah itu dilakukan pengamatan bentuk dan letak hilus dan lamela

menggunakan mikroskop. Bedasarkan hasil pengamatan, jaringan yang

teramati dari sampel jagung yaitu butir pati majemuk berupa titik.

sedangkan untuk sampel kedelai ????????

Namun dalam uji organoleoptik sampel kedelai tidak memperoleh

hasil yang baik. Hal ini dikarenakan adanya kesalahan dalam prosedur kerja.

Page 14: BAB I

14

Page 15: BAB I

15

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa

kesimpulan yaitu :

1. Persen randemen untuk sampel jagung (Zea mays) 0,27 % dan kedelei

(Glycine max) 1,709 %.

2. Untuk sampel jagung jaringan yang diamati yaitu butir pati majemuk

berupa titik.

V.2 Saran

Diharapkan praktikan lebih teliti dalam proses penimbangan sehingga

memperoleh data pengamatan yang lebih akurat.

Page 16: BAB I

16

Page 17: BAB I

17

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C. 2004. Pemanfaatan pati. Bandung : DEPDIKBUDHarsanto, P.B., 1986.  Budidaya dan Pengolahan Sagu.  Kanisius.  Yogyakarta.

Haryanto, B.  Dan Pangloli, P., 1992.  Potensi dan Pemanfaatan Sagu.  Kanisius.  Yogyakarta.

Jumadi, A., 1989.  Sistem Pertanian Sagu di Daerah Luwu Sulsel.  Thesis Pasca Sarjana IPB. Bogor.