20
`BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal adalah kelainan yang mengenai organ ginjal yang timbul akibat berbagai faktor. Faktor yang mempengaruhi misalnya infeksi, tumor, kelainan bawaan, penyakit metabolik atau degeneratif dan lain-lain. Kelainan tersebut dapat mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda. Pasien mungkin merasa nyeri, mengalami gangguan berkemih, dan lain-lain. Terkadang pasien penyakit ginjal tidak merasakan gejala sama sekali. Pada keadaan terburuk, pasien dapat terancam nyawanya jika tidak menjalani cuci darah (hemodialisis) berkala atau transplantasi ginjal untuk mengganti organ ginjalnya yang telah rusak parah. Di Indonesia, penyakit ginjal yang cukup sering dijumpai adalah penyakit gagal ginjal dan batu ginjal (Riskesdas, 2013). 1

BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kepatuhan CKD

Citation preview

Page 1: BAB I

`BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit ginjal adalah kelainan yang mengenai organ ginjal yang timbul

akibat berbagai faktor. Faktor yang mempengaruhi misalnya infeksi, tumor,

kelainan bawaan, penyakit metabolik atau degeneratif dan lain-lain. Kelainan

tersebut dapat mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal dengan tingkat

keparahan yang berbeda-beda. Pasien mungkin merasa nyeri, mengalami

gangguan berkemih, dan lain-lain. Terkadang pasien penyakit ginjal tidak

merasakan gejala sama sekali. Pada keadaan terburuk, pasien dapat terancam

nyawanya jika tidak menjalani cuci darah (hemodialisis) berkala atau

transplantasi ginjal untuk mengganti organ ginjalnya yang telah rusak parah.

Di Indonesia, penyakit ginjal yang cukup sering dijumpai adalah penyakit

gagal ginjal dan batu ginjal (Riskesdas, 2013).

Penyakit ginjal kronis (chronic kidney disease [CKD]) tidak dapat

dikembalikan atau dipulihkan dan terjadi penurunan progresif jaringan fungsi

ginjal. Ketika massa ginjal yang tersisa tidak dapat lagi menjaga lingkungan

internal tubuh, maka akibatnya adalah gagal ginjal. Penyakit ini disebut CKD

stadium 5 dan juga disebut penyakit ginjal stadium akhir (end state renal

disease [ESRD]). CKD dapat berkembang tanpa gejala selama beberapa

tahun, atau mungkin akibat dari episode (acute renal failure [ARF]) yang

belum pulih (Black dan Hawks, 2014).

1

Page 2: BAB I

2

CKD adalah masalah kesehatan yang tumbuh dengan cepat. 11% populasi

penduduk Amerika Serikat (AS) atau 19,2 juta orang diperkirakan mengidap

CKD. Insiden ESRD atau CKD stadium 5 sangat beragam bergantung

keadaan dan negara. Di Amerika Serikat, insidennya adalah 338 kasus baru

per satu juta orang. Menurut US Renal Data System (Sistem Data Ginjal AS),

pada akhir 2003 total 441.051 orang dirawat dengan ESRD. Kira-kira 28%

melakukan transplantasi, 66% menerima hemodialisis, dan 5% menjalani

dialisis peritoneal. The Centers for Disease Control and Prevention di Atlanta

baru-baru ini telah membangun program penyakit ginjal kronis untuk

meningkatkan pengawasan dan program pencegahan CKD pada tingkat

federal dan negara (Black dan Hawks, 2014).

Di Indonesia jumlah penderita CKD menurut Perkumpulan Nefrologi

Indonesia (PERNEFRI) mengatakan jumlah pasien baru dan aktif di Indonesia

pada tahun 2011 tercatat lebih banyak yaitu pasien baru sebanyak 15.353

orang dan pasien aktif sebanyak 6.951 orang. Diagnosis penyakit utama pasien

hemodialisa baru dari data unit hemodialisa yang terkirim adalah gagal ginjal

akut atau ARF sebanyak 6%, gagal ginjal terminal atau ESRD sebanyak

87%, dan gagal ginjal akut pada CKD sebanyak 7% (Indonesia Renal

Registry, 2011).

Hasil data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) mengemukakan

bahwa prevalensi CKD berdasarkan pernah didiagnosa dokter di Indonesia

sebesar 0,2%. Riskesda menyebutkan tiga provinsi dengan kasus CKD

tertinggi di Indonesia adalah provinsi Sulawesi Tengah 0,5%, Sulawesi Utara

Page 3: BAB I

3

0,4% dan Gorontalo 0,4%. Kasus CKD di provinsi Banten sebesar 0,2%.

Prevalensi penyakit CKD berdasarkan wawancara yang didiagnosis dokter

meningkat seiring dengan bertambahnya umur, meningkat tajam pada

kelompok umur 35-44 tahun (0,3%), diikuti umur 45-54 tahun (0,4%) dan

umur 55-74 tahun (0,5%), tertinggi pada kelompok umur ≥75 tahun (0,6%).

Prevalensi pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%),

prevalensi lebih tinggi pada masyarakat pedesaan (0,3%), tidak besekolah

(0,4%), pekerja wiraswasta, petani, nelayan, buruh (0,3%).

Pada pasien gagal ginjal kronik, penatalaksanaan konservatif tidak

mengobati CKD, tetapi mungkin memperlambat perkembangan penyakit.

Akhirnya banyak klien memerlukan terapi pengganti ginjal. Hemodialisis

digunakan bagi klien ARF atau gagal ginjal yang sudah tidak dapat diperbaiki

serta ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

Hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah ke suatu tabung ginjal

buatan (dialiser) yang terdiri dari dua kompartemen yang terpisah. Pada

penyakit ginjal tahap akhir renal replacement therapy diperlukan untuk

memperpanjang hidup (Barnet et all, 2007 dalam Sulistyaningsih, 2012).

Terapi pengganti ginjal dapat berupa hemodialisa, peritoneal dialysis dan

transplantasi ginjal. Terapi pengganti ginjal tidak hanya untuk memperpanjang

hidup akan tetapi juga mengembalikan kualitas hidup dengan meningkatkan

kemandirian pasien. Bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisa akan

mencegah kematian. Namun demikian hemodialisa tidak menyembuhkan atau

memulihkan penyakit ginjal. Pasien akan tetap mengalami sejumlah

Page 4: BAB I

4

permasalahan dan komplikasi serta adanya berbagai perubahan pada bentuk

dan fungsi sistem dalam tubuh (Smeltzer dan Bare, 2008; Knap, 2005 dalam

Sulistyaningsih, 2012).

Pada pasien CKD yang menjalani Hemodialisa rutin sering mengalami

kelebihan volume cairan dalam tubuh, hal ini disebabkan penurunan fungsi

ginjal dalam mengekresikan cairan (Kamaludin dan Rahayu, 2008). Menurut

Yayasan Diatrash Indonesia (YDGI) Pada pasien CKD apabila tidak

melakukan pembatasan asupan cairan maka cairan akan menumpuk di dalam

tubuh dan akan menimbulkan edema di sekitar tubuh seperti tangan, kaki dan

muka. Penumpukan cairan dapat terjadi di rongga perut disebut acites. Kondisi

ini akan membuat tekanan darah meningkat dan memperberat kerja jantung.

Penumpukan cairan juga akan masuk ke paru-paru sehingga membuat pasien

mengalami sesak nafas. Secara tidak langsung berat badan klien juga akan

mengalami peningkatan berat badan yang cukup tajam, mencapai lebih dari

berat badan normal (0,5 kg /24 jam) yang dianjurkan bagi klien gagal ginjal

kronik yang menjalani terapi hemodialisa. Karena itulah perlunya pasien gagal

ginjal kronik mengontrol dan membatasi jumlah asupan cairan yang masuk

dalam tubuh. Pembatasan asupan cairan penting agar pasien gagal ginjal tetap

merasa nyaman pada saat sebelum, selama dan sesudah terapi hemodialisis

(YGDI, 2008).

Pembatasan cairan seringkali sulit dilakukan oleh klien, terutama jika

mereka mengkonsumsi obat-obatan yang membuat membran mukosa kering

seperti diuretik, sehingga menyebabkan rasa haus dan klien berusaha untuk

Page 5: BAB I

5

minum. Hal ini karena dalam kondisi normal manusia tidak dapat bertahan

lebih lama tanpa asupan cairan dibandinkan dengan makanan (Potter dan

Perry, 2008 dalam Sari, 2009).

Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama mortility dan

morbidity pada pasien yang menjalani hemodialisa serta dapat menyebabkan

kematian sampai 50%. Penelitian menunjukan 33% - 50% pasien hemodialisis

tidak patuh terhadap pembatasan asupan cairan. Hal ini dapat merusak

efektivitas terapi sehingga mengakibatkan progresivitas penyakit yang tidak

terduga dan kemungkinan akan memperbesar terjadinya komplikasi. Oleh

karena itu, diperlukan kepatuhan terhadap intake cairan pada populasi ini

(Sulistyaningsih, 2012).

Nutrisi (diet) juga mempunyai peranan yang penting pada seluruh stadium

penyakit ginjal kronis. Hipertensi, obesitas, hiperlipidemia dan kontrol gula

yang buruk akan berpengaruh terhadap progresifitas CKD. Disisi lain, kondisi

uremik dan pembatasan diit yang berlebihan (terutama protein) tanpa disertai

jumlah energi yang cukup pada masa pra-dialisis ikut berperan pada terjadinya

malnutrisi saat dialisis berkesinambungan. Malnutrisi sendiri dilaporkan

memperburuk fungsi ginjal secara progresif. 50%-70% pasien diperkirakan

menunjukan tanda dan gejala malnutrisi. Terdapat bukti yang menunjukan

bahwa status nutrisi yang buruk pada saat pasien mulai memerlukan dialisis

merupakan prediktor kuat peningkatan mortalitas pada masa dialisis

(Mardiana, 2010).

Page 6: BAB I

6

Ketidakpatuhan memiliki dampak yang sangat memprihatinkan sebab

akan berpengaruh terhadap terjadinya komplikasi akut dan kronis, lamanya

perawatan dan berdampak pada produktivitas dan menurunkan sumber daya

manusia. Selain itu, dampak masalah ini bukan hanya mengenai individu dan

keluarga saja, lebih jauh akan berdampak pada sistem kesehatan suatu negara.

Negara akan mengeluarkan biaya yang banyak untuk mengobati dan merawat

pasien CKD dengan hemodialisis yang umumnya menjadi pengobatan seumur

hidup. Upaya pencegahan dan penanggulangan tidak dapat dilakukan hanya

oleh pemerintah saja tetapi harus dibantu oleh semua pihak baik masyarakat

maupun profesi yang terkait, khususnya tenaga kesehatan. Perawat sebagai

salah satu profesi kesehatan memiliki peran yang sangat besar karena

memiliki waktu interaksi terlama dengan pasien di institusi kesehatan,

khususnya dalam memberikan informasi yang penting untuk meningkatkan

kepatuhan pasien (Syamsiah, 2011).

Salah satu sumber dukungan sosial adalah keluarga. Keluarga

rnerupakan tempat bercerita dan mengeluarkan keluhan- keluhan bila

individu mengalami persoalan (Irwanto, 2002 dalam Pangatiti, 2011).

Keluarga merupakan tempat yang paling nyaman untuk seseorang dalam

menghadapi segala persoalan hidup, berbagi kebahagiaan dan tempat

tumbuhnya harapan-harapan akan hidup yang lebih baik. Dukungan sosial

keluarga bekerja sebagai pelindung untuk melawan perubahan peristiwa

kehidupan . Melalui dukungan sosial keluarga, kesejahteraan psikologis

akan meningkat karena adanya perhatian dan pengertian akan

Page 7: BAB I

7

menimbulkan perasaan memiliki, meningkatkan harga diri dan kejelasan

identitas diri serta memiliki perasaan positif mengenai diri sendiri. Menurut

friedman (1998) dalam rini, rahmalia, dewi (2012) menyatakan bahwa

ikatan kekeluargaan yang kuat sangat membantu ketika pasien menghadapi

masalah, hal ini dikarenakan keluarga adalah orang yang paling dekat

hubungannya dengan pasien. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan

informasional, dukungan penilaian, dukungan emosional, dan dukungan

instrumental.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan oleh Syamsiah (2011) dengan

judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Pasien CKD

Yang Menjalani Hemodialisa di RSPAU Dr Esnawan Antariksa Halim

Perdana Kusuma Jakarta” menunjukan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien CKD yang

menjalani hemodialisis diperoleh sebanyak 59 (67,8%) responden yang

mendapat dukungan baik dari keluarga yang patuh. Sedangkan responden

yang mendapatkan dukungan keluarga yang kurang baik terdapat sebanyak 33

(47,1%) yang patuh. Hasil Penelitian lain yang dilakukan Sukanadi NM

(2013), tentang “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan

Pembatasan Asupan Cairan Pada Pasien Hemodialisa reguler Di Unit

Hemodialisis RSUP Sanglah kota Denpasar Tahun 2013” menyimpulkan

bahwa ada korelasi/hubungan dukungan keluarga terhadap pembatasan asupan

cairan pada pasien hemodialisis reguler di unit hemodialisis RSUP Sanglah

kota Denpasar tahun 2013 dengan hasil penelitian di dapatkan 55 (61,8%)

Page 8: BAB I

8

responden mendapatkan dukungan keluarga kurang dan data kepatuhan

pembatasan asupan cairan didapatkan hasil 57 (64%) responden tidak patuh.

Rumah Sakit Umum Daerah Kab Tangerang merupakan rumah sakit milik

Pemda Kab Tangerang yang berlokasi di tengah pusat kota Tangerang, dengan

tipe RS kelas B. RSUD Kab Tangerang mempunyai ruang khusus hemodialisa

yang melayani pasien hemodialisa, dengan menyediakan 18 unit mesin

hemodialisa. 15 mesin untuk pasien rutin, satu mesin untuk pasien yang

mengidap penyakit hepatitis B dan dua mesin untuk cadangan. Jumlah pasien

hemodialisa di RSUD Kab Tangerang saat ini mencapai 90 orang. Dengan

frekuensi hemodialisa dua kali perminggu. Setiap hari kegiatan hemodialisa

dilakukan dalam dua shift, pagi dan siang. Ruang hemodialisa RSUD Kab

Tangerang melayani pasien-pasien umum, askes, perusahaan kerjasama,

jamsostek, jamkesmas dan jamkesda (RSUD Kab Tangerang, 2008).

Berdasarkan observasi dan wawancara pendahuluan yang dilakukan oleh

peneliti pada bulan agustus selama praktek di ruang hemodialisa RSUD Kab

Tangerang bahwa pasien mengerti tentang pembatasan asupan cairan dan

nutrisi tetapi pasien mengakui terkadang tidak mematuhi anjuran tersebut

walaupun keluarga telah melarang. Rata-rata pasien sulit membatasi asupan

cairan karena pasien merasa haus terutama saat cuaca panas, hal ini

menyebabkan pasien sering merasa sesak jika cairan yang dikonsumsi terlalu

banyak. Pasien juga kurang menjaga asupan nutrisi dan cairan sesaat setelah

hemodialisa karena merasa badannya telah segar kembali. Kelebihan protein

dan cairan membuat fungsi ginjal semakin menurun sehingga frekuensi

Page 9: BAB I

9

menjalani hemodialisa menjadi meningkat. Peningkatan frekuensi menjalani

hemodialisa tentunya menambah biaya dan waktu serta dapat meningkatkan

stress baik bagi pasien maupun keluarga.

Dukungan keluarga diharapkan dapat membuat pasien patuh terhadap

pembatasan asupan cairan dan nutrisi yang berupa dukungan informasional

dan dukungan penilaian tentang pola, komposisi dan jumlah asupan nutrisi

dan cairan bagi pasien. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga terhadap

kepatuhan dalam pembatasan asupan cairan dan nutrisi pada pasien CKD

(chronic kidney disease) yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD Kab

Tangerang.

1.2 Rumusan Masalah

CKD (chronic kidney disease) adalah kerusakan ginjal progresif yang

berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya

yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis

atau transplantasi ginjal). Hemodialisis merupakan salah satu terapi ginjal

pengganti yang paling umum dijalani oleh pasien CKD. Berdasarkan

penjelasan dari latar belakang diatas peneliti menyimpulkan bahwa, tingginya

insiden dan prevalensi CKD baik di negara-negara maju maupun berkembang

termasuk indonesia menjadi masalah baik medik, ekonomi dan sosial bagi

pasien, keluarga maupun beban negara. Ketika seseorang memulai terapi

ginjal pengganti (hemodialisis) maka ketika itulah pasien harus merubah

Page 10: BAB I

10

seluruh aspek kehidupannya dalam jangka waktu yang lama, bahkan untuk

seumur hidup.

Kepatuhan pasien CKD yang menjalani hemodialisis merupakan aspek

yang sangat penting untuk kesuksesan terapi. Penelitian menunjukan 33% -

50% pasien hemodialisis tidak patuh terhadap pembatasan asupan cairan

(Sulistyaningsih, 2012). Ketidakpatuhan dapat memberikan dampak negatif

yang luar biasa. Menurut Mardiana (2010) diperkirakan 50% - 70% pasien

dialisis menunjukan tanda dan gejala malnutrisi. Terdapat bukti yang

menunjukan bahwa status nutrisi dan kepatuhan terhadap asupan cairan yang

buruk pada saat pasien mulai memerlukan dialisis menyebabkan angka

mortalitas dan morbiditas yang sudah tinggi pada pasien CKD menjadi

semakin tinggi lagi.

Dukungan yang dibutuhkan klien bukan hanya dari perawat, tetapi juga

dukungan dari keluarga. Bentuk dukungan keluargalah yang mempunyai

pengaruh besar terhadap kesehatan klien. Untuk memenuhi kebutuhan klien

terhadap dukungan keluarga maka perawat dapat menjalankan perannya

sebagai fasilitator yang memfasilitasi klien dengan keluarganya. Berdasarkan

hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan dalam pembatasan asupan

cairan dan nutrisi pada pasien CKD (chronic kidney disease) yang menjalani

terapi hemodialisa di RSUD Kab Tangerang.

Page 11: BAB I

11

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka pertanyaan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk dukungan keluarga dalam pembatasan asupan

cairan dan nutrisi yang diberikan kepada pasien CKD yang menjalani

terapi hemodialisa di RSUD Kab Tangerang Tahun 2015 ?

2. Bagaimana tingkat kepatuhan dalam pembatasan asupan cairan dan

nutrisi pada pasien CKD yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD

Kab Tangerang Tahun 2015 ?

3. Apakah dukungan keluarga mempengaruhi kepatuhan dalam

pembatasan asupan cairan dan nutrisi pada pasien CKD yang

menjalani terapi hemodialisa di RSUD Kab Tangerang Tahun 2015 ?

1.4 Tujuan Penulisan

1.4.1 Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum dilakukan untuk mengetahui hubungan

dukungan keluarga terhadap kepatuhan dalam pembatasan asupan cairan

dan nutrisi pada pasien CKD (chronic kidney disease) yang menjalani

terapi hemodialisa di RSUD Kab Tangerang

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Teridentifikasinya karakteristik keluarga pasien yang menjalani

hemodialisa (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan

dan hubungan dengan pasien) di Rumah Sakit Umum Kab Tangerang.

Page 12: BAB I

12

2. Teridentifikasinya dukungan keluarga (dukungan emosional, dukungan

informasi, dukungan instrumental dan dukungan penilaian) di Rumah

Sakit Umum Kab Tangerang.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Ilmu Keperawatan

Menambah informasi terutama dalam ilmu keperawatan yang terkait

dengan munculnya masalah kesehatan, terutama pada kepatuhan pasien

CKD (chronic kidney disease) terhadap pembatasan asupan cairan dan

nutrisi di RSUD kota Tangerang.

b. Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan bentuk dukungan

keluarga yang berhubungan dengan kepatuhan pasien CKD terhadap

pembatasan asupan cairan dan nutrisi, sebagai masukan bagi dunia

keperawatan dalam keperawatan hemodialisa.

c. Institusi

Sebagai informasi tambahan agar dapat digunakan sebagai sumber

informasi ilmu pengetahuan bagi mahasiswa.

d. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan

terkait dengan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Page 13: BAB I

13

e. Peneliti

Memperoleh pengalaman baru dalam melakukan penelitian khususnya

tentang bentuk dukungan keluarga yang berhubungan dengan kepatuhan

pasien CKD terhadap pembatasan asupan cairan dan nutrisi bagi pasien

yang menjalani terapi hemodialisa.

f. Penelitian selanjutnya.

Hasil penelitian ini berguna dalam menambah pengalaman peneliti dan

dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi penelitian selanjutnya

mengenai bentuk dukungan keluarga yang berhubungan dengan kepatuhan

terhadap asupan cairan dan nutrisi pada pasien hemodialisa.