2
Kontrasepsi secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu metode kontrasepsi jangka pendek dan metode kontasepsi jangka panjang (MKJP). Metode kontrasepsi jangka pendek dapat berupa pil dan suntikan hormon. Penggunaan pil dan suntik hormon masih merupakan pilihan utama kontrasepsi oleh akseptor KB sampai saat ini. Data dari SDKI tahun 2012, menunjukkan bahwa proporsi penggunaan pil dan suntik hormon memiliki persentase contraception prevalence rate (CPR) yang tinggi dan semakin meningkat dibandingkan metode kontrasepsi lainnya, yaitu sebesar 45,0% pada tahun 2007 menjadi 45,5% pada tahun 2012. Data yang didapat dari profil PKM Alianyang tahun 2013 juga menunjukkan hal yang tidak jauh berbeda, penggunaan pil dan suntik hormon memiliki proporsi yang jauh lebih tinggi dibandingkan penggunaan metode kontrasepsi lainnya, yaitu sebesar 92,4%. Padahal penggunaan pil dan suntik hormon sebagai pilihan kontrasepsi memiliki efek samping yang besar terhadap ibu dan juga memiliki efektivitas yang rendah dibandingkan penggunaan MKJP. MKJP dapat berupa metode operasi Wanita (MOW), metode operasi pria (MOP), implant, dan alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR). AKDR merupakan salah satu metode kontrasepsi yang dipandang paling ideal. Beberapa keuntungan AKDR dibandingkan kontrasepsi lainnya adalah hanya memerlukan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama dengan biaya yang relatif murah, aman karena tidak mempunyai pengaruh sistemik yang beredar ke seluruh tubuh, tidak mempengaruhi produksi ASI, kesuburan cepat kembali setelah AKDR dilepas, efektivitas yang tinggi, langsung efektif bekerja setelah dipasang, pengguna tidak perlu lagi mengingat-ingat waktu pemakaian, tidak mempengaruhi hubungan seksual, meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil, tidak ada efek samping hormonal, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus, dapat digunakan sampai menopause, tidak ada interaksi dengan obat-obatan, dan membantu mencegah kehamilan ektopik. Sayangnya sampai saat ini penggunaan AKDR masih sangat rendah. Data dari SDKI tahun 2012, menunjukkan bahwa proporsi penggunaan AKDR memiliki persentase contraception prevalence rate (CPR) yang rendah dan cenderung semakin menurun dibandingkan metode kontrasepsi lainnya, yaitu sebesar 4,9% pada tahun 2007 menjadi 3,9% pada tahun 2012. Data yang didapat dari profil PKM Alianyang tahun 2013 juga menunjukkan hal yang tidak jauh berbeda, penggunaan AKDR memiliki proporsi yang jauh lebih sedikit dibandingkan penggunaan metode kontrasepsi lainnya, yaitu sebesar 4,09%.

BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

medis

Citation preview

Page 1: BAB I

Kontrasepsi secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu metode kontrasepsi jangka pendek dan metode kontasepsi jangka panjang (MKJP). Metode kontrasepsi jangka pendek dapat berupa pil dan suntikan hormon. Penggunaan pil dan suntik hormon masih merupakan pilihan utama kontrasepsi oleh akseptor KB sampai saat ini. Data dari SDKI tahun 2012, menunjukkan bahwa proporsi penggunaan pil dan suntik hormon memiliki persentase contraception prevalence rate (CPR) yang tinggi dan semakin meningkat dibandingkan metode kontrasepsi lainnya, yaitu sebesar 45,0% pada tahun 2007 menjadi 45,5% pada tahun 2012. Data yang didapat dari profil PKM Alianyang tahun 2013 juga menunjukkan hal yang tidak jauh berbeda, penggunaan pil dan suntik hormon memiliki proporsi yang jauh lebih tinggi dibandingkan penggunaan metode kontrasepsi lainnya, yaitu sebesar 92,4%. Padahal penggunaan pil dan suntik hormon sebagai pilihan kontrasepsi memiliki efek samping yang besar terhadap ibu dan juga memiliki efektivitas yang rendah dibandingkan penggunaan MKJP.

MKJP dapat berupa metode operasi Wanita (MOW), metode operasi pria (MOP), implant, dan alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR). AKDR merupakan salah satu metode kontrasepsi yang dipandang paling ideal. Beberapa keuntungan AKDR dibandingkan kontrasepsi lainnya adalah hanya memerlukan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama dengan biaya yang relatif murah, aman karena tidak mempunyai pengaruh sistemik yang beredar ke seluruh tubuh, tidak mempengaruhi produksi ASI, kesuburan cepat kembali setelah AKDR dilepas, efektivitas yang tinggi, langsung efektif bekerja setelah dipasang, pengguna tidak perlu lagi mengingat-ingat waktu pemakaian, tidak mempengaruhi hubungan seksual, meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil, tidak ada efek samping hormonal, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus, dapat digunakan sampai menopause, tidak ada interaksi dengan obat-obatan, dan membantu mencegah kehamilan ektopik. Sayangnya sampai saat ini penggunaan AKDR masih sangat rendah. Data dari SDKI tahun 2012, menunjukkan bahwa proporsi penggunaan AKDR memiliki persentase contraception prevalence rate (CPR) yang rendah dan cenderung semakin menurun dibandingkan metode kontrasepsi lainnya, yaitu sebesar 4,9% pada tahun 2007 menjadi 3,9% pada tahun 2012. Data yang didapat dari profil PKM Alianyang tahun 2013 juga menunjukkan hal yang tidak jauh berbeda, penggunaan AKDR memiliki proporsi yang jauh lebih sedikit dibandingkan penggunaan metode kontrasepsi lainnya, yaitu sebesar 4,09%.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Imbarwati (2007), sebagian besar pengguna kontrasepsi non-AKDR memiliki persepsi yang buruk terhadap penggunaan AKDR sehingga menyebabkan ketidakmauan mereka untuk menggunakan metode kontrasepsi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi memiliki peranan yang sangat besar dalam proses pemilihan kontrasepsi oleh akseptor KB. Oleh sebab itu peneliti merasa penting untuk dilakukan penelitian mengenai gambaran persepsi wanita usia subur mengenai penggunaan AKDR di Puskesmas Alianyang pada tahun 2015.