BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ok

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan, dalam arti usaha sadar dan terencana mewujudkan proses belajar sepanjang hayat, menyentuh semau sendi kehidupan, semua lapisan masyarakat, dan segala usia. Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2008) hal. viiKesadaran tentang pentingnya pendidikan telah mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap perkembangan dunia pendidikan, terutama perkembangan dalam bidang teknologi dan informasi, dimana pengetahuan tentang ilmu fisika yang sangat erat kaitannya dengan IPTEK sangat perlu untuk dikembangkan mulai dari tingkat dasar untuk dapat bersaing dan dapat bertahan dengan kondisi jaman yang selalu berkembang seiring berjalannya waktu, maka dalam proses pembelajaran harus dapat mengembangkan kemampuan siswa seutuhnya agar memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik untuk menjawab tantangan-tantangan yang ada. Dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk bisa memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi siswa agar mencapai keberhasilan dalam belajar. Keberhasilan yang dimaksud adalah siswa dapat membangun konsep-konsep fisika dengan bahasanya sendiri, mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, serta mampu menyelesaikan masalah-masalah fisika yang ia temukan.

Pelajaran fisika adalah pelajaran yang mengajarkan berbagai pengetahuan yang dapat mengembangkan daya nalar, analisa, sehingga hampir semua persoalan yang berkaitan dengan alam dapat dimengerti. Untuk dapat mengerti fisika secara luas, maka harus dimulai dengan kemampuan pemahaman konsep dasar yang ada pada pelajaran fisika. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam memahami tentang pelajaran fisika sangat ditentukan oleh pemahaman konsep.Dalam belajar fisika hendaknya fakta konsep dan prinsip-prinsip fakta tidak diterima secara prosedural tanpa pemahaman dan penalaran.

Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka. Pengetahuan atau pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif, bukan hanya diterima secara pasif dari guru mereka.

Konsep fluida statismerupakan konsep yang cukup penting dalam kurikulum pembelajaran fisika. Konsep ini diperkenalkan sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) dan merupakan konsep yang sangat dekat dengan fenomena yang sering ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, pada kenyataannya tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai konsep-konsep fluida ststis dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Seorang siswa dalam belajar fisika dikatakan kurang berhasil apabila perubahan tingkah laku yang terjadi belum mampu menentukan kebijaksanaannya untuk mencapai suatu hasil yang telah ditetapkan secara tepat dalam waktu yang telah ditentukan. Untuk mencapai suatu hasil belajar yang maksimal, banyak aspek yang mempengaruhinya, di antaranya aspek guru, siswa, metode pembelajaran dan lain-lain.

Menurut Gage, belajar dapat di definisikan sebagai suatu proses dimana satu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.Ratna wilis Dahar, Teori Teori Belajar, (Bandung: PT. Gelora Aksara Pratama, 1996) hal. 11

Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untukmemperoleh suatu perubahan yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Tingkat keberhasilan pendidikan tidak terlepasdari proses belajar dan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa.

Masalah yang di hadapi oleh siswa dalam proses belajar mengajar yaitu kesulitan siswa dalam memahami materi yang di ajarkan guru dengan menggunakan model pembelajaran yang belum mengaktifkan seluruhsiswa. Selama ini guru masih menggunakan model pembelajaran kelompok yang konvensional. Model pembelajaran seperti ini menyebabkan keterlibatan seluruh siswa dalam aktivitas pembelajaran yang sangat kecil, karena kegiatan pembelajaran di dominasi oleh siswa yang memiliki kemampuan tinggi sementara yang memiliki kemampuan rendah hanya menonton saja (pasif). Hal ini berarti dalam suatu kelompok belajar masih banyak siswa yang belum melakukan keterampilan kooperatif. Hal ini menyebabkan sebagian besar siswa terutama yang memiliki kemampuan rendah enggan berpikir, sehingga timbul perasaan jenuh dan bosan dalam mengikuti pelajaran fisika.akibat dari sikap siswa tersebut, maka hasil belajarpun kurang memuaskan, dalam arti tidak memenuhi batas tuntas yang di tetapkan sekolah.

Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi ini, siswa akan membentuk komunitas yang memungkinkan mereka mencintai proses belajar dan mencintai satu sama lain.Dalam proses belajar mengajar melibatkan berbagai macam aktivitas yang harus dilakukan, terutama jika menginginkan hasil yang optimal. Salah satu cara yang dapat dipakai agar mendapatkan hasil yang optimal seperti yang diinginkan adalah memberi tekanan dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilaksanakan dengan memilih salah satu model pembelajaran yang tepat karena pemilihan model pembelajaran yang tepat pada hakikatnya merupakan salah satu upaya dalam mengoptimalkan hasil belajar siswa.

Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi satu sama lain adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif dapat memotivasi siswa, memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambil tanggung jawab. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa belajar mulai dari keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Ironisnya, model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang indonesia sangat membanggakan sifat gotong-royong dalam kehidupan bermasyarakat.

Model Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat membangun kepercayaan diri siswa dan mendorong partisipasi mereka dalam kelas adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share. Model Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share membantu siswa mengintepretasikan ide mereka bersama dan memperbaiki pemahaman.Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007)hal. 367Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan demikian jelas bahwa melalui model pembelajaran Think-Pair-Share, siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Think-Pair-Share sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share cocok digunakan di SMA karena kondisi siswa SMA yang masih dalam masa remaja membuat mereka menyukai hal baru dan lebih terbuka dengan teman sebaya dalam memecahkan permasalahan yang mereka hadapi.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya dan sebagai salah satu alternatif pembelajaran inovatif yang dapat mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan proses interaksi di antara individu yang dapat digunakan sebagai sarana interaksi sosial di antara siswa dan sekaligus menjawab masalah yang ada di sekolah, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share(TPS) Teradap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI Pada Konsep Fluida Statis.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang terjadinya masalah yang telah dipaparkan, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

Siswa masih menganggap materi fluida statis sebagai mata pelajaran yang sulit.Lemahnya daya pikir siswa terutama pada konsep fluida statis.Kurangnya waktu untuk berpikir siswa melalui pembelajaran metode yang lain.Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep konsep yang sulit.Guru sulit mengawasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, terdapat masalah yang harus dihadapi. Sehingga pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil tes kognitif saja. Adapun ranah kognitif yang dinilai adalah berdasarkan taksonomi bloom yang sudah direvisi oleh Madaus, yaitu mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan evaluasi (C4).Suharsimi arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) h.121

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (tps) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas x pada konsep fluida statis ?

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share.

Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mencapai indikator setelah mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-share pada pokok bahasan fluida statis.Untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think - Pair Share pada pokok bahasan fluida statis.

Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini sebagai berikut:

Merupakan sumbangan yang berharga bagi lembaga pendidikan SMA 12 Tangsel dalam rangka memperbaiki dan mengembangkan proses belajar mengajar terutama untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran fisika.Dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share siswa akan terbiasa untuk belajar mandiri dan berdiskusi tanpa harus di dekte oleh guru.Mendorong guru untuk pro-aktif dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dan memotivasi siswa dalam meningkatkan prestasi belajar.