24
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Musibah kebakaran merupakan sebuah musibah yang tidak asing lagi dalam kehidupan kita,baik kebakaran tempat tinggal maupun lingkungan. Kebakaran yang terjadi disinyalisir disebabkan oleh beberapa hal, antara lain human error dan konsleting. Human error merupakan salah satu penyebab terjadinya kebakaran dengan presentase terbesar karena umumnya kebakaran besar berasal dari kebakaran kecil. Puntung rokok yang baranya masih hidup pun tanpa sengaja dapat menyebabkan kebakaran sebagaimana yang terjadi di beberapa daerah. Selain itu, banyaknya peralatan listrik yang digunakan dewasa ini juga rentan menyebabkan kebakaran karena korsleting akibat pemakaian yang teledor. Terjadinya kebakaran yang sering terjadi ini hendaknya dapat dicegah. Pencegahan terjadinya kebakaran dapat diidentifikasi secara sederhana melalui asap yang timbul dari titik api. Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan adanya sensor kebakaran melalui pengembangan teknologi serat optik. Pada saat ini, suatu alat deteksi kebakaran banyak digunakan di gedung-gedung bertingkat, pusat perbelanjaan maupun perumahan. Deteksi kebakaran yang digunakan adalah fire detection alarm. Dimana alarm akan memberikan peringatan ketika api terdeteksi. Fire detection alarm diletakkan ditiap-tiap ruangan pada

BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

m

Citation preview

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Musibah kebakaran merupakan sebuah musibah yang tidak asing lagi dalam kehidupan

kita,baik kebakaran tempat tinggal maupun lingkungan. Kebakaran yang terjadi disinyalisir

disebabkan oleh beberapa hal, antara lain human error dan konsleting. Human error

merupakan salah satu penyebab terjadinya kebakaran dengan presentase terbesar karena

umumnya kebakaran besar berasal dari kebakaran kecil. Puntung rokok yang baranya masih

hidup pun tanpa sengaja dapat menyebabkan kebakaran sebagaimana yang terjadi di

beberapa daerah. Selain itu, banyaknya peralatan listrik yang digunakan dewasa ini juga

rentan menyebabkan kebakaran karena korsleting akibat pemakaian yang teledor.

Terjadinya kebakaran yang sering terjadi ini hendaknya dapat dicegah. Pencegahan

terjadinya kebakaran dapat diidentifikasi secara sederhana melalui asap yang timbul dari titik

api. Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan adanya sensor kebakaran melalui

pengembangan teknologi serat optik.

Pada saat ini, suatu alat deteksi kebakaran banyak digunakan di gedung-gedung

bertingkat, pusat perbelanjaan maupun perumahan. Deteksi kebakaran yang digunakan

adalah fire detection alarm. Dimana alarm akan memberikan peringatan ketika api

terdeteksi. Fire detection alarm diletakkan ditiap-tiap ruangan pada langit-langit. Fire

detection alarm menggunakan detektor sebagai sensor pendeteksinya. Detektor yang dipakai

antara lain detektor asap, api, gas, dan suhu. Detektor tersebut juga mempunyai kelemahan

selain memberikan keuntungan sebagai peringatan awal terjadinya kebakaran. Kelemahan

tersebut adalah menimbulkan false alarm yang diakibatkan oleh debu dan setelah habis umur

pakainya, detektor tersebut dikategorikan sebagai limbah radioaktif karena didalam detektor

tersebut terdapat ameresium.

Dengan demikian, dengan adanya alat ini dapat mengantisipasi terjadinya kerugian akibat

kebakaran. Serta dapat mencegah meluasnya api karena menunggu kedatangan petugas

pemadam kebakaran dengan jarak yang jauh dari tempat kejadian.

Page 2: BAB I

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis akan menjelaskan

mengenai definisi dari smoke detector dan fire alarm, ketentuan umum smoke detector,

jenis–jenis dari smoke detector dan fire alarm.

1.3. Tujuan

1. Dapat mengetahui definisi dari fire alarm system

2. Dapat memahami prinsip kerja fire alarm system dengan menggunakan smoke detector

Page 3: BAB I

BAB II

PEMBAHASAN

Kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur

kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas,

nyala api, cahaya, asap, uap air, karbon monoksida, karbon dioksida, atau produk dan efek

lainnya. Detektor kebakaran adalah alat yang dirancang untuk mendeteksi adanya kebakaran

dan mengawali suatu tindakan.

Suatu gambaran umum secara sederhana terhadap lingkup menyeluruh dari suatu sistem

deteksi dan alarm kebakaran sehingga dapat terlihat komponen/bagian-bagian dari sistem,

dan ini ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Gambaran Umum Suatu Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran

Page 4: BAB I

2.1. Definisi Smoke Detector

Suatu detektor asap (smoke detector) akan mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat

dibanding detector panas. Detektor asap dikenali dari prinsip operasinya, yakni: sensor

ionisasi dan fotoelektrik. 

Detektor asap sensor ionisasi berisi sejumlah kecil bahan radioaktif americium yang

dilekatkan pada suatu lembaran matriks emas di dalam suatu kamar ionisasi. americium pada

detektor asap akan mengionisasikan udara di dalam kamar (chamber) pengindera,

memberikan daya konduksi dan suatu aliran arus melalui udara antara dua muatan elektroda.

Hal ini memberi kamar pengindera suatu efek aliran listrik. Apabila partikel asap masuk

daerah ionisasi, maka asap tesebut akan mengurangi aliran listrik udara dengan menempelkan

diri pada ion, yang menyebabkan pengurangan gerak ion. Ketika arus listrik kurang dari

tingkat yang ditetapkan, maka detektor akan merespon.

Di dalam detektor asap sensor fotoelektrik, suatu sumber cahaya dan sensor cahaya diatur

sedemikian sehingga sinar dari sumber cahaya tidak menumbuk sensor cahaya. Ketika

partikel asap masuk alur cahaya, sebagian dari cahaya menyebar dan mengarah ke sensor,

menyebabkan detektor untuk mengaktifkan suatu bunyi Alarm.

2.2 Jenis-Jenis Smoke Detector Berdasarkan Prinsip Pendeteksiannya

1). Pendeteksian asap cara ionisasi.

Detektor Asap Ionisasi (Ionization Smoke Detector) adalah alat yang berkerja dengan

prinsip berkurangnya arus ionisasi oleh asap pada kosentrasi tertentu.

Pendeteksi jenis ini lebih murah dibandingkan dengan pendeteksi jenis optik, tetapi

terkadang pendeteksi ini ditolak karena alasan lingkungan. Pendeteksi ini menggunakan

ruang ionisasi dan sumber radiasi ionisasi untuk mendeteksi asap. Di dalam pendeteksi

ionisasi ini terdapat sejumlah kecil (sekitar 1/5000 gram) zat radioaktif americium-241.

Unsur dari radioaktif ini merupakan sumber partikel alpha yang baik. Ruang ionisasi terdiri

dari dua lempengan logam yang terpisah sekitar satu sentimeter. Sumber tegangan arus

searah diberikan ke lempengan yang membuat lempengan bermuatan.

Prinsip keja dari detektor asap ionisasi adalah partikel alpha yang dihasilkan oleh

americium mengionisasi atom oksigen dan nitrogen dari udara yang terdapat di dalam ruang

Page 5: BAB I

ionisasi. Ketika elektron terlepas dari sebuah atom, maka akan menghasilkan sebuah elektron

bebas (bermuatan negatif) dan sebuah atom yang kehilangan satu elektron (bermuatan

positif). Elektron negatif ditarik oleh lempengan yang bertegangan positif dan atom positif

ditarik oleh lempengan yang bertegangan negatif (persis seperti magnet) dan menghasilkan

sejumlah kecil arus listrik akibat pergerakan elektron dari atom ini melalui lempengan-

lempengan bertegangan tadi.

Ketika asap memasuki ruangan ionisasi, asap mengganggu aliran arus dimana partikel

asap menyatu terhadap ion dan menetralkannya, sehingga terjadi penurunan jumlah arus yang

mengalir di antara lempengan dan mengaktifkan alarm. Pendeteksi jenis ini sangat sensitif

terhadap asap dengan partikel kecil yang diproduksi oleh kebanyakan nyala api. Tetapi

menjadi tidak sensitif terhadap asap dengan partikel besar, seperti asap yang dihasilkan dari

pembakaran plastik.

2). Detektor asap jenis pancaran cahaya foto-elektrik.

Detektor Asap optik (Photo Electric Smoke Detector) adalah alat yang mendeteksi

adanya asap yang berkerja dengan prinsip berkurangnya cahaya oleh asap oleh kosentrasi

tertentu.

Pendeteksi jenis ini bekerja berdasarkan prinsip pembuyaran dan pemantulan cahaya.

Pendeteksi jenis ini sensitif terhadap asap dengan partikel besar dan tidak sensitif terhadap

asap dengan partikel kecil.

Gambar 2.2. Prinsip Pembuyaran Cahaya

Page 6: BAB I

Prinsip pembuyaran (Gambar 2.2) menggunakan sumber cahaya langsung dari sumber ke

penerimanya. Ketika asap melintasi di depan sumber cahaya, sejumlah cahaya dibuyarkan

yang menyebabkan sedikit cahaya terdeteksi oleh penerima cahaya. Penurunan jumlah

cahaya ini memicu alarm bekerja.

Sedangkan prinsip pemantulan cahaya menggunakan LED dan sebuah fotodioda atau

sensor fotoelektrik lainnya terletak di sebelah pembatas sebagai pendeteksi cahaya. Jika tidak

ada asap, cahaya melewati secara garis lurus di depan pendeteksi. Ketika asap memasuki

ruang deteksi, sejumlah cahaya dipantulkan oleh partikel asap ke foto dioda. Penambahan

cahaya yang masuk ke fotodioda memicu alarm. Gambar 2.3 memperlihatkan prinsip kerja

pemantulan cahaya dari pendeteksi optik.

Gambar 2.3.  Prinsip kerja pemantulan cahaya pendeteksi optik

3). Detektor asap tipe ruang awan.

Suatu detektor asap menggunakan prinsip ruang awan biasanya dari tipe sampel (contoh),

Sebuah pompa udara menarik sampel udara dari daerah yang diproteksi ke dalam ruang

dengan kelembaban tinggi di dalam detektor.Setelah kelembaban sampel beranjak naik,

tekanan diturunkan secara perlahan. Bila terdapat partikel asap, uap air di dalam udara akan

berkondensasi bersama membentuk awan di dalam ruang. Densiti dari awan ini kemudian

diukur dengan prinsip foto-elektrik. Apabila densitinya lebih besar dari tingkat yang telah

ditentukan, detektor akan bereaksi.

2.3 Cara Kerja Smoke Detector Dan Penempatanya

Asap adalah keseluruhan partikel yang melayang-layang baik kelihatan maupun tidak

kelihatan hasil dari suatu pembakaran. Dikarenakan asap bersifat naik ke atas, umumnya

Page 7: BAB I

pendeteksi asap (Gambar 3) dipasang di langit-langit, atau di dinding dekat langit- langit.

Untuk mempertinggi tingkat kemungkinan membangunkan penghuni yang sedang tidur,

biasanya pendeteksi asap dipasang di dekat kamar tidur. Idealnya di ruang terbuka, atau

paling baik di dalam kamar tidur itu sendiri (SNI 03-6571-2001).

Gambar 2.4 Alat Pendeteksi Asap

Pendeteksi asap secara umum jauh lebih cepat mendeteksi kebakaran dari pada

pendeteksi panas. Umumnya pendeteksi asap bekerja menggunakan prinsip Optical

Detection atau Ionization. Tetapi dapat juga digunakan secara bersamaan untuk

mempertinggi sensitifitasnya sebagai pendeteksi asap. Pendeteksi ini dapat beroperasi

sendiri, dihubungkan satu sama lainnya untuk membuat pendeteksi-pendeteksi di satu area

menyalakan alarm jika salah satu pendeteksi terpicu, atau diintegrasikan ke Sistem Alarm

Kebakaran atau sistem pengamanan.

Kematian dari kebanyakan orang disebabkan oleh gumpalan padat asap tebal dimana

biasanya menjadi masalah yang lebih besar dari pada terbakar. Untuk alasan ini pendeteksi

asap fotoelektrik biasa digunakan pada jalan keluar seperti koridor dan tangga. Dan

pendeteksi asap ionisasi biasa digunakan dalam ruangan kantor dan tempat-tempat umum

lainnya.

Cara kerja smoke detector dipicu oleh asap yang masuk kedalam smoke detector, partikel

asap yang memenuhi ruang smoke chamber saat kebakaran terjadi. Saat kepadatan asap

(smoke density) sudah memenuhi ambang batas (threshold), rangkaian elektronik yang

terdapat didalam smoke detector akan aktif. Karena berisi rangkaian elektronik maka smoke

detector membutuhkan tegangan.

Smoke Ionisasi cocok untuk mendeteksi asap dari kobaran api yang cepat (fast flaming

fires), tetapi jenis ini lebih mudah terkena false alarm, karena sensitivitasnya yang tinggi.

Page 8: BAB I

Oleh karena itu perangkat ini lebih cocok untuk ruang keluarga dan ruangan tidur.

Smoke Optical (Photoelectric) lebih baik untuk mendeteksi asap dari kobaran api kecil,

sehingga cocok untuk hallway (lorong) dan tempat-tempat yang rata. Jenis ini lebih tahan

terhadap false alarm sehingga dapat diletakkan di dekat dapur.

2.4. Fire Alarm

Alarm secara umum dapat didefinisikan sebagai bunyi peringatan atau pemberitahuan.

Dalam istilah jaringan, alarm dapat juga didefinisikan sebagai pesan berisi pemberitahuan

ketika terjadi penurunan atau kegagalan dalam penyampaian sinyal komunikasi data ataupun

ada peralatan yang mengalami kerusakan (penurunan kinerja). Pesan ini digunakan untuk

memperingatkan operator atau administrator mengenai adanya masalah (bahaya) pada

jaringan. Alarm memberikan tanda bahaya berupa sinyal, bunyi, ataupun sinar. Alarm

memberitahukan apabila terjadi bahaya dan kerusakan ataupun kejadian yang tidak

diharapkan pada jaringan melalui sinyal sehingga memberikan peringatan secara jelas agar

dapat diantisipasi.

Sebuah sistem alarm kebakaran dirancang untuk mendeteksi terjadinya kebakaran

dengan memonitor perubahan pada lingkungan sekitar. Secara umum, sistem alarm

kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi 2 antara lain secara otomatis (addressable) dan

secara manual (konvensional).

2.5. Jenis-Jenis Fire Alarm

1). Sistem Konvensional.

Page 9: BAB I

Gambar 2.5. Sistem Alarm Konvensional

Sistem Konvensional : yaitu yang menggunakan kabel isi dua untuk hubungan antar

detector ke detector dan ke Panel. Kabel yang dipakai umumnya kabel listrik NYM 2x1.5

mm atau NYMHY 2x1.5 mm yang ditarik di dalam pipa conduit semisal EGA atau Clipsal.

Pada instalasi yang cukup kritis kerap dipakai kabel tahan api (FRC=Fire Resistance

Cable) dengan ukuran 2x1.5 mm, terutama untuk kabel-kabel yang menuju ke Panel dan

sumber listrik 220V. Oleh karena memakai kabel isi dua, maka instalasi ini disebut dengan 2-

Wire Type. Selain itu dikenal pula tipe 3-Wire dan 4-Wire.

Pada 2-Wire Type nama terminal pada detectornya adalah L(+) dan Lc(-). Kabel ini

dihubungkan dengan Panel Fire Alarm pada terminal yang berlabel L dan C juga.Hubungan

antar detector satu dengan lainnya dilakukan secara parallel dengan syarat tidak boleh

bercabang yang berarti harus ada titik AWAL dan ada titik AKHIR.

Titik akhir tarikan kabel disebut dengan istilah End-of-Line (EOL). Di titik inilah

detector fire terakhir dipasang dan di sini pulalah satu loop dinyatakan berakhir (stop). Pada

detector terakhir ini dipasang satu buah EOL Resistor atau EOL Capacitor. Jadi yang benar

adalah EOL Resistor ini dipasang di ujung loop, bukan di dalam Control Panel dan

jumlahnyapun hanya satu EOL Resistor pada setiap loop. Oleh sebab itu bisa dikatakan 1

Loop = 1 Zone yang ditutup dengan Resistor End of Line (EOL Resistor).

Page 10: BAB I

Adapun tentang istilah konvensional, maka istilah ini untuk membedakannya dengan

system Addressable. Pada sistem konvensional, setiap detector hanya berupa kontak listrik

biasa, tidak mengirimkan ID Alamat yang khusus.

3-Wire Type digunakan apabila dikehendaki agar setiap detector memiliki output masing-

masing yang berupa lampu. Contoh aplikasinya, misalkan untuk kamar-kamar hotel dan

rumah sakit. Sebuah lampu indicator -yang disebut Remote Indicating Lamp- dipasang di

atas pintu bagian luar setiap kamar dan akan menyala pada saat detector mendeteksi. Dengan

begitu, maka lokasi kebakaran dapat diketahui orang luar melalui nyala lampu.

4-Wire Type umumnya digunakan pada kebanyakan Smoke Detector 12V agar bisa

dihubungkan dengan Panel Alarm Rumah. Seperti diketahui Panel Alarm Rumah

menggunakan sumber 12VDC untuk menyuplai tegangan ke sensor yang salah satunya bisa

berupa Smoke Detector tipe 4-Wire ini. Di sini, ada 2 kabel yang dipakai sebagai supply

+12V dan -12V, sedangkan dua sisanya adalah relay NO - C yang dihubungkan dengan

terminal bertanda ZONE dan COM pada panel alarm. Selain itu tipe 4-wire ini bisa juga

dipakai apabila ada satu atau beberapa Detector "ditugaskan" untuk men-trigger peralatan

lain saat terjadi kebakaran, seperti: mematikan saklar mesin pabrik, menghidupkan mesin

pompa air, mengaktifkan sistem penyemprot air (sprinkler system atau releasing agent)

dan sebagainya. Biasanya detector 4-wire memiliki rentang tegangan antara 12VDC sampai

dengan 24VDC.

 2. Sistem Addressable. 

Gambar 2.6 .Sistem Alarm Addressable

Page 11: BAB I

Sistem Addressable kebanyakan digunakan untuk instalasi Fire Alarm di gedung

bertingkat, semisal hotel, perkantoran, mall dan sejenisnya. Perbedaan paling mendasar

dengan sistem konvensional adalah dalam hal Address (Alamat). Pada sistem ini setiap

detector memiliki alamat sendiri-sendiri untuk menyatakan identitas ID dirinya. Jadi titik

kebakaran sudah diketahui dengan pasti, karena panel bisa menginformasikan deteksi berasal

dari detector yang mana. Sedangkan sistem konvensional hanya menginformasikan deteksi

berasal dari Zone atau Loop, tanpa bisa memastikan detector mana yang mendeteksi, sebab 1

Loop atau Zone bisa terdiri dari 5 bahkan 10 detector, bahkan terkadang lebih.

Agar bisa menginformasikan alamat ID, maka di sini diperlukan sebuah module yang

disebut dengan Monitor Module. Ketentuannya adalah satu module untuk satu,sehingga

diperoleh sistem yang benar-benar addressable (istilahnya fully addressable).

Sedangkan addressable detector adalah detector konvensional yang memiliki module

yang built-in. Apabila detector konvensional akan dijadikan addressable, maka dia harus

dihubungkan dulu ke monitor module yang terpisah.

Dengan teknik rotary switch ataupun DIP switch, alamat module detector dapat

ditentukan secara berurutan, misalnya dari 001 sampai dengan 127.

Satu hal yang menyebabkan sistem addressable ini “kalah pemasangannya” dibandingkan

dengan sistem konvensional adalah masalah harga. Lebih-lebih jika menerapkan fully

addressable dimana jumlah module adalah sama dengan jumlah keseluruhan detector, maka

cost-nya lumayan mahal. Sebagai "jalan tengah" ditempuh cara “semi-addressable”, yaitu

panel dan jaringannya menggunakan Addressable, hanya saja satu

module melayani beberapa detector konvensional. Dalam panel addressable tidak terdapat

terminal Zone L-C, melainkan yang ada adalah terminal Loop. Dalam satu tarikan loop bisa

dipasang sampai dengan 125 - 127 module. Apa artinya? Artinya jumlah detector-nya bisa

sampai 127 titik alias 127 zone fully addressable hanya dalam satu tarikan saja. Jadi untuk

model panel addressable berkapasitas 1-Loop sudah bisa menampung 127 titik detector (127

zone). Jenis panel addressable 2-Loop artinya bisa menampung 2 x 127 module atau sama

dengan 254 zone dan seterusnya.

Page 12: BAB I

2.6. Konstruksi Fire Alarm

Fire alarm protection (alarm kebakaran) merupakan salah satu alat pemadam kebakaran

yang akan berbunyi ketika terjadi kebakaran. Semua komponen dari alarm kebakaran harus

diperiksa secara teratu untuk memastikan bahwa peralatan tersebut bekerja dengan baik.

Bagian-bagian yang terdapat pada alarm kebakaran, antara lain :

1) Pendeteksi (detector)

2) Bel dan suara/sirine

3) Lampu tanda (healthy indicator and fire indicator)

4) Sinyal pengendali (remote signalling)

5) Tombol reset

6) Name plate berisi spesifikasi dari alarm kebakaran tersebut

Pada sistem kontrol alarm kebakaran ini yang menjadi variabel inputnya adalah asap dan

suhu tinggi. Sedangkan yang menjadi variabel outputnya adalah bunyi alarm dan nyala

lampu LED. Suatu detektor asap akan mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dibanding

detektor panas. Detektor asap dikenali dari prinsip operasinya, yakni: sensor ionisasi dan

fotoelektrik. Pada paper ini tipe smoke detector yang dibahas adalah tipe ionisasi. Di dalam

detektor asap sensor fotoelektrik, suatu sumber cahaya dan sensor cahaya diatur sedemikian

sehingga sinar dari sumber cahaya tidak menumbuk sensor cahaya. Ketika partikel asap

masuk alur cahaya, sebagian dari cahaya menyebar dan mengarah ke sensor, menyebabkan

detektor untuk mengaktifkan suatu bunyi alarm. Detektor asap sensor ionisasi berisi sejumlah

kecil bahan radioaktif americium yang dilekatkan pada suatu lembaran matriks emas di

dalam suatu kamar ionisasi. Americium pada detektor asap akan mengionisasikan udara di

dalam kamar (chamber) pengindera, memberikan daya konduksi dan suatu aliran arus

melalui udara antara dua muatan elektroda. Hal ini memberi kamar pengindera suatu efek

aliran listrik. Apabila partikel asap masuk daerah ionisasi, maka asap tesebut akan

mengurangi aliran listrik udara dengan menempelkan diri pada ion, yang menyebabkan

Page 13: BAB I

pengurangan gerak ion. Ketika arus listrik kurang dari tingkat yang ditetapkan, maka detektor

akan merespon (Anonim, 1989).

Detektor/sensor mendeteksi indikasi adanya kebakaran seperti asap dan suhu yang tinggi

dan mengirimkan sinyal kebakaran/api ke fire control panel (FCP) untuk diolah. Selain

melalui detektor, FCP juga menerima sinyal dari manual call point (break glass) yang berupa

penekanan tombol darurat oleh manusia yang melihat adanya kebakaran. Sinyal tersebut

diolah oleh FCP dan kemudian dilakukan aksi berupa pemberian peringatan.

Sistem alarm kebakaran disini terdiri dari 2 FCP. Tiap Panel terdiri dari 2 controller. FCP

1 terdiri dari controller 1 dan controller 2, sedangkan FCP 2 terdiri dari controller 3 dan

controller 4. Masing-masing controller menerima input dari detektor atau manual call point

dengan zona yang berbeda. Controller 1 menerima input dari zona 1-30, controller 2 dari

zona 31-60, controller 3 dari zona 61-90 dan controller 4 dari zona 91-120. Output controller

1 terhubung dengan ketiga annunciator yang merepresentasikan aktivasi zona 1-30, output

controller 2 untuk zona 31-60, output controller 3 untuk zona 61-90, output controller 4

untuk zona 90-120. Annunciator mempunyai lampu-lampu LED indikator yang masing-

masing merepresentasikan tiap zona dan buzzer yang akan selalu berbunyi dimana zona

terjadi kebakaran. Jika detektor mendeteksi adanya kebakaran, maka detektor akan

mengirimkan sinyal ke controller sesuai dengan dimana detektor tersebut terhubung. Selain

itu bell/horn juga berbunyi sesuai dengan controller aktif yang terhubung. Misalkan terjadi

kebakaran di zona 20, detektor akan mengirimkan sinyal ke controller 1 dan output

controller 1 akan menyalakan lampu LED indikator yang merepresentasikan zona 20 di

ketiga annunciator dan bell/horn akan berbunyi. Controller adalah bagian terpenting sistem

yang merupakan pusat segala pengolahan sinyal dan aksi atau perilaku dari sistem alarm

(Anonim, 1992).

Page 14: BAB I

Gambar 2.7. Koneksi pin pada controller

Controller mendapatkan tegangan dari power supply circuit yang sekaligus berfungsi

untuk mengisi power supply cadangan (battery) dan melakukan pemindahan power supply

dari main power ke power supply cadangan atau sebaliknya. Koneksi pin dapat dilihat di

gambar 3. Pada gambar 3, BC dan BF menunjukkan local alarm, PU dan PV menunjukkan

pilot lamp, T menunjukkan telepon, A menunjukkan manual alarm, I-, B+ dan I1-I

menunjukkan annunciator, dan C dan L1-L30 menujukkan ke tiap zona 1 – 30 (Anonim,

1985).

Gambar 2.8. Skema sistem alarm kebakaran di IRM

Page 15: BAB I

Hasil pengolahan sinyal indikasi adanya kebakaran oleh controller, kemudian dikirim ke

annunciator yang berfungsi sebagai alat berupa display panel yang memberikan informasi

zona dimana terjadinya kebakaran. Informasi terjadinya kebakaran berupa bunyi (buzzer),

serta lampu LED indikator yang menunjukan zona terjadinya kebakaran. Sinyal kebakaran

tersebut juga dikoneksikan ke horn pada combination panel untuk membunyikan alarm. Pada

combination panel terdapat juga tombol (manual call point) yang dapat ditekan (push) bila

seseorang melihat adanya kebakaran, selain itu terdapat juga socket telepon untuk

berkomunikasi dengan telepon yang ada pada fire control panel. Disamping itu juga pada

combination panel terdapat lampu yang menyala untuk menandakan fire control panel dalam

keadaan beroperasi (Anonim, 1985)

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Page 16: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 1985. Fire Protection Handbook, fifteenth edition. National fire protection association Quincy,

Massachusetts.

[Anonim]. 1992. Fire Protection in Nuclear Plants. International Atomic Energy Agency, Vienna.

[Anonim]. 1989. An Introduction to Fire Detection, Alarm, and Automatic Fire Sprinklers. Fire Safety

Network, Middlebury, Vermont.

Setiawan, Iwan. 2006. Programmable Logic Controller dan Teknik Perancangan Sistem Kontrol. ANDI,

Yogyakarta.

Page 17: BAB I

Standar Nasional Indonesia. Sistem Pengendali Asap Kebakaran pada Bangunan Gedung. SNI 03-6571-

2001.

Widodo, Budiharto. 2005. Perancangan Sistem dan Aplikasi Mikrokontroler. Elex Media Komputindo,

Jakarta.