BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ji,jkhukj

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangJumlah dan pertumbuhan penduduk lanjut usia dari tahun ke tahun terus meningkat dengan pasti. Jumlah dan pertumbuhan ini tidak terlepas dari adanya usia harapan hidup yang terus meningkat. Usia harapan hidup meningkat terjadi karena keberhasilan pembangunan yaitu kemajuan pembangunan di bidang kesehatan, pendidikan, pengetahuan, dan tingkat pendapatan yang semakin meningkat. Tingkat pendidikan ini mempunyai hubungan dengan tingkat pengetahuan, serta tingkat penghasilan seseorang. Orang dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang tinggi cenderung akan mempunyai penghasilannya yang lebih baik, sehingga mereka akan memilih sarana kesehatan yang lebih baik pula. Oleh karenanya, semua ini

akan berdampak terhadap adanya usia harapan hidup yang semakin meningkat. (Depkes RI, 2001).Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 memberikan batasan: kesehatan adalah sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Batasan diangkat dari batasan kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang paling baru ini memang lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan sebelumnya yang mengatakan, bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Pada batasan yang terdahulu, kesehatan itu hanya mencakup tiga aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial, tetapi menurut Undang-Undang No.23/1992, disempurnakan dengan UU No 36 Tahun 2009, kemudian kesehatan itu mencakup lima aspek yakni fisik (badan), mental (jiwa), sosial, spiritual, dan ekonomi. (Notoatmodjo, 2012).Pertambahan penduduk lanjut usia secara bermakna, akan disertai oleh berbagai masalah dan akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan lanjut usia baik terhadap individu maupun bagi keluarga dan masyarakat antara lain meliputi fisik biologis, mental maupun sosial ekonomi. Mengingat usia lanjut merupakan salah satu kelompok rawan dalam keluarga, pembinaan lanjut usia sangat memerlukan perhatian khusus sesuai dengan keberadaannya. Dalam kehidupan keluarga di Indonesia, lanjut usia merupakan figur yang dihormati dan harus dibahagiakan sesuai dengan budaya yang ada. Di dalam kehidupan bangsa, lanjut usia merupakan sumber daya bernilai karena pengetahuan, pengalaman hidup serta kearifan yang dimiliki, yang sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu kehidupan keluarga dan masyarakat. (Depkes RI, 2006).

Upaya pembinaan lanjut usia dalam pelaksanaannya memerlukan penanganan terpadu melalui peningkatan peran lintas sektor lembaga swadaya masyarakat serta partisipasi aktif masyarakat dalam koordinasi program kerja, pendataan, pemanfaatan pelayanan, pengenalan dini masalah pendanaan. Selama ini keterlibatan sektor dalam pembinaan lanjut usia sudah dilaksanakan namun masih belum dilakukan secara terintegrasi, sehingga belum diperoleh hasil optimal. Dengan pendanaan United Nations Population Fund (UNFPA), melalui Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Menteri Negara Kependudukan, telah disusun Dokumen Rencana Aksi Nasional berupa dokumen nasional yang memuat peran sektor dalam melakukan pembinaan terhadap lanjut usia dengan dukungan keluarga dan masyarakat. (Depkes RI, 2006).Secara individu, pada usia di atas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologis. Dengan bergesernya pola perekonomian dan pertanian ke industri maka pola penyakit juga bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit menular (degeneratif). (Bandiyah, 2009).

Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia, baik perorangan maupun masyarakat. Pemerintah mengembangkan Puskesmas dengan tujuan untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang sebagian besar masih tinggal di pedesaan. Program kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas merupakan program pokok yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah untuk melindungi penduduknya, termasuk mengembangkan program khusus untuk penduduk miskin. (Azwar, 2006).Hasil cakupan pelayanan kesehatan lansia di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Puskesmas Kota Sungai Penuh pada tahun 2012 sebanyak 48,33%. Sedangkan pada tahun 2013 sebanyak 48,19% dan pada tahun 2015 sebesar 48,29%. Pada dasarnya sudah melebihi target capaian cakupan pelayanan SPM 30%.Seiring meningkatnya jumlah lansia maka tantangan utama yang sering kali dihadapi Lansia adalah masalah kesehatan, dimana studi-studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa masalah kesehatan merupakan masalah yang pokok bagi lansia, dimana cukup banyak di antara mereka yang mengidap penyakit yang berkaitan dengan penuaan seperti Hipertensi, Jantung, Osteoporosis, dan sebagainya sehingga perlu mendapatkan perhatian dan penanganan.Sementara itu di wilayah kerja Puskesmas Koto Lolo Kota Sungai Penuh terdapat 9 Desa. Sementara tidak semua Desa yang memiliki Posyandu Lansia, hanya terdapat 4 Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rawang. Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti pada bulan Mei 2015 terhadap 10 orang lansia, didapati 8 orang lansia memiliki pengetahuan kurang baik dan 2 lansia memiliki pengetahuan yang baik. 4 orang lansia memiliki sikap peduli untuk memeriksakan diri setiap bulannya ke Posyandu lansia, dan 6 orang lansia memiliki sikap bila sakit saja memeriksakan dirinya ke Posyandu lansia. 7 orang lansia mengatakan peran kader kurang aktif dan 3 orang lansia mengatakan peran kader sudah aktif.Hal ini jika dibiarkan akan mengakibatkan lansia akan menjadi lebih kurang aktif dalam kegiatan yang diadakan oleh posyandu lansia dan lansia juga kurang peduli terhadap kesehatannya sehingga lansia akan lebih rentan mengalami penyakit maupun kekambuhan dari penyakit yang telah dideritanya.Melihat dari kenyataan di atas maka penulis sangat tertarik dan berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Lolo Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi Tahun 20151.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor Apa Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Lolo Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi Tahun 2015?1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumUntuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Lolo Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi Tahun 2015.1.3.2 Tujuan Khususa. Untuk mengetahui gambaran akses, peran kader, dukungan keluarga dan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Lolo Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi 2015.b. Untuk mengetahui hubungan akses dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas Koto Lolo Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi 2015.c. Untuk mengetahui hubungan peran kader dengan pemanfaatan posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas Koto Lolo Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi 2015.

d. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas Koto Lolo Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi 2015.1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan Kota Sungai PenuhSebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Sungai Penuh dalam rangka meningkatkan kebijakan pelayanan kesehatan lansia terhadap pemanfaatan Posyandu lansia.

1.4.2 Bagi Puskesmas Koto LoloSebagai masukkan bagi petugas Puskesmas untuk melakukan pembinaan pada lansia dalam hal peningkatan kesehatan dan pemanfaatan posyandu lansia sehingga dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.

1.4.3 Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syeidza Saintika Padang

Sebagai bahan referensi bagi Perpustakaan Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syeidza Saintika Padang , serta dapat memberikan informasi sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan sehingga menghasilkan calon tenaga kesehatan yang profesional.

1.5 Ruang Lingkup PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang bertujuan mengetahui gambaran antara variabel independen (akses, peran kader dan dukungan keluarga) dengan variabel dependen (pemanfaatan posyandu lansia) di Wilayah Puskesmas Koto Lolo Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang berkunjung ke Posyandu di Wilayah kerja Puskesmas Koto Lolo berjumlah 1077 orang dengan jumlah sampel sebanyak 88 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dengan cara ukur wawancara. tentang akses, peran kader dan dukungan keluarga. Data tersebut diperoleh dengan menggunakan kuisioner. Data sekunder penelitian adalah data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Sungai Penuh dan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Koto Lolo Kota Sungai Penuh Tahun 2015. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square.

14