17
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Resolusi World Health Assembly (WHA) tahun 2001 menegaskan bahwa tumbuh kembang anak secara optimal merupakan salah satu hak azasi anak. Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan dilanjutkan dengan pemberian air susu ibu (ASI). Menyusui adalah salah satu komponen dari proses reproduksi yang terdiri atas haid, konsepsi, kehamilan, persalinan, menyusui, dan penyapihan. Jika semua komponen berlangsung dengan baik, proses menyusui akan berhasil (Prawirohardjo, 2009:375). Proses kehamilan, melahirkan bayi dan menyusui merupakan kondisi alamiah wanita yang secara kodrati dialami oleh kaum wanita. Kaum wanita memegang 1

BAB I ani.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I ani.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Resolusi World Health Assembly (WHA) tahun 2001 menegaskan bahwa

tumbuh kembang anak secara optimal merupakan salah satu hak azasi anak.

Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam

kandungan dilanjutkan dengan pemberian air susu ibu (ASI). Menyusui adalah

salah satu komponen dari proses reproduksi yang terdiri atas haid, konsepsi,

kehamilan, persalinan, menyusui, dan penyapihan. Jika semua komponen

berlangsung dengan baik, proses menyusui akan berhasil (Prawirohardjo,

2009:375).

Proses kehamilan, melahirkan bayi dan menyusui merupakan kondisi

alamiah wanita yang secara kodrati dialami oleh kaum wanita. Kaum wanita

memegang peranan penting untuk membentuk insan yang sehat secara fisik dan

mental, cerdas dan kuat. Selama proses kehamilan akan terjadi aliran nutrisi dari

tubuh ibu kedalam tubuh janin melalui plasenta. Dengan demikian,

pertumbuhan janin sangat bergantung pada makanan yang dikonsumsi oleh ibu.

Hal ini mampu melindungi bayi dari kemungkinan terjadinya penyakit akibat

infeksi oleh jamur, virus dan berbagai jenis racun. Itulah sebabnya janin hampir

1

Page 2: BAB I ani.doc

2

tidak pernah sakit selama dalam kandungan. Perlindungan janin dalam rahim

akan terputus ketika bayi lahir ke dunia (Hartono dkk, 2002:45).

Pemberian makanan yang benar merupakan dasar yang penting untuk

kelangsungan hidup, pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan bayi dan anak

balita. Keadaan gizi ibu yang baik sebelum dan selama kehamilan akan

mempengaruhi kesehatan anak dikemudian hari. Status gizi ibu juga sangat

mempengaruhi kemampuan ibu untuk kehamilan dan melahirkan, dan

keberhasilan dalam menyusui bayinya. Manfaat menyusui baik untuk ibu

maupun anak. Hal tersebut dipengaruhi oleh lamanya maupun intensitas

menyusui. Umur bayi saat mendapatkan cairan dan makanan pendamping juga

mempengaruhi status gizi mereka (Prawirohardjo, 2009:376).

Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation

Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO)

merekomendasikan agar anak sebaiknya disusui hanya Air Susu Ibu (ASI)

selama paling sedikit 6 bulan. Makanan padat seharusnya diberikan sesudah

anak berumur 6 bulan dan pemberian ASI seharusnya dilanjutkan sampai anak

berumur dua tahun. ASI eksklusif dianjurkan pada beberapa bulan pertama

kehidupan karena ASI tidak terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang

diperlukan anak pada usia tersebut. Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia

merubah rekomendasi lamanya pemberian ASI eksklusif dari 4 bulan menjadi

6 bulan (PERINASIA, 2004:3).

Page 3: BAB I ani.doc

3

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai

usia sekitar 6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan mendapatkan tambahan

cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu, air putih. Pemberian

awal ASI sangat dianjurkan, karena ASI yang keluar pertama sangat bergizi dan

mengandung antibodi yang dapat melindungi bayi baru lahir dari penyakit.

Menyusui seawal mungkin mempengaruhi kesehatan ibu baru melahirkan, yaitu

dengan menimbulkan kontraksi uterus, yang membantu mengurangi kehilangan

darah masa nifas. Untuk jangka yang lebih panjang, ibu yang menyusui

cenderung memperpanjang jarak kelahiran, karena efek supresi yang dimiliki

ketika menyusui terhadap kembalinya haid setelah melahirkan. Selang kelahiran

yang lebih panjang memberi kesempatan kepada tubuh ibu untuk pulih dari

kekurangan fisik yang berhubungan dengan kehamilan. Efek menyusui terhadap

kembalinya kesuburan berhubungan dengan lama dan intensitas menyusui

(Departemen Kesehatan, 2003).

Pemberian ASI tak lepas dari tatanan budaya. Perilaku dibentuk oleh

kebiasaan, yang bisa diwarnai oleh adat (budaya), tatanan norma yang berlaku

di masyarakat (sosial), dan kepercayaan (agama). Perilaku umumnya tidak

terjadi secara tiba-tiba. Perilaku adalah hasil dari proses yang berlangsung

selama masa perkembangan. Setiap orang selalu terpapar dan tersentuh oleh

kebiasaan di lingkungannya serta mendapat pengaruh dari masyarakat, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Pemahaman terhadap latar belakang

sosial, budaya, agama dan pendidikan seseorang akan lebih memudahkan upaya

Page 4: BAB I ani.doc

4

mengenal perilaku dan alasan yang mendasarinya. Lingkungan juga menjadi

faktor penentu kesiapan dan kesediaan ibu untuk menyusui bayinya. Tatanan

budaya cukup berpengaruh dalam pengambilan keputusan ibu untuk menyusui

atau tidak. Pengalaman dalam keluarga tentang menyusui, pengalaman ibu,

pengetahuan ibu dan keluarganya tentang manfaat ASI, sikap ibu terhadap

kehamilannya (diinginkan atau tidak), sikap suami dan keluarga terhadap

menyusui dan sikap tenaga kesehatan yang membantu ibu bisa berpengaruh

besar terhadap pengambilan keputusan untuk menyusui atau tidak. Persepsi ibu

tentang dirinya, pandangan ibu tentang payudaranya, penghayatan ibu terhadap

ke-ibuan-nya, merupakan unsur utama yang menentukan keberhasilan

pemberian ASI (Perinasia, 2004:4).

Ibu-ibu yang memilih untuk memberikan ASI eksklusif merupakan

langkah yang tepat. Banyak hal positif yang dapat dirasakan oleh bayi dan ibu.

Bayi yang diberi susu formula sangat rentan terserang penyakit. Peneliti

di Australia Barat pada Tahun 2002 yang melakukan pengurutan pada 2.602

anak untuk mempelajari timbulnya asma di usia enam tahun. Tidak memberikan

ASI dapat meningkatkan resiko asma sebesar 40% dibandingkan dengan bayi

yang diberi ASI eksklusif. Para peneliti menyimpulkan bahwa semua penelitian

memberikan bukti jelas dan konsisten mengenai pemberian ASI yang

melindungi bayi dai asma dan penyakit alergi lainnya. Sebaliknya, susu formula

dapat meningkatkan resiko tersebut. Smith MM et al 2003 melakukan penelitian

pada 439 anak usia sekolah dengan berat badan lahir sangat rendah (di bawah

Page 5: BAB I ani.doc

5

1500 gram) bagi yang tidak diberi ASI ternyata mempunyai skor lebih rendah

dalam semua fungsi intelektual, kemampuan verbal, kemampuan visual motorik

dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI. Penelitian lain di Jerman tahun

2003 pada 6650 anak usia sekolah berumur antara 5-14 tahun memberi

gambaran bahwa pemberian ASI terbukti menjadi faktor pelindung terhadap

obesitas. Efek perlindungannya menjadi lebih besar ketika bayi diberi ASI

eksklusif. Studi kasus terkontrol di Uni Emirat Arab meneliti 117 kasus

leukemia limfosit akut dan 117 anggota kelompok kontrol mereka

menyimpulkan bahwa masa pemberian ASI selama enam bulan atau lebih dapat

melindungi anak dari leukemia akut dan kelenjar getah bening (limfoma)

di masa kanak-kanak. Para ahli meneliti 1.204 bayi yang meninggal pada usia

28 hari sampai satu tahun akibat selain kelainan bawaan atau tumor berbahaya

dan 7.740 bayi yang masih hidup pada usia satu tahun. Mereka menelusuri

angka kematian, keterkaitan bayi tersebut dengan ASI. Bayi yang tidak pernah

mendapat ASI beresiko meninggal 21% lebih tinggi dalam periode sesudah

kelahiran dari pada bayi yang mendapat ASI (Roesli, 2008:50).

Contoh kasus lain, seorang wanita yang melahirkan dua bayi kembar, satu

perempuan dan satu bayi laki-laki. Bayi yang menyusu dengan botol adalah

bayi perempuannya, yang meninggal setelah beberapa hari lahir kedunia.

Sedangkan, bayi lelakinya diberi ASI eksklusif. Menurut ibu mertua wanita

muda ini, ASI menantunya tidak cukup untuk kedua bayinya sehingga hanya

bayi lelakinya yang diberi ASI. Padahal sebenarnya hampir dapat dipastikan

Page 6: BAB I ani.doc

6

bahwa si ibu dapat memberikan ASI pada kedua bayinya, karena produksi ASI

disesuaikan dengan kebutuhan atau pengeluaran ASI. Menyusui adalah hadiah

yang sangat berharga yang dapat diberikan oleh seorang ibu pada bayinya. Pada

keadaan miskin, menyusui mungkin merupakan pemberian satu-satunya

walaupun dalam kondisi sakit, hal ini dikarenakan menyusui merupakan

pemberian yang menyelamatkan jiwanya (Roesli, 2009:48).

Pada tahun 2006, cakupan standar Nasional pemberian ASI eksklusif telah

ditetapkan, yaitu 80% (Amirudin, 2007, www.thesisfull.com, diperoleh tanggal

16 Juli 2010), saat ini usaha untuk meningkatkan penggunaan ASI telah

menjadi tujuan global. Setiap tahun pada tanggal 1-7 Agustus adalah pekan ASI

sedunia. Pada saat itu kegiatan meningkatkan penggunaan ASI dievaluasi. Di

Indonesia walaupun sejak tahun 1992 telah dilakukan kegiatan Rumah Sakit

Sayang Bayi kemudian ditambah lagi dengan kegiatan yang diharapkan.

Harapannya adalah bahwa di Indonesia pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan

pada tahun 2010 menjadi 80%. Kenyataannya pada SDKI tahun 2002-2003

walaupun pemberian ASI rata-rata 22,3 bulan tetapi inisiasi dini pemberian ASI

< 1 jam hanya 3,7%. ASI eksklusif 0-4 bulan 55,1%, ASI eksklusif 0-6 bulan

39,5%, rata-rata durasi ASI eksklusif 1,6 bulan, penggunaan botol 32,4%

(Prawirohardjo, 2009:376).

Presentase di Indonesia ibu yang masih menyusui bayi sampai usia enam

bulan adalah 59% (Roesli, 2008 : 33). Data ibu menyusui ASI eksklusif di Jawa

Barat 36,3% (Program Perbaikan Gizi pada Propinsi Jawa Barat, 2009).

Page 7: BAB I ani.doc

7

Data yang menunjukan bahwa dari 16.669 ibu menyusui 10.189 (61,3%)

memberikan ASI eksklusif pada anaknya (Dinkes Kabupaten Subang, 2009).

Data lain menunjukan dari 1.151 ibu menyusui 729 (64%) memberikan ASI

eksklusif pada anaknya (Profil Puskesmas Purwadadi, 2009). Selanjutnya

menurut rekapitulasi hasil pendataan tingkat Desa atau Kelurahan tahun 2009,

di Desa Koranji yang wilayahnya termasuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas

Purwadadi Subang terdapat bayi usia 0-12 bulan sebanyak 89 orang dan 38

orang ibu menyusui (42,7%) memberikan ASI eksklusif pada anaknya (PWS

KIA, 2009).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

450/Menkes SK/IV/2004, tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara

eksklusif pada bayi Indonesia, disampaikan bahwa untuk mencapai

pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal ASI perlu diberikan secara

eksklusif sampai umur enam bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur

dua tahun. Dalam Keputusan Menkes tersebut ditetapkan semua tenaga

kesehatan yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan agar menginformasikan

kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif

(Roesli, 2008:36).

Trend para ibu muda di tanah air yang enggan menyusui anaknya dengan

ASI cenderung meningkat, yaitu hampir 60%. Keadaan ini membuat pemerintah

tergerak untuk mengesahkan undang-undang yang memuat pemberian ASI

eksklusif, yaitu Undang-Undang No 36/2009. ASI dalam Undang-Undang

Page 8: BAB I ani.doc

8

tersebut, disebutkan dalam pasal 128 ayat (1) bahwa setiap bayi berhak

mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan,

kecuali atas indikasi medis. Pada pasal 128 ayat (2) dan (3) menyatakan bahwa

selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah

dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan

waktu dan fasilitas khusus yang diadakan di tempat kerja dan sarana umum.

Bahkan dalam undang-undang ini dinyatakan secara tegas adanya sanksi pidana,

yaitu pada pasal 200, yang menyatakan bahwa barang siapa yang dengan

sengaja menghalangi program pemberian ASI eksklusif akan di pidana penjara

paling lama 1 tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta

rupiah) (http://keluarga. rasyid.net, diperoleh kamis 15 Juli 2010 pukul 22.00

WIB).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui dengan Pemberian

ASI Eksklusif di Desa Koranji Wilayah Kerja Puskesmas Purwadadi Kabupaten

Subang Tahun 2010.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah : “Bagaimanakah

Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui Dengan Pemberian Asi Eksklusif

di Desa Koranji Wilayah Kerja Puskesmas Purwadadi Kabupaten Subang

Tahun 2010?”.

Page 9: BAB I ani.doc

9

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan karakteristik ibu menyusui dengan

pemberian ASI eksklusif di Desa Koranji Wilayah Kerja Puskesmas

Purwadadi Kabupaten Subang Tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui gambaran pemberian ASI eksklusif.

2) Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu menyusui ditinjau

dari umur dengan pemberian ASI eksklusif

3) Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu menyusui ditinjau

dari paritas dengan pemberian ASI eksklusif.

4) Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu menyusui ditinjau

dari pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif.

5) Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu menyusui ditinjau

dari pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif.

6) Untuk mengetahui hubungan umur dengan pemberian ASI

eksklusif.

7) Untuk mengetahui hubungan paritas dengan pemberian ASI

eksklusif

8) Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan pemberian ASI

eksklusif.

Page 10: BAB I ani.doc

10

9) Untuk mengetahui hubungan pekerjaan dengan pemberian ASI

eksklusif.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang karakteristik

ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif, sehingga kelak peneliti

dapat menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam

memberikan dan melaksanakan asuhan sesuai standar.

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan referensi dalam

upaya pengembangan penelitian lebih lanjut tentang hubungan

karakteristik ibu menyusui dengan pemberikan ASI eksklusif.

1.4.3. Bagi Lahan Penelitian

Diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan menjadi bahan

masukan untuk segenap pemberi pelayanan, khususnya yang berada

di wilayah kerja Puskesmas Purwadadi Subang sehingga dapat

memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak secara maksimal.