209
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran IPA termasuk salah satu mata pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan. Menurut Sapriati, dkk (2008) pembelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- konsep, dan prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Melalui pembelajaran IPA siswa diharapkan mampu memahami fakta atau peristiwa sains yang terjadi di lingkungannya. Fisika termasuk salah satu ilmu pengetahuan alam (IPA) yang membahas gejala dan perilaku alam, yang dapat diamati oleh manusia. Fisika merupakan suatu teori yang menerangkan gejala- gejala alam sederhana-sederhananya dalam upaya menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataannya, sehingga persyaratan-persyaratan dasar untuk memecahkan

Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata pelajaran IPA termasuk salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

setiap jenjang pendidikan. Menurut Sapriati, dkk (2008) pembelajaran IPA

berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, dan prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Melalui pembelajaran IPA siswa diharapkan mampu memahami fakta

atau peristiwa sains yang terjadi di lingkungannya. Fisika termasuk salah satu

ilmu pengetahuan alam (IPA) yang membahas gejala dan perilaku alam, yang

dapat diamati oleh manusia. Fisika merupakan suatu teori yang menerangkan

gejala-gejala alam sederhana-sederhananya dalam upaya menemukan hubungan

antara kenyataan-kenyataannya, sehingga persyaratan-persyaratan dasar untuk

memecahkan soal fisika adalah dengan mengamati gejala-gejala tersebut (Druxes,

1986 : 24).

Dalam KTSP, Materi bunyi merupakan salah satu materi fisika yang

diajarkan di kelas VIII SMP yang merupakan salah satu materi dalam ruang

lingkup pembelajaran fisika dan memiliki konsep yang berperan penting dalam

kehidupan sehari-hari. Pada materi bunyi ini diharapkan kepada siswa agar dapat

memahami konsep dan manfaat dari gelombang bunyi yang memegang peranan

penting dalam komunikasi antar manusia. Namun kenyataannya banyak siswa

yang belum memahami konsep tentang bunyi. Berkaitan dengan diberlakukannya

Page 2: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

2

KTSP di tingkat SMP siswa diharapkan bisa memahami apa yang ada

disekitarnya untuk mendukung proses pembelajaran. Karena dalam KTSP

(khususnya fisika) pengalaman langsung siswa agar siswa dapat menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah lebih ditekankan dan diharapkan dapat

bermanfaat dan bisa meningkatkan mutu dan dalam taraf hidup manusia yang

akan datang. Dengan demikian pembelajaran dalam bidang ilmu pengetahuan

diberbagai jenjang pendidikan baik ditingkat menengah maupun di perguruan

tinggi sudah sewajarnya dikembangkan.

Pada tanggal 10 September 2009 telah dilakukan pra riset di SMP Negeri 4

Ketapang dengan melakukan wawancara dan observasi kelas. Berdasarkan hasil

wawancara dengan guru fisika kelas VIII diketahui bahwa salah satu materi yang

dianggap sulit oleh siswa adalah materi bunyi dan ditemukan bahwa 70 % siswa

masih memperoleh skor dibawah standar ketuntasan belajar pada materi bunyi

yakni 60. Hasil ini menunjukkan bahwa penguasaan siswa terhadap materi

bunyi masih belum memuaskan. Dalam wawancara tersebut, guru mengakui

bahwa dalam proses pembelajaran masih menggunakan metode ceramah,

sehingga siswa kurang tertarik dan kurang termotivasi yang menyebabkan siswa

sulit memahami materi bunyi. Selain itu, siswa kesulitan dalam kemampuan

menyelesaikan masalah sehingga setelah dilakukan evaluasi, hasil belajar siswa

masih rendah.

Kemudian dari observasi di kelas diperoleh informasi sebagai berikut:

1. Selama proses pembelajaran berlangsung banyak siswa yang sibuk dengan

kegiatannya masing-masing. Seperti ada yang mengobrol dengan teman

Page 3: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

3

sebangkunya, tertidur, sibuk menggambar, dan ada juga yang sibuk

mengerjakan tugas dari mata pelajaran lainnya.

2. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas, dan

jarang menggunakan model pembelajaran yang lain seperti diskusi kelompok

pada saat menyampaikan materi

3. Siswa banyak yang pasif, jarang mengajukan pertanyaan dan hanya

mendengarkan guru yang sedang menjelaskan pelajaran

Berdasarkan fakta-fakta yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan

bahwa proses pembelajaran masih terfokus pada guru. Hal ini berdampak pada

keaktifan dan hasil belajar siswa. Dalam hal ini, guru berperan penting dalam

usaha pembelajaran siswa. Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam memilih

strategi dan model pembelajaran yang tepat sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan efektif dengan melibatkan keaktifan siswa sehingga siswa dapat

memahami materi yang diajarkan, dan hasil belajar siswa meningkat. Untuk

mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, maka perlu diterapkan model

pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa salah satunya model

pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS).

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang

berorientasi pada konstruktivisme yang lahir dari gagasan Vigotsky yang

menyarankan untuk menggunakan kelompok-kelompok belajar dengan

kemampuan anggota yang berbeda-beda. Menurut Khoirul Anam (2002:2)

pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar dalam kelompok kecil,

siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang

Page 4: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

4

optimal baik pengalaman individu atau kelompok. Pembelajaran kooperatif bagi

siswa dapat membentuk sikap saling ketergantungan positif hal ini merupakan

tanggung jawab individu sekaligus kelompok, secara sadar dapat menciptakan

interaksi silih asah siswa lainnya atau antar siswa dengan guru sehingga mampu

mengembangkan pola pikir yang baik.

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa teknik yang salah satunya

adalah Think-Pair-Share (TPS). Muslimin Ibrahim, dkk (2002:26) menyatakan,

Think-Pair-Share (TPS) merupakan pembelajaran yang memiliki prosedur yang

ditetapkan secara eksplisit untuk memberikan siswa waktu lebih banyak untuk

berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Dimana siswa belajar

dalam diskusi kelompok dengan membentuk pasangan-pasangan pada setiap

siswanya. Ketika guru menyampaikan pelajaran di kelas, para siswa duduk

berpasangan dengan timnya masing-masing. Guru memberikan pertanyaan kepada

kelas. Siswa diminta untuk memikirkan sebuah jawaban dari mereka sendiri, lalu

berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan bersama

terhadap jawaban. Akhirnya, guru meminta para siswa untuk berbagi jawaban

yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas (Slavin, 2008:257).

Dalam pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS) siswa dilibatkan

sehingga pembelajaran berorientasi pada siswa, dimana siswa saling bekerja sama,

mengajar dan diajar serta bersosialisasi dengan siswa yang lain sehingga mampu

mengembangkan pola pikir yang baik. Mereka akan mempunyai tanggung jawab

masing-masing untuk berbagi kepada teman-temannya maka mereka harus benar-

benar mengikuti tahapan-tahapan yang terdapat pada pembelajaran ini.

Page 5: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

5

Dengan demikian pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share (TPS)

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 4

Ketapang pada materi bunyi dan pada materi-materi lainnya.

B. Perumusan Dan Pemecahan Masalah

1. Perumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada materi Bunyi di kelas VIII SMPN 04 Ketapang?”.

Adapun sub masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimanakah pengetahuan awal siswa pada materi Bunyi sebelum

menggunakan model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS)?

b. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada materi Bunyi setelah

menggunakan model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS)?

c. Apakah keunggulan dan kelemahan menggunakan model pembelajaran

kooperatif Think-Pair-Share (TPS)?

2. Pemecahan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka alternatif cara pemecahan

yang ditawarkan dari masing-masing sub masalah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengetahuan awal siswa pada materi bunyi digunakan

pretest.

b. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi bunyi setelah

menggunakan model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS) dapat

Page 6: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

6

dilihat dengan membandingkan hasil pretes dengan postes yang diberikan

setiap selesai satu siklus kegiatan belajar.

c. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan pembelajaran kooperatif Think-

Pair-Share (TPS) dianalisis dari lembar hasil pengamatan kegiatan

pembelajaran

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa

pada materi Bunyi melalui pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS).

Adapun sub tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengetahuan awal siswa (skor rata-rata pre-test) pada meteri Bunyi sebelum

menggunakan model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS).

2. Peningkatan hasil belajar siswa (skor rata-rata post-test) setelah menggunakan

model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS).

3. Keunggulan dan kelemahan pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS)

dianalisis dari lembar hasil pengamatan kegiatan pembelajaran

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian tindakan kelas melalui

pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS):

1. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, serta melatih

diri siswa agar lebih berani mengeluarkan pendapat, kreatif dan mandiri

sehingga mudah memahami materi Bunyi dan materi-materi lainnya.

Page 7: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

7

2. Bagi guru

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat membiasakan guru dalam

melakukan PTK untuk meningkatkan kompetensi profesionalitasnya sebagai

guru di lapangan.

3. Bagi mahasiswa program studi fisika

Sebagai salah satu referensi model pembelajaran yang dapat digunakan oleh

mahasiswa setelah mereka menjadi guru serta sebagai bahan referensi untuk

menyelesaikan tugas akhir.

E. Definisi Operasional

1. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai

materi di sekolah dalam bentuk skor yang diperoleh dari tes mengenai

sejumlah materi tersebut (Nawawi, 1991 : 24). Dalam penelitian ini hasil

belajar yang dimaksud adalah hasil belajar pada materi bunyi dalam bentuk

skor rata-rata yang diperoleh dari hasil tes yang diberikan setelah perlakuan.

2. Pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS)

Menurut Ibrahim (2000:26) Think-Pair-Share adalah model

pembelajaran yang memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk

memberikan siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, menjawab dan saling

membantu satu sama lain.

Model kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) memiliki langkah-

langkah sebagai berikut (Ibrahim, dkk, 2000 : 26-27) :

Page 8: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

8

1) Tahap-1: Thinking (berpikir).

Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan

kemudian siswa diminta untuk memikirkan sendiri mengenai jawaban

atau isu tersebut secara mandiri beberapa saat.

2) Tahap-2: Pairing (Berpasangan).

Pada tahap ini guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan

berbagi ide mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkannya pada

tahap pertama.

3) Tahap-3: Sharing ( Berbagi).

Pada langkah akhir ini guru meminta kepada tiap pasangan untuk

berbagi atau bekerjasama dengan seluruh kelas mengenai apa yang

telah dibicarakan. Ini dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi

pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar 1/4 pasangan telah mendapatkan

kesempatan untuk melaporkan.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pembelajaran

kooperatif Think-Pair-Share (TPS) adalah model pembelajaran yang

terdiri dari tahapan berfikir berpasangan dan berbagi dalam suatu diskusi

kelompok yang heterogen untuk memecahkan masalah/pertanyaan dalam

lembar kegiatan siswa (LKS) bersama pasangan dan berbagi hasil diskusi

kepada teman lainnya.

3. Pokok Bahasan Bunyi

Pokok bahasan bunyi merupakan salah satu pokok bahasan yang

terdapat dalam silabus Fisika SMP yang harus dikuasai siswa kelas VIII

Page 9: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

9

berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Pokok

bahasan bunyi yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi:

a. Pengertian Bunyi dan Cepat Rambat Bunyi

b. Batas Pendengaran Manusia Dan Resonansi

c. Pemantulan Bunyi

F. Hipotesis Tindakan

Penelitian ini direncanakan terbagi dalam dua siklus, yaitu siklus I, dan

siklus II. Setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning),

tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Melalui kedua

siklus tersebut dapat diamati peningkatan hasil belajar siswa. Dengan demikian,

dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut “Penerapan model

pembelajaran kooperatif Think-Paie-Share (TPS) dapat meningkatkan hasil

belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Ketapang pada materi Bunyi”.

Page 10: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Fisika

Fisika menurut Marcelo Alonso (1990 : 2) dalam bahasa yunani “Physic”

yang berarti “Alam” adalah suatu ilmu yang ditujukan untuk mempelajari semua

gejala alam”. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang

merupakan ilmu pengetahuan yang lahir dari keinginan manusia terhadap gejala-

gejala alam dan dari penemuan hukum-hukum fisika melalui proses penyelidikan

terhadap gejala yang diamati pada alam sekitar. Sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pelajaran fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu

membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan

yang diprasyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Manfaat yang dapat diperoleh dari pengetahuan fisika yang kita miliki sebagai

hasil belajar fisika di sekolah :

1. Mengerti berbagai gejala alam yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari

2. Mengenal kamahiran serta bagaimana para ahli fisika berpikir memecahkan

masalah

3. Menjadi bekal untuk mengembangkan diri dalam berbagai bidang keahlian

Page 11: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

11

4. Merupakan pengetahuan dasar yang dapat digunakan untuk mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

B. Konstruktivisme

Tradisi pembelajaran konstruktivisme merupakan salah satu tradisi belajar

dalam psikologi pendidikan. Penganut konstruktivis berpendapat bahwa guru

tidak dapat begitu saja memberikan pengetahuan kepada siswanya. Agar

pengetahuan yang diberikan bermakna, siswa sendirilah yang harus memproses

informasi yang diterimanya, menstrukturnya kembali dan mengintegrasikannya

dengan pengetahuan yang dimilikinya, dalam proses ini guru berperan memberi

dukungan dan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan sendiri dalam proses

belajar mengajar (Sakinah, 2005:11).

Vygotsky mengemukakan bahwa pengetahuan dibentuk secara sosial,

yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat secara

bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan

berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat

budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar

individual. Pembangunan pengetahuan terjadi melalui interaksi sosial, begitupun

dengan bentuk perkembangan kognitifnya yang terjadi karena keterkaitan diantara

individu dan konteks sosial (Slavin dalam Azizah, 1998:30).

Menurut Von Glaserfeld dalam Suparno (2005 : 18) pengetahuan bukanlah

suatu barang yang dapat dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran orang atau

siswa. Bahkan bila guru bermaksud untuk mentransfer konsep, ide, dan

kepintarannya kepada siswa, pemindahan itu dikonstruksikan oleh siswa sendiri

Page 12: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

12

melalui pengalaman mereka. Didalam konstruktivisme peranan guru bukan

pemberian jawaban akhir atas pertanyaan mereka, melainkan pengarahan mereka

untuk membentuk pengetahuan fisika sehingga diperoleh struktur fisika

Dalam proses pembelajaran menurut tradisi konstruktivisme, seorang guru

bukanlah mengajar kepada siswa bagaimana menyelesaikan persoalan, namun

mempresentasikan masalah dan mendorong siswa agar dapat menemukan

penyelesaian suatu permasalahan dengan cara mereka sendiri. Ketika siswa

memberikan jawaban, guru mencoba untuk tidak mengatakan bahwa jawabannya

benar atau tidak benar. Namun guru mendorong siswa setuju atau tidak setuju

kepada ide seseorang dan saling tukar menukar ide yang diwujudkan melalui

tantangan masalah, kerja kelompok kecil, dan diskusi kelas.

Berdasrkan prinsip-prinsip konstruktivis yang diuraikan diatas, maka belajar

adalah suatu proses kegiatan siswa secara aktif, dimana memandang kegiatan

seorang siswa membangun sendiri pengetahuannya dari pengalaman yang

dilakukan secara pribadi maupun sosial dan guru berperan memberi dukungan dan

kesempatan kepada siswa.

C. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai

mkhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai

tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib.

Memanfaatkan kenyataan itu dengan belajar berkelompok secara kooperatif,

siswa dilatih untuk dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan,

Page 13: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

13

pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih

berinteraksi-komunikasi-sosialisasi, karena kooperatif adalah miniatur dari

hidup bermasyarakat, sehingga kita dapat belajar menyadari kekurangan dan

kelebihan masing-masing. Pembelajaran kooperatif membentuk kelompok

kerja dengan lingkungan positif dan meniadakan persaingan individu untuk

mencapai prestasi akademik.

Menurut Anam (2002:2), pembelajaran kooperatif adalah kegiatan

belajar mengajar dalam kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan

bekerjasama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik

pengalaman individu maupun kelompok. Dengan pembelajaran kooperatif

diharapkan siswa dapat menggali dan menemukan pokok materi secara

bersama-sama dalam kelompok atau secara individu. Esensi pembelajaran

kooperatif adalah tanggung jawab individu sekaligus kelompok, sehingga

dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan

kerja kelompok jadi optimal. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar-mengajar dengan

mengelompokan siswa dalam kelompok kecil, di mana siswa belajar dan

bekerjasama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik

pengalaman individu maupun kelompok.

Page 14: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

14

2. Unsur- unsur dalam Pembelajaan Koopeatif

Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2002 : 31), menyatakan

“Bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaan kooperatif.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka untuk mencapai hasil yang maksimal,

lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan, yaitu sebagai

berikut:

a. Saling Ketergantungan Positif

Saling ketergantungan positif menyebabkan anggota kelompok untuk

bekerjasama dalam mencapai keberhasilan yang melebihi kinerja individu,

sehingga setiap anggota kelompok berperan memberi kontribusi bagi

kelompok.

b. Tanggung Jawab Perseorangan

Tanggung jawab perseorangan bertujuan mempersiapkan semua anggota

kelompok agar dapat menyelesaikan tugas yang sama secara mandiri

dengan menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari dalam kelompok.

c. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan

berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk

membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi

ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi

kekurangan masing-masing. Pada akhirnya dapat mengembangkan

frekuensi belajar siswa dan hubungan interpersonal.

Page 15: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

15

d. Komunikasi Antar Anggota

Keterampilan komunikasi berfungsi untuk melancarkan peranan hubungan

kerja dan tugas agar kelompok belajar lebih produktif. Hubungan kerja

dibangun dengan mengembangkan komunikasi dan hubungan antar

anggota kelompok. Karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung

pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan

kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Maka dari itu,

pengajar perlu mengajukan cara-cara berkomunikasi.

e. Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar

selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Ibrahim, dkk (2000:7), menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif

dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya 3 tujuan pembelajarn penting

yaitu :

a. Hasil belajar akademik

Pembelajaran model kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial,

akan tetapi pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan

kinerja siswa dalam melaksanakan tugas-tugas akademik. Selain itu

pembelajaran kooperatif juga menunjukan bahwa struktur penghargaan

Page 16: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

16

kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa dalam belajar

akademik dan perubahan normal yang berhubungan dengan hasil belajar.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Efek penting yang kedua dari pembelajaran kooperatif adalah penerimaan

yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial,

kemampuan dan ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi

peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk

bekerja saling bergabung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan

melalui struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk saling menghargai

satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah untuk

mengajarkan kepada siswa keterampilan, kerjasama, dan kolaborasi.

Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki dalam masyarakat di mana

sebagian besar pekerjaan banyak dilakukan dalam organisasi yang saling

bergantung satu sama lain.

4. Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif

Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif dapat dilihat dalam

tabel berikut ini

Page 17: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

17

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran KooperatifFASE KEGIATAN GURUFase 1Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembalajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2Menyajikan informasi

Guru menyampaikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan (demonstrasi) atau teks.

Fase 3Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien.

Fase 4Membantu kerja kelompok dalam belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

Fase 5Mengetes materi

Guru mengetes materi pelajaran atau kelompok menyajikan hasil-hasil pekerjaan mereka.

Fase 6Memberikan penghargaan

Guru memberikan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

(Sumber, Ibrahim: 2001)

Menurut Ibrahim (2001 : 20) walaupun prinsip dasar pembelajaran

kooperatif tidak berubah, tetapi terdapat variasi dari model tersebut. Adapun

teknik-teknik dalam pembelajaran kooparatif yang bisa digunakan guru yaitu:

a. Student Teams Achievement Division (STAD)

b. Jigsaw

c. Investigasi Kelompok

d. Struktural : - Think-Pair-share (TPS)

- Numbered Heads Together (NHT)

5. Kebaikan dan kelemahan pembelajaran kooperatif

Page 18: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

18

Anita Lie (2004:17) menyebutkan ada beberapa kebaikan proses

pembelajaran koperatif adalah sebagai berikut :

a. Siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk bekerjasama dengan

siswa yang lain.

b. Siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan.

c. Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dapat meningkat.

d. Mengurangi kecemasan siswa (kurang percaya diri).

e. Meningkatkan motivasi, harga diri, dan sikap positif .

f. Meningkatkan prestasi belajar siswa.

Anita Lie (2000:46), mengemukakan bahwa kelemahan dari

pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

a. Model ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang

berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda pula.

b. Kerja kelompok sering hanya melibatkan kepada siswa yang mampu, sebab

mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang.

c. Model ini akan gagal apabila siswa pasif, tidak komunikatif dan sifat-sifat

egois siswa yang tinggi.

D. Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)

1. Pengertian pembelajaran Think-Pair Share (TPS)

Think-Pair-share (TPS) dikembangkan oleh Fank Lyman dkk dari

universitas Maryland, yang terdiri dari tiga tahap dimana penekanannya

lebih kepada siswa untuk melakukan tahap-tahap tersebut, ini merupakan

Page 19: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

19

cara efektif untuk mengubah pola diskusi di dalam kelas. Menurut ibrahim,

dkk (26-27), pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) adalah pembelajaran

yang memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi

siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu

satu sama lain.

Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) merupakan model

pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam diskusi kelompok

yang terdiri dari 2 orang secara heterogen dan bekerjasama saling

ketergantungan positif dengan menulis ide-ide dari pemikiran setiap

individu kemudian berbagi bersama untuk meningkatkan respon siswa

pada pertanyaan/masalah.

Pembelajaran teknik Think-Pair-Share (TPS) untuk

meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran orang

lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi siswa

harus mengembangkan pola pikir dengan ide-ide baru dalam memahami

materi yang diberikan sehingga dapat memotivasi siswa yang lainnya

agar memiliki pola pikir yang baik pula.

2. Tahap-tahap Model Think-Pair Share (TPS)

Pembelajaran teknik Think-Pair-Share (TPS) memiliki tahap-tahap

sebagai berikut (Ibrahim, dkk, 2000 : 26)

a. Tahap-1 : Thingking (Berfikir)

Page 20: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

20

Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran

dan siswa diberi waktu untuk berfikir sendiri mengenai jawaban atau

isu tersebut secara mandiri beberapa saat.

b. Tahap-2 : Pairing (Berpasangan)

Guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan

mengenai apa yang telah difikirkan.

c. Tahap-3 : Sharing (Berbagi)

Pada langkah akhir ini guru meminta kepada pasangan untuk berbagi

atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang

telah mereka bicarakan dengan cara bergiliran berpasang-pasangan

dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah

mendapatkan kesempatan untuk melaporkan.

Dalam menerapkan pembelajarn kooperatif terdapat 6 fase

pembelajaran. Adapun fase pembelajaran model kooperatif tipe Think

Pair and Share (TPS) pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Fase-1 : Penyampaian tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa.

Fase-2 : Penyajian materi yang akan dipelajari, dan pemberian masalah/

pertanyaan berupa LKS kepada siswa, kemudian siswa

berfikir secara mandiri (tahap thinking).

Fase-3 : Pengorganisasian kelompok belajar, siswa dikelompokkan

secara berpasangan (tahap pairing).

Fase-4 : Proses belajar dalam kelompok kooperatif (tahap sharing)

Page 21: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

21

Fase-5 : Kelompok mempresentasikan hasil belajarnya, guru

mengevaluasi (tahap sharing)

Fase-6 : Penghargaan kelompok.

Dalam penelitian ini model kooperatif Think Pair and Share akan

muncul diantara 6 fase pembelajaran kooperatif tersebut, yaitu langkah 1,

berpikir (thinking) pada fase 2, langkah 2 berpasangan (pairing) pada

fase 3, dan langkah 3 berbagi (sharing) pada fase 4 dan 5.

3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-

Share (TPS).

a. Kelebihan

1). Proses mengajar lebih menarik

2) Membuat pengajaran menjadi lebih jelas sehingga siswa lebih

mudah memahami apa yang telah mereka pelajari

3). Meningkatkan keterampilan berpikir siswa dalam menyelesaikan

masalah

4). Menghilangkan sifat mementingkan diri sendri atau egois

5). Meningkatkan keterampilan berkomunikasi melalui diskusi

kelompok (Sakniah, 2005 )

6). Meningkatkan pandangan siswa terhadap guru yang bukan hanya

pengajar tetapi juga pendidik.

b. Kekurangan

1). Memerlukan waktu yang lebih lama dalam proses pembelajaran.

Page 22: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

22

2). Memerlukan keterampilan guru secara khusus karena guru dapat

mengalami kesulitan dalam membimbing siswa / kelompok yang

memerlukan bimbingan (Sakniah,2005 ).

3). Membutuhkan alat atau fasilitas yang lengkap.

E. Hasil Belajar

Belajar adalah usaha untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Kegiatan

belajar mengajar merupakan proses yang sistematik, yaitu proses yang dilakukan

oleh guru dan siswa di tempat belajar yang saling berinteraksi untuk mencapai

suatu tujuan. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

merupakan kegiatan paling pokok (Martinis Yamin,2007:6).

Selama terjadinya aktivitas belajar guru perlu membantu siswa dalam

memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berfikir untuk mencapai tujuan

yang diharapkan diantaranya adalah peningkatan hasil belajar. Hasil belajar

ditentukan oleh intensitas belajar yaitu adanya usaha yang tekun dari seorang

siswa. Semakin besar intensitas belajar seorang siswa maka akan semakin optimal

pula hasil belajar yang diperoleh.

Menurut Nawawi (2005 : 24) hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan

siswa dalam mencapai materi di sekolah dalam bentuk skor yang diperoleh dari

tes mengenai sejumlah materi tersebut. Sedangkan menurut Taksonomi Benyamin

S.Bloom (Sumarni, 2007 : 14 ) adapun hasil belajar secara umum adalah

perubahan tingkah laku (kemampuan) yang diharapkan terjadi pada siswa setelah

menyelesaikan kegiatan pembelajaran.

Page 23: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

23

Menurut M. Ngalim Purwanto (2002 : 102), ada beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yang di golongkan menjadi dua

golongan, yaitu:

1. Faktor yang ada pada organisme itu sendiri, yang disebut sebagai faktor

individu, sedangkan termasuk faktor individual yaitu:

kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan pribadi.

2. Faktor yang di luar individu yang disebut faktor sosial, yang termasuk dalam

faktor sosial antara lain: alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar,

rumah tangga/keluarga, guru dan cara mengajar, lingkungan dan kesempatan

yang tersedia serta motivasi sosial.

Dari pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa hasil belajar adalah tingkat

keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah melakukan aktivitas dalam

mempelajari sejumlah materi pelajaran pada proses belajar mengajar disekolah

baik berupa angka maupun perubahan tingkah laku. Dalam penelitian ini hasil

belajar yang dimaksud adalah hasil belajar pada materi bunyi dalam bentuk skor

yang diperoleh dari hasil tes setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS).

F. Materi Fisika Tentang Bunyi

1. Materi Bunyi di Universitas

a. Karakteristik Bunyi

Bunyi dihasilkan oleh suatu benda yang bergetar. Getaran sumber

bunyi menimbulkan usikan pada udara di sekitarnya sehingga timbul

Page 24: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

24

perapatan dan perenggangan dalam udara yang merambat ke segala arah

berupa gelombang bunyi (Halliday,1978;657).

Gelombang bunyi merambat di udara karena biasanya getaran

udaralah yang memaksa gendang telinga kita bergetar. Tetapi gelombang

bunyi juga dapat merambat di materi lain. Dua batu yang saling menumbuk di

bawah air dapat didengar oleh perenang dibawah permukaan, karena getaran

dibawa ketelinga oleh air. Jadi, bunyi tidak dapat merambat jika tidak ada

materi. Sebagai contoh sebuah bel yang berdering di dalam botol yang hampa

udara tidak dapat didengar, demikian juga dengan bunyi yang merambat di

luar angkasa.

Laju bunyi berbeda untuk materi yang berbeda. Pada udara di 0oC dan

1 atm, bunyi merambat dengan laju 331 m/s.

Tabel 2.2 Laju bunyi di berbagai Materi pada 20oC dan 1 atm.

Materi Laju (m/s)

Udara 343

Udara (0oC) 331

Helium 1005

Hidrogen 1300

Air 1440

Air laut 1560

Besi dan baja ≈ 5000

Kaca ≈ 4500

Aluminium ≈ 5100

Kayu keras ≈ 4000

(Giancolli, 2001: 408)

Page 25: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

25

Nilai-nilai tersebut dalam beberapa hal bergantung pada temperatur,

betapa hal ini terutama tampak pada gas. Sebagai contoh, di udara laju

bertambah sekitar 0,60 m/s untuk setiap kenaikan temperatur satu derajat

Celciusv ≈ (331 + 0,60 T) m/s

(Giancolli: 2001, 410)

Di mana t adalah temperatur dlam oC, kecuai jika dinyatakan lain, dalam hal

ini akan dianggap bahwa T = 20oC, sehingga v = [331 + (0,60) (20)] m/s

= 343 m/s.

b. Frekuensi Bunyi

Ada dua aspek dari setiap bunyi yang dirasakan oleh pendengaran

manusia mendengar. Aspek ini adalah “kenyaringan” dan “ketinggian”, dan

masing-masing menyatakan sensasi dalam kesadaran pendengar. Tetap untuk

masing-masing sensasi subjektif ini, ada besaran yang bisa diukur secara fisis.

Kenyaringan berhubungan dengan energi pada gelombang bunyi.

Ketinggian bunyi menyatakan apakah bunyi tersebut tinggi, seperti

bunyi suling atau biola, atau rendah, seperti bunyi bass drum atau senar bass.

Besaran fisika yang menentukan ketinggian adalah frekuensi. Frekuensi bunyi

adalah jumlah gelombang bunyi yang terjadi setiap satuan waktu.

sebagaimana ditemukan untuk pertama kali oleh Galileo. Makin rendah

Frekuensi, makin rendah ketinggian, dan makin tinggi frekuensi, makin tinggi

ketinggian 20Hz sampai 20.000 Hz. ( 1Hz adalah 1siklus per detik).

Jangakauan ini disebut jangkauan pendengaran. Satu kecendrungan umum

adalah jika orang bertambah tua, mereka makin tidak bisa mendengar

Page 26: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

26

frekuensi yang tinggi, sehingga batas frekuensi tinggi menjadi 10. 000 Hz

atau kurang.

Gelombang bunyi yang frekuensinya di luar jangkauan yang dapat

terdengar mungkin mencapai telinga, tetapi biasanya tidak menyadarinya.

Frekuensi di atas 20. 000 Hz disebut Ultrasonik. Banyak hewan yang

mendengar frekuensi ultrasonik: anjing, misalnya dapat mendengar bunyi

setinggi 50.000Hz, dan kelelawar dapat mendeteksi frekuensi sampai setinggi

100.000Hz. gelombang ultrasonik memiliki beberapa aplikasi dalam ilmu

kedokteran dan bidang lainya.

Gelombang bunyi yang frekuensinya di bawah jangkauan yang dapat

terdengar (yaitu, lebih kecil dari 20Hz) disebut infrasonik. Sumber

gelombang infrasonik termasuk gempa bumi, guntur, gunung berapi, dan

gelombang yang dihasilkan oleg getaran mesin-mesin yang berat.

c. Intensitas bunyi: Desibel

Seperti ketinggian, kenyaringan merupakan sensasi dalam kesadaran

manusia. Ketinggian juga berhubungan dengan besaran fisika yang dapat

diukur, yaitu intensitas gelombang. Intensitas didefinisikan sebagai energi

yang dibawa seluruh gelombang per satuan waktu melalui satuan luas dan

sebanding dengan kuadrat amplitudo gelombang. Karena energi per satuan

waktu adalah daya, intensitas memiliki satuan daya per satuan luas, atau watt/

meter2 (W/m2). Intensitas semakin besar maka semakin besar bunyi yang

dihasilkan, tetapi untuk menghasilkan bunyi dengan bunyi dua kali lebih

keras dapat memerlukan gelombang bunyi yang mempunyai kira-kira 10 kali

Page 27: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

27

intensitas. Intensitas ini cocok pada setiap tingkat bunyi untuk frekuensi-

frekuensi yang mendekati pertengahan daerah pendengar (Tipler, 1991:514-

515).

Telinga manusia dapat mendeterksi bunyi dengan intensitas serendah

10-12W/m2 dan setinggi 1W/m2 (dan bahkan lebih tiggi, walaupun di atas aini

akan menyakitkan). Ini merupakan jangkauan intensitas yang aur biasa,

mencakup faktor satu trilyun (1012) dari paling rendah sampai paling tinggi.

Untuk menghasilkan bunyi yang terdengar dua kali lebih keras dibutuhkan

gelombang bunyi yang intensitasnya sekitar 10 kali lipat. Hal ini secara kasar

berlaku disetiap tingkat bunyi untuk frekuensi di dekat pertengahan

jangkauan yang bisa di dengar.

Tingkat intensitas bunyi dinyatakan dengan skala logaritmik. Satuan

skala ini adalah bel, dari Alexander Graham Bell (1847-1922), penemu

telepon, atau jauh lebih umum, desibel (dB), yang merupakan 1/10 bel (10 dB

= 1 bel). Tingkat intensitas, β, dari bunyi didefinisikan dalam intensitasnya І,

sebagai berikut:

β (dalam dB = 10 log I

Io

(Giancolli: 2001. 411)

Dimana Io adalah intensitas acuan dan logaritma adalah dari basis 10. I0

biaanya dari intensitas minimum yang dapat didengar orang rata-rata, yatu

“ambang pendengaran” yang bernilai I0 = 1,0 x 10-12 W/m2.P

Page 28: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

28

Gambar 2.1 Bunyi yang dapat didengar terletak dalam daerah yang dibatasi oleh ambang pendengaran dan ambang rasa sakit (Sears, 1982 :525).

d. Sumber-Sumber Bunyi: Senar Yang Bergetar dan Kolom Udara

Semua sumber bunyi adalah benda yang bergetar. Hampir semua

benda dapat bergetar dan dengan demikian merupakan sumber bunyi. Pada

alat musik sumber digetarkan dengan dipukul, dipetik, di gesek, atau ditiup.

Gelombang berdiri dihasilkan dan sumber bergatar pada frekuensi resonan

alaminya. Sumber yang bergetar bersentuhan dengan udara (atau médium

lainnya) dan mendorongnya untuk menghasilkan gelombang bunyi yang

merambat ke luar. Frekuensi gelombang sama dengan sumbar, tetapi laju

dan panjang gelombang bisa berbeda. Sebuah drum memiliki membran

yang diregangkan yang bergetar. Xylophone dan marimba memiliki batang

logam atau kayu yang dapat digetarkan. Alat yang palinjg banyak dipakai

menggunakan senar yang bergetar seperti viola, gitar dan piano

menggunakan kolom udara yang bergetar.

Telah diketahui bahwa ketinggian dari bunyi yang murni

ditentukan oleh frekuensi. Ketinggian biasanya ditentukan oleh frekuensi

resonan paling rendah, frekuensi dasar, yang ditunjukan dengan simpul

Page 29: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

29

tertutup yang hanya ada diujung-ujung. Panjang gelombang nada dasar pada

senar sama dengan dua kali panjang senar tersebut. Dengan demikian

frekuensi dasar adalah f = v/λ = v/2L, dimana v adalah kecepatan

gelombang pada senar. Ketika satu jari diletakan disenar, misalnya pada

gitar atau viola, panjang efektif senar dipendekkan. Jadi frekuensi dasarnya

dan ketinggiannya lebih tinggi karena panjang gelombang dasar lebih

rendah. Senar pada gitar atau viola semuanya memiliki panjang yang sama.

Semuanya mengeluarkan bunyi dengan ketinggian yang berbeda karena

senar memiliki massa persatuan panjang, m/L, yang berbeda, yang

mempengaruhi kecepatan. Dengan demikian, kecepatan pada senar yang

lebih berat lebih rendah dan frekuensi akan lebih rendah unyuk panjang

gelombang yang sama.

L = ½λ1

Harmoni dasar atau pertama f1

L = λ2

Nada tambahan pertama atau harmoni kedua, f2 = 2 f1

L = 3/2 λ3

Nada tambahan pertama atau harmoni kedua, f2 = 2 f1

Gambar 2.2 Gelombang berdiri pada senar hanya tiga frekuensi terendah yang digambarkan. (Giancoly,2001:617)

e. Kualitas Bunyi Dan Kebisingan

Page 30: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

30

Ketika mendengar bunyi terutama bunyi musik, misalnya ketika

piano dan flute dimainkan dengan kenyaringan dan ketinggian yang sama

(katakanlah C tengah), ada perbedaan jelas bunyi secara keseluruhan. Inilah

yang dimaksud dengan kualitas bunyi atau warna bunyi.

Sama seperti kenyarinagan dan ketinggian dapat dihubungkan dengan

besaran yang bisa diukur secara fisik, kualitas juga demikian. Kualitas bunyi

bergantung pada adanya nada tambahan (jumlahnya dan amplitudo

relatifnya). Umumnya ketika suatu not dimainkan pada alat musik, nada

dasar dan nada tambahan akan ada pada waktu yang sama. Gambar 2.2

menunjukan bagaimana superposisi tiga bentuk gelombang , dalam hal ini

dasar dan dua nada tambahan yang pertama (dengan amplitudo tertentu)

akan bergabung untuk menghasilkan bentuk gelombang komposit. Tentu

saja, biasanya ada lebih dari dua nada tambahan. Amplitudo relatif dari

berbagai nada tambahan berbeda untuk alat musik yang berbeda, dan hal

inilah yang memberikan kualitas karakteristik atau timbre pada setiap alat

musik.

Jumlah ketiganya

Page 31: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

31

Gambar 2.3 Amplitudo Nada dasar dan nada tambahan pertama dijumlahkan ada tiap titik untuk mendapatkan “jumlah” atau bentuk gelombang komposit.

f.Pemantulan Bunyi

Bila suatu gelombang datang pada suatu permukaan batas yang

memisahkan dua daerah dengan laju gelombang berbeda, maka sebagaian

gelombang akan dipantulkan dan sebagian yang lain akan ditransmisikan.

Ini terjadi ketika suatu gelombang bunyi di udara menumbuk suatu

permukaan padat atau cair. Berkas yang terpantul membentuk sudut dengan

garis normal permukaan yang besarnya sama dengan sudut berkas yang

datang, sebaliknya, berkas yang ditransmisikan akan dibelokkan atau

menjauh dari garis normal bergantung pada laju gelombang medium datang

(Tipler, 1991:532).

Gambar 2.4 Gelombang yang mengenai suatu permukaan batas antara dua medium yan laju gelombangnya berbeda. Sebagian gelombang akan dipantulkan dan sebagian yang lain akan ditransmisikan. Perubahan arah berkas transmisi disebut refraksi (pembiasan) (Tipler, 1991:532).

g. Efek Doppler

Page 32: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

32

Efek doppler dialami ketika ada suatu gerak relatif antara sumber

gelombang dan pengamat. Ketika sumber bunyi dan pengamat bergerak

saling mendekati, pengamat mendengar frekuaensi bunyi yang lebih tinggi

daripada frekuensi bunyi yang dipancarkan sumber tanpa adanya gerak

relatif. Ketika sumber bunyi dan pengamat bergerak saling menjauhi,

pengamat mendengar frekuensi bunyi yang lebih rendah daripada frekuensi

sumber bunyi tanpa adanya gerak relatif. (Kanginan M, 2007: 58)

Jika cepat rambat di udara adalah v, kecepatan pendengar

(pengamat) dan kecepatan sumber bunyi terhadap tanah, masing-masing

adalah vp dan vs, frekuensi yang dipancarkan sumber bunyi adalah fs, maka

frekuensi yang didengar oleh pendengar (pengamat) adalah:

fp = v - vp fs

v- vs

Pada persamaan tersebut, cepat rambat bunyi (v) selalu bertanda

positif, sedangkan vs dan vp bertanda positif jika searah dengan arah sumber

(s) ke pendengar (P), dan untuk bertanda negatif jika berlawanan arah.

(Lihat gambar 2.5) Untuk sumber diam, vs = 0, dan untuk pendengar diam,

vp = 0.

Persamaan Efek Doppler tersebut diperoleh dengan mengabaikan

kecepatan angin vw (vw dianggap nol). Jika kecepatan angin cukup berarti

sehingga tak dapat diabaikan, maka kecepatan angin vw harus dimasukan ke

dalam persamaan efek doppler. Dengan demikian efek doppler dengan

memasukan pengaruh angin adalah:

Page 33: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

33

fp = ( v – vw ) – vp fs

( v + vw ) – vs

(Kanginan, M. 2007:58)

Perjanjian tanda untuk vw sama seperti vw dan vw yaitu positif jika searah

dengan arah dari sumber ke pendengar.

Gambar 2.5 tanda Positif atau negatif vs dan vp selalu ditetapkan berdasarkan arah dari S ke P yang ditetapkan positif. (Kanginan M. 2007:59)

h. Aplikasi Bunyi Dalam Kehidupan Sehari-hari

1). Aplikasi Dalam bidang Kedokteran

Gelombang frekuensi ultrasonik mempunyai manfaat dalam

bidang kedokteran yaitu digunakan untuk diagnosa dan pengobatan.

Pengobatan meliputi penghancuran jaringan yang tidak diinginkan oleh

tubuh, misalnya tumor dan batu ginjal. Penghancuran jaringan yang

tidak diinginkan tersebut dilakukan dengan menggunakan gelombang

ultrasonik dinamakan dengan pemeriksaan USG (ultasonografi) pada

intensitas yang sangat tinggi (setinggi 107 W/m2) yang difokuskan pada

jaringan yang tidak diinginkan tersebut. (Giancolli, 2001: 435).

Penggunaaan gelombang ultrasonik juga digunakan oleh dokter

gigi. Getaran-getaran ultrasonik dapat mengguncang kotoran dan plak

Page 34: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

34

(karang) gigi sehingga terlepas dari gigi. Pemerikasaan kehamilan

dengan menggunakan (ultrasonografi) atau USG dapat melihat keadaan

janin dalam perut. Ultrasonik jauh lebih aman daripada sinar-X yang

dapat menimbulkan ionisasi. Karena itu, ultrasonik dapat digunakan

terus-menerus. (Kanginan, 2006:180).

2). Aplikasi Dalam Bidang Industri

Dalam bidang industri, dikenal istilah pantulan bunyi dan

navigasi atau dikenal dengan istilah sonar (Sound Navigation And

Ranging) yang digunakan dalam pembuatan kacamata tunanetra,

mengukur kedalaman laut, mendeteksi retak-retak pada sruktur logam,

mencuci benda dengan ultrasonik, survei geofisika dan pengaturan

fokus kamera (Kangingan, 2004: 199).

2. Materi Bunyi Di SMP

a. Pengertian Bunyi

1). Bunyi adalah Gelombang Longitudinal

Benda yang bergetar dapat menimbulkan bunyi. Benda tersebut dapat

disebut sumber bunyi. Getaran yang dihasilkan sumber getar hanya berupa

gerakan maju mundur disekitar posisi setimbangnya. Gerakan ini

mengakibatkan molekul-molekul udara pada suatu saat terdorong

mendekat (rapatan) dan pada saat yang lain molekul-molekul udara

terdorong menjauh (renggangan). Rapatan dan rengganagan menjalar ke

segala penjuru. Molekul-molekul udara hanya bergetar maju mundur di

Page 35: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

35

sekitar posisi setimbangnya dan tidak ikut merambat. Jadi, gelombang

bunyi tergolong gelombang logitudinal.

2). Gelombang bunyi merambat memerlukan medium

Gelombang bunyi dapat didengar apabila ada zat antara atau

medium untuk merambat sampai ke telinga. Setiap hari, pada saat

bercakap-cakap atau ketika hujan, sering terdengar suara petir. Hal ini

menunjukkan bahwa bunyi dapat merambat melalui udara. Selain itu,

bunyi dapat merambat melalui zat padat dan zat cair.

3). Bagaimanakah Bunyi dapat terdengar ?

Bunyi ditimbulkan oleh benda-benda yang bergetar, sehingga

syarat terjadinya bunyi adalah adanya benda yang bergetar. Astronaut

yang berada di hanya dapat berkomunikasi dengan bantuan alat

komunikasi meskipun jarak mereka berdekatan. Percakapannya

dilakukan dengan menggunakan bahasa isyarat. Gaya gravitasi yang

kecil menyebabkan di permukaan bulan tidak ada udara. Dengan kata

lain tidak ada medium yang merambatkan bunyi (hampa udara).

Masih ada satu syarat lagi agar bunyi dapat didengar, yaitu ada

pendengar atau penerima.

Dengan demikian syarat terjadi dan terdengarnya bunyi adalah :

- Ada sumber bunyi (benda yang bergetar)

- Ada medium yang merambatkan bunyi

- Ada penerima (pendengar)

b. Cepat Rambat Bunyi

Page 36: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

36

Bunyi memiliki cepat rambat yang terbatas. Bunyi memerlukan

waktu untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Cepat rambat

bunyi jauh lebih kecil dibandingkan dengan cepat rambat cahaya. Pada

saat terjadi petir, terlihat kilatan cahaya petir yang muncul lebih dulu.

Beberapa saat kemudian bunyi gemuruh petir baru terdengar. Sebenarnya,

kilat dan bunyi petir muncul pada saat yang bersamaan. Namun, kilat

merambat dalam bentuk gelombang cahaya, sedangkan bunyi merambat

dalam bentuk gelombang bunyi. Oleh karena itulah bunyi petir mencapai

pengamat lebih lambat daripada kilat.

Umumnya bunyi sampai ke telingga karena bunyi merambat

melalui udara (gas). Akan tetapi bunyipun dapat merambat melalui zat cair

dan zat padat.

Tabel 2.3 Cepat Rambat Bunyi Bergantung Pada suhu Udara

Suhu Cepat Rambat

0oC 332 m/s

15oC 340 m/s

25oC 347 m/s

Tabel 2.3 di atas menunjukan bahwa cepat rambat bunyi bergantung

pada suhu udara. Makin tinggi suhu udara, makin besar cepat rambat bunyi.

Karena bunyi merupakan salah satu jenis gelombang, cepat rambat

bunyi juga memenuhi persamaan cepat rambat gelombang.

Jika gelombang bunyi menempuh jarak s selama selang waktu t,

maka akan memenuhi hubungan :

Page 37: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

37

(Mikrajudin Abdullah, 2007:114)

Dengan s = jarak tempuh (m)

t = waktu (s)

v = cepat rambat bunyi (m/s)

Telah diketahui bahwa selama satu periode gelombang menempuh

jarak sejauh satu penjang gelombang. Dengan demikian, jika t = T, maka

s = λ. Oleh karena itu, bentuk lain ungkapan cepat rambat gelombang

adalah:

oleh karena itu maka v = λ f

(Mikrajudin Abdullah, 2007:114).

Cepat rambat bunyi dipengaruhi oleh jenis medium perambatannya.

Medium udara, air, zat padat dan suhu akan menghasilkan cepat rambat

bunyi yang berbeda-beda. Semakin padat suatu medium makin rapat pula

partikel dalam medium dan makin kuat gaya kohesi diantara partikel

medium tersebut. Sehingga suatu bagian dari medium yang bergetar akan

menyebabkan bagian lain ikut bergetar secara cepat.

Demikian pula dengan suhu suatu medium. Makin tinggi suhu suatu

medium, makin cepat getaran partikel-partikel dalam medium tersebut,

sehingga proses perpindahan getaran semakin cepat. Berikut ini tabel cepat

rambat bunyi berbeda-beda pada medium yang kepadatan dan suhu berbeda

Tabel 2.4 Cepat Rambat bunyi pada beberapa medium

Page 38: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

38

Medium Cepat Rambat Bunyi (m/s)

Udara (0oC) 331

Udara(15oC) 340

Udara (25oC) 347

Gas Hidrogen (0oC) 1 286

Gas Oksigen (0oC) 317

Air (25oC) 1 490

Air laut (25oC) 1 530

Timbal (20oC) 1 230

Aluminium (20oC) 5 100

Tembaga (20oC) 3 560

Besi (20oC) 5 130

Batu Granit 6 000

( Mikrajudin Abdullah, 2007: 115)

c. Batas Pendengaran Manusia

Manusia dapat mendengar bunyi karena mempunyai alat penerima bunyi,

yaitu telinga. Bunyi-bunyi yang terdengar masuk melalui lubang telinga,

kemudian akan menggetarkan gendang telinga dan menghasilkan

gelombang sinyal. Gelombang sinyal ini menjadi kejutan syaraf pada

rumah siput yang akan dikirim ke otak untuk diterjemahkan.

Kemampuan telinga manusia untuk mendengar bunyi yang terbatas.

Telinga manusia normal umumnya hanya dapat mendengar bunyi dengan

frekuensi antara 20- 20000Hz yang disebut audiosonik. Gendang telinga

manusia hanya dapat menghasilkan gelombang listrik syaraf yang dapat

diterjemahkan otak jika bergetar dengan frekuensi dalam jangkauan

Page 39: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

39

audiosonik. Namun beberapa orang yang memiliki pendengaran tajam dapat

saja mendengar bunyi dengan frekuensi di bawah 20 Hz atau di atas 20.000

Hz. Hal itu sebagai pengecualian saja. seiring bertambahnya usia,

kemampuan pendengaran manusia berkurang, apalagi kalau sering

mendengar suara yang bising dan gaduh, misalnya suara mesin pabrik,

kendaraan bermotor, suara pesawat atau konser-konser musik.

Gambar 2.6 Batas pendengaran manusia ada pada frekuensi 20 – 20.000Hz (Sumarwan, 2007:162).

Bunyi dengan frekuensi di bawah 20Hz disebut infrasonik (infra

artinya lebih rendah). Sedangkan bunyi dengan frekuensi di atas 20000Hz di

sebut ultrasonik (ultra artinya lebih tinggi). Bunyi infrasonik dihasilkan

oleh bergetarnya benda-benda berukuran besar, seperti gempa bumi dan

getaran mesin-mesin besar di pabrik dan kendaraan berat di jalanan seperti

bunyi rel kereta api pada saat kereta api mau lewat. Ketika kereta api akan

tiba, terdengar suara gemuruh dari kereta, walaupun keretanya belum

terlihat. Selain itu bunyi infrasonik terjadi pada gunung yang akan meletus.

Ketika akan terjadi gempa atau gunung meletus, ada hewan-hewan tertentu

yang sudah dapat mendeteksi getaran yang dihasilkan sehingga hewan

tersebut akan lari mencari tempat yang aman.

Page 40: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

40

Meskipun telinga manusia tidak mampu menangkap gelombang

bunyi infrasonik dan ultrasonik, hewan-hewan tertentu mampu menangkap

gelombang tersebut. Hewan-hewan itu memiliki kepekaan luar biasa

misalnya: jangkrik, anjing, lumba-lumba, dan kelelawar dapat mendengar

infrasonik. Kelelawar juga dapat menghasilkan dan mendengar bunyi

ultrasonik. Getaran ultrasonik merambat lebih cepat daripada kecepatan

terbang kelelawar.

Dengan memancarkan bunyi ultrasonik dan menangkap kembali

pantulannya, kelelawar dapat mengetahui jarak benda yang ada didepannya.

Jika benda waktu kembalinya pancaran ultrasonik cukup lama berarti jarak

benda didepan kelelawar masih cukup jauh, sehingga masih aman untuk

terbang lurus. Jika benda waktunya relatif singkat berarti jarak benda

di depan kelelawar sangat dekat.

Oleh karena itu kelelawar membelokan arah terbangnya. Dengan

cara ini kelelawar dengan gesit dapat terbang di malam hari tanpa

mengalami tabrakan. Selain kelelawar, ajing pun dapat mendengar bunyi

ultrasonik. Karena dapat mendengar bunyi infrasonik maupun ultrasonik,

anjing sering digunakan untuk penjaga rumah.

Gambar 2.7 Kelelawar dapat mendengar bunyi ultrasonik dan infrasonik. (Mikrajudin Abdullah, 2007: 115)

Page 41: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

41

1). Manfaat Getaran ultrasonik

Dalam era modern dewasa ini ultrasonik dapat diterapkan dalam

berbagai bidang, yaitu:

a) Sistem Pertahanan

Ultrasonik dimanfaatkan dalam alat sonar (sound navigation and

ranging), yaitu sebagai alat detektor di bawah air. misalnya ultrasonik

dipasang pada kapal pemburu untuk mengetahui posisi kapal selam

atau sebaliknya dipasang pada kapal selam untuk mengetahui

kedudukan kapal di permukaan laut

b). Kesehatan

Fungsi ultrasonik hampir menyerupai sinar-X, yaitu untuk melihat

organ-organ tubuh bagian dalam, khususnya organ tubuh yang tidak

boleh dilihat dengan sinar-X, misalnya janin dalam rahim. Alat

kesehatan itu dinamakan Ultrasonography (USG).

c). Industri

Dalam industri ultrasonik digunakan untuk meratakan campuran susu

agar homogen, membersihkan benda yang halus, meratakan campuran

besi dan timah yang dilebur dalam industri logam, untuk sterilisasi

pada pengawetan makanan dalam kaleng dan sebagainya.

d. Hal – hal yang Mempengaruhi Nada Bunyi

Nada yang dihasilkan oleh benda yang bergetar terdengar berbeda-

beda. Ada yang keras, lembut, tinggi, atau rendah.

1) Frekuensi bunyi

Page 42: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

42

Setiap gelombang selalu mempunyai panjang gelombang, fekuensi

atau periode da amplitudo gelombang. Frekuensi adalah banyaknya getaran

setiap sekon, dengan satuan getaran per sekon atau hertz dan dilambangkan

Hz. Contonya frekunsinya adalah pada saat kamu berteriak, tenggorokan

akan bergetar lebih banyak dibanding kamu bicara pelan. Artinya, makin

banyak getaran dalam setiap sekon atau makin besar frekuensi, makin tinggi

suara atau nada. Jadi, nada bunyi bergantung pada frekuensi sumber bunyi

(Sumarwan, 2007:164). Semakin besar frekuensi makin tinggi nada dan

semakin kecil frekuensi sumber bunyi, makin rendah nada.

(a) Bunyi yang rendah (b) bunyi yang tinggi

Gambar 2.8 Frekuensi bunyi dipengaruhi oleh jumlah getaran. (a) bunyi yang rendah, makin sedikit jumlah getaran, makin rendah frekuensi dan makin rendah nadanya, (b) bunyi yang tinggi, makin banyak jumlah getaran, makin tinggi frekuensi dan makin tinggi nadanya (Sumarwan, 2007:164).

Secara eksperimen, hubungan antara frekuensi dan nada dapat

dilihat pada layar osiloskop. Gambar (2.7) menunjukkan perbedaan

bentuk gelombang nada yang tinggi dan nada yang rendah. Terlihat

bahwa nada yang tinggi (kanan) memiliki getaran yang lebih banyak

(frekuensi lebih tinggi) daripada nada yang rendah (kiri).

Page 43: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

43

Persamaan λ yang menyatakan bahwa panjang gelombang

(λ) berbanding terbalik dengan frekuensi (Kanginan, 2002:168). Jadi,

nada tinggi dihasilkan oleh frekuensi tinggi sama artinya dengan nada

tinggi dihasilkan oleh panjang gelombang yang pendek. Nada rendah

yang dihasilkan oleh frekuensi rendah sama artinya dengan nada rendah

dihasilkan oleh panjang gelombang yang panjang.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Marsenne,

menyimpulkan empat faktor yang mempengaruhi frekuensi alami

sebuah senar atau kawat. Kesimpulannya itu disebut Hukum Marsenne

yang berbunyi sebagai berikut :

(1) Frekuensi berbanding terbalik dengan panjang senar (l). Makin panjang senar makin kecil frekuensinya.

(2) Frekuensi berbanding terbalik dengan akar massa jenis senar (ρ). Senar yang ringan (massa jenisnya kecil) memiliki frekuensi tinggi, dan senar yang berat (massa jenisnya besar) memiliki frekuensi rendah.

(3) Frekuensi berbanding terbalik dengan akar luas penampang senar (A). Senar yang tebal memiliki frekuensi rendah, senar yang tipis memiliki frekuensi tinggi.

(4) Frekuensi sebanding akar tegangan senar (T). Senar yang kencang (tegangannya lebih besar) memiliki frekuensi lebih tinggi, dan senar yang kendur (tegangannya lebih rendah) memiliki frekuensi lebih rendah.

2). Tinggi Rendah Bunyi.

Setiap sumber bunyi mengeluarkan bunyi dengan frekuensi

tertentu tetapi bunyi yang dapat didengar manusia umumnya terdiri dari

gabungan getaran dan berbagai macam frekuensi. Ada juga sumber bunyi

yang menghasilkan frekuensi yang berubah-ubah atau tidak teratur.

Page 44: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

44

Makin tinggi frekuensi sumber bunyi, maka makin tinggi bunyi yang

dihasikan. Bunyi yang sangat tinggi dapat menyebabkan telinga sakit.

Ketika mencapai telinga, bunyi yang tinggi menyebabkan gendang

telinga bergetar cepat. Akibatnya, gendang telinga terasa nyeri.

3). Kuat lemah Bunyi

Untuk frekuensi yang sama, ada bunyi yang terdengar keras dan

ada yang terdengar lemah. Jika suatu garpu tala yang digetarkan secara

perlahan atau dengan kuat, frekuensi yang dihasilkan tetap sama. Tetapi

garpu tala yang digetarkan dengan kuat menghasilkan suara yang lebih

keras. Perbedaan garpu tala yang digetarkan perlahan dan yang

digetarkan keras-keras adalah pada simpangannya. Simpangan garpu tala

yang digetarkan keras-keras besar sehingga amlitudo gelombang yang

dihailkan juga besar. Dengan kata lain, kuat lemahnya bunyi ditentukan

oleh amplitudonya. Makin besar amplitudo bunyi maka makin kuat bunyi

tersebut.

4). Kualitas Bunyi

Pada saat mendengar bunyi dua alat musik, misalnya gitar dan

trombón, yang dimainkan pada nada yang sama (misalnya nada C), dapat

dibedakan dengan jelas suara gitar dan suaru trombón. Meskipun

memainkan nada yang sama, gitar dan trombón memiliki karakter bunyi

yang khas. Inilah yang disebut kualitas bunyi. Kualitas bunyi sering

disebut timbre atau warna bunyi, kualitas bunyi inilah yang membedakan

bunyi yang dikeluarkan oleh berbagai henis alat musik.

Page 45: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

45

e. Resonansi

Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena di

dekatnya ada getaran yang frekuensinya sama dengan frekuensi alamiah

benda tersebut.

Gambar 2.9 Resonansi ayunan. (Mikrajudin Abdullah, 2007: 119.

Ketika bandul A diayunkan, maka lama-kelamaan bandul C ikut berayun,

sedangkan bandul yang lainnya diam. Jika bandul B yang diayunkan, hanya

bandul D yang ikut berayun seirama dengan B. Jadi, hanya bandul yang

panjang benangnya sama atau frekuensinya sama yang ikut berayun.

1). Resonansi berbagai alat musik

Beberapa alat musik yang berkaitan dengan penggunaan prinsip

resonansi.

a). Gamelan

Gamelan terdiri dari kotak resonansi yang di atasnya terdapat

lempengan-lempengan logam yang berfungsi sebagai penghasil getaran

jika dipukul. Apabila lempeng logam gamelan dipukul, getarannya

menyebabkan udara yang ada di bawahnya ikut bergetar atau beresonansi

A B C

D

E

Page 46: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

46

sehingga menghasilkan nada yang lebih tinggi. Yang termasuk gamelan

antara lain: saran, gambang, gender, dan gong.

b). Alat musik pukul

Gendang tambur dan rebana termasuk alat musik pukul yang

menggunakan selaput tipis. Di bagian sisi atau bawahnya diberi lubang

agar udara di dalamnya bebas bergetar. Apabila gendang atau tambur

dipukul, selaput tipisnya bergetar dan udara di dalamnya beresonansi.

Selaput tipis sangat mudah beresonansi, sumber getar yang

frekuensinya lebih besar ataupun lebih kecil dapat menyebabkan selaput

tipis ikut bergetar. Jadi tidak selalu frekuensi kedua benda harus sama.

Telinga manusia memiliki selaput tipis, yaitu selaput gendang

telinga. Selaput itu mudah sekali bergetar apabila di luar terdapat sumber

getar meskipun frekuensinya tidak sama dengan frekuensi selaput

gendang telinga.

c). Alat musik tiup

Yang termasuk alat musik tiup adalah seruling, terompet,

klarinet, trombon, dan saksofon. Apabila ditiup, kolom udara di

dalamnya beresonansi. Perbedaan antara alat musik tiup yang satu

dengan yang lain terletak pada cara mengubah panjang kolom udara

dalam pipa.

d). Alat musik petik/gesek

Apabila senar getar dipetik, getaran sinar menyebabkan udara

dalam kotak gitar beresonansi. Hal itu juga terjadi pada biola.

Page 47: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

47

2) Kerugian akibat resonansi

Resonansi sangat menguntungkan karena dapat memperkuat bunyi

aslinya. Dengan demikian, alat-alat musik dapat dibuat dengan

memanfaatkan efek resonansi. Namun, di balik itu dapat terjadi beberapa

kerugian, antara lain sebagai berikut:

a). Bunyi ledakan bom dapat memecahkan kaca walaupun kaca tidak

terkena langsung pecahan bom.

b) .Amplitudo resonansi yang besar yang dihasilkan dari sumber getar,

misalnya getaran mesin pabrik dan kereta api, dapat meruntuhkan

bangunan.

c). Sepasukan prajurit tidak boleh melintasi jembatan dengan cara berbaris

dengan langkah yang bersamaan sebab amplitudo resonansi yang

ditimbulkannya menjadi bertambah besar sehingga dapat meruntuhkan

jembatan.

Salah satu contoh kerugian akibat resonansi adalah kejadian yang

menimpa jembatan gantung Selat Tacoma di Washington, Amerika Serikat.

Pada tanggal 1 Juli 1940 hanya empat bulan setelah peresmian, jembatan itu

ditiup angin sehingga menimbulkan getaran. Karena getaran menimbulkan

resonansi pada jembatan, akhirnya jembatan bergoyang dan patah.

f. Pemantulan Bunyi

Mengapa bunyi (suara) di ruang tertutup terdengar lebih keras

daripada di ruang terbuka? Mengapa jika seseorang berteriak di sekitar

tebing seperti ada yang menirukan suaranya? Peristiwa-peristiwa seperti ini

Page 48: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

48

merupakan akibat adanya pemantulan bunyi. Bunyi termasuk gelombang

dan salah satu sifat gelombang adalah dapat mengalami pemantulan.

Dengan demikian, bunyipun dapat mengalami pemantulan jika menemui

permukaan yang keras.

Ketika berteriak ditengah lapangan, teriakan tidak akan kembali

terdengar. Sebaliknya, ketika berteriak di dalam ruangan atau depan tebing,

suara yang baru diucapkan akan terdengar kembali meskipun lebih lemah

daripada aslinya.

Hukum Pemantulan bunyi:

1)Bunyi datang (AP), garis normal (QP), dan bunyi pantul (PB) terletak

pada satu bidang, dan ketiganya berpotongan pada satu titik (titik P).

2) Sudut pantul sama dengan sudut datang ( r = i).

(Kanginan, 2006:176)

Gambar 2.10. Hukum Pemantulan Bunyi (Kanginan, 2006:177)

Sudut datang adalah sudut antara bunyi datang dan garis normal. Sudut pantul

adalah sudut antara bunyi pantul dan garis normal (Kanginan, 2006:177).

1) Jenis-jenis Bunyi Pantul

a) Gaung

Gaung adalah bunyi pantulan yang sebagian terdengar bersamaan

dengan bunyi asli sehingga bunyi asli menjadi tidak jelas. Untuk

Page 49: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

49

menghilangkan gaung di dinding harus dilengkapi dengan bahan

peredam bunyi. Bunyi yang mencapai dinding akan diredam sehingga

bunyi yang dipantulkan menjadi sangat lemah. Walaupun gaung tetap

pada, namun karena sangat lemah, bunyi asli tidak mengalami

gangguan yang berarti.

Contoh gaung:

Suara asli fi – si – ka

Suara pantulan fi – si – ka

Suara yang terdengar fi ka

b). Gema

Gema adalah bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli selesai

diucapkan. Gaung terjadi jika letak pantul cukup jauh dari sumber

bunyi.

Berikut contoh terjadinya gema:

Suara asli fi – si – ka

Suara pantulan fi – si – ka

Suara yang terdengar fi – si - ka – fi – si – ka

c). Bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli

Jika jarak dinding pantul sangat dekat dengan sumber bunyi, waktu yang

diperlukan bunyi pantul untuk kembali sangat singkat. Oleh karena

itu, bunyi pantul yang terdengar dapat dianggap bersamaan dengan

bunyi asli. Karena diperkuat oleh bunyi pantul, bunyi asli akan

terdengar lebih nyaring. Dalam peristiwa ini bunyi pantul memperkuat

Page 50: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

50

bunyi asli. Itulah sebabnya ketika bernyanyi di kamar mandi, suara

terdengar lebih nyaring. Konser musik di ruang tertutup juga terdengar

lebih keras.

2). Manfaat bunyi pantul

a). Mengukur cepat rambat bunyi

b). Mengukur kedalaman laut

Untuk mengukur kedalaman laut, dilakukan dengan cara memancarkan bunyi

ke dasar laut. Di dasar kapal diberi detektor untuk mendeteksi bunyi

pantul yang dipancarkan dari dasar laut. Dengan mengukur waktu

yang diperlukan sejak bunyi dipancarkan sampai ditangkap detektor.

Maka kedalaman laut dapat ditentukan menggunakan rumus:

(Mikrajuddin Abdullah, 2007: 125)

c). Mengetahui kandungan ikan di bawah laut

d). Mengukur panjang lorong goa

Untuk mengukur kedalaman suatu gua yang belum pernah dijamah

manusia, dapat dilakukan dengan menggunakan gelombang bunyi.

Gelombang bunyi tersebut dipancarkan dari mulut gua kemudian

gelombang tersebut akan dipantulkan jika mengenai dinding gua.

d = kedalam laut (m)

d = t = waktu (s)

v = kecepatan bunyi dalam air

Page 51: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

51

Dengan mengukur waktu yang diperlukan gelombang kembali ke

pengirim dapat ditentukan panjang goa tersebut.

e). Menyelidiki lapisan bumi

f). Menyelidiki kerusakan logam

G. Pelaksanaan Pembelajaran Bunyi Dengan Menggunakan Model

Kooperatif Think-Pair-Share (TPS)

Adapun pelaksanaan pembelajaran setiap siklus dalam penelitian ini

dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Perencanaan Awal

Sebagai acuan dari perencanaan awal peneliti berdiskusi dengan guru mata

pelajaran fisika untuk merencanakan strategi pembelajaran di kelas VIIIA.

Peneliti dan guru mengumpulkan catatan hasil pengamatan dari proses

pembelajaran. Proses pembelajaran direncanakan dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share (TPS) sebagai

upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIB. Strategi

pembelajarannya dengan mengoptimalkan model pembelajaran yang telah

direncanakan dalam penyampaian materi pembelajaran serta peran aktif

siswa baik secara individu maupun kelompok dalam mengikuti proses

pembelajaran.

2. Menyusun Strategi Pembelajaran

Guru bersama peneliti menyusun strategi pembelajaran yang berkaitan

dengan waktu yang tersedia untuk menyampaikan materi pembelajaran yang

Page 52: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

52

telah direncanakan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif Think-

Pair-Share (TPS).

3. Penyajian Materi pembelajaran

Guru bersama peneliti membagi kelompok menjadi 19 kelompok. Masing-

masing kelompok beranggotakan 2 orang yang membahas tugas yang sama.

Setiap anggota bertanggung jawab untuk mendiskusikan dan membahas

secara bersama dalam kelompok mengenai topik yang diberikan oleh guru.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share(TPS)

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pendahuluan

Fase I

1) Guru mempersiapkan materi yang direncanakan untuk pembelajaran

kooperatif teknik Think-Pair-Share (TPS).

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa

b. Kegiatan Inti

Fase II

1) Guru menyampaikan aturan proses pembelajaran

2) Guru menyajikan materi kepada siswa dengan pemberian masalah /

pertanyaan

3) Guru memberikan LKS dan menjelaskan cara menggunakannya

4) Masing-masing siswa diminta mempelajarai LKS tersebut

5) Siswa diminta berpikir dan bekerja secara mandiri atas pertanyaan

soal tersebut beberapa saat.

Page 53: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

53

Fase III

6) Guru mengelompokkan siswa untuk bekerja secara berpasangan.

Fase IV

7) Siswa diminta untuk mendiskusikan LKS dengan pasangannya,

saling memberikan pendapat dalam kelompoknya untuk menjawab

LKS dengan bimbingan guru.

8) Guru memantau kegiatan siswa dengan berkeliling dan mampir

disetiap kelompok.

Fase V

9) Dengan cara diacak, beberapa pasang kelompok siswa diminta untuk

mempresentasikan jawaban dari pertanyaan/masalah tadi (presentasi

dilakukan secara bergiliran/pasangan demi pasangan).

10) Guru mengarahkan hasil diskusi untuk membahas materi

c. Penutup

Fase VI

1) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil

menjawab pertanyaan dengan baik

2) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah

dipelajari.

4. Melakukan Pengamatan Kelas

Peneliti melakukan pengamatan selama berlangsung proses pembelajaran di

kelas dan mencatat prilaku siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar.

5. Melakukan Refleksi

Page 54: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

54

Dari hasil pengamatan yang diperoleh dilakukan refleksi, guru

bersama peneliti melakukan diskusi tentang temuan maupun masalah-

masalah yang direncanakan oleh guru tentang pemahaman materi yang

disampaikan, keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapat, menjawab

pertanyaan, mempresentasikan hasil diskusi dan menyempurnakan jawaban

dari setiap kelompok. Selanjutnya dari hasil refleksi yang telah dilakukan,

guru menindaklanjuti hasil pengamatan dengan serangkaian rencana

tindakan yang perlu dilakukan pada pertemuan berikutnya.

6. Membuat Rencana Lanjutan

Berdasarkan hasil refleksi di atas, guru bersama peneliti menyusun

rencana tindakan selanjutnya dengan melakukan perbaikan serta

penyempurnaan dalam perencanaan tindakan yang dilakukan sebelumnya.

Page 55: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

55

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas.

Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru fisika di SMP.

B. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMPN 4 Ketapang dengan

subjek penelitian adalah siswa kelas VIIIA, yang merupakan kelas dengan nilai

rata-rata kelas paling rendah. yang terdiri dari 38 siswa dengan komposisi

perempuan 23 siswa dan laki-laki 15 siswa.

C. Teknik dan Alat Pengumpul Data

1. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

a. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk melihat dan menilai proses

kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. Lembar observasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi hasil

pengamatan dan refleksi kegiatan pembelajaran pada guru dan siswa. Hal

ini bertujuan untuk menilai dan melihat apakah guru tersebut sudah

melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan perangkat pembelajaran

yang digunakan dan langkah – langkah dalam pembelajaran teknik Think-

Pair-Share ( TPS ). Sedangkan pada siswa lembar observasi bertujuan

Page 56: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

56

untuk melihat dan menilai apakah siswa tersebut berperan aktif selama

proses pembelajaran berlangsung dan apakah sudah sesui dengan langkah

– lamgkah pembelajaran teknik Think-Pair-Share ( TPS ).

b. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok

(Arikunto, 2006). Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian

ini berupa tes objektif. Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya

dapat dilakukan secara objektif (Arikunto, 2007). Adapun kebaikan-

kebaikan dari tes berbentuk objektif adalah :

1) Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih

representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat

dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi

maupun segi guru yang memeriksa

2) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat

menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.

3) Pemeriksaannya dapat diserahkan orang lain

4) Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi

(Arikunto, 2007)

Tes diberikan sebelum dan sesudah pembelajaran. Soal tes yang

dibuat divalidasi dan direliabilitas sebelum diuji coba untuk menilai

kelayakan pemakaian di lapangan. Penulisan butir soal, dimulai dengan

Page 57: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

57

penulisan kisi-kisi soal dengan berpedoman pada KTSP (Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan). Kisi-kisi soal memuat standar kompetensi

dasar, indikator dan nomor soal. Soal yang telah dibuat diberi kunci

jawaban dan pedoman penskoran

D. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah tes dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang di inginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang

diteliti secara tepat (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini, validitas yang

digunakan adalah validitas isi dengan penilaian menggunakan pedoman telaah

butir soal.

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi, apabila mengukur tujuan

khusus tertentu yang sesuai dengan materi atau isi pelajaran yang akan diberikan

(Arikunto, 2007). Agar tes yang dibuat memiliki validitas isi, maka dalam

penyusunan tes peneliti berpedoman pada kurikulum dan isi bahan pelajaran pada

materi bunyi.

Untuk melihat validitas tes, maka seperangkat tes yang telah disusun dan

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing divalidasi oleh tiga orang validator

(penilai) yang terdiri dari dua orang dosen fisika dan satu orang guru fisika.

Dalam memberikan penilaian, para validator dapat memberikan penilaian berupa

komentar atau saran terhadap soal tes. Atas dasar komentar atau saran dari

validator, selanjutnya dilakukan revisi.

Page 58: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

58

Setelah divalidasi dengan dua orang dosen fisika, peneliti melakukan

revisi, yaitu memperbaiki konteks bahasa yang digunakan pada soal pre-test

dan pos-test siklus I dan siklus II.

E. Reliabilitas

Suatu alat ukur yang baik adalah alat pengukur yang mempunyai

reliabilitas yang tinggi, artinya setiap kali alat pengukur digunakan untuk

mengukur hal yang sama, hasil pengukurannya tetap. Reliabilitas butir soal tidak

dapat dipertimbangkan, reliabilitas hanya dapat diketahui melalui uji coba

(Arikunto, 2007).

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes, maka tes yang telah dinyatakan

valid diuji cobakan terlebih dahulu pada siswa yang telah mempelajari materi

bunyi. Oleh karena tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berbentuk

objektif, maka rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat reliabilitas yaitu

rumus KR-20 (Arikunto, 2007), sebagai berikut :

r11 = k S2 - ∑ pq

k–1 S2

Keterangan :

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

p = Proporsi subjek yang menjawab item/soal benar

q = Proporsi subjek yang menjawab item/soal salah (q= 1-p)

∑pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

k = Banyak item/soal

S2 = Varians

Page 59: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

59

(Arikunto, 2007)

Berdasarkan kriteria yang diinterpretasikan sebagai nilai reliabilitas (r)

menurut Guilfort (Subana, 2005), yaitu:

r ≤ 0,20 = Tidak ada korelasi

0,20 – 0,40 = Korelasi rendah

0,40 – 0,70 = Korelasi sedang

0,70 – 0,90 = Korelasi tinggi

0,90 – 1,00 = Korelasi sangat tinggi

1,00 = Korelasi sempurna

Dari hasil uji coba yang diberikan pada siswa kelas IXA SMP Negeri 4

Ketapang yang terdiri dari 28 siswa, diperoleh koopefisien reliabilitas 0,57 pada

siklus I dan 0,53 untuk tes siklus II. Jadi tes hasil uji coba memiliki reliabilitas

cukup untuk tes siklus I dan tes siklus II. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran E-1.

F. Indikator Kinerja

Untuk mengukur keberhasilan tindakan yang dilakukan maka ditetapkan

indikator kinerjanya yaitu adanya peningkatan hasil belajar siswa dari hasil tes

berupa nilai yang diperoleh dari pretest dan posttest yang diberikan.

Tingkat keberhasilan dari tiap siklus penelitian adalah bila siswa dapat

mencapai tingkat ketuntasan belajar yaitu 65% dari jumlah siswa mampu

menjawab dengan benar minimal 60% dari skor total.

Page 60: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

60

G. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Langkah-langkah

yang dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam kegiatan yang berbentuk

siklus dengan mengacu pada model yang di adopsi dari Hopkins. Setiap siklus

terdiri dari 4 (empat) tahap kegiatan pokok, yaitu perencanaan, tindakan

pelaksanaan, observasi, refleksi. Pada siklus ke dua, empat tahap kegiatan ini

dilakukan kembali dengan memberikan modifikasi pada tahap tindakan

pelaksanaan.

Prosedur penelitian tindakan kelas sesuai dengan diagram di bawah ini :

Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan/ Observasi

Perencanaan Kembali

Refleksi

Pelaksanaan/ Observasi

Perencanaan kembali

Refleksi

Pelaksanaan/ Observasi

Gambar 3.1 Spiral Penelitian Tindakan Kelas, (Hopkins, 1993 dalam Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999).

Page 61: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

61

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan:

1. Menyusun rancangan tindakan (planning), merupakan titik acuan atau

fokus peristiwa dalam melaksanakan tindakan.

2. Pelaksanaan tindakan (acting), merupakan implementasi atau penerapan isi

rancangan.

3. Pengamatan (observing), merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mengamati apa yang terjadi ketika kegiatan berlangsung.

4. Refleksi (Reflecting), merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali

apa yang sudah dilakukan.

Keempat tahapan di atas adalah unsur-unsur untuk membentuk sebuah

siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali pada langkah

semula.

H. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2009/2010 semester ke II

yang dimulai pada bulan januari 2010. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa

kelas VIII SMP Negeri 04 Ketapang dengan sampel siswa kelas VIII A sebanyak

38 orang siswa.

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif

Think-Pair-Share (TPS). Penelitian ini sesuai dengan jadwal pelajaran fisika yang

ada di sekolah yaitu 2 jam pelajaran (2 x 40 menit) untuk satu kali pertemuan

dalam tiap minggu. Adapun jadwal pelaksanaan pembelajaran pada tindakan

penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 62: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

62

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan PenelitianNo Kegiatan Hari/ Tanggal Waktu (WIB)

1. Pra riset Kamis, 10 September 2009 08.00 – 09.30

2. Koordinasi dengan sekolah mitra Senin/20 April 2010 09:00 – 09.30

3. Uji Coba Soal Senin/20 April 2010 07:00 – 07.20

4. Tes Awal/ Pre-test Rabu/21 April 2010 07:00 – 07.20

5. Tindakan Siklus I Rabu/21 April 2010 09:15 – 10.35

6. Tindakan Siklus I Pertemuan II Rabu/28 April 2010 09:15 – 10.35

7. Post-Test Siklus I Rabu/28 April 210 10.35 - 10.50

8. Tindakan Siklus II Rabu/05 Mei 2010 09:15 – 10.35

9. Post-test Siklus II Rabu/06 Mei 2010 09.00 - 09.15

Page 63: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

63

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dalam pengumpulan data selama penelitian diperoleh dua kelompok

data, yaitu data pre-test dan post-test. Hasil tes dan perubahan skor dari hasil pre-

test dan post-test dapat dilihat sebagai berikut :

1. Hasil Pre-Test

Tes awal (pre-test) dilaksanakan satu kali yaitu tanggal 21 April 2010,

yaitu berupa tes pilihan ganda berjumlah 20 soal, 10 soal untuk pre-tes siklus

I dan 10 soal untuk pre-tes siklus II dengan skor maksimal 100. Pemberian

pre-test kepada siswa bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan

awal siswa tentang materi Bunyi sebelum diberikan perlakuan. Kelas VIII A

digunakan sebagai kelas yang diberi perlakuan menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share (TPS).

Berdasarkan hasil pre-test siswa kelas VIIIA menunjukkan bahwa

100% siswa memperoleh skor dibawah 60 atau memperoleh skor dibawah

kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan skor rata-rata 42,89 pada pretes

siklus I dan 37,63 pada pretes siklus II. Rata-rata tersebut menunjukan bahwa

skor siswa masih sangat rendah. Data hasil pre-test siswa dapat dilihat pada

tabel 4.1 berikut:

Page 64: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

64

Tabel 4.1. Hasil Tes Awal (pre-test)

NO Kode Siswa Pretes

Siklus I Siklus II

1. AF 40 202. AN 30 403. BT 50 404. DA 10 305. DD 50 506. DS 50 507. DT 50 308. DU 50 509. DO 50 4010. EG 40 5011. EK 50 3012. EL 50 5013. ER 50 4014. FI 40 3015. HE 40 5016. HW 40 5017. IR 30 018. IS 50 4019. JN 50 5020. MS 20 3021. MR 40 4022. MY 40 5023. RC 40 4024. ST 50 3025. SH 40 4026. SJ 50 4027. SN 50 3028. SU 50 2029. SP 20 3030. SL 30 3031. SN 50 3032. SR 50 3033. SS 50 2034. UM 50 4035. UL 50 5036. WH 50 4037. WN 40 5038. YL 40 50

∑ 1630 1430Rata-rata 42,89 37,63

2. Hasil Post-Test

Page 65: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

65

Pemberian post-test dilaksanakan pada akhir siklus bertujuan untuk

mengetahui hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan menggunakan model

pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS). Dari hasil Post-test siswa

diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Pos-Test Siswa

NO Kode Siswa Postest

Siklus I Siklus II

1. AF 60 602. AN 60 503. BT 60 804. DA 60 505. DD 50 606. DS 60 707. DT 90 908. DU 50 509. DO 60 8010. EG 70 9011. EK 70 8012. EL 70 7013. ER 50 6014. FI 60 7015. HE 60 5016. HW 50 5017. IR 60 8018. IS 90 7019. JN 70 8020. MS 50 7021. MR 50 6022. MY 50 6023. RC 70 7024. ST 80 6025. SH 70 5026. SJ 60 6027. SN 50 5028. SU 80 9029. SP 60 8030. SL 90 7031. SN 80 9032. SR 60 6033. SS 80 8034. UM 70 8035. UL 50 6036. WH 70 7037. WN 90 6038. YL 60 70

Page 66: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

66

∑ 2470 2580Rata-rata 65 67,89

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa rata-rata post-test siswa pada

siklus I adalah 65 dengan skor maksimum yang diperoleh siswa yaitu 90.

Ditinjau dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh

sekolah yaitu sebesar 60, hasil pre-test siswa yang semula 100% siswa tidak

tuntas meningkat menjadi 29 orang siswa tuntas pada hasil post-test siklus I

atau terdapat peningkatan ketuntasan hasil belajar pada siklus I sebesar

76,31%. Sedangkan pada siklus II, rata-rata post-test siswa yaitu 67,89

dengan skor maksimum 90. Hasil pre-test siswa siklus II yang semula semua

siswa tidak tuntas meningkat menjadi 31 orang siswa tuntas pada hasil post-

test siklus II atau terdapat peningkatan ketuntasan hasil belajar sebesar

81,57%.

Untuk lebih jelasnya skor pre-test dan pos-test dapat dilihat sebagai

berikut:

Tabel 4.3 Rekapitulasi skor Pre-Test dan Post-Test

Siklus I Siklus IIPre-Test Pos-Test Pre-Test Post-Test

Skor rata-rata 42,89 65 37,63 67,89Ketuntasan rata-rata 0% 76,31% 0% 81,57%

Page 67: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

67

Grafik 4.1 Perbandingan skor rata-rata Pre-Test dan Post-Test

B. Pelaksanaan

1. Pelaksanaan Siklus I

a. Pertemuan I

Pada pertemuan 1 ini sebelum memulai proses pembelajaran siswa

diberikan pretest terlebih dahulu untuk mengetahui pengetahuan awal

siswa tentang materi bunyi. Hal-hal yang dilakukan pada pertemuan

pertama ini mula-mula yaitu merancang perangkat pembelajaran dan

instrumen penelitian yang meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) model Kooperatif Think-Pair-Share (TPS), pembagian LKS pada

tiap siswa, tugas tiap-tiap siswa, dan lembar observasi. Kegiatan ini

dilakukan dengan cara berdiskusi dengan guru mata pelajaran fisika yang

mengajar di kelas VIII SMP Negeri 4 Ketapang.

Pada awal pembelajaran guru membahas secara singkat tentang materi

bunyi dan pengertiannya. Berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran

yang telah dibuat peneliti, sebelum guru menyampaikan materi, di tahap

awal guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai kemudian menggali

Page 68: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

68

konsepsi awal siswa dan memotivasi siswa dengan mengajak siswa

bermaian telepon benang. Guru menunjuk beberapa pasang siswa secara

bergiliran memainkan telepon benang dan meminta siswa untuk

berkomunikasi lewat telepon dengan posisi benang yang terik dan posisi

benang yang kendor. Setelah beberapa pasang siswa secara bergiliran

memainkan telepon benang tersebut, kemudian guru memberikan

pertanyaan ” Mengapa suara dapat didengar melalui benang?” Apakah

terdapat perbedaan suara pada saat benang diterikan dan dikendorkan?

Mengapa?”. Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa mengungkapkan

idenya dan menciptakan adu argumentasi pada siswa yang menjawab

pertanyaan, dan bagi siswa yang lain diharapkan memberi komentar. Siswa

menjawab dengan jawaban yang berbeda, ada yang menjawab ”pada saat

benang dalam posisi terik pantulan bunyi melewati benang sehingga suara

menjadi lebih jelas dibandingkan pada saat posisi benang dikendorkan”.

Setelah itu guru menyimpulkan tentang perbedaan suara yang ditimbulkan

dari kedua peristiwa tersebut yaitu ”benang adalah medium padat yang

bisa dirambati bunyi. Medium padat merupakan medium yang dirambati

bunyi lebih baik dari medium udara, karena itulah pada permaian telepon

benang tersebut saat posisi benang diterikan suara terdengar jelas

daripada saat posisi benang dikendorkan”. Pembelajaran dimulai dengan

mengaitkan peristiwa tersebut dengan materi yang akan dibahas yaitu

pengertian bunyi, syarat terjadinya bunyi, medium yang dirambati bunyi,

Page 69: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

69

dan cepat rambat bunyi, dan menyesuaikannya dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP).

Guru kemudian menjelaskan aturan proses pembelajaran dengan

membagikan LKS serta memberikan waktu berpikir kepada siswa untuk

menjawab permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam LKS tersebut

secara mandiri (tahap Think) dan setelah itu mendiskusikannya bersama

teman sekelompoknya (tahap Pair) serta mempercayakan kepada setiap

kelompok untuk berdiskusi di depan kelas dan berbagi terhadap teman –

temanya (tahap Share).

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, pada saat proses

pembelajaran berlangsung, penyampaian materi yang dilakukan guru

sudah sesuai dengan langkah–langkah pembelajaran yang direncanakan

yaitu dengan model kooperatif Think-Pair-Share (TPS), namun guru

masih kurang memberikan bimbingan pada saat siswa melakukan diskusi

sehingga beberapa siswa kurang paham tentang aturan atau tahapan

pembelajaran, siswa masih terlihat malu-malu dalam mengemukakan

pendapat dan masih banyak siswa yang tidak serius dalam proses

pembelajaran (kurang bersemangat).

Setelah kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan, dilanjutkan

dengan refleksi untuk membahas hasil observasi yang telah dilakukan.

Guru dan peneliti mengulas kembali tentang pembelajaran yang telah

dilaksanakan. Berdasarkan pelaksanaan tindakan, guru mengalami kendala

Page 70: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

70

dalam pemanfaatan belajar sehingga pada pelaksanaan pertemuan

berikutnya dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Guru lebih mensosialisasikan model pembelajaran kooperatif Think-

Pair-Share (TPS) dengan memberikan pengarahan agar siswa mengerti

dalam aturan tahapan pembelajaran dan bisa lebih mengungkapkan

idenya.

b. Guru lebih memotivasi siswa untuk tampil ke depan kelas dan

memperhatikan alokasi waktu dalam pembelajaran.

c. Guru memperbaiki kesalahan-kesalahan siswa dalam melakukan adu

pendapat dan melakukan adu pendapat dan melakukan diskusi serta ikut

membimbing siswa dalam memecahkan masalah.

b. Pertemuan II

Pada pertemuan II ini, peneliti berdiskusi kembali dengan pengajar.

Hasil diskusi dengan pengajar, disimpulkan bahwa hal – hal yang kurang

baik yang ditemukan saat observasi pada pertemuan I diupayakan untuk

dikurangi atau dihilangkan. Berdasarkan refleksi yang dilakukan peneliti

dan guru bidang studi, diketahui bahwa kegiatan pada pertemuan I perlu

dilakukan revisi agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan siswa dapat

lebih aktif dalam belajar yaitu dengan memperbaiki cara pengajar dalam

mengajar yang masih mendominasi dengan lebih banyak melibatkan siswa

dalam pembelajaran.

Pada pertemuan II ini membahas secara singkat tentang Batas

Pendengaran Manusia dan Resonansi. Berdasarkan rencana pelaksanaan

Page 71: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

71

pembelajaran yang telah dibuat peneliti, di tahap awal guru menyampaikan

tujuan yang akan dicapai kemudian menggali konsepsi awal siswa dan

memotivasi siswa dengan bercerita tentang beberapa alat musik yang

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti gendang dan gitar.

Kemudian guru memberikan pertanyaan kepada siswa ”Apa yang terjadi

lubang udara pada gita ditutup?”. Hal ini dilakukan untuk memotivasi

siswa mengungkapkan idenya dan menciptakan adu argumentasi pada

siswa yang menjawab pertanyaan, dan bagi siswa diharapkan memberi

komentar. Beberapa siswa sudah menjawab dengan benar yaitu suara gitar

mejadi pelan sehingga membuat bunyi yang dihasilkan gitar menjadi

kurang baik karena tidak adanya resonansi udara.

Kemudian pembelajaran berlangsung dan guru mengarahkan pada

jawaban yang benar dan mengaitkannya untuk membuka pelajaran

tentang resonansi, batas pendengaran manusia dan faktor-faktor yang

mempengaruhi bunyi yang disesuaikan dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP).

Guru menyampaikan aturan proses pembelajaran dan membagikan

LKS serta memberikan waktu berpikir kepada setiap siswa (Think) dan

setelah itu mendiskusikannya bersama teman sekelompoknya (Pair) serta

mempercayakan kapada setiap kelompok untuk berdiskusi dan berbagi

dengan teman-teman sekelas (Share).

Pada pertemuan kedua ini, selama proses pembelajaran

berlangsung tampak bahwa penyampaian materi yang dilakukan guru

Page 72: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

72

sudah sesuai dengan langkah–langkah pembelajaran yang direncanakan

yaitu dengan model kooperatif Think-Pair-Share (TPS) begitu juga

dengan waktu yang direncanakan sudah sesuai. Pada saat siswa berdiskusi,

guru lebih memotivasi dan memberi penguatan dan lebih membuat siswa

aktif dalam berdiskusi serta membimbing siswa dengan memantau

kegiatan siswa dan mampir ke kelompok-kelompok diskusi. Siswa sudah

mulai tertarik dengan model yang digunakan karena sudah mengetahui

tahapan tindakannya, sehingga pada saat diskusi, siswa memanfaatkan

waktu sebaik-baiknya untuk mencocokan hasil jawabannya. Ini

menandakan bahwa pembelajaran sudah berjalan seimbang dan tidak

didominasi oleh guru lagi karena beberapa pasang siswa sudah berani

tampil tidak dengan malu-malu.

Setelah kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan. Guru dan

peneliti mengulas kembali tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Dalam proses pembelajaran guru lebih terlihat rileks dibanding pada

pertemuan pertama dengan menggunakan model kooperatif Think-Pair-

Share (TPS) karena tahapan-tahapannya sudah dimengerti begitu juga

dengan siswanya, dan diharapkan cara mengajar yang dilakukan pada

permemuan II ini tetap dipertahankan dengan tidak melebihi alokasi yang

diberikan. Pada saat menyampaikan materi, guru mengarahkan siswa yang

belum teliti dengan memeriksa jawaban pada lembar LKS dan berupaya

menimbulkan interaksi antar siswa, yaitu lebih memotivasi siswa agar

tampil di depan kelas sehingga sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Page 73: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

73

Rekomendasi

Setelah pada perteman II dilakukan perbaikan, hasilnya menunjukan

bahwa adanya peningkatan proses dan hasil belajar dalam setiap pertemuan dan

peningkatan tersebut sudah mencapai target yang ditentukan. Namun pengajar

beserta peneliti memutuskan untuk lebih meningkatkan hasil belajar yang

diperoleh siswa dan diharapkan proses pembelajaran menjadi lebih baik. Maka

dari itu pengajar melakukan tindakan dengan cara lebih mensosialisasikan

model Kooperatif Think-Pair-Share (TPS), yaitu dengan menjelaskan kembali

aturan pembelajaran agar siswa lebih mengerti dalam mengikuti tahapan-

tahapannya. Kemudian guru lebih sering menciptakan adu pendapat atau

argumen. Karena dari awal penelitian ini sudah direncanakan untuk II siklus,

jadi pembelajaran dilanjutkan pada siklus II.

2. Pelaksanaan Siklus II

Hal yang sama dilakukan pada siklus II yaitu sebelum mulai

pembelajaran, terlebih dulu mempersiapkan instrumen penelitian dan

perancang penelitian seperti rencana pembelajaran, pembagian LKS pada tiap

siswa, tugas tiap-tiap siswa, dan lembar observasi.

Berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran, pada siklus II ini

guru menjelaskan secara singkat tentang Hukum Pemantulan Bunyi. Ditahap

awal guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kemudian

menggali konsepsi awal siswa dengan bercerita tentang suara yang

ditimbulkan ketika berada disebuah gedung terdapat suara pantul yang

mengikuti suara asli. Kemudian guru memberikan pertanyaan kepada siswa

Page 74: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

74

Apa yang menyebabkan suara teriakan di lapangan luas berbeda dan

teriakan di dalam ruangan?”. Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa

mengungkapkan idenya dan menciptakan adu argumentasi pada siswa yang

menjawab pertanyaan dan bagi siswa diharapkan memberi komentar.

Jawaban siswa berbeda-beda, ada yang menjawab karena dilapangan luas

tempatnya luas sedangkan di dalam ruangan tempatnya sempit sehingga

menyebabkan suara yang dihasilkan di ruangan lebih keras daripada di

lapanagn terbuka. Setelah itu Guru mengarahkan jawaban siswa ke jawaban

yang benar dan kemudian pembelajaran berlangsung dengan penyampaian

materi dan mengaitkan contoh peristiwa tersebut dengan materi yang akan

dibahas yaitu tentang Hukum pemantulan Bunyi. Kemudian guru

membagikan LKS dan menjelaskan cara menggunakannya serta memberikan

siswa waktu berpikir kepada masing-masing siswa (tahap Think). Pada tahap

ini siswa diminta mengerjakan LKS kembali secara mandiri dengan tujuan

agar siswa mengetahui jawabannya sebelum mendiskusikannya. Setelah

selesai mengerjakan secara mandiri kemudian siswa diminta

mendiskusikannya dengan teman sekelompoknya (tahap Pair) dan kemudian

berbagi dan mendiskusikannya dengan teman sekelas (Share).

Telah ditemukan beberapa temuan saat proses pembelajaran.

Penyampaian materi yang dilakukan guru sudah terlihat maksimal dan terlihat

santai dan tidak lagi dominan ceramah. Alokasi waktu yang diberikan sudah

cukup dan sesuai dengan rencana peaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah

disusun sebelumnya. Pada pembuka pelajaran, guru lebih sering melibatkan

Page 75: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

75

siswa sehingga siswa termotivasi dalam belajar. Ini terlihat dari semangat dan

ketertarikan dalam proses pembelajaran yang disampaikan, yaitu saat mereka

mendiskusikan LKS dan tampil di depan kelas.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus

yaitu siklus I dan siklus II. Kedua sikus ini menekankan pada pemahaman tentang

penyebab timbulnya bunyi dan aplikasi bunyi dalam kehidupan sehari-hari seperti

halnya pada gendang saat dipukul akan menyebabkan suara gendang menjadi

lebih keras dan gitar yang menghasilkan suara yang indah karena adanya

reso nansi.

Penentuan tiap siklus tindakan yaitu berdasarkan pada indikator

pencapaian kompetensi yang termuat dalam kurikulum Fisika SMP. Berdasarkan

analisa hasil pre-test tentang kualitas pemahaman konsep dan penyelesaian

masalah siswa pada materi bunyi ditemukan bahwa secara umum hasil pre-test

masih tergolong rendah. Pada siklus I rata-rata skor yang dicapai adalah 42,89

dari skor minimum 10 dan skor maksimum 50. Sedangkan pada siklus II rata-rata

pre-test siswa adalah 37,63 dari skor minimum 0 dan skor maksimum 50 atau

100% siswa pada pretes siklus I dan II tidak ada yang mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM). Ini disebabkan siswa belum menerima pelajaran

sehingga pada saat megisi soal pre-tes yang diberikan siswa terlihat sulit

menjawabnya dan hanya menjawab sesuai dengan pengetahuan awal yang mereka

miliki sehingga menyebabkan hasil pre-tes yang didapat tidak memuaskan.

Page 76: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

76

Berikut ini akan diuraikan tindakan dan pembahasan hasil penelitian pada

masing-masing siklus:

1. Pembahasan Siklus I

Pada Siklus I, pembelajaran difokuskan pada pemahaman siswa tentang

pengertian bunyi, batas pendengaran manusia, cepat rambat bunyi dan

resonansi. Pembelajaran pada Siklus I ini dilaksanakan dalam dua kali

pertemuan ( 4 x 40 menit), yaitu pada hari rabu 21 April dan 28 April 2010.

Setelah dilakukan pembelajaran pada materi Bunyi dengan model

pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share (TPS) pada siklus I, hasil belajar siswa

meningkat yaitu sudah mencapai indikator yang ditetapkan. 76,31% dari jumlah

seluruh siswa atau 29 dari 38 siswa telah berhasil menjawab minimal 60% dari

skor total soal secara benar. Rata-rata hasil post-test siswa adalah 65, dari skor

minimun 50 dan skor maksimum 90. Pada pertemuan pertama terlihat siswa

belum memahami tahapan-tahapan pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share

(TPS). Pada tahap Think, ada siswa yang sudah berdiskusi padahal belum

waktunya untuk berdiskusi kelompok. Selain itu, guru terlihat gugup dalam

penyampaian materi sehingga pembelajaran menjadi tidak teratur dan waktu

pembelajaran menjadi tidak cukup. Pada pertemuan kedua, hasil pembelajaran

tampak lebih baik dan hasilnya cukup memuaskan. Guru dan siswa sudah mulai

terbiasa dengan tahap-tahap model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share

(TPS). Guru lebih membimbing siswa sehingga proses pembelajaran menjadi

lebih teratur. Dilihat dari hasil pre-testnya, beberapa skor siswa mengalami

perubahan skor cukup memuaskan, namun masih banyak siswa yang memperoleh

Page 77: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

77

skor ”cukup”, yaitu sesuai dengan standar minimal yang diberikan yaitu 60.

Perubahan nilai yang berpariasi ini dipengaruhi oleh kemampuan dari masing-

masing siswa yang berbeda-beda dalam menerima dan menyerap pelajaran, yaitu

ada yang sangat baik, ada yang baik dan ada yang cukup. Bahkan terdapat 9 siswa

yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Ini disebabkan siswa

kurang termotivasi dan belum bisa memahami materi yang disampaikan dan

belum bisa mengikuti model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS).

Oleh karena itu peneliti dan guru melakukan diskusi untuk memperoleh hasil yang

lebih baik lagi dari pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya.

Dari hasil diskusi yang telah dilakukan, maka pengajar dan peneliti

memutuskan ingin meningkatkan skor yang diperoleh siswa walaupun skor

siswa sudah mencapai indikator yang ditetapkan. Maka untuk itu, pengajar

melakukan tindakan dengan cara lebih mensosialisasikan kembali model

pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share (TPS) dengan lebih sering

memotivasi siswa, lebih menggali apersepsi, lebih sering memberikan arahan

dan bimbingan kepada siswa terutama pada saat mengemukakan pendapat,

berdiskusi, dan mengerjakan soal, kemudian lebih sering menciptakan adu

pendapat atau argumen dan pengajar lebih sering bercerita dengan mengaitkan

materi dengan keadaan yang dialami dikehidupan sehari-hari, dengan demikian

siswa akan lebih bersemangat dan termotivasi untuk mengikuti pelajaran

sehingga hasil belajar siswa meningkat.

2. Pembahasan Siklus II

Page 78: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

78

Pada siklus II, pembelajaran difokuskan pada Hukum Pemantulan Bunyi,

Macam-macam Bunyi Pantul serta aplikasi dan dampaknya dalam kehidupan

sehari-hari. Pembelajaran pada siklus II ini dilaksanakan 1 (satu) kali

pertemuan, yaitu pada hari rabu, 5 Mei 2010.

Dari data yang disajikan pada tabel 4.1, diketahui bahwa rata-rata nilai pre-test

pada siklus II adalah 37,63%. Berdasarkan hasil post-test siklus II, ditemukan

bahwa kualitas pemahaman siswa tentang materi bunyi meningkat dan sudah

mencapai indikator yang ditetapkan. 81,57% dari keseluruhan jumlah siswa

atau 31 dari 38 siswa telah berhasil menjawab minimal 60% dari skor total soal

secara benar. Dari hasil pos-tes pada siklus II ini hanya 7 orang siswa saja yang

belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Menurut pengajar siswa

ini dalam kesehariannya memang sulit dalam menerima dan menyerap

pelajaran. Sehingga ketika diterapkan pembelajaran ini siswa sulit dalam

mengikutinya, ketika ditunjuk tampil kedepan kelas siswa tersebut masih sulit

berkomunikasi dengan teman dan pengajar sehingga berpengaruh dalam

ketuntasan belajarnya.

Pada siklus II ini perubahan skor rata-rata sudah lebih baik lagi dan dan

sudah hampir merata yaitu 67,89, dari 50 skor minimun dan 90 skor

maksimum. Pada siklus I maupun siklus II, tidak ada seorangpun yang berhasil

menjawab dengan skor 100. Ini dikarenakan keadaan siswa pada saat itu

kurang telti dalam mengerjakan. Walaupun demikian, peningkatan hasil belajar

siswa bisa dikatakan cukup memuaskan karena telah terjadi peningkatan dari

siklus ke siklus, walupun tidak ada yang memperoleh skor maksimum100.

Page 79: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

79

Dari hasil observasi juga dapat diketahui minat belajar siswa sudah baik

dan hasil belajar siswa meningkat dibandingkan siklus I. Di siklus II ini, guru

lebih membimbing siswa dalam menjalankan tahap-tahap dalam pembelajaran,

sehingga siswa benar-benar telah hafal dalam tahapan pembelajaran kooperatif

Think-Pair-Share ini. Guru memberikan contoh-contoh pemantulan bunyi

dalam kehidupan sehari-hari serta pemanfaatannya dan memberikan

pertanyaan umpan balik kepada siswa. Hal ini membuat siswa semakin

termotivasi dalam belajar karena contoh yang diberikan berkaiatan dengan

kehidupan disekeliling mereka sehingga mereka menjadi paham tentang materi

yang diajarkan. Namun demikian, di siklus II ini ada beberapa siswa yang

memperoleh skor tetap dibandingkan dengan siklus I, dan ada pula yang

nilainya menurun. Ini disebabkan oleh pemahaman siswa yang kurang tentang

materi dan minat siswa dalam belajar yang tidak selalu baik sehingga

berpengaruh pada hasil belajarnya. Namun, pada siklus II ini siswa makin

banyak yang terlihat aktif dalam bertanya jawab memberikan contoh

aplikasi dan dampak akibat pemantulan bunyi yang terjadi di kehidupan

sehari-hari.

Melalui pelaksanaan pengamatan pembelajaran, terlihat keunggulan model

pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan hasil

belajar siswa, karena model ini cocok dengan materi bunyi yang diajarkan,

dalam proses pembelajaran siswa termotivasi untuk memberikan perhatiannya

pada materi yang sedang mereka pelajari serta siswa dapat terlibat langsung

dalam tahapan-tahapan yang digunakan dalam pembelajaran sehingga

Page 80: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

80

keterampilan berpikir siswa menjadi meningkat yakni dimana awalnya siswa

itu mengerjakan berpikir sendiri, kemudian diberikan kesempatan untuk

berpasangan dengan teman sebangkunya mendiskusikan suatu masalah yang

dihadapinya, dan kemudian berbagi kepada teman-teman sekelas mengenai

masalah-masalah yang dihadapi tersebut. Disini siswa beradu argumen dengan

siswa lainnya mengenai jawaban dari soal yang diberikan, siswa bertanggung

jawab terhadap jawaban yang disampaikan. Dengan ini pengetahuan siswa

akan terekam dengan sendirinya, siswa akan mudah mengingat pelajaran yang

telah disampaikan, sehingga pada saat diberikan tes kembali siswa akan mudah

mengerjakannya, hasil belajar siswa menjadi meningkat, siswa menjadi lebih

aktif, dan memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) nya. Namun

demikian, dalam hal ini terdapat beberapa kendala dalam penerapan model

pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share (TPS). Pengaturan waktu sangat

dibutuhkan. Bimbingan dan arahan dari guru kepada siswa pada saat proses

pembelajaran berlangsung sangat dibutuhkan karena dengan cara ini guru dapat

mengatur wakt dengan baik sehingga waktu tidak terbuang begitu saja dan

menyebabkan kekurangan waktu.

Pengalaman-pengalaman serta pengetahuan baru yang diterima siswa ternyata

memberikan kemudahan bagi siswa untuk mengalami konsep/masalah yang

sedang dipelajari. Ini sejalan dengan kenyataan di mana belajar dengan

mengalami sendiri sangat penting untuk meningkatkan pemahaman siswa

mengenai konsep-konsep abstrak dari masalah yang disajikan dalam buku-

buku. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menjelaskan konsep-

Page 81: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

81

konsep abstrak tidak selalu menggunakan alat-alat dengan teknologi yang

canggih, melainkan juga bisa .menggunakan media sederhana yang diperoleh

dilingkungan sekitar. Dengan demikian, hal tersebut membuat siswa lebih

berperan aktif dan memotivasi siswa sehingga dapat mempengaruhi hasil

belajar yang lebih baik lagi.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share

(TPS) dapat meningkatkan hasil siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Ketapang.

Secara terperinci kesimpulan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai

berikut:

1. Pengetahuan awal (pre-test) siswa kelas VIIIA SMPN 4 Ketapang sebelum

diajarkan dengan model pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share (TPS)

pada materi bunyi, diperoleh skor rata-rata pre-test 42,89 pada siklus I dan

37,63 skor rata-rata pre-test pada siklus II. Skor rata-rata ini masih di bawah

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Page 82: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

82

2. Hasil belajar siswa (post-test) setelah diajarkan dengan model pembelajaran

Kooperatif Think-Pair-Share (TPS) pada materi bunyi pada siklus I terjadi

peningkatan skor rata-rata menjadi 65 atau sebesar 76,31% siswa sudah

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sedangkan hasil belajar

siswa (post-test) pada siklus II setelah diajarkan dengan model pembelajaran

Kooperatif Think-Pair-Share (TPS) pada materi bunyi juga terjadi

peningkatan skor rata-rata yaitu menjadi 67,89. Pada siklus II siswa yang

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu sebesar 81,57%.

3. Keunggulan pembelajaran model Kooperatif Think-Pair-Share (TPS) adalah

dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Bunyi di kelas VIIIA

SMPN 4 Ketapang, karena model ini cocok dengan materi yang diajarkan,

dalam proses pembelajaran siswa termotivasi dalam belajar sehingga

berpengaruh pada hasil belajar yang baik. Kelemahan pembelajaran model

Kooperatif Think-Pair-Share (TPS) yaitu memerlukan waktu pembelajaran

yang lebih lama sehingga diperlukan pengaturan waktu yang tepat.

B. Saran

Dilatar belakangi dari hasil penelitian, terdapat beberapa temuan yang

dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka pengembangan pengajaran

Fisika. Adapun saran-saran dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Karena model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, maka diharapkan guru fisika dapat

mengembangkannya sebagai alternatif dalam pembelajaran di sekolah.

Page 83: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

83

2. Sebelum pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Think-Pair-

Share (TPS) dimulai, hendaknya siswa diberi penjelasan terlebih dahulu

tentang tahapan-tahapan dari model tersebut agar siswa tidak kesulitan

mengikuti tahapan-tahapannya.

3. Pada saat pelaksanaan pembelajatran khususnya model pembelajaran

kooperatif Think-Pair-Share (TPS) guru hendaknya memberikan arahan dan

bimbingan kepada siswa agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik.

4. Sangat diharapkan adanya penelitian lanjutan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS) pada

konsep fisika yang lain dan jenjang pendidikan yang berbeda.

REFERENSI

Abdullah, Mikrajuddin.2007. IPA Fisika SMP dan MTs Untuk Kelas VIII. Jakarta: Esis

Alonso, Marcelo. 1990. Dasar-Dasar Fisika Universitas. Jakarta : Erlangga

Anam, K. (2000). Implementasi Cooperatif Learning dalam Pembelajaran Geografi, Adaptasi model Jigsaw dan Field Study. Buletin Pelangi Pendidikan Vol. 6 No. 2. Jakarta : Depdikbud.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Azizah, U. 1998. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia di SMU. Tesis: IKIP.

Page 84: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

84

Druxes, Herbert, dkk. (1986). Kompendum Didaktik Fisika Alih Bahasa Oleh Yuhilza Hanum. Bandung : Remadja Karya.

Ishaq. 2007. Fisika Dasar. bandung:Binacipta

Lie, Anita. 2004. Cooperatif Learning. Jakarta: Grasindo

Giancolli, C Douglas. 2001. Fisika Edisi kelima Jilid 2 Penerjemah Yuhilza Hanum. Jakarta: Erlangga.

Halliday, D dan Resnick, R. 1978. Fisika.(Penerjemah;Pantur Silaban dan Erwin Sucipta), Jakarta: Erlangga.

Husen, Hasan A, dkk. 2009. Soal dan Pembahasan Fisika Untuk SMP kelas VII, VIII, dan IX. Bandung: CV. Pustaka setia.

Ibrahim,dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Kanginan, Marten. 2002. IPA Fisika Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.

Kanginan, Marten.2006. Sains Fisika SMP. Jakarta : Erlangga.

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tinadakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Paja Grafindo Persada

M. Ngalim Purwanto. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nawawi, H. (2005). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajahmada Universitas Press.

Oktavia, Eva. 2009. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Kooperatif Teknik Think-pair-share (TPS) Berbantuan LKS Pada Materi Hukum Newton Di Kelas VIII SMP Negeri 03 Sukadana. Skripsi.Pontianak: FKIP UNTAN.

Rahmadi. 2007. Deskripsi Miskonsepsi Siswa kelas VIII SMP 3 Sungai Raya Tentang Bunyi. Skripsi.Pontianak: FKIP UNTAN.

Page 85: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

85

Sakniah. 2005. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pair-Share Pada Materi Lingkaran Di Kelas II SMP Negeri 1 Sambas. Skripsi. Pontianak: FKIP UNTAN.

Sapriati, Amalia, dkk. 2008. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Sears, Francis Weston dan mark W. Zemansky. 1982. Fisika Universitas 1 Mekanika, Panas dan Bunyi. (Cetakan ke 4).(Penerjemah:Soedjana dan Amir Ahmad). Bandung: Binacipta.

Subana, dkk. 2005. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia Bandung.

Sudarsono, A.S. 2009. Sains Fisika Untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: PT. Galaxi Puspa Mega.

Sumarni. 2007. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Teknik Think-Pair-Share Pada Mata Pelajaran IPS Ekonomi Dengan Menggunakan LKS XC SMU Negeri 3 Pontianak. Skripsi. Pontianak: FKIP UNTAN.

Sumarwan, dkk. 2007. IPA SMP Untuk kelas VIII. Jakarta:Erlangga.

Suparno, Paul. 2001. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan.. Jogjakarta : Kanisius.

……………… 2005. Miskonsepsi Dan Perubahan Konsep Dalam Pendidikan Fisika. Jakarta : Grasindo.

Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Artika Maya.

Sutrisno. (1997). Konsepsi Awal Siswa dan Tradisi Konstruktivis. Universitas Tanjungpura Pontianak, tidak diterbitkan.

Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (CLASSROOM Action Research). Jakarta: Debdikbud.

Tipler,Paul A.1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 1. (Penerjemah:Lea Prasetio dan Rahmadi W.Adi. Jakarta: Erlangga.

Page 86: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

86

Young, Hugh.D dan Roger A.Freedman. 2002. Sears dan Zemansky Fisika Universitas Jilid 2. (Penerjemah: Endang Juliastuti). Jakarta: Erlangga.

Page 87: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

87

LAMPIRAN A-1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS I PERTEMUAN I

1. Identitas Mata Pelajaran

Satuan Pendidikan : SMP

Kelas : VIII

Semester : Genap

Program : IPA

Mata Pelajaran : Fisika

Jumlah Pertemuan : 1 x Pertemuan

2. Standar Kompetensi :Memahami konsep dan penerapan getaran,

gelombang dan optika dalam produk teknologi

sehari-hari.

3. Kompetensi Dasar :Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan

sehari- hari

4. Indikator

a. Memaparkan karakteristik gelombang bunyi

b. Menentukan medium perambatan bunyi

c. Menentukan cepat rambat bunyi di udara

5. Tujuan Pembelajaran

a. Siswa dapat menjelaskan pengertian bunyi

b. Siswa dapat menyebutkan syarat terjadinya bunyi

c. Siswa dapat mengetahui medium yang dirambati bunyi

d. Siswa dapat menghitung cepat rambat bunyi

6. Materi Ajar

Pengertian bunyi, Cepat Rambat Bunyi

7. Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

8. Model dan Metode Pembelajaran :

a. Model : Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share (TPS)

b. Metode : Diskusi, ekspositori

Page 88: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

88

9. Kegiatan Pembelajaran

a. Kegiatan Awal / Pendahuluan ( ± 10 menit )

Fase I

1). Guru membuka pelajaran dan mengabsen siswa.

2). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa dengan

mengajak siswa bermain dengan telepon benang. Guru memberikan

pertanyaan ” mengapa suara dapat didengar melalui benang?” apa yang

terjadi jika benang dikendorkan atau diterikan?”

b. Kegiatan Inti ( ± 65 menit )

Fase II

1). Guru menyampaikan aturan proses pembelajaran

2). Guru memberikan LKS dan menjelaskan cara menggunakannya

3). Masing-masing siswa diminta mempelajari LKS tersebut

4).Siswa diminta berpikir dan bekerja secara mandiri atas pertanyaan soal

tersebut beberapa saat.

Fase III

5). Guru mengelompokkan siswa untuk bekerja secara berpasangan.

Fase IV

6). Siswa diminta untuk mendiskusikan LKS dengan pasangannya, saling

memberikan pendapat dalam kelompoknya untuk menjawab LKS dengan

bimbingan guru.

7). Guru memantau kegiatan siswa dengan berkeliling dan mampir disetiap

kelompok.

Fase V

8). Dengan cara diacak, beberapa pasang kelompok siswa diminta untuk

mempresentasikan jawaban dari pertanyaan/masalah tadi (presentasi

dilakukan secara bergiliran/pasangan demi pasangan).

9). Guru mengarahkan hasil diskusi untuk membahas materi.

Page 89: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

89

c. Kegiatan Penutup ( ± 5 menit)

Fase VI

1).Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil menjawab

pertanyaan dengan baik

2). Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

3). Guru menutup pelajaran

10. Penilaian Hasil belajar Siswa

a. Teknik Penilaia : Tes Tertulis

b. Bentuk Instrumen : Isian

c. Instrumen : Terlampir

11. Sistem Penilaian

Nilai = skor siswa x 100%

skor maksimal

12. Alat/Bahan dan Sumber Belajar

a. Alat/Media : LKS, Buku Fisika kelas VIII

b. Sumber :

1) Abdullah, Mikrajuddin. 2007. IPA FISIKA SMP dan Mts untuk Kelas VIII.

Jakarta : Esis. Hal 110-114.

2) Tim Abdi Guru. 2007. IPA Terpadu Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta:

Erlangga. Hal 152.

3) Kanginan, M. (2006). Sains Fisika SMP. Jakarta : Erlangga. Hal 177.

Guru Mata Pelajaran Fisika, Ketapang, April 2010Peneliti,

MayasariNIM. F43108011

Page 90: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

90

LAMPIRAN A-2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS I PERTEMUAN II

1. Identitas Mata Pelajaran

Satuan Pendidikan : SMP

Kelas : VIII

Semester : Genap

Program : IPA

Mata Pelajaran : Fisika

Jumlah Pertemuan : 1 x Pertemuan

2. Standar Kompetensi : Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang

dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.

3. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-

hari

4. Indikator

a. Membedakan infrasonik, ultrasonik, dan audiosonik.

b. Menunjukan gejala akibat resonansi dalam kehidupan sehari-hari

c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bunyi seperti frekuensi

bunyi, ampitudo, kuat lemah bunyi dan tinggi rendah bunyi.

5. Tujuan Pembelajaran

a. Siswa dapat membedakan infrasonik, aultrasonik dan audiosonik

b. Siswa dapat memberikan contoh gejala resonansi dalam kehidupan sehari-

hari

c. Siswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bunyi

seperti frekuensi bunyi, ampitudo, kuat lemah bunyi dan tinggi rendah

bunyi.

6. Materi Ajar

Batas Pendengaran Manusia dan Resonansi

7. Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Page 91: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

91

8. Model dan Metode Pembelajaran :

a. Model : Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share (TPS)

b. Metode : Diskusi dan Ekspositori

9. Kegiatan Pembelajaran

a. Kegiatan Awal / Pendahuluan ( ± 10 menit )

Fase I

1). Guru membuka pelajaran dan mengabsen siswa.

2). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa dengan

bercerita tentang alat musik seperti gitar kemudian guru memberikan

pertanyaan kepada siswa ” Apa yang terjadi bila lubang udara pada gitar

ditutup?”

b. Kegiatan Inti ( ± 65 menit )

Fase II

1). Guru menyampaikan aturan proses pembelajaran

2). Guru memberikan LKS dan menjelaskan cara menggunakannya

3). Masing-masing siswa diminta mempelajari LKS tersebut

4). Siswa diminta berpikir dan bekerja secara mandiri atas pertanyaan soal

tersebut beberapa saat.

Fase III

5). Guru mengelompokkan siswa untuk bekerja secara berpasangan.

Fase IV

6). Siswa diminta untuk mendiskusikan LKS dengan pasangannya, saling

memberikan pendapat dalam kelompoknya untuk menjawab LKS dengan

bimbingan guru.

7). Guru memantau kegiatan siswa dengan berkeliling dan mampir disetiap

kelompok.

Fase V

8). Dengan cara diacak, beberapa pasang kelompok siswa diminta untuk

mempresentasikan jawaban dari pertanyaan/masalah tadi (presentasi

dilakukan secara bergiliran/pasangan demi pasangan).

Page 92: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

92

9). Guru mengarahkan hasil diskusi untuk membahas materi.

c. Kegiatan Penutup ( ± 5 menit)

Fase VI

1) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil menjawab

pertanyaan dengan baik

2). Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah

dipelajari.

3). Guru menutup pelajaran

10. Penilaian Hasil belajar Siswa

a. Teknik Penilaian : Tes Tertulis

b. Bentuk Instrumen : Isian

c. Instrumen : Terlampir

11. Sistem Penilaian

12. Alat/Bahan dan Sumber Belajar

a. Alat/Media : LKS, Buku Fisika kelas VIII

b. Sumber :

1). Abdullah, Mikrajuddin. 2007. IPA FISIKA SMP dan Mts untuk Kelas

VIII. Jakarta : Esis. Hal 114-122.

2). Tim Abdi Guru. 2007. IPA Terpadu Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta:

Erlangga. Hal 153-156

3). Kanginan, M. (2006). Sains Fisika SMP. Jakarta : Erlangga. Hal 177.

Guru Mata Pelajaran Fisika,Ketapang, April 2010

Peneliti,

MayasariNIM. F43108011

Page 93: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

93

LAMPIRAN A-3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS II1. Identitas Mata Pelajaran

Satuan Pendidikan : SMP

Kelas : VIII

Semester : Genap

Program : IPA

Mata Pelajaran : Fisika

Jumlah Pertemuan : 1x Pertemuan

2. Standar Kompetensi : Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang

dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.

3. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan

sehari-hari

4. Indikator

a. Mengetahui bunyi hukum pemantulan bunyi

b. Mengetahui macam-macam bunyi pantul

c. Memberikan contoh pemanfaatan dan dampak pemantulan bunyi dalam

kehidupan sehari-hari

d. Menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan pemantulan bunyi

5. Tujuan Pembelajaran

a. Siswa dapat menjelaskan bunyi hukum pemantulan bunyi

b. Siswa dapat mengetahui macam-macam bunyi pantul

c. Siswa dapat mengetahui pemanfaatan pemantulan bunyi dan dampaknya

d. Siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan

pemantulan bunyi

6. Materi Ajar

Pemantulan Bunyi

7. Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Page 94: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

94

8. Model dan Metode Pembelajaran :

a. Model : Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share (TPS)

b. Metode : Diskusi, Ekspositori.

9. Kegiatan Pembelajaran

a. Kegiatan Awal / Pendauluan ( ± 5 menit )

Fase I

1) Guru membuka pelajaran kemudian mengabsen siswa.

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa dengan

memberikan pertanyaan kepada siswa ”pernahkah kalian berteriak

dilapangan luas dan di mulut sumur? Apa yang terdengar?”

b. Kegiatan Inti ( ± 70 menit )

Fase II

1) Guru menyampaikan aturan proses pembelajaran

2) Guru menyampaiakn materi dengan ringkas

3) Guru memberikan LKS dan menjelaskan cara menggunakannya

4) Masing-masing siswa diminta mempelajari LKS tersebut

5) Siswa diminta berpikir dan bekerja secara mandiri atas pertanyaan soal

tersebut beberapa saat.

Fase III

6). Guru mengelompokkan siswa untuk bekerja secara berpasangan.

Fase IV

7). Siswa diminta untuk mendiskusikan LKS dengan pasangannya, saling

memberikan pendapat dalam kelompoknya untuk menjawab LKS dengan

bimbingan guru.

8). Guru memantau kegiatan siswa dengan berkeliling dan mampir disetiap

kelompok.

Fase V

9). Dengan cara diacak, beberapa pasang kelompok siswa diminta untuk

mempresentasikan jawaban dari pertanyaan/masalah tadi (presentasi

dilakukan secara bergiliran/pasangan demi pasangan).

Page 95: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

95

10). Guru mengulas hasil diskusi kelas

c. Kegiatan Penutup ( ± 5 menit)

Fase VI

1) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil menjawab

pertanyaan dengan baik

2) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

3) Guru menutup pelajaran

10. Penilaian Hasil belajar Siswa

a. Teknik Penilaian : Tes Tertulis

b. Bentuk Instrumen : Isian

c. Instrumen : Terlampir

11. Sistem Penilaian

12. Alat/Bahan dan Sumber Belajar

a. Alat/Media : LKS, Buku Fisika kelas VIII

b. Sumber

1) Abdullah, Mikrajuddin. 2007. IPA FISIKA SMP dan Mts untuk Kelas

VIII. Jakarta : Esis. Hal 123.

2) Tim Abdi Guru. 2007. IPA Terpadu Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta:

Erlangga. Hal 157

3) Kangunan, M.(2006). Sains Fisika SMP. Jakarta:Erlangga. Hal. 177

Guru Mata Pelajaran Fisika,Ketapang, April 2010

Peneliti,

MayasariNIM. F43108011

Page 96: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

96

Lampiran A-4

KISI-KISI SOAL PRE-TEST

Nama sekolah : SMP N 04 Ketapang

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas / semester : VIII / II

Materi : Bunyi

Alokasi waktu : 20 menit

Bentuk soal : Objektif

Standar Kompetensi:

Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk

teknologi sehari-hari.

Kompetensi Dasar:

Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari

Materi Pokok

Indikator AspekNomor

SoalPengertian Bunyi dan Batas Pendengaran manusia dan Pemantulan Bunyi

Memaparkan karakteristik bunyi Menentukan medium perambatan bunyi Menentukan cepat rambat bunyi di udara Membedakan infrasonik, ultrasonik, dan

audiosonik. Menunjukan gejala akibat resonansi dalam

kehidupan sehari-hari Mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi bunyi seperti frekuensi bunyi, ampitudo, kuat lemah bunyi dan tinggi rendah bunyi.

Menjelaskan bunyi hukum pemantulan bunyi

Mengetahui macam-macam bunyi pantul Memberikan contoh pemanfaatan serta

dampak pemantulan bunyi dalam kehidupan sehari-hari

Menyelesaikan soal yang berhubungan dengan pemantulan bunyi

C2

C2

C3

C2

C2

C2

C2

C2

C2

C3

12,34, 56, 7

8

9, 10, 11

1213,14,1516, 17, 18

19, 20

Page 97: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

97

LAMPIRAN A-5

KISI-KISI SOAL POS-TEST SIKLUS I

Nama sekolah : SMP N 04 Ketapang

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas / semester : VIII / II

Materi : Bunyi

Alokasi waktu : 2 x 40 menit

Bentuk soal : Objektif

Standar Kompetensi:

Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk

teknologi sehari-hari.

Kompetensi Dasar:

Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari

Materi Pokok Indikator Aspek Nomor Soal

Pengertian Bunyi dan Batas Pendengaran manusia

Memaparkan karakteristik bunyi Menentukan medium perambatan

bunyi Menentukan cepat rambat bunyi di

udara Membedakan infrasonik, ultrasonik,

dan audiosonik. Menunjukan gejala akibat resonansi

dalam kehidupan sehari-hari Mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi bunyi seperti frekuensi bunyi, ampitudo, kuat lemah bunyi dan tinggi rendah bunyi.

C2

C2

C3

C2

C2

C2

1, 23

4, 5

6, 7

8, 9

10

Page 98: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

98

LAMPIRAN A-6

SOAL PRE-TEST

Nama sekolah : SMP N 04 Ketapang

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas / semester : VIII / II

Materi Pokok : Bunyi

Alokasi waktu : 1 x 20 menit

I. Pilihlah salah satu jawaban a, b, c, atau d yang menurut anda benar!

1. Di bawah ini yang termasuk sifat-sifat bunyi adalah . . . .

a. Bukan merupakan hasil getaran

b. Bunyi merambat tanpa melalui zat perantara

c. Bunyi dapat dipantulkan

d. Bunyi dapat merambat di ruang hampa

2. Pernyataan manakah yang benar?

a. Bunyi merambat memerlukan waktu

b. Bunyi merambat tidak baik pada zat padat

c. Sambil menyelam memukul-mukul batu, maka bunyi tidak dapat

didengar

d. Bersamaan dengan adanya kilat terjadi guruh

3. Pernyataan berikut ini yang benar adalah . . . .

a. Cepat rambat bunyi tidak dipengaruhi suhu

b. Cepat rambat bunyi untuk setiap zat sama

c. Cepat rambat bunyi dipengaruhi suhu

d. Cepat rambat bunyi sama setiap waktu

4. Misalkan, bunyi menempuh jarak 136 meter selama 0,4. Cepat rambat

bunyi di udara adalah . . . .

a. 240 m/s c. 340 m/s

b. 440 m/s d. 550 m/s

5. Jarak yang ditempuh gelombang bunyi dalam air setelah 3 sekon adalah

4320 meter. Berapakah cepat rambat bunyi dalam air?

Page 99: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

99

a. 1240 m/s b. 1340 m/s c. 1440 m/s d. 1540 m/s

6. Bunyi yang frekuensinya kurang dari 20 Hz disebut . . . .

a. Infrasonik c. Supersonik

b. Audiosonik d. Ultrasonik

7. Hewan yang dapat menimbulkan dan mendengar bunyi ultrasonik

adalah. . . .

a. Manusia dan kelelawar c. Kelelawar dan lumba-lumba

b. Anjing dan ikan d. Ikan dan jangkrik

8. Perhatikan gambar di bawah ini!

Apa yang terjadi bila I digetarkan?

a. G ikut bergetar sedangkan E, F dan H tetap diam

b. E dan H ikut bergetar sedang F dan G tetap diam

c. E ikut bergetar sedang F dan G tetap diam

d. H ikut bergetar sedang E, F dan G tetap diam

9. Tinggi rendahnya bunyi ditentukan oleh . . . .

a. Amplitudo c. Pola gelombang

b. Panjang gelombang d. Frekuensi

10. Kuat lemahnya bunyi ditentukan oleh . . . .

a. Amplitudo c. Pola gelombang

b. Panjang gelombang d. Frekuensi

11. Bunyi alat musik yang satu dengan alat musik yang lain dibedakan

oleh…

a. Sumber bunyi c. frekuensi bunyi

b. Amplitudo d.kualitas bunyi

G H I

E

F

Page 100: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

100

12. Arah bunyi pantul yang benar ditunjukan oleh . . . .

a. c.

b. d.

13. Yang termasuk pemantulan bunyi di bawah ini adalah . . . .

a. Gaung dan gema c. Kerdam dan nada

b. Gema dan nada d. Gaung dan Nada

14. Bila berteriak di mulut sumur yang dalam, terdengar bunyi ulang dari

dalam sumur. Bunyi ulang tersebut dinamakan . . . .

a. Gema b. Gaung c. Desah d. Resonansi

15. Bunyi pantul yang terdengar jelas setelah bunyi asli dinamakan . . . .

a. Kerdam c. Gema

b. Bunyi datang d. Gaung

16. Kedalaman laut dapat diketahui dengan bantuan . . ..

a. Gaung c. Kerdam

b. Gema d. Mistar Panjang

17. (1) Perencanaan gedung bioskop

(2) Pengukuran kedalaman laut

(3) Kelelawar melihat ke depan

(4) Mengetahui tempat yang banyak ikan

Pemanfaatan gejala pemantulan bunyi yang benar ditunjukan oleh

nomor….

Page 101: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

101

a. 1, 2, 3 c. 1, 3, 4

b. 1, 2, 4 d. 2, 3, 4

18. Dari peristiwa berikut:

(1)Orang yang berpidato di dalam gedung

(2)Orang yang berteriak disuatu lembah yang dikelilingi tebing

Yang terjadi adalah . . . .

a. (1) menghasilkan gaung dan (2) menghasilkan gema

b) (1) menghasilkan gema dan (2) menghasilkan gaung

c) (1) dan (2) menghasilkan gaung

d) (1) dan (2) menghasilkan gema

19. Penggetar didasar kapal mengirimbunyi dan diterima kembali oleh

hidrofon setelah 4 sekon. Jika cepat rambat bunyi dalam laut 1400 m/s,

maka kedalaman laut adalah . . . .

a. 2,8 m c. 2800 m

b. 5,6 m d. 5600 m.

20. Bunyi yang dilepaskan ke dalam laut terdengar kembali setelah 5 sekon.

Cepat rambat bunyi dalam air 1500 m/s. Dalamnya air laut adalah . . . .

a. 7500 m c. 300 m

b. 3750 m d. 150 m

Page 102: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

102

LAMPIRAN A-7

SOAL POST-TEST SIKLUS I

Nama sekolah : SMP N 04 Ketapang

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas / semester : VIII / II

Materi Pokok : Batas Pendengaran manusia,

Resonansi

Alokasi waktu : 10 menit

I. Pilihlah jawaban a, b, c, dan d yang menurut anda benar!

1. Semua benda yang menimbulkan bunyi dapat disebut . . . .

a. Gelombang c. zat perantara

b. Sumber bunyi d. meredam bunyi

2. Di bawah ini yang termasuk syarat terdengarnya bunyi adalah ...

a. Tidak ada benda yang bergetar (sumber bunyi)

b. Tidak ada medium yang merambatkan bunyi

c. Ada penerima (pendengar)

d. Ada diruang hampa

3. Perhatikan tabel berikut ini!

Suhu (oC) 30 35 36

Cepat rambat bunyi (m/s) 332 340 347

Dari data tersebut membuktikan bahwa sifat bunyi dipengaruhi oleh . . . .

a. Keadaan c. Derajat Celcius

b. Lamanya merambat d. Suhu

4. Sebuah bunyi memiliki panjang gelombang 2 meter. Jika frekuensi

tersebut 150 Hz, maka kelajuan rambat bunyi tersebut adalah . . . .

a. 200 m/s c. 300 m/s

b. 400 m/s d. 500 m/s

Page 103: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

103

5. Gelombang bunyi merambat di air dengan kecepatan 1400 m/s. Berapakah

jarak yang ditempuh bunyi setelah merambat 5 sekon?

c. 7000 meter c. 700 meter

d. 2800 meter d. 280 meter

6. Bunyi yang frekuensinya antara 20 Hz sampai 20 KHz disebut . . .

a. Supersonik c. Audiosonik

b. Ultrasonik d. Infrasonik

7. Kelelawar yang terbang malam hari tidak pernah menabrak benda

didepannya. Hal ini disebabkan . . . .

a. Kelelawar dapat menangkap gelombang infrasonik

b. Kelelawar memancarkan gelombarng infrasonik

c. Kelelewar mengeluarkan frekuensi ultrasonik

d. Kelelawar dapat melihat dalam gelap

8. Di bawah ini yang merupakan pernyataan terjadinya resonansi adalah . . . .

a. Untuk ayunan, tali penggantung sama panjang

b. Untuk ayunan, tali penggantung tidak sama panjang

c. Selaput tipis tidak mudah beresonansi

d. Selaput suara tidak mudah beresonansi

9. Dibawah ini termasuk akibat yang ditimbulkan resonansi adalah . . .

a. Seorang penyanyi dapat memecahkan gelas kristal dengan suaranya

b. Kaca jendela rumah tidak bergetar jika ada kendaraan yang lewat

c. Beduk masjid terdengar pelan saat dipukul

d. Lubang pada gitar ditutup menyebabkan suara keras saat dipetik

10. Bunyi alat musik satu dengan alat musik yang lain dibedakan oleh . . . .

a. Sumber bunyi c. Amplitudo

b. frekuensi bunyi d. Kualitas bunyi

.

Page 104: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

104

LAMPIRANA-8

KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN

SOAL PRE-TEST

No JAWABAN SKOR1.2.3. 4.5. 6.7.89. 10.11.12.

13.14.15. 16.17.18.19. 20.

C. Dapat dipantulkanA. Bunyi merambat memerlukan waktuC. cepat rambat bunyi dipengaruhi oleh suhu C. 340 m/sC. 1440 m/sA. InfrasonikC. Kelelawar dan lumba-lumba A. G ikut bergetar sedangkan E, F dan H tetap diamD. FrekuensiA. AmplitudoD. kualitas bunyiC.

A. Gaung dan gemaA. GemaC. GemaB. GemaB. 1, 2, 4A. (1) menghasilkan gaung dan (2) menghasilkan gemaB. 3750 meterC. 2800 meter

111111111111

11111111

Page 105: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

105

LAMPIRAN A-9

KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN

SOAL POSTEST SIKLUS I

No JAWABAN SKOR1.2.3.4.5. 6.7.8.9.

10.

B. Sumber bunyi C. Adanya penerima (pendngar)

D. SuhuC. 300 m/sA. 7000 meterC. AudiosonikA. Kelelawar dapat menangkap gelombang infrasonik

A. Untuk ayunan, tali penggantung sama panjangA. Seorang penyanyi dapat memecahkan gelas kristal dengan

suaranyaD. Kualitas bunyi

111111111

1

Page 106: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

106

LAMPIRAN A-10

KISI SOAL POS-TEST SIKLUS II

Nama sekolah : SMP N 04 Ketapang

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas / semester : VIII / II

Materi : Pemantulan Bunyi

Alokasi waktu : ±10 menit

Bentuk soal : Objektif

Standar Kompetensi:

Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk

teknologi sehari-hari.

Kompetensi Dasar:

Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari

Materi Pokok

Indikator Aspek Nomor Soal

Pemantulan Bunyi

Menjelaskan bunyi hukum pemantulan bunyi

Mengetahui macam-macam bunyi pantul

Memberikan contoh pemanfaatan serta dampak pemantulan bunyi dalam kehidupan sehari-hari

Menyelesaikan soal yang berhubungan dengan pemantulan bunyi

C2

C2

C2

C3

1

2, 3, 4

5, 6, 7, 8,

9, 10

Page 107: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

107

LAMPIRAN A-11

SOAL POST-TEST SIKLUS II

Nama sekolah : SMP N 04 Ketapang

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas / semester : VIII / II

Materi Pokok : Pemantulan Bunyi

Alokasi waktu : 10 menit

A. Pilihlah jawaban a, b, c, atau d yang menurut anda benar!

1. Jika sudut datang bunyi 40o , maka sudut pantul bunyi adalah . . .

a. 20o b. 30o c. 40o d. 50o

2. Dibawah ini yang termasuk bunyi pantul adalah . . . .

a. Gema dan nada c. Kerdam dan Gaung

b. Gaung dan nada d. Kerdam dan nada

3. Bunyi pantul yang hanya sebagian bersamaan dengan bunyi asli, sehingga

bunyi asli tidak jelas dinamakan . . . .

a. Gaung c. Gema

b. Bunyi pantul keras d. Bunyi datang

4. Bunyi pantul yang terdengar jelas setelah bunyi asli dinamakan . . . .

a. Kerdam c. Gema

b. Bunyi datang d. Gaung

5. Salah satu manfaat dari gema adalah . . . .

a. Mengukur kedalaman laut

b. Mengukur ketebalan dinding pemantulan

c. Mengukur volume air bendungan

d. Mengukur panjangnya laut

6. Di bawah ini yang merupakan manfaat dari pemantulan bunyi adalah . . . .

Page 108: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

108

a. Mengukur cepat rambat bunyi

b. Melihat ikan di dasar laut

c. Mengukur tebal dinding goa

d. Mengetahui merdunya suara

7. Untuk menghilangkan gaung pada dinding gedung-gedung pertemuan

dipasang . . . .

a. Aluminium c. Karpet

b. Kaca d. Seng

8. Dari peristiwa berikut:

(1)Orang yang berteriak disuatu lembah yang dikelilingi tebing

(2)Orang yang berpidato di dalam gedung

Yang terjadi adalah . . . .

a (1) dan (2) menghasilkan gaung

c. (1) dan (2) menghasilkan gema

c. (1) menghasilkan gaung dan (2) menghasilkan gema

d. (1) menghasilkan gema dan (2) menghasilkan gaung

9. Kedalaman laut di suatu tempat adalah 210 m. Kelajuan rambat bunyi di air

laut adalah 1400 m/s. Getaran yang dikirimkan oleh kapal ke dasar laut akan

diterima pantulannya dalam waktu . . . (skor 40)

a. 3,3 sekon c. 4,4 sekon

b. 5.5 sekon d. 6,6 sekon

10 Gelombang bunyi dikirimkan ke dasar laut dari sebuah transmitter. 4 detik

kemudian ditangkap bunyi pantulannya oleh hidrofon. Jika cepat rambat

bunyi di dalam air 1.500 m/s. Berapakah dalamnya laut tersebut?

a. 2000 meter c. 3000 meter

b. 4000 meter d. 5000 meter

Page 109: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

109

Page 110: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

110

LAMPIRAN A-12

KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN

SOAL POST-TEST SIKLUS II

No JAWABAN SKOR

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10,

A. 40o

C. Kerdam dan Gaung A. GaungC. GemaA. Mengukur kedalaman lautA. Mengukur cepat rambat bunyi C. KarpetD. (1) menghasilkan gema dan (2) menghasilkan gaungA. 3,3 sekonC. 3000 m

1111111111

Page 111: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

111

Lampiran B-1

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) I

Nama sekolah : SMP N 04 Ketapang

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas / semester : VIII / II

Materi Pokok : Pengertian Bunyi dan Cepat

Rambat Bunyi

A. Standar Kompetensi:

Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam

produk teknologi sehari-hari.

B. Kompetensi Dasar:

Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari

C. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat menjelaskan pengertian bunyi

2. Siswa dapat menyebutkan syarat terjadinya bunyi

3. Siswa dapat mengetahui medium yang dirambati bunyi

4. Siswa dapat menghitung cepat rambat bunyi

D. Uraian Materi

1. Bunyi adalah Gelombang Longitudinal

Benda yang bergetar dapat menimbulkan bunyi. Benda tersebut

dapat disebut sumber bunyi. Sumber bunyi yang bergetar akan

menggetarkan molekul-molekul udara yang ada disekitarnya. Selanjutnya,

molekul-molekul udara yang bergetar akan menjalarkan getarannya ke

molekul-molekul udara di dekatnya. Demikian seterusnya, sampai

molekul-molekul udara yang ada disekitar telinga ikut bergetar sehingga

bunyi dapat terdengar.

Getaran yang dihasilkan sumber getar hanya berupa gerakan maju

mundur disekitar posisi setimbangnya. Gerakan ini mengakibatkan

Page 112: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

112

molekul-molekul udara pada suatu saat terdorong mendekat (rapatan) dan

pada saat yang lain molekul-molekul udara terdorong menjauh

(renggangan). Rapatan dan rengganagan menjalar ke segala penjuru.

Molekul-molekul udara hanya bergetar maju mundur di sekitar posisi

setimbangnya dan tidak ikut merambat. Jadi, gelombang bunyi tergolong

gelombang logitudinal.

Syarat terjadi dan terdengarnya bunyi:

a. Ada benda yang bergetar (sumber bunyi)

b. Ada médium yang merambatkan bunyi, dan

c. Ada penerima yang berada di dalam jangkauan sumber bunyi.

2. Gelombang bunyi merambat memerlukan medium

Gelombang bunyi dapat didengar apabila ada zat antara atau

medium untuk merambat sampai ke telinga. Setiap hari, pada saat

bercakap-cakap atau ketika hujan, sering terdengar suara petir. Hal ini

menunjukkan bahwa bunyi dapat merambat melalui udara. Selain itu,

bunyi dapat merambat melalui zat padat dan zat cair.

3. Cepat rambat bunyi

Bunyi memiliki cepat rambat yang terbatas. Bunyi memerlukan

waktu untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Cepat rambat

bunyi jauh lebih kecil dibandingkan dengan cepat rambat cahaya. Pada

saat terjadi petir kita melihat kilatan cahaya petir yang muncul lebih dulu.

Beberapa saat terjadi petir kita melihat kilatan cahaya petir muncul lebih

dulu. Beberapa saat kemudian bunyi gemuruh petir baru terdengar.

Sebenarnya, kilatan dan bunyi petir muncul pada saat yang bersamaan.

Namun, kilatan petir merambat dalam bentuk gelombang cahaya,

sedngkan bunyi merambat dalam bentuk gelombang bunyi. Karena bunyi

mencapai pengamat (kamu) lebih lambat daripada cahaya,

Page 113: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

113

Jika gelombang bunyi menempuh jarak s selama selang waktu t,

maka akan memenuhi hubungan :

Dengan s = jarak tempuh (m)

t = waktu (s), dan v = cepat rambat bunyi (m/s)

Telah diketahui bahwa selama satu periode gelombang menempuh jarak

sejauh satu panjang gelombang. Dengan demikian, jika t = T, mka s = λ. Oleh

karena itu, bentuk lain ungkapan cepat rambat gelombang adalah

oleh karena itu maka v = λ f

Berikut ini tabel cepat rambat bunyi berbeda-beda pada medium

yang kepadatan dan suhu berbeda.

Medium Cepat Rambat Bunyi (m/s)Udara (0oC) 331Udara(15oC) 340Udara (25oC) 347

Gas Hidrogen (0oC) 1 286Gas Oksigen (0oC) 317

Air (25oC) 1 490Air laut (25oC) 1 530Timbal (20oC) 1 230

Aluminium (20oC) 5 100Tembaga (20oC) 3 560

Besi (20oC) 5 130Batu Granit 6 000

Page 114: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

114

SOAL

I. Petunjuk:

a. Selesaikan permasalahan berikut secara mandiri kemudian

diskusikan bersama pasangan / kelompokmu

b. Jika ada hal – hal yang tidak kamu pahami, tanyakanlah pada

guru

II. Kerjakan soal-soal di bawah ini!

1. Bagaimanakah bunyi dapat kita dengar? Jelaskan!

2. Sebutkan 3 syarat terdengarnya bunyi oleh telinga manusia! Bagaimana

jika salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi?

3. Perhatikan Tabel berikut!

Medium Cepat Rambat Bunyi (m/s)

Udara (0oC) 331

Udara (15oC) 340

Udara (25oC) 347

Mengapa Cepat rambat bunyi pada tabel di atas memiliki nilai yang

berbeda sedangkan medium yang dirambati bunyi sama? Jelaskan

pendapatmu!

4. Gelombang bunyi dengan frekuensi 320 Hz merambat di udara dengan

panjang gelombang tersebut 1,0625. Berapakah cepat rambat gelombang

bunyi tersebut?

Page 115: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

115

Lampiran B-2

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) II

Nama sekolah : SMP N 04 Ketapang

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas / semester : VIII / II

Materi Pokok : Batas Pendengaran manusia,

Resonansi

A. Standar Kompetensi:

Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam

produk teknologi sehari-hari.

B. Kompetensi Dasar:

Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari

C. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat membedakan infrasonik, aultrasonik dan audiosonik

2. Siswa dapat memberikan contoh gejala resonansi dalam kehidupan sehari-

hari

3. Siswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bunyi seperti

frekuensi bunyi, ampitudo, kuat lemah bunyi dan tinggi rendah bunyi.

D. Uraian Materi

1. Batas Pendengaran Manusia

Kemampuan telinga manusia untuk mendengar bunyi yang

terbatas. Telinga manusia normal umumnya hanya dapat mendengar bunyi

dengan frekuensi antara 20- 20000Hz yang disebut audiosonik. Bunyi

dengan frekuensi di bawah 20Hz disbut infrasonik (infra artinya lebih

rendah). Sedangkan bunyi dengan frekuensi di atas 20000Hz di sebut

ultrasonik (ultra artinya lebih tinggi). Bunyi infrasonik dihasilkan oleh

bergetarnya benda-benda berukuran besar, seperti gempa bumi dan getaran

mesin-mesin besar di pabrik dan gunung meletus. Sehingga kalau akan

Page 116: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

116

terjadi gempa atau gunung meletus, ada hewan-hewan tertentu yang sudah

dapat mendeteksi dan hewan tersebut akan lari mencari tempat yang aman.

Meskipun telinga manusia tidak mampu menangkap gelombang

bunyi infrasonik dan ultrasonik, hewan-hewan tertentu mampu

menangkap gelombang tersebut. Hewan-hewan itu memiliki kepekaan

luar biasa misalnya: jangkrik, anjing, lumba-lumba, dan kelelawar dapat

mendengar infrasonik. Kelelawar juga dapat menghasilkan dan

mendengar bunyi ultrasonik.

2. Tinggi rendah bunyi.

Tinggi rendah bunyi ditentukan oleh frekuensinya. Makin tinggi

frekuensi sumber bunyi, maka makin tinggi bunyi yang dihasikan. Bunyi

yang sangat tinggi dapat menyebabkan telinga sakit. Ketika mencapai

telinga, bunyi yang tinggi menyebabkan gendang telinga bergetar cepat.

Akibatnya, gendang telinga terasa nyeri.

3. Kuat lemah Bunyi

kuat lemahnya bunyi ditentukan oleh amplitudonya. Makin besar

amplitudo bunyi maka makin kuat bunyi tersebut.

4. KualitasBunyi

Pada saat mendengar bunyi dua alat musik, misalnya gitar dan

trombón, yang dimainkan pada nada yang sama (misalnya nada C), dapat

dibedakan dengan jelas suara gitar dan suaru trombón. Meskipun

memainkan nada yang sama, gitar dan trombón memiliki karakter bunyi

yang khas. Inilah yang disebut kualitas bunyi. Kualitas bunyi sering disebut

timbre atau warna bunyi, kualitas bunyi inilah yang membedakan bunyi

yang dikeluarkan oleh berbagai henis alat musik

5. Resonansi

Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena di

dekatnya ada getaran yang frekunsinya sama dengan frekunsi alamiah benda

tersebut.

Page 117: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

117

Ketika bandul A diayunkan, maka lama-kelamaan bandul C ikut

berayun, sedangkan bandul yang lainnya diam. Jika bandul B yang

diayunkan, hanya bandul D yang ikut berayun seirama dengan B. Jadi,

hanya bandul yang panjang benangnya sama atau frekuensinya sama yang

ikut berayun

SOAL

I. Petunjuk

b. Selesaikan permasalahan berikut secara mandiri kemudian

diskusikan bersama pasangan / kelompokmu

c. Jika ada hal – hal yang tidak kamu pahami, tanyakanlah pada

guru

II. Kerjakan soal-soal di bawah ini!

1. Jelaskan apa itu audiosonik, infrasonik dan ultrasonik.

2. Mengapa jangkrik sudah menghentikan suaranya, padahal orang masih

berada di tempat agak jauh?

3. Berikan masing-masing 3 gejala resonansi!

4. Perhatikan gambar berikut! Jika F dan B digetarkan? Bagaimana

dengan yang lainnya? Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Jelaskan!

A

C B

F G E D

A B C

D

E

Page 118: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

118

Lampiran B-3

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) III

Nama sekolah : SMP N 04 Ketapang

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas / semester : VIII / II

Materi Pokok : Pemantulan Bunyi

A. Standar Kompetensi:

Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam

produk teknologi sehari-hari.

B. Kompetensi Dasar:

Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari

C. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat meenjelaskan bunyi Hukum Pemantulan bunyi

2. Siswa dapat mengetahui macam-macam bunyi pantul

3. Siswa dapat mengetahui pemanfaatan pemantulan bunyi dan dampaknya

4. Siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan

pemantulan bunyi

D. Uraian Materi

1.Pemantulan Bunyi

Ketika berteriak ditengah lapangan, teriakan tidak akan kembali

terdengar. Sebaliknya, ketika berteriak di dalam ruangan atau depan tebing,

suara yang baru diucapkan akan terdengar kembali meskipun lebih lemah

daripada aslinya.

Hukum Pemantulan bunyi:

Page 119: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

119

Hukum pemantulan bunyi menyatakan :

1). Sudut datang sama dengan sudut pantul (i = r)

2). Sudut datang, bunyi pantul dan garis normal berada pada satu bidang.

Ketiganya berpotongan di satu titik.

2. Jenis-jenis Bunyi Pantul

a. Gaung

Gaung adalah bunyi pantulan yang sebagian terdengar bersamaan dengan

bunyi asli sehingga bunyi asli menjadi tidak jelas. Untuk menghilangkan

gaung di dinding harus dilengkapi dengan bahan peredam bunyi. Bunyi

yang mencapai dinding akan diredam sehingga bunyi yang dipantulkan

menjadi sangat lemah. Walaupun gaung teta pada, namun karena sangat

lemah, bunyi asli tidak mengalami gangguan yang berarti.

Contoh gaung:

Suara asli fi – si – ka

Suara pantulan fi – si – ka

Suara yang terdengar fi ka

b. Gema

Gema adalah bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli selesai

diucapkan. Gaung terjadi jika letak pantul cukup jauh dari sumber bunyi.

Berikut contoh terjadinya gema:

Suara asli fi – si – ka

Suara pantulan fi – si – ka

Suara yang terdengar fi – si - ka – fi – si – ka

c. Bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli

Jika jarak dinding pantul sangat dekat dengan sumber bunyi, waktu yang

diperlukan bunyi pantul untuk kembali sangat singkat. Oleh karena itu,

bunyi pantul yang terdengar dapat dianggap bersamaan dengan bunyi

asli. Karena diperkuat oleh bunyi pantul, bunyi asli akan terdengar lebih

nyaring. Dalam peristiwa ini bunyi pantul memperkuat bunyi asli. Itulah

Page 120: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

120

sebabnya ketika bernyanyi di kamar mandi, suara terdengar lebih

nyaring. Konser musik di ruang tertutup juga terdengar lebih keras.

d. Manfaat bunyi pantul

1). Mengukur cepat rambat bunyi

2). Mengukur kedalaman laut

Kedalaman laut dapat ditentukan menggunakan rumus:

d =

3). Mengetahui kandungan ikan di bawah laut

4). Mengukur panjang lorong goa

5). Menyelidiki lapisan bumi

` 6). Menyelidiki kerusakan logam

SOAL

I. Petunjuk

a.Selesaikan permasalahan berikut secara mandiri kemudian diskusikan

bersama pasangan / kelompokmu

b. Jika ada hal – hal yang tidak kamu pahami, tanyakanlah pada guru

II. Kerjakan soal-soal di bawah ini!

1. Jika bunyi datang dengan sudut 30o., Berapa sudut pantul yang dihasilkan?

Mengapa hakl tersebut dapat terjadi? Jelaskan!

2. Jelaskan pengertian gaung dan gema! Dan berikan masing-masing

contohnya!

3. Penggetar didasar kapal mengirim bunyi dan diterima kembali oleh

hidrofon setelah 4 sekon. Jika cepat rambat bunyi dalam laut 1400 m/s,

maka kedalaman laut adalah . . . .

4. Mengapa di dinding sebuah bioskop ditutupi kapet? Jelaskan!

d = kedalam laut (m)

t = waktu (s)

v = kecepatan bunyi dalam air

Page 121: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

121

Lampiran B-4

KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN LKS I

No Kunci Jawaban Skor

1 Bunyi dapat kita dengar karena adanya sumber bunyi yang menggetarkan molekul-molekul udara yang ada disekitarnya. Selanjutnya, molekul-molekul udara yang bergetar akan menjalarkan getarannya ke molekul-molekul udara di dekatnya. Demikian seterusnya, sampai molekul-molekul udara yang ada disekitar telinga ikut bergetar sehingga bunyi dapat terdengar.

25

2 Syarat terdengarnya bunyi:a. Ada sumber bunyi (benda yang bergetar)b. Ada medium yang merambatkan bunyic. Ada penerima (pendengar)Apabila salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi maka bunyi tidak akan terdengar. Contohnya jika tidak ada sumber bunyi, maka bunyi tidak akan terdengar karena tidak adanya sunber asal bunyi.

20

3. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa suhu mempengaruhi cepat rambat bunyi, walaupun dalam medium yang sama, semakin tinggi suhu maka cepat rambat bunyi semakin besar dapat dilihat dari suhu 0o C, 15o C, dan 25oC, cepat rambat bunyi juga makin besar dari 331 m/s, 340m/s dan 347 m/s

25

4. Diketahui: f =320 Hz λ = 1,0625?Ditanyakan: v ?Jawab:

v = λ . f = 1.0625 x 320

= 340 m/s

55

5510

Page 122: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

122

Lampiran B-5

KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN LKS II

No Kunci Jawaban Skor

1 Audiosonik adalah bunyi dengan batas frekuansi antara 20Hz-20KHz, manusia dapat mendengar bunyi audiosonik.Infrasonik adalah bunyi dengan batas frekuensi di bawah 20Hz (infra artinya lebih rendah).

30

2. Karena jangkrik dapat menangkap gelombang infrasonik. sehingga jangkrik mendengar bunyi dari keauhan dan berhenti berbunyi sebelum bunyi sampai di dekat sarangnya.

20

3. 1. Resonansi yang terjadi pada gendang saat dipukul yang menyebabkan suara gendang menjadi nyaring

2. Kaca jendela ikut bergetar pada saat kendaraan lewat3. Bandul yang diayun lama kelamaan bandul yang panjang

talinya sama akan ikut berayun.

20

4. Jika F digetarkan, maka C dan G ikut bergetar karena panjang talinya sama, sedangkan A, B, D dan E akan tetap diam karena panjang talinya tidak sama.Jika B digetarkan, maka A, C, D, E, F, G akan tetap diam karena panjang talinya berbeda.

30

Page 123: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

123

Lampiran B-6

KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN LKS III

No Kunci Jawaban Skor1 Sesuai dengan hukum pemantulan bunyi, sudut datang =

sudut pantul, jika sudut yang datang 30o maka sudut yang dipantulkan sama, yaitu30o .

20

2 Gaung adalah bunyi pantulan yang sebagian terdengar bersamaan dengan bunyi asli sehingga bunyi asli menjadi tidak jelas.Gema adalah bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli selesai diucapkan. Gaung terjadi jika letak pantul cukup jauh dari sumber bunyi. Gaung: Orang yang berpidato di dalam gedungGema :Orang yang berteriak disuatu lembah yang dikelilingi tebing

10

10

55

3. Diketahui t = 4 sekonv = 1400 m/sDitanya s?

=

= 2800 meter

55

10

10

4. Hal ini dg tujuan untuk menghilangkan gaung di dinding yang harus dilengkapi dengan bahan peredam bunyi seperti karpet. Bunyi yang mencapai dinding akan diredam sehingga bunyi yang dipantulkan menjadi sangat lemah. Walaupun gaung tetap pada, namun karena sangat lemah, bunyi asli tidak mengalami gangguan yang berarti.

20

Page 124: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

124

Lampiaran C-1

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

THINK-PAIR SHARE (TPS) SIKLUS I

Nama Sekolah : SMPN 4Ketapang

Mata Pelajaran : Fisika

Pokok Bahasan : Pemantulan Bunyi

Kelas / Semester : VIII / Genap

Nama Guru : Eka Haswida, SP

Hari / Tanggal :

Waktu :

NO Aspek yang diamatiSkor

1 2 3 41. Motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran √2. Kemampuan siswa untuk mengungkapkan ide

mengenai topik yang akan dibahas dengan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru

3. Mengerjakan soal yang telah diberikan √4. Berbagi atau berdiskusi dengan teman

sekelompoknya dalam menyelesaikan masalah

5. Mempresentasikan tugas di depan kelas √6. Aktif bertanya pada saat diskusi √7. Aktif menjawab pada saat diskusi √8. Tidak memaksakan pendapat pribadi √

Keterangan :Skor 1 : Kurang Baik Skor 3 : Baik

Skor 2 : Cukup Skor 4 : Sangat Baik

Page 125: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

125

LAMPIRAN C-2

LEMBAR OBSERVASI GURU DALAM PEMBELAJARAN DENGAN

MENGGUNAKANMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

THINK-PAIR-SHARE (TPS) PERTEMUAN I SIKLUS I

Nama Sekolah : SMPN 04 Ketapang

Mata Pelajaran : Fisika

Pokok Bahasan : Pengertian bunyi, Cepat Rambat Bunyi

Kelas / Semester : VIII / Genap

Nama Guru : Eka Haswida, SP.

Hari / Tanggal :

Waktu :

NO Aspek yang diamatiSkor

1 2 3 4I. Kegiatan Awal

.Fase I1. Guru mengucap salam

2. Guru membuat perangkat pembelajaran √3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai √

4. Guru memotivasi siswa √

II. Kegiatan intiFase II1. Guru menyampaikan aturan proses pembelajaran

2. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada masing-masing siswa dan menjelaskan cara menggunakannya

3. Guru meminta masing-masing siswa untuk mempelajari LKS tersebut

4. Guru meminta siswa untuk berpikir dan bekerja secara mandiri untuk menjawab pertanyaan yang terdapat di dalam LKS

Fase III5. Guru menggorganisasikan siswa ke dalam kelompok

belajar yang beranggotakan 2 orang siswa sesuai dengan pasangan masing-masing

Tabel Bersambung

Page 126: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

126

Fase IV6. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan LKS yang

telah diberikan sebelumnya, dimana telah dipikirkan secara mandiri / individual kemudian didiskusikan dengan pasangan untuk menentukan hasil akhir

7. Pada saat siswa mengisi LKS guru memantau kegiatan siswa dengan berkeliling dan mampir disetiap kelompok untuk mengamati pekerjaan siswa

Fase V8. Dengan cara diacak guru meminta beberapa pasang

kelompok untuk mendiskusikan pekerjaannya di depan kelas

III. Kegiatan AkhirFase VI1. Guru memimpin jalannya diskusi kelas, guru meminta

kelompok lainnya untuk memberikan tanggapan (pertanyaan atau komentar) terhadap hasil pekerjaan kelompok penyaji

2. Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari

3. Guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok yang dapat menjawab semua pertanyaan dengan baik

Keterangan :Skor 1 : Kurang Baik Skor 3 : BaikSkor 2 : Cukup Skor 4 : Sangat Baik

Ketapang, April 2010 Observer

MAYASARINIM. F43108011

Tabel Sambungan

Page 127: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

127

LAMPIRAN C-3

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

THINK-PAIR SHARE (TPS) PERTEMUAN II SIKLUS I

Nama Sekolah : SMPN 04 Ketapang

Mata Pelajaran : Fisika

Pokok Bahasan : Pengertian bunyi, Cepat Rambat Bunyi

Kelas / Semester : VIII / Genap

Nama Guru : Eka Haswida, SP

Hari / Tanggal :

Waktu :

NO Aspek yang diamatiSkor

1 2 3 41. Motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran √

2. Kemampuan siswa untuk mengungkapkan ide mengenai topik yang akan dibahas dengan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru

3. Mengerjakan soal yang telah diberikan √

4. Berbagi atau berdiskusi dengan teman sekelompoknya dalam menyelesaikan masalah

5. Mempresentasikan tugas di depan kelas √

6. Aktif bertanya pada saat diskusi √

7. Aktif menjawab pada saat diskusi √

8. Tidak memaksakan pendapat pribadi √

Keterangan : Skor 1 : Kurang Baik Skor 3 : Baik Skor 2 : Cukup Skor 4 : Sangat Baik

Page 128: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

128

LAMPIRAN C-4

LEMBAR OBSERVASI GURU DALAM PEMBELAJARAN DENGAN

MENGGUNAKANMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

THINK-PAIR-SHARE (TPS) PERTEMUAN II SIKLUS I

Nama Sekolah : SMPN 04 Ketapang

Mata Pelajaran : Fisika

Pokok Bahasan : Batas pendengaran Manusia, Resonansi

Kelas / Semester : VIII / Genap

Nama Guru : Eka Haswida, SP

Hari / Tanggal :

Waktu :

NO Aspek yang diamatiSkor

1 2 3 4I. Kegiatan Awal

.Fase I1. Guru mengucap salam

2. Guru membuat perangkat pembelajaran √3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai√

4. Guru memotivasi siswa

II. Kegiatan intiFase II1. Guru menyampaikan aturan proses pembelajran

2. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada masing-masing siswa dan menjelaskan cara menggunakannya

3. Guru meminta masing-masing siswa mempelajari LKS tersebut

4. Guru meminta siswa untuk berpikir dan bekerja secara mandiri untuk menjawab pertanyaan yang terdapat di dalam LKS

Fase III5. Guru menggorganisasikan siswa ke dalam kelompok

belajar yang beranggotakan 2 orang siswa sesuai dengan pasangan masing-masing

Tabel Bersambung

Page 129: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

129

Fase IV6. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan LKS yang

telah diberikan sebelumnya, dimana telah dipikirkan secara mandiri / individual kemudian didiskusikan dengan pasangan untuk menentukan hasil akhir

7. Pada saat siswa mengisi LKS guru memantau kegiatan siswa dengan berkeliling dan mampir disetiap kelompok untuk mengamati pekerjaan siswa

Fase V8. Dengan cara diacak guru meminta beberapa pasang

kelompok untuk mendiskusikan pekerjaannya di depan kelas

III Kegiatan AkhirFase VI1. Guru memimpin jalannya diskusi kelas, guru meminta

kelompok lainnya untuk memberikan tanggapan (pertanyaan atau komentar) terhadap hasil pekerjaan kelompok penyaji

2. Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari

3. Guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok yang dapat menjawab semua pertanyaan dengan baik

Keterangan :Skor 1 : Kurang Baik Skor 3 : BaikSkor 2 : Cukup Skor 4 : Sangat Baik

Ketapang, April 2010 Observer

MAYASARINIM.F43108011

Tabel Sambungan

Page 130: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

130

LAMPIRAN C-5

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

THINK-PAIR SHARE (TPS) SIKLUS II

Nama Sekolah : SMPN 4Ketapang

Mata Pelajaran : Fisika

Pokok Bahasan : Batas pendengaran Manusia, Resonansi

Kelas / Semester : VIII / Genap

Nama Guru : Eka Haswida, SP

Hari / Tanggal :

Waktu :

NO Aspek yang diamatiSkor

1 2 3 41. Motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran √

2. Kemampuan siswa untuk mengungkapkan ide mengenai topik yang akan dibahas dengan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru

3. Mengerjakan soal yang telah diberikan √

4. Berbagi atau berdiskusi dengan teman sekelompoknya dalam menyelesaikan masalah

5. Mempresentasikan tugas di depan kelas √

6. Aktif bertanya pada saat diskusi √

7. Aktif menjawab pada saat diskusi √

8. Tidak memaksakan pendapat pribadi √

Keterangan: Skor 1 : Kurang Baik Skor 3 : Baik Skor 2 : Cukup Skor 4 : Sangat Baik

Page 131: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

131

LAMPIRAN C-6

LEMBAR OBSERVASI GURU DALAM PEMBELAJARAN DENGAN

MENGGUNAKANMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

THINK-PAIR-SHARE (TPS) SIKLUS II

Nama Sekolah : SMPN 04 Ketapang

Mata Pelajaran : Fisika

Pokok Bahasan : Pemantulan Bunyi

Kelas / Semester : VIII / Genap

Nama Guru : Eka Haswida, SP

Hari / Tanggal :

Waktu :

NO Aspek yang diamatiSkor

1 2 3 4I. Kegiatan Awal

.Fase I1. Guru mengucap salam

2. Guru membuat perangkat pembelajaran √3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai √

4. Guru memotivasi siswa √

II. Kegiatan intiFase II

1. Guru menyampaikan aturan proses pembelajaran√

2. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada masing-masing siswa dan menjelaskan cara menggunakannya

3. Guru meminta masing-masing siswa mempelajari LKS tersbut

4. Guru meminta siswa untuk berpikir dan bekerja secara mandiri untuk menjawab pertanyaan yang terdapat di dalam LKS

Fase III5. Guru menggorganisasikan siswa ke dalam kelompok

belajar yang beranggotakan 2 orang siswa sesuai dengan pasangan masing-masing

Tabel Bersambung

Page 132: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

132

Fase IV6. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan LKS yang

telah diberikan sebelumnya, dimana telah dipikirkan secara mandiri / individual kemudian didiskusikan dengan pasangan untuk menentukan hasil akhir

7. Pada saat siswa mengisi LKS guru memantau kegiatan siswa dengan berkeliling dan mampir disetiap kelompok untuk mengamati pekerjaan siswa

Fase V8. Dengan cara diacak guru meminta beberapa pasang

kelompok untuk mendiskusikan pekerjaannya di depan kelas

III. Kegiatan AkhirFase VI1. Guru memimpin jalannya diskusi kelas, guru meminta

kelompok lainnya untuk memberikan tanggapan (pertanyaan atau komentar) terhadap hasil pekerjaan kelompok penyaji

2. Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari

3. Guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok yang dapat menjawab semua pertanyaan dengan baik

Keterangan :Skor 1 : Kurang Baik Skor 3 : BaikSkor 2 : Cukup Skor 4 : Sangat Baik

Ketapang, Mei 2010 Observer

MAYASARI NIM.F43108011

Tabel Sambungan

Page 133: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

133

LAMPIRAN D-1

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dr. H. Tomo Djudin

NIP : 196306031990021003

Jabatan : Validator

Menyatakan bahwa instrumen penelitian yang disusun oleh :

Nama : Mayasari

NIM : F43108011

Jurusan : Pendidikan MIPA

Program Studi : Pendidikan Fisika

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan

Model Kooperatif Think-Pair-Share (TPS) Pada Materi

Bunyi Di Kelas VIII SMP Negeri 4 Ketapang

Telah diberi validasi untuk kelayakan pemakai dalam penelitian

Dr. H. Tomo Djudin NIP.196306031990021003

Page 134: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

134

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Drs. Syaiful B. Arsyid

NIP : 195910031987031001

Jabatan : Validator

Menyatakan bahwa instrumen penelitian yang disusun oleh :

Nama : Mayasari

NIM : F43108011

Jurusan : Pendidikan MIPA

Program Studi : Pendidikan Fisika

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan

Model Kooperatif Think-Pair-Share (TPS) Pada Materi

Bunyi Di Kelas VIII SMP Negeri 4 Ketapang

Telah diberi validasi untuk kelayakan pemakai dalam penelitian

Page 135: Bab I-bab v Dan Lampiran-skripsi Mayasari

135