22
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berbicara masalah reaksi asam-basa atau yang biasa juga disebut reaksi penetralan, maka tidak akan terlepas dari titrasi asam-basa. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa reaksi asam-basa atau reaksi penetralan dapat dilakukan dengan titrasi asam-basa. Adapun titrasi asam-basa ini terdiri dari titrasi asam kuat-basa kuat, titrasi asam kuat-basa lemah, titrasi basa lemah-asam kuat, dan titrasi asam lemah-basa lemah. Titrasi asam-basa ini ditentukan oleh titik ekuivalen (equivalent point) dengan menggunakan indikator asam-basa. Setelah mengetahui hal tersebut, perlu juga kita ketahui bahwa titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi

BAB I dasar teori.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUANI.1. Latar BelakangBerbicara masalah reaksi asam-basa atau yang biasa juga disebut reaksi penetralan, maka tidak akan terlepas dari titrasi asam-basa. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa reaksi asam-basa atau reaksi penetralan dapat dilakukan dengan titrasi asam-basa. Adapun titrasi asam-basa ini terdiri dari titrasi asam kuat-basa kuat, titrasi asam kuat-basa lemah, titrasi basa lemah-asam kuat, dan titrasi asam lemah-basa lemah. Titrasi asam-basa ini ditentukan oleh titik ekuivalen (equivalent point) dengan menggunakan indikator asam-basa.Setelah mengetahui hal tersebut, perlu juga kita ketahui bahwa titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Pada laporan kali ini akan di jelaskan mengenai titrasi asam-basa.I.2. Tujuan Percobaan1. Mahasiswa mampu menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang mengandung asam.2. Mahasiswa mampu menstandarisasi larutan.BAB II.TINJAUAN PUSATAKA

Asam didefinisikan sebagai senyawa yang mengandung Hidrogen yang bereaksi dengan basa. Basa adalah senyawa yang mengandung ion OH- atau menghasilkan OH- ketika bereaksi dengan air. Basa bereaksi dengan asam untuk menghasilkan garam dan air.)Teori Bronsted memperluas definisi asam dan basa dengan menjelaskan lebih banyak mengenai suatu larutan kimia. Misalnya, teori Bronsted menjelaskan lebih banyak mengenai suatu larutan amonium klorida bersifat asam dan larutan natrium asetat bersifat basa. Dalam teori Bronsted, asam didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat memberikan proton kepada zat yang lain . Dalam hali ini , proton adalah atom hidrogen yang kehilangan elektronnya. Basa adalah zat yang menerima proton dari zat lain. Reaksi asam dan basa menghasilkan menghasilkan asam dan basa yang lain. (Golberg, 2002)Menurut Arrhenius asam adalah zat yang bila dilarutkan dalam air terionisasi menghasilkan ion H+ dalam larutannya. Sedangkan basa adalah zat yang bila dilarutkan dalam air terionisasi menghasilkan ion OH-.Menurut lewis, asam adalah suatu spesies yang dapat menerima pasangan elektron bebas (akseptor pasangan elektron) dalam suatu reaksi kimia. Basa adalah suatu spesies yang dapat memberikan pasangan elektron bebas (donor pasangan elektron). (Anonim, 2008)Dalam analisis kuantitatif, indikator digunakan untuk menentukan titik ekuivalen dari titrasi asam-basa. Karena indikator mempunyai interval pH yang berbeda-beda dan karena titik ekuivalen dari titrasi asam-basa berubah-ubah sesuai dengan kekuatan relatif asam basanya, maka pemilihan indikator merupakan hal terpenting. Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi asam-basa adalah titrasi yang yang melibatkan asam maupun basa sebagai titer (zat yang telah diketahui konsentrasinya) maupun titrant (zat yang akan ditentukan kadarnya) dan berdasarkan reaksi penetralan asam-basa. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui kadarnya, dan sebaliknya, kadar larutan basa dapat diketahui dengan menggunakan larutan asam yang diketahui kadarnya. Titik ekivalen yaitu pH pada saat asam dan basa (titrant dan titer) tepat ekivalen atau secara stoikiometri tepat habis bereaksi. Titik ekuivalen titrasi ini dapat dicapai setelah penambahan 100 ml basa, pada saat ini pH larutan besarnya 7. Titik ekuivalen ini disebut titik akhir teoritis. Problemnya sekarang adalah kita inngin menetapkan titik akhir ini dengan pertolongan indikator. Titik akhir yang dinyatakan oleh indikator disebut titik akhir titrasi. Indikator yang dipakai harus dipilih agar titik akhir titrasi dan teoritis berhimpit atau sangat berdekatan. Untuk itu harus dipilih indikator yang memiliki trayek perubahan warnanya di sekitar titik akhir teoritis. (Sukardjo, 1984)Titrasi asidimetri dan alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan basa diantaranya : (1) titrasi yang melibatkan asam kuat dan basa kuat, (2) titrasi yang melibatkan asam lemah dan basa kuat, dan (3) titrasi yang melibatkan asam kuat dan basa leamah. Titrasi asam lemah dan basa lemah dirumitkan oleh terhidrolisisnya kation dan anion dari garam yang terbentuk. Titik ekuivalen, sebagaimana kita ketahui, ialah titik pada saat sajumlah mol ion OH- yang ditambahkan ke larutan sama dengan jumlah mol ion H+ yang semula ada. Jadi untuk menentukan titik ekuivalen dalam suatu titrasi, kita harus mengetahui dengan tepat berapa volume basa yang ditambahkan dari buret ke asam dalam labu. Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah dengan menambahkan beberapa tetes indikator asam-basa ke larutan asam saat awal tersebut. Indikator biasanya ialah suatu asam atau basa organik lemah yang menunjukkan warna yang sangat berbeda antara bentuk tidak terionisasi dan bentuk terionisasinya. Kedua bentuk ini berikatan dengan pH larutan yang melarutkan indikator tersebut.Titik akhir titrasi terjadi bila indikator berubah warna. Namun, tidak semua indikator berubah warna pada pH yang sama, jadi pilihan indikator untuk titrasi tertentu bergantung pada sifat asam dan basa yang digunakan dalam titrasi (dengan kata lain apkah mereka kuat atau lemah). Dengan demikian memilih indikator yang tepat untuk titrasi, kita dapat menggunakan titik akhir untuk menentukan titik ekuivalen (chang Raymond. 2004).

BAB III.METODOLOGIIII.1 Alat dan Bahan Indikator penolphetalein Erlenmeyer Buret 50 ML Statif dan Klem Gelas ukur 25 ML atau 10 ML Corong kaca NaOH 0,1 M HCI 0,1 M H2C2O4

III.2. Cara Kerja Standarisasi larutan NaOH 0,1 M

mencuci 3 erlemeyer, pipet 10 mL larutan asam aksalat 0,1M dan masukkan ke dalam setiap erlemeyer dan tambahkan ke dalam masing-masing erlemeyer 3 tetes indikator penolphtalein (PP). Masukkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas erlemeyer digoyang. mencatat volume NaOH yang terpakai. Ulangi lagi dengan cara yang sama untuk erlemeyer ke 2 dan 3. Hitunglah molaritas (M) NaOH.

Penentuan konsentrasi HCI

Cucilah 3 erlemeyer, pipet 10 mL larutan HCI 0,1M dan masukkan ke dalam setiap erlemeyer. Tambahkan kedalam masing-masing erlemeyer 3 tetes indikator penolphtalein (PP). masukkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas erlemeyar digoyang. mencatat NaOH yang terpakai. Ulangi lagi dengan cara yang sama untuk erlemeyer ke 2dan ke 3. menghitung molaritas (M) HCI.

BAB IV.HASIL PENGAMATAN

Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat`NoProsedurUlanganRata-rata

IIIIII

1Volume larutan asam oksalat 0,1 M10 mL10 mL10 mL10 mL

2Volume NaOH terpakai11,5 mL8 mL19,9 mL10,16 mL

3Molaritas (M) NaOH0,090,130,090,10 M

Standarisasi HCI dengan larutan HCINoProsedurUlanganRata-rata

IIIIII

1Volume larutan HCI10 mL10 mL10 mL10 mL

2Volume NaOH terpakai11,5 mL9,6 mL10,6 mL10,5 mL

3Molaritas (M) NaOHBerdasarkan hasil percobaan di atas M

4Molaritas (M) larutan HCI0,090,100,090,09 M

BAB VPEMBAHASAN

Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalatNoProsedurUlanganRata-rata

IIIIII

1Volume larutan asam oksalat 0,1 M10 mL10 mL10 mL10 mL

2Volume NaOH terpakai11,5 mL8 mL11 mL10,16 mL

3Molaritas (M) NaOH0,090,130,090,10 M

Molaritas (M) NaOH

Ulangan I.V1. M1 = V2.M210 . 0,1 = 11,5.M2M2 = 1/11,5 = 0,09

Ulangan II.V1. M1 = V2.M210 . 0,1 = 8 .M2M2 = 1/8 = 0,13

Ulangan III.V1. M1 = V2.M210 . 0,1 = 11 .M2M2 = 1/11 = 0,09 Rata-rata 11,5+8+11= 10,160,09+0,13+0,09= 0,10

Standarisasi HCI dengan larutan HCINoProsedurUlanganRata-rata

IIIIII

1Volume larutan HCI10 mL10 mL10 mL10 mL

2Volume NaOH terpakai11,5 mL9,6 mL10,6 mL10,5 mL

3Molaritas (M) NaOHBerdasarkan hasil percobaan di atas M

4Molaritas (M) larutan HCI0,090,100,090,09 M

Ulangan I.V1. M1 = V2.M210 . 0,1 = 11,5.M2M2 = 1/11,5 = 0,095

Ulangan II.V1. M1 = V2.M210 . 0,1 = 9,6 .M2M2 = 1/9,6 = 0,10

Ulangan III.V1. M1 = V2.M210 . 0,1 = 10,6 .M2M2 = 1/10,6 = 0,09

Rata-rata11,5+9,6+10,6=31,7/3=10,50,09+0,10+0,09=/3=0,09

BAB VI.PENUTUP

VI.1. KesimpulanDalam proses titrasi suatu larutan ditambahkan sedikit demi sedikit pada larutan yang volumenya telah diketahui, sampai tercapai titik ekivalen, yaitu jumlah stoikhiometri (perbandingan mol) dari kedua pereaksi. Titik akhir titrasi/reasi diketahui ketika indikator yang digunakan tepat mengalami perubahan warna. Cuci bersih buret yang akan digunakan untuk standarisasi dan bilas dengan 5 mL larutan NaOH. Putar kran buret untuk mengeluarkan cairan yang tersisa dalam buret, selanjutnya isi buret dengan 5 mL NaOH untuk membasahi dinding buret . Kemudian larutan dikeluarkan lagi dari buret. Catat kedudukan volum awal NaOH dalam buret. Standarisasi larutan NaOH 0,1 M

Cuci 3 erlemeyer, pipet 10 mL larutan asam aksalat 0,1M dan masukkan ke dalam setiap erlemeyer dan tambahkan ke dalam masing-masing erlemeyer 3 tetes indikator penolphtalein (PP). Alirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas erlemeyer digoyang. Catat volume NaOH yang terpakai. Ulangi dengan cara yang sama untuk erlemeyer ke 2 dan 3. Hitung molaritas (M) NaOH.

VI.2. SaranPraktikan harus hati-hati dan memperhatikan dengan teliti pada saat menghitung banyak larutan yang dimasukkan dalam buret dan pada saat larutan dialirkan, berapa banyak larutan yang dikeluarkan dan untuk ko-ass pada saat menjelaskan jangan terlalu cepat.

BAB VII.JAWABAN PERTANYAAN

1. Cara agar titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen adalah dengan cara pemilihan indikator yang tepat.2. Fungsi Indikator adalah pedoman dalam menggunakan alat ukur,mengembangkan system pembelajaran.3. Tidak dapat, karena akan timbul perubahan warna pada larutan tersebut.4. Reaksi asam basa,reaksi redoks,reaksi pengendapan,reaksi pembentukan kompleks.5. larutan primer adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya ,dalam proses pembuatannya larutan standar primer ini tidak perlu distandarisasi dengan konsentrsai lainnya untuk memastikan konsentrasi larutan yang sebenarnya. Larutan sekunder adalah larutan yang dopergunakan untuk menstandarisasi / menentukan konsentrsi larutan lain,tetepi larutan standar tersebut harus distandarisasi terlebih dahulu untuk memastikan konsentrasi sebenarnya.6. menentukan bahan yang akan dititrasi,mencampurkan beberapa tetes larutan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Kimia dasar I. Makassar ; Universitas Hasanuddin Makassar.Chang Raymond.2004. Kimia Dasar, Edisi Ketiga. Jakarta ; Erlangga.Goldberg, David. 2002. Kimia Untuk Pemula. Jakarta ; Erlangga.Sukardjo, 1984. Kimia Organik. Jakarta ; Rineka Cipta.

EKSTRAKSI PELARUTEKSTRAKSI PELARUTEkstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan perbandingan tertentuantara dua pelarut yang tidak saling bercampur , seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasan nya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbada dalam kedua fase pelarut.Ekstraksimerupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling bercampur.Ekstraksi pelarutumumnya digunakan untuk memisahkan sejmlah gugus yang diinginkan dan mungkin merupakan gugs pengganggu dalam analisis secara keseluruhan. Kadang-kadang gugus-gugs pengganggu ini diekstraksi secara selektif.Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air yang mengandung gugus yang bersangkutan. Dalam pemilihan pelarut organik agar kedua jenis pelarut (dalam hal ini pelarut organik dan air) tidak saling tercamupr satu sama lain. Selanjutnya proses pemisahan dilakukan dalam corong pisah dengan jalan pengocokan beberapa kali.Untuk memilih jenis pelarut yang sesai harus diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:1.Harga konstanta distribusi tinggi untuk gugus yang bersangkutan dan konstanta distribusi rendah untuk gugus pengotor lainnya.2.Kelarutan pelarut organik rendah dalam air3.Viskositas kecil dan tidak membentuk emulsi dengan air4.Tidak mudah terbakar dan tidak bersifat racun5.Mudah melepas kembali gugs yang terlarut didalamnya ntk keperluan analisa lebih lanjutEkstraksidapat dilakukan secara kontinue atau bertahap, ekstraksi bertahap cukup dilakukan dengan corong pisah.Campuran dua pelarut dimasukkan dengan corong pemisah, lapisan dengan berat jenis yang lebih ringan berada pada lapisan atas.Dengan jalan pengocokan proses ekstraksi berlangsung, mengingat bahwa proses ekstraksi merupakan proseskesetimbanganmaka pemisahan salah satu lapisan pelarut dapat dilakukan setelah kedua jenis pelarut dalam keadaan diam. Lapisan yang ada dibagian bawah dikeluarkan dari corong dengan jalan membuka kran corong dan dijaga agar jangan sampai lapisan atas ikut mengalir keluar. Untuk tujuan kuantitatif, sebaiknya ekstraksi dilakukan lebih dari satu kali.Analisislebih lanjut setelah proses ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti volumetri, spektrofotometri dan sebagainya. Jika sebagai metode analisis digunakan metode spekttrofotometri, tidak perlu dilakukan pelepasan karena konsentrasi gugus yang bersangkutan dapat ditentukan langsung dalam lapisan organik. Metode spektrofotometri dapat digunakan untuk pelarut air maupun organik.Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya.[Lucas, Howard J, David Pressman. Principles and Practice In Organic Chemistry]Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah: Tipe persiapan sampel Waktu ekstraksi Kuantitas pelarut Suhu pelarut Tipe pelarutEkstraksi lebih efisien bila dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut yang lebih kecil daripada jumlah pelarutnya banyak tetapi ekstraksinya hanya sekali (Arsyad, 2001).A.Prinsip dasar dari Ekstraksi pelarutHukum fase Gibbs menyatakan bahwa :P+V=C +2Keterangan :P = faseC = KomponenV = Derjat kebebasanPada ekstraksi pelarut , kita mempunyai P = 2 , yaitu fase air dan organik, C= 1, yaitu zat terlarut di dalam pelarut dan fase air pada temperatur dan tekanantetap, sehingga V = 1, jadi kita akan dapat :2+1= 1+2, yaituP + V= C+ 2Menurut Hukum distribusi Nernst :Jika [X1] adalah kosentrasi zat terlarut dalam fase 1 dan [X2] adalah kosentrasi zat terlarut dalam fase 2, maka pada kesetimbangan,X1, X2didapat ; KD=Dimana ; KD= Koefisien partisi. Partisi atau koefisiendistribusi ini tidak tergantung pada kosentrasitotal zat terlarut pada kedua fase tersebut. Pada persamaan diatas , kita dapat menuliskan koefesian aktivitas zat pada fase organik maupun pada fase air.Kita menggunakan istilah perbandingan distribusi (D) dengan memperhitungkan kosentrasi total zat didalam kedua fase , Perbandingan Distribusi . Dinyatakan sebagai berikut :Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan: bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapat campur, maka pada suatu temperatur yang konstan untuk setiap spesi molekul terdapat angka banding distribusi yang konstan antara kedua pelarut itu, dan angka banding distribusi ini tidak tergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada. Harga angka banding berubah dengan sifat dasar pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan temperatur (Svehla, 1990).Hukum ini dalam bentuk yang sederhana, tidak berlaku bila spesi yang didistribusikan itu mengalami disosiasi atau asosiasi dalam salah satu fasa tersebut. Pada penerapan praktis ekstraksi pelarut ini, terutama kalau kita perhatikan fraksi zat terlarut total dalam fasa yang satu atau yang lainnya, tidak peduli bagaimanapun cara-cara disosiasi, asosiasi atau interaksinya dengan spesi-spesi lain yang terlarut. Untuk memudahkan, diperkenalkan istilah angka banding distribusi D (atau koefisien ekstraksi E).Jika tidak tejadi asosiasi , disosiasi atau polimerisasi pada fase fase tersebut dan keadaan yang kita punyai adlah ideal, maka harga KDsama dengan D . Untuk utjuan praktis sebagai ganti harga KDatau D , lebih sering digunakan istilah persen eksrtaksi (E) . Ini berhubungan dengan perbandingan distribusi dalam persamaan sebagai berikut.D =Dimana VW: Volume fase airVo: Volume fase OrganikBila volume fase organic dan air sama , yaitu Vo= VW, D diubah menjadi :D =Ekstraksi dianggap kuantitatif bila : E = 100 berartiD =tidak tehingga ( jika Vo= VW)B.Klasifikasi EkstraksiBeberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara kalsik adalah mengklasifikasikan berdasarkan sifat zat yangdiekstraksi., sebagai khelat atau sistem ion berasosiasi. Sekarang klasifikasi didasarkan atas proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam berlangsung , maka proses ekstraksi berlangsung dengan mekanisme tertentu .Golongan ekstraksi berikutnya dikenali sebagai ekstraksi melalui solvasi sebab spesies ekstraksi disolvasi ke fase organik. Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang melibatkan pembentukan pasangan ion. Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan spesies netral yang tidak bermuatan diekstrksi ke fase organik. Sedangakan kategori terakhir merupakan ekstraksi sinergis . Nama yang digunakan menyatakan adanya efek saling memperkuat yang berakibat pada penambahan ekstraksi dengan memanfaatkan pelarut pengekstraksi.Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan (Khopkar, 1990).Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Hasil yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut sedikit-sedikit. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:C.Mekanisme EkstraksiProses ekstraksi pelarut berlangsung tiga tahap , yaitu :1.Pembentukan Kompleks tidak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi.2.Distribusi dari kompleks yang terektraksi3.Interaksinya yang mngkin dalam fase organik. Pembentukan Kompleks tidak bermuatanPembentukan komleks tidak bermuatan merupakan tahap penting dalam ekstraksi . Jelaslah bahwa kompleks bermuatan tidak akan terakstraksi sehingga mutlak kompleks diekstraksi harus tampa muatan. Kompleks tidak bermuatan dapat di bentuk melalui proses pembentukan khelat ( yaitu; khelat netral) , solvasi atau pembentukan pasangan ion.Pada fenomena solvasi ataupun pada ekstraksi yang melibatkan pembentukan pasangan ion, komleks yang terbentuk dapat berupa anion atau kation yang selanjutnya berasosiasi dengan masing masing kation atau anion lain untuk menghasilkan kompleks tidak bermuatan yang dapat diekstraksi ke fase organik.Pada tahap ini penting unruk memperhatikan sifat kompleks logam dan faktor faktor yang mempengaruhi pembentukannya . Pertama, akan dilihat kompleks koordinasinya . Pembentukan kompleks oleh ion logam tergantung pada kecendrungan untuk mengisi orbital atom kosong dalam usaha mencapai konfigurasi elektron yang stabil. Sealama proses polarisasi , deformasi ion akan lebih disukai dengan logam kation yang mempunyai muatan besar , ukuran ligan yang besar , dan dengan ion logam yang mempunyai tipe konfigurasi atom gas yang bukan gas mulia. Biasa nya kompleks bermuatan diusahakan untuk dinetralkan oleh muatan ion lain , untuk memudahkan ekstraksi.Kestabilan kompleks koordinasi tergantung pada keasaman ion logam , kebasaan ligan yang akan berkoordinasi, pertimbangan stereokimia serta konfigurasikompleks yang terbentuk . Jika logam mempunyai muatan atau valensi kation yang besar , keasamannya akan lebih besar pula. Perssamaan bohr menyatakan :F =Keterangan : Konstanta dielektrik R: jari jari ion Z = muatan ionik F: Konstanta bolzmanDari persamaan tampak bahwa kestabilan kompleks logam bertambah dengan makin bertambahnya potensial ionik (Z2/2r) . Pada Umumnya , orbital orbital atom kosong pada unsur unsur transisi mendukunga adanya koordinasi . Kompleks yang berasal dari unsur unsur yang lebih elektronegatif cendrung lebih stabil. Kita dapat memberikan skala selektivitas dari bermacam ligan pembentuk kompleks sebagai berikut :CN-> SCN-> F-> OH-> Cl-> Br-> I-( Unuk aniaon)NH3> RNH2> R2NH > R3N( Untuk ligan netral)Golongan kompleks yang paling penting adalah Khelat. Ligan pengkhelat memunyai peranan penting dalam ekstraksi logam sebab banyak logam logam yang dapat tereksitasi dan sekaligus dipisahkan . Khelat logam merupakan tipe senyawa koordinasi dimana ion logam bergabung dengan basa polifungsional yang mampu menempati dua atau lebih pposisi pada lingkaran koordinasi dari ion logam untuk membentuk senyawa siklik.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan khelat Kekuatan basa dari gugus fungsi Elektronegativitas dari atom berkaitan Ukuran dan jumlah dari cicin khelat yang terbentukTahap berikutnya yang penting pada mekanisme ekstraksi adalah proses distribusi dari zat yang terekstraksi ke fase organik. Distribusi tergantung pada bermacam faktor, yaitu : Kebasaan ligan Faktor stereokimia Adanya garam pada sistem ekstraksiAda beberapa elektrolit yang mempunyai kemampuan mempertinggi ekstraksi dari kompleks. Peran utama dari elektrolit ini adalah :Mempertinggi kosentrasi kompleks anion melalui mekanisme aksi massa sehingga akan menambahkan kosentrasi kompleks dan mempertinggi ekstraksiAkibat ikatan molekul air dengan ion elektrolit menjadikan pelarut tidak bebas lagi.Konstanta dielektrik dari fase akua berkurang dengan bertambahnya kosentrasi garam, selanjutnya akan mempertinggi pembentukan asosiasi ion.Terakhir dalam pembahasan mekanisme ekstraksi adalah interahsi pada fase organik. Interaksi ini mempengaruhi kosentrasi kompleks dan tingkat ekstraksi yang dihasilkan. Pada ekstraksi dengan mekanisme solvasi , polimerisasi dapat terjadi. Pada kosentrasi yang besar , polimerisasi dapat terjadi . Pada kosentrasi besar , polimerisasi berlangsung cepat. Polimerisasi ini mengurangi aktivitas zat asosiasi ion dapat terjadi pada larutan polar yang encer sehingga menghasilkan pertambahan ekstraksi .D.Kesimpulan1.Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik2.Ekstraksimerupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling bercampur.3.Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current.4.Proses ekstraksi pelarut berlangsung tiga tahap , yaitu :Pembentukan Kompleks tidak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi.Distribusi dari kompleks yang terektraksiInteraksinya yang mngkin dalam fase organik.DAFTAR PUSTAKAArsyad, M. N. 1997.Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia. Jakarta.Basset, J. dkk. 1994.Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Khopkar, S. M. 1990.Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta.Svehla, G. 1985.Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta.Underwood, A. L dan Day A. R. 1990.Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Penerbit Erlangga.Jakarta.Diposkan olehFebri AnD Yantodi11:08

2 PERCOBAAN II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI I.TUJUAN PERCOBAAN Menentukan koefisien distribusi zat terlarut NaOH dalam system n-Heksan air berdasarkan ekstraksi pelarut. II.TINJAUAN PUSTAKA Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur , seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasan nya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbada dalam kedua fase pelarut.Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling bercampur. Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk memisahkan sejmlah gugus yang diinginkan dan mungkin merupakan gugus pengganggu dalam analisis secara keseluruhan. Kadang-kadang gugus-gugus pengganggu ini diekstraksi secara selektif.Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air yang mengandung gugus yang bersangkutan. Dalam pemilihan pelarut organik agar kedua jenis pelarut (dalam hal ini pelarut organik dan air) tidak saling tercamupr satu sama lain. Selanjutnya proses pemisahan dilakukan dalam corong pisah dengan jalan pengocokan beberapa kali (Khopkar, 2003). Beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara kalsik adalah mengklasifikasikan berdasarkan sifat zat yang diekstraksi., sebagai khelat atau sistem ion berasosiasi. Sekarang klasifikasi didasarkan atas proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam berlangsung , maka proses

3 ekstraksi berlangsung dengan mekanisme tertentu .Golongan ekstraksi berikutnya dikenali sebagai ekstraksi melalui solvasi sebab spesies ekstraksi disolvasi ke fase organik. Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang melibatkan pembentukan pasangan ion. Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan spesies netral yang tidak bermuatan diekstrksi ke fase organik. Sedangakan kategori terakhir merupakan ekstraksi sinergis . Nama yang digunakan menyatakan adanya efek saling memperkuat yang berakibat pada penambahan ekstraksi dengan memanfaatkan pelarut pengekstraksi.Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan (Khopkar, 1990). Menurut Anonim (2012), proses ekstraksi pelarut berlangsung tiga tahap, yaitu : 1. Pembentukan Kompleks tidak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi. 2. Distribusi dari kompleks yang terektraksi 3. Interaksinya yang mngkin dalam fase organik. Pembentukan kompleks tidak bermuatan merupakan tahap penting dalam ekstraksi . Jelaslah bahwa kompleks bermuatan tidak akan terakstraksi sehingga mutlak kompleks diekstraksi harus tampa muatan. Kompleks tidak bermuatan dapat di bentuk melalui proses pembentukan khelat ( yaitu; khelat netral) , solvasi atau pembentukan pasangan ion.Pada fenomena solvasi ataupun pada ekstraksi yang melibatkan pembentukan pasangan ion, komleks yang terbentuk dapat berupa anion atau kation yang

4 selanjutnya berasosiasi dengan masing masing kation atau anion lain untuk menghasilkan kompleks tidak bermuatan yang dapat diekstraksi ke fase organik.Tahap berikutnya yang penting pada mekanisme ekstraksi adalah proses distribusi dari zat yang terekstraksi ke fase organik. Distribusi tergantung pada bermacam faktor, yaitu : Kebasaan ligan Faktor stereokimia Adanya garam pada sistem ekstraksi Ada beberapa elektrolit yang mempunyai kemampuan mempertinggi ekstraksi dari kompleks. Peran utama dari elektrolit ini adalah : 1.Mempertinggi kosentrasi kompleks anion melalui mekanisme aksi massa sehingga akan menambahkan kosentrasi kompleks dan mempertinggi ekstraksi 2.Akibat ikatan molekul air dengan ion elektrolit menjadikan pelarut tidak bebas lagi. 3.Konstanta dielektrik dari fase akua berkurang dengan bertambahnya kosentrasi garam, selanjutnya akan mempertinggi pembentukan asosiasi ion. Terakhir dalam pembahasan mekanisme ekstraksi adalah interahsi pada fase organik. Interaksi ini mempengaruhi kosentrasi kompleks dan tingkat ekstraksi yang dihasilkan. Pada ekstraksi dengan mekanisme solvasi , polimerisasi dapat terjadi. Pada kosentrasi yang besar , polimerisasi dapat terjadi . Pada kosentrasi besar , polimerisasi berlangsung cepat. Polimerisasi ini mengurangi aktivitas zat asosiasi ion dapat terjadi pada larutan polar yang encer sehingga menghasilkan pertambahan ekstraksi (Anonim, 2012). Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan: bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapat campur, maka pada suatu temperatur yang konstan untuk setiap spesi molekul terdapat angka banding