Upload
dinhtuong
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 iii
VISI DAN MISI RPJMD KABUPATEN BLORA
TAHUN 2010 – 2015
A. Visi “Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih Menuju Masyarakat Blora yang Sejahtera”
B. Misi
1. Melanjutkan reformasi birokrasi untuk menciptakan pemerintahan yang bersih, bebas KKN, berdaya dan berhasil guna disemua bidang pemerintahan dalam rangka meningkatkan pelayanan publik.
2. Mewujudkan pembangunan infrastruktur sampai tingkat perdesaan.
3. Mewujudkan peningkatan produktivitas pertanian beserta pemasaran hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani.
4. Menciptakan iklim investasi yang baik dan meningkatkan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat.
5. Mewujudkan pendidikan gratis di tingkat SD / MI dan SMP / MTs serta murah ditingkat SMA / MA.
iv Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
6. Mewujudkan kesehatan gratis untuk semua jenis pelayanan di puskesmas dan jenis pelayanan sampai klas 3 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soetijono Blora dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soeprapto Cepu.
7. Mewujudkan peningkatan perekonomian lokal dengan mendorong UMKM dan pasar tradisional.
8. Mewujudkan perlindungan terhadap kelestarian alam.
9. Menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan berpendapat.
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 v
KATA PENGANTAR
Mengawali pembahasan tentang Tinjauan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaen Blora Tahun 2014, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kekuatan dan kekuasaan-Nya yang diberikan kepada Tim Penyusun.
Kita ketahui bersama bahwa mulai tahun 2015 penghitungan Indeks Pembangunan Manusia dihitung dengan menggunakan metode baru. Kebijakan tersebut diambil karena merupakan kesepakatan global yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Selain itu, dengan menggunakan penghitungan metode baru ini diharapkan dapat memotret perkembangan pembangunan manusia lebih tepat. Setelah menjalani masa transisi selama lima tahun terakhir, dua dari empat indikator IPM diganti untuk merepresentasikan secara tepat hal-hal yang dihadapi saat ini. Dua indikator yang dimaksudkan adalah Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. HLS, yang termasuk ke dalam dimensi pendidikan, menggantikan Angka Melek Huruf (AMH). Sementara PNB per kapita menggantikan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita sebagai indikator tunggal dalam dimensi standar hidup. PNB menggambarkan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara Indonesia (WNI). Sementara PDB merupakan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi di dalam negeri. Dua indikator lain masih tetap dipertahankan. Keduanya ialah Angka Harapan
vi Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Hidup saat lahir (AHH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). AHH merupakan indikator yang mewakili dimensi kesehatan, sementara RLS termasuk ke dalam dimensi pendidikan.
Dengan metode baru, hasil perhitungan IPM Indonesia tahun 2013 menjadi 68,31. Sebelumnya, dengan metode lama, IPM Indonesia pada periode yang sama, tercatat sebesar 73,81. Demikian pula IPM Kabupaten Blora tahun 71,91 menjadi 65,37. Sementara itu, hasil penghitungan metode yang baru IPM Kabuapten Blora Tahun 2014 tercatat sebesar 65,84.
Dampak penurunan nilai IPM sangat berpotensi terhadap rendahnya Dana Alokasi Umum yang diterima oleh daerah, karena saat ini IPM digunakan sebagai salah satu indikator dalam menghitung besaran Dana Alokasi Umum (DAU) khususnya untuk menghitung kebutuhan fiskal daerah. Implikasinya, semakin tinggi IPM, semakin tinggi pula DAU yang diterima daerah. Dalam konteks pembangunan daerah, DAU sebenarnya memiliki hubungan timbal balik dengan IPM. Meski umumnya digunakan untuk keperluan belanja pegawai, DAU secara tidak langsung menjadi stimulus konsumsi di daerah. Selanjutnya, tingkat konsumsi ini turut andil dalam kegiatan perekonomian daerah.
Dinamika global memang telah mendorong perubahan dalam pengukuran IPM. Angka-angka bisa saja berganti. Namun, yang lebih penting ialah menjaga "roh" pembangunan manusia agar cita-cita yang diamanatkan para pendiri bangsa ini bisa terwujud.
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 vii
Demikian sekilas gambaran IPM Kabupaten Blora Tahun 2014. Masukan, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan, sehingga terbitan yang akan akan menjadi sempurna sesuai dengan harapan kita, amin.
Blora, Desember 2015
KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA
Ir. SAMGAUTAMA KARNAJAYA, MT Pembina Utama Muda
NIP. 19640817 199003 1 009
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 ix
DAFTAR ISI
Visi dan Misi Kab.Blora 2010– 2015 Sambutan Kepala Bappeda Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar
iii v
ix xii xvi
BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang
Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Metode Penelitian
1 1.2 5 1.3 6 1.4 7
1.4.1 Lokasi Penelitian 7 1.4.2 Rancangan Sampel 7 1.4.3 MetodePengumpulan Data 9 1.4.4 Metode Pengolahan Data 9 1.4.5 Metode Analisa Data 11
1.5 Sistematika Penulisan 11 BAB II INDIKATOR INDEKS PEMBANGUNAN
MANUSIA 13 2.1 Konsep dan Kerangka Berpikir 13 22 Pengukuran Indeks Pembangunan
Manusia
20 2.2.1 Angka Harapan Hidup 23 2.2.2 Tingkat Pendidikan 24 2.2.3 Paritas Daya Beli 28 2.2.4 Pencapaian dan Status Pemb.
Manusia Shortfall 31
x Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
BAB III GAMBARAN UMUM 33 3.1 Kondisi Geografis 33 3.2 Kondisi Penduduk 37 3.2.1 Jumlah Penduduk 37 3.2.2 Rasio Jenis Kelamin 40 3.2.3 Struktur Penduduk 42
3.3 Kondisi Pendidikan 47 3.4 Kondisi Kesehatan 56 3.5 Pendapatan Regional 63 3.5.1 Struktur Ekonomi 67 3.5.2 Perkembangan PDRB Per
kapita 75
3.6 Pengeluaran Konsumsi Perkapita 79 3.7 Ketenagakerjaan 82
3.7.1 Penduduk Usia Kerja 83 3.7.2 Angkatan Kerja 84 3.7.3 Bukan Angkatan Kerja 86 3.7.4 Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 86
3.7.5 Penduduk yang Bekerja 88 3.7.5.1 Menurut Golongan
Umur 89
3.7.5.2 Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 91
3.7.5.3 Menurut Lapangan Usaha
93
3.7.5.4 Menurut Status Pekerjaan
95
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 xi
3.7.5.5 Menurut Jam Kerja 98 BAB IV INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 101
4.1 Nilai Indeks Pembangunan Manusia 101 4.2 Analisis Manajemen Indeks
Pembangunan Manusia
110 4.3 Langkah / Upaya Untuk
Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia 117
4.3.1 Kebijakan Umum 117 4.3.2 Kebijakan Khusus 118 4.3.3 Program Pembangunan 125
BAB V PENUTUP 143 5.1 Kesimpulan 143 5.2 Rekomendasi 144
LAMPIRAN
147
xii Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Tabel Hal. 2.1. Jenjang Pendidikan dan Tahun Konversi
Yang Digunakan Untuk Menghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS 26
3.1. Jarak Tempuh Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten, Luas Wilayah, dan Banyaknya Desa/Kelurahan di Kab. Blora 34
3.2. Luas penggunaan tanah/lahan di Kabupaten Blora Tahun 2014 36
3.3. Penduduk Kabupaten Blora dirinci menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, Tahun 2014 38
3.4. Sex Ratio dan Distribusi Penduduk di Kabupaten Blora Tahun 2014 41
3.5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Hasil Proyeksi Tahun 2014 44
3.6. Penduduk Kabupaten Blora di Rinci Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2014 45
3.7. Perubahan Jumlah Murid, Guru dan Prasarana Pendidikan di Kabupaten Blora Tahun 2012-2014 48
3.8. Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru Menurut Status Pengelolaannya di Kabupaten Blora Tahun 2013-2014
49
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 xiii
3.9. Persentase Penduduk Usia 10 th keatas Menurut Kemampuan Baca Tulis dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora 2014
52 3.10. Penduduk 5 Tahun keatas Berdasarkan
Tingkat Partisipasi Sekolah Tahun 2014
53 3.11. Persentase Penduduk Usia 5 Tahun Keatas
Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Kabupaten Blora Tahun 2014 54
3.12. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Blora Tahun 2013-2014 56
3.13. Persentase Penduduk Dirinci Menurut Keluhan Kesehatan Sebulan yang lalu di Kabupaten Blora Tahun 2013-2014 57
3.14. Persentase Penduduk Menurut Jenis Keluhan Kesehatan Utama Selama Sebulan Yang Lalu Tahun 2013-2014 59
3.15. Persentase Penduduk Menurut Jumlah Hari Sakit yang dialami Selama Sebulan yang Lalu di Kabupaten Blora Tahun 2013-2014 60
3.16. PDRB Kabupaten Blora Tahun Atas Dasar Berlaku dan Harga Konstan 2010 tahun 2010-2014 66
3.17. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Blora Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 – 2014 69
3.18. Distribusi Persentase Sektor Produktif PDRB di Kabupaten Blora Tahun 2013 – 2014 72
xiv Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
3.19. Distribusi Persentase Kelompok Sektor PDRB Tahun 2013 – 2014 74
3.20. Perkembangan PDRB Per Kapita di Kabupaten Blora Tahun 2010 – 2014 77
3.21. Konsumsi Rumah Tangga di Kabupaten Blora Tahun 2007 – 2014 81
3.22. Penduduk Usia Kerja 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013 – 2014
83 3.23. Persentase Penduduk Usia Kerja Menurut
Jenis Kelamin dan Kegiatannya Tahun 2013-2014
85
3.24. TPAK dan TPT Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun 2013-2014 87
3.25. Persentase Penduduk Berdasarkan Jenis Kegiatannya Tahun 2013-2014 88
3.26. Persentase Penduduk Berumur 15 tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun 2014
91
3.27. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun 2013-2014 92
3.28. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun 2013-2014 94
3.29. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan di Kabupaten Blora Tahun 2013-2014
97
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 xv
3.30. Persentase Penduduk Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja Seminggu di Kabupaten Blora Tahun 2011-2013
99 4.1. Nilai IPM Kabupaten Blora dan Kabupaten
Sekitarnya Tahun 2013–2014
102 4.2. Komponen Indeks Pembangunan Manusia
Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya Tahun 2013-2014 106
4.3. IPM dan Shortfall Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya Tahun 2013-2014 109
xvi Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Gambar Hal.
3.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Blora Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2014 40
3.2 Struktur Penduduk Kabupaten Blora Tahun 2014 43
3.3 Piramida Penduduk Kabupaten Blora Tahun 2014 46
3.4 Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir Kabupaten Blora Tahun 2010-2014 62
3.5 Persentase Pertumbuhan PDRB Kabupaten Blora Tahun 2010-2014 65
3.6 Perkembangan PDRB PerkapitaKabupaten Blora 2010-2014 78
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan yang baik adalah menempatkan ma-
nusia sebagai titik sentral, sehingga mempunyai ciri dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Kerangka pemban-
gunan ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi rakyat
dalam semua proses dan kegiatan pembangunan. Untuk
mencapai tujuan tersebut pemerintah harus melakukan
upaya peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber
daya, baik dari aspek fisik (kesehatan), aspek intelektuali-
tas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (daya beli),
serta aspek moralitas (iman dan taqwa) sehingga partisipa-
si rakyat dalam pembangunan akan meningkat dengan
sendirinya. Hal ini selain sesuai dengan Tujuan Nasional
Indonesia yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945,
yaitu “memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa”, secara implisit juga mengandung
makna pemberdayaan masyarakat.
Bab I : Pendahuluan
2 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Indikator pembangunan manusia adalah merupa-
kan salah satu indikator penting yang dapat digunakan da-
lam perencanaan dan evaluasi pembangunan, baik mulai
tingkat daerah sampai tingkat nasional. Indikator ini dire-
komendasikan oleh United Nations Development Program
(UNDP) yang mengadopsi paradigma baru pembangunan
yang disebut Paradigma Pembangunan Manusia (PPM).
Berbeda dengan paradigma pembangunan sebelumnya
yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi khu-
sunya berdasarkan pendapatan perkapita. Sedangkan
konsep paradigma pembangunan manusia dianggap
sebagai suatu konsep yang lebih komprehensip karena
mampu memperhitungkan keberhasilan pembangunan
manusia dari aspek non ekonomi dan dari aspek ekonomi.
Dilandasi oleh kondisi yang seperti itu, Perserikatan
Bangsa-Bangsa dalam hal ini The United Nation Develop-
ment Program (UNDP) merumuskan kriteria pembangu-
nan yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat peme-
rataan sekaligus laju pertumbuhan ekonomi dalam bentuk
Human Development Indeks (HDI) atau Indeks Pembangu-
Bab I : Pendahuluan
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 3
nan Manusia (IPM) sebagai pengganti tolok ukur GNP
(Gross National Product), SDI (Social Development Index),
dan PQLI (Physical Quality Of Life Index). Pada dasarnya
HDI atau IPM adalah suatu indeks komposit yang diha-
rapkan mampu mencerminkan kinerja pembangunan ma-
nusia sehingga dapat dibandingkan antar wilayah atau
bahkan antar waktu.
Indeks Pembangunan Manusia adalah merupakan
ukuran atau indikator kemajuan suatu wilayah yang diukur
dengan tiga faktor utama yaitu dari aspek kesehatan, pen-
didikan dan kesejahteraan ekonomi. Indikator ini
merupakan pengembangan alat ukur keberhasilan
pembangunan sebelumnya yang hanya mengukur tingkat
perkembangan atau pertumbuhan ekonomi saja sedangkan
faktor non ekonomi belum diperhitungkan.
UNDP merekomendasikan ini karena mengandung
indikator dampak pembangunan tidak hanya indikator
output saja, yaitu dimensi ketahanan hidup dari Angka
Harapan Hidup (AHH), dimensi pengetahuan yang diukur
dengan Harapan Lama Sekolah/Expected Years Schooling
Bab I : Pendahuluan
4 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
(EYS) dan Rata-Rata Lama Sekolah/Mean Years Schooling
(MYS) serta dimensi kualitas standar hidup yang diukur
dengan pendapatan perkapita riil yang disesuaikan dengan
Paritas Daya Beli.
Oleh pemerintah IPM digunakan sebagai indikator
penentuan Dana Alokasi Umum (DAU) suatu daerah selain
indikator – indikator lainnya seperti luas wilayah, jumlah
penduduk dan PDRB .
Pembangunan manusia sampai pada tingkat keca-
matan juga perlu dilakukan evaluasi mengingat pemban-
gunan manusia pada tingkat kecamatan sangat bervariasi.
Salah satu tolok ukur yang dapat digunakan adalah IPM
yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian
pembangunan manusia pada tingkat kecamatan. Tapi pada
saat ini data IPM baru bisa difasilitasi sampai tingkat
kabupaten hasil dari Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) tahunan. Sedangkan untuk angka sampai
tingkat kecamatan tidak dapat disediakan. Hal ini
Bab I : Pendahuluan
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 5
disebabkan karena keterbatasan tenaga dan anggaran
untuk melakukan survei sampai tingkat desa.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dilaksanakannya penelitian ini adalah seba-
gai bahan referensi dalam pengambilan kebijakan khusus-
nya upaya peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber
daya pembangunan, baik dari aspek fisik (kesehatan), as-
pek intektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan eko-
nomi (berdaya beli), serta aspek moralitas (iman dan taq-
wa) sehingga berdampak positif pada peningkatan partisi-
pasi pembangunan.
Sedangkan tujuan penyusunan publikasi Tinjauan
IPM Kabupaten Blora adalah sebagai berikut :
1. Sebagai pedoman bagi stakeholder dalam penyusunan
kebijakan program dan kegiatan pembangunan manu-
sia.
Bab I : Pendahuluan
6 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
2. Sebagai bahan yang diharapkan membantu penyusu-
nan kerangka pikir berfokuskan pembangunan manu-
sia.
3. Sebagai bahan referensi dalam penentuan skala
prioritas pembuatan kebijakan pembangunan daerah.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian diambil sebanyak 76 blok
sensus atau 2,5 persen blok sensus dari jumlah total blok
sensus yang terdapat di wilayah Kabupaten Blora.
Kemudian 76 blok sensus tersebut diproporsikan pada
semua kecamatan (16 kecamatan) yang termasuk dalam
wilayah administrasi Kabupaten Blora. Dengan harapan
agar semua karakteristik populasi dapat terwakili pada ke-
giatan survei IPM ini.
Lingkup penelitian yang akan dihasilkan pada
kegiatan/ penelitian IPM ini adalah :
Bab I : Pendahuluan
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 7
1. Menyajikan komponen utama IPM sebagai gambaran
umum pencapaian hasil pembangunan manusia di
Kabupaten Blora yang sesuai dengan perspektif UNDP.
2. Menyajikan indikator yang mempengaruhi IPM antara
lain indikator bidang kependudukan, bidang keseha-
tan, bidang pendidikan, bidang ekonomi dan ketena-
gakerjaan.
3. Melakukan analisa kualitatif dan analisa kuantitatif
terhadap potensi sumber daya manusia yang ada.
1.4 Metode Penelitian
1.4.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di seluruh kecamatan yang berada
di wilayah Kabupaten Blora.
1.4.2 Rancangan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari 3 jenis, yaitu : Kerangka sampel untuk pemilihan blok
Bab I : Pendahuluan
8 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
sensus, Kerangka sampel untuk pemilihan sub blok sensus
dalam blok sensus (khusus untuk blok sensus yang bermu-
atan rumah tangga lebih besar dari 150 rumah tangga), dan
Kerangka sampel untuk pemilihan rumah tangga dalam
blok sensus/sub blok sensus terpilih.
Rancangan sampel pada penelitian ini adalah
rancangan sampel bertahap dua. Prosedur penarikan
sampel untuk semua Kecamatan adalah sebagai berikut :
• Tahap pertama, dari master sampling frame blok
sensus 76 blok sensus secara Proportional Probability
to Size-Systematic (PPS-Sistematik) dengan size
banyaknya rumah tangga. Untuk blok sensus yang
muatan rumah tangganya lebih besar dari 150 perlu
dipilih satu sub blok sensus secara PPS-Sistematik
dengan size banyaknya rumah tangga. Pendaftaran
rumah tangga atau listing dilakukan pada setiap blok
sensus atau sub blok sensus terpilih.
• Tahap dua, memilih sebanyak 10 rumah tangga pada
setiap blok sensus dan atau sub blok sensus terpilih
Bab I : Pendahuluan
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 9
secara sistematik lewat program. Jumlah rumah tangga
yang terpilih pada penelitian ini sebanyak 760 rumah
tangga
1.4.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dari rumah tangga terpilih
dilakukan dengan wawancara langsung antara pencacah
dengan responden. Pertanyaan-pertanyaan individu dalam
kuesioner diusahakan bersumber dari individu yang
bersangkutan, sedangkan keterangan tentang rumah
tangga dapat dilakukan melalui wawancara dengan kepala
rumah tangga, suami atau isteri kepala rumah tangga, atau
anggota rumah tangga lain yang mengetahui karakteristik
yang ditanyakan.
1.4.4 Metode Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan melalui wawancara dan di-
lakukan pemeriksaan secara manual terhadap kelengka-
Bab I : Pendahuluan
10 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
pan, konsistensi isian, kualitas dan mutu data, kemudian
dilakukan pengolahan atau entri data dengan mengguna-
kan fasilitas komputer.
Program aplikasi pengolahan entri data yang
digunakan adalah program aplikasi software CSPro versi
2.3. Data-data yang telah dientri, kemudian dilakukan
validasi data (raw-validation). Hal ini berguna untuk
mengurangi kesalahan entri, kesalahan data (data error),
konsistensi isian dan cakupan data, sehingga data-data
yang dihasilkan sangat kredibel, serta dapat
dipertanggungjawabkan. Untuk menghitung Angka
Harapan Hidup (e0) yang akan dipakai dalam
penghitungan angka indeks IPM, menggunakan
program/aplikasi software Mortpak. Dan untuk angka-
angka yang akan digunakan dalam penghitungan Harapan
Lama Sekolah (EYS), Rata-rata Lama Sekolah (MYS),
Paritas Daya Beli dan data-data pendukung lainnya
menggunakan program/aplikasi software SPSS for
Microsoft Windows versi 13.
Bab I : Pendahuluan
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 11
1.4.5 Metode Analisa Data
Dalam penelitian ini, untuk menganalisa data-data
hasil pengolahan tersebut di atas menggunakan metode
Analisa Statistik Deskriptif. Metode ini menyusun data ke
dalam daftar-daftar atau jadwal, pembuatan grafik dan
lain-lain serta pengolahan yang bersifat interpretasi data
(Anto Dajan, 1986:4).
1.5 Sistematika Penulisan
IPM Kabupaten Blora Tahun 2014 ini menyajikan in-
formasi / Tingkat Keberhasilan atau Kinerja Daerah dalam
Bidang Pembangunan Manusia, dengan sistematika penu-
lisan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang, mak-
sud dan tujuan, ruang lingkup, metode penelitian,
dan sistematika penulisan.
Bab II Membahas Indikator IPM yang berisi Konsep dan
Kerangka Berpikir serta Pengukuran IPM.
Bab I : Pendahuluan
12 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Bab III Menguraikan Gambaran Umum meliputi kondisi
geografis, kondisi kependudukan, kondisi pendi-
dikan, kondisi kesehatan, pendapatan regional,
pengeluaran konsumsi per kapita, dan ketenaga-
kerjaan.
Bab IV Membahas Nilai IPM Blora, evaluasi capaian IPM,
analisa manajemen IPM, dan langkah/upaya me-
ningkatkan IPM.
Bab V Penutup yang berisi tentang kesimpulan dari
uraian pada bab-bab sebelumnya dan
rekomendasi yang diberikan sebagai upaya untuk
peningkatan IPM di masa yang akan datang.
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 13
BAB II INDIKATOR
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
2.1. Konsep dan Kerangka Berpikir
Untuk mengetahui perkembangan tingkat kehidupan
masyarakat di suatu wilayah dalam suatu periode waktu,
bidang kehidupan yang perlu dipantau meliputi seluruh
aspek kehidupan masyarakat, baik yang berkaitan dengan
kelangsungan hidup secara individu (kebutuhan dasar se-
perti kesehatan), tumbuh kembang (seperti pendidikan),
partisipasi (ketenagakerjaan) maupun yang berkaitan
dengan wilayah seperti kependudukan, kemiskinan dan
pertumbuhan ekonomi dibutuhkan alat ukur yang dapat
dibanding secara vertikal antar waktu, dan secara
horisontal antar daerah.
Alat ukur perkembangan sosial (social development)
biasa disebut dengan indikator sosial yaitu suatu nilai sta-
tistik yang dapat memberikan gambaran tentang besaran
permasalahan yang menjadi fokus perhatian. Pengukuran
Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia
14 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
dapat dilakukan secara obyektif dan subyektif, yang secara
teknis pengukuran alat ukur disebut dengan indikator
obyek dan indikator subyek. Pengukuran secara obyek be-
rarti melihat permasalahan dengan sudut pandang yang
sama berdasarkan definisi buku yang disepakati. Sebalik-
nya pengukuran secara subyek (persepsi) melihat permasa-
lahan dengan sudut pandang yang mungkin berbeda antar
individu bergantung dari harapan dan aspirasi.
Indikator sosial berarti alat ukur yang digunakan un-
tuk melihat perkembangan kehidupan masyarakat dari
berbagai aspek. Salah satu indikator sosial adalah Indeks
Pembangunan Manusia ( IPM ) yang diterjemahkan dari
Human Development Indexs ( HDI ). IPM merupakan alat
ukur yang mengukur pencapaian pembangunan yang dica-
pai oleh suatu wilayah. Secara konsep pembangunan
manusia yang diajukan oleh UNDP maknanya adalah
untuk melihat keterlibatan/partisipasi aktif penduduk
dalam pembangunan sejak perumusan dan penentuan
kebijakan hingga evaluasi. Sehingga disebut sebagai pem-
Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 15
bangunan yang berpusat pada penduduk (People Centered
Development): oleh, dari, dan untuk penduduk.
Sebagai suatu indikator komposit yang menggambar-
kan pencapaian dalam hal kelangsungan hidup, pengeta-
huan, dan daya beli. Secara umum indikator tersebut ber-
manfaat sebagai alat advokasi terhadap perumus dan pe-
nentu kebijakan di setiap wilayah khususnya berkaitan
dengan kebijakan publik yang dipilih dan ditetapkan.
IPM merupakan alat ukur yang dapat digunakan da-
lam melihat upaya dan kinerja pembangunan manusia di
suatu wilayah (UNDP, 1990).Dalam hal ini IPM pada tahun
tertentu merupakan gambaran dari upaya pembangunan
yang telah dilakukan beberapa tahun sebelumnya. Artinya,
upaya pembangunan dalam suatu periode dapat diukur
dan ditunjukkan oleh besarnya nilai IPM pada awal peri-
ode tersebut. IPM juga merupakan ukuran melihat dampak
kinerja pembangunan wilayah yang mempunyai dimensi
sangat luas karena memperlihatkan kualitas penduduk
Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia
16 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
suatu wilayah dalam hal kelangsungan hidup,
intelektualitas dan standar hidup layak.
Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan UNDP yang
dirilis tahun 2010 dan direvisi tahun 2011 untuk menyusun
IPM ada perubahan metodologi, walaupun tiga indikator
yang ada sebagian masih dipertahankan, yaitu :
a. Angka Harapan Hidup (AHH) atau life expectation at
age 0 (eº).
b. Harapan Lama Sekolah (HLS) penduduk usia 7 tahun
ke atas/Expected Years of Schooling (EYS) dan Rata-rata
Lama Sekolah (RLS) / Mean Years of Schooling (MYS)
penduduk usia 25 tahun ke atas.
c. Paritas Daya Beli atau Purchasing Power Parity (PPP)
yang merupakan ukuran pendapatan yang sudah dis-
esuaikan dengan Indeks Harga Konsumen (infla-
si/deflasi).
Indikator pertama mengukur “umur panjang dan se-
hat”. AMH dan RLS mengukur “pengetahuan dan ketrampi-
Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 17
lan”, sedangkan PPP mengukur “kemampuan dalam men-
gakses sumber daya beli ekonomi dalam arti luas”. Ketiga
indikator tersebut digunakan sebagai komponen perhi-
tungan dan penyusunan IPM.
Komponen IPM ini merupakan nilai komposit dari
beberapa variabel tidak dapat untuk menilai variabel yang
memberikan pengaruh terbesar terhadap nilai komposit
tersebut. Oleh sebab itu diperlukan analisa untuk melihat
variabel yang memberikan pengaruh terhadap kualitas
pembangunan manusia yang disebut Analisa Situasi Pem-
bangunan Manusia. Analisa ini mengkaji besaran-besaran
nilai variabel yang tersusun dalam IPM untuk dapat men-
getahui tingkat keberhasilan dan kekurangan yang dapat
digunakan dalam menentukan skala prioritas dan inter-
vensi program-program pembangunan yang sangat penting
dan diutamakan.
IPM lebih pas untuk mengukur upaya pemberdayaan
penduduk dibandingkan dengan alat ukur lainnya seperti
Indeks Mutu Hidup (IMH) atau PDRB perkapita. Hal ini
Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia
18 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
dikarenakan IMH hanya mengukur kualitas fisik pendu-
duk, sedangkan PDRB perkapita hanya memberikan gam-
baran tentang kapasitas suatu wilayah.
Perbedaan lainnya adalah dalam pemilihan variabel
yang digunakan sebagai produksi dari pendapatan.
Perubahan indikator dari PDRB perkapita menjadi PPP
dikarenakan PDRB perkapita tidak menggambarkan secara
riil daya beli masyarakat. Meskipun PDRB mengukur
produksi yang dihasilkan suatu daerah karena tingginya
integrasi ekonomi antar wilayah maka tidak ada jaminan
sebagian besar produksi yang dihasilkan akan
didistribusikan dalam masyarakat daerah tersebut. Oleh
karena itu pengeluaran per kapita yang dihimpun dalam
SUSENAS merupakan pendekatan dari daya beli masyara-
kat lokal yang lebih baik.
Secara umum dapat dikatakan bahwa IPM adalah va-
riabel tak bebas yang bersifat state, yaitu sebuah variabel
yang perubahannya lambat dan akan meningkat/menurun
sedikit demi sedikit sebagai respon terhadap perubahan
Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 19
berbagai kondisi fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan.
IPM dapat digunakan untuk mengukur dampak akhir dari
program pembangunan yang telah diimplementasikan pa-
da seluruh penduduk, sedangkan program pembangunan
biasanya diimplementasikan pada kelompok sasaran ter-
tentu.
Angka IPM berkisar antara 0 – 100 yang dapat mem-
perlihatkan jarak yang harus ditempuh untuk mencapai
angka maksimum (shortfall). Angka ini dapat diperban-
dingkan antar daerah yang berarti tantangan bagi semua
daerah untuk menemukan cara memperkecil/mengurangi
nilai shortfall-nya.
Analisis Situasi adalah metode yang sering diguna-
kan dalam mendiskripsikan potret atau profil suatu wi-
layah baik secara komprehensif maupun secara sektoral
berdasarkan data terakhir yang ada. Analisa situasi pem-
bangunan manusia suatu wilayah merupakan gambaran
tentang keadaan pembangunan manusia yang meliputi
pencapaian kesejahteraan dan kualitas fisik sumber daya
Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia
20 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
manusia, juga gambaran yang berkaitan dengan berbagai
aspek sosial dari penduduk. Dengan adanya gambaran ini
pengambil keputusan dan perumus kebijakan akan dapat
bekerja lebih mendasar dan terarah sehingga mempermu-
dah dalam penentuan skala prioritas.
2.2. Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia
Seperti telah dikemukakan sebelumnya berdasarkan
rumusan yang dikeluarkan UNDP, IPM disusun dari tiga
komponen yaitu lamanya hidup, diukur dengan harapan
hidup waktu lahir (e0); tingkat pendidikan, diukur dengan
kombinasi antara harapan lama sekolah (EYS) dan rata-
rata lama sekolah (MYS); dan tingkat kehidupan yang
layak, diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah
disesuaikan (PPP rupiah). Sebelum menghitung IPM, mas-
ing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung
indeksnya sehingga bernilai antara 0 (keadaan terburuk)
dan 1 (keadaan terbaik).Lebih lanjut komponen harapan
lama sekolah dan rata-rata lama sekolah digabung menjadi
Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 21
satu sebagai indikator pendidikan. Dalam tinjauan ini ang-
ka indeks dikalikan 100 untuk mempermudah penafsiran.
DIMENSI
Umur Panjang
dan Sehat
Pendidikan
Standar Hi-dup Layak
INDIKATOR
Harapan Hidup
Saat Lahir (e0)
Harapan Lama
Sekolah (EYS)
Rata-rata Lama
Sekolah (MYS)
Pengeluaran Riil per
Kapita yang disesuaikan
DIMENSI IN-DEKS
Indeks Harapan Hidup
Indeks Pendidikan
Indeks Pen-dapatan
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
IPM merupakan rata-rata ukur dari ketiga komponen
tersebut diatas :
Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia
22 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
𝑰𝑰𝑰𝑰𝑰𝑰 = �𝑰𝑰𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌 × 𝑰𝑰𝒑𝒑𝒌𝒌𝒌𝒌𝒑𝒑𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒑𝒑𝒌𝒌𝒌𝒌 × 𝑰𝑰𝒅𝒅𝒌𝒌𝒅𝒅𝒌𝒌 𝒃𝒃𝒌𝒌𝒃𝒃𝒃𝒃𝟑𝟑
Dimana :
Ikesehatan : Indeks Harapan Hidup
Ipengetahuan : Indeks Pendidikan, dan
Idaya beli : Indeks Pendapatan.
Untuk tujuan penghitungan indeks, dapat ditempuh
berbagai cara menetapkan nilai maksimum dan minimum.
Sebagai ilustrasi, jika tujuannya hanya sekedar
membandingkan kinerja kabupaten dalam satu tahun
tertentu maka nilai tertinggi dan terendah pada tahun
tersebut dapat dipilih sebagai nilai maksimum dan
minimum (nilai ekstrim). Metode pemilihan ini tidak
memungkinkan perbandingan antar waktu, karena batas
maksimum dan minimum dapat berubah menurut waktu.
Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 23
2.2.1 Angka Harapan Hidup (e0)
Kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama
diukur dengan indikator harapan hidup pada saat lahir (life
expectancy at birth / e0). Variabel e0 diharapkan
mencerminkan “lama hidup” sekaligus “hidup sehat’ suatu
masyarakat. Sebenarnya, angka morbiditas akan lebih valid
untuk mengukur hidup sehat, namun demikian, karena
data morbiditas yang dapat dipercaya masih sulit
diperoleh, maka variabel tersebut tidak digunakan dalam
studi penghitungan IPM ini.
Angka Harapan Hidup (e0) dihitung dengan
bantuan program Mortpak, sebagai inputnya adalah data
Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH)
dari wanita pernah kawin berumur 15-49 tahun yang
diperoleh dari hasil pengolahan data penelitian/survei IPM
yang mencakup pada 76 blok sensus terpilih dengan
jumlah rumah tangga terpilih sebanyak 760 rumah tangga.
Untuk penghitungan angka ini sudah diperhitungkan
Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia
24 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
dengan proyeksi penduduk dan indikator-indikator yang
dihasilkan dari Sensus Penduduk tahun 2010.
2.2.2 Tingkat Pendidikan
Dalam tinjauan ini, komponen tingkat pendidikan
diukur dari dua indikator (Harapan Lama Sekolah dan Ra-
ta-Rata Lama Sekolah). Kedua indikator pendidikan ini di-
harapkan mencerminkan tingkat pengetahuan dan ke-
trampilan penduduk. Semakin tinggi harapan lama sekolah
dan makin lama mengikuti pendidikan sekolah diharapkan
akan makin meningkat kualitas masyarakat dalam pengua-
saan ilmu pengetahuan maupun ketrampilan yang dimiliki.
Harapan lama sekolah diperoleh dari penghitungan parti-
sipasi sekolah penduduk menurut kelompok umur (EYS).
Lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan
akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa
mendatang. Kemungkinan anak tersebut akan tetap berse-
kolah pada umur-umur berikutnya sama dengan rasio
penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk
Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 25
umur yang sama saat ini. Kondisi ini untuk mengetahui
kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai
jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya
pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai
oleh setiap anak.
Sedangkan Rata-Rata Lama Sekolah (MYS)
dilakukan dengan cara penghitungan tidak langsung
terhadap penduduk yang berumur 25 tahun ke atas,
dengan asumsi bahwa penduduk berumur 25 tahun ke atas
telah menyelesaikan proses pendidikannya. Langkah
pertama adalah memberikan bobot variabel “Pendidikan
yang ditamatkan“ atau jenjang pendidikan sebagaimana
disajikan pada tabel 2.1. Langkah selanjutnya menghitung
rata-rata tertimbang dari variable tersebut sesuai
bobotnya. Secara sederhana prosedur penghitungan
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
ttt ia t
ia i
EEYSP=
=∑
Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia
26 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Harapan Lama Sekolah pada umur a di tahun t
Partisipasi sekolah penduduk usia i pada tahun t
Populasi penduduk usia i yang bersekolah pada ta-
hun t
Usia (a, a + 1, ..., n)
Tabel 2.1. Jenjang Pendidikan dan Tahun Konversi Yang
Digunakan UntukMenghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS)
Jenjang Pendidikan Tahun Konversi
1. Tidak/belum pernah sekolah
2. TamatSD
3. Tamat SLTP
4. Tamat SLTA/SMU
5. Tamat D1
6. Tamat D2
7. Tamat D3/Akademi
0
6
9
12
13
14
15
taEYS
tiE
tiP
i
Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 27
Jenjang Pendidikan Tahun Konversi
8. Tamat D4/Sarjana
9. Tamat Magister (S2/S3)
16
18
Dimana :
MYS : Rata-rata Lama Sekolah
fi : frekuensi penduduk berumur 25 tahun ke atas untuk
jenjang pendidikan i,
Si : tahun konversi masing-masing jenjang pendidikan i,
i : jenjang pendidikan ( = 1,2,…..,9).
Selanjutnya Indikator Pendidikan (IP) dihitung dengan rumus :
∑∑=
i
ii
fS x f
MYS
Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia
28 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 ℎ𝑢𝑢𝑝𝑝𝑝𝑝=�𝐼𝐼𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 ×𝐼𝐼𝑀𝑀𝐸𝐸𝐸𝐸 − 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑢𝑢𝑚𝑚𝑚𝑚𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑢𝑢𝑚𝑚 − 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑢𝑢𝑚𝑚
2.2.3 Paritas Daya Beli atau Purchasing Power Parity (PPP)
Paritas daya beli-Purchasing Power Parity (PPP) di-
hitung dengan metode yang juga digunakan oleh Interna-
tional Comparison Project (ICP) dalam menstandardisasi
PDB untuk perbandingan antar daerah. Perhitungan
menggunakan metode baru didasarkan pada harga 27 ko-
moditas pada metode lama. Komposisi komoditas terdiri
atas 66 komoditas makanan dan 30 komoditas non
makanan. Dengan dimasukkannya variabel PPP yang da-
pat digunakan untuk menghitung “paritas daya beli” maka
IPM lebih “lengkap” dalam merefleksikan taraf pemban-
gunan manusia dibandingkan IMH atau PQLI. Karena IMH
yang tinggi hanya merefleksikan kondisi suatu masyarakat
yang memiliki peluang hidup panjang (dan sehat) serta
tingkat pendidikan (dan keterampilan) yang memadai.
UNDP melihat kondisi seperti itu belum memberikan
gambaran yang ideal. Menurut UNDP, masyarakat ideal
Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 29
selain harus memenuhi kondisi tersebut juga harus mem-
punyai daya beli (purchasing power). Pemenuhan kebutu-
han hidup seperti itulah yang dicoba diukur dengan PPP.
Tahapan untuk menghitung PPP adalah sebagai berikut :
1. Menghitung angka rata-rata pengeluaran perkapita
beserta kuantitasnya untuk setiap wilayah dengan
menggunakan data SUSENAS Modul Konsumsi yang
mencakup pengeluaran konsumsi 96 komoditas PPP.
2. Menghitung kuantitas komoditas perumahan dari data
SUSENAS.
3. Menghitung nilai pengeluaran riil agar nilai tersebut
dapat dibandingkan antar waktu. Cara penghitungan-
nya ialah dengan membagi rata-rata pengeluaran den-
gan IHK pada masing-masing wilayah, dengan tahun
dasar 2012.
4. Menghitung PPP (Unit), semacam faktor pengali untuk
menghitung pengaruh perbedaan harga antar wilayah.
Prosedur ini menggunakan kaidah matrik dengan data
Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia
30 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
dasar yang digunakan adalah kuantum dan harga dari
96 komoditi standar Kabupaten Blora.
5. Menghitung nilai PPP dalam rupiahdengan rumus :
Daya beli yang disesuaikan = 𝐸𝐸𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃
Y : pengeluaran perkapita
PPP : paritas daya beli
Dimana :𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑚𝑚 =∑ 𝑃𝑃(𝑚𝑚 ,𝑗𝑗 )𝑄𝑄(𝑚𝑚 ,𝑗𝑗 )𝑗𝑗
∑ 𝑃𝑃(𝑚𝑚 ,𝑗𝑗 )𝑄𝑄(𝑚𝑚 ,𝑗𝑗 )𝑗𝑗
: harga per unit komoditi j yang dikonsumsi di provinsi/ kabupaten i
: harga per unit komoditi j di Jakarta Selatan : volume komoditi j (unit) yang dikonsumsi di pro-
vinsi/ kabupaten 6. Selanjutnya menghitung Indeks Daya Beli
𝐼𝐼𝑑𝑑𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝 𝑏𝑏𝑝𝑝𝑏𝑏𝑚𝑚 = ln �𝑑𝑑𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝 𝑏𝑏𝑝𝑝𝑏𝑏𝑚𝑚 � −ln(𝑑𝑑𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝 𝑏𝑏𝑝𝑝𝑏𝑏𝑚𝑚 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑝𝑝 )ln�𝑑𝑑𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝 𝑏𝑏𝑝𝑝𝑏𝑏𝑚𝑚 𝑚𝑚𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚 � −ln�𝑑𝑑𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝 𝑏𝑏𝑝𝑝𝑏𝑏𝑚𝑚 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑝𝑝 �
𝑃𝑃(𝑚𝑚 ,𝑗𝑗 )
𝑃𝑃(𝑚𝑚 ,𝑗𝑗 )
𝑄𝑄(𝑚𝑚 ,𝑗𝑗 )
Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 31
Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan
terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di
Tolikara-Papua. Daya beli maksimum merupakan nilai ter-
tinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir
RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Se-
latan tahun 2025.
2.2.4. Pencapaian dan Status Pembangunan Manusia (Shortfall)
Pencapaian pembangunan manusia dapat dilihat dari
dua segi : pertama, kenaikan IPM secara absolut yang di-
ukur dengan nilai positif dari reduksi shortfall tahunan.
Angka tersebut mengukur rasio pencapaian kesenjangan
jarak yang “sudah ditempuh” dengan yang “harus ditempuh”
untuk mencapai kondisi yang ideal (IPM = 100). Semakin
tinggi angka shortfall, semakin cepat kenaikan IPM. Cara
penghitungan “shortfall” dinyatakan dengan rumus :
IPM(t+n) - IPM(t) r = x 100
100 - IPM(t)
Bab II : Indikator Indeks Pembangunan Manusia
32 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Dimana : IPM(t) : IPM tahun(t) IPM(t+n) : IPM tahun (t+n) IPM(ref) : IPM acuan (biasanya IPM ideal) Kedua, adalah meningkatnya status pembangunan manusia berdasarkan klasifikasi berikut :
Nilai IPM Status Pembangunan Manusia *) < 50
50 ≤ IPM < 66 66 ≤ IPM < 80
≥ 80
Rendah Menengah Bawah Menengah Atas
Tinggi *) modifikasi terhadap klasifikasi UNDP, dengan memecah klasifikasi menengah
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 33
BAB III GAMBARAN UMUM
3.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Blora merupakan salah satu kabupaten di
Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 182.058,797 Ha
atau 1.820,59 km2. Secara geografis Kabupaten Blora terle-
tak di antara 111016’ – 1110 338’ Bujur Timur dan 60 528’ – 70
248’ Lintang Selatan. Sedangkan secara topografi, Kabupa-
ten Blora terletak pada ketinggian antara 25 – 500 meter di
atas permukaan laut. Kabupaten Blora diapit oleh jaja-
ran pegunungan Kendeng Utara dan pegunungan Kendeng
Selatan. Susunan tanah di Kabupaten Blora terdiri atas 56%
tanah gromosol, 39% mediteran dan 5% aluvial. Posisi
Kabupaten Blora terletak pada bagian utara Pulau Jawa dan
di sebelah timur wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan ba-
tas-batas sebagai berikut :
• Sebelah Barat : Kab. Grobogan, Provinsi Jawa Tengah
• Sebelah Utara : Kab. Rembang, Kab. Pati, Prov. Jawa
Tengah
• Sebelah Timur : Kab. Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur
Bab III : Gambaran Umum
34 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
• Sebelah Selatan : Kab. Ngawi, Provinsi Jawa Timur
Tabel 3.1. Jarak Ibukota Kecamatan ke IbukotaKabupaten, Luas Wilayah,dan Banyaknya Desa/Kelurahan di Kabupaten Blora
Kecamatan
Jarak ke Ibuko-taKab. (km)
Luas Wil. (Km2)
Banyaknya
Desa Ke-
lurah-an
Jum-lah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Jati
2. Randublatung
3. Kradenan
4. Kedungtuban
5. Cepu
6. Sambong
7. Jiken
8. Bogorejo
9. Jepon
10. Blora
11. Banjarejo
12. Tunjungan
13. Japah
14. Ngawen
15. Kunduran
16. Todanan
43
29
38
43
34
28
13
17
8
-
12
9
21
12
24
40
183,620
211,131
109,508
106,858
49,145
88,750
168,167
49,805
107,724
79,786
103,522
101,815
103,052
100,982
127,983
128,739
12
16
10
17
11
10
11
14
24
16
20
15
18
27
25
25
0
2
0
0
6
0
0
0
1
12
0
0
0
2
1
0
12
18
10
17
17
10
11
14
25
28
20
15
18
29
26
25 Jumlah 1.820,588 271 24 295
Sumber : Kabupaten Blora Dalam Angka 2015
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 35
Secara administratif, Kabupaten Blora terbagi
menjadi 16 kecamatan, 271 desa, dan 24 kelurahan.
Kecamatan terluas adalah Kecamatan Randublatung yaitu
seluas 211,131 Km2 dan kecamatan yang terkecil luas
wilayahnya adalah Kecamatan Cepu yaitu seluas 49,145
Km2. Jarak terjauh dari ibu kota kabupaten ke ibu kota
kecamatan adalah Kecamatan Jati yang terletak di sebelah
selatan barat Kabupaten Blora (43 Km) dan Kecamatan
Kedungtuban yang terletak di sebelah selatan timur
Kabupaten Blora (43 Km).
Melihat data penggunaan lahan di Kabupaten Blora di
tahun 2014 dapat dibagai dalam dua bagian besar yaitu
74,73% digunakan bukan untuk lahan sawah dan hanya
25,27% digunakan untuk lahan sawah.
Dari lahan sawah 16,25 persennya adalah lahan sawah
tadah hujan, sedangkan untuk irigasi teknis dan setengah
teknis hanya mencapai 4,62% sedangkan untuk irigasi
sederhana 2,26%, irigasi desa atau non PU 0,90% dan
sisanya 1,24% adalah irigasi P2AT.
Bab III : Gambaran Umum
36 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Luas lahan bukan sawah sekitar 90.417 Ha adalah
hutan atau mencapai 49,66% dari luas wilayah yang ada.
Hal ini dapat menggambarkan pola kehidupan masyarakat
yang sebagain besar mengandalkan potensi ini. Bangunan
dan pekarangan mencapai 9,33%, tegal/kebun 14,38%, dan
sisanya adalah waduk , kebun dan lain-lain.
Tabel 3.2. Luas Penggunaan Tanah/Lahan di Kabupaten Blora Tahun 2014
Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persen (1) (2)
(3)
A. LAHAN SAWAH 46,012
25,27
1. Irigasi Teknis 7.449
4,09
2. Irigasi Setengah Teknis 967
0,53
3. Irigasi Sederhana 4.114
2,26
4. Irigasi Desa / Non PU 1.640
0,90
5. Tadah Hujan 29.586
16,25
6. P2AT 2.256
1,24
B. BUKAN LAHAN SAWAH 136.047
74,73
1. Bangunan dan Pekarangan 16.991
9,33
2. Tegal / Kebun 26.182
14,38
3. Waduk 57
0,03
4. Hutan 90.417
49,66
5. Perkebunan 4
0,00
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 37
Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persen
6. Lain-lain 2.395
1,32
Jumlah 182,059
100,00 Sumber : Kabupaten Blora Dalam Angka 2015
3.2. Kondisi Kependudukan
Penduduk suatu daerah mempunyai ciri
karakteristik sendiri-sendiri tergantung dari berbagai
faktor seperti kondisi geografis, topografi, sumber
pengahasilan utama dan sebagainya. Demikian pula untuk
Kabupaten Blora, kondisi penduduknya banyak
dipengaruhi oleh letak geografis di mana terletak di ujung
timur ibu kota propinsi Jawa Tengah, mempunyai kawasan
hutan dan sebagian besar mengandalkan pertanian. Maka
penduduk yang ada relatif tidak mudah bergerak (statis),
menerima apa adanya karena ketergantungan musim.
3.2.1. Jumlah Penduduk
Penduduk Kabupaten Blora di Tahun 2012 dari hasil
Proyeksi kondisi bulan Desember 2013 tercatat 844.444
Bab III : Gambaran Umum
38 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak terdapat di
Kecamatan Kota Blora sebesar 92.778 jiwa, ke dua di
Kecamatan Randublatung mencapai 75.096 jiwa dan ke
tiga terdapat di Kecamatan Cepu sebanyak 73.099 jiwa.
Sedangkan untuk penduduk terkecil terdapat di
Kecamatan Bogorejo hanya 23.882 jiwa, terkecil ke dua
terdapat di Kecamatan Sambong 25.297 jiwa dan Ke tiga
terdapat di Kecamatan Japah hanya 33.949 jiwa.
Tabel 3.3. Penduduk Kabupaten Blora dirinci menurut
Kecamatan dan Jenis Kelamin, Tahun 2014
Kecamatan L p Total Sex Ratio
(1) (2) (3) (4) (5) Jati 22.580 23.340 45.920 96,74
Randublatung 37.133 38.251 75.384 97,08
Kradenan 19.701 19.863 39.564 99,18
Kedungtuban 27.319 28.028 55.347 97,47
Cepu 36.068 37.264 73.332 96,79
Sambong 12.493 12.896 25.389 96,88
Jiken 19.026 19.503 38.529 97,55
Bogorejo 11.783 12.182 23.965 96,72
Jepon 29.994 30.816 60.810 97,33
Kota Blora 45.761 47.597 93.358 96,14
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 39
Kecamatan L p Total Sex Ratio
Banjarejo 28.775 29.382 58.157 97,93
Tunjungan 22.703 23.496 46.229 96,75
Japah 16.720 17.398 34.118 96,10
Ngawen 28.336 28.782 57.118 98,45
Kunduran 31.075 32.123 63.198 96,74
Todanan 28.085 29.866 57.951 94,04
Kabupaten 417.582 430.787 848.369 96,93
Sumber : BPS Kabupaten Blora, Proyeksi
Bab III : Gambaran Umum
40 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Gambar 3.1.Jumlah Penduduk Kabupaten Blora Menurut Keca-matan dan Jenis Kelamin Tahun 2014
3.2.2. Rasio Jenis Kelamin
Dari tabel 3.3.menunjukkan bahwa di Kabupaten
Blora sex rasio laki-laki dibanding perempuan mencapai
96,93% yang berarti penduduk perempuan secara total
0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000
Kota BloraRandublatung
CepuKunduran
JeponBanjarejoTodananNgawen
KedungtubanTunjungan
JatiKradenan
JikenJapah
SambongBogorejo
Perempuan Laki-laki
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 41
lebih banyak dibanding dengan laki-lakinya di mana ada
100 wanita terdapat 97 laki-laki.
Tabel 3.4 Sex Ratio dan Distribusi Penduduk Di Kabupaten Blora 2014
Kecamatan Sex Ratio Distribusi
(1) (2) (3) Jati 96,74 5,41 Randublatung 97,08 8,89 Kradenan 99,18 4,66 Kedungtuban 97,47 6,52 Cepu 96,79 8,64 Sambong 96,88 2,99 Jiken 97,55 4,54 Bogorejo 96,72 2,82 Jepon 97,33 7,17 Kota Blora 96,14 11,00 Banjarejo 97,93 6,86 Tunjungan 96,75 5,45 Japah 96,10 4,02 Ngawen 98,45 6,73 Kunduran 96,74 7,45 Todanan 94,04 6,83 Kabupaten 96,93 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Blora
Bab III : Gambaran Umum
42 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Untuk sex rasio tertinggi terdapat di Kecamatan
Kradenan mencapai 99,18% sementara yang terkecil
terdapat di Kecamatan Todanan hanya mencapai 94,04%.
Hal ini menunjukkan bahwa untuk program peningkatan
Sumber Daya Manusia di dua kecamatan tersebut harus
dibedakan, di mana di Kecamatan Kradenan sebaiknya
program yang banyak menyentuh laki-laki sementara
untuk kecamatan Todanan program yang cenderung ke
kaum perempuan.
3.2.3. Struktur Penduduk
Struktur penduduk di Kabupaten Blora bila dibagi
dalam 3 (tiga) kelompok besar dari hasil proyeksi sementa-
ra dapat digambarkan untuk usia produktif usia 15 – 64
tahun mencapai 68,15%, usia muda 23,07% dan usia tua
8,78%. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat
ketergantungan penduduk di Kabupaten Blora masih
relatif tinggi, yaitu sekitar 47.
Bila dilihat berdasarkan kelompok umur maka
sumbangan tertinggi terdapat di kelompok umur 0 – 4
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 43
tahun sebesar 7,90%, 35 – 39 tahun 7,78% dan 5 – 9 tahun
serta 40 – 44 tahun menyumbang 7,75%. Sementara itu
terendah terdapat di kelompok umur 70 – 74 hanya
menyumbang 2,25%. Ini berarti bahwa jumlah kelahiran
saat ini relatif lebih tinggi dibandingkan dengan 10 tahun
yang lalu.
Gambar 3.2.Struktur Penduduk Kab. Blora 2014
Usia muda dan usia tua mencapai 31,85%, hal ini
menunjukkan adanya beban ketergantungan semakin ren-
dah. Selain itu juga menunjukkan semakin banyaknya
usia muda23.07%
usia produktif68.15%
usia tua8.78%
Bab III : Gambaran Umum
44 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
penduduk produktif yang berdampak terhadap tingkat
produkstifitas per penduduk yang semakin meningkat dan
bila dipacu dalam proses peningkatan produktifitas maka
berdampak adanya peningkatan pendapatan masyarakat.
Tabel. 3.5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Hasil Proyeksi 2014
Urutan Kelompok Persen
(1) (2) (3) 1 0-4 7,78 2 35-39 7,72 3 40-44 7,69 4 5-9 7,68 5 15-19 7,66 6 10-14 7,60 7 45-49 7,51 8 30-34 7,42 9 20-24 7,00 10 50-54 6,95 11 25-29 6,71 12 55-59 5,66 13 60-64 3,84 14 75+ 3,70 15 65-69 2,80 16 70-74 2,29
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 45
Berdasarkan proyeksi penduduk menunjukkan
adanya sebaran penduduk per kelompok umur. Untuk 0 –
4 tahun merupakan penduduk terbanyak, sedangkan
kelompok umur 5 – 9 ada di urutan ke empat. Ini
menunjukkan bahwa perlu ada perhatian terhadap
program keluarga berencana. Mengingat tahun
sebelumnya, kelompok umur ini bukanlah jumlah yang
terbesar. Kelompok umur 35-39 dan 40-44 merupakan
urutan ke dua dan ke tiga terbanyak. Yang
mengindikasikan bahwa jumlah kelahiran yang pada
tahun-tahun sebelumnya sudah mulai menurun, akhir-
akhir ini mengalami kenaikan.
Tabel 3.6. Penduduk Kabupaten Blora Dirinci Kelompok Umur, dan Jenis kelamin, Tahun 2014
Umur L P Total
(1) (2) (3) (4)
0-4 33.915 32.092 66.007 5-9 33.611 31.555 65.166
10-14 33.334 31.180 64.514 15-19 33.367 31.631 64.998 20-24 29.196 30.208 59.404 25-29 27.344 29.610 56.954 30-34 30.454 32.477 62.931
Bab III : Gambaran Umum
46 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Umur L P Total
35-39 32.075 33.402 65.477 40-44 31.664 33.559 65.223 45-49 30.853 32.846 63.699 50-54 29.189 29.734 58.923 55-59 24.433 23.589 48.022 60-64 16.502 16.039 32.541 65-69 11.012 12.734 23.746 70-74 8.448 10.954 19.402 75+ 12.185 19.177 31.362
Total 417.582 430.787 848.369
Sumber : BPS Kabupaten Blora
Gambar 3.3 Piramida Penduduk Blora 2014
40,000 20,000 0 20,000 40,000
0 - 45 - 9
10 - 1415 - 1920 - 2425 - 2930 - 3435 - 3940 - 4445 - 4950 - 5455 - 5960 - 6465 - 6970 - 74
75 +
Perempuan
laki-laki
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 47
Keadaan yang demikian mencerminkan bahwa
tingkat kelahiran untuk 5 tahun ke belakang sedikit
mengalami peningkatan dibandingkan dekade lima
tahunan sebelumnya. Dengan melihat formasi kelompok
umur ini maka perencanaan pengembangan pendidikan
dan kesehatan bisa mempertimbangkan perubahan kohort
yang ada.
3.3. Kondisi Pendidikan
Kondisi pendidikan di Kabupaten Blora dilihat dari
data kependidikan yang ada menunjukkan adanya tren
penurunan jumlah siswa SD sedangkan untuk tingkat SLTP
ke atas ada kecenderungan meningkat.
Dari data pendidikan Tahun 2014 untuk tingkat
SD/MI secara umum tercatat adanya peningkatan
prasarana gedung sekolah sebanyak 0,45%. Sementara dari
sisi murid ada penurunan sekitar 1,83% dibanding dengan
tahun 2013. Demikian juga dari sisi jumlah guru/pengajar
tercatat ada penurunan sebesar 7,68%. Penurunan jumlah
murid dan guru ini terjadi di tingkat SD masing-masing
Bab III : Gambaran Umum
48 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
sebanyak 2,36% dan 10,46%. Sebaliknya untuk tingkat MI
terjadi peningkatan gurid dan guru masing-masing sebesar
3,53% dan 12,48%. Permasalahan penurunan jumlah siswa
ini perlu dikaji lagi lebih mendalam apa karena benar-
benar jumlah siswanya menurun ataukah untuk wilayah
perbatasan lebih suka sekolah di luar Blora ataukah masih
banyak yang tidak masuk sekolah karena berbagai alasan.
Tabel 3.7. Perubahan Jumlah Murid, Guru dan Prasarana
Pendidikan di Kabupaten Blora Tahun 2013 – 2014
Jenis Persentase
Murid Guru Prasarana
1. Pendidikan Dasar A. SD/MI -1,83 -7,68 0,45
- SD -2,36 -10,46 0,51 - MI 3,53 12,48 0,00
B. SLTP/MTs 1,63 1,30 0,74 - SLTP 2,02 -1,78 -1,19 - MTs 0,58 7,12 3,85
2. Pendidikan Menengah
SMU/SMK/MA -17,03 -29,55 2,82 - SMU/SMK -20,03 -33,81 1,67 - MA 26,84 19,75 9,09
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 49
Peningkatan jumlah murid terjadi di tingkat
SLTP/MTs sebanyak 1,63% yang disumbang oleh
peningkatan jumlah murid di SLTP sebanyak 2,02% dan
untuk MTs sebanyak 0,58%. Secara absolut peningkatan
murid di tingkat SLTP/sedarajat sebanyak 655 orang atau
bila dikonversi ke kelas rata-rata 30 siswa berarti ada
peningkatan jumlah kelas hampir mencapai 22 kelas yang
tersebar di seluruh Kabupaten Blora baik sekolah swasta
maupun negeri.
Tabel 3.8.Banyaknya Sekolah, Murid, dan Guru Menurut Status-
Pengelolaannya di Kabupaten Blora Tahun 2013 – 2014
Tingkat Pen-didikan
Sekolah Murid Guru
2013 2014 2013 2014 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Pendidikan Dasar
A. SD/MI 663 666 87.413 85.817 6.787 6.266
- SD 594 597 79.418 77.540 6.138 5.496
- MI 69 69 7.995 8.277 649 730 B. SLTP/MTs 136 137 40.123 40.778 2.922 2.960
- SLTP 84 83 29.373 29.966 1.911 1.877
- MTs 52 54 10.750 10.812 1.011 1.083
2. Pendidikan Menengah
SMU/SMK/MA 71 73 31.806 26.388 3.056 2.153
- SMU/SMK 60 61 29.772 23.808 2.813 1.862
Bab III : Gambaran Umum
50 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Tingkat Pen-didikan
Sekolah Murid Guru
2013 2014 2013 2014 2013 2014
- MA 11 12 2.034 2.580 243 291
3. Pendidikan Tinggi
-Dipl./Univ 6 7 2.765 3.496 235 411
Peningkatan jumlah prasarana sekolah di tingkat
SLTP/MTs di tahun 2014 sebesar 0,74%, disumbang oleh
adanya penambahan sarana sebanyak 3,85% dari MTs
sedangkan untuk tingkat SLTP mengalami penurunan.
Data tingkat pendidikan menengah baik itu
SMU/SMK dan MA tahun 2014 tercatat jumlah
infrastrukturnya sebanyak 73 prasarana, meningkat 2 unit
dibandingkan tahun sebelumnya. Walaupun demikian,
jumlah murid dan guru justru mengalami penurunan yang
cukup banyak. Dari data tercatat bahwa secara umum
jumlah murid SMU/SMK/MA menurun 17,03%, sementara
jumlah guru menurun sebesar 29,55%.
Untuk tingkat pendidikan tinggi jumlah perguruan
tinggi yang ada di Tahun 2014 menjadi 7 buah dibanding-
kan tahun 2013 yang 6 buah. Peningkatan ini juga diikuti
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 51
oleh bertambahnya jumlah mahasiswa dan dosen di
Kabupaten Blora.
Tingkat melek huruf bahasa latin di Kabupaten Blora
tahun 2014 menjadi 83,91% di mana melek huruf kaum
laki-laki sebesar 89,20%, dan untuk perempuan angka
melek hurufnya lebih kecil lagi yaitu hanya 78,86%.
Angka melek huruf dapat dijadikan sebagai indikator
tingkat pendidikan penduduk suatu wilayah, karena
dengan kemampuan tersebut seseorang dapat mempelajari
dan menyerap ilmu pengetahuan. Seseorang dikatakan
melek huruf apabila memiliki kemampuan membaca dan
menulis huruf latin dan atau lainnya. Kemampuan
membaca saja atau kemampuan menulis saja belum
memenuhi syarat untuk dikatakan melek huruf.
Jumlah buta huruf secara total masih banyak terjadi
di kaum Perempuan sebanyak 21,14% sementara untuk
kaum laki-laki hanya 10,80%. Hal ini tidak terlepas
dengan budaya di Kabupaten Blora di mana pencari nafkah
utama adalah kaum laki-laki sehingga pendidikan di
Bab III : Gambaran Umum
52 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
tingkat keluarga lebih diutamakan kaum laki-laki
dibanding dengan perempuan.
Tabel 3.9.Persentase Penduduk Usia 10 th ke atas Menurut
Kemampuan Baca dan Tulis Jenis Kelamin di Kab.Blora Tahun 2014
Kema-puan Baca Tulis
Laki-Laki
Perem-rem-puan
Jumlah Laki-Laki
Perem-rem-puan
Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Bisa 89,20 78,86 83,91 43,54 40,37 83,91
Tidak 10,80 21,14 16,09 5,27 10,82 16,09
Jumlah 100,00 100,00 100,00 48,81 51,19 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Blora.
Dilihat dari data aktifitas sekolah untuk penduduk 5
(lima) tahun ke atas dapat dijelaskan bahwa di tahun 2014
jumlah penduduk yang masih sekolah sebesar 21,94%.Bila
dibanding tahun sebelumnya mengalami
peningkatan.Dengan demikiankesadaran penduduk untuk
mensekolahkan anaknya sudah relatif tinggi sehingga
terjadi peningkatan penduduk yang masih sekolah
dibanding dengan beberapa tahun sebelumnya.
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 53
Tabel 3.10.Penduduk 5 (lima) Tahun Ke Atas Berdasarkan Tingkat Partisipasi Sekolah Tahun 2014
Jenis Kegiatan Laki-Laki Perem-
puan Jumlah
(1) (2) (3) (4) Tidak/belum pernah seko-lah 7,09 15,32 11,29
Masih sekolah 23,68 20,28 21,94
Tidak bersekolah lagi 69,23 64,40 66,77
Sumber : BPS Kabupaten Blora
Dari ketersediaan data di atas maka dapat dilihat
sebaran penduduk yang belum sekolah, masih sekolah dan
tidak bersekolah lagi dan bila dianalisa lebih lanjut dapat
diketahui penyebab tidak /belum sekolahnya disebabkan
oleh faktor apa saja.
Tahun 2014 proporsi penduduk yang tidak/belum
tamat SD mencapai 30,17% dan yang lulus SD mempunyai
proporsi tertinggi yaitu 34,12%. Sedangkan yang terkecil
proporsinya adalah lulusan DI/II/III yaitu sebesar 0,96%.
Bab III : Gambaran Umum
54 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Tabel 3.11.Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kab, Blora Tahun 2014
Tingkat pendidikan L P L + P
(1) (2) (3) (4) Tdk/blm tamat SD 30,57 29,79 30,17
SD/MI 33,29 34,92 34,12
SLTP 18,49 17,49 17,98
SMA/MA 8,43 10,29 9,37
SMK 4,34 3,65 3,99
DI/II/III 1,12 0,81 0,96
DIV/S1/S2 3,77 3,04 3,40
Jumlah 100,0 100,0 100,0
Untuk penduduk yang tamat SD atau kurang masih
cukup banyak, yaitu lebih dari 60%. Masih banyaknya pro-
porsi penduduk di bawah SD ini berpengaruh terhadap
kemampuan yang mereka miliki untuk dapat mendapatkan
penghidupan atau jenis pekerjaan yang layak yang sekali-
gus berdampak terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat
secara umum.
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 55
Bila dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok
tingkat pendidikan dan jenis kelamin maka proporsi pen-
duduk di bawah SD mencapai 64,29% di mana perempuan
mencapai 64,71% dan laki-laki mencapai 63,86%. Pendu-
duk tingkat SD menyumbang paling banyak yaitu sebesar
34,12% di mana laki-laki 33,29% dan perempuan 34,92%.
Tingkat SLTP menyumbang 18,98% di mana laki-
laki menyumbang 18,49% sedangkan perempuan mencapai
17,49%. Untuk tingkat sarjana di Kabupaten Blora masih
relatif sedikit hanya mencapai 3,40% di mana laki-laki
3,77% dan perempuan 3,04%.
Bila menengok dari sisi APM, maka penduduk usia
7-12 tahun yang bersekolah di SD sebesar 96,20%. Semen-
tara itu untuk APM tingkat SLTP sebesar 85,75%. sedang-
kan pada tingkatan SLTA sebesar 66,21%, yang artinya
penduduk usia 16-18 tahun yang sedang sekolah di tingka-
tan SLTA sebanyak 66 orang dari 100 penduduk berumur
16-18 tahun.
Bab III : Gambaran Umum
56 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Tabel 3.12. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah Kabupaten Blora Tahun 2013-2014
Jenis Pendidikan APK APM
2013 2014 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5)
SD/MI 105,63 111,33 95,36 96,20
SLTP/MTs 96,61 97,27 85,01 85,75
SLTA/SMK/MA 67,55 79,83 58,28 66,21
PT 9,60 9,17 3,70 6,20
3.4. Kondisi Kesehatan
Pembangunan kesehatan diarahkan pada peningka-
tan kualitas : (a) sumber daya manusia; (b) kehidupan dan
usia harapan hidup manusia; (c) kesejahteraan keluarga
dan masyarakat; serta (d) kesadaran masyarakat akan pen-
tingnya pola hidup sehat.Peningkatan kualitas penduduk
secara fisik dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk
dan status kesehatan penduduk.
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 57
Kesehatan merupakan faktor penting dalam pening-
katan kualitas sumber daya manusia dan menjadi penye-
bab langsung maupun tidak langsung keberhasilan bidang-
bidang lain karena dapat digunakan dalam menilai suatu
keberhasilan program kesehatan yang pernah/sedang dila-
kukan seperti program kebijaksanaan penyebaran pelaya-
nan kesehatan kepada semua lapisan masyarakat di selu-
ruh pelosok.
Tabel 3.13.Persentase Penduduk Dirinci Menurut Keluhan Ke-sehatan Sebulan Yang Lalu di Kabupaten Blora Ta-hun 2013-2014
Keluhan Kesehatan Banyaknya
2013 2014 Rata-rata (1) (2) (3) (4)
Ya 57,38 30,66 44,02
Tidak 42,62 69,34 55,98 Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Kab.Blora
Status kesehatan masyarakat/penduduk, salah sa-
tunya dapat diukur dari angka kesakitan.Angka kesakitan
dapat diartikan sebagai persentase banyaknya penduduk
Bab III : Gambaran Umum
58 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
yang mengeluh sakit sehingga tidak dapat melakukan akti-
vitas sehari-hari. Terhadap jumlah penduduk keseluruhan,
yang memiliki keluhan kesehatan mencapai 30,66%.
Sementara angka kesakitan untuk Kabupaten Blora pada
tahun 2014 mencapai 16,89%.
Sepanjang tahun 2014, penyakit kategori lainnya
adalah yang paling banyak dialami oleh penduduk, yakni
mencapai 48,55%. Penyakit lainnya di sini termasuk
penyakit stroke, darah tinggi dan penyakit lainnya yang
tidak termasuk dalam kategori yang tertulis di tabel 3.14.
Selanjutnya, persentase penduduk yang mengalami
penyakit pilek mencapai 16,10%, sedangkan yang terkecil
adalah penyakit diare/buang air hanya2,01%.
Pada tahun 2014 keluhan lainnya meningkat drastis
dibanding dengan tahun 2013, sedangkan untuk keluhan
batuk, pilek dan sakit kepala relatif berkurang. Secara
rata-rata dalam dua tahun terakhir keluhan kesehatan
penduduk di Kabupaten Blora untuk pilek mencapai
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 59
22,69%, lainnya 31,40%, batuk dan panas masing-masing
mencapai 16,74 dan 14,35%.
Tabel 3.14. Persentase Penduduk Menurut Jenis KeluhanKesehatan Utama Selama Sebulan Yang Lalu di Kab,Blora Tahun 2013-2014
Keluhan Kesehatan Tahun
Rata-Rata 2013 2014
(1) (2) (3) (4)
Panas 16,99 11,70 14,35
Batuk 25,31 8,17 16,74
Pilek 29,28 16,10 22,69
Asma/Sesak Napas 1,72 2,53 2,13
Diare/Buang2 Air 0,98 2,01 1,50
Sakit Kepala Berulang 9,44 6,20 7,82
Sakit Gigi 2,04 4,74 3,39
Lainnya 14,25 48,55 31,40
Total 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Blora
Dilihat dari jumlah hari sakit, di tahun 2014 sekitar
60,88% dari seluruh penderita sakit mengalami sakit
Bab III : Gambaran Umum
60 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
selama kurang dari 4 hari disusul yang mengalami sakit
selama 4 - 7 hari sebanyak 27,78%. Sementara itu untuk
yang lebih dari 22 hari mencapai 3,86%. Mereka ini
biasanya dialami oleh penderita stroke, atau penyakit tua
atau komplikasi. Untuk yang mengalami keluhan antara 8
– 14 hari mencapai 5,53% dan terendah keluhan selama 15 –
21 hari hanya mencapai 1,94%.
Tabel 3.15. Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Selama Sebulan Menurut Jumlah Hari Sakit di Kab,Blora Tahun 2013– 2014
Jumlah Hari Sakit Tahun
Rata-Rata 2013 2014
(1) (2) (3) (4) < 4 66,53 60,88 63,71
4 – 7 24,01 27,78 25,90
8 – 14 2,60 5,53 4,07
15 – 21 1,04 1,94 1,49
22 – 30 5,83 3,86 4,85
Total 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Blora
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 61
Berubahnya pola jumlah hari sakit penduduk dapat
disebabkan karena adanya perubahan pola pikir
masyarakat untuk segera berobat baik diobati sendiri
maupun berobat jalan oleh para medis.
Secara rata-rata dua tahun terakhir jumlah hari
sakit terbanyak mencapai 63,71% untuk lama sakit kurang
dari 4 hari ; 25,90% untuk lama sakit 4 – 7 hari ;4,07%
untuk lama sakit mencapai 8 – 14 hari; 4,85% untuk lama
sakit 22 – 30 hari dan terendah 1,49% untuk penduduk
yang mempunyai keluhan dengan lama sakit antara 15
sampai dengan 21 hari.
Kondisi persalinan di Kabupaten Blora di tahun 2014
ini menggambarkan penolong persalinan terakhir lebih da-
ri separuh (sekitar 70,05%) proses kelahiran ditolong oleh
bidan, disusul dokter sebanyak 21,63% dan terakhir tenaga
lainnya sebanyak 8,32%. Bila dibandingkan dengan kondisi
di tahun 2012 peran tenaga kesehatan (dalam hal ini bidan
dan dokter) merupakan penolong utama proses kelahiran.
Bab III : Gambaran Umum
62 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Kesadaran masyarakat akan pentingnya proses ke-
lahiran yang sehat sudah dimiliki oleh sebagian besar pen-
duduk Kabupaten Blora. Disamping itu adanya bidan di
setiap kecamatan bahkan sampai tingkat desa merupakan
upaya untuk mendekatkan tenaga kesehatan terhadap ma-
syarakat terutama masyarakat desa, sehingga kebutuhan
akan pertolongan kesehatan seperti proses kelahiran bisa
ditangani oleh tenaga kesehatan.
Gambar 3.4. Persentase Balita menurut Penolong Persalinan
Terakhir di Kab. Blora 2010-2014
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2010 2011 2012 2013 2014
11.35 15.36 13.15 13.77 21.63
63.4278.31 78.8 79.55 70.05
25.236.33 8.05 6.68 8.32
Dokter Bidan Lainnya
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 63
Di tahun 2014 persentase penolong kelahiran balita
oleh dokter meningkat sebesar 7,86% dibanding dengan
tahun 2013. Sementara itu penolong kelahiran bidan
menurun 9,5% dibandingkan tahun 2013. Sedangkan untuk
penolong kelahiran tenaga lainnya menunjukkan
peningkatan.
Perkembangan perilaku masyarakat dalam hal
kesehatan sudah sewajarnya dipelihara dan dikembangkan
agar angka kematian bayi dan angka kematian ibu
melahirkan bisa direduksi atau dikurangi, selain itu peran
desa siaga dan program-program pemberdayaan
masyarakat semakin didekatkan, digiatkan dan
dikembangkan.
3.5. Pendapatan Regional
Perekonomian Kabupaten Blora dalam 5 (lima) tahun
terakhir secara umum menunjukkan arah yang positif,
Pada tahun 2014 mengalami pertumbuhan sebesar 4,43%
lebih rendah dibanding tahun 2013 yang sebesar 5,10%.
Perbaikan perekonomian telah menghasilkan angka yang
Bab III : Gambaran Umum
64 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
positif ini menunjukkan bahwa perekonomian di Kabupa-
ten Blora dalam era otonomi ini dari tahun ke tahun akan
semakin membaik sehingga kemampuan daya beli masya-
rakat juga semakin meningkat. Selain itu barang dan jasa
juga mudah tersedia di pasaran yang selanjutnya lapangan
kerja juga semakin terbuka.
Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi re-
gional Kabupaten Blora dapat diketahui pada nilai yang
tercermin dari besaran PDRB (Produk Domestik Regional
Bruto) dari tahun ke tahun baik menurut harga berlaku
maupun menurut harga konstan. Pada tahun 2014 besaran
PDRB menurut harga berlaku di Kabupaten Blora secara
agregat adalah sebesar 13.006.772 juta rupiah yang
menunjukkan adanya peningkatan jika dibandingkan
dengan tahun 2013 yang mencapai sebesar 11.757.237 juta
rupiah sehingga terjadi kenaikan sebesar 10,63%.
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 65
Gambar 3.5. Persentase Pertumbuhan PDRB Kabupaten Blora Tahun 2010-2014
Pertumbuhan ekonomi sebesar 10,63% ini sebenarnya
belum mencerminkan pertumbuhan yang sebenarnya ka-
rena masih terpengaruh adanya faktor kenaikan harga. Se-
dangkan pertumbuhan ekonomi yang lebih mendekati
dengan keadaan yang sebenarnya dapat dilihat pada per-
tumbuhan atas dasar harga konstan, yaitu mencapai 4,43%.
13.3010.60 9.49 10.50 10.63
5.79
4.26 4.84 5.10 4.43
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
2010 2011 2012 2013 2014
Berlaku Konstan
Bab III : Gambaran Umum
66 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Tabel : 3.16.PDRB Kabupaten Blora Tahun 2010 – 2014
Tahun
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB Atas Dasar Harga konstan 2010
Nilai (juta rp)
% Pertum- buhan
Nilai (juta rp)
% Pertum- buhan
(1) (2) (3) (4) (5)
2010 8.786.056 13,30 8.786.056 5,79
2011 9.717.743 10,60 9.160.112 4,26
2012 10.639.752 9,49 9.603.310 4,84
2013 11.757.237 10,50 10.093.016 5,10
2014 13.006.772 10,63 10.540.217 4,43
Secara umum, kinerja sektor ekonomi dari waktu ke
waktu terlihat fluktuatif. Pertumbuhan suatu sektor pada
suatu waktu tertentu bisa sangat rendah, tapi di lain waktu
bisa tumbuh sangat tinggi. Kondisi ini perlu mendapatkan
perhatian lebih, mengingat konsistensi kinerja suatu sektor
memegang peran yang sangat penting sebagai salah satu
bahan pertimbangan masuknya modal dari luar.
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 67
3.5.1. Struktur Ekonomi
Dalam periode waktu lima tahun terakhir, Sektor
Pertanian dan Sektor Perdagangan masih merupakan an-
dalan terbesar bagi Kabupaten Blora. Selain itu juga Sektor
Perbankan dan Keuangan, yang mana hal ini dapat dilihat
dari indeks distribusi PDRB. Namun sumbangan sektor ini
relatif menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Dari distribusi antar sektor terlihat bahwa sektor
pertanian dan perdagangan selama lima tahun terakhir
secara umum memperlihatkan penurunan peranan dari
waktu ke waktu terhadap total PDRB. Penurunan peranan
sektor pertanian adalah wajar mengingat lahan pertanian
yang semakin terbatas dan juga kebijakan pemerintah Ka-
bupaten Blora yang giat meningkatkan sektor-sektor di
luar Sektor Pertanian
Sebaliknya, Sektor Industri Pengolahan, jasa
perusahaan, jasa pendidikan, dan jasa kesehatan
mengalami peningkatan. Sektor yang mengalami kenaikan
terbesar dalam sumbangan PDRB 2014 adalah sektor
Bab III : Gambaran Umum
68 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
industri pengolahan yang pada tahun 2013 memberikan
sumbangan 10,27% mengalami kenaikan menjadi 11,41%.
Diketahui bersama bahwa share / sumbangan sektor
pertanian untuk Kabupaten Blora masih terasa sangat
dominan, untuk tahun 2014 yakni sebesar 27,22%. Se-
hingga jika produksi pertanian mengalami kenaikan secara
signifikan maka dimungkinkan PDRB juga mengalami
kenaikan. Demikian juga apabila produksi sektor pertanian
mengalami penurunan maka PDRB mempunyai ke-
cenderungan turun.
Struktur ekonomi suatu wilayah umumnya tidak akan
berubah dalam rentang waktu singkat. Apalagi pada
beberapa wilayah yang sudah mapan, perubahan struktur
ekonomi secara drastis hanya terjadi bila ada suatu
perubahan luar biasa yang terjadi, seperti adanya
penanaman modal secara besar-besaran pada suatu sektor
tertentu, eksploitasi sumber daya alam yang baru, atau
perubahan dalam mengimplementasikan teknologi baru.
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 69
Tabel 3.17. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Blora Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha 2010 – 2014
Sektor/ Lapangan
Usaha 2010 2011 2012 2013 2014
[1] [2] [3] [4] [5] [6]
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 30,88 29,71 29,65 29,92 27,22
2 Petambangan dan Penggalian 13,90 15,14 14,12 13,80 14,64
3 Industri Pengolahan 9,65 9,81 10,15 10,27 11,41
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,07 0,07 0,07 0,07 0,06
5 Pengadaan Air, Penge-lolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0,05 0,05 0,05 0,04 0,05
6 Konstruksi 4,12 3,94 4,16 4,12 4,32
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
17,70 17,69 17,13 16,88 16,70
8 Transportasi dan Per-gudangan 2,81 2,57 2,58 2,60 2,76
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,60 3,47 3,43 3,30 3,43
10 Informasi dan Komuni-kasi 1,19 1,17 1,17 1,13 1,10
11 Jasa Keuangan dan Asuansi 3,09 3,06 3,21 3,20 3,23
12 Real Estate 1,42 1,35 1,33 1,32 1,37 13 Jasa Perusahaan 0,25 0,26 0,27 0,29 0,30
14 Administrasi Pemerin-tahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
4,20 3,91 3,99 3,89 3,81
15 Jasa Pendidikan 3,99 4,81 5,80 6,18 6,45
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,78 0,81 0,89 0,90 0,96
Bab III : Gambaran Umum
70 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Sektor/ Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014
17 Jasa Lainnya 2,29 2,17 2,01 2,07 2,19 T o t a l 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Struktur ekonomi suatu wilayah mencerminkan be-
sarnya peran nilai tambah suatu sektor dalam pembentu-
kan PDRB. Dengan kata lain struktur ekonomi adalah pe-
metaan potensi ekonomi suatu daerah menurut sektor.
Dengan mengetahui struktur ekonomi dapat diketahui
apakah ekonomi suatu daerah didominasi oleh kelompok
sektor primer, sekunder, atau tersier.
Selain paling dominannya sektor pertanian dalam
struktur ekonomi Kabupaten Blora, juga terlihat bahwa
sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan
dan perdagangan besar dan eceran cukup memiliki andil
yang besar dalam perekonomian.
Dari tabel tersebut juga dapat kita ketahui bahwa
sektor yang perannya paling kecil adalah sektor pengadaan
air, pengelolaan sampah limbah dan daur ulang. Peran sek-
tor ini terhadap total PDRB sampai dengan tahun 2014 be-
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 71
lum pernah mencapai satu persen. Rendahnya peran sektor
ini lebih banyak disebabkan oleh jumlah produksi yang re-
latif stagnan dibanding sektor-sektor yang lain dan per-
tumbuhan sektor ini yang relatif lambat.
Dari tabel di atas juga terlihat sektor-sektor yang
mengalami pengurangan distribusi.Pengurangan ini hanya
berpengaruh terhadap peran sektor terhadap total PDRB di
mana secara fisik alamiah tetap melakukan pertumbuhan
tetapi jumlah pertumbuhannya atau sumbangannya lebih
kecil dibanding dengan tahun sebelumnya. Hal ini
biasanya terjadi pada produk di mana pasar telah jenuh
maka perkembangan produksi tidak secepat pada waktu
booming.
Selain ada kelompok sektor dominan disajikan pula
kelompok sektor produktif, yaitu sektor yang relatif masih
dapat ditingkatkan outputnya karena masih potensial.
Secara umum distribusi sektor produktif tahun 2014
meningkat kecuali pada sektor informasi dan komukasi
Bab III : Gambaran Umum
72 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
dan sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan
jaminan wajib sosial.
Tabel 3.18.Distribusi Persentase Sektor Produktif PDRB di Kabupaten Blora Tahun 2013 – 2014
Sektor/ Lapangan
Usaha
HargaBerlaku Pe-ruba-han
HargaKonstan Perubaruba-han 2013 2014 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Pengadaan Listrik dan Gas 0,07 0,06 -0,01 0,08 0,08 0,00
Pengadaan Air, Pengelolaan Sam-pah, Limbah dan Daur Ulang
0,04 0,05 0,01 0,05 0,05 0,00
Konstruksi 4,12 4,32 0,20 4,18 4,24 0,06
Transportasi dan Pergudangan 2,60 2,76 0,16 2,94 3,12 0,17
Penyediaan Ako-modasi dan Ma-kan Minum
3,30 3,43 0,13 3,56 3,71 0,16
Informasi dan Komunikasi 1,13 1,10 -0,03 1,38 1,49 0,11
Jasa Keuangan dan Asuansi 3,20 3,23 0,03 3,06 3,13 0,08
Real Estate 1,32 1,37 0,05 1,50 1,56 0,06
Jasa Perusahaan 0,29 0,30 0,01 0,29 0,31 0,02
Administrasi Pemerintahan, Per-tahanan dan Jaminan Sosial Wajib
3,89 3,81 -0,08 3,82 3,74 -0,09
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 73
Sektor/ Lapangan
Usaha
HargaBerlaku Pe-ruba-han
HargaKonstan Perubahan
2013 2014 2013 2014
Jasa Pendidikan 6,18 6,45 0,27 5,52 5,96 0,44
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
0,90 0,96 0,06 0,88 0,94 0,07
Jasa Lainnya 2,07 2,19 0,12 2,24 2,38 0,13
J U M L A H 29,12 30,04 0,91 29,50 30,72 1,22
Sumber : PDRB Kabupaten Blora 2013
Selain terbagi dalam 17 kategori, PDRB juga bisa
dikelompokkan berdasarkan output atau input terjadinya
proses produksi. Pengelompokan ini dibedakan menjadi:
1. Kelompok Primer, mencakup sektor pertanian,
kehutanan perikanan dan pertambangan/penggalian.
2. Kelompok sekunder, mencakup sektor industri
pengolahan, pengadaan listrik/gas dan pengadaan air
bersih, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang,
serta bangunan/konstruksi.
3. Kelompok tersier, mencakup sektor perdagangan besar
dan eceran, penyediaan akomodasi dan makan minum,
transportasi dan pergudangan, informasi dan
komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, real estate,
Bab III : Gambaran Umum
74 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
jasa perusahaan, administrasi pemerintahan, jasa
pendidikan, jasa kesehatan dan jasa lainnya.
Data PDRB lima tahun terakhir (2010-2014) menun-
jukkan adanya pergeseran kontribusi, di mana peran
kelompok primer yang pada awalnya terlihat sangat
mendominasi secara bertahap bergeser ke kelompok
tersier dan sekunder.
Pada tahun 2014 peran kelompok tersier sudah
mendominasi dengan share sebesar 42,30%. Selanjutnya
disusul kelompok primer sebesar 41,86%. Kemudian yang
terakhir kelompok sekunder sebesar 15,84% dari total
PDRB.
Tabel 3.19.Distribusi Persentase Kelompok Sektor PDRBTahun 2013 – 2014
Sektor/
Lapangan Usaha
Harga Berlaku
Pe-ruba-han
Harga Konstan
Pe-rubahan 2013 2014 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. KELOMPOK
PRIMER 43,72 41,86 -1,86 42,64 40,04 -2,61
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 75
Sektor/ Lapangan
Usaha
Harga Berlaku
Pe-ruba-han
Harga Konstan
Pe-rubahan 2013 2014 2013 2014
2. KELOMPOKSEKUNDER
14,50 15,84 1,34 14,32 15,35 1,03
3. KELOMPOK TERSIER
41,78 42,30 0,52 43,04 44,62 1,58
J U M L A H 100,00 100,00 100,00 100,00
Dari ke tiga kelompok pada tabel 3.19 terlihat bahwa
jika dibandingkan antara tahun 2014 terhadap tahun 2013
baik menurut harga berlaku maupun harga konstan ada
pergeseran andil. Pada kelompok kelompok primer terjadi
penurunan andil, yakni sebesar 1,86% untuk harga berlaku
dan 2,61% untuk harga konstan. Sebaliknya untuk kelom-
pok sekunder dan tersier mengalami peningkatan masing-
masing sebesar 1,34% dan 0,52% untuk harga berlaku.
Untuk harga konstan, penurunan kedua sektor ini
mencapai 1,03% dan 1,58%.
3.5.2 Perkembangan PDRB Per kapita
PDRB per kapita dihitung dengan dua standar harga
yang berbeda, yaitu PDRB perkapita atas dasar harga ber-
Bab III : Gambaran Umum
76 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
lakudan atas dasar harga konstan. PDRB per kapita atas
dasar harga berlaku menggambarkan besarnya rata-rata
produktivitas yang dihasilkan pada suatu waktu tertentu.
Sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga konstan
menggambarkan produktivitas penduduk apabila diukur
dengan standar harga tahun 2000.
Meskipun belum dapat mencerminkan tingkat
pemerataan, pendapatan perkapita yang dalam hal ini
digambarkan oleh PDRB perkapita dapat dijadikan salah
satu tolok ukur untuk melihat keberhasilan pembangunan
perekonomian, khususnya tingkat kemakmuran penduduk
pada suatu wilayah secara makro. Tidak hanya
keberhasilan pembangunan dari sisi aspek pertumbuhan
perekonomian suatu wilayah saja akan tetapi lebih jauh
dapat dilihat juga tingkat besarnya PDRB/pendapatan
perkapita khususnya pendapatan perkapita menurut harga
berlaku.
Kenaikan harga barang dan jasa serta naiknya
output dari berbagai barang dan jasa dari beberapa sektor
ekonomi telah meningkatkan pendapatan perkapita,
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 77
Pendapatan/PDRB perkapita atas dasar harga berlaku
selama ini selalu menunjukkan adanya peningkatan dari
tahun ke tahun.
Tabel : 3.20.Perkembangan PDRB Per Kapita Di Kabupaten Blo-
ra Tahun 2010 - 2014
Tahun
Harga Berlaku Harga Konstan 2010
Nilai (Rp,) Pertumbuha
n (%) Nilai (Rp,)
Pertumbu-han (%)
(1) (2) (3) (4) (5) 2010 12.274.375,47 14,46 12.274.375,47 4,42
2011 13.657.546,24 11,27 12.726.114,81 3,68
2012 14.660.698,30 7,35 13.266.060,58 4,24
2013 16.080.071,88 9,68 13.904.971,18 4,82
2014 17.787.168,77 10,62 14.446.015,34 3,89
Rata-rata
10,67 4,21
Sumber : Pendapatan Regional Kabupaten Blora Tahun 2014
Seperti ditunjukkan pada tabel 3.20 dan gambar
3.6, untuk tahun 2014 PDRB perkapita Kabupaten Blora
adalah mencapai sebesar 17.787.169 rupiah. Sementara
pada tahun sebelumnya sebesar 16.080.072 rupiah atau
Bab III : Gambaran Umum
78 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
naik sebesar 10,62%, kenaikan sebesar itu merupakan yang
tertinggi selama kurun waktu tiga tahun terakhir.
Kenaikan pertumbuhan PDRB perkapita pada tahun 2014
ini meningkat di bandingkan tahun sebelumnya, namun
merupakan kenaikan tertinggi ketiga selama lima tahun
terakhir.
Gambar 3.6.Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Blora Tahun 2010 – 2014.
Rata-rata pertumbuhan PDRB per Kapita di
Kabupaten Blora selama enam tahun terakhir (2010- 2014)
sebesar 10,67% atas dasar harga berlaku dan 4,21% atas
dasar harga konstan 2010. Perbedaan perkembangan yang
0
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
2010 2011 2012 2013 2014
Berlaku Konstan
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 79
mencolok berdasarkan dua standar harga tersebut
menunjukkan bahwa meskipun secara nominal
perkembangan PDRB perkapita sangat pesat, namun
secara riil tidak demikian.
Hal ini menunjukan bahwa perbedaan
perkembangan itu lebih disebabkan oleh pengaruh
perubahan harga dari produk barang dan jasa yang cukup
besar, baik di pasar domestik maupun luar negeri (ekspor).
3.6. Pengeluaran Konsumsi Perkapita
Sejalan dengan PDRB yang mengalami pertumbuhan,
indikator ekonomi makro lain yaitu konsumsi rumah
tangga masyarakat juga menunjukkan hal yang sama. Hasil
Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2007-
2014 menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat Blora dari
tahun ke tahun semakin meningkat.
Keadaan ini dapat dilihat pada tabel 3.21.
Peningkatan konsumsi makanan tahun 2009 – 2013 relatif
rendah, tidak melebihi 10%. Tahun 2012 merupakan
Bab III : Gambaran Umum
80 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
peningkatan terendah dalam delapan tahun terakhir, yaitu
4,10%. Untuk tahun 20114 meningkat sebesar 38,95%, lebih
tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Pada tahun 2014 konsumsi non makanan mencapai
3.309.132 rupiah, meningkat 29,17 % dibandingkan tahun
2013 yang sebesar 2.561.820 rupiah. Peningkatan ini lebih
rendah dibanding dengan tahun sebelumnya yang
mencapai 31,46%.
Namun demikian, terjadinya perbaikan
perbandingan pola konsumsi ini tentunya masih jauh dari
angka perbandingan ideal dari konsumsi masyarakat yang
lebih maju. Sebab konsumsi untuk non-makanan yang
mencakup pengeluaran untuk kebutuhan sandang, papan,
kesehatan, pendidikan, dan keperluan lain seperti untuk
upacara dan pesta, tentunya akan lebih besar lagi
proporsinya apabila kondisi ekonomi dan sosial
masyarakat semakin maju, meskipun tahun 2014 ini
pengeluaran non makanan sudah melebihi pengeluaran
makanan. Hal ini disebabkan karena kebutuhan konsumsi
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 81
untuk makanan bersifat terbatas sehingga akan mengalami
kondisi yang stasioner pada titik tertentu meskipun tingkat
pendapatan masyarakat terus meningkat.
Tabel 3.21. Konsumsi Rumah Tangga di Kabupaten Blora Tahun 2007 – 2014
Tahun
KONSUMSI RUMAH TANGGA
Makanan (juta Rp.)
Pertum-
buhan (%)
Non Makanan (juta Rp.)
Per-tum-
buhan (%)
Total (juta Rp.)
Per-tum-
buhan (%)
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]
2007 1.353.377 25,10 995.946 16,22 2.349.323 21,18
2008 1.628.842 20,35 1.134.784 13,94 2.763.626 17,64
2009 1.774.171 8,92 1.279.763 12,78 3.053.934 10,50
2010 1.901.379 7,17 1.435.254 12,15 3.336.633 9,26
2011 2.026.490 6,58 1.667.587 15,12 3.694.077 10,27
2012 2.109.640 4,10 1.948.693 16,86 4.058.333 9,86
2013 2.258.490 7,06 2.561.820 31,46 4.820.310 18,78
2014 3.138.252 38,95 3.309.132 29,17 6.447.384 33,75
Sumber : Susenas dan data diolah
Bab III : Gambaran Umum
82 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
3.7. Ketenagakerjaan
Masalah ketenagakerjaan sesungguhnya mencakup
aspek ekonomi dan juga aspek sosial. Terciptanya lapangan
kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai
sehingga penambahan angkatan kerja yang terjadi, akan
terserap merupakan salah satu sasaran pembangunan
selama ini. Dengan demikian penduduk akan memperoleh
manfaat langsung dari pembangunan.
Banyaknya angkatan kerja yang tidak terserap
dalam lapangan kerja akibat peningkatan jumlah angkatan
kerja yang tidak sebanding dengan peningkatan jumlah
lapangan kerja akan menjadi masalah dalam
pembangunan. Jika masalah pengangguran tidak
mendapatkan perhatian yang serius akan menimbulkan
masalah sosial dalam kehidupan masyarakat.
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 83
3.7.1. Penduduk Usia Kerja
Penduduk Usia Kerja yang dimaksud disini adalah
penduduk yang masuk usia kerja yang disesuaikan dengan
International Labour Organitations (ILO) yaitu berusia 15
tahun keatas, Penduduk usia kerja di Kabupaten Blora
tercatat 651.368 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki
sekitar 316.295 jiwa (48,56%) dan penduduk perempuan
sekitar 335.073 jiwa (51,44%), Jumlah penduduk usia kerja
laki-laki tercatat lebih kecil daripada penduduk usia kerja
perempuan dengan rasio 94,40 yang berarti dari 100 orang
perempuan terdapat 94 orang laki-laki.
Tabel 3.22.Persentase Penduduk Usia Kerja 15 Tahun Keatas MenurutJenis Kelamin Tahun 2013 - 2014
Jenis Kelamin 2013 2014 Rata-rata
(1) (2) (3) (4) Laki-laki 303.134 316.295 309.715
Perempuan 320.497 335.073 327.785
Jumlah 623.631 651.368 637.500
Sumber : BPS Kabupaten Blora
Bab III : Gambaran Umum
84 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Berdasarkan jenis kegiatannya, penduduk usia kerja
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu : angkatan
kerja (bekerja, mencari pekerjaan); dan bukan angkatan
kerja (sekolah, mengurus rumah tangga, dan kegiatan
lainnya).
3.7.2. Angkatan Kerja
Angkatan kerja pada tahun 2014 menunjukkan
adanya perubahan proporsi pekerja wanita dan laki-laki, di
mana untuk pekerja perempuan meningkat lebih tinggi
dibandingkan laki-laki.Hal ini menunjukkan potensi
perempuan untuk ikut bekerja semakin besar.
Dari data yang ada hasil survei angkatan kerja 2014
menunjukkan potensi tenaga kerja mencapai 68,50% di
mana 65,56% sudah bekerja baik formal maupun informal
dan sebanyak 2,94% sedang mencari pekerjaan.
Secara rata-rata dalam dua tahun terakhir terdapat
3,83% penduduk di Kabupaten Blora mencari pekerjaan.
Dalam mencari pekerjaan termasuk di sini adalah
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 85
kelompok penduduk usia kerja yang sudah bekerja tetapi
masih mencari pekerjaan, penduduk yang sudah diterima
bekerja tetapi belum mulai bekerja ataukah penduduk
dengan kegiatan mengurus rumah tangga maupun lainnya
sambil mencari pekerjaan yang dilakukan secara aktif baik
dicarikan maupun mencari sendiri.
Tabel 3.23. Persentase Penduduk Usia Kerja menurutJenis Kela-min dan Kegiatannya Tahun 2013 - 2014.
Jenis Kegiatan Tahun
2013 2014 Rata-rata
(1) (2) (3) (4) Angkatan Kerja 75,50 68,50 72,00
Bekerja 70,78 65,56 68,17
Mencari Pekerjaan 4,72 2,94 3,83
Bukan Angkatan Kerja 24,50 31,50 28,00
Sekolah 4,67 5,47 5,07
Mengurus Rumah-tangga
14,71 21,03 17,87
Lainnya 5,12 5,00 5,06
Usia Kerja 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Blora
Bab III : Gambaran Umum
86 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
3.7.3. Bukan Angkatan Kerja
Data bukan angkatan kerja tahun 2014 di
Kabupaten Blora mencapai 31,50% yang tersebar dalam
kegiatan sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya
atau tidak melakukan kegiatan apapun yang biasanya sakit
atau sudah lansia. Penduduk yang bersekolah mencapai
5,47% relatif lebih banyak dibanding tahun 2013 yang men-
capai 4,67%. Sementara itu, penduduk yang mengurus
rumah tangga mencapai 21,03% dan lainnya 5,00%.
3.7.4.Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan
tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja untuk kelompok
umur 15 tahun ke atas di tahun 2014 di Kabupaten Blora
secara total mencapai 68,50%, lebih rendah
dibandingkantahun 2013 yang sudah mencapai 75,50%.
Berdasarkan jenis kelamin di tahun 2014 TPAK penduduk
laki-laki jauh lebih besar dari pada TPAK penduduk
perempuan, yaitu masing-masing sebesar 85,41% untuk
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 87
penduduk laki-laki dan hanya 52,54% penduduk
perempuan.
Rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja
perempuan dikarenakan adanya faktor budaya di mana
perempuan masih lebih dominan berperan sebagai ibu
rumah tangga dibanding dengan kegiatan membantu
mencari nafkah. Pada tahun 2014 kegiatan perempuan
yang masuk angkatan kerja mencapai 52,54% relatif
menurun dibanding dengan tahun 2013 yang mencapai
62,84%.
Tabel 3.24. TPAK dan TPT menurut Jenis KelaminDi Kabupaten Blora Tahun 2013– 2014
Jenis Kelamin
TPAK TPT
2013 2014 2013 2014 (1) (2) (3) (4) (5)
Laki-Laki 88,88 85,41 6,10 4,32
Perempuan 62,84 52,54 6,46 4,26
Total 75,50 68,50 6,25 4,30
Sumber : BPS Kabupaten Blora
Bab III : Gambaran Umum
88 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten
Blora Pada tahun 2014 tercatat sebesar 4,30%, relatif
menurun dibanding dengan tahun sebelumnya sebesar
6,25%. Hal ini menunjukkan semakin menurunnya ke-
sempatan kerja di Kabupaten Blora. Bila dilihat dari sisi
gender, terlihat bahwa baik laki-laki maupun perempuan
sama-sama mengalami penurunan tingkat penggangguran.
Hal ini menunjukkan bahwa baik di sektor sektor formal
maupun informal tingkat penyerapan pekerjanya
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
3.7.5. Penduduk yang Bekerja
Tabel. 3.25. Persentase Penduduk berdasarkan jenis kegiatannya di tahun 2013 – 2014
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan
2013 2014 2013 2014 (1) (2) (3) (4) (5)
Bekerja 83,46 81,72 58,78 50,30
Mencari pekerjaan 5,42 3,69 4,06 2,24
Sekolah 4,99 5,70 4,99 5,25
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 89
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan
2013 2014 2013 2014
Mengurus RT 1,24 3,94 27,45 37,17
Lainnya 5,54 4,64 4,72 5,04
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Berdasarkan kegiatan yang terbanyak selama
seminggu yang lalu penduduk di Kabupaten Blora untuk
kelompok umur lebih dari 15 tahun ke atas untuk
penduduk bekerja secara total hanya mencapai sekitar
65,56%, sekolah 5,47% mengurus rumah tangga 21,03% dan
lainnya hanya mencapai 5,00%.
3.7.5.1. Menurut Golongan Umur
Produksivitas pekerja secara alami dipengaruhi oleh
usia itu sendiri maka dari itu untuk keperluan analisis dan
perencanaan pekerja bisa dikelompokkan menjadi tiga go-
longan/kelompok umur yaitu penduduk usia muda (15 –
Bab III : Gambaran Umum
90 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
24 tahun); penduduk usia prima (25 – 54 tahun); dan pen-
duduk usia tua (55 tahun keatas),
Dari data yang ada di tahun 2014 pekerja Blora lebih
dari 68% pada kelompok usia prima atau produktif se-
dangkan 20,43% di kelompok tua serta 11,30 % di kelompok
usia muda.
Berdasarkan jenis kelamin komposisi pekerja berda-
sarkan kelompok usia mempunyai pola yang sama yaitu
terbanyak di usia prima, peringkat kedua di usia tua dan
terendah terdapat di kelompok usia muda. Pola ini sangat
terkait erat dengan pola sosioekonomi masyarakat Blora di
mana di usia muda kebanyakan masih bersekolah atau be-
lum bertanggungjawab secara penuh terhadap keluarga.
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 91
Tabel 3.26Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Blora Tahun 2014
Umur Jenis Kelamin
L P Jumlah
(1) (2) (3) (4)
15 – 24 12,53 9,42 11,30
25 – 54 66,07 71,63 68,27
55 + 21,40 18,95 20,43
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Blora
3.7.5.2. Menurut Pendidikan Tertinggi yang Dita-
matkan
Mayoritas penduduk bekerja di tahun 2014 adalah
penduduk yang memiliki tingkat pendidikan yang dita-
matkan adalah SD ke bawah yaitu tercatat sekitar 58,23%
relatif turun dengan tahun sebelumnya yang mencapai
59,34%. Untuk tingkat pendidikan SLTP sederajat tercatat
sekitar 15,52%, lebih rendah dibanding tahun sebelumnya
yang mencapai 16,73%.
Bab III : Gambaran Umum
92 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Untuk pekerja dengan tingkat pendidikan SLTA se-
derajat meningkat dari 17,43% menjadi 19,37%. Untuk
tenaga kerja dengan pendidikan sarjana juga sedikit
meningkat dibanding tahun sebelumnya yaitu dari 6,50%
di tahun 2013 menurun menjadi 6,88% di tahun 2014.
Penyebab meningkatnya jumlah pekerja dengan
pendidikan tinggi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor
seperti gaji atau jenis pekerjaan yang dirasa sesuai dengan
apa yang diharapkan, atau masuknya lulusan baru ke pasar
kerja.
Tabel 3.27. Persentase Penduduk Bekerja menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun 2013 – 2014
Jenjang Pendidikan
2013 2014
L P Jumlah L P Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
SD Ke Bawah 53,58 66,87 59,34 53,91 64,84 58,23
SLTP 19,84 12,67 16,73 18,20 11,41 15,52
SLTA 20,29 13,70 17,43 21,37 16,31 19,37
Diploma/Univ. 6,30 6,77 6,50 6,52 7,45 6,88
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 93
Bila dikaji dari pekerja berdasarkan jenis kelamin
dan tingkat pendidikannya dapat digambarkan pekerja
perempuan dengan klasifikasi SD ke bawah relatif lebih
besar dibanding dengan laki-laki. Hal ini menunjukkan
bahwa sumber daya pekerja perempuan di Kabupaten
Blora secara rata-rata masih dibawah SD. Hal ini menjadi
perhatian kita semua untuk dapat memberdayakan dan
meningkatkan kemampuan melalui program-program
pendidikan ketrampilan dan pendidikan luar sekolah. Hal
lain adalah faktor masih adanya pengarusutamaan gender
secara kultural, yaitu perempuan bekerja di ranah domes-
tik.
3.7.5.3. Menurut Lapangan Usaha
Penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha di
Kabupaten Blora tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 3.28.
Sektor pertanian menempati persentase terbesar dalam hal
penyerapan tenaga kerja, yaitu tercatat sekitar 43,09% dan
Bab III : Gambaran Umum
94 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
mengalami penurunan bila dibanding dengan tahun sebe-
lumnya.
Beberapa hal yang bisa menimbulkan hal ini adalah
kesempatan pekerjaan di sektor non pertanian seperti
konstruksi, perdagangan dan jasa-jasa lainnya. Faktor lain
adalah karena adanya pengembangan atau pemanfaatan
lahan hutan menjadi lahan pertanian palawija yang bisa
menyerap tenaga kerja di sektor ini.
Tabel 3.28.Persentase Penduduk Bekerja menurut Lapangan Usaha Dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun 2013 - 2014
Lapangan Usaha Tahun
2013 2014 Rata-rata
(1) (2) (3) (4)
Pertanian 43,97 43,09 43,53
Pertambangan & Penggalian 1,26 1,74 1,50
Industri 4,46 4,82 4,64
Listrik, gas & air 0,06 0,32 0,19
Konstruksi 5,31 6,70 6,01
Perdagangan 19,93 23,57 21,75
Angkutan & Komunikasi 3,91 3,47 3,69
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 95
Lapangan Usaha Tahun
2013 2014 Rata-rata
Lembaga Keuangan 1,75 1,36 1,56
Jasa 19,36 14,93 17,15
Jumlah 100,00 100,00 100,00
3.7.5.4. Menurut Status Pekerjaan
Pekerja di Kabupaten Blora pada tahun 2014 bila
dilihat dari status pekerjaannya, berusaha dibantu pekerja
tidak tetap atau buruh tidak dibayar dan pekerja dengan
status buruh/karyawan masing-masing menyumbang 23,69
dan 22,83%. Penyumbang terbesar selanjutnya adalah
pekerja tidak dibayar sebesar 20,64% dan berusaha sendiri
17,93%. Masih tingginya angka pekerja berusaha dibanding
buruh tidak dibayar dan pekerja dengan status pekerja tak
dibayar ini dikarenakan sebagain besar penduduk di
Kabupaten Blora masih bekerja dengan basis rumah
tangga. Untuk pekerja bebas dan berusaha dibantu
Bab III : Gambaran Umum
96 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
pekerja dibayar masing-masing menyumbang 12,41 dan
2,50%.
Berdasarkan status pekerjaan, penduduk yang be-
kerja dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu
sebagai pekerja informal dan pekerja formal. Secara kasar
pekerja informal terdiri dari penduduk yang bekerja
dengan status berusaha sendiri, berusaha dengan dibantu
buruh tidak tetap dan pekerja tidak dibayar serta pekerja
bebas, sedangkan pekerja formal terdiri dari penduduk
yang berusaha dibantu buruh tetap, pekerja dibayar atau
karyawan. Di tahun 2014 terdapat gambaran bahwa
pekerja sektor informal masih sangat mendominasi sistem
ketenagakerjaan yaitu menyumbang sebanyak 74,67%
sedangkan sektor formal hanya menyumbang 25,33%.
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 97
Tabel 3.29. Persentase Penduduk Bekerja menurut Status Pe-kerjaan di Kabupaten Blora Tahun 2013– 2014
Status Pekerjaan Tahun
2013 2014 Rata-rata
(1) (2) (3) (4) Berusaha sendiri 16,02 17,93 16,98 Berusaha dibantu buruh ti-dak tetap/tak dibayar 27,78 23,69 25,74
Pekerja tak dibayar 21,85 20,64 21,25
Pekerja bebas 10,64 12,41 11,53
INFORMAL 76,29 74,67 75,48 Berusaha dibantu buruh te-tap/dibayar 1,87 2,50 2,19
Buruh/karyawan/pegawai 21,84 22,83 22,34
FORMAL 23,71 25,33 24,52
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Blora
Fenomena ini menggambarkan bahwa nilai tambah
yang dihasilkan relatif lebih kecil dibanding dengan
daerah-daerah yang lebih banyak pekerja di bidang
formalnya. Hal ini dikarenakan adanya struktur upah di
bidang informal tidak setinggi di bidang formal, sistem
Bab III : Gambaran Umum
98 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
produktifitas sangat tergantung musim, pekerja yang
berkecimpung di sektor informal rata-rata dengan
pendidikan yang relatif rendah.
3.7.5.5. Menurut Jam Kerja
Dari keseluruhan penduduk yang bekerja di Kabu-
paten Blora Tahun 2014 tercatat sekitar 55,22 % penduduk
yang bekerja di atas 35 jam / jam kerja normal. Hal ini
menunjukkan bahwa masih banyak rata-rata pekerja di
Kabupaten Blora merupakan pekerja dengan jam kerja
yang masih kurang.
Untuk penduduk yang bekerja di bawah 35 jam
kerja pada tahun 2014 mencapai nilai 44,78%, pekerja ini
banyak terjadi pada pekerja yang tidak dibayar, atau
pekerja yang tidak tetap di mana dalam satu minggu hanya
bekerja tidak penuh tetapi hanya beberapa hari saja.
Bab III : Gambaran Umum
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 99
Tabel 3.30. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja Seminggu di Kabupaten Blora Tahun 2012 – 2014
Jam Kerja Tahun
2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) < 35 Jam 55,80 49,23 44,78
35 Jam + 44,20 50,77 55,22
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Blora
Dari data yang ada dapat disimpulkan bahwa sistem
ketenagakerjaan di Kabupaten Blora masih banyak pekerja
yang tidak dibayar dan pekerja bebas yang ditunjukkan
dengan masih banyaknya pekerja yang bekerja di bawah
jam kerja normal.
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 101
BAB IV INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
4.1 Nilai Indeks Pembangunan Manusia
Data terakhir yang dipublikasi oleh BPS Provinsi Jawa
Tengah yang memuat kondisi IPM dari berbagai daerah
terutama se Eks Karesidenan Pati adalah baru Tahun 2013–
2014. Nilai IPM Kabupaten Blora di tahun 2013 dan 2014
mengalami perubahan karena penghitungannya
menggunakan metode baru. Pada tabel 4.1. disajikan nilai
IPM Kabupaten Blora dan sekitarnya, secara peringkat
tidak mengalami perubahan, yaitu peringkat 28 bila
dibandingkan se Jawa Tengah pada tahun 2013 dan 2014.
Akan tetapi nilai tersebut jika dibandingkan secara
terbatas hanya untuk Kabupaten se eks-Karesidenan Pati
dan Kab. Grobogan, posisi Kabupaten Blora berada pada
posisi paling bawah. Nilai IPM Kabupaten Blora juga masih
berada di bawah jika dibandingkan dengan nilai IPM Jawa
Tengah.
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
102 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Tabel 4.1. Nilai IPM Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya Tahun 2013 – 2014
Kabupaten Nilai IPM
2013 Peringkat
Nilai IPM
2014
Peringka
t
(1) (2) (3) (4) (5) Kab. Grobogan 67,43 19 67,77 19
Kab. Blora 65,37 28 65,84 28
Kab.Rembang 66,84 20 67,40 20
Kab. Pati 66,47 22 66,99 22
Kab. Kudus 71,58 8 72,00 9
Kab. Jepara 69,11 15 69,61 15
Jawa Tengah 68,02 13 68,78 13
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah
Bila dibandingkan dengan kabupaten tetangga
sebelah utara seperti Kabupaten Rembang yang berada
diurutan ke 20 di tahun 2013, yang berarti 8 poin lebih
tinggi dibanding Kabupaten Blora yang menduduki urutan
ke 28. Hal ini menunjukkan bahwa program pembangunan
manusia di Kabupaten Blora dari tahun ke tahun belum
mengalami lonjakan seperti yang diharapkan jika
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 103
dibandingkan dengan kabupaten tetangga. Untuk itu
program loncatan atau terobosan pencapaian nilai IPM
yang lebih tinggi dibanding dengan daerah-daerah lainnya
sangat diperlukan dengan strategi pembangunan SDM
yang efektif dan tepat guna.
Angka Harapan Hidup Kabupaten Blora bila
dibandingkan dengan kabupaten sekitar menunjukkan
posisi terendah, walaupun sudah mencapai 73,84,
sementara Kabupaten Kudus merupakan yang tertinggi se
eks karesidenan Pati, yang mencapai 76,40. Sedangkan
untuk Kabupaten Rembang dan Grobogan masing-masing
74,19 dan 74,07.
Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Blora tahun
2014 mencapai 11,75 tahun. Dibandingkan dengan daerah
sekitarnya masih lebih baik dari pada Kabupaten Rembang
dan Pati, namun lebih rendah dari Kabupaten Grobogan,
Jepara dan Kudus. Kabupaten Kudus merupakan
Kabupaten yang tertinggi untuk nilai harapan lama sekolah
yang mencapai 12,58 tahun atau setara lulusan SLTA.
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
104 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Angka ini merupakan tugas berat kita semua bisa mengejar
nilai Harapan Lama Sekolah dibanding dengan kabupaten
lainnya. Hal ini tidak hanya faktor pemerintah saja tetapi
dari peran serta masyarakat untuk merubah pola pikir arti
pentingnya pendidikan bagi mereka.
Rata-rata Lama Sekolah mempunyai peran yang
sangat berkaitan dengan angka melek hurufnya.
Penyelesaian masalah di dua bidang ini sangat berkaitan
erat sehingga tidak boleh terpisahkan. Tahun 2014 di
Kabupaten Blora baru mencapai 6,02 tahun sedangkan
untuk Kabupaten Grobogan, Rembang, Pati , Kudus dan
Jepara masing-masing 6,32 tahun; 6,90 tahun; 6,35 tahun;
7,83 tahun dan 7,29 tahun.
Rendahnya nilai bidang pendidikan yaitu Harapan
Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah
mengindikasikan bahwa pembangunan di bidang
pendidikan di Kabupaten Blora harus lebih ditingkatkan,
salah satunya adalah pendidikan dasar 9 tahun.Usaha
mengejar ketertinggalan ini merupakan tugas berat
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 105
pemerintah daerah. Keterlibatan elemen masyarakat
diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan dasar
pembentukan nilai IPM ini. Upaya pemberantasan buta
aksara dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan
menjadi prioritas bagi pembangunan di bidang
pendidikan.Tidak kalah pentingnya juga adalah
peningkatan kesadaran masyarakat untuk bisa merubah
pola pikir bahwa tidak sekolahpun bisa makan, hidup
seperti ini pun bisa, namun harus dirubah menjadi hidup
sukses perlu pintar dan cerdas.
Pengeluaran perkapita yang disesuaikan di tahun
2014 tercatat sebesar 8.568 ribu rupiah lebih rendah dari
kabupaten sekitarnya yang telah mencapai diatas 9.000
ribu rupiah. Pengeluaran perkapita Kabupaten Blora lebih
rendah dibanding dengan kabupaten lain karena
dipengaruhi oleh harga-harga barang konsumsi sehari-hari
yang lebih rendah dibanding dengan kabupaten lain
karena berbagai faktor seperti sebagai wilayah sentra
bahan makanan, beberapa industri pengolahan dan masih
banyak lagi.
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
106 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Kondisi ekonomi dan tingkat kemampuan ekonomi
yang tinggi akan berpengaruh pada kondisi
ketenagakerjaan. Terbukanya lapangan kerja akan
mengurangi pengangguran. Lapangan pekerjaan yang ada
memberikan balas jasa terhadap pekerja atau karyawan,
sehingga pekerja dengan balas jasa tadi mempunyai
kemampuan untuk membeli atau memiliki daya beli.
Tabel 4.2. Komponen Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya Tahun 2013- 2014
Tahun E0
(tahun) EYS
(tahun) MYS
(tahun) PPP
(000 Rp,)
2013
Kab. Grobogan 74,03 12.06 6,83 9,284
Kab. Blora 73,79 11.53 6,46 8,540
Kab. Rembang 74,16 11.24 7,05 8,994
Kab. Pati 75,40 10.93 7,01 9,088
Kab. Kudus 76,39 12.34 8,49 10,082
Kab. Jepara 75,63 12.06 7,58 9,177
2014
Kab. Grobogan 74,07 12.24 6,86 9,303
Kab. Blora 73,84 11.75 6,55 8,568
Kab. Rembang 74,19 11.46 7,30 9,013
Kab. Pati 75,43 11.24 7,04 9,106 71,01 82,36 6,02 629,88 71,01 82,36 6,02 629,88
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 107
Kab. Kudus 76,40 12.58 8,49 10,102
Kab. Jepara 75,64 12.25 7,70 9,195
Dengan adanya ke empat faktor penentu IPM ini
maka secara komulatif nilai IPM Kabupaten Blora tahun
2014 mencapai 65,84. Nilai ini paling rendah dibanding
dengan Kabupaten Grobogan 67,77, Kabupaten Rembang
67,40, Kabupaten Pati 66,99, Kudus 72,00 dan Jepara 69,61.
Di provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Blora
menduduki urutan ke 28 sementara untuk Kabupaten
Grobogan urutan ke 19, Rembang urutan ke 20, Pati urutan
ke 22 , Kudus dan Jepara masing-masing urutan ke 9 dan
15.
Angka shortfall merefleksikan “prestasi”
pencapaian, semakin tinggi prestasi angka shortfall,
semakin tinggi prestasi pencapaiannya. Sebagai ilustrasi,
Kabupaten Blora di tahun 2014 ini memiliki nilai shortfall
sebesar 1,36. Ini merupakan yang terendah kedua setelah
Kabupaten Grobogan. Ini menunjukkan bahwa
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
108 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
pembangunan sumber daya manusia di Kabupaten Blora
lebih baik dari pada di Kabupaten Grobogan.
Walaupun ada daerah yang mengalami kenaikan
IPM yang sama, tetapi angka shortfall untuk masing-
masing daerah belum tentu sama. Hal ini terjadi karena
pengaruh dari IPM sebelumnya, secara logis meningkatkan
angka IPM lebih sukar bagi wilayah yang memiliki IPM
lebih tinggi. Maka prestasi pencapaian untuk kenaikan
yang sama sepantasnya lebih tinggi nilainya bagi wilayah
yang memiliki IPM lebih tinggi. Hal itulah yang tercermin
dari angka shortfall.
Nilai shortfall Kabupaten Blora dibanding dengan
nilai Provinsi Jawa Tengah di Tahun 2014 juga lebih
rendah. Hal ini membuktikan bahwa program
pembangunan sumber daya manusia secara rata-rata
provinsi masih lebih baik. IPM Provinsi Jawa Tengah
sudah mencapai 68,78 sedangkan IPM Kabupaten Blora
baru mencapai 65,84. Hal ini mengindikasikan adanya
beberapa komponen penentu IPM Kabupaten Blora masih
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 109
tertinggal dari Kabupaten lainnya. Untuk itu kerja keras
dan efektifitas program pembangunan sangat dibutuhkan
agar bisa memacu pencapaian dalam mengejar
ketertinggalan dengan daerah lain.
Tabel 4.3. IPM dan Shortfall Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya
Kabupaten IPM
Shortfall 2013 2014
(1) (2) (3) (4)
Grobogan 67,43 67,77 1.04
Blora 65,37 65,84 1.36
Rembang 66,84 67,40 1.69
Pati 66,47 66,99 1.55
Kudus 71,58 72,00 1.48
Jepara 69,11 69,61 1.62
Jawa Tengah 68,02 68,78 2,38
Sumber : BPS Provinsi Jateng
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
110 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
4.2 Analisis Manajemen Indeks Pembangunan Manusia
Dari hasil tabulasi beberapa komponen penyusun
pembentuk Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten
Blora Tahun 2014 tidak jauh berbeda dibanding dengan
tahun 2013. Kondisi ini dapat dilihat dalam bentuk tabel
maupun grafik sehingga akan mempermudah proses
pembacaan dan analisisnya.
Pengkajian Indeks Pembangunan Manusia akan
mencakup tiga unsur penting pembentuk nilai IPM.
Maksud dan tujuannya adalah menunjukkan adanya
indikator out put dari suatu proses kegiatan pembangunan
yang diterapkan di suatu wilayah.
Mengacu rekomendasi dari UNDP untuk mengukur
tingkat pemenuhan ke tiga unsur di atas, UNDP menyusun
suatu indeks komposit berdasarkan pada tiga indikator
yaitu Angka Harapan Hidup (AHH); Harapan Lama
Sekolah penduduk dewasa (EYS) dan Rata-rata Lama
Sekolah (MYS) dan Purchasing Power Parity (PPP)
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 111
merupakan ukuran pendapatan yang sudah disesuaikan
dengan paritas daya beli.
Menurut UNDP upaya ke arah ”perluasan pilihan”
hanya mungkin dapat direalisasikan jika penduduk paling
tidak memiliki peluang berumur panjang dan sehat,
pengetahuan ketrampilan yang memadai dan peluang
untuk merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam
kegiatan yang produktif (misalnya dapat bekerja dan
memperoleh uang sehingga memiliki daya beli). Dengan
kata lain, tingkat pemenuhan ke tiga unsur tersebut sudah
dapat merefleksikan secara minimal tingkat keberhasilan
pembangunan suatu daerah.
Angka Harapan Hidup (AHH) yang mengalami
peningkatan dari 73,79 tahun pada tahun 2013 menjadi
73,84 tahun pada tahun 2014 menunjukkan bahwa
pengaruh program pembangunan kesehatan seperti
penambahan prasarana dan sarana penunjang kesehatan
dapat dirasakan meskipun dalam tempo yang relatif lama.
Hal ini dikarenakan faktor pola hidup masyarakat lebih
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
112 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
dominan dibanding dengan pelayanan kesehatan yang
bersifat sementara dan hanya menyentuh masyarakat yang
mempunyai keluhan. Sedangkan untuk masyarakat yang
berpotensi penyakit karena tidak mempunyai keluhan
maka tidak datang ke tempat pelayanan kesehatan.
Dampak jangka panjang yang nantinya akan
berdampak positif terhadap angka harapan hidup adalah
kegiatan yang berawal mulai dari kesehatan ibu dan anak,
yaitu perawatan wanita usia subur, ibu hamil, sampai balita
sangat berpengaruh terhadap meningkatnya angka
harapan hidup ini. Gejala ini dapat dilihat dari perubahan
pola piramida penduduk di Kabupaten Blora yang
berkembang menyerupai botol tidak seperti periode tahun
1990 yang masih menggambarkan seperti piramida lancip
dimana usia muda akan banyak berkurang di usia tuanya.
Indikator kedua dan ketiga dari IPM yaitu Harapan
Lama Sekolah (EYS) dan Rata-rata Lama Sekolah (MYS)
yang merupakan komponen indeks pendidikan. Kedua
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 113
indikator pendidikan ini diharapkan mencerminkan
tingkat pengetahuan dan ketrampilan penduduk.
Harapan Lama Sekolah (EYS) sebagai komponen
IPM yang cukup penting. Konsep EYS didefinisikan sebagai
rata-rata harapan lama sekolah untuk penduduk di susatu
wilayah. Angka ini menggambarkan harapan lama sekolah
untuk penduduk berumur 7 tahun ke atas. Angka ini
berhubungan erat dengan partisipasi sekolah penduduk
menurut kelompok umur. Sehingga erat kaitannya dengan
program wajib belajar 9 tahun. Namun masih ada
kelemahannya, karena belum mengcover anak sekolah
yang masuk SD pada usia 5 atau 6 tahun.
Data yang ada tahun 2013 menunjukan EYS
Kabupaten Blora 11,53 tahun dan pada tahun 2014 sedikit
mengalami peningkatan menjadi 11,75 tahun. Faktor yang
menjadi kendala kurang cepatnya peningkatan ini karena
beberapa faktor. Luasnya wilayah menjadikan kendala
jarak tempuh ke fasilitas sekolah, di luas fasilitas
transportasi yang masih belum mendukung. Fasilitas
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
114 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
sekolah yang ada juga belum menyebar dan
mengakomodir sesuai kendala yang ada.
Selain melek huruf, indikator pendidikan lain yang
digunakan dalam penghitungan IPM adalah rata-rata lama
sekolah (MYS). Indikator ini memberikan gambaran
tentang rata-rata waktu yang dijalani penduduk dalam
kegiatan pembelajaran secara formal.
Populasi yang digunakan UNDP dalam menghitung
MYS dibatasi pada penduduk berusia 25 tahun ke atas.
Batasan itu diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan
kondisi sebenarnya mengingat penduduk yang berusia
kurang dari 25 tahun masih dalam proses sekolah sehingga
belum layak ditanyakan MYS nya.
Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Blora
tahun 2014 sebesar 6,02 tahun.Hal ini berarti belum banyak
perubahan yang menunjukkan bahwa masyarakat Blora
tingkat pendidikannya tidak jauh berbeda dengan tahun
sebelumnya yang sebesar 5,90 tahun, yaitu masih setaraf
tingkat SD. Bila angka ini dikonversikan ke jenjang
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 115
pendidikan maka dapat dikatakan secara rata-rata
penduduk Kabupaten Blora sudah menduduki kelas 6
SD/MI.
Untuk mendalami penyebab rendahnya angka lama
sekolah ini perlu dilihat banyak faktor seperti faktor
komposisi umur suatu daerah. Semakin banyak komposisi
umur tuanya maka penanganan yang dilakukan harus
berbeda dengan komposisi penduduk yang banyak di
kaum muda atau balitanya. Selain itu juga perlu dilihat
faktor budaya masyarakat dimana pendidikan bukan
merupakan faktor utama mencapai kebahagian atau
kekayaan, maka penanganan penyediaan fasilitas
pendidikan tidak efektif diterapkan.
Paritas daya beli (Purchasing Power Parity/PPP)
memberikan gambaran tentang kemampuan masyarakat
dalam mengakses sumber daya ekonomi dalam arti luas.
Semakin meningkat pendidikan seseorang diharapkan
paritas daya belinya semakin meningkat pula. Namun
hubungan ini tidak selalu benar, terutama bila tingkat
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
116 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
pendapatan masih lebih rendah dari tingkat kenaikan
harga secara umum atau adanya pengaruh inflasi.
Tabel. 4.7. Konsumsi Rumah Tangga di Kabupaten Blora tahun 2010 – 2014 dan Persentase Pertumbuhannya.
Tahun
KONSUMSI RUMAH TANGGA
Makanan (juta Rp.)
Pertum-
buhan (%)
Non Makana
n (juta Rp.)
Pertum-
buhan (%)
Total (juta Rp.)
Pertum-
buhan (%)
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]
2010 1.901.379 7,17 1.435.254 12,15 3.336.633 9,26
2011 2.026.490 6,58 1.667.58
7 15,12 3.694.077 10,27
2012 2.109.640 4,10 1.948.693 16,86 4.058.33
3 9,86
2013 2.258.490 7,06 2.561.82
0 31,46 4.820.310 18,78
2014 3.138.252 38,95 3.309.132 29,17 6.447.384 33,75
Penduduk dengan tingkat pendapatan yang sama
belum tentu mempunyai paritas daya beli yang sama bila
tempat tinggalnya berbeda.
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 117
4.3 Langkah/Upaya untuk Meningkatkan IPM
Langkah-langkah/upaya yang akan dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Blora untuk meningkatkan nilai
IPM telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan
Daerah Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Blora tahun 2011 - 2015. adalah sebagai berikut :
4.3.1. Kebijakan Umum Pelaksanaan Pembangunan di Kabupaten Blora
dalam kurun waktu 5 tahun terbagi menjadi tiga tahapan pembangunan, yaitu tahap penyelarasan (2011), tahap peningkatan kualitas pelayanan publik (2012-2013), dan tahap perwujudan masyarakat Blora yang sejahtera (2014-2015).
Pada tahun 2014 lebih menekankan pada peningkatan kemampuan masyarakat Blora dalam upaya memiliki daya saing serta kesiapan pengelolaan hasil-hasil produksi pertanian dan sumberdaya alam. Kebijakan prioritas pembangunan pada tahap perwujudan masyarakat Blora sejahtera adalah sebagai berikut:
1. Penguatan pengelolaan potensi ekonomi lokal 2. Peningkatan ketrampilan dan kewirausahaan 3. Peningkatan kualitas pelayanan public
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
118 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
4.3.2. Kebijakan Khusus atau Indikasi Rencana Prog-ram Prioritas.
A. Pendidikan Murah dan Bermutu sampai ke
Jenjang Pendidikan Menengah
Dengan program dan kegiatan prioritas sebagai berikut:
1. Program PAUD a. Pembangunan gedung sekolah b. Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini
2. Program pendidikan Dasar a. Pemberian Biaya Operasional Sekolah
kepada siswa SD dan SMP b. Pembinaan minat, bakat dan kreativitas
siswa
3. Program Pendidikan Menengah a. Penyediaan Bantuan Operasional
Manajemen Mutu (BOMM) b. Penyediaan beasiswa bagi keluarga tidak
mampu c. Pembinaan minat bakat dan prestasi siswa
tingkat SMA
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 119
B. Pelayanan Kesehatan Dasar
1. Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak
a. Penyuluhan kesehatan bagi Ibu hamil dari keluarga kurang mampu
b. Perawatan secara berkala bagi Ibu hamil bagl keluarga kurang mampu
c. Pertolongan persalinan bagi Ibu dari keluarga kurang mampu.
2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat
a. Pelayanan kesehatan dasar gratis di puskesmas
b. Pelayanan kesehatan rujukan bagi penduduk miskin sampai klas 3 di badan rumah sakit RS. Dr. Soetijono Blora dan RS. Dr. R. Soeprapto Cepu.
3. Program perbaikan gizi masyarakat
a. Pemberian tambahan makanan dan vitamin
b. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A dan kekurangan zat gizi mikro lainnya
c. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi.
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
120 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
4. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
a. Penyemprotan/fogging sarang nyamuk b. Pelayanan pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular c. Pencegahan penularan penyakit
endemik/epidemik
5. Program Standarisasi pelayanan kesehatan
a. Penyusunan standar pelayanan kesehatan b. Penyusunan standar analisis belanja
pelayanan kesehatan
6. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Jaringannya
a. Peningkatan puskesmas menjadi puskesmas rawat inap
C. Perbaikan dan Pembangunan Infrastruktur sampai ke Pedesaan.
1. Program Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jalan
dan Jembatan a. Rehabilitasi/Pemeliharaan jalan
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 121
b. Rehabilitasi/pemeliharaan jembatan
2. Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong
a. Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong
3. Program Pembangunan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya
a. Pembangunan jaringan irigasi b. Pembangunan embung
4. Program pembangunan infrastruktur perdesaaan
a. Pembangunan jalan dan jembatan perdesaan
b. Pembangunan sarana dan prasarana air bersih perdesaaan
B. Peningkatan Produktivitas Pertanian dan Pemasaran hasil Pertanian.
1. Program peningkatan produksi pertanian
a. Penyuluhan peningkatan produksi pertanian
b. Penyediaan sarana produksi pertanian c. Pengembangan bibit unggul pertanian
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
122 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
2. Peningkatan Produksi Hasil Peternakan a. Pembangunan sarana dan Prasarana
Pembibitan Ternak b. Pembibitan dan Perawatan Ternak c. Pengembangan Agribisnis Peternakan
3. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
a. Penyuluhan dan pendampingan petani dan pelaku agrobisnis.
4. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/ Perkebunan
a. Penyuluhan distribusi pemasaran atas hasil produksi pertanian/perkebunan masyarakat
C. Penciptaan Iklim Investasi dan Lapangan Kerja bagi masyarakat
1. Program Peningkatan Promosi dan
Kerjasama Investasi a. Peningkatan promosi dan kerjasama
investasi
2. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi a. Pengembangan sistem informasi penanaman
modal b. Penyederhanaan prosedur perijinan dan
peningkatan pelayanan penanaman modal
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 123
D. Peningkatan perekonomian lokal dengan mendorong UMKM dan pasar tradisional.
1. Program Pengembangan Sistem Pendukung
Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah a. Pengembangan klaster bisnis b. Penyelenggaraan pembinaan industri rumah
tangga, industri kecil dan industri menengah c. Penyelenggaraan promosi produk usaha
mikro, kecil, dan menengah
2. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah a. Fasilitasi bagi industri kecil dan menengah
terhadap pemanfaatan sumber daya b. Pembinaan industri kecil dan menengah
dalam memperkuat jaringan klaster industri
3. Program Penataan Struktur Industri a. Penyediaan sarana maupun prasarana klaster
industri
4. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri a. Pengembangan pasar dan dan distribusi
barang/produk b. Rehabilitasi/pemeliharaan pasar daerah
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
124 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
E. Perwujudan Reformasi Birokrasi 1. Program Peningkatan Sistem Pengawasan
Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Kepala Daerah a. Pelaksanaan pengawasan internal secara
berkala b. Tindak lanjut hasil temuan pengawasan
2. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah a. Intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-
sumber pendapatan daerah 3. Program Peningkatan Kapasitas Sumber
Daya Aparatur a. Pendidikan dan pelatihan fungsional bagi
PNS Daerah 4. Program Penataan Administrasi
Kependudukan a. Peningkatan pelayanan publik dalam bidang
kependudukan
F. Perlindungan Terhadap Kelestarian Alam
1. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup a. Pemantauan kualitas lingkungan b. Peningkatan pengelolaan lingkungan
pertambangan
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 125
2. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup a. Pemantauan kualitas lingkungan b. Peningkatan pengelolaan lingkungan
pertambangan
G. Perwujudan Menjunjung Tinggi Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Berpendapat
1. Program Pendidikan Politik Masyarakat a. Penyuluhan Kepada Masyarakat b. Koordinasi forum-forum diskusi politik
4.3.2. Program Pembangunan
Untuk dapat mewujudkan dari visi dan misi Bupati Periode 2010 – 2015 maka dari rencana strategis pembangunan dijabarkan dalam suatu program di bagi sesuai urusan masing-masing SKPD , di Kabupaten Blora dengan rincian sebagai berikut :
Adapun program-program pembangunan dalam rangka peningkatan Sumber Daya Manusia di Kabupaten Blora dibedakan dalam 2 (dua) jenis program, yaitu :
A. Pelayanan Urusan Wajib
1. Pendidikan
a. Program pendidikan anak usia dini
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
126 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
b. Program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun
c. Program pendidikan menengah d. Program pendidikan non formal e. Program pendidikan luar biasa f. Program peningkatan mutu pendidik dan
tenaga kependidikan g. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
2. Kesehatan
a. Program obat dan perbekalan kesehatan b. Program Upaya Kesehatan Masyarakat c. Program peningkatan keselamatan ibu
melahirkan dan anak d. Program perbaikan gizi masyarakat e. Program promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat f. Program peningkatan pelayanan kesehatan
anak balita g. Program pengembangan lingkungan sehat h. Program pencegahan dan penanggulangan
penyakit i. Program standarisasi pelayanan kesehatan j. Program pelayanan kesehatan penduduk
miskin k. Program kemitraan peningkatan pelayanan
kesehatan l. Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan
Sarana dan Prasarana Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Jaringannya
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 127
m. Program Pengadaan Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
n. Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit.
3. Pekerjaan Umum a. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan b. Program Pembangunan saluran
drainase/gorong-gorong c. Program Pembangunan turap/talud/brojong d. Program rehabilitasi/pemeliharaan Jalan dan
Jembatan e. Program rehabilitasi/pemeliharaan
talud/bronjong f. Program inspeksi kondisi Jalan dan Jembatan g. Program tanggap darurat Jalan dan Jembatan h. Program Pembangunan sistem informasi/data
base jalan dan jembatan i. Program peningkatan sarana dan prasarana
kebinamargaan, j. Program pengembangan dan pengelolaan
jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya
k. Program penyediaan dan pengolahan air baku l. Program pengembangan, pengelolaan dan
konversi sungai, danau dan sumber daya air lainnya
m. Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah
n. Program pengendalian banjir
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
128 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
o. Program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh
p. Program pembangunan infrastruktur perdesaaan.
4. Perumahan Rakyat a. Program pengembangan perumahan b. Program lingkungan sehat c. Program pemberdayaan komunitas
perumahan d. Program perbaikan perumahan akibat
bencana alam/sosial e. Program pengelolaan areal pemakaman.
5. Penataan Ruang
a. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
b. Program perencanaan tata ruang c. Program Pemanfaatan Ruang d. Program pengendalian pemanfaatan ruang e. Program Pengelolaan ruang terbuka hijau
(RTH).
6. Perencanaan Pembangunan a. Program Pengembangan Data/Informasi b. Program kerjasama pembangunan c. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan d. Program Perencanaan Pengembangan
Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 129
e. Program Perencanaan Pengembangan Kota - Kota Menengah dan Besar
f. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan Daerah
g. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi
h. Program Perencanaan Sosial dan Budaya i. Program Perencanaan Pembangunan Daerah j. Program Perencanaan Prasarana Wilayah
dan Sumber Daya Alam k. Program perencanaan pembangunan daerah
rawan bencana
7. Perhubungan a. Program Pembangunan Prasarana dan
Fasilitas Perhubungan b. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan
Prasarana dan Fasilitas LLAJ c. Program peningkatan pelayanan angkutan d. Program peningkatan dan pengamanan lalu
lintas e. Program peningkatan kelaikan
pengoperasian kendaraan bermotor.
8. Lingkungan hidup a. Program Pengendalian Pencemaran dan
Perusakan Lingkungan danProgram Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam.
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
130 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
b. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam
c. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan LH
d. Program Peningkatan Pengendalian Polusi e. Program Pengembangan Ekowisata Dan Jasa
Lingkungan.
9. Pertanahan a. Program pembangunan sistem pendaftaran
tanah b. Program penataan penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah c. Program penyelesaian konflik-konflik
pertanahan 10. Kependudukan Dan Pencatatan Sipil
a. Program Penataan Administrasi Kependudukan.
11. Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak a. Program keserasian kebijakan peningkatan
kualitas Anak dan Perempuan b. Program Penguatan Kelembagaan
Pengarusutamaan Gender dan Anak c. Program Peningkatan Kualitas Hidup dan
Perlindungan Perempuan d. Program Peningkatan Peran Serta Dan
Kesertaan Gender Dalam Pembangunan
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 131
e. Program Penguatan Kelembagaan Pengarustamaan Gender Dan Anak.
12. Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera a. Program Keluarga Berencana b. Program kesehatan reproduksi remaja c. Program pelayanan kontrasepsi d. Program pembinaan peran serta masyarakat
dalam pelayanan KB/KR yang mandiri e. Program promosi kesehatan ibu, bayi, dan
anak melalui kelompok kegiatan di masyarakat
f. Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR
g. Program peningkatan penanggulangan narkoba, PMS termasuk HIV/AIDS
h. Program pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak
i. Program pengembangan model operasional BKB-Posyandu-PADU
j. Program Penyiapan Tenaga Pendamping Kelompok Bina Keluarga
13. Sosial
a. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
132 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
b. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
c. Program Pembinaan Panti Asuhan / Panti Jompo,
d. Program Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial (Eks Narapidana, PSK, Narkoba dan Penyakit Sosial Lainnya)
e. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
14. Ketenagakerjaan
a. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja
b. Program Peningkatan Kesempatan Kerja c. Program Perlindungan Pengembangan
Lembaga Ketenagakerjaan
15. Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah a. Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil
Menengah yang Kondusif b. Program Pengembangan Kewirausahaan dan
Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah
c. Program Pengembangan Sistem Pendukung Bagi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah
d. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 133
16. Penanaman Modal a. Program Peningkatan Promosi dan
Kerjasama Investasi b. Program peningkatan iklim investasi dan
realisasi Investasi c. Program Penyiapan Potensi Sumberdaya,
Sarana Dan Prasarana Daerah
17. Kebudayaan a. Program Pengembangan Nilai Budaya b. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya c. Program Pengelolaan Keragaman Budaya d. Program Pengembangan Kerjasama
Pengelolaan Kekayaan Budaya.
18. Kepemudaan Dan Olah Raga a. Program Pengembangan dan Keserasian
Kebijakan Pemuda b. Program Peningkatan Peran Serta
Kepemudaan c. Program Peningkatan Upaya Penumbuhaan
Kewirausahaan dan Kecakapan Hidup Pemuda
d. Program Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
e. Program Peningkatan Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah raga
f. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
134 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
g. Program Pengembangan Kebijakan Manajemen Olah Raga.
19. Kesatuan Bangsa Dan Politik Dalam Negeri
a. Program pendidikan politik masyarakat b. Program pengembangan wawasan
kebangsaan c. Program Pemeliharaan Kamtramtibmas Dan
Pencegahan Tindak Kriminal d. Program Kemitraan Pengembangan
Wawasan Kebangsaan e. Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk
Menjaga Ketertiban Dan Keamanan f. Program peningkatan keamanan dan
kenyamanan lingkungan g. Program peningkatan pemberantasan
penyakit masyarakat (pekat) h. Program pencegahan dini dan
penanggulangan korban bencana alam i. Program Peningkatan Kesiagaan Dan
Pencegahan Bahaya Kebakaran
20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian Dan Persandian a. Program peningkatan kapasitas lembaga
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah b. Program peningkatan pelayanan kedinasan
kepala daerah/wakil kepala daerah
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 135
c. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah
d. Program Pembinaan Dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Kabupaten/Kota
e. Program Pembinaan Dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Desa
f. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH
g. Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan
h. Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi
i. Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah
j. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan
k. Program Pendidikan Kedinasan l. Program peningkatan kapasitas sumberdaya
aparatur m. Program Pembinaan dan Pengembangan
Aparatur daerah n. Program Kelembagaan Perangkat Daerah o. Program Ketatalaksanaan Perangkat Daerah p. Program Pendayagunaan Aparatur Daerah q. Program Koordinasi Bidang Administrasi
Pembangunan r. Program Pelayanan d an Perijinan Terpadu s. Program Koordinasi Terpadu Bidang
Perekonomian
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
136 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
t. Program Koordinasi Bidang Tata Pemerintahan
u. Program Koordinasi Bidang Pemerintahan Desa
v. Program Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat
w. Program Koordinasi Bidang Kehumasan x. Program Penyelenggaraan Keprotokolan
Daerah y. Program Sandi Dan Telekomunikasi z. Program Koordinasi Dan Pelayanan Pada
Kecamatan aa. Program Koordinasi Dan Pelayanan Pada
Kelurahan
21. Ketahanan Pangan a. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
22. Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa a. Program Peningkatan Keberdayaan
Masyarakat Perdesaan b. Program peningkatan partisipasi masyarakat
dalam membangun desa
c. Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa
d. Program peningkatan peran perempuan di perdesaan
e. Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 137
23. Statistik a. Program Pengembangan Data/Informasi/
Statistik Daerah
24. Kearsipan a. Program Perbaikan Sistem Administrasi
Kearsipan b. Program penyelamatan dan pelestarian
dokumen/arsip daerah c. Program pemeliharaan rutin/berkala sarana
dan prasarana kearsipan d. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan
Informasi 25. Komunikasi Dan Informatika
a. Program Pengembangan komunikasi, informasi dan media massa
b. Program pengkajian dan penelitian bidang komunikasi dan informasi
c. Fasilitasi peningkatan SDM bidang komunikasi dan Informasi
d. Kerjasama informasi dan media massa e. program penguatan kelembagaan dalam
pengelolaan komunikasi dan informasi daerah
f. Program peningkatan kapasitas SDM aparatur pada SKPD yang menangani urusan bidang komunikasi dan informasi di daerah
g. Program peningkatan tata laksana komunikasi dan informatika daerah
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
138 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
26. Perpustakaan a. Program Pengembangan Budaya Baca dan
Pembinaan Perpustakaan b. Program Penyelamatan dan Pelestarian
Koleksi Pustaka
B. Pelayanan Urusan Pilihan 1. Pertanian
a. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani b. Program peningkatan pemasaran hasil
produksi pertanian/perkebunan c. Program peningkatan penerapan teknologi
pertanian/perkebunan d. Program Pemberdayaan Penyuluh Lapangan e. Program peningkatan produksi
pertanian/perkebunan f. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Ternak g. Peningkatan Produksi Hasil Peternakan h. Peningkatan Penerapan Teknologi
Peternakan i. Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi
Peternakan j. Program pengembangan jaringan irigasi k. Program Pengembangan pertanian organik l. Program peningkatan kapasitas kelembagaan
petani m. Program penyediaan sarana produksi
pertanian
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 139
n. Program pencegahan dan penanggulangan hama dan penyakit pertanian/perkebunan
2. Kehutanan
a. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
b. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan
c. Program Pelayanan Publik Urusan Kehutanan
d. Program pengembangan Sistem Informasi Geografi Kehutanan
e. Program Pemanfaatan Kawasan Hutan Industri
f. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan g. Program Pembinaan dan Penertiban Industri
Hasil Hutan h. Program Perencanaan Dan Pengembangan
Hutan i. Program Pelayanan Publik Urusan Kehutanan j. Program Pengendalian Kebakaran Hutan
3. Energi dan sumber daya mineral
a. Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan
b. Program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan
c. Program peningkatan pelayanan usaha pertambangan
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
140 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
d. Program peningkatan regulasi energi sumber daya dan mineral
e. Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan
f. Program pengelolaan dan pengembangan potensi dan teknologi geologi
4. Pariwisata
a. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
b. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata c. Program Pengembangan Kemitraan
5. Perikanan a. Program pengembangan budidaya perikanan b. Program pengembangan perikanan tangkap c. Program Pengembangan Sistem Penyuluhan
Perikanan d. Program Optimalisasi Pengelolaan Dan
Pemasaran Produksi Perikanan
6. Perdagangan a. Program Perlindungan Konsumen dan
Pengamanan Perdagangan b. Program Peningkatan dan Pengembangan
Ekspor c. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan
Dalam Negeri d. Program Pembinaan Pedagang Kakilima Dan
Asongan
Bab IV : Indeks Pembangunan Manusia
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 141
7. Perindustrian a. Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem
Produksi b. Program Pengembangan Industri Kecil Dan
Menengah c. Program Peningkatan Kemampuan
Teknologi Industri d. Program Penataan Struktur Industri e. Program Pengembangan Sentra-Sentra
Industri Potensial
8. Transmigrasi a. Progam Pengembangan Wilayah
Transmigrasi b. Program Transmigrasi Regional
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 143
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Nilai IPM Kabupaten Blora di Tahun 2014 mencapai
65,84 lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang
mencapai 65,37.
b. Nilai shortfall tahun 2014 Kabupaten Blora
mencapai 1,36% dengan nilai tertinggi di Kabupaten
Rembang yang mencapai 1,69% dan terendah di
Kabupaten Grobogan yang bernilai 1,04%.
c. Peringkat nilai IPM Kabupaten Blora pada tahun
2014 di urutan 28, tidak mengalami perubahan
peringkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Meskipun shortfall-nya mengalami sedikit
penurunan dibanding tahun 2014.
Bab V : Penutup
144 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
d. Kabupaten Blora dengan angka harapan lama
sekolah sebesar 11,75 tahun, lebih baik dari
Kabupaten Rembang dan Pati. Sedangkan untuk
rata-rata lama sekolah, Kabupaten Blora menempati
yang terendah dibandingkan kabupaten sekitar.
e. Paritas Daya Beli Kabupaten Blora yang sebesar
lebih dari 8 juta, masih merupakan yang terendah
dibandingkan kabupaten sekitar.
f. Angka Harapan Hidup penduduk Kabupaten Blora
yang sudah mencapai 73,84 tahun, ternyata juga
masih menempati yang terendah di banding
Kabupaten sekitarnya.
5.2 Rekomendasi
a. Program pembangunan yang berhubungan
dengan pembangunan sumber daya manusia agar
memperhatikan faktor penyebab masih rendahnya
nilai IPM yang dicapai seperti upaya peningkatan
angka rata-rata lama sekolah, peningkatan mutu
kesehatan dan peningkatan daya beli masyarakat.
Bab V : Penutup
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 145
b. Dalam rangka peningkatan nilai IPM diperlukan
program kegiatan atau proyek peningkatan
kualitas hidup manusia yang sesuai dengan akar
masalah yang mempengaruhinya.
c. Pemerintah Daerah agar menyusun kebijakan
yang berkaitan dengan peningkatan mutu hidup
atau mutu kesehatan masyarakat seperti
peningkatan pelayanan sarana dan prasarana
kesehatan dan penyuluhan pola hidup bersih dan
sehat.
d. SKPD yang menangani pendidikan dan semua
elemen agar lebih gencar dalam
menyelenggarakan jenis kegiatan pengentasan
wajib belajar tanpa memandang usia. Selain itu
penyuluhan kesadaran kepada masyarakat tentang
arti pentingnya pendidikan, menggalakkan
gerakan orang tua asuh atau program bantuan
melanjutkan sekolah sampai tingkat SLTP bahkan
jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi lagi.
Bab V : Penutup
146 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
e. SKPD yang terkait dengan ketenagakerjaan dan
elemen pemerintah agar menyusun program
kegiatan dalam upaya memberi kesempatan kerja
masyarakat, sumber daya yang dimiliki, akses
ekonomi yang memadai dan faktor-faktor lain
yang menunjang peningkatan roda perekonomian
masyarakat.
f. Pemerintah Daerah agar menyusun program
prioritas dan pemilihan program yang tepat yang
dikhususkan untuk mendongkrak nilai IPM.
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 147
Lampiran 1
Nama Ibukota Kecamatan Banyaknya Rukun Warga. Rukun Tetangga dan Dusun di Kab. Blora. Tahun 2014
Kecamatan Ibukota
Kecamatan Rukun Warga
Rukun Tetangga Dusun
(1) (2) (3) (4) (5) 1. Jati Doplang 94 319 97 2. Randublatung Randublatung 91 399 102 3. Kradenan Mendenrejo 51 214 50 4. Kedungtuban Ngraho 64 410 35 5. Cepu Cepu 87 422 68 6. Sambong Pojokwatu 40 176 30 7. Jiken Jiken 61 257 39 8. Bogorejo Bogorejo 45 193 45 9. Jepon Jepon 88 432 89 10. Blora Blora 157 556 157 11. Banjarejo Banjarejo 75 400 72 12. Tunjungan Tunjungan 64 311 55 13. Japah Japah 45 218 39 14. Ngawen Ngawen 75 369 81 15. Kunduran Sambiroto 95 445 91 16. Todanan Todanan 74 341 75
Jumlah xxx 1206 5462 1125
Sumber : BPS Kabupaten Blora
148 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Lampiran 2
Komponen Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kecamatan Kabupaten Blora Tahun 2013
Kecamatan Nilai Komponen IPM
e0
(tahun) Lit MYS (tahun)
PPP (000 Rp.)
(1) (2) (3) (4) (5) 01. Jati 69,94 83,57 6,10 543,20 02. Randublatung 75,38 84,53 6,49 619,44 03. Kradenan 75,68 87,43 6,31 542,01 04. Kedungtuban 66,67 85,53 6,72 656,99 05. Cepu 70,70 92,76 8,85 753,83 06. Sambong 68,77 82,63 6,76 712,88 07. Jiken 69,13 84,73 6,19 675,12 08. Bogorejo 71,14 80,32 5,53 528,21 09. Jepon 75,58 86,93 6,60 665,47 10. Blora 74,78 90,94 8,42 747,37 11. Banjarejo 69,73 85,93 6,12 666,55 12. Tunjungan 74,17 86,23 6,22 622,00 13. Japah 71,65 79,32 5,71 608,26 14. Ngawen 72,56 85,93 6,86 708,68 15. Kunduran 68,01 85,23 6,06 658,06 16. Todanan 69,25 85,33 5,90 688,61
Kab. Blora 72,02 85,46 6,55 647,35 Sumber : BPS Kabupaten Blora
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 149
Lampiran 3
Indeks Komponen IPM Menurut Kecamatan Kabupaten Blora Tahun 2013
Kecamatan Indeks Komponen IPM
e0
(tahun) Lit MYS
(tahun) Pendi-dikan
PPP (ribuan)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Jati 74,90 83,57 40,67 69,27 42,34 02. Randublatung 83,97 84,53 43,26 70,77 59,96 03. Kradenan 84,47 87,43 42,08 72,32 42,06 04. Kedungtuban 69,45 85,53 44,81 71,96 68,63 05. Cepu 76,16 92,76 58,99 81,51 91,01 06. Sambong 72,95 82,63 45,04 70,10 81,55 07. Jiken 73,56 84,73 41,29 70,25 72,82 08. Bogorejo 76,90 80,32 36,87 65,84 38,87 09. Jepon 84,30 86,93 43,99 72,62 70,59 10. Blora 82,97 90,94 56,13 79,34 89,52 11. Banjarejo 74,55 85,93 40,81 70,89 70,84 12. Tunjungan 81,95 86,23 41,49 71,32 60,55 13. Japah 77,74 79,32 38,09 65,58 57,37 14. Ngawen 79,27 85,93 45,74 72,53 80,58 15. Kunduran 71,69 85,23 40,42 70,29 68,88 16. Todanan 73,76 85,33 39,31 69,99 75,94
Kab. Blora 78,37 85,46 43,67 71,53 66,41
Sumber : BPS Kabupaten Blora
150 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Lampiran 4
NIlai IPM Menurut Kecamatan Di Kabupaten Blora Tahun 2009 – 2013
Kecamatan IPM
2009 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
01. Jati 60,64 60,79 61,22 61,65 62,17 02. Randublatung 69,58 70,26 70,58 71,00 71,56 03. Kradenan 65,27 65,00 65,28 65,73 66,28 04. Kedungtuban 68,51 68,81 69,04 69,48 70,01 05. Cepu 80,40 81,50 81,89 82,31 82,89 06. Sambong 71,67 72,89 73,84 74,34 74,87 07. Jiken 71,18 71,28 71,25 71,68 72,21 08. Bogorejo 57,69 58,77 59,51 60,00 60,54 09. Jepon 74,06 74,42 74,80 75,26 75,84 10. Blora 82,06 82,60 82,77 83,34 83,94 11. Banjarejo 70,83 71,09 71,11 71,55 72,09 12. Tunjungan 69,65 70,03 70,20 70,71 71,27 13. Japah 64,04 65,11 65,96 66,37 66,90 14. Ngawen 76,31 76,31 76,35 76,89 77,46 15. Kunduran 68,16 68,98 69,28 69,75 70,29 16. Todanan 70,91 71,75 72,26 72,70 73,23
Kab. Blora 60,64 60,79 61,22 61,65 72,10 Sumber : BPS Kabupaten Blora
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 151
Lampiran 5
Peringkat Nilai IPM Kabupaten Blora Menurut Kecamatan Tahun 2009 – 2013
Kecamatan Peringkat 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Jati 15 15 15 15 15 02. Randublatung 10 10 9 9 9 03. Kradenan 13 14 14 14 14 04. Kedungtuban 11 12 12 12 12 05. Cepu 2 2 2 2 2 06. Sambong 5 5 5 5 5 07. Jiken 6 7 7 7 7 08. Bogorejo 16 16 16 16 16 09. Jepon 4 4 4 4 4 10. Blora 1 1 1 1 1 11. Banjarejo 8 8 8 8 8 12. Tunjungan 9 9 10 10 10 13. Japah 14 13 13 13 13 14. Ngawen 3 3 3 3 3 15. Kunduran 12 11 11 11 11 16. Todanan 7 6 6 6 6
Kab. Blora 28 28 27 29 28
Sumber : BPS Kabupaten Blora
152 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Lampiran 6
Banyaknya Sarana Kesehatan di Kabupaten Blora Tahun 2014
Kecamatan Rumah Sakit
Puskesmas PUSTU
Balai Peng-obatan
Rumah Bersalin
(1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Jati - 2 3 - - 02. Randublatung - 2 7 2 2 03. Kradenan - 1 3 - - 04. Kedungtuban - 2 3 1 - 05. Cepu 1 3 2 9 5 06. Sambong - 1 2 - - 07. Jiken - 1 3 - - 08. Bogorejo - 1 3 - - 09. Jepon - 2 4 2 1 10. Blora 2 2 5 4 - 11. Banjarejo - 1 3 2 1 12. Tunjungan - 1 3 1 1 13. Japah - 1 4 - - 14. Ngawen - 2 4 1 1 15. Kunduran - 2 4 1 1 16. Todanan - 2 5 - -
Jumlah 3 26 58 23 12 Sumber : Blora Dalam Angka
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 153
Lampiran 7
Banyaknya Dokter, Perawat, Bidan dan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Blora Tahun 2014
Kecamatan Dokter Perawat Bidan
Spesialis Umum Gigi Umum Gigi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01. Jati - 1 - 11 1 12 02. Randublatung - 4 2 24 3 35 03. Kradenan - 2 - 8 1 14 04. Kedungtuban - 3 1 10 1 22 05. Cepu - 5 1 15 2 28 06. Sambong - 1 1 5 1 13 07. Jiken - 1 1 16 - 14 08. Bogorejo - 1 - 11 1 14 09. Jepon - 1 1 17 2 29 10. Blora - 3 2 16 1 27 11. Banjarejo - 2 1 11 1 18 12. Tunjungan - 1 - 4 1 15 13. Japah - 1 - 5 1 17 14. Ngawen - 3 - 18 2 30 15. Kunduran - 3 - 11 1 28 16. Todanan - 2 1 28 1 29
Jumlah - 34 11 210 20 345
Sumber : Blora Dalam Angka
154 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Lampiran 8 Angka Kematian Ibu, Bayi dan Balita
di Kabupaten Blora, Tahun 2014
Kecamatan Angka Kematian
Ibu Bayi Balita (1) (2) (3) (4)
01. Jati 1 8 - 02. Randublatung 1 20 4 03. Kradenan - 7 - 04. Kedungtuban 3 12 - 05. Cepu - 16 3 06. Sambong 1 5 1 07. Jiken - 6 1 08. Bogorejo - 3 1 09. Jepon 1 12 3 10. Blora 1 27 2 11. Banjarejo 1 22 2 12. Tunjungan 1 14 2 13. Japah - 3 2 14. Ngawen 3 21 4 15. Kunduran 2 19 6 16. Todanan 2 9 4
Jumlah 12 204 35 Sumber: Blora Dalam Angka
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 155
Lampiran 9
Banyaknya Sekolah Menurut Kecamatandan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Blora Tahun 2014
Kecamatan TK/RA SD/ MI
SLTP/ MTs SMU/SMK/ MA AK/PT
(1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Jati 27 36 8 4 - 02. Randublatung 43 59 14 8 - 03. Kradenan 20 33 5 2 - 04. Kedungtuban 46 52 10 4 - 05. Cepu 46 44 15 15 3 06. Sambong 12 26 3 1 - 07. Jiken 16 30 6 3 - 08. Bogorejo 11 24 3 - - 09. Jepon 42 45 6 1 - 10. Blora 63 63 16 12 3 11. Banjarejo 23 45 8 3 - 12. Tunjungan 28 35 5 8 1 13. Japah 22 28 4 1 - 14. Ngawen 47 44 12 5 - 15. Kunduran 41 48 10 3 - 16. Todanan 41 54 12 3 -
Jumlah 528 666 137 73 7
Sumber : Blora Dalam Angka
156 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Lampiran 10
Banyaknya Murid Menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Blora Tahun 2014
Kecamatan TK/RA SD/ MI SLTP/
MTs SMU/SMK/
MA (1) (2) (3) (4) (5)
01. Jati 995 7.690 1.879 502 02. Randublatung 1.661 8.205 3.916 2.258 03. Kradenan 672 3.879 1.290 333 04. Kedungtuban 1.577 5.536 2.783 1.385 05. Cepu 2.528 7.852 3.561 5.559 06. Sambong 553 2.591 1.178 38 07. Jiken 550 3.468 1.603 483 08. Bogorejo 261 1.962 1.122 - 09. Jepon 1.303 5.902 2.510 860 10. Blora 3.346 10.025 6.339 6.743 11. Banjarejo 957 5.733 2.130 262 12. Tunjungan 934 4.776 1.834 4.194 13. Japah 754 3.369 1.178 111 14. Ngawen 1.450 5.823 3.290 1.519 15. Kunduran 1.465 6.460 3.322 973 16. Todanan 1.129 5.676 2.843 1.168
Jumlah 19.968 88.947 40.778 26.388
Sumber : Blora Dalam Angka
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 157
Lampiran 11
Banyaknya Guru Menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Blora Tahun 2014
Kecamatan TK/RA SD/ MI SLTP/
MTs SMU/SMK
/ MA
(1) (2) (3) (4) (5) 01. Jati 47 288 153 73 02. Randublatung 72 493 274 155 03. Kradenan 30 218 100 43 04. Kedungtuban 80 344 181 124 05. Cepu 131 404 285 478 06. Sambong 30 198 76 17 07. Jiken 27 268 117 76 08. Bogorejo 14 179 62 0 09. Jepon 99 406 158 68 10. Blora 202 632 415 489 11. Banjarejo 40 361 157 35 12. Tunjungan 75 315 113 291 13. Japah 63 273 164 17 14. Ngawen 81 357 253 137 15. Kunduran 62 349 236 62 16. Todanan 63 411 216 88
Jumlah 1.116 6.138 2.960 4.016
Sumber : Blora Dalam Angka
158 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Lampiran 12
Banyaknya Kelompok Belajar Menurut Kecamatan di Kabupaten Blora, Tahun 2014
Kecamatan Kelompok Belajar ( Study Group)
Paket A Paket B Usaha (1) (2) (3) (4)
01. Jati 1 1 0 02. Randublatung 1 0 0 03. Kradenan 1 1 0 04. Kedungtuban 1 1 0 05. Cepu 0 0 0 06. Sambong 1 1 0 07. Jiken 1 1 0 08. Bogorejo 1 1 0 09. Jepon 1 1 0 10. Blora 2 2 0 11. Banjarejo 1 1 0 12. Tunjungan 1 1 0 13. Japah 1 1 0 14. Ngawen 1 1 0 15. Kunduran 1 1 0 16. Todanan 1 1 0
Jumlah 16 15 0
Sumber : Blora Dalam Angka
Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014 159
Lampiran 13
Banyaknya Warga Belajar Menurut Kecamatan di Kabupaten Blora, Tahun 2014
Kecamatan Warga Belajar Tutor Paket A Paket B Usaha A/ B
(1) (2) (3) (4) (5) 01. Jati 20 70 - - - 02. Randublatung 0 0 - - - 03. Kradenan 20 74 - - - 04. Kedungtuban 0 72 - - - 05. Cepu 0 0 - - - 06. Sambong 0 50 - - - 07. Jiken 0 25 - - - 08. Bogorejo 20 53 - - - 09. Jepon 20 106 - - - 10. Blora 0 119 - - - 11. Banjarejo 38 25 - - - 12. Tunjungan 40 45 - - - 13. Japah 0 100 - - - 14. Ngawen 0 50 - - - 15. Kunduran 0 20 - - - 16. Todanan 0 29 - - -
Jumlah 158 838 0 0 0
Sumber : Blora Dalam Angka
160 Tinjauan IPM Kabupaten Blora 2014
Lampiran 14
Banyaknya Rumah Tangga Sasaran PPLS 2011
Kecamatan Sangat Miskin Miskin Hampir
Miskin Rentan Miskin
Lainnya Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Jati 544 760 1.620 2.820 5.744 02. Randublatung 1.389 1.682 3.551 5.527 12.149 03. Kradenan 811 1.134 2.734 4.870 9.549 04. Kedungtuban 983 1.224 2.755 4.438 9.400 05. Cepu 678 693 1.515 5.032 7.918 06. Sambong 359 369 1.076 2.158 3.962 07. Jiken 410 487 1.185 1.673 3.755 08. Bogorejo 435 691 1.446 1.981 4.553 09. Jepon 858 824 1.321 1.373 4.376 10. Blora 809 862 1.877 4.310 7.858 11. Banjarejo 1.601 1.815 3.593 4.504 11.513 12. Tunjungan 1.172 1.029 1.986 2.219 6.406 13. Japah 608 855 1.605 1.700 4.768 14. Ngawen 1.232 1.256 2.280 3.148 7.916 15. Kunduran 1.154 1.330 2.415 2.484 7.383 16. Todanan 962 1.506 3.410 5.287 11.165
Jumlah 14.005 16.517 34.369 53.524 118.415
Sumber : Blora Dalam Angka