12
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan (Elfindri, 2011). Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka paling sedikit yang harus tercakup dalam pelayanan kesehatan dasar adalah: a). Pendidikan kesehatan, b). Peningkatan persediaan pangan dan kecukupan gizi, c). Penyediaan air minum dan sanitasi dasar, d). Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana, e). Imunisasi, dan f). Pengobatan dan pengadaan obat (Hasanah, 2010). 1

BAB I final

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bab 1 skripsi gastritis

Citation preview

Page 1: BAB I final

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi

serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai investasi untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia

(IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan

pendapatan (Elfindri, 2011). Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,

maka paling sedikit yang harus tercakup dalam pelayanan kesehatan dasar adalah: a).

Pendidikan kesehatan, b). Peningkatan persediaan pangan dan kecukupan gizi, c).

Penyediaan air minum dan sanitasi dasar, d). Pelayanan kesehatan ibu dan anak

termasuk keluarga berencana, e). Imunisasi, dan f). Pengobatan dan pengadaan obat

(Hasanah, 2010).

Vaksinasi merupakan teknologi yang sangat berhasil di dunia Kedokteran

yang oleh Katz (1999) dikatakan sebagai “Sumbangan ilmu pengetahuan yang terbaik

yang pernah diberikan para ilmuwan di dunia ini”, satu upaya kesehatan yang paling

efektif dan efisien dibandingkan dengan upaya kesehatan lainnya (Ranuh, 2011).

Cakupan imunisasi pada anak-anak di seluruh belahan dunia, sejak tahun

1974 Badan kesehatan Dunia (World Health Organization) mencanangkan Expanded

Program on Immunization (EPI), yang diresolusikan oleh World Health Assembly

(WHA). Setelah dilaksanakannya EPI cakupan terus meningkat dan hampir setiap

tahun minimal 3 juta anak terhindar dari kematian dan sekitar 750.000 anak terhindar

1

Page 2: BAB I final

dari kecacatan. Pada sidang WHO tahun 1996 menyimpulkan bahwa campak

dimungkinkan untuk dieradikasi, karena satu-satunya pejamu (host) atau reservoir

campak hanya pada manusia dan adanya vaksin dengan potensi yang cukup tinggi

dengan effikasi vaksin 85%. Berdasarkan kesimpulan tersebut maka ditetapkan

kesepakatan global untuk me-Reduksi Campak (RECAM) pada tahun 2000. Tahap

eradikasi diperkirakan akan dapat dicapai 10-15 tahun setelah eliminasi (Ranuh,

2011) dan (Lisnawati, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO) sekitar 242.000 anak seluruh

dunia meninggal karena penyakit campak. Besarnya jumlah kematian karena

penyakit campak ini menunjukkan bahwa penyakit ini sangat berbahaya dan harus

dicegah penyebarannya, salah satu cara mencegah meluasnya penyakit ini yaitu

dengan melakukan program vaksinasi. Program vaksinasi dilakukan dengan

memberikan senyawa antigen yang berfungsi untuk meningkatkan imunitas tubuh

terhadap virus atau penyakit. Menurut WHO, pemberian vaksin MMR terbukti

mampu menekan jumlah kematian yang disebabkan oleh penyakit measles sekitar

68% (WHO, 2008).

Kebijakan Nasional Imunisasi, menurut Renstra Kemenkes tahun 2013, target

cakupan imunisasi yang harus dicapai pada tahun 2014 yaitu cakupan pemberian

imunisasi pada bayi 0-11 bulan 82%, persentase anak SD yang mendapatkan

imunisasi 80%, persentase desa yang mencapai UCI 85%. Menurut Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), target cakupan imunisasi dasar

lengkap pada bayi 0-11 bulan 90% dan tercapainya UCI di seluruh desa dan

kelurahan. Kebijakan pemerintah terhadap cakupan nasional anak dibawah satu tahun

yang diimunisasi campak adalah 92%. (DepKes RI, 2014)

2

Page 3: BAB I final

Tanpa imunisasi kira-kira 3 dari 100 anak akan meninggal karena campak.

Sebanyak 2 dari 100 anak akan meninggal karena batuk rejan. Satu dari 100 anak

akan meninggal karena penyakit tetanus. Dari setiap 200.000 anak, 1 akan menderita

penyakit polio. Imunisasi yang dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan

melindungi anak terhadap penyakit-penyakit tertentu. Walaupun pada saat ini fasilitas

pelayanan untuk vaksinasi ini telah tersedia di masyarakat, tetapi tidak semua bayi

telah dibawa untuk mendapatkan imunisasi lengkap (Andhini, 2010). Hal ini ditandai

dengan masih banyaknya negara berkembang yang masih belum dapat mencapai

Universal Child Immunization (UCI) karena cakupan imunisasi yang rendah.

Sebenarnya apabila UCI dapat dicapai maka kita dapat menyelamatkan tiga juta anak

yang meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi setiap tahun

(Ranuh, 2011).

Campak mudah sekali menular dan sering terjadi komplikasi yang serius

Hampir semua anak dibawah 5 tahun di Negara berkembang akan terserang

penyakit ini, sedangkan di Negara maju biasanya menyerang anak usia remaja

atau dewasa muda yang tidak terlindung oleh imunisasi. Penularan campak

berlangsung sangat cepat melalui menyebar melalui kontak langsung dengan

penderita, perantara udara, batuk atau bersin dan kotoran manusia. Penularan

terjadi pada fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul.Penyakit

campak lebih sering menyerang anak-anak, hal ini disebabkan daya tahan tubuh

anak lebih lemah dibandingkan orang dewasa. Penyakit campak dinilai berbahaya

karena dapat menyebabkan komplikasi, kerusakan otak dan kematian.

Penyakit campak sebetulnya tidak berakibat fatal apabila menyerang

anakanak yang sehat dan bergizi baik. Tetapi apabila di Negara di mana anak

3

Page 4: BAB I final

yang menderita kurang gizi sangat banyak, campak merupakan penyakit yang

berakibat fatal. Untuk itu sangat perlu diadakan tindakan pencegahan. Salah satu

tindakan yang dinilai paling efektif adalah dengan cara imunisasi.

Peningkatan cakupan imunisasi campak ini tidak merata disetiap

kabupaten/kota di kabupaten Bogor imunisasi campak dalam dua tahun terakhir justru

menurun 78,9% pada tahun 2013. Di desa Kalong Sawah Kecamatan Jasinga

menunjukkan penurunan cakupan imunisasi campak, penurunan cakupan imunisasi

campak yaitu 57,6% (2014) (Profil Puskesmas Kecamatan Jasinga) .

Terjadinya penurunan cakupan imunisasi campak banyak dipengaruhi

beberapa faktor, tidak bersedianya anak diberi imunisasi campak, faktor budaya

sengat mempengaruhi anak untuk mendapatkan imunisasi secara lengkap, disamping

itu, anak tidak diberikan imunisasi campak karena ibu takur dampak setelah diberikan

imunisasi campak

Upaya Dinas Kesehatan untuk menanggulangi permasalahan tersebut dengan

menerapkan kebijakan bahwa penyelenggaraan imunisasi dasar dapat dilaksanakan

oleh pemerintah, swasta dan masyarakat, dengan prinsip keterpaduan; mengupayakan

pemerataan jangkauan pelayanan; mengupayakan kualitas pelayanan; mengupayakan

kesinambungan penyelenggaraan melalui perencanaan program dan anggaran

terpadu. Perhatian khusus diberikan untuk wilayah rawan sosial, rawan penyakit dan

daerah-daerah sulit secara geografis

Salah satu hambatan program imunisasi adalah isu-isu negatif tentang

imunisasi dan persepsi negatif terhadap imunisasi serta mitos–mitos mengenai

imunisasi itu sendiri. Pandangan negatif terhadap vaksinasi bukan saja dikemukan

oleh masyarakat awam namun juga oleh sebagian petugas kesehatan. Masyarakat

4

Page 5: BAB I final

awam lebih khawatir terhadap efek samping dari imunisasi daripada penyakitnya

sendiri dan komplikasi penyakit tersebut yang dapat menyebabkan kecacatan dan

kematian, (Ranuh, 2010). Isu dan mitos negatif mengenai imunisasi dapat

mempengaruhi pengetahuan, pemahaman dan akhirnya berpengaruh pada tindakan

ibu untuk mengimunisasikan anaknya.

Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting, karena orang

terdekat dengan bayi dan anak adalah ibu. Pengetahuan, kepercayaan dan perilaku

kesehatan seorang ibu akan mempengaruhi kepatuhan pemberian imunisasi campak

pada bayi, sehingga dapat mempengaruhi status imunisasi bayi. Masalah pengertian,

pemahaman dan kepatuhan ibu dalam program imunisasi bayinya tidak akan menjadi

halangan yang besar jika pendidikan dan pengetahuan yang memadai tentang hal itu

diberikan (Ali M, 2012).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan Desember tahun

2015 di desa kalongsaeah terhadap 11 orang ibu yang mempunyai Balita didapatkan

hasil bahwa hanya 3 (30,8%) orang ibu yang mempunyai pengetahuan yang benar

mengenai imunisasi campak.

1.2. Rumusan Masalah

Desa Kalong Sawah Kecamatan Jasinga menjadi lokasi penelitian dengan

cakupan imunisasi campak masih rendah 56,7% pada tahun 2014 menurun jauh

dibandingkan cakupan imunsasi campak pada tahun 2013 yaitu 66,8%. (profil

Puskesmas Jasinga, 2014)

5

Page 6: BAB I final

Hubungan karakteristik ibu dengan pengetahuan imunsasi campak

pada balita usia 9 – 12 bulan di desa kalong sawah, Kabupaten Bogor tahun

2015

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan karaketistik ibu dengan pemberian imunisasi

campak pada balita usia 9 – 12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga

Kabupaten Bogor Tahun 2015

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya distribusi frekuensi pemberian imunisasi campak balita

usia 9 – 12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga.

2. Diketahuinya distribusi frekuensi berdasarkan umur ibu balita usia 9 –

12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga.

3. Diketahuinya distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan ibu

balita usia 9 – 12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga.

4. Diketahuinya distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan ibu balita usia

9 – 12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga.

5. Diketahuinya distribusi frekuensi berdasarkan sikap ibu balita usia 9 –

12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga.

6. Diketahuinya distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan ibu balita

usia 9 – 12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga.

6

Page 7: BAB I final

7. Ada hubungan antara umur dengan pemberian imunisasi Campak Pada

Ibu Balita usia 9 – 12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga.

8. Ada hubungan antara Pendidikan pemberian imunisasi Campak Pada

Ibu Balita usia 9 – 12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga

9. Ada hubungan antara Pekerjaan pemberian imunisasi Campak Pada

Ibu Balita usia 9 – 12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga

10. Ada hubungan antara Sikap pemberian imunisasi Campak Pada Ibu

Balita usia 9 – 12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga

11. Ada hubungan antara pengetahuan pemberian imunisasi Campak Pada

Ibu Balita usia 9 – 12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang hubungan karakteristik dengan sikap ibu

terhadap pemberian imunisasi campak pada balita usia 9 – 12 bulan Di lakukan

penelitian pada bulan Januari – febuari 2015 di desa kalongsawah Kecamatan

Jasinga, penelitian dilakukan karena cakupan imunsasi campak pada tahun 2014

masih rendah yaitu 56,7%. Penelitian dilakukan di desa kalongsawah, jumlah

sampel penelitian 97 ibu yang mempunyai balita usia 9 – 12 bulan, penelitian ini

menggunakan desain potong lintang (cross sectional Study) data yang di gunakan

data primer yaitu kuesioner dengan wawancara .

7