13
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar disebut sebagai pembelajaran. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Penilaian merupakan salah satu komponen yang harus terlaksana dengan baik agar pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan penilaian diperlukan seperangkat instrumen yang dapat digunakan untuk memotret kemampuan siswa terhadap pembelajaran yang telah atau sedang dilaksanakan. Guru berperan penting dalam memilih alat dan sistem pelaksanaa penilaian di kelas Jenis penilaian yang sering dilaksanakan guru setelah pembelajaran dalam satu kompetensi dasar di kelas berupa ulangan harian. Dalam satu semester

BAB I FINAL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

final caphter 1

Citation preview

Page 1: BAB I FINAL

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada

suatu lingkungan belajar disebut sebagai pembelajaran. Proses pembelajaran

perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara

efektif dan efisien. Penilaian merupakan salah satu komponen yang harus

terlaksana dengan baik agar pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien.

Dalam pelaksanaan penilaian diperlukan seperangkat instrumen yang dapat

digunakan untuk memotret kemampuan siswa terhadap pembelajaran yang

telah atau sedang dilaksanakan. Guru berperan penting dalam memilih alat

dan sistem pelaksanaa penilaian di kelas

Jenis penilaian yang sering dilaksanakan guru setelah pembelajaran

dalam satu kompetensi dasar di kelas berupa ulangan harian. Dalam satu

semester ulangan harian dilaksanakan 3-4 kali. Sistem pelaksanaan secara

klasikal dan serentak. Hasil belajar siswa dapat diketahui setelah pelaksanaan

ulangan harian. Pelaksanaan penilaian dengan cara tersebut tidak dapat

mengetahui hasil belajar siswa secara bertahap sebelum dilakukan ulangan

harian. Ketidaktahuan siswa terhadap sejauh mana kompetensi yang telah

diperoleh berdampak pada hasil ulangan hariannya. Hal ini merugikan bagi

siswa dan guru. Kerugian yang dialami siswa berupa tidak dicapainya nilai

ulangan harian minimal sama dengan KKM yang telah ditetapkan. Kerugian

Page 2: BAB I FINAL

2

bagi guru, jika jumlah siswa yang nilainya kurang dari KKM lebih dari 15%

maka diwajibkan melaksanakan remidial teaching, sangat menyita banyak

waktu, dan mengganggu pembelajaran pada kompetensi dasar berikutnya.

Keadaan ini sangat dirasakan oleh guru yang mengajar di sekolah yang

sebagian besar siswanya berkemampuan rendah. Berdasarkan data kurikulum

SMP N 3 Kalikajar, Kabupaten Wonosobo nilai ulangan harian pada semester

1 tahun pelajaran 2011/2012 sebagai berikut :

No

.

Ulangan Harian

ke-

KKM Kelas 8 Nilai rata-

rata

Persen KKM

tercapai dan

terlampaui

1 1 75 76 75%

2 2 75 78 80%

3 3 75 75 78%

4 4 75 75

Sumber : Arsip Kurikulum SMP N 3 Kalikajar, Wonosobo

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar mata

pelajaran Fisika di SMP N 3 Kalikajar masih rendah, di bawah 75%. Salah

satu penyebab belum berhasilnya pembelajaran Fisika tersebut salah satunya

instrumen penilaian dan teknik penilaian. Guru belum melaksanakan

pengecekan sejauh mana penguasaan materi ajar dapat dikuasai oleh siswa.

Pengecekkan penguasaan materi ajar dapat dilaksanakan oleh guru atau siswa

secara mandiri sebelum pelaksanaan ulangan harian, terutama bagi siswa

yang kemampuannya rendah. Dengan demikian bagi siswa yang

Page 3: BAB I FINAL

3

kemampuannya rendah sudah dapat melaksanakan refleksi diri terhadap hasil

pembelajarannya.

Selain faktor eksternal, kemampuan siswa melakukan pengecekan

hasil belajarnya sendiri sangat mempengaruhi hasil pembelajarannya.

Kenyataanya sebagian besar siswa berkemampuan rendah (lower

achievement) belajarnya lebih singkat dengan pengulangan yang minimalis.

Berbeda dengan siswa berkemampuan tinggi (upper achievement) sebagian

besar dari mereka belajarnya tidak sekedar membaca tetapi melakukan

pengecekan selama proses belajarnya, dengan berbagai cara seperti mencoba

mengungkapkan kembali yang telah dibaca dengan peta konsep, membuat

ringkasan, membuat soal sendiri dijawab sendiri, dan sebaginya. Guru yang

memahami karakteristik siswa berkemampuan rendah dituntut untuk dapat

mengubahnya menjadi siswa berkemampuan tinggi. Pelaksanaan perubahan

selain dengan cara pembelajaran efektif juga dapat dengan menyediakan

instrumen yang dapat membimbing siswa melakukan pengecekan hasil

belajarnya secara berkelanjutan.

Self assesment ( Klenowski’s 1995: dalam Ross.2006:1) merupakan

bentuk evaluasi dari sebuah keberhasilan seseorang, dan bentuk identifiksi

kekuatan dan kelemahannya dalam rangka meningkatkan hasil belajar.

Pendapat ini memperkuat asumsi bahwa self assessment dapat mengikat

siswa dalam menilai pekerjaannya sendiri sehingga dapat meningkatkan

minat dan perhatiaan siswa. Namun demikian self assessment murni bagi

siswa berkemampuan rendah dapat menjadi beban yang dapat merusak

Page 4: BAB I FINAL

4

motivasi belajar, bahkan bisa tidak berfungsi sama sekali. Agar berfungsi

secara efektif struktur instrumen self assessment dibuat dengan berbagai

variasi mulai dari soal mudah kemudian lebih sulit dan seterusnya dengan

harapan bisa menuntun cara berfikir siswa. Instrumen akan menjadi tidak

bermakna jika cara penggunaan istrumen tidak diperhatikan oleh guru dan

siswa. Oleh karena itu selain struktur, diperlukan teknik pengendaliannya.

Teknik pengendalian yang digunakan dengan bimbingan guru secara

berkelanjutan.

Penyebab tidak dilakukan penilaian berkelanjutan sebelum ulangan

harian karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh guru. Pemantauan

terhadap siswa dilaksanakan secara umum dan belum menggunakan

instrumen yang dapat mengukur kemajuan siswa secara berkesinambungan.

Beban kerja minimal 24 jam tatap muka dalam satu minggu, target kurikulum

yang harus diselesaikan dalam satu tahun, serta rata-rata jumlah siswa dalam

satu kelas yang melebihi standar memungkinkan guru hanya melaksanakan

ulangan harian saja. Oleh karena itu perlu merencanakan instrumen penilaian

berkelanjutan yang dapat membantu siswa untuk menuju ulangan harian.

Harapannya jika proses tersebut terlaksana dengan baik maka penguasaan

kompetensi siswa diketahui guru secara berkelanjutan dan berdampak pada

ketuntasan ulangan harian di akhir pembelajaran.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan self assessment

terbimbing secara berkelanjutan dalam satu pelaksanaan pembelajaran.

Instrumen dan teknik pelaksanaan self assessment terbimbing yang akan

Page 5: BAB I FINAL

5

dikembangkan diharapkan dapat digunakan oleh siswa secara madiri di luar

jam pembelajaran maupun di dalam pembelajaran.

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Kompetensi dasar 6.3 tentang Cahaya merupakan kompetensi yang

sangat kompleks untuk dipahami oleh siswa kelas 8. Cakupan materi yang

sangat luas, konsep yang abstrak sangat sulit dijelaskan tanpa dilaksanakan

praktikum, serta banyaknya rumusan matematik yang digunakan untuk

menjelaskan teori. Pembelajaran pada kompetensi ini memerlukan

keterampilan guru dalam memilih bahan ajar, strategi dan model

pembelajarannya, serta penilaian yang akan digunakan.

Berdasarkan pengalaman peneliti dalam waktu ± 15 tahun bahwa

perolehan hasil belajar pada kompetensi 6.3 tentang cahaya cenderung

rendah. Penelitiaan terdahulu pada kompetensi ini sebagian besar

mengembangkan model dan media pembelajaran, serta perangkat

pembelajaran yang meliputi alat, buku pegangan, lembar kerja. Penelitian

terhadap pengukuran hasil belajar pada kompetensi 6.3 belum banyak diteliti.

Pada sekolah dengan standar pelayanan minimal, siswa dalam satu

kelas mempuyai kemampuan yang heterogen. Jika perbedaan kemampuan ini

tidak diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran maupun pelaksanaan

penilaian maka bagi siswa yang kemampuannya rendah tidak mampu

menyesuaikan dengan teman satu kelas yang kemampuannya sedang dan

Page 6: BAB I FINAL

6

tinggi. Dampaknya ketika dilakukan pengukuran hasil belajar melalui ulangan

harian siswa memperoleh nilai yang sebagian besar berada di bawah KKM.

1.3. RUMUSAN MASALAH

1.3.1 Bagaimana bentuk instrumen pengembangan self assessment

terbimbing (pada standar kompetensi 6.3 : Menyelidiki sifat-sifat

cahaya dan hubungannya terhadap berbagai bentuk cermin dan lensa)?

1.3.2 Bagaimana validitas dan reliabilitas instrumen self assessment yang

dikembangkan?

1.3.3 Bagaimana tingkat kepraktisan instrumen self assessment terbimbing

yang dihasilkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa

berkemampuan rendah ?

1.3.4 Bagaimana efektifitas instrument self assessment terbimbing bagi

siswa berkemampuan rendah?

1.4. TUJUAN PENELITIAN

1.4.1 Menemukan bentuk instrumen pengembangan self assessment

terbimbing (pada standar kompetensi 6.3 : Menyelidiki sifat-sifat

cahaya dan hubungannya terhadap berbagai bentuk cermin dan lensa)

1.4.2 Menghitung validitas dan reliabilitas instrumen self assessment yang

dikembangkan?

1.4.3 Mengetahui tingkat kepraktisan instrumen self assessment terbimbing

yang dihasilkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa

berkemampuan rendah ?

Page 7: BAB I FINAL

7

1.4.4 Mengetahui efektifitas instrument self assessment terbimbing bagi

siswa berkemampuan rendah?

1.5. MANFAAT PENELITIAN

1.5.1 Memperoleh instrument penilaian self assessment terbimbing untuk

siswa yang berkemampuan rendah pada sekolah menengah pertama.

1.5.2 Meningkatkan jumlah siswa yang tuntas belajar dalam pembelajaran

standar kompetensi 6.3

Page 8: BAB I FINAL

8

Page 9: BAB I FINAL

9