11
BAB I PENDAHUILUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karen tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksana aktivitasnya sehari-hari. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut Undang-Undang KesehatanNo. 36 ahun !""# tentang Kesehatan $ab % &asal ' disebutkan bah(a, kesehatan adalah keadaan sehat, secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap or untuk hidup produktif secara social dan ekonomis. )ari pengertian dikatakan bah(a keadaan sehat men*adi salah satu modal setiap individu un dapat mencapai hidup se*ahtera sehingga diperlukan upaya untuk meningkatk dera*at kesehatan +gar ter(u*udnya dera*at kesehatan masyarakat yang optimal, pemerint menyelenggarakan program pembangunan nasionalsecara berkelan*utan, perencana dan terarah untuk pencapaian tu*uan pembangunan kesehatan terse diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, ber*en* terpadu, salah satunya ialah melalui program kesehatan lingkungan, Menurut /'#012 kesehatan lingkungan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat men*amin keadaan sehat dari manusia. uang lingkup kesehatan lingkungan meliputi 4 penyedi minum, pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran, pembua sampah padat, pengendalian hygiene makanan termasuk higine susu, pengadal

BAB I ID GRABAG.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHUILUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Bab I Pasal 1 disebutkan bahwa, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomis. Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa keadaan sehat menjadi salah satu modal setiap individu untuk dapat mencapai hidup sejahtera sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatanAgar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal, pemerintah

menyelenggarakan program pembangunan nasional secara berkelanjutan, perencana dan terarah untuk pencapaian tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu, salah satunya ialah melalui program kesehatan lingkungan, Menurut WHO (1974) kesehatan lingkungan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Ruang lingkup kesehatan lingkungan meliputi : penyediaan air minum, pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran, pembuangan sampah padat, pengendalian hygiene makanan termasuk higine susu, pengadalian pencemaran udara, pemukiman, aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara, perencanaan daerah perkotaan, pencegahan kecelakaan, rekreasi umu dan pariwisata, tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemic/ wabah, bercanan alam dan perpindahan penduduk, tindakan pencegahan yang di perlukan untuk menjamin lingkungan. (Ghandi, 2010).

Masalah kesehatan lingkungan suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalahmasalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi-segi atau kesehatan tersebut. Banyak aspek yang terkait pada kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, dalam hal ini kesehatan lingkungan, pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum antara lain mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air limbah, dan rumah hewan ternak (kandang).

Masyarakat yang sehat didapatkan dari lingkungan yang sehat, Lingkungan yang sehat dan sejahtera hanya dapat dicapai dengan lingkungan pemukiman yang sehat. Terwujudnya suatu kondisi lingkungan yang baik dan sehat salah satunya dapat dilihat dari pengelolaan sampah yang baik. Menurut Peraturan Menteri PU Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP), daerah yang mendapatkan sistem pelayanan persampahan yang baik; pertama seluruh masyarakat memiliki akses untuk penanganan sampah yang dihasilkan dari aktivitas sehari-hari, baik di lingkungan perumahan, perdagangan, perkantoran, maupun tempat-tempat umum lainnya. Kedua masyarakat memiliki lingkungan permukiman yang bersih karena sampah yang dihasilkan dapat ditangani secara benar. Ketiga masyarakat mampu memelihara kesehatannya karena tidak terdapat sampah yang berpotensi menjadi bahan penularan penyakit seperti diare, tipus, disentri, dan lain-lain, serta gangguan lingkungan baik berupa pencemaran udara, air atau tanah. Keempat masyarakat dan dunia usaha atau swasta memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengelolaan persampahan sehingga memperoleh manfaat bagi kesejahteraannya.Meningkatkan kondisi lingkungan dari masa ke masa, dan dari masyarakat satu ke masyarakat yang lain bervariasi dan bertingkat-tingkat, dari usaha yang paling sederhana (primitive) sampai pada paling mutakhir (modern), dengan kata lain bahwa teknologi di bidang kesehatan lingkungan sangat bervariasi dari teknologi primitif, teknologi menengah (teknologi tepat guna) sampai dengan teknologi mutakhir. Mengingat bahwa masalah kesehatan lingkungan di negara-negara maju diselesaikan dengan berbagai pendekatan multidisplin. Indonesias sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah dari 200 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat kompleks terutama di kota-kota besar (Notoatmodjo,2011).Menurut Hendrick L. Bloem (1974) seperti dikutip Azwar (1983), terdapat empat faktor yang besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan, yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan yang saling mempengaruhi. Lingkungan sebagai faktor terbesar, selain langsung mempengaruhi kesehatan jugamempengaruhi perilaku dan perilaku juga sebaliknya mempengaruhi lingkungan danfaktor lainnya (pelayanan kesehatan dan keturunan). Status kesehatan akan tercapai secaraoptimal, apabila keempat faktor tersebut secara bersama - sama mempunyai kondisi yang optimal.3

Keturunan

Status Kesehatan

Lingkungan:FisikSosial ekonomiBudayadllPelayanan Kesehatan

Perilaku

Gambar 1. Konsep H.L Bloem

Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku di latar belakangi atau dipengaruhi oleh tiga factor pokok, yaitu: faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor yang mendukung (enabling factors), faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors). Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan sebagai factor usaha intervensi perilaku harus diarahkan kepada ketiga factor pokok tersebut. Skema dari Bloom dan Green tersebut dapat dimodifikasi sebagai berikut:

Keturunan

LingkunganStatus kesehatanPelayanankesehatan

Perilaku

Reinforcing factorsPredisposing factorsEnabling factors

Komunikasi (penyuluhan)

TrainingPemberdayaanmasyarakat (pemberdayaansosial)

Promosi kesehatan

Gambar 2. Hubungan status kesehatan, perilaku, dan promosi kesehatan

Untuk meningkatkan derajat kesehatan maka dilakukan pembangunan kesehatan dengan konsep pembangunan kesehatan yang dikenal dengan Paradigma Sehat, yaitu cara pandang dan/atau suatu konsep dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang dalam pelaksanaannya sepenuhnya menerapkan pengertian dan/atau prinsip-prinsip pokok kesehatan.Tujuan pembangunan kesehatan milenium dirumuskan dalam Millennium Development Goals atau MDGs yang merupakan sebuah konsep yang ditawarkan oleh lembaga dunia menjadi pedoman atau acuan sasaran pembangunan milenium yang terdiri dari 8 target untuk tercapainya kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Delapan target tersebut adalah :1. Pengentasan kemiskinan dan kelaparan ekstrim2. Pemerataan pendidikan dasar3. Mendukung adanya persamaan gender dan pemberdayaan perempuan4. Mengurangi tingkat kematian anak5. Meningkatkan kesehatan ibu6. Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya7. Menjamin daya dukung lingkungan hidup8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Berdasarkan konsep paradigma sehat dirumuskan visi Indonesia sehat. Visi Indonesia sehat dapat terwujud jika semua komponen masyarakat dapat berada dalam kondisi sehat. Hal tersebut harus dimulai dari komponen pemerintahan terkecil yaitu dusun sehat. Dusun sehat adalah gambaran warga dusun masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yaitu masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.4

PARADIGMA SEHAT

VISI INDONESIA SEHAT

PROPINSI SEHATPROPINSI

KABUPATEN SEHATKABUPATEN

DESA SIAGADESA SEHATKECAMATAN SEHAT

DUSUN SEHAT

DUSUN SIAGA Gambar 3. Konsep Paradigma Sehat

Cara agar tercapainya Dusun Sehat adalah:5,61. Mewujudkan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.2. Menciptakan kewaspadaan dan partisipasi masyarakat di bidangkesehatan.3. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengenal dan mengatasi permasalahan kesehatan.4. Menciptakan dukungan tokoh masyarakat dan perangkat desa/dusun dalam pembangunan kesehatanmasyarakat di desa.5. Mewujudkan pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh masyarakat dan tenaga professional kesehatan.

Dalam mencapai desa sehat, diharapkan suatu desa menjadi desa siaga terlebih dahulu. Desa siaga berawal dari dusun sehat dan dusun siaga. Desa Siaga merupakan salah satu upaya terobosan atau strategi yang memiliki daya ungkit untuk menggerakkan dan memberdayakan masyarakat sebagai tahapan menuju Desa Sehat.5,6Desa siaga adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa atau kelurahan yang memiliki kesiapan sumber daya potensial dan kemampuan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawat daruratan kesehatan secara mandiri.Dengan kata lain, Desa Siaga adalah desa yang bias mengetahui masalah kesehatannya dan dapat mengatasi permasalahannya sendiri secara mandiri.5,6Beberapa komponen yang dikembangkan dalam Desa Siaga, merupakan bagian dari system kesehatan desa antara lain5,6:1. PKD (Poliklinik Desa)2. Forum Kesehatan Desa3. Kegiatan gotong royong masyarakat di bidang kesehatan.4. Kegiatan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat.5. Kegiatan pengamatan dan pemantauan oleh masyarakat dalam deteksi dini atau kewaspadaan dini serta kesiapsiagaan terhadap masalah kesehatan.6. Kegiatan pembiayaan kesehatan oleh masyarakat untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan.Pengembangan desa menuju Desa Siaga, perlu upaya fasilitasi untuk mendorong masyarakat sadar, mau dan mampu serta peduli dalam mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap masyarakat, seperti: kurang gizi, penyakit menular dan tidak menular, kejadian bencana, kecelakaan dan deteksi dini masalah kesehatan termasuk kejadian luar biasa sehingga diperlukan peran masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat ialah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan. Dari batasan ini dapat diuraikan bahwa secara bertahap tujuan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah :

1. Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan bagi individu, kelompok atau masyarakat.2. Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari kesadaran dan pemahaman terhadap kesehatan.

Tahap-tahap penggerakan atau pemberdayaan masyarakat antara lain :1. Pengembangan tim petugas2. Pengembangan tim di masyarakat3. Survei Mawas Diri4. Musyawarah Masyarakat Desa5. Pelaksanaan kegiatan

Langkah-langkah utama pemberdayaan masyarakat melalui upaya pendampingan atau memfasilitasi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus pemecahan masalah yang terorganisasi. Peningkatan kepedulian dan kesiapsiagaan masyarakat dengan memanfaatkan potensi setempat, serta mendorong kebersamaan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan secara dini, menuju Desa Sehat secara mandiri.5,6

FasilitasiFasilitasiIdentifikas imasalah dan penyebabnya

Memantau dan evaluasi untuk pelestarian

FasilitasiRumuskan alternative pemecahan

FasilitasiTetapkan dan melaksanakan pemecahanGambar 4.Upaya pemberdayaan masyarakat melalui siklus pemecahan masalahDusun Bleder merupakan salah satu dusun yang berada di Desa Ngasinan dan berada dalam cakupan wilayah kerja Puskesmas Grabag I. Desa tersebut telah memiliki Forum Kesehatan Desa (FKD) dan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) sehingga memenuhi criteria sebagai desa siaga dan desa sehat. Dengan demikian, hal tersebut menjadikan alasan kami untuk memilih Dusun Bleder sebagai dusun yang akan kami fasilitasi dalam hal pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan SMD, MMD hingga intervensi desa.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa masalah, antara lain:1. Masalah kesehatan apa yang terdapat di Dusun Bleder Desa Ngasinan?2. Bagaimanakah pola perilaku masyarakat, lingkungan, pelayanan kesehatan, kependudukan, kesadaran, dan lain-lain di Dusun Bleder Desa Ngasinan, yang mempengaruhi status kesehatan di dusun tersebut?3. Apa saja alternatif pemecahan masalah kesehatan yang terdapat di Dusun Bleder Desa Ngasinan?I.3. Tujuan KegiatanTujuan dari dilaksanakannya kegiatan ini adalah:Tujuan Umum:Mengetahui masalah kesehatan masyarakat di Dusun Bleder Desa Ngasinan, serta melakukan kegiatan intervensi terhadap berbagai masalah yang ditemukan.Tujuan Khusus:1. Mengetahui data umum (keadaan geografis, demografi, dan sosial ekonomi) di Dusun Bleder Desa Ngasinan Kecamatan Grabag.2. Mengetahui masalah kondisi lingkungan (perumahan, sumber air, jamban, saluran pembuangan air limbah / SPAL dan pembuangan sampah) di Dusun Bleder Desa Ngasinan Kecamatan Grabag.3. Mengetahui pola perilaku yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat di Dusun Bleder Desa Ngasinan Kecamatan Grabag.4. Mencari masalah kesehatan bersama warga Dusun Bleder Desa Ngasinan Kecamatan Grabag Bersama dengan masyarakat mencari upaya pemecahan masalah kesehatan Dusun Bleder Desa Ngasinan Kecamatan Grabag

I.4. Manfaat Kegiatan

1. Bagi warga Dusun Bleder Desa Ngasinan Kecamatan Grabag :a. Mengetahui masalah kesehatan yang ada di dusunnyab. Mampu mengadakan Survei Mawas Diri (SMD) dalam membahas masalah kesehatan yang ada di Dusun Bleder Desa Ngasinan Kecamatan Grabag.c. Mampu memanfaatkan potensi yang ada di Dusun Bleder Desa Ngasinan Kecamatan Grabag untuk menyelesaikan berbagai masalah kesehatan yang ada.d. Menumbuhkan kesadaran berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

2. Bagi Puskesmas:Mengetahui masalah kesehatan yang ada di Dusun Bleder Desa Ngasinan Kecamatan Grabag sehingga dapat mencari solusi untuk mengatasi masalah kesehatan.

3. Bagi Mahasiswa:Menambah pengetahuan mengenai kegiatan survei mawas diri dan musyawarah masyarakat desa.

I.5. Metodologi Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan di Dusun Bleder Desa Ngasinan Kecamatan Grabag meliputi empat langkah pokok sebagai berikut: a) Pendekatan tingkat desa (Pertemuan Pra SMD),b) Survei Mawas Diri (SMD), c) Musyawarah Masyarakat Desa (MMD), dan d) Kegiatan intervensi.

Pra-SMD merupakan sebuah pertemuan dengan perangkat dusun, Ketua RT/RW, Kader/tokoh masyarakat. Pertemuan ini menjelaskan tentang perlunya peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, SMD dan cara pengisian kuesioner serta MMD. SMD mempunyai tujuan agar warga Dusun Bleder Desa Ngasinan dapat mengetahui masalah kesehatan di wilayah dusun ini dengan cara pengisian kuesioner oleh warga sendiri. Tahap selanjutnya adalah MMD, pada tahap ini dilakukan pertemuan dengan perangkat desa, dusun, kader, tokoh masyarakat, dan masyarakat untuk membahas hasil SMD. Adapun tahapan berikutnya adalah intervensi terhadap masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada. Intervensi olehdoktermuda ini dilakukan dalam bentuk penyuluhan. Dalam survei kesehatan di Dusun Dusun Bleder Desa Ngasinan Kecamatan Grabag, yang dilakukan pada tanggal 22 24 Februari 2015, sampel yang digunakan sebanyak 100 kepala keluarga yang telah memenuhi kriteria inklusi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan adalah sebagai berikut : Kriteria inklusi : 1. Responden adalah kepala keluarga atau perwakilan kepala keluarga dari tiap keluarga2. Responden hadir saat dilakukan kegiatan survei 3. Bersedia menjadi responden Kriteria eksklusi : 1. Responden tidak hadir saat dilakukan survei

Rancangan survei ini adalah dengan pengumpulan data. Jenis data yang diambil adalah data primer yang didapatkan dengan cara observasi dan wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan yang ada di Kantor Kepala Dusun Bleder Desa Ngasinan.Data yang terkumpul diolah untuk mengidentifikasi permasalahan. Setelah itu seluruh permasalahan yang ada dibawa ke Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) untuk ditentukan prioritasnya dengan menggunakan metode tabel modifikasi Hanlon (USGP). Selanjutnya dicari alternatif-alternatif pemecahan dari seluruh masalah yang ada. Tahapan intervensi masalah yang dirumuskan bersama dengan menggunakan tabel 2 x 2, yang berisi 2 kolom kategori mudah dan sulit serta 2 baris kategori penting dan kurang penting. Tabel ini bertujuan untuk menentukan rencana kegiatan yang dapat dilakukan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Setelah itu disusun program dan dilanjutkan dengan intervensi sesuai dengan situasi, kondisi, waktu, serta sumber daya yang ada pada warga Dusun Kwangsan. Evaluasi kegiatan dalam bentuk masalah non-fisik dapat dilakukan pada saat dilakukannya intervensi.2