19
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gitar adalah salah satu instrumen yang paling populer saat ini. Sama seperti instrumen lain, gitar juga memiliki sejarah tersendiri yang cukup panjang. Kebanyakan masyarakat awam sekarang beranggapan bahwa gitar hanya sebagai instrumen pengiring saja, tetapi pada kenyataannya gitar memiliki potensi yang lebih luas daripada sekedar untuk menjadi instrumen pengiring, yaitu sebagai instrumen solo yang dapat memainkan akord, bas dan melodi secara bersamaan. Dengan kata lain, gitar dapat memainkan satu komposisi harmoni yang lengkap dengan aspek- aspek polifonisnya. Gitar juga memiliki peran yang penting dalam alur sejarah musik klasik, sama halnya seperti kelompok instrumen gesek dalam orkestra juga memiliki akar historis yang berkaitan dengan instrumen petik yang merupakan evolusi awal dari gitar, seperti lute dan vihuela. 1

BAB I & II

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I & II

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Gitar adalah salah satu instrumen yang paling populer saat ini. Sama seperti instrumen

lain, gitar juga memiliki sejarah tersendiri yang cukup panjang. Kebanyakan masyarakat awam

sekarang beranggapan bahwa gitar hanya sebagai instrumen pengiring saja, tetapi pada

kenyataannya gitar memiliki potensi yang lebih luas daripada sekedar untuk menjadi instrumen

pengiring, yaitu sebagai instrumen solo yang dapat memainkan akord, bas dan melodi secara

bersamaan. Dengan kata lain, gitar dapat memainkan satu komposisi harmoni yang lengkap

dengan aspek-aspek polifonisnya. Gitar juga memiliki peran yang penting dalam alur sejarah

musik klasik, sama halnya seperti kelompok instrumen gesek dalam orkestra juga memiliki akar

historis yang berkaitan dengan instrumen petik yang merupakan evolusi awal dari gitar, seperti

lute dan vihuela.

Sebagai miniatur orkestra, gitar mampu menghadirkan kekayaan warna suara melalui

berbagai eksplorasi teknik seperti yang tampak pada Gran Jota karya Francisco Tarrega. Karya

ini mengandung hampir semua teknik yang dapat dimainkan pada gitar klasik, mulai dari teknik

harmonik, tremolo, slur, tambora, sampai kepada efek suara fagot dan perkusi. Karya tersebut

telah dipilih oleh penulis sebagai bahan utama penyajian resital tugas akhir dalam rangka

menyelesaikan program S1 jurusan musik karena karya ini menampilkan perbendaharaan teknik

1

Page 2: BAB I & II

bermain gitar yang lebih luas. Oleh karena itu, beberapa analisis terhadap teknik-teknik tersebut

telah ditetapkan untuk digunakan sebagai pelengkap laporan ini.

Istilah Jota adalah sebuah jenis musik dan tari yang dikenal di seluruh Spanyol,

kemungkinan besar berasal dari kota Aragón. Jota adalah tarian yang bersifat gembira yang

ditampilkan oleh satu orang atau lebih, diiringi oleh seorang pemain gitar yang juga bernyanyi

dan memainkan kastanyet (Oxford Dictionary of Music). Variasi tarian ini tergantung kepada

tempat dimana tari tersebut berada, setiap daerah memiliki bentuk dan karakteristik yang

berbeda. Jota cenderung menggunakan metrum 3/4, meskipun beberapa penulis berpendapat

bahwa metrum 6/8 lebih sesuai dengan struktur puitis dan koreografi dari Jota tersebut.

Gran Jota karya Francisco Tarrega sangat menarik untuk dimainkan walaupun pada

prakteknya merupakan karya yang sangat sulit secara teknis dan interpretasi. Di samping itu,

dalam karya ini Tarrega membuat introduksi yang menuntut teknik yang tinggi serta banyak

variasi yang menampilkan kekayaan warna suara pada gitar klasik, seperti teknik-teknik vibrasi,

slur cepat, efek-efek suara fagot dan perkusi sehingga karya ini menuntut keterampilan bermain

yang tinggi dari seorang gitaris untuk dapat memainkannya dengan baik dan benar. Tentunya

menjadi tantangan tersendiri bagi penulis untuk dapat menampilkan karya ini dengan baik.

2

Page 3: BAB I & II

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka pembahasan dalam analisis ini

didasarkan atas rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana eksplorasi teknik yang diterapkan oleh Francisco Tarrega pada Gran

Jota?

2. Bagaimana kedudukan Gran Jota karya Francisco Tarrega dalam repertoar gitar

klasik?

3. Bagaimana mengatasi tantangan teknis yang terdapat pada karya Gran Jota?

1.3. Tujuan dan Manfaat

1.3.1. Tujuan

Terkait dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah :

1. Untuk memperoleh pengetahuan mengenai teknik-teknik gitar klasik yang diterapkan

pada karya Gran Jota oleh Francisco Tarrega.

2. Untuk memperoleh pengetahuan tentang keberadaan Gran Jota karya Francisco Tarrega

sebagai bagian dari repertoar gitar klasik.

3. Untuk memberikan referensi dalam mengatasi tantangan-tantangan teknis yang terdapat

dalam Gran Jota karya Francisco Tarrega.

3

Page 4: BAB I & II

1.3.2. Manfaat

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan dalam pembahasan karya tulis ini, maka

manfaat yang ingin dihasilkan adalah sebagai berikut :

1. Sebagai kontribusi terhadap pengembangan pendidikan musik di perguruan tinggi,

khususnya di bidang Kesenimanan yang berkaitan dengan penentuan standar repertoar

dalam penyusunan program resital.

2. Menyumbangkan pengetahuan mengenai eksplorasi teknik-teknik permainan gitar klasik

sehingga bermanfaat bagi para gitaris yang ingin memasuki tingkat keterampilan diploma

atau yang setara dengan level konsentrasi Kesenimanan dalam kurikulum S1 Seni Musik

khususnya di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas HKBP Nommensen.

3. Sebagai referensi teknis untuk mengatasi tantangan-tantangan yang dihadapi dalam

memainkan repertoar-repertoar standar dalam permainan gitar klasik.

4

Page 5: BAB I & II

BAB II

TINJAUAN HISTORIS REPERTOAR

2.1. Latar Belakang Historis

Graham Wade (2001) dalam bukunya A Concise History of the Classic Guitar menulis

Francisco Tárrega lahir pada tanggal 21 November 1852 di Villarreal, Spanyol. Pada saat kanak-

kanak, Tarrega telah belajar piano dan juga belajar sedikit tentang gitar dengan seorang gitaris

buta, Manuel Gonzalez. Pada tahun 1862, dia bertemu dengan Julián Arcas sewaktu mengadakan

resital gitar di Castellón yang menjadi titik balik bagi perjalanan karirnya sebagai gitaris.

Sekitar tahun 1869, Tarrega pergi ke Sevilla dan bertemu dengan Antonio de Torres,

seorang pembuat gitar terkenal untuk mencari gitar yang digunakan oleh Julian Arcas pada

waktu mengadakan resital di Castellon. Awalnya Tarrega hanya diberikan gitar yang lebih

murah, tetapi setelah Torres melihat permainan Tarrega, dia menjadi terkesan dengan

keterampilan Tarrega dalam bermain gitar. Akhirnya Torres memberikan salah satu gitar tebaik

buatannya untuk digunakan oleh Tarrega.

Setelah menyelesaikan tugas sebagai wajib militer, pada tahun 1874 Tarrega belajar ke

Real Conservatorio di kota Madrid untuk belajar piano dan ilmu harmoni. Dia juga sering

diundang untuk mengadakan resital gitar oleh para guru di konservatori tersebut. Tidak lama

setelah itu, Tarrega akhirnya mendedikasikan hidupnya untuk mengembangkan permainan gitar.

5

Page 6: BAB I & II

Tarrega telah mengembangkan banyak konsep dan penyempurnaan teknik yang sesuai

untuk diterapkan pada gitar klasik. Pada pelajaran-pelajaran yang diberikan untuk murid-

muridnya, Tarrega menganjurkan beberapa pedoman yang terperinci mengenai teknik posisi

tangan kiri dan tangan kanan serta tentang bagaimana penggunaan footstool yang tepat di bawah

kaki kiri.

Oleh karena kualitas suara yang baik dari gitar Antonio de Torres, dengan sangat teliti

Tarrega menulis transkripsinya dengan peletakan not yang tepat dan bagaimana memainkan not

tersebut pada fingerboard untuk mendapatkan efek-efek suara yang diinginkan. Tarrega sangat

peka dalam menghindari nada-nada yang tidak diinginkan pada saat memainkan open string atau

senar yang tidak ditekan pada fingerboard gitar.

Pengetahuan komposisi juga dia dapatkan dari Tomas Damas. Tahun 1870, Tarrega

sudah menjadi guru gitar yang terkenal, murid-muridnya antara lain : Miguel Llobet, Emilio

Pujol dan Daniel Fortea, sementara Andres Segovia juga mendapat pengaruh dari gaya musik

Tarrega. Setelah itu konser-konsernya mendapat pujian dari banyak orang dan dia pun semakin

terkenal. Selain memainkan komposisi-komposisi yang sudah ada, Tarrega juga mulai membuat

karya-karya baru untuk gitar.

Karena pada masa itu piano sangat terkenal dan banyak digemari orang, Tarrega menjadi

termotivasi untuk menulis ulang komposisi piano menjadi komposisi gitar. Komposisi piano

yang digubahnya menjadi karya gitar klasik antara lain adalah karya-karya dari Bach, Beethoven,

Chopin, Albeniz dan Mendelssohn.

6

Page 7: BAB I & II

Tetapi sangat disayangkan, pendekatan Tarrega pada komposisi yang sangat menggugah

dan indah membuat para komposer Eropa yang lain pada zamannya menjadi terbatas dan lebih

sederhana dalam menciptakan karya komposisi musik untuk gitar.

Semasa hidupnya Tarrega banyak menulis kompisisi untuk gitar klasik, baik untuk studi

maupun untuk konser, lebih dari 70 komposisi asli dan 120 komposisi transkrip dibuatnya. Karya

Tarrega yang terkenal antara lain : Recuerdos de la Alhambra, Capricho Arabe, Adelita, Gran

Jota, Danza Mora, Gran Vals. Bulan Januari 1906, dia menderita kelumpuhan di bagian sisi

kanan tubuhnya dan tidak pernah benar-benar pulih lagi. Tanggal 2 Desember 1909, dia

menyelesaikan karya terakhirnya, Oremus dan akhirnya dia meninggal di Barcelona pada tanggal

15 Desember 1906 pada usia 57 tahun.

Christopher Parkening (1999: 99) dalam bukunya The Art And Technique of the Classical

Guitar menyatakan Tárrega telah menyempurnakan teknik-teknik untuk gitar yang menjadi dasar

permainan gitar modern pada abad ke-20 dan menjadi salah satu pelopor terbesar dalam sejarah

gitar klasik sehingga menjadi salah satu instrumen yang paling populer saat ini.

7

Page 8: BAB I & II

2.2. Sinopsis Karya-karya Resital Tugas Akhir

2.2.1. Domenico Scarlatti (1685 – 1757) – Sonata in D Minor L. 108

Sonata in D Minor L. 108 adalah salah satu karya yang paling terkenal dari Giuseppe

Domenico Scarlatti (26 Oktober 1685 – 23 Juli 1757), seorang komponis dan harpsikordis Italia

pada masa Barok. Sonata in D Minor ini adalah karya asli untuk harpsikord yang diadaptasikan

ke dalam permainan instrumen gitar klasik. Scarlatti telah menggubah lebih dari 500 Sonata

termasuk yang paling terkenal Sonata in E minor, L. 022, Sonata in D minor, L. 108, Sonata in G

minor, L499 dan Sonata in A major, L. 301 untuk harpsikord dan beberapa karya untuk musik

gereja dan opera (http://musiced.about.com/od/baroque/p/scarlatti.html).

2.2.2. Fernando Sor (1778 – 1839) – Variations on a theme of Magic Flute Op. 9

Fernando Sor lahir di Barcelona, Spanyol (14 Februari 1778 - 10 Juli 1839). Dia adalah

komponis dan gitaris yang sangat terkenal dengan komposisi musik gitarnya, baik untuk pemula

maupun untuk tingkat lanjut. Awalnya Fernando Sor diharapkan untuk melanjutkan karir

ayahnya yang bekerja sebagai tentara kerajaan, tetapi hal ini berubah karena dia lebih

menyenangi musik opera. Waktu itu, Sor mengenal gitar sebagai alat musik yang masih

dianggap rendahan jika dibandingkan dengan alat musik lainnya di orkestra. Sor yang masih

kecil pada waktu itu memiliki kemampuan untuk mendapat pendidikan musik. Karir musiknya

tidak semulus yang diperkirakan orang seperti namanya yang sangat terkenal sampai saat ini.

Setelah Sor meninggalkan Spanyol, dia mencoba karirnya sebagai virtuoso gitar dan komponis di

8

Page 9: BAB I & II

Perancis, tetapi karyanya dianggap aneh dan tidak disukai orang. Kemudian Sor mencoba lagi ke

Inggris dan dia pun mulai terkenal disana dan juga mencoba menulis buku tentang musik gitar

untuk balet dan opera. Pada tahun 1823, Sor sudah sangat terkenal di London dan mulai

mengembangkan musik gitarnya ke Rusia dan menetap selama 3 tahun disana.

Di masa tuanya, dia kembali ke Paris dan memutuskan untuk hidup sebagai penulis buku

gitar dengan menyesuaikan kebutuhan masyarakat pada saat itu. Salah satu karyanya yang paling

terkenal adalah Variations on a Theme of Magic Flute Op. 9. Karya ini berjenis tema dan variasi

yang digubah oleh Sor dari tema opera Magic Flute karya W.A. Mozart.

(http://guitar-indonesia.blogspot.com/2009/12/fernando-sor.html)

2.2.3. Enrique Granados (1867 – 1916) – Danza Espanola No. 5 (Andalusia)

Enrique Granados adalah seorang komponis dan pianis asal Spanyol (27 Juli 1867 – 24

Maret 1916). Sejak muda dia sudah belajar piano di Barcelona dan kemudian belajar ke Paris

dengan Francisco Jurnet dan Joan Baptista Pujol serta belajar komposisi dengan Felipe Fedrell,

sehingga gaya musiknya agak mirip dengan Isaac Albeniz.

Komposisi pianonya telah banyak diadaptasikan oleh komponis gitar untuk menjadi

repertoar gitar klasik, salah satu yang paling terkenal adalah Danza Espanola No.5 yang digubah

oleh Miguel Llobet. Dia meninggal di perjalanan kapal di selat Inggris pada 24 Maret 1916

karena kapal yang ditumpanginya ditenggelamkan oleh kapal perang Jerman pada perang dunia

pertama (http://guitar-indonesia.blogspot.com/2010/09/enrique-granados.html).

9

Page 10: BAB I & II

2.2.4. Francisco Tarrega (1852 – 1909) – Gran Jota

Jota adalah sebuah jenis musik dan tari yang dikenal di seluruh Spanyol, kemungkinan

besar berasal dari kota Aragón. Variasi tarian ini tergantung kepada tempat dimana tari tersebut

berada, setiap daerah memiliki bentuk dan karakteristik yang berbeda. Di Aragon, Kastilia,

Navarra, Cantabria, Asturias, Galicia, Murcia dan daerah timur Andalusia. Saat ditampilkan

untuk representasi visual, Jota dibawakan dengan menari sambil bernyanyi dengan diiringi oleh

alat musik dan penari cenderung memakai kostum yang berbeda, tergantung dari daerah asalnya

masing-masing. Sementara di Valencia, Jota pernah ditampilkan saat upacara pemakaman.

Jota cenderung menggunakan metrum 3/4, meskipun beberapa penulis berpendapat

bahwa metrum 6/8 lebih sesuai dengan struktur puitis dan koreografi dari Jota tersebut. Untuk

interpretasi pada saat ditampilkan, gitar, bandurrias, kecapi, dulzaina, dan drum digunakan dalam

gaya Castilia, sedangkan Galicians menggunakan bagpipe, drum, dan bombos. Versi teaternya

juga dibawakan dengan tarian dan nyanyian dengan musik pengiring dan menggunakan kostum

daerah, meskipun hal tersebut tidak digunakan ketika menampilkan Jota dalam acara yang tidak

formal.

Isi dari lagu-lagunya juga cukup beragam, mulai dari patriotisme dan agama sampai

kepada eksploitasi seksual. Selain itu, lagu-lagunya juga memiliki efek untuk membantu

menghasilkan rasa identitas daerah lokal dan perpaduan dari gaya tarian yang berbeda di setiap

daerah. Hentakan langkah dari tarian Jota tidak seperti waltz, meskipun dalam beberapa kasus

Jota memiliki variasi yang lebih banyak lagi dan mungkin mirip dengan tarian waltz.

10

Page 11: BAB I & II

Selanjutnya, lirik cenderung ditulis dalam delapan suku kata, dengan ulangan bunyi awal pada

kata yang berurutan di bait pertama dan ketiga (http://en.wikipedia.org/wiki/Jota_(music)).

Gran Jota karya Francisco Tarrega adalah musik gitar yang terinspirasi dari tarian Jota

lalu disajikan dalam bentuk introduksi dan variasi dengan menggunakan beragam teknik.

Menurut wawancara via Facebook, Jubing Kristianto mengatakan bahwa Francisco Tarrega

seperti menggelar pawai atau arak-arakan aneka bebunyian dan teknik lewat berbagai variasi

dari tema utama lagu ini. Mungkin dia juga ingin memamerkan kelebihan gitar dalam

menghasilkan macam-macam suara unik yang tidak bisa ditiru oleh instrumen lain.

2.2.5. Andrew York (1958 - ) – Sunburst

Andrew York (lahir 1958) adalah gitaris dan komponis Amerika. Komposisi dan

aransemennya untuk gitar telah mendapat pengakuan yang luas dikalangan musisi dan penonton,

terutama setelah John Williams merekam dua karyanya Lullaby dan Sunburst. Andrew York

adalah anggota dari “Los Angeles Guitar Quartet” dari tahun 1990 hingga 2006 dan telah

melakukan banyak tur dan memenangkan penghargaan musik Grammy Award. Sunburst

terdapat di albumnya yang berjudul “Perfect Sky” yang dirilis pada tahun 1986

(http://www.andrewyork.net).

11

Page 12: BAB I & II

2.2.6. Jubing Kristianto (1966 - ) – Amelia

Menurut situs http://www.jubing.net, Jubing Kristianto adalah pemegang rekor empat

kali juara nasional "Yamaha Festival Gitar Indonesia" (1987, 1992, 1994, dan 1995). Dia juga

penerima Distinguished Award di "Yamaha South-East Asia Guitar Festival" pada tahun 1984.

Dia belajar gitar klasik dari Suhartono Lukito dan Arthur Sahelangi di Sekolah Musik Yamaha di

Semarang dan Jakarta.

Pendidikan formalnya bukan di bidang musik melainkan kriminologi dari Universitas

Indonesia. Setelah bekerja sebagai wartawan selama 13 tahun, pada tahun 2003 Jubing pun

menjadi gitaris. Dia sekarang melakukan kegiatan sebagai guru gitar, penguji dan endorsee untuk

Yamaha Music Indonesia.

Jubing telah merilis tiga album gitar : Becak Fantasy (2007), Hujan Fantasy (2008),

Delman Fantasy (2009), dan Kaki Langit (2011) diproduksi oleh IMC Record. Sebagian besar

adalah karya gitar dari aransemen dan komposisinya sendiri. Lagu anak-anak, lagu rakyat dan

lagu-lagu pop adalah bahan favoritnya. Albumnya “Becak Fantasy” telah terdaftar sebagai salah

satu dari "20 Album Terbaik Indonesia tahun 2008" di Majalah Rolling Stone Indonesia.

Karya “Amelia” ini didedikasikan untuk Iwan Tanzil, salah seorang gitaris klasik terbaik

Indonesia yang sekarang tinggal di Jerman. Judul karya ini diambil dari nama seorang gadis pada

"A Bunch of Flowers on the Edge Cliff", sebuah cerita anak yang ditulis oleh Renny Yaniar.

12