BAB I, II, IIInew

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangIndonesia merupakan negara kepulauan dengan batas-batas wilayah daratan dan lautan yang telah diakui dunia Internasional. Negara Indonesia memiliki perbatasan dengan negara-negara tetangga baik perbatasan di darat maupun di laut. Indonesia berbatasan dengan Malaysia, Singapura, Papua New Guinea, Timor Leste dan Australia. Negara yang berbatasan di daratan adalah Indonesia dengan Papua New Guinea di Provinsi Papua dan Malaysia di Serawak dan Sabah di Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Daerah perbatasan ini dijaga oleh TNI Angkatan Darat dan Angkatan Laut dibantu oleh masyarakat yang berada di daerah perbatasan, terutama mereka yang berada pada perbatasan di darat seperti Pulau Kalimantan dan Papua. Hal ini membuat TNI harus berupaya meningkatkan ketahanan dan pertahanan di wilayah perbatasan untuk mewujudkan keamanan bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Batas wilayah laut dan daratan tersebut nampak jelas pada peta/atlas yang menggambarkan zona perbatasan yang harus dipatuhi. Wilayah perbatasan Indonesia dan Malaysia di Provinsi Kalimantan Barat berada pada Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang dan Kabupaten Kapuas Hulu. Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau, Kecamatan Jagaibabang Kabupaten Bangkayang dan Kecamatan Nangabadau Kabupaten Kapuas Huku adalah wilayah Kecamatan yang memiliki desa-desa yang berada pada garis perbatasan langsung dengan negara Malaysia. Keberadaan wilayah ini masih sangat terisolasi (tidak ada akses jalan yang baik pada sejumlah desa yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia) sehingga potensi aksesibilitas masyarakat lebih mengarah ke negara Malaysia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.Namun demikian dalam dekade terakhir Negara Indonesia yang aman dan makmur terkoyah dengan ulah dari negara-negara tetangga seperti Malaysia yang hingga kini terus memberikan gangguan terhadap kedaulatan negara Republik Indonesia, baik di wilayah lautan maupun wilayah daratan.Perbatasan Indonesia dan Malaysia di Provinsi Kalimatan Barat dan Kalimantan Timur merupakan zona konflik perbatasan yang terus menjadi permasalahan negara yang tidak ada habisnya. Zona perbatasan tersebut tidak mudah diawasi maupun dikendalikan oleh karena cakupan yang luas. Sejalan dengan perbatasan negara, Tentara Nasional Indonesia mendapat bagian tugas penting untuk mempertahankan wilayah Negara Republik Indonesia.Kedaulatan negara bukan berada pada TNI semata tetapi seluruh rakyat Indonesia yang merupakan simbol kesatuan untuk tujuan yang sama. Namun kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat di wilayah perbatasan membutuhkan adanya pembangunan yang merata. Pemerataan pembangunan di wilayah perbatasan bukan pekerjaan yang mudah tetapi membutuhkan strategi dan rencana yang matang. Disisi lain masyarakat membutuhkan pembangunan yang terus berlangsung, salah satunya seperti akses jalan untuk memudahkan transportasi masyarakat menuju pusat pemerintahan dll.Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah tentang Penanganan Pemerintah Terhadap Masalah Batasan Wilayah di Indonesia.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan dari latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:1. Bagaimanakah sistem penanganan batasan wilayah di Indonesia.2. Penyebab sering terjadinya kasus sengketa batasan wilayah di Indonesia.3. Apa yang membuat Indonesia lamban menangani kebanyakan kasus sengketa batasan wilayah dengan negara lain.

1.3 Tujuan MakalahAdapun tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:1. Mengetahui sistem penanganan batasan wilayah di Indonesia.2. Mengetahui Penyebab sering terjadinya kasus sengketa batasan wilayah di Indonesia.3. Mengetahui apa yang membuat Indonesia lamban menangani kebanyakan kasus sengketa batasan wilayah dengan negara lain.

1.4 Manfaat Makalah1. Sebagai bahan masukan untuk memberikan gambaran dan informasi tentang sengketa batasan wilayah di Indonesia.2. Sebagai bahan masukan untuk dijadikan acuan bagi pemerintah dalam melaksanakan penataan ruang perbatasan Indonesia.3. Sebagai masukan dalam meningkatan Ketahanan Nasional (Tannas) di wilayah perbatasan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian wilayah dan perbatasan Wilayah adalah sebuah daerah yang dikuasai atau menjadi teritorial dari sebuah kedaulatan. Pada masa lampau, seringkali sebuah wilayah dikelilingi oleh batas-batas kondisi fisik alam, misalnya sungai, gunung, atau laut. Sedangkan setelah masa kolonialisme, batas-batas tersebut dibuat oleh negara yang menduduki daerah tersebut, dan berikutnya dengan adanya negara bangsa, istilah yang lebih umum digunakan adalah batas nasional.Perbatasan adalah garis khayalan yang memisahkan dua atau lebih wilayah politik atau yurisdiksi seperti negara, negara bagian atau wilayah subnasional. Pada masa dulu banyak perbatasan yang tidak jelas posisinya. Di beberapa wilayah Indonesia. perbatasan ditandai dengan tapal batas. Tapal batas bisa berupa batu atau tugu berukuran besar ataupun kecil.2.2 Pengertian konflikKonflik merupakan suatu gejala yang umumnya muncul sebagai akibat dari interaksi manusia dalam hidup bermasyarakat. Konflik akan timbul ketika terjadi persaingan baik individu maupun kelompok. Konflik juga bisa dipicu karena adanya perbedaan pendapat antara komponen-komponen yang ada di dalam masyarakat membuatnya saling mempertahankan ego dan memicu timbulnya pertentangan.2.2.1 Jenis-jenis konflik1. Konflik Domestik : isu utamanya adalah suatu kondisi diamna terdapat masalah-masalah antar pemegang kekuasaan dengan penantangnya yang diselesaikan dengan cara damai.2. Konflik Regional : isu utama menekankan proses negosiasi dan hubungan antar negara tetangga. Bentuk hubungan bisa bersifat cooperative, competitive, dan transforming.3. Konflik Internasional : isunya sama dengan konflik regional tetapi cakupannya lebih luas.2.3 Batas-batas wilayah di IndonesiaSetiap negara didunia ini tentu memiliki batas-batas tertentu yang manandai mana wilayahnya dan bukan, begitu pula dengan Indonesia yang memiliki batas-batas tertentu untuk wilayahnya. Kita sudah mengetahui bahwa Indonesia adalah negara maritim, dimana dua pertiga luas wilayah Indonesia adalah lautan. Jadi, tidaklah mengherankan jika batas-batas wilayah laut Indonesia berhubungan dengan 10 negara sedangkan perbatasan wilayah darat Indonesia hanya berhubungan dengan tiga negara.2.3.1 Batas-batas wilayah Indonesia bagian utaraIndonesia berbatasan langsung dengan Malaysia (bagian timur), tepatnya disebelah utara Pulau Kalimantan. Malaysia merupakan satu dari tiga negara yang berbatasan langsung dengan wilayah darat Indonesia. Meskipun Indonesia dan Malaysia bertetangga dan satu rumpun, akan tetapi tidak jarang terjadi konflik akibat permasalahan pemahaman terhadap batas-batas negara. Salah satu berita yang menggemparkan dunia adalah persengketaan Pulau Sipadan Ligitan yang dahulu merupakan pulau terluar Indonesia sekaligus batas Indonesia sebelah utara. Sekarang Pulau Sipadan dan Ligitan adalah bagian dari negara Malaysia, hal ini berdasarkan kesepakatan di Mahkamah Internasional.Wilayah laut Indonesia sebelah utara berbatasan langsung dengan laut lima negara, yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam dan Filipina. Batas-batas wilayah laut seringkali tidak jelas dan membuat sedikit ketegangandilapangan, utamanya adalah Indonesia-Malaysia dan Indonesia-Singapura diperairan Malaka (Selat Malaka). Sudah sering rasanya kita melihat berita penangkapan petugas Indonesia terhadap nelayan Malaysia, atau sebaliknya. Untuk perbatasan laut Indonesia dengan tiga negara lainnya, yaitu Thailand, Vietnam, dan Filipina jarang sekali ada permasalahan, hal ini mungkin dikarenakan secara geografis letak Indonesia dengan tiga negara tersebut cukup jauh.2.3.2Batas-batas wilayah Indonesia bagian baratSebelah barat wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan perairan negara India. Tidak ada negara yang berbatasan langsung dengan wilayah darat Indonesia disebelah barat. Walaupun secara geografis daratan Indonesia terpisah jauh dengan daratan India, tetapi keduanya memiliki batas-batas wilayah yang terletak dititik-titik tertentu disekitar Samudera Hindia dan Laut Andaman. Dua pulau yang menandai perbatasan Indonesia-India adalah Pulau Ronde di Aceh dan Pulau Nicobar di India. Walaupun kedua negara terpisah jauh, akan tetapi pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan perbatasan seringkali terjadi, terutama dilakukan oleh para nelayan.2.3.3Batas-batas wilayah Indonesia bagian timurWilayah timur Indonesia berbatasan langsung dengan daratan Papua New Guinea dan perairan Samudera Pasifik. Indonesia dan Papua New Guinea telah menyepakati hubungan bilateral antar kedua negara tentang batas-batas wilayah, tidak hanya wilayah darat melainkan juga wilayah laut. Wilayah Indonesia sebelah timur, yaitu Provinsi Papua berbatasan dengan wilayah Papua New Guinea sebelah barat, yaitu Provinsi Barat (Fly) dan Provinsi Sepik Barat (Sandaun). Meskipun demikian, kenyataan dilapangan akan menjadi tantangan yang sebenarnya, kesamaan budaya dan hubungan kekerabatan disekitar perbatasan memungkinkan timbulnya permasalahan dikemudian hari.

2.3.4Batas-batas wilayah Indonesia bagian selatanIndonesia sebelah selatan berbatasan langsung dengan wilayah darat Timor Leste, perairan Australia dan Samudera Hindia. Timor Leste adalah bekas wilayah Indonesia yang telah memisahkan diri menjadi negara sendiri pada tahun 1999, dahulu wilayah ini dikenal dengan Provinsi Timor Timur. Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah Provinsi yang berbatasan langsung dengan wilayah Timor Leste, tepatnya di Kabupaten Belu. Selain itu, Indonesia juga berbatasan dengan perairan Australia. Diawal tahun 1997, kedua negara ini telah menyepakati batas-batas wilayah negara keduanya yang meliputi Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) dan batas landas kontinen.2.4Sengketa perbatasan wilayah2.4.1 Kasus-kasus sengketa batas wilayah di Indonesia dengan negara lain2.4.1.1 Kasus Perbatasan Camar Bulan dan Tanjung DatuSengketa perbatasan RI dengan negara tetangga yang terjadi di Tanjung Datu dan Camar Bulan, Kalimantan Barat, ternyata hanya gunung es dari ribuan masalah sengketa perbatasan yang masih menunggu upaya penyelesaiannya. Karena itu, pemerintah diminta serius menuntaskan batas wilayah dengan negara tetangga karena menyangkut kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Menurut dia, seharusnya pemerintah dapat meminta Malaysia untuk menghormati status quo yang berlaku saat ini. Hal ini terkait MoU antara Indonesia dan Malaysia pada 1978 mengenai Outstanding Boundary Problems (OBP) Tanjung Datu yang dianggap belum berlaku efektif.Dia menyebutkan, pemerintah juga sebaiknya meminta Pemerintah Malaysia bersedia melakukan survei dan merundingkan kembali titik-titik koordinat karena ada perkembangan di Indonesia yang tidak memungkinkan koordinat-koordinat tersebut dijadikan dasar bagi perjanjian perbatasan kedua negara.Sementara itu, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menegaskan, hingga kini pihaknya tidak menemukan fakta pencaplokan wilayah perbatasan di NKRI, seperti di Kalimantan Barat, Camar Bulan, dan Tanjung Datu, oleh Malaysia. Sejauh ini, informasi pencaplokan itu sebatas rumor tanpa dasar.2.4.1.2 Sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan Sengketa klaim Sipadan Ligitan antara Indonesia dengan Malaysia mulai muncul pada tahun 1967. Ketika ditengah kedua negara sedang merundingkan batas landas kontinen, masing-masing negara ternyata memasukkan pulau Sipadan dan pulau Ligitan ke dalam batas-batas wilayahnya. Malaysia menyatakan bahwa pulau Sipadan dan Ligitan termasuk dalam wilayah kedaulatannya. Padahal menurut Indonesia kedua pulau tersebut tercatat wilayah kedaulatannya. Sejak saat itu berlangsung berbagai pertemuan dan perundingan antara kedua negara bertetangga tersebut untuk menyelesaikan sengketa secara damai.Kedua negara lalu sepakat agar Sipadan dan Ligitan dinyatakan dalam keadaan status status quo akan tetapi ternyata pengertian ini berbeda. Pihak Malaysia membangun resor parawisata baru yang dikelola pihak swasta Malaysia karena Malaysia memahami status quo sebagai tetap berada di bawah Malaysia sampai persengketaan selesai, sedangkan pihak Indonesia mengartikan bahwa dalam status ini berarti status kedua pulau tadi tidak boleh ditempati/diduduki sampai persoalan atas kepemilikan dua pulau ini selesai. Pada tahun 1969 pihak Malaysia secara sepihak memasukkan kedua pulau tersebut ke dalam peta nasionalnya.Setelah hampir 30 tahun, perundingan tiba pada jalan buntu, karena baik Indonesia yang bertahan pada posisi dan argumentasi bahwa kedua pulau tersebut telah menjadi bagian wilayahnya sejak masa penjajahan Belanda, maupun Malaysia yang juga meyakini kedaulatannya atas pulau-pulau tersebut sejak masa colonial Inggris, tetap bertahan pada posisi masing-masing. Pada 1997 kedua belah pihak sepakat menempuh jalan hukum yaitu dengan menyerahkan sengketa tersebut kepada Mahkamah Internasional.2.4.1.3Sengketa Pulau BatekPulau Batek, salah satu pulau terluar yang terletak Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) terancam menjadi milik Timor Leste, jika masalah perbatasan antarnegara di kecamatan itu tak segera diselesaikan.Pulau Batek adalah satu dari empat pulau terluar di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dijaga oleh anggota TNI. Empat pulau terluar itu adalah Pulau Batek, Ndana Rote, Ndana Sabu, dan Mengudu di Sumba Timur.Dengan belum adanya kesepakatan batas antar-kedua negara itu, maka ditetapkan zona bebas di Desa Naktuka, Kecamatan Amfoang Timur. Kedua belah pihak dilarang beraktifitas di zona tersebut.Sementara itu, Bupati Kupang, Ayub Titu Eki mengatakan penyelesaian masalah batas antara Indonesia dan Timor Leste khususnya di wilayah Naktuka, Kabupaten Kupang menjadi urusan pemerintah pusat, sehingga pemerintah daerah hanya melakukan pendekatan adat agar tidak terjadi konflik di perbatasan kedua negara.

2.4.1.4 Sengketa perbatasan maritim dengan FilipinaFilipina dan Indonesia telah menandatangani persetujuan untuk menyelesaikan sengketa perbatasan laut setelah 20 tahun negosiasi, dan para pemimpin kedua negara bertetangga itu bertekad untuk membina hubungan yang lebih erat.Presiden Filipina Benigno Aquino ke-III dan Presiden Indonesia yang akan habis masa jabatannya, Susilo Bambang Yudhoyono, pada Jumat (23/5) menyaksikan penandatanganan persetujuan yang menarik garis perbatasan Zona Ekonomi Eksklusif kedua negara di Laut Mindanao dan Laut Sulawesi. Juga ditandatangani adalah persetujuan mengenai kerjasama anti-terorisme dan pendidikan perguruan tinggi.Aquino mengatakan persetujuan perbatasan itu merupakan bukti tekad kuat kita untuk menjunjung kekuasaan hukum dan menempuh penyelesaian damai dan adil kepentingan maritim.Filipina sedang tersangkut dalam sengketa wilayah dengan China di Laut China Selatan dan telah mengajukan satu kasus ke hadapan Mahkamah Internasional.

BAB IIIPEMBAHASANSeperti yang tergambarkan dalam penjelasan sebelumnya bahwa negara kita Indonesia ini memiliki banyak sekali wilayah-wilayah atau daerah yang berbatasan langsung dengan wilayah dari negara lain, mulai dari yang berbatasan dengan laut maupun darat. Namun dari data yang didapat perbatasan langsung di laut memang yang paling mendominasi daripada yang perbatasan di darat. Dari banyaknya jumlah wilayah perbatasan Indonesia dengan negara lain ini yang juga merupakan faktor utama pemicu terjadinya banyak pula sengketa-sengketa / claim wilayah perbatasan tersebut dengan negara lain.Sengketa-sengketa dan permasalahan perbatasan wilayah Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara lain ini harus segera diambil tindakan penyelesaian oleh pemerintah. Pengerahan anggota TNI secara maksimal merupakan langkah awal untuk menangani ini, pengerahan anggota TNI ini merupakan jalan untuk menjaga wilayah-wilayah perbatasan, langkah ini merupakan langkah yang paling awal dilakukan, sehingga dengan dijaganya wilayah perbatasan di Indonesia akan sangat meminimalkan angka sengketa-sengketa dengan negara lain, dengan penjagaan anggota TNI itu merupakan sebuah identitas wilayah bagian dari Indonesia, dan mengembalikan fungsi utama dari TNI yaitu menjaga keamanan dan keutuhan NKRI. Namun disisi lain tidak bisa dipandang hanya TNI saja sebagai garda penjaga keutuhan dan keamanan NKRI, namun seluruh rakyat Indonesia juga mempunyai tanggung jawab yang sama dalam menjaga keutuhan dan keamanan NKRI. Namun tidak mudah juga untuk mengerahkan rakyat dalam ikut menjaga keutuhan dan keamanan NKRI bila dalam jiwa setiap rakyat Indonesia tidak memiliki jiwa bela negara. Maka disinilah peran pemerintah daerah perbatasan untuk membentuk jiwa rakyatnya menjadi jiwa bela negara yang tinggi guna membantu seluruh permasalahan perbatasan terutama dalam peran menjaga keutuhan dan keamanan NKRI. Salah satu caranya yaitu mungkin dengan memberikan pendidikan yang layak untuk rakyat di wilayah perbatasan, karena dengan mendapatkan pendidikan yang layak, maka rakyat wilayah perbatasan akan menjadi insan cendekiawan dan akademisi yang baik sehingga akan mudah mengajak mereka untuk memiliki jiwa bela negara demi tujuan untuk secara bersama menjaga keutuhan dan keamanan NKRI, namun secara global, tidak hanya tugas berat bagi rakyat wilayah perbatasan saja, namun juga seluruh rakyat Indonesia mempunyai tanggung jawab dan kewajiban yang sama untuk menjaga keutuhan dan keamanan NKRI khususnya wilayah perbatasan. Kembali ke peran pemerintah daerah wilayah perbatasan dalam menjaga keamanan dan keutuhan wilayah perbatasan, yakni memantau secara langsung keadaan setempat. Utamanya pemerintah daerah tersebut, harus segera memberikan identitas-identitas NKRI pada wilayah perbatasan tertentu terutama pada wilayah atau pulau yang msh belum memiliki nama atau identitas tertentu namun secara geografis memang masuk dalam wilayah NKRI, pemerintah daerah berhak memberikan nama/identitas suatu pulau / wilayah karena memang memiliki hak untuk itu, karena Indonesia menganut sistem pemerintahan otonomi daerah dimana setiap daerah / wilayah tertentu berhak diatur oleh pemerintah daerah setempat. Selain identitas secara umum, pemerintah daerah perbatasan juga memastikan bahwa identitas secara khusus sudah memiliki hak milik secara utuh dan terjaga dengan baik, seperti adat, budaya, ciri khas kebangsaan, makanan khas, lagu daerah, dll, karena di wilayah perbatasan, identitas secara khusus akan sangat mudah menjadi bahan sengketaan pula. Selain itu memastikan bahwa setiap rakyat didaerah perbatasan telah memiliki pengakuan sebagai WNI. Disamping tugas dari pemerintah daerah untuk menjaga keutuhan dan keamanan wilayah NKRI di perbatasan, pemerintah pusat memiliki peran dan tanggung jawab tersendiri, yang utama yakni membuat perjanjian perdamaian antara Indonesia dengan negara lain yang berbatasan langsung dengan Indonesia baik yang berbatasan di laut maupun di darat. Pengadaan perjanjian perdamaian ini memang tidak bisa dilakukan oleh pemerintah daerah namun memang wewenang dari pemerintah pusat. Namun pada dasarnya kedua pemerintahan ini saling bekerja sama dan memiliki tujuan yang sama. Pada kenyataannya penanganan permasalahan di perbatasan ini terasa lamban, memang kembali lagi bahwa negara Indonesia ini memiliki wilayah perbatasan yang sangatlah luas sekali, jadi ini merupakan tugas yang tidak mudah bagi pemerintah khususnya di pusat. Luasnya wilayah-wilayah perbatasan ini yang menjadikan penyebab utama mengapa penanganan terasa lamban, maka dari itu disinilah peran pemerintah daerah yang ikut membantu pemerintah pusat dalam pengaturan, penjagaan, ataupun penyelesaian masalah, sengketa di perbatasan, terutama untuk keutuhan dan keamanan NKRI. Selain itu banyak sekali permasalahan negara yang harus diselesaikan dan menjalankan roda pemerintahan yang begitu banyak, karena jauhnya kondisi wilayah perbatasan ini menjadikan pemerintah pusat sedikit menomer duakan persoalan di perbatasan, padahal ini permasalahan serius demi NKRI tetap utuh, kembali lagi memang peran pemerintah daerah perbatasan yang harus andil besar dalam penanganan utama selebihnya diseimbangkan oleh pemerintah pusat. Bila berkaca pada penjabaran penanganan persoalan di perbatasan, memang bukanlah hanya tugas, tanggung jawab dan kewajiban beberapa pihak saja di Indonesia, namun seluruh lapisan penghuni Negara Indonesia, mulai dari pemerintah (pusat & daerah), seluruh rakyat, TNI, dll. Kesemuanya memang harus saling bahu-membahu dalam menyelesaikan permasalahan serta dalam hal menjaga keutuhan & keamanan NKRI, kerjasama yang baik ini nantinya akan mengurangi proses yang lamban dalam penanganannya, serta meningkatkan kualitas proses penanganan.Terjadinya kasus-kasus dan permasalahan sengketa perbatasan ini memang tidak bisa dihindari adanya, dan bahkan mencapai tingkat sering dalam kejadiannya, lalu mengapa hingga di negara kita ini sering terjadi permasalahan di wilayah perbatasan?? Mungkin penyebab sering terjadinya permasalahan atau sengketa di perbatasan diantaranya adalah :1. Pemberlakuan otonomi daerah2. Ketidaksepahaman mengenai garis perbatasan antar negara yang belum banyak terselesaikan melalui mekanisme perundingan.3. Peningkatan persenjataan dan eskalasi kekuatan militer baik oleh negara-negara yang ada di kawasan, maupun dari luar kawasan.4. Eskalasi aksi terorisme lintas negara, dan gerakan separatisbersenjata yang dapat mengundang kesalahpahaman antar negara bertetangga.5. PengawasanKurangnya pengawasan Indonesia terhadap wilayah sendiri merupakan salah satu faktor terjadinya sengketa wilayah territorial.Masih minimnya perlengkapan perlengkapan pengawasan wilayah,apalagi Indonesia adalah negara yang luas.Mengawasi sebuah negara maritim yang memiliki ribuan pulau bukanlah yang mudah.Pemerintah perlu meningkatkan lagi tingkat pengawasan wilayah Indonesia.Tak hanya itu,masyarakat pun hendaknya juga berperan aktif dalam pengawasan tak hanya pemerintah saja.6. MasyarakatMasyarakat perbatasan adalah masyarakat yang sering dilema,mau tak mau sistem mereka terpengaruh oleh negara lain yang berbatasan dengan mereka.Faktor ekonomi menjadi faktor dominan penyebab terjadinya dilema masyarakat.Malaysia mengangkat WNI yang tinggal di perbatasan menjadi tentara Malaysia.Bayangkan saja,hal seperti itu lah pemicu konflik masalah wilayah,karna masyarakat sendiri yang lebih berpihak pada negara lain.Masyarakat sepenuhnya tak bisa juga dipersalahkan mengenai hal tersebut,pemerintah harus memperhatikan mereka7. Kebijakan pemerintah daerah perbatasanPemerintah daerah yang kurang tanggap terhadap wilayahnya,terutama pada bagian perbatasan dapat memicu terjadinya sengketa wilayah teritorial.Lembaga Regional Intiatives for Governance, Human Rights and Social Justice (Rights) ASEAN mencatat saat ini terdapat sekitar 1.000 pulau di Kepulauan Riau yang belum memiliki nama. Kebanyakan pulau itu tak bertuan dan dinilai berpotensi menimbulkan konflik teritori antara Indonesia, Singapura dan Malaysia."Pulau-pulau itu berbatasan langsung dengan Johor (Malaysia), Singapura dan Kepulauan Riau, "ucap Regional Director Rights ASEAN, Ellena Florance Manambe kepada VIVAnews di Jakarta,Selasa malam, 12 Oktober 2010.Menurut Ellena 1.000 pulau tersebut sepenuhnya berada di wilayah Indonesia.Adalah wewenang Pemda Kepulauan Riau untuk memberi nama pulau-pulau tersebut sesuai UU No. 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah. Pemda Kepri hendaknya segera melakukannya supaya pulau-pulau tersebut segera memiliki identitas. Jika tidak, lanjut Ellena, ada tiga masalah yang bakal timbul soal ekonomi,hukum,dan konflik kemanusiaan.8. Perjanjian batas wilayah kurang jelasPerjanjian batas wilayah yang kurang jelas antara negara negara yang berbatasan juga menjadi penunjang utama dari tindakan saling pengklaiman wilyah territorial,terutama yang kaya akan sumber daya alam.9. Faktor luarFaktor luar ini maksudnya adalah adanya ikut campur pihak lain. Pengamat intelijen, Wawan Purwanto, menduga ada pihak tertentu yang sengaja terus memancing di air keruh untuk mencari keuntungan dari konflik yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia.

Bila kita mengetahui sering terjadinya permasalahan di perbatasan maka langkah-langkah penanganan yang telah dijabarkan diatas haruslah benar-benar efektif dalam pelaksanaannya dan benar-benar konsisten serta secara terus-menerus. Dengan begitu tujuan utama untuk menjaga keutuhan dan keamanan NKRI secara umum dan khusus dapat terwujud dengan baik melalui kerjasama yang baik oleh seluruh lapisan penghuni Negara Kesatuan Republik Indonesia dari semua kalangan dan siapapun itu, serta disamping itu tercipta kehidupan bernegara yang penuh dengan kedamaian serta ketentraman dalam negara sendiri maupun dengan negara lain yang berbatasan langsung dengan Indonesia.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARANKesimpulanSejalan dengan banyaknya perbatasan-perbatasan langsung di Indonesia baik darat maupun laut, pengaktualisasian upaya terhadap terjadinya sengketa-sengketa yang terjadi akibat masalah perbatasan Indonesia dengan negara lain itu sangat penting. Ini demi kelangsungan keutuhan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Adanya sengketa-sengketa perbatasan itu lumrah terjadi akhir-akhir ini, namun yang bisa kita lakukan adalah dengan ikut andil dalam mempertahankan bersama pemerintah dan TNI sebagai upaya agar tidak terjadinya sengketa tersebut di kedepannya. Jika kita hanya bergantung pada peran pemerintah dan TNI saja, maka hanya akan sia-sia saja dan bahkan yang ditakutkan sengketa terjadi dimana-mana.

Saran Menurut kami, masih banyak hal-hal di Indonesia yang perlu diperbaiki sebagai upaya penangangan agar tidak terjadinya sengketa perbatasan. Dalam hal ini, harus adanya rasa ikut memiliki Negara pada tiap-tiap individu. Ini dirasa penting karena dengan adanya rasa ikut memiliki seseorang akan mampu dan mau mempertahankan apa yang seharusnya menjadi hak miliknya atau bisa dikatakan seseorang peduli terhadap hak miliknya. Kami yakin meskipun Indonesia memiliki wilayah yang luas, apabila kita tetap memiliki rasa memiliki terhadap Negara Indonesia tercinta kita ini, maka upaya untuk mempertahankan keamanan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini akan berjalan baik dan semakin baik kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

https://sites.google.com/site/manajemendaerah/ketahanan-nasional (Diakses pada tanggal 28-05-2014 pukul 23:24)http://id.wikipedia.org/wiki/Wilayah (Diakses pada tanggal 29-05-2014 pukul 1:53)http://id.wikipedia.org/wiki/Perbatasan_wilayah (Diakses pada tanggal 29-05-2014 pukul 1:53)http://www.invonesia.com/mengenal-batas-batas-wilayah-indonesia.html (Diakses pada tanggal 29-05-2014 pukul 2:05)http://ampdtaputnews.blog.com/83-2/ (Diakses pada tanggal 29-05-2014 pukul 14:48)http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/sengketa-pulau-sipadan-dan-ligitan.html (Diakses pada tanggal 29-05-2014 pukul 15:02)http://www.tempo.co/read/news/2013/10/25/173524605/Sengketa-Perbatasan-Satu-Pulau-Bisa-Lepas (Diakses pada tanggal 29-05-2014 pukul 22:33)http://www.voaindonesia.com/content/filipina-indonesia-tandatangani-pakta-perbatasan-laut-/1920863.html (Diakses pada tanggal 29-05-2014 pukul 22:47)http://marieffauzi.wordpress.com/2013/04/28/konflik-perbatasan-indonesia-singapura/ (Diakses pada tanggal 29-05-2014 pukul 23:00)http://fadhlylabstudio.blogspot.com/2011/12/klaim-wilayah-teritorial-indonesia.html (Diakses pada tanggal 29-05-2014 pukul 23:09)