Upload
kuwulumbung-masadepan
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan
tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah
pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik menekankan pada keterlibatan peserta
didik dalam pembelajaran secara lebih intens, kreatif, dan mandiri. Peserta didik
dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran. Dalam pendekatan ini,
keberhasilan akan tampak jika peserta didik mampu melakukan langkah-langkah
saintifik mulai dari mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
mengomunikasikan. Langkah-langkah ini merupakan satu kesatuan dan saling
mengait.
Jika dicermati dalam Kurikulum 2013, tidak secara eksplisit mencantumkam
kompetensi dasar yang berkaitan dengan karya sastra. Jika guru tidak cermat, bisa
jadi pembelajaran sastra tidak akan mendapatkan porsi yang maksimal dalam
pembelajaran. Padahal, pembelajaran sastra amatlah penting terutama dalam
penggalian nilai-nilai yang tersirat maupun yang tersurat dalam sebuah karya
sastra. Tampaknya Kurikulum 2013, mengintegrasikan pembelajaran sastra ke
dalam pembelajaran bahasa atau pembelajaran bahasa dapat juga dimulai dengan
pembelajaran sastra. Hal ini tampak dalam susunan buku khususnya buku Bahasa
Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik untuk kelas X. Pada pelajaran pertama,
kedua, ketiga, keempat ada teks-teks sastra baik berupa puisi, cerpen, maupun
1
2
monolog. Model pengintegrasian ini sebenarnya cukup baik jika pemahaman guru
terhadap bahasa dan sastra berimbang. Jika tidak, maka pembelajaran sastra akan
kurang mendapatkan porsi yang maksimal.
Menurut Winarno (2013:2): “Khusus dalam bahasa Indonesia pembelajaran
bahasa berbasis teks. Teks adalah satuan bahasa yang dimediakan secara tulis atau
lisan dengan tata organisasi tertentu untuk mengungkapkan makna dalam konteks
tertentu pula”. Karya sastra adalah sebuah teks baik lisan maupun tulisan.
Konteks-konteks dalam sastra bisa menyangkut konteks sosial-kultural maupun
konteks situasi. Konteks sosial-kultural misalnya penghargaan masyarakarat
terhadap hutan, pohon, sungai, danau, lautan, gunung termasuk juga kaitannya
dengan inter dan antarmasyarakat. Konteks situasi berkaitan situasi sastra yang
dihadirkan di dalam karya sastra itu. Misalnya kesedihan terhadap kehancuran
alam, kekaguman terhadap kebesaran Tuhan, kecintaan terhadap sesama dan
sebagainya.
Salah satu pembelajaran sastra di sekolah adalah menulis puisi. Menurut
Tarigan (1994:19) bahwa: “Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek
penting dalam proses komunikasi, karena dengan menulis kita bisa
menyampaikan ide-ide atau perasaan kita yang dapat kita tuangkan ke dalam
tulisan”. Melalui menulis, peserta didik dapat mengekspresikan berbagai macam
ekspresi yang dirasakan seperti perasaan senang, sedih, kecewa, putus asa,
menyerah atau yang lainnya. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari
kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa Namun, mengungkapkan perasaan yang
dirasakan lewat tulisan tidaklah semudah membalikan telapak tangan.
3
Abercrombie (2008:157) menyatakan bahwa “Rasa takut musuh nomor satu
dalam menulis”. Rasa takut dapat melumpuhkan kita sehingga kita hanya bisa
memandangi kertas kosong atau layar komputer saja. Ini memperkuat bahwa
menulis tidak semudah yang kita bayangkan, dengan adanya ide untuk menulis
namun ketika dituangkan ke dalam secarik kertas terkadang kita menemukan
kesulitan. Alwasilah (2005:42) juga mengungkapkan sebagai berikut: “Menulis
tidak sesederhana dan semudah membalikan telapak tangan. Menulis tidak hanya
menuangkan kata-kata atau ucapan belaka. Artinya, tulisan tidak sama dengan
ujaran. Tulisan melibatkan kerja keras”.
Berkaitan dengan menulis sebagai salah satu aspek berbahasa dalam
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SLTA, siswa dituntut untuk mampu
mengorganisasikan pemikiran, ide, dan perasaannya dalam berbagai bentuk
tulisan baik sastra maupun non sastra. Salah satu tulisan dalam ranah sastra adalah
puisi. Menurut Pradopo (2009:3) bahwa “Menulis puisi adalah kegiatan menulis
yang bersumber dari pengalaman maupun imajinasi yang penuh makna dan
bernilai seni”. Puisi merupakan karya estetis yang bermakna, yang mempunyai
arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna.
Materi pembelajaran bahasa yang membahas tentang menulis puisi, banyak
para pengajar atau guru yang mengajarnya hanya dengan cara yang klasik, yaitu
dengan cara menerangkan materi tentang cara menulis puisi lalu menyuruh siswa
untuk membuat puisi tersebut sebagai tolok ukur pemahaman siswa terhadap
materi yang disampaikan oleh guru mengenai menulis puisi. Cara pengajaran
tersebut tidak sepenuhnya salah, tetapi dengan cara pengajaran yang seperti itu,
4
siswa cepat merasa bosan dan jenuh, apalagi siswa tidak ikut berperan aktif secara
penuh untuk memahami cara menulis sebuah puisi yang dipelajarinya.
Sangadji (2011:74) memaparkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan pembelajaran menulis puisi tidak lagi bersifat aktif dan produktif
sebagai berikut:
Faktor yang dapat menyebabkan pembelajaran menulis puisi tidak lagi bersifat aktif dan produktif di antaranya: (1) tidak semua guru bahasa memiliki kegemaran terhadap menulis puisi, (2) mengajarkan menulis puisi tidak hanya berkaitan dengan kemampuan menggunakan bahasa, tetapi juga berhubungan dengan penggalian bahasa, norma, dan nilai-nilai estetika, dan (3) sikap berpikir inovatif dan kreatif yang belum tumbuh pada guru sebagai upaya mengembangkan diri.
Beberapa faktor permasalahan di atas, timbul keinginan peneliti untuk
mencari alternatif bahan ajar dalam menulis puisi. Memilih bahan pengajaran
sastra, hendaknya memperhatikan fase perkembangan psikologis siswa. Hal ini
penting dilakukan, karena fase perkembangan psikologis sangat berpengaruh
terhadap minat para siswa itu sendiri. Guru sastra hendaknya mengetahui
psikologis perkembangan siswa yang berguna untuk mengetahui gambaran umum
psikologis siswa.
Perkembangan usia dari anak menuju remaja dan dewasa, tingkatan tersebut
memiliki kecenderungan yang berbeda. Anak-anak masih suka bermain, remaja
yang penuh emosional, dan masa dewasa yang sudah bisa melihat realitas
kehidupan. Kecenderungan inilah yang harus bisa dipahami oleh guru sebagai
dasar untuk pemilihan bahan ajar yang sesuai dengan siswa. Misalkan, pemilihan
bahan ajar menulis puisi untuk SMA. Masa-masa SMA adalah masa-masa remaja
yang emosional.
5
Permasalahan yang sering muncul pada usia tersebut adalah masalah cinta.
Baik permasalahan untuk mengungkapan cinta, maupun putus cinta. Guru bisa
menggunakan puisi yang sesuai dengan keadaan tersebut. Dengan demikian
psikologi siswa dapat dijadikan salah satu kriteria pemilihan bahan pembelajaran
sastra di SMA, dengan tujuan untuk menarik perhatian siswa. Hal ini
dihubungkan dengan sifat-sifat siswa SMA dalam masa perkembangannya.
Salah satu bahan ajar yang dirasakan sesuai untuk siswa SMA adalah
dengan menggunakan media teks lagu. Teks lagu merupakan karya sastra yang
bersifat puitis. Hal ini sesuai dengan pendapat Pradopo (2005:13) yaitu:
Karya sastra mengandung arti apabila hal itu membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas, secara umum bila hal itu menimbulkan keharuan disebut puitis yang mengandung nilai keindahan tanggapan yang jelas maksudnya adalah bahwa seorang memiliki kritik dan pendapat yang dapat dimengerti mengenai karya sastra yang bersifat puitis.
Sebuah teks lagu merupakan salah satu karya kreatif yang diciptakan oleh
manusia. Untuk mendapatkan hasil pencipta tersebut ternyata membutuhkan suatu
proses yang teramat panjang dan membutuhkan suatu pemahaman yang sangat
mendalam. Melalui proses tersebut pencipta berusaha mencurahkan semua
inspirasi yang ada dalam benaknya melalui pengalaman-pengalaman dengan alam
sekitar,waktu menghadapi hidup dan kehidupan, serta melalui ide dan gagasan
yang menjadi keyakinan. Terciptalah teks lagu yang berisikan ungkapan perasaan,
seperti marah, benci, cinta, sedih, dendam dan sebagainya. Karya sastra yang
mementingkan perasaan dan romantisme.
Menurut Waluyo (1995:32) bahwa “Romantisme adalah aliran sastra yang
menggambarkan kenyataan hidup dengan penuh keindahan tanpa cela”. Jika
6
sesuatu yang dilukiskan itu adalah kebahagiaan, maka kebahagiaan tersebut
digambarkan dengan sangat sempurna tanpa cela. Sedangkan jika yang dilukiskan
adalah kesedihan, maka kesedihan tersebut digambarkan dengan sesedih-sedihnya
hingga menguras air mata. Romantisme diwujudkan dalam bentuk teks romantis.
Romantisme pada sebuah karya sastra tampak mengutamakan ungkapan perasaan
cinta yang cerita-ceritanya yang mengagumkan yang mendasarkan aliran romantis
tidak hanya bersifat cinta saja, melainkan juga bertumbuh dari pikiran,
pengetahuan dan pandangan hidup yang dalam dan luas.
Perlu adanya pemahaman teks untuk mendalami dan mengetahui wujud
romantisme dalam teks lagu. Pengarang teks lagu mempunyai maksud tertentu
mengapa baris-barisnya dan bait-baitnya disusun sedemikian rupa, digunakan
kata-kata, lambang, kiasan, dan sebagainya. Semua yang ditampilkan penyair
mempunyai makna, karena yang digunakan adalah kata-kata yang
dikonsentrasikan dan dipadatkan, maka semua yang diungkapkan penyair harus
bermakna tidak boleh mubazir.
Berkaitan dengan teks lagu yang bertemakan romantisme teks lagu dalam
album Tak Lekang Oleh Waktu, karya Kerispatih, mempunyai teks lagu yang
identik dengan nuansa romantisme pada setiap karya teks lagunya. Hal ini terlihat
pada setiap makna kata dalam tiap baitnya dan hubungan pertalian antara bait satu
ke bait yang lain terkesan romantis.
Bulan Juni 2008, Krispatih meliris album ketiganya yang berjudul “Tak
Lekanh Oleh Waktu”. Pada album ketiganya ini, mayoritas lagunya dikenang dan
dikomposisi oleh Badai, keyboardist kerispatih. Badai juga berkata, bahwa album
7
ini adalah penggabungan dari album pertama mereka dan album kedua mereka.
Jadi, pada album ketiga ini berkesan paling sempurna diantara ketiga album yang
sudah diliris. Pada Album Tak Lekang Oleh Waktu ini, Krispatih memilih lagu
“Bila Rasaku ini Rasamu” menjadi single pertama mereka.
Lagu-lagu karya kerispatih sangat menarik untuk dianalisis dan untuk
kemudian dijadikan alternatif pembelajaran di SMA. Salah satunya adalah lagu
yang berjudul Tak Lekang Oleh Waktu. Selain membaca puisi, kita juga bisa
menganalisis puisi dari mendengarkan sebuah lagu yang di dalamnya terdapat
unsur romantisme. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai alternatif dalam
pembelajaran. Mungkin dengan cara seperti itu siswa bisa lebih memahami isi
puisi.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul, “Romantisme Teks Lagu dalam Album Tak Lekang
Oleh Waktu Karya Krispatih sebagai Alternatif Bahan Ajar Menulis Puisi di
SMA Negeri 1 Kawali Kelas X”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah romantisme teks lagu yang terdapat dalam album Tak
Lekang oleh Waktu karya Krispatih?
2. Apakah nilai romantisme yang terdapat dalam album Tak Lekang oleh
Waktu karya Krispatih dapat dijadikan bahan ajar menulis puisi?
8
C. Tujuan dan Maksud Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui romantisme teks
lagu yang terdapat dalam album Tak Lekang oleh Waktu karya Krispatih.
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:
a. Mendeskripsikan romantisme teks lagu yang terdapat dalam album Tak
Lekang oleh Waktu karya Krispatih.
b. Mengetahui kesesuaian nilai romantisme yang terdapat dalam album
Tak Lekang oleh Waktu karya Krispatih dengan kriteria bahan ajar
menulis puisi.
2. Maksud Penelitian
a. Secara Teoritis
Penelitian ini dimaksudkan memberikan sumbangan pemikiran dan
tolak ukur kajian untuk penelitian lebih lanjut yaitu berupa alternatif yang
dapat dipertimbangkan dalam usaha memperbaiki mutu pendidikan dan
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi.
b. Secara Praktis
1) Bagi siswa penelitian ini dimaksudkan siswa mampu menulis puisi,
dan dapat melatih penggunaan kalimat dalam bertutur dan
meningkatkan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan belajar.
2) Bagi peneliti dimaksudkan mendapatkan tambahan pengetahuan dan
wawasan dalam analisis sastra
9
3) Bagi sekolah dimaksudkan sebagai acuan kebijakan dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
D. Pola Pikir Penelitian
Memilih bahan pengajaran sastra, hendaknya memperhatikan fase
perkembangan psikologis siswa. Hal ini penting dilakukan, karena fase
perkembangan psikologis sangat berpengaruh terhadap minat para siswa itu
sendiri. Guru sastra hendaknya mengetahui psikologis perkembangan siswa yang
berguna untuk mengetahui gambaran umum psikologis siswa.
Pada perkembangan usia dari anak menuju remaja, dan dewasa, setiap
tingkatan tersebut memiliki kecenderungan yang berbeda. Anak-anak masih suka
bermain, remaja yang penuh emosional, dan masa dewasa yang sudah bisa melihat
realitas kehidupan. Kecenderungan inilah yang harus bisa dipahami oleh guru
sebagai dasar untuk pemilihan bahan ajar yang sesuai dengan siswa. Misalkan,
pemilihan bahan ajar menulis puisi untuk SMA. Masa-masa SMA adalah masa-
masa remaja yang emosional.
Suatu penelitian memerlukan kerangka pikir sebagai dasar pijak kajian
dalam penelitian. Suherli (2007:84) menyatakan: “Kerangka pikir penelitian
merupakan dasar pijak kajian atau penelitian secara teoretis. Kerangka pikir
merupakan dasar-dasar teoretis yang menjadi dasar berpikir dari penelitian dalam
melakukan kajian”. Suatu penelitian memerlukan adanya pemikiran-pemikiran
dan pandangan. Pandangan ini yang akan dijadikan titik tolak sebagai anggapan
dasar.
10
Menurut Waluyo (1995:32) bahwa
Romantisme adalah penggambaran kenyataan hidup dengan penuh keindahan tanpa cela. Jika sesuatu yang dilukiskan itu adalah kebahagiaan, maka kebahagiaan tersebut digambarkan dengan sangat sempurna tanpa cela. Sedangkan jika yang dilukiskan adalah kesedihan, maka kesedihan tersebut digambarkan dengan sesedih-sedihnya hingga menguras semua air mata
Teks lagu adalah kata-kata asli dari pengarang tentang ungkapan perasaan
yang dialaminya dan terdapat ragam suara yang berirama. Nyanyian-nyanyian
yang banyak dilakukan adalah contoh puisi yang popular. Sebagaimana pendapat
Waluyo (1995:27) bahwa “Bahasanya harus mudah dipahami karena pendengar
harus dapat memahami isi lagu itu sementara lagu itu didendangkan”.
Ciri-ciri romantisme menurut Endraswara (2006:34) adalah:
1. Persatuan; meliputi penggunaan simbol-simbol, imajinasi, dan mite.2. Lebih menonjolkan dunia ideal daripada dunia nyata; meliputi penggunaan
kata-kata kiasan yang melebih-lebihkan.3. Petualangan; membuat para pembaca tersentuh.4. Keanekaragaman rasa; meliputi percintaan, kebahagiaan, kesedihan yang
sentimental.
Rahmanto (2003:27) menyatakan bahwa, “Kriteria pemilihan bahan ajar
sastra meliputi berbagai hal, yaitu dilihat dari sudut bahasa, segi kematangan, dan
latar belakang budaya para siswa”.
a. Kriteria dari Segi Bahasa
Teeuw (2003:285) menjelaskan, “Sastra dapat dilihat dari dua segi, yaitu
segi bahasa dan seni. Sebagai seni bahasa, sastra dapat didekati melalui aspek
kebahasaan dan pertentangannya dengan pemakaian bahasa dalam bentuk lain,
sedangkan sebagai suatu seni, sastra dapat didekati melalui aspek
keseniannya”.
11
b. Kriteria dari Psikologis Siswa
Dalam memilih bahan pengajaran sastra, hendaknya memperhatikan fase
perkembangan psikologis siswa. Hal ini penting dilakukan, karena fase
perkembangan psikologis sangat berpengaruh terhadap minat para siswa itu
sendiri. Guru sastra hendaknya mengetahui psikologis perkembangan siswa
yang berguna untuk mengetahui gambaran umum psikologis siswa
c. Kriteria dari Segi Latar Belakang Budaya
Latar belakang masalah budaya yang sesuai dengan kehidupan dan
lingkungan siswa dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi siswa. Latar
belakang budaya sastra meliputi seluruh faktor kehidupan manusia, mulai dari
lingkungan, kepercayaan, cara berfikir, adat istiadat, etika, dan sebagainya.
Lagu-lagu karya kerispatih sangat menarik untuk dianalisis dan untuk
kemudian dijadikan alternatif pembelajaran di SMA. Salah satunya adalah lagu
yang berjudul Tak Lekang Oleh Waktu. Selain membaca puisi, kita juga bisa
menganalisis puisi dari mendengarkan sebuah lagu yang di dalamnya terdapat
unsur romantisme. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai alternatif dalam
pembelajaran. Mungkin dengan cara seperti itu siswa bisa lebih memahami isi
puisi.
Berdasarkan urain tersebut, dapat digambarkan bagan kerangka
pemikiran tentang romantisme teks lagu dalam album Tak Lekang oleh
Waktu karya Krispatih sebagai alternatif bahan ajar menulis puisi di Kelas X
SMA Negeri 1 Kawali.
12
Gambar 1Pola Pikir Penelitian
InputPermasalahan bahan ajar
menulis puisi di SMA
Analisis Romantisme1. Persatuan 2. Lebih menonjolkan dunia ideal 3. Petualangan; 4. Keanekaragaman rasa
Output
1. Nilai Romantisme2. Bahan Ajat Menulis Puisi
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Puisi
Menurut Waluyo (1995:23) bahwa:
Secara etimologis.kata puisi berasal dari bahasa Yunani poemia yang berarti membuat, poeisis yang berarti pembuatan, atau poeites yang berarti pembuat, pembangun atau pembentuk. Di Inggris puisi itu disebut poem atau poetry yang tidak jauh berbeda dengan to make atau to create, sehingga pernah lama sekali di Inggris puisi itu disebut maker.
Definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik
Inggris sebagai berikut.
1. Coleridge dalam Pradopo (1993:6) mengemukakan, ‘Puisi itu adalah kata-kata
yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang
setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris,
antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan
sebagainya’.
2. Carlyle dalam Pradopo (1993:6) mengatakan bahwa:
Puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi’.
3. Wordsworth dalam Pradopo (1993:7) mempunyai gagasan bahwa ‘Puisi adalah
pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau
diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan
pernyataan perasaan yang bercampur-baur’.
14
4. Dunton dalam Pradopo (1993:8) berpendapat bahwa ‘Sebenarnya puisi itu
merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa
emosional serta berirama’. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan
disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya
tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti
musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).
5. Shelley dalam Pradopo (1993:6) mengemukakan bahwa puisi adalah
Rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.
Berdasarkan definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan
pemikiran, namun tetap terdapat benang merah. Pradopo (1993:12)
menyimpulkan bahwa “Pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang
puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide,
nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan
perasaan yang bercampur-baur”.
B. Ciri-ciri Puisi
1. Puisi Lama
Menurut Zainuddin (1992:107) bahwa “Puisi lama adalah puisi yang
terikat oleh aturan-aturan”. Aturan-aturan tersebut sifatnya mengikat. Aturan-
aturan-aturan tersebut antara lain:
a. Jumlah kata dalam satu baris;
b. Jumlah baris dalam satu bait;
15
c. Persajakan (rima);
d. Banyak suku kata tiap baris;
e. Irama.
Selanjutnya Zainuddin (1992:108) mengemukakan:
Ciri-ciri puisi lama adalah:a. Anonim (pengarangnya tidak diketahui);b. Terikat jumlah baris, rima, dan irama;c. Merupakan kesusastraan lisan;d. Gaya bahasanya statis (tetap) dan klise;e. Isinya fantastis dan istanasentris.
Jenis-jenis puisi lama menurut Zainuddin (1992:108) sebagai berikut:
a. Mantera adalah ikatan atau susunan kata yang mengandung hikmat dan kekuatan gaib;
b. Pantun adalah bentuk puisi (lama) yang terikat oleh jumlah baris dalam satu bait, rima akhir, jumlah suku kata dan adanya sampiran dan isi;
c. Karmina atau pantun kilat adalah pantun yang jumlah suku katanya terdiri empat sampai enam suku kata;
d. Seloka adalah bentuk puisi (lama) yang terikat jumlah larik dalam setiap bait, jumlah suku kata setiap larik, rima akhirnya dan adanya sampiran serta isi;
e. Gurindam adalah bentuk puisi yang terikat oleh jumlah larik setiap bait, jumlah suku kata setiap larik dan berirama akhir sama serta lariknya menunjukkan hubungan sebab akibat;
f. Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab yang terikat oleh jumlah larik setiap bait, jumlah suku kata setiap barisnya semua larik merupakan isi dan berirama akhir sama dan berisi nasihat atau cerita;
g. Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
2. Puisi Baru
Menurut Zainuddin (1992:109) bahwa “Puisi baru bentuknya lebih
bebas dari pada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun
rima”. Selanjutnya Zainuddin (1992:109) mengemukakan ciri-ciri puisi baru
sebagai berikut:
a. Pengarangnya diketahui;
16
b. Tidak terikat jumlah baris, rima, dan irama;c. Berkembang secara lisan dan tertulis;d. Gaya bahasanya dinamis (berubah-ubah);e. Isinya tentang kehidupan pada umumnya.
Selanjutnya Zainuddin (1992:110) mengemukakan jenis-jenis puisi baru
sebagai berikut:
a. Balada adalah puisi berisi kisah/cerita;b. Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan;c. Ode adalah puisisanjungan untuk orang berjasa;d. Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup;e. Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih;f. Elegi adalah puisi yang berisi ungkapan cinta kasih;g. Sentire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.
C. Unsur-unsur dalam Puisi
Maulana (2012:76) menyebutkan, “Unsur-unsur puisi dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu fisik dan batin”. Berikut dijelaskan unsur fisik
dan unsur batin.
a. Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi adalah unsur pembangun puisi yang bersifat fisik atau
nampak dalam bentuk susunan kata-katanya. Struktur fisik puisi terdiri dari
beberapa macam, yaitu:
1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak
dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi
yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam
puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata
17
dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih
secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan
makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan
(visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat
mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan
seperti apa yang dialami penyair.
4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang
memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan
atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta,
kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat
melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/
meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif
menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna
atau kaya akan makna. Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun
macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes,
ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio,
klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
6) Verifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum.
18
a) Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir
baris puisi. Rima mencakup:
Onomatope adalah kata tiruan bunyi, misal "kokok" merupakan tiruan
bunyi ayam, "cicit" merupakan tiruan bunyi tikus.
Bentuk intern pola bunyi yang terdiri dari aliterasi, asonansi,
persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh,
sajak penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya.
Pengulangan kata/ungkapan.
b) Ritma (ritme; irama) adalah alunan yg terjadi krn perulangan dan
pergantian kesatuan bunyi dl arus panjang pendek bunyi, keras lembut
tekanan, dan tinggi rendah nada; ritme
c) Metrum adalah ukuran irama yg ditentukan oleh jumlah dan panjang
tekanan suku kata dl setiap baris; pergantian naik turun suara secara
teratur, dng pembagian suku kata yg ditentukan oleh golongan sintaksis
b. Struktur Batin Puisi
Struktur batin puisi adalah unsur pembangun puisi yang tidak tampak
langsung dalam penulisan kata-katanya. Struktur batin puisi dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1) Tema/makna (sense)
Tema adalah pokok pikiran; dasar cerita (yangg dipercakapkan,
dipakai sebagai dasar mengarang, menggubah/mengarang sajak, dan
sebagainya). Media puisi adalah bahasa. Maka puisi harus bermakna, baik
makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
19
2) Rasa (feeling)
Rasa yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat
dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar
belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan,
agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia,
pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman
pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak
bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa,
dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan,
pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang
sosiologis dan psikologisnya.
3) Nada (tone)
Nada yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga
berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan
nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan
masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada
sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
4) Amanat/tujuan/maksud (itention)
Amanat adalah gagasan yangg mendasari karya sastra; pesan yg ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Sadar ataupun tidak,
ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa
dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam
puisinya.
20
D. Menulis Puisi sebagai Proses Kreatif Karya Sastra
Menurut Suryati (2011) bahwa “Pembelajaran berpuisi dimaksudkan
sebagai pembelajaran yang berkenaan dengan menulis puisi dan
mempresentasikannya, dua hal yang tidak terpisahkan karena orientasi dari
pembelajaran adalah kompetensi berpuisi”. Jadi, konotasinya adalah
kemampuan siswa dalam praktik, dengan penekanan pada aspek kinerjanya.
Melalui kegiatan menulis, sebuah gagasan akan dapat dinilai dengan
mudah. Manfaat menulis yang lainnya adalah dapat memecahkan masalah
dengan lebih mudah, memberi dorongan untuk belajar secara aktif, dan
membiasakan diri berpikir dan berbahasa secara tertib. Mengingat kemampuan
menulis merupakan sebuah keterampilan penting yang harus dikuasai oleh
siswa, perlu adanya pembinaan dan pengembangan secara intensif dan
berkesinambungan.
Menulis puisi merupakan salah satu bentuk menulis kreatif. Menulis puisi
adalah suatu kegiatan intelektual, yakni kegiatan yang menuntut seseorang
harus benar-benar cerdas, menguasai bahasa, luas wawasannya, dan peka
perasaannya. Meski dalam pembelajaran sastra siswa telah mempelajari puisi
yang rumit baik rima, irama, serta unsur kebahasaannya, untuk pembelajaran
menulis puisi. Menurut Rahmanto dalam Aritonang (2009:32), Puisi yang
cocok sebagai model untuk latihan menulis, biasanya puisi yang berbentuk
bebas dan sederhana, berisi hasil pengamatan yang berupa imbauan atau
pernyataan”. Puisi yang dituliskan oleh penyair merupakan tanggung jawabnya
agar pembaca dapat membaca atau mengapresiasinya. Jika pembaca tidak
21
memahami hasil pengimajian dalam bentuk puisi, hal itu adalah kesalahan
penyair.
E. Aliran-aliran dalam Sastra
Menurut Waluyo (1995:32) bahwa:
Aliran sastra dibedakan menjadi dua bagian besar, yakni idealisme, dan materialisme. Idealisme adalah aliran romantik yang bertolak dari cita-cita yang dianut oleh penulisnya. Menurut aliran ini, segala sesuatu yang terlihat di alam ini hanyalah merupakan bayangan dari bayangan abadi yang tidak terduga oleh pikiran manusia. Aliran idealisme ini dapat dibagi menjadi (a) romantisisme, (b) simbolik, (c) mistisisme, dan (d) surealisme. Materialisme berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang bersifat kenyataan dapat diselidiki dengan akal manusia. Dalam kesusastraan, aliran ini dapat dibedakan atas realisme dan naturalisme.
a. Aliran Sastra Idealisme
Aliran idealisme yang pertama adalah romantisisme. Menurut Waluyo
(1995:33), “Romantisme adalah aliran karya sastra yang sangat mengutamakan
perasaan, sehingga objek yang dikemukakan tidak lagi asli, tetapi telah bertambah
dengan unsur perasaan si pengarang”. Aliran ini dicirikan oleh minat pada alam
dan cara hidup yang sederhana, minat pada pemandangan alam, perhatian pada
kepercayaan asli, penekanan pada kespontanan dalam pikiran, tindakan, serta
pengungkapan pikiran. Pengikut aliran ini menganggap imajinasi lebih penting
daripada aturan formal dan fakta. Aliran ini kadang-kadang berpadu dengan aliran
idealisme dan realisme sehingga timbul aliran romantik idealisme, dan romantik
realisme.
Waluyo (1995:34) mengartikan, “Romantik idealisme adalah aliran
kesusastraan yang mengutamakan perasaan yang melambung tinggi ke dalam
22
fantasi dan cita-cita”. Hasil sastra Angkatan. Pujangga Baru umumnya termasuk
aliran ini. Sementara romantik realisme mengutamakan perasaan yang bertolak
dari kenyataan (contoh: puisipuisi Chairil Anwar dan Asrul Sani).
Selanjutnya Waluyo (1995:34) mengatakan, “Simbolik adalah aliran yang
muncul sebagai reaksi atas realisme dan naturalisme. Pengarang berupaya
menampilkan pengalaman batin secara simbolik”. Dunia yang secara indrawi
dapat kita serap menunjukkan suatu dunia rohani yang tersembunyi di belakang
dunia indrawi. Aliran ini selalu menggunakan simbol atau perlambang hewan atau
tumbuhan sebagai pelaku dalam cerita. Contoh karya sastra yang beraliran ini
misalnya Tinjaulah Dunia Sana, Dengarlah Keluhan Pohon Mangga karya
Maria Amin dan Kisah Negara Kambing karya Alex Leo.
Mengenai mistisisme Waluyo (1995:34) mendefinisikan, “Mistisme adalah
aliran kesusastraan yang bersifat melukiskan hubungan manusia dengan Tuhan”.
Mistisisme selalu memaparkan keharuan dan kekaguman penulis terhadap
keagungan Maha Pencipta. Contoh karya sastra yang beraliran ini adalah
sebagaian besar karya Amir Hamzah, Bahrum Rangkuti, dan J.E. Tatengkeng.
Surealisme menurut Waluyo (1995:37) adalah “Aliran karya sastra yang
melukiskan berbagai objek dan tanggapan secara serentak”. Karya sastra bercorak
surealis umumnya sulit dipahami karena gaya pengucapannya yang melompat-
lompat dan kadang terasa agak kacau. Contoh karya sastra aliran ini misalnya
Radio Masyarakat karya Rosihan Anwar, Merahnya Merah karya Iwan
Simatupang, dan Tumbang karya Trisno Sumardjo.
23
b. Aliran Sastra Materialisme
Jenis aliran materialisme yang pertama adalah realisme. Waluyo (1995:38)
mengatakan, “Realisme adalah aliran karya sastra yang berusaha menggambarkan
atau memaparkan atau menceritakan sesuatu sebagaimana kenyataannya”. Aliran
ini umumnya lebih objektif memandang segala sesuatu (tanpa mengikutsertakan
perasaan).
Plato dalam Waluyo (1995:38) mengemukakan, “Sastra adalah tiruan
kenyataan”. Berangkat dari inilah kemudian berkembang aliran-aliran, seperti
realisme sosialis, naturalism, dan determinisme. Realisme sosialis adalah aliran
karya sastra secara realis yang digunakan pengarang untuk mencapai cita-cita
perjuangan sosialis. Naturalisme adalah aliran karya sastra yang ingin
menggambarkan realitas secara jujur bahkan cenderung berlebihan dan terkesan
jorok. Aliran ini berkembang dari realisme. Ada tiga paham yang berkembang
dari aliran realisme, yaitu saintisme (hanya sains yang dapat menghasilkan
pengetahuan yang benar), positivisme (menolak metafisika, hanya pancaindra kita
berpijak pada kenyataan), dan determinisme (segala sesuatu sudah ditentukan oleh
sebab musabab tertentu).
Waluyo (1995:39) mengartikan, “Impresionisme adalah aliran kesusastraan
yang memusatkan perhatian pada apa yang terjadi dalam batin tokoh utama”.
Impresionisme lebih mengutamakan pemberian kesan atau pengaruh kepada
perasaan daripada kenyataan atau keadaan yang sebenarnya. Beberapa pengarang
Pujangga Baru memperlihatkan impresionisme dalam beberapa karyanya.
24
F. Romantisme
a. Pengertian Romantisme
Secara harfiah pengertian romantisme berasal dari kata romantis dan
isme. Menurut Kamisa, (1997:451) “Romantis merupakan seperti dalam
roman, penuh khayal dan perasaan. Sedangkan isme berarti paham atau
aliran. Jadi romantisme adalah aliran yang mengutamakan perasaan,
pemikiran dan tindakan spontanitas”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa romantisme yaitu salah satu sikap sastra yang
menganggap imajinasi lebih penting daripada fakta dengan melihat kehidupan
nyata manusia dari perspektif sebuah dunia ideal yang maha besar dan
menggambarkan realita kehidupan dalam bentuk yang seindah-indahnya dan
sehalus-halusnya. Tujuan utama dari romantisme ini adalah agar pembaca
mampu tersebuth emosinya, karena setiap gejolak yang ada atau konflik yang
ditonjolkan biasanya secara dramatis dan setuntas-tuntasnya.
Kata romantik ada hubunganya dengan arti asli yang disandang oleh
kata roman di abad pertengahan, ialah suatu cerita dalam bahasa rakyat yaitu
bahasa roman. Roman abad pertengahan terutama berupa cerita kesatria,
kebanyakan ditulis dalam bentuk sajak. Tetapi menjelang akhir abad,
romantik dihubungkan dengan pengertian seperti perasaan, subjektivitas, dan
keaslian.
b. Ciri-ciri Romantisme
Ciri-ciri romantisme menurut Endraswara (2006:34) adalah:
1) Persatuan;2) Lebih menonjolkan dunia ideal daripada dunia nyata;
25
3) Petualangan4) Keanekaragamana seperti percintaan dan pedalaman.
Berikut dijelaskan mengenai cirri-ciri romantisme di atas:
1) Persatuan
Romantisme berusaha keras untuk mengatasi keterpisahan antara subjek
dan objek, diri dengan dunia, kesadaran dengan ketaksadara, dengan
menggunakan peralatan-peralatan seperti symbol-simbol, imajinasi, dan mite.
Tanpa berpretensi pada kemutlakan definsi, memahami romantisme sebagai
kesatuan dan ketegangan antara dunia ideal yang menuntut dengan dunia nyata
yang penuh dengan keterpisahan, kekacauan, dan keanekaragaman dalam
hubungan antar unsure yang membangunnya.
2) Lebih Menonjolkan Dunia Ideal daripada Dunia Nyata
Dunia ideal mengimajinasikan atau menggambarkan yang terdapat dalam
angan lebih diperlihatkan dengan cara menggunakan kata-kata kiasan yang
melebih-lebihkan atau meninggikan, sehingga mereka terus-menerus berjuang
untuk membangun kesatuan atau harmoni. Dunia ideal dipahami sebagai sebagai
awal dari dunia nyata, sumber pertama dari eksistensi dan maknanya yang
merupakan satu kesatuan yang menembus segalanya, kesatuan yang
mengekspresikan dirinya dalam multiplitas alam, yang mengekspresikan dirinya
dalam segala benda-benda sebagai roh. Dunia nyata adalah dunia pengalaman
dalam ruang dan waktu yang secara langsung dapat dipahami oleh manusia.
3) Petualangan
Romantisme mengungkapkan tentang realita kehidupan yang tergambar
tuntas, sehingga mampu membuat para pembaca tersentuh, karena itu setiap
26
gejolak yang ada atau konflik yang ditonjolkan biasanya disusun secara dramatis
dan setuntas-tuntasnya.
4) Keanekaragaman Rasa
Percintaan kebahagiaan yang terbatas digambarkan keindahan dan
sempurna tanpa cela. Sebaliknya, jika yang dilukiskan adalah kesedihan, maka
digabarkan dengan sifat sentimental atau cengeng yang seolah-olah menangis
hingga air mata banyak terkuras.
Selanjutnya Waluyo (1995:32) mengungkapkan cirri romantisme sebagai
berikut:
1) Menonjolkan dan menggambarkan perasaan;2) Bercirikan percintaan;3) Lebih menonjolkan dunia ideal;4) Mempunyai sifat sentimental;5) Mengungkapkan realita kehidupan.
G. Pemilihan Bahan Ajar
Terdapat beberapa definisi bahan ajar yang dikemukakan para ahli.
Belawati (2006:2) mendefinisikan, “Bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi
yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses
pembelajaran”. Berdasarkan definisi bahan ajar tersebut, maka dapat dikatakan
bahwa bahan ajar adalah semua bentuk bahan atau materi pembelajaran baik
cetak, audio, video, animasi dan lainnya berupa pengetahuan, keterampilan dan
nilai-nilai yang digunakan dalam proses pembelajaran. Pada intinya bahan ajar itu
disusun untuk memudahkan pembelajar mencapai tujuan pembelajaran. BSNP
(2006:317) menjelaskan,
27
Bahan ajar tidak hanya terdiri atas pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur) saja. Untuk mencapai tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan pendidik dalam memilih bahan
pembelajaran apresiasi sastra (puisi) yang sesuai dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai berikut.
a. Pendidik dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi
bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa,
bersastra, dan sumber belajar.
b. Pendidik menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan
kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya.
c. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap
memperhatikan kepentingan nasional.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam memilih
bahan ajar apresiasi sastra (puisi) harus memperhatikan rambu-rambu yang sudah
diatur dan ditetapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), agar
bahan ajar sastra tersebut mampu mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal,
serta kepekaan terhadap lingkungan hidup, masyarakat dan budaya.
28
H. Kriteria Pemilihan Bahan Ajar Sastra
Rahmanto (1988: 27) menyatakan bahwa, “Kriteria pemilihan bahan ajar
sastra meliputi berbagai hal, yaitu dilihat dari sudut bahasa, segi kematangan, dan
latar belakang budaya para siswa”.
Berdasarkan pendapat di atas untuk lebih jelasnya mengenai kriteria
pemilihan bahan ajar sastra berikut ini diuraikan ketiga kriteria bahan ajar
tersebut.
a. Kriteria dari Segi Bahasa
Teeuw (2003:285) menjelaskan, “Sastra dapat dilihat dari dua segi, yaitu
segi bahasa dan seni. Sebagai seni bahasa, sastra dapat didekati melalui aspek
kebahasaan dan pertentangannya dengan pemakaian bahasa dalam bentuk lain,
sedangkan sebagai suatu seni, sastra dapat didekati melalui aspek keseniannya”.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa bahasa sastra itu sangat
kompleks, baik dari segi diksi maupun segi makna. Oleh karena itu supaya
pembelajaran sastra berhasil, guru harus selektif dalam memilih bahan
pembelajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat kebahasaan siswa
untuk masing jenjang pendidikan tertentu. Artinya sesuai dengan kemampuan
siswa dalam memahami bahasa. Misalnya bahan ajar sastra untuk siswa SD,
bahasanya sederhan dan mudah dipahami oleh anak seusia itu. Untuk siswa SMA
bahasa dalam bahan ajar sasatra sudah sedikit rumit, maksudnya siswa mulai
diperkenalkan kepada aspek-aspek realita, sehingga siswa dituntut untuk dapat
mengartikan kata-kata yang besinonim dalam sebuah puisi.
29
Pemilihan bahan ajar sastra untuk siswa SMA sudah mulai kompleks,
ditandai dengan macam-macam genre sastra yang dipelajari serta bobot bahasa
yang digunakan didalamnya. Maka dari itu siswa SMA dituntut untuk berpikir
kritis dalam menghadapi kenyataan hidup yang sebenarnya.
Hal ini sesuai dengan prinsip Sutan Takdir Alisyahbana dalam Suryaman
(2004:141), yang menyatakan sebagai berikut.
Dalam bersastra seni sastra bukan sekedar untuk seni, tetapi juga untuk kebermanfaatan intelektual dan pencerdasan masyarakat. Olek karena itu, sastra tidaklah bisa bermewah-mewah dengan keindahan untuk mencapai kepuasan seseorang dalam mencipta, tetapi harus dilibatkan secara aktif dalam seluruh pembangunan bangsa. Sastra haruslah membuat pembaca lebih optimis dan mampu menghadapi hidup dengna semangat juang yang tinggi utuk mengatasi masalah dan situasi kritis.
b. Kriteria dari Psikologis Siswa
Dalam memilih bahan pengajaran sastra, hendaknya memperhatikan fase
perkembangan psikologis siswa. Hal ini penting dilakukan, karena fase
perkembangan psikologis sangat berpengaruh terhadap minat para siswa itu
sendiri. Guru sastra hendaknya mengetahui psikologis perkembangan siswa yang
berguna untuk mengetahui gambaran umum psikologis siswa.
Pada perkembangan usia dari anak menuju remaja, dan dewasa, setiap
tingkatan tersebut memiliki kecenderungan yang berbeda. Anak-anak masih suka
bermain, remaja yang penuh emosional, dan masa dewasa yang sudah bisa melihat
realitas kehidupan. Kecenderungan inilah yang harus bisa dipahami oleh guru
sebagai dasar untuk pemilihan bahan ajar yang sesuai dengan siswa. Misalkan,
pemilihan bahan ajar menulis puisi untuk SMA. Masa-masa SMA adalah masa-
masa remaja yang emosional.
30
Permasalahan yang sering muncul pada usia tersebut adalah masalah cinta.
Baik permasalahan untuk mengungkapan cinta, maupun putus cinta. Guru bisa
menggunakan puisi yang sesuai dengan keadaan tersebut. Dengan demikian
psikologi siswa dapat dijadikan salah satu kriteria pemilihan bahan pembelajaran
sastra di SMA, dengan tujuan untuk menarik perhatian siswa. Hal ini
dihubungkan dengan sifat-sifat siswa SMA dalam masa perkembangannya.
c. Kriteria dari Segi Latar Belakang Budaya
Latar belakang masalah budaya yang sesuai dengan kehidupan dan
lingkungan siswa dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi siswa. Latar
belakang budaya sastra meliputi seluruh faktor kehidupan manusia, mulai dari
lingkungan, kepercayaan, cara berfikir, adat istiadat, etika, dan sebagainya.
Apabila siswa merasa percaya diri untuk mengapresiasi karya sastra
denganbudaya yang dikenalinya, maka memungkinkan bagi siswa untuk
memahami latar belakang budaya yang berbeda, tentunya dibawah bimbingan
guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka latar
belakang budaya siswapun merupakan salah satu kriteria pemilihan bahan
pembelajaran apresiasi sastra.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Suatu penelitian memerlukan metode dalam pelaksanaannya. Menurut
Ratna (2010:34) dalam pengertian yang lebih luas bahwa “Metode dianggap
sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis
untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya”. Sebagai alat, sama
dengan teori, metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga lebih
mudah untuk dipecahkan dan dipahami. Dalam sebuah penelitian, penggunaan
sebuah metode diperlukan agar dapat ditemukan suatu cara, langkah kerja dan
rumusan yang benar dalam memberikan telaah setiap permasalahan. Sehingga
dapat menghasilkan suatu penelitian yang diinginkan dari awal hingga tujuan atau
sasarannya. Penentuan metode disesuaikan dengan objek penelitian dalam hal ini
teks lagu sebagai objek penelitiannya.
Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini merupakan penelitian
kualitatif, sehingga metode yang dipakai adalah metode analisis, metode
kepustakaan, dan pendekatan objektif.
1. Metode Analisis
Salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis. Menurut Ratna (2010:34) bahwa “Dalam karya sastra, metode analisis,
yaitu penelitian dilakukan secara langsung oleh peneliti yang turun langsung ke
lapangan atu medan tertentu”. Metode penelitian dilakukan setelah data
terkumpul, dikelompokkan, dikodekan atau diurutkan, kemudian dianalisis.
32
Data yang tidak relevan akan dibuang dan data yang kurang lengkap akan
dilengkapi sehingga dapat diambil sebuah keputusan yang dapat dipercaya.
2. Metode Kepustakaan
Metode lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kepustakaan. Menurut Semi (1993:71) metode kepustakaan adalah “Penelitian
yang dilakukan yang dilakukan di kamar kerja peneliti atau diruang
perpustakaan, dimana peneliti memperoleh data dan informasi tentang objek
telitinya lewat buku-buku atau alat-alat audiovisual lainnya”. Metode ini
digunakan untuk mencari teori, konsep-konsep yang dapat dijadikan landasan
teori atau mencari teori-teori baru dan data-data yang relevan dengan
penelitian.
3. Pendekatan Objektif
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
objektif. Menurut Semi (1993:67) bahwa “Pendekatan objektif adalah
pendekatan yang bertolak dari asumsi dasar bahwa karya sastra sebagai kerja
kreatif memiliki otonomi yang penuh yang harus dilihat sebagai suatu sosok
yang berdiri sendiri terlepas dari hal-hal yang lain yang berada diluar dirinya”.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Lirik lagu dalam Album Tak Lekang
oleh Waktu
Analisis RomantismePersatuan Lebih menonjolkan dunia ideal Petualangan; Keanekaragaman rasa
Kriteria Bahan AjarKriteria dari Segi BahasaKriteria dari Psikologis SiswaKriteria dari Segi Latar Belakang Budaya
33
Gambar 2Bagan Desain Penelitian
C. Fokus Kajian
Agar peneliatian yang akan dilaksanakan dapat terarah, maka perlu
dilakukan fokus kajian. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah kiriteria
pemilihan bahan ajar dan omantisme.
1. Kriteria Bahan Ajar
Kriteria pemilihan bahan ajar sastra meliputi berbagai hal, yaitu dilihat
dari sudut bahasa, segi kematangan, dan latar belakang budaya para siswa”.
a. Kriteria dari Segi Bahasa
Sastra dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi bahasa dan seni. Sebagai
seni bahasa, sastra dapat didekati melalui aspek kebahasaan dan
pertentangannya dengan pemakaian bahasa dalam bentuk lain, sedangkan
sebagai suatu seni, sastra dapat didekati melalui aspek keseniannya.
34
b. Kriteria dari Psikologis Siswa
Dalam memilih bahan pengajaran sastra, hendaknya memperhatikan
fase perkembangan psikologis siswa. Hal ini penting dilakukan, karena fase
perkembangan psikologis sangat berpengaruh terhadap minat para siswa itu
sendiri. Guru sastra hendaknya mengetahui psikologis perkembangan siswa
yang berguna untuk mengetahui gambaran umum psikologis siswa
c. Kriteria dari Segi Latar Belakang Budaya
Latar belakang masalah budaya yang sesuai dengan kehidupan dan
lingkungan siswa dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi siswa. Latar
belakang budaya sastra meliputi seluruh faktor kehidupan manusia, mulai dari
lingkungan, kepercayaan, cara berfikir, adat istiadat, etika, dan sebagainya.
2. Romantisme dalam Album Tak Lekang oleh Waktu
Menurut Endraswara (2006:33) bahwa cirri-ciri romantisme adalah:
a. Persatuan
Romantisme berusaha keras untuk mengatasi keterpisahan antara
subjek dan objek, diri dengan dunia, kesadaran dengan ketaksadaran, dengan
menggunakan peralatan-peralatan seperti symbol-simbol, imajinasi, dan mite.
Tanpa berpretensi pada kemutlakan definsi, memahami romantisme sebagai
kesatuan dan ketegangan antara dunia ideal yang menuntut dengan dunia
nyata yang penuh dengan keterpisahan, kekacauan, dan keanekaragaman
dalam hubungan antar unsure yang membangunnya.
35
b. Lebih Menonjolkan Dunia Ideal daripada Dunia Nyata
Dunia ideal mengimajinasikan atau menggambarkan yang terdapat
dalam angan lebih diperlihatkan dengan cara menggunakan kata-kata kiasan
yang melebih-lebihkan atau meninggikan, sehingga mereka terus-menerus
berjuang untuk membangun kesatuan atau harmoni. Dunia ideal dipahami
sebagai sebagai awal dari dunia nyata, sumber pertama dari eksistensi dan
maknanya yang merupakan satu kesatuan yang menembus segalanya,
kesatuan yang mengekspresikan dirinya dalam multiplitas alam, yang
mengekspresikan dirinya dalam segala benda-benda sebagai roh. Dunia nyata
adalah dunia pengalaman dalam ruang dan waktu yang secara langsung dapat
dipahami oleh manusia.
c. Petualangan
Romantisme mengungkapkan tentang realita kehidupan yang
tergambar tuntas, sehingga mampu membuat para pembaca tersentuh, karena
itu setiap gejolak yang ada atau konflik yang ditonjolkan biasanya disusun
secara dramatis dan setuntas-tuntasnya.
d. Keanekaragaman Rasa
Percintaan kebahagiaan yang terbatas digambarkan keindahan dan
sempurna tanpa cela. Sebaliknya, jika yang dilukiskan adalah kesedihan,
maka digabarkan dengan sifat sentimental atau cengeng yang seolah-olah
menangis hingga air mata banyak terkuras.
36
Berdasarkan kajian di atas, maka akan dikaji mengenai romantisme dalam
album Tak Lekang oleh Waktu sebagai alternif bahan ajar menulis puisi di Kelas
X SMA Negeri 1 Kawali.
Tabel 1Fokus Kajian
Fokus
Kajian
Aspek yang
DitelitiIndikator Alat Ukur
Romantisme
dalam
Album Tak
Lekang
oleh Wkatu
Nilai
Romantisme
1. Persatuan;
a. penggunaan simbol-simbol
b. imajinasi
c. mite
2. Lebih menonjolkan dunia ideal
daripada dunia nyata;
a. kata-kata kiasan yang
melebih-lebihkan.
3. Petualangan
a. membuat para pembaca
tersentuh
4. Keanekaragaman rasa
a. percintaan,
b. kebahagiaan,
c. kesedihan yang sentimental
Ciri-ciri
Romantisme
Menuru
Endraswara
(2006)
37
Fokus
Kajian
Aspek yang
DitelitiIndikator Alat Ukur
Bahan Ajar
Menulis
Puisi
Bahan Ajar
Menulis Puisi
1. Kriteria dari Segi Bahasa
2. Kriteria dari Psikologis Siswa
3. Kriteria dari Segi Latar Belakang
Budaya
Kriteria
Bahan Ajar
menurut
Rahmanto
(2003)
D. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh peneliti sehubungan dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
a. Merencanakan judul;
b. Menyusun proposal penelitian;
c. Menyiapkan buku-buku penunjang penelitian;
d. Mengajukan permohonan pelaksanaan seminar proposal;
e. Pelaksanaan seminar proposal;
f. Mengadakan konsultasi dengan pembimbing I dan II untuk perbaikan
berdasarkan sarana-saran perbaikan proposal dalam seminar;
g. Menyelesaikan persyaratan administrasi bagi penelitian.
38
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan konsultasi dengan pembimbing I dan II serta meminta
petunjuk penting dalam melakukan penelitian;
b. Merancanakan analisis;
c. Melaksanakan analisis;
3. Tahap pelaporan
a. Menyusun laporan;
b. Merevisi laporan;
c. Menyusun skripsi.
E. Sumber Data
Arikunto (2010:172) mengemukakan bahwa “Yang dimaksud dengan
sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh”.
Sumber data dalam penelitian ini berupa teks lagu dalam Album Tak Lekang oleh
waktu Karya Krispatih.
1. Populasi
Untuk memperoleh data dari suatu penelitian tentunya diperlukan
sumber data. Mengenai pengertian populasi, menurut Arikunto (2006:130)
“Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung maupun
mengukur, kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu
mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-
sifatnya”.
Sugiyono (2010:80) mengemukakan bahwa:
39
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki obyek atau subyek itu.
Nazir dalam Riduwan (2008:7) mengatakan bahwa ‘Populasi adalah
berkenaan dengan data bukan orang atau bendanya’. Nawawi dalam Riduwan
(2008:8) menyebutkan bahwa ‘Populasi adalah totalitas semua nilai yang
mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun
kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap’.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka populasi dalam
penelitian ini adalah 12 teks lagu yang berasal dari album Tak Lekang Oleh
Waktu karya Krispatih.
2. Sampel
Arikunto (2006:131) menyatakan bahwa “Sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti”. Dinamakan penelitian sampel apabila hendak
menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Menggeneralisasikan maksudnya
adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi
populasi.
Selanjutnya untuk menentukan jumlah sampel, Arikunto (2006:132)
mengatakan, “Jika jumlah populasi kurang dari 100, akan lebih baik jika
diambil secara keseluruhan, dan penelitian ini disebut juga dengan penelitian
populasi, jika jumlah populasi lebih dari 100, dapat diambil 10-15% atau 20-
25% atau lebih”. Berdasarkan pendapat tersebut, sampel yang dipilih dalam
40
penelitian ini meliputi 12 teks lagu krispatih yang di ambil dari Album Tak
Lekang Oleh Waktu. Berikut adalah teks-teks lagu tersebut berjudul:
a. Ada Aku Disini;
b. Bila Rasaku Ini Rasamu;
c. Maaf Aku Terlalu Mencintainya;
d. Demi Cinta;
e. Tak Lekang oleh Waktu;
f. Terima Aku Apa Adanya;
g. Masih Ada;
h. Tentang Sebuah Kisah;
i. Aku Pasti Memilih;
j. Kusesali untuk Dirimu;
k. Kesalahan yang Sama;
l. Kawan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Seorang peneliti selalu memerlukan data untuk dijadikan landasan objektif
dalam menarik keputusan/kesimpulan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data
merupakan teknik yang digunakan dan diterapkan oleh seorang penulis untuk
mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam suatu penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan, Metode penelitian yang
digunakan adalah metode content analysis. Nazir (2003:111) mengemukakan
bahwa “Yang dimaksud dengan anaisis isi adalah (content analysis) teknik
pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku,
literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya
41
dengan masalah yang dipecahkan”. Content analysis merupakan langkah yang
penting dimana setelah seorang peneliti menetapkan topik penelitian, langkah
selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan
dengan topik penelitian.
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah terhadap unsur-unsur
yang terdapat dalam teks lagu sama dengan unsur yang terdapat dalam teks puisi,
yaitu meliputi: unsur fisik dan unsur batin. Unsur fisik yang dipakai adalah diksi,
bahasa figuratif dan versifikasi. Sedangkan unsur batin meliputi tema, citraan,
perasaan, nada dan suasana (Waluyo, 1995: 54).