64
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran secara lebih intens, kreatif, dan mandiri. Peserta didik dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran. Dalam pendekatan ini, keberhasilan akan tampak jika peserta didik mampu melakukan langkah-langkah saintifik mulai dari mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Langkah-langkah ini merupakan satu kesatuan dan saling mengait. Jika dicermati dalam Kurikulum 2013, tidak secara eksplisit mencantumkam kompetensi dasar yang berkaitan dengan karya sastra. Jika guru tidak cermat, bisa jadi

Bab I-III_Skripsi.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab I-III_Skripsi.docx

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013

tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan

tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah

pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik menekankan pada keterlibatan peserta

didik dalam pembelajaran secara lebih intens, kreatif, dan mandiri. Peserta didik

dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran. Dalam pendekatan ini,

keberhasilan akan tampak jika peserta didik mampu melakukan langkah-langkah

saintifik mulai dari mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan

mengomunikasikan. Langkah-langkah ini merupakan satu kesatuan dan saling

mengait.

Jika dicermati dalam Kurikulum 2013, tidak secara eksplisit mencantumkam

kompetensi dasar yang berkaitan dengan karya sastra. Jika guru tidak cermat, bisa

jadi pembelajaran sastra tidak akan mendapatkan porsi yang maksimal dalam

pembelajaran. Padahal, pembelajaran sastra amatlah penting terutama dalam

penggalian nilai-nilai yang tersirat maupun yang tersurat dalam sebuah karya

sastra. Tampaknya Kurikulum 2013, mengintegrasikan pembelajaran sastra ke

dalam pembelajaran bahasa atau pembelajaran bahasa dapat juga dimulai dengan

pembelajaran sastra. Hal ini tampak dalam susunan buku khususnya buku Bahasa

Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik untuk kelas X. Pada pelajaran pertama,

kedua, ketiga, keempat ada teks-teks sastra baik berupa puisi, cerpen, maupun

1

Page 2: Bab I-III_Skripsi.docx

2

monolog. Model pengintegrasian ini sebenarnya cukup baik jika pemahaman guru

terhadap bahasa dan sastra berimbang. Jika tidak, maka pembelajaran sastra akan

kurang mendapatkan porsi yang maksimal.

Menurut Winarno (2013:2): “Khusus dalam bahasa Indonesia pembelajaran

bahasa berbasis teks. Teks adalah satuan bahasa yang dimediakan secara tulis atau

lisan dengan tata organisasi tertentu untuk mengungkapkan makna dalam konteks

tertentu pula”. Karya sastra adalah sebuah teks baik lisan maupun tulisan.

Konteks-konteks dalam sastra bisa menyangkut konteks sosial-kultural maupun

konteks situasi. Konteks sosial-kultural misalnya penghargaan masyarakarat

terhadap hutan, pohon, sungai, danau, lautan, gunung termasuk juga kaitannya

dengan inter dan antarmasyarakat. Konteks situasi berkaitan situasi sastra yang

dihadirkan di dalam karya sastra itu. Misalnya kesedihan terhadap kehancuran

alam, kekaguman terhadap kebesaran Tuhan, kecintaan terhadap sesama dan

sebagainya.

Salah satu pembelajaran sastra di sekolah adalah menulis puisi. Menurut

Tarigan (1994:19) bahwa: “Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek

penting dalam proses komunikasi, karena dengan menulis kita bisa

menyampaikan ide-ide atau perasaan kita yang dapat kita tuangkan ke dalam

tulisan”. Melalui menulis, peserta didik dapat mengekspresikan berbagai macam

ekspresi yang dirasakan seperti perasaan senang, sedih, kecewa, putus asa,

menyerah atau yang lainnya. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari

kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa Namun, mengungkapkan perasaan yang

dirasakan lewat tulisan tidaklah semudah membalikan telapak tangan.

Page 3: Bab I-III_Skripsi.docx

3

Abercrombie (2008:157) menyatakan bahwa “Rasa takut musuh nomor satu

dalam menulis”. Rasa takut dapat melumpuhkan kita sehingga kita hanya bisa

memandangi kertas kosong atau layar komputer saja. Ini memperkuat bahwa

menulis tidak semudah yang kita bayangkan, dengan adanya ide untuk menulis

namun ketika dituangkan ke dalam secarik kertas terkadang kita menemukan

kesulitan. Alwasilah (2005:42) juga mengungkapkan sebagai berikut: “Menulis

tidak sesederhana dan semudah membalikan telapak tangan. Menulis tidak hanya

menuangkan kata-kata atau ucapan belaka. Artinya, tulisan tidak sama dengan

ujaran. Tulisan melibatkan kerja keras”.

Berkaitan dengan menulis sebagai salah satu aspek berbahasa dalam

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SLTA, siswa dituntut untuk mampu

mengorganisasikan pemikiran, ide, dan perasaannya dalam berbagai bentuk

tulisan baik sastra maupun non sastra. Salah satu tulisan dalam ranah sastra adalah

puisi. Menurut Pradopo (2009:3) bahwa “Menulis puisi adalah kegiatan menulis

yang bersumber dari pengalaman maupun imajinasi yang penuh makna dan

bernilai seni”. Puisi merupakan karya estetis yang bermakna, yang mempunyai

arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna.

Materi pembelajaran bahasa yang membahas tentang menulis puisi, banyak

para pengajar atau guru yang mengajarnya hanya dengan cara yang klasik, yaitu

dengan cara menerangkan materi tentang cara menulis puisi lalu menyuruh siswa

untuk membuat puisi tersebut sebagai tolok ukur pemahaman siswa terhadap

materi yang disampaikan oleh guru mengenai menulis puisi. Cara pengajaran

tersebut tidak sepenuhnya salah, tetapi dengan cara pengajaran yang seperti itu,

Page 4: Bab I-III_Skripsi.docx

4

siswa cepat merasa bosan dan jenuh, apalagi siswa tidak ikut berperan aktif secara

penuh untuk memahami cara menulis sebuah puisi yang dipelajarinya.

Sangadji (2011:74) memaparkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat

menyebabkan pembelajaran menulis puisi tidak lagi bersifat aktif dan produktif

sebagai berikut:

Faktor yang dapat menyebabkan pembelajaran menulis puisi tidak lagi bersifat aktif dan produktif di antaranya: (1) tidak semua guru bahasa memiliki kegemaran terhadap menulis puisi, (2) mengajarkan menulis puisi tidak hanya berkaitan dengan kemampuan menggunakan bahasa, tetapi juga berhubungan dengan penggalian bahasa, norma, dan nilai-nilai estetika, dan (3) sikap berpikir inovatif dan kreatif yang belum tumbuh pada guru sebagai upaya mengembangkan diri.

Beberapa faktor permasalahan di atas, timbul keinginan peneliti untuk

mencari alternatif bahan ajar dalam menulis puisi. Memilih bahan pengajaran

sastra, hendaknya memperhatikan fase perkembangan psikologis siswa. Hal ini

penting dilakukan, karena fase perkembangan psikologis sangat berpengaruh

terhadap minat para siswa itu sendiri. Guru sastra hendaknya mengetahui

psikologis perkembangan siswa yang berguna untuk mengetahui gambaran umum

psikologis siswa.

Perkembangan usia dari anak menuju remaja dan dewasa, tingkatan tersebut

memiliki kecenderungan yang berbeda. Anak-anak masih suka bermain, remaja

yang penuh emosional, dan masa dewasa yang sudah bisa melihat realitas

kehidupan. Kecenderungan inilah yang harus bisa dipahami oleh guru sebagai

dasar untuk pemilihan bahan ajar yang sesuai dengan siswa. Misalkan, pemilihan

bahan ajar menulis puisi untuk SMA. Masa-masa SMA adalah masa-masa remaja

yang emosional.

Page 5: Bab I-III_Skripsi.docx

5

Permasalahan yang sering muncul pada usia tersebut adalah masalah cinta.

Baik permasalahan untuk mengungkapan cinta, maupun putus cinta. Guru bisa

menggunakan puisi yang sesuai dengan keadaan tersebut. Dengan demikian

psikologi siswa dapat dijadikan salah satu kriteria pemilihan bahan pembelajaran

sastra di SMA, dengan tujuan untuk menarik perhatian siswa. Hal ini

dihubungkan dengan sifat-sifat siswa SMA dalam masa perkembangannya.

Salah satu bahan ajar yang dirasakan sesuai untuk siswa SMA adalah

dengan menggunakan media teks lagu. Teks lagu merupakan karya sastra yang

bersifat puitis. Hal ini sesuai dengan pendapat Pradopo (2005:13) yaitu:

Karya sastra mengandung arti apabila hal itu membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas, secara umum bila hal itu menimbulkan keharuan disebut puitis yang mengandung nilai keindahan tanggapan yang jelas maksudnya adalah bahwa seorang memiliki kritik dan pendapat yang dapat dimengerti mengenai karya sastra yang bersifat puitis.

Sebuah teks lagu merupakan salah satu karya kreatif yang diciptakan oleh

manusia. Untuk mendapatkan hasil pencipta tersebut ternyata membutuhkan suatu

proses yang teramat panjang dan membutuhkan suatu pemahaman yang sangat

mendalam. Melalui proses tersebut pencipta berusaha mencurahkan semua

inspirasi yang ada dalam benaknya melalui pengalaman-pengalaman dengan alam

sekitar,waktu menghadapi hidup dan kehidupan, serta melalui ide dan gagasan

yang menjadi keyakinan. Terciptalah teks lagu yang berisikan ungkapan perasaan,

seperti marah, benci, cinta, sedih, dendam dan sebagainya. Karya sastra yang

mementingkan perasaan dan romantisme.

Menurut Waluyo (1995:32) bahwa “Romantisme adalah aliran sastra yang

menggambarkan kenyataan hidup dengan penuh keindahan tanpa cela”. Jika

Page 6: Bab I-III_Skripsi.docx

6

sesuatu yang dilukiskan itu adalah kebahagiaan, maka kebahagiaan tersebut

digambarkan dengan sangat sempurna tanpa cela. Sedangkan jika yang dilukiskan

adalah kesedihan, maka kesedihan tersebut digambarkan dengan sesedih-sedihnya

hingga menguras air mata. Romantisme diwujudkan dalam bentuk teks romantis.

Romantisme pada sebuah karya sastra tampak mengutamakan ungkapan perasaan

cinta yang cerita-ceritanya yang mengagumkan yang mendasarkan aliran romantis

tidak hanya bersifat cinta saja, melainkan juga bertumbuh dari pikiran,

pengetahuan dan pandangan hidup yang dalam dan luas.

Perlu adanya pemahaman teks untuk mendalami dan mengetahui wujud

romantisme dalam teks lagu. Pengarang teks lagu mempunyai maksud tertentu

mengapa baris-barisnya dan bait-baitnya disusun sedemikian rupa, digunakan

kata-kata, lambang, kiasan, dan sebagainya. Semua yang ditampilkan penyair

mempunyai makna, karena yang digunakan adalah kata-kata yang

dikonsentrasikan dan dipadatkan, maka semua yang diungkapkan penyair harus

bermakna tidak boleh mubazir.

 Berkaitan dengan teks lagu yang bertemakan romantisme teks lagu dalam

album Tak Lekang Oleh Waktu, karya Kerispatih, mempunyai teks lagu yang

identik dengan nuansa romantisme pada setiap karya teks lagunya. Hal ini terlihat

pada setiap makna kata dalam tiap baitnya dan hubungan pertalian antara bait satu

ke bait yang lain terkesan romantis.

Bulan Juni 2008, Krispatih meliris album ketiganya yang berjudul “Tak

Lekanh Oleh Waktu”. Pada album ketiganya ini, mayoritas lagunya dikenang dan

dikomposisi oleh Badai, keyboardist kerispatih. Badai juga berkata, bahwa album

Page 7: Bab I-III_Skripsi.docx

7

ini adalah penggabungan dari album pertama mereka dan album kedua mereka.

Jadi, pada album ketiga ini berkesan paling sempurna diantara ketiga album yang

sudah diliris. Pada Album Tak Lekang Oleh Waktu ini, Krispatih memilih lagu

“Bila Rasaku ini Rasamu” menjadi single pertama mereka.

Lagu-lagu karya kerispatih sangat menarik untuk dianalisis dan untuk

kemudian dijadikan alternatif pembelajaran di SMA. Salah satunya adalah lagu

yang berjudul Tak Lekang Oleh Waktu. Selain membaca puisi, kita juga bisa

menganalisis puisi dari mendengarkan sebuah lagu yang di dalamnya terdapat

unsur romantisme. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai alternatif dalam

pembelajaran. Mungkin dengan cara seperti itu siswa bisa lebih memahami isi

puisi.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul, “Romantisme Teks Lagu dalam Album Tak Lekang

Oleh Waktu Karya Krispatih sebagai Alternatif Bahan Ajar Menulis Puisi di

SMA Negeri 1 Kawali Kelas X”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah romantisme teks lagu yang terdapat dalam album Tak

Lekang oleh Waktu karya Krispatih?

2. Apakah nilai romantisme yang terdapat dalam album Tak Lekang oleh

Waktu karya Krispatih dapat dijadikan bahan ajar menulis puisi?

Page 8: Bab I-III_Skripsi.docx

8

C. Tujuan dan Maksud Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui romantisme teks

lagu yang terdapat dalam album Tak Lekang oleh Waktu karya Krispatih.

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:

a. Mendeskripsikan romantisme teks lagu yang terdapat dalam album Tak

Lekang oleh Waktu karya Krispatih.

b. Mengetahui kesesuaian nilai romantisme yang terdapat dalam album

Tak Lekang oleh Waktu karya Krispatih dengan kriteria bahan ajar

menulis puisi.

2. Maksud Penelitian

a. Secara Teoritis

Penelitian ini dimaksudkan memberikan sumbangan pemikiran dan

tolak ukur kajian untuk penelitian lebih lanjut yaitu berupa alternatif yang

dapat dipertimbangkan dalam usaha memperbaiki mutu pendidikan dan

meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi.

b. Secara Praktis

1) Bagi siswa penelitian ini dimaksudkan siswa mampu menulis puisi,

dan dapat melatih penggunaan kalimat dalam bertutur dan

meningkatkan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan belajar.

2) Bagi peneliti dimaksudkan mendapatkan tambahan pengetahuan dan

wawasan dalam analisis sastra

Page 9: Bab I-III_Skripsi.docx

9

3) Bagi sekolah dimaksudkan sebagai acuan kebijakan dalam upaya

meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran

Bahasa Indonesia.

D. Pola Pikir Penelitian

Memilih bahan pengajaran sastra, hendaknya memperhatikan fase

perkembangan psikologis siswa. Hal ini penting dilakukan, karena fase

perkembangan psikologis sangat berpengaruh terhadap minat para siswa itu

sendiri. Guru sastra hendaknya mengetahui psikologis perkembangan siswa yang

berguna untuk mengetahui gambaran umum psikologis siswa.

Pada perkembangan usia dari anak menuju remaja, dan dewasa, setiap

tingkatan tersebut memiliki kecenderungan yang berbeda. Anak-anak masih suka

bermain, remaja yang penuh emosional, dan masa dewasa yang sudah bisa melihat

realitas kehidupan. Kecenderungan inilah yang harus bisa dipahami oleh guru

sebagai dasar untuk pemilihan bahan ajar yang sesuai dengan siswa. Misalkan,

pemilihan bahan ajar menulis puisi untuk SMA. Masa-masa SMA adalah masa-

masa remaja yang emosional.

Suatu penelitian memerlukan kerangka pikir sebagai dasar pijak kajian

dalam penelitian. Suherli (2007:84) menyatakan: “Kerangka pikir penelitian

merupakan dasar pijak kajian atau penelitian secara teoretis. Kerangka pikir

merupakan dasar-dasar teoretis yang menjadi dasar berpikir dari penelitian dalam

melakukan kajian”. Suatu penelitian memerlukan adanya pemikiran-pemikiran

dan pandangan. Pandangan ini yang akan dijadikan titik tolak sebagai anggapan

dasar.

Page 10: Bab I-III_Skripsi.docx

10

Menurut Waluyo (1995:32) bahwa

Romantisme adalah penggambaran kenyataan hidup dengan penuh keindahan tanpa cela. Jika sesuatu yang dilukiskan itu adalah kebahagiaan, maka kebahagiaan tersebut digambarkan dengan sangat sempurna tanpa cela. Sedangkan jika yang dilukiskan adalah kesedihan, maka kesedihan tersebut digambarkan dengan sesedih-sedihnya hingga menguras semua air mata

Teks lagu adalah kata-kata asli dari pengarang tentang ungkapan perasaan

yang dialaminya dan terdapat ragam suara yang berirama. Nyanyian-nyanyian

yang banyak dilakukan adalah contoh puisi yang popular. Sebagaimana pendapat

Waluyo (1995:27) bahwa “Bahasanya harus mudah dipahami karena pendengar

harus dapat memahami isi lagu itu sementara lagu itu didendangkan”.

Ciri-ciri romantisme menurut Endraswara (2006:34) adalah:

1. Persatuan; meliputi penggunaan simbol-simbol, imajinasi, dan mite.2. Lebih menonjolkan dunia ideal daripada dunia nyata; meliputi penggunaan

kata-kata kiasan yang melebih-lebihkan.3. Petualangan; membuat para pembaca tersentuh.4. Keanekaragaman rasa; meliputi percintaan, kebahagiaan, kesedihan yang

sentimental.

Rahmanto (2003:27) menyatakan bahwa, “Kriteria pemilihan bahan ajar

sastra meliputi berbagai hal, yaitu dilihat dari sudut bahasa, segi kematangan, dan

latar belakang budaya para siswa”.

a. Kriteria dari Segi Bahasa

Teeuw (2003:285) menjelaskan, “Sastra dapat dilihat dari dua segi, yaitu

segi bahasa dan seni. Sebagai seni bahasa, sastra dapat didekati melalui aspek

kebahasaan dan pertentangannya dengan pemakaian bahasa dalam bentuk lain,

sedangkan sebagai suatu seni, sastra dapat didekati melalui aspek

keseniannya”.

Page 11: Bab I-III_Skripsi.docx

11

b. Kriteria dari Psikologis Siswa

Dalam memilih bahan pengajaran sastra, hendaknya memperhatikan fase

perkembangan psikologis siswa. Hal ini penting dilakukan, karena fase

perkembangan psikologis sangat berpengaruh terhadap minat para siswa itu

sendiri. Guru sastra hendaknya mengetahui psikologis perkembangan siswa

yang berguna untuk mengetahui gambaran umum psikologis siswa

c. Kriteria dari Segi Latar Belakang Budaya

Latar belakang masalah budaya yang sesuai dengan kehidupan dan

lingkungan siswa dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi siswa. Latar

belakang budaya sastra meliputi seluruh faktor kehidupan manusia, mulai dari

lingkungan, kepercayaan, cara berfikir, adat istiadat, etika, dan sebagainya.

Lagu-lagu karya kerispatih sangat menarik untuk dianalisis dan untuk

kemudian dijadikan alternatif pembelajaran di SMA. Salah satunya adalah lagu

yang berjudul Tak Lekang Oleh Waktu. Selain membaca puisi, kita juga bisa

menganalisis puisi dari mendengarkan sebuah lagu yang di dalamnya terdapat

unsur romantisme. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai alternatif dalam

pembelajaran. Mungkin dengan cara seperti itu siswa bisa lebih memahami isi

puisi.

Berdasarkan urain tersebut, dapat digambarkan bagan kerangka

pemikiran tentang romantisme teks lagu dalam album Tak Lekang oleh

Waktu karya Krispatih sebagai alternatif bahan ajar menulis puisi di Kelas X

SMA Negeri 1 Kawali.

Page 12: Bab I-III_Skripsi.docx

12

Gambar 1Pola Pikir Penelitian

InputPermasalahan bahan ajar

menulis puisi di SMA

Analisis Romantisme1. Persatuan 2. Lebih menonjolkan dunia ideal 3. Petualangan; 4. Keanekaragaman rasa

Output

1. Nilai Romantisme2. Bahan Ajat Menulis Puisi

Page 13: Bab I-III_Skripsi.docx

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Puisi

Menurut Waluyo (1995:23) bahwa:

Secara etimologis.kata puisi berasal dari bahasa Yunani poemia yang berarti membuat, poeisis yang berarti pembuatan, atau poeites yang berarti pembuat, pembangun atau pembentuk. Di Inggris puisi itu disebut  poem  atau poetry yang tidak jauh berbeda dengan to make atau to create, sehingga pernah lama sekali di Inggris puisi itu disebut maker.

Definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik

Inggris sebagai berikut.

1. Coleridge dalam Pradopo (1993:6) mengemukakan, ‘Puisi itu adalah kata-kata

yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang

setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris,

antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan

sebagainya’.

2. Carlyle dalam Pradopo (1993:6) mengatakan bahwa:

Puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi’.

3. Wordsworth dalam Pradopo (1993:7) mempunyai gagasan bahwa ‘Puisi adalah

pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau

diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan

pernyataan perasaan yang bercampur-baur’.

Page 14: Bab I-III_Skripsi.docx

14

4. Dunton dalam Pradopo (1993:8) berpendapat bahwa ‘Sebenarnya puisi itu

merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa

emosional serta berirama’. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan

disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya

tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti

musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).

5. Shelley dalam Pradopo (1993:6) mengemukakan bahwa puisi adalah

Rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.

Berdasarkan definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan

pemikiran, namun tetap terdapat benang merah. Pradopo (1993:12)

menyimpulkan bahwa “Pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang

puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide,

nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan

perasaan yang bercampur-baur”.

B. Ciri-ciri Puisi

1. Puisi Lama

Menurut Zainuddin (1992:107) bahwa “Puisi lama adalah puisi yang

terikat oleh aturan-aturan”. Aturan-aturan tersebut sifatnya mengikat. Aturan-

aturan-aturan tersebut antara lain:

a. Jumlah kata dalam satu baris;

b. Jumlah baris dalam satu bait;

Page 15: Bab I-III_Skripsi.docx

15

c. Persajakan (rima);

d. Banyak suku kata tiap baris;

e. Irama.

Selanjutnya Zainuddin (1992:108) mengemukakan:

Ciri-ciri puisi lama adalah:a. Anonim (pengarangnya tidak diketahui);b. Terikat jumlah baris, rima, dan irama;c. Merupakan kesusastraan lisan;d. Gaya bahasanya statis (tetap) dan klise;e. Isinya fantastis dan istanasentris.

Jenis-jenis puisi lama menurut Zainuddin (1992:108) sebagai berikut:

a. Mantera adalah ikatan atau susunan kata yang mengandung hikmat dan kekuatan gaib;

b. Pantun adalah bentuk puisi (lama) yang terikat oleh jumlah baris dalam satu bait, rima akhir, jumlah suku kata dan adanya sampiran dan isi;

c. Karmina atau pantun kilat adalah pantun yang jumlah suku katanya terdiri empat sampai enam suku kata;

d. Seloka adalah bentuk puisi (lama) yang terikat jumlah larik dalam setiap bait, jumlah suku kata setiap larik, rima akhirnya dan adanya sampiran serta isi;

e. Gurindam adalah bentuk puisi yang terikat oleh jumlah larik setiap bait, jumlah suku kata setiap larik dan berirama akhir sama serta lariknya menunjukkan hubungan sebab akibat;

f. Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab yang terikat oleh jumlah larik setiap bait, jumlah suku kata setiap barisnya semua larik merupakan isi dan berirama akhir sama dan berisi nasihat atau cerita;

g. Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.

2. Puisi Baru

Menurut Zainuddin (1992:109) bahwa “Puisi baru bentuknya lebih

bebas dari pada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun

rima”. Selanjutnya Zainuddin (1992:109) mengemukakan ciri-ciri puisi baru

sebagai berikut:

a. Pengarangnya diketahui;

Page 16: Bab I-III_Skripsi.docx

16

b. Tidak terikat jumlah baris, rima, dan irama;c. Berkembang secara lisan dan tertulis;d. Gaya bahasanya dinamis (berubah-ubah);e. Isinya tentang kehidupan pada umumnya.

Selanjutnya Zainuddin (1992:110) mengemukakan jenis-jenis puisi baru

sebagai berikut:

a. Balada adalah puisi berisi kisah/cerita;b. Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan;c. Ode adalah puisisanjungan untuk orang berjasa;d. Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup;e. Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih;f. Elegi adalah puisi yang berisi ungkapan cinta kasih;g. Sentire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.

C. Unsur-unsur dalam Puisi

Maulana (2012:76) menyebutkan, “Unsur-unsur puisi dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu fisik dan batin”. Berikut dijelaskan unsur fisik

dan unsur batin.

a. Struktur Fisik Puisi

Struktur fisik puisi adalah unsur pembangun puisi yang bersifat fisik atau

nampak dalam bentuk susunan kata-katanya. Struktur fisik puisi terdiri dari

beberapa macam, yaitu:

1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak

dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi

yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda

titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam

puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata

Page 17: Bab I-III_Skripsi.docx

17

dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih

secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan

makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. 

3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan

pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji

dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan

(visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat

mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan

seperti apa yang dialami penyair.

4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang

memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan

atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta,

kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat

melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.

5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/

meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif

menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna

atau kaya akan makna. Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun

macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes,

ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio,

klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.

6) Verifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum.

Page 18: Bab I-III_Skripsi.docx

18

a) Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir

baris puisi. Rima mencakup:

Onomatope adalah kata tiruan bunyi, misal "kokok" merupakan tiruan

bunyi ayam, "cicit" merupakan tiruan bunyi tikus.

Bentuk intern pola bunyi yang terdiri dari aliterasi, asonansi,

persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh,

sajak penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya.

Pengulangan kata/ungkapan.

b) Ritma (ritme; irama) adalah alunan yg terjadi krn perulangan dan

pergantian kesatuan bunyi dl arus panjang pendek bunyi, keras lembut

tekanan, dan tinggi rendah nada; ritme

c) Metrum adalah ukuran irama yg ditentukan oleh jumlah dan panjang

tekanan suku kata dl setiap baris; pergantian naik turun suara secara

teratur, dng pembagian suku kata yg ditentukan oleh golongan sintaksis

b. Struktur Batin Puisi

Struktur batin puisi adalah unsur pembangun puisi yang tidak tampak

langsung dalam penulisan kata-katanya. Struktur batin puisi dapat dikelompokkan

sebagai berikut:

1) Tema/makna (sense)

Tema adalah pokok pikiran; dasar cerita (yangg dipercakapkan,

dipakai sebagai dasar mengarang, menggubah/mengarang sajak, dan

sebagainya). Media puisi adalah bahasa. Maka puisi harus bermakna, baik

makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

Page 19: Bab I-III_Skripsi.docx

19

2) Rasa (feeling)

Rasa yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat

dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar

belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan,

agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia,

pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman

pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak

bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa,

dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan,

pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang

sosiologis dan psikologisnya.

3) Nada (tone)

Nada yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga

berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan

nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan

masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada

sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.

4) Amanat/tujuan/maksud (itention)

Amanat adalah gagasan yangg mendasari karya sastra; pesan yg ingin

disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Sadar ataupun tidak,

ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa

dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam

puisinya.

Page 20: Bab I-III_Skripsi.docx

20

D. Menulis Puisi sebagai Proses Kreatif Karya Sastra

Menurut Suryati (2011) bahwa “Pembelajaran berpuisi dimaksudkan

sebagai pembelajaran yang berkenaan dengan menulis puisi dan

mempresentasikannya, dua hal yang tidak terpisahkan karena orientasi dari

pembelajaran adalah kompetensi berpuisi”. Jadi, konotasinya adalah

kemampuan siswa dalam praktik, dengan penekanan pada aspek kinerjanya.

Melalui kegiatan menulis, sebuah gagasan akan dapat dinilai dengan

mudah. Manfaat menulis yang lainnya adalah dapat memecahkan masalah

dengan lebih mudah, memberi dorongan untuk belajar secara aktif, dan

membiasakan diri berpikir dan berbahasa secara tertib. Mengingat kemampuan

menulis merupakan sebuah keterampilan penting yang harus dikuasai oleh

siswa, perlu adanya pembinaan dan pengembangan secara intensif dan

berkesinambungan.

Menulis puisi merupakan salah satu bentuk menulis kreatif. Menulis puisi

adalah suatu kegiatan intelektual, yakni kegiatan yang menuntut seseorang

harus benar-benar cerdas, menguasai bahasa, luas wawasannya, dan peka

perasaannya. Meski dalam pembelajaran sastra siswa telah mempelajari puisi

yang rumit baik rima, irama, serta unsur kebahasaannya, untuk pembelajaran

menulis puisi. Menurut Rahmanto dalam Aritonang (2009:32), Puisi yang

cocok sebagai model untuk latihan menulis, biasanya puisi yang berbentuk

bebas dan sederhana, berisi hasil pengamatan yang berupa imbauan atau

pernyataan”. Puisi yang dituliskan oleh penyair merupakan tanggung jawabnya

agar pembaca dapat membaca atau mengapresiasinya. Jika pembaca tidak

Page 21: Bab I-III_Skripsi.docx

21

memahami hasil pengimajian dalam bentuk puisi, hal itu adalah kesalahan

penyair.

E. Aliran-aliran dalam Sastra

Menurut Waluyo (1995:32) bahwa:

Aliran sastra dibedakan menjadi dua bagian besar, yakni idealisme, dan materialisme. Idealisme adalah aliran romantik yang bertolak dari cita-cita yang dianut oleh penulisnya. Menurut aliran ini, segala sesuatu yang terlihat di alam ini hanyalah merupakan bayangan dari bayangan abadi yang tidak terduga oleh pikiran manusia. Aliran idealisme ini dapat dibagi menjadi (a) romantisisme, (b) simbolik, (c) mistisisme, dan (d) surealisme. Materialisme berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang bersifat kenyataan dapat diselidiki dengan akal manusia. Dalam kesusastraan, aliran ini dapat dibedakan atas realisme dan naturalisme.

a. Aliran Sastra Idealisme

Aliran idealisme yang pertama adalah romantisisme. Menurut Waluyo

(1995:33), “Romantisme adalah aliran karya sastra yang sangat mengutamakan

perasaan, sehingga objek yang dikemukakan tidak lagi asli, tetapi telah bertambah

dengan unsur perasaan si pengarang”. Aliran ini dicirikan oleh minat pada alam

dan cara hidup yang sederhana, minat pada pemandangan alam, perhatian pada

kepercayaan asli, penekanan pada kespontanan dalam pikiran, tindakan, serta

pengungkapan pikiran. Pengikut aliran ini menganggap imajinasi lebih penting

daripada aturan formal dan fakta. Aliran ini kadang-kadang berpadu dengan aliran

idealisme dan realisme sehingga timbul aliran romantik idealisme, dan romantik

realisme.

Waluyo (1995:34) mengartikan, “Romantik idealisme adalah aliran

kesusastraan yang mengutamakan perasaan yang melambung tinggi ke dalam

Page 22: Bab I-III_Skripsi.docx

22

fantasi dan cita-cita”. Hasil sastra Angkatan. Pujangga Baru umumnya termasuk

aliran ini. Sementara romantik realisme mengutamakan perasaan yang bertolak

dari kenyataan (contoh: puisipuisi Chairil Anwar dan Asrul Sani).

Selanjutnya Waluyo (1995:34) mengatakan, “Simbolik adalah aliran yang

muncul sebagai reaksi atas realisme dan naturalisme. Pengarang berupaya

menampilkan pengalaman batin secara simbolik”. Dunia yang secara indrawi

dapat kita serap menunjukkan suatu dunia rohani yang tersembunyi di belakang

dunia indrawi. Aliran ini selalu menggunakan simbol atau perlambang hewan atau

tumbuhan sebagai pelaku dalam cerita. Contoh karya sastra yang beraliran ini

misalnya Tinjaulah Dunia Sana, Dengarlah Keluhan Pohon Mangga karya

Maria Amin dan Kisah Negara Kambing karya Alex Leo.

Mengenai mistisisme Waluyo (1995:34) mendefinisikan, “Mistisme adalah

aliran kesusastraan yang bersifat melukiskan hubungan manusia dengan Tuhan”.

Mistisisme selalu memaparkan keharuan dan kekaguman penulis terhadap

keagungan Maha Pencipta. Contoh karya sastra yang beraliran ini adalah

sebagaian besar karya Amir Hamzah, Bahrum Rangkuti, dan J.E. Tatengkeng.

Surealisme menurut Waluyo (1995:37) adalah “Aliran karya sastra yang

melukiskan berbagai objek dan tanggapan secara serentak”. Karya sastra bercorak

surealis umumnya sulit dipahami karena gaya pengucapannya yang melompat-

lompat dan kadang terasa agak kacau. Contoh karya sastra aliran ini misalnya

Radio Masyarakat karya Rosihan Anwar, Merahnya Merah karya Iwan

Simatupang, dan Tumbang karya Trisno Sumardjo.

Page 23: Bab I-III_Skripsi.docx

23

b. Aliran Sastra Materialisme

Jenis aliran materialisme yang pertama adalah realisme. Waluyo (1995:38)

mengatakan, “Realisme adalah aliran karya sastra yang berusaha menggambarkan

atau memaparkan atau menceritakan sesuatu sebagaimana kenyataannya”. Aliran

ini umumnya lebih objektif memandang segala sesuatu (tanpa mengikutsertakan

perasaan).

Plato dalam Waluyo (1995:38) mengemukakan, “Sastra adalah tiruan

kenyataan”. Berangkat dari inilah kemudian berkembang aliran-aliran, seperti

realisme sosialis, naturalism, dan determinisme. Realisme sosialis adalah aliran

karya sastra secara realis yang digunakan pengarang untuk mencapai cita-cita

perjuangan sosialis. Naturalisme adalah aliran karya sastra yang ingin

menggambarkan realitas secara jujur bahkan cenderung berlebihan dan terkesan

jorok. Aliran ini berkembang dari realisme. Ada tiga paham yang berkembang

dari aliran realisme, yaitu saintisme (hanya sains yang dapat menghasilkan

pengetahuan yang benar), positivisme (menolak metafisika, hanya pancaindra kita

berpijak pada kenyataan), dan determinisme (segala sesuatu sudah ditentukan oleh

sebab musabab tertentu).

Waluyo (1995:39) mengartikan, “Impresionisme adalah aliran kesusastraan

yang memusatkan perhatian pada apa yang terjadi dalam batin tokoh utama”.

Impresionisme lebih mengutamakan pemberian kesan atau pengaruh kepada

perasaan daripada kenyataan atau keadaan yang sebenarnya. Beberapa pengarang

Pujangga Baru memperlihatkan impresionisme dalam beberapa karyanya.

Page 24: Bab I-III_Skripsi.docx

24

F. Romantisme

a. Pengertian Romantisme

Secara harfiah pengertian romantisme berasal dari kata romantis dan

isme. Menurut Kamisa, (1997:451) “Romantis merupakan seperti dalam

roman, penuh khayal dan perasaan. Sedangkan isme berarti paham atau

aliran. Jadi romantisme adalah aliran yang mengutamakan perasaan,

pemikiran dan tindakan spontanitas”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka

dapat disimpulkan bahwa romantisme yaitu salah satu sikap sastra yang

menganggap imajinasi lebih penting daripada fakta dengan melihat kehidupan

nyata manusia dari perspektif sebuah dunia ideal yang maha besar dan

menggambarkan realita kehidupan dalam bentuk yang seindah-indahnya dan

sehalus-halusnya. Tujuan utama dari romantisme ini adalah agar pembaca

mampu tersebuth emosinya, karena setiap gejolak yang ada atau konflik yang

ditonjolkan biasanya secara dramatis dan setuntas-tuntasnya.

Kata romantik ada hubunganya dengan arti asli yang disandang oleh

kata roman di abad pertengahan, ialah suatu cerita dalam bahasa rakyat yaitu

bahasa roman. Roman abad pertengahan terutama berupa cerita kesatria,

kebanyakan ditulis dalam bentuk sajak. Tetapi menjelang akhir abad,

romantik dihubungkan dengan pengertian seperti perasaan, subjektivitas, dan

keaslian.

b. Ciri-ciri Romantisme

Ciri-ciri romantisme menurut Endraswara (2006:34) adalah:

1) Persatuan;2) Lebih menonjolkan dunia ideal daripada dunia nyata;

Page 25: Bab I-III_Skripsi.docx

25

3) Petualangan4) Keanekaragamana seperti percintaan dan pedalaman.

Berikut dijelaskan mengenai cirri-ciri romantisme di atas:

1) Persatuan

Romantisme berusaha keras untuk mengatasi keterpisahan antara subjek

dan objek, diri dengan dunia, kesadaran dengan ketaksadara, dengan

menggunakan peralatan-peralatan seperti symbol-simbol, imajinasi, dan mite.

Tanpa berpretensi pada kemutlakan definsi, memahami romantisme sebagai

kesatuan dan ketegangan antara dunia ideal yang menuntut dengan dunia nyata

yang penuh dengan keterpisahan, kekacauan, dan keanekaragaman dalam

hubungan antar unsure yang membangunnya.

2) Lebih Menonjolkan Dunia Ideal daripada Dunia Nyata

Dunia ideal mengimajinasikan atau menggambarkan yang terdapat dalam

angan lebih diperlihatkan dengan cara menggunakan kata-kata kiasan yang

melebih-lebihkan atau meninggikan, sehingga mereka terus-menerus berjuang

untuk membangun kesatuan atau harmoni. Dunia ideal dipahami sebagai sebagai

awal dari dunia nyata, sumber pertama dari eksistensi dan maknanya yang

merupakan satu kesatuan yang menembus segalanya, kesatuan yang

mengekspresikan dirinya dalam multiplitas alam, yang mengekspresikan dirinya

dalam segala benda-benda sebagai roh. Dunia nyata adalah dunia pengalaman

dalam ruang dan waktu yang secara langsung dapat dipahami oleh manusia.

3) Petualangan

Romantisme mengungkapkan tentang realita kehidupan yang tergambar

tuntas, sehingga mampu membuat para pembaca tersentuh, karena itu setiap

Page 26: Bab I-III_Skripsi.docx

26

gejolak yang ada atau konflik yang ditonjolkan biasanya disusun secara dramatis

dan setuntas-tuntasnya.

4) Keanekaragaman Rasa

Percintaan kebahagiaan yang terbatas digambarkan keindahan dan

sempurna tanpa cela. Sebaliknya, jika yang dilukiskan adalah kesedihan, maka

digabarkan dengan sifat sentimental atau cengeng yang seolah-olah menangis

hingga air mata banyak terkuras.

Selanjutnya Waluyo (1995:32) mengungkapkan cirri romantisme sebagai

berikut:

1) Menonjolkan dan menggambarkan perasaan;2) Bercirikan percintaan;3) Lebih menonjolkan dunia ideal;4) Mempunyai sifat sentimental;5) Mengungkapkan realita kehidupan.

G. Pemilihan Bahan Ajar

Terdapat beberapa definisi bahan ajar yang dikemukakan para ahli.

Belawati (2006:2) mendefinisikan, “Bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi

yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses

pembelajaran”. Berdasarkan definisi bahan ajar tersebut, maka dapat dikatakan

bahwa bahan ajar adalah semua bentuk bahan atau materi pembelajaran baik

cetak, audio, video, animasi dan lainnya berupa pengetahuan, keterampilan dan

nilai-nilai yang digunakan dalam proses pembelajaran. Pada intinya bahan ajar itu

disusun untuk memudahkan pembelajar mencapai tujuan pembelajaran. BSNP

(2006:317) menjelaskan,

Page 27: Bab I-III_Skripsi.docx

27

Bahan ajar tidak hanya terdiri atas pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur) saja. Untuk mencapai tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan pendidik dalam memilih bahan

pembelajaran apresiasi sastra (puisi) yang sesuai dalam Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai berikut.

a. Pendidik dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi

bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa,

bersastra, dan sumber belajar.

b. Pendidik menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan

kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya.

c. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan

kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap

memperhatikan kepentingan nasional.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam memilih

bahan ajar apresiasi sastra (puisi) harus memperhatikan rambu-rambu yang sudah

diatur dan ditetapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), agar

bahan ajar sastra tersebut mampu mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal,

serta kepekaan terhadap lingkungan hidup, masyarakat dan budaya.

Page 28: Bab I-III_Skripsi.docx

28

H. Kriteria Pemilihan Bahan Ajar Sastra

Rahmanto (1988: 27) menyatakan bahwa, “Kriteria pemilihan bahan ajar

sastra meliputi berbagai hal, yaitu dilihat dari sudut bahasa, segi kematangan, dan

latar belakang budaya para siswa”.

Berdasarkan pendapat di atas untuk lebih jelasnya mengenai kriteria

pemilihan bahan ajar sastra berikut ini diuraikan ketiga kriteria bahan ajar

tersebut.

a. Kriteria dari Segi Bahasa

Teeuw (2003:285) menjelaskan, “Sastra dapat dilihat dari dua segi, yaitu

segi bahasa dan seni. Sebagai seni bahasa, sastra dapat didekati melalui aspek

kebahasaan dan pertentangannya dengan pemakaian bahasa dalam bentuk lain,

sedangkan sebagai suatu seni, sastra dapat didekati melalui aspek keseniannya”.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa bahasa sastra itu sangat

kompleks, baik dari segi diksi maupun segi makna. Oleh karena itu supaya

pembelajaran sastra berhasil, guru harus selektif dalam memilih bahan

pembelajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat kebahasaan siswa

untuk masing jenjang pendidikan tertentu. Artinya sesuai dengan kemampuan

siswa dalam memahami bahasa. Misalnya bahan ajar sastra untuk siswa SD,

bahasanya sederhan dan mudah dipahami oleh anak seusia itu. Untuk siswa SMA

bahasa dalam bahan ajar sasatra sudah sedikit rumit, maksudnya siswa mulai

diperkenalkan kepada aspek-aspek realita, sehingga siswa dituntut untuk dapat

mengartikan kata-kata yang besinonim dalam sebuah puisi.

Page 29: Bab I-III_Skripsi.docx

29

Pemilihan bahan ajar sastra untuk siswa SMA sudah mulai kompleks,

ditandai dengan macam-macam genre sastra yang dipelajari serta bobot bahasa

yang digunakan didalamnya. Maka dari itu siswa SMA dituntut untuk berpikir

kritis dalam menghadapi kenyataan hidup yang sebenarnya.

Hal ini sesuai dengan prinsip Sutan Takdir Alisyahbana dalam Suryaman

(2004:141), yang menyatakan sebagai berikut.

Dalam bersastra seni sastra bukan sekedar untuk seni, tetapi juga untuk kebermanfaatan intelektual dan pencerdasan masyarakat. Olek karena itu, sastra tidaklah bisa bermewah-mewah dengan keindahan untuk mencapai kepuasan seseorang dalam mencipta, tetapi harus dilibatkan secara aktif dalam seluruh pembangunan bangsa. Sastra haruslah membuat pembaca lebih optimis dan mampu menghadapi hidup dengna semangat juang yang tinggi utuk mengatasi masalah dan situasi kritis.

b. Kriteria dari Psikologis Siswa

Dalam memilih bahan pengajaran sastra, hendaknya memperhatikan fase

perkembangan psikologis siswa. Hal ini penting dilakukan, karena fase

perkembangan psikologis sangat berpengaruh terhadap minat para siswa itu

sendiri. Guru sastra hendaknya mengetahui psikologis perkembangan siswa yang

berguna untuk mengetahui gambaran umum psikologis siswa.

Pada perkembangan usia dari anak menuju remaja, dan dewasa, setiap

tingkatan tersebut memiliki kecenderungan yang berbeda. Anak-anak masih suka

bermain, remaja yang penuh emosional, dan masa dewasa yang sudah bisa melihat

realitas kehidupan. Kecenderungan inilah yang harus bisa dipahami oleh guru

sebagai dasar untuk pemilihan bahan ajar yang sesuai dengan siswa. Misalkan,

pemilihan bahan ajar menulis puisi untuk SMA. Masa-masa SMA adalah masa-

masa remaja yang emosional.

Page 30: Bab I-III_Skripsi.docx

30

Permasalahan yang sering muncul pada usia tersebut adalah masalah cinta.

Baik permasalahan untuk mengungkapan cinta, maupun putus cinta. Guru bisa

menggunakan puisi yang sesuai dengan keadaan tersebut. Dengan demikian

psikologi siswa dapat dijadikan salah satu kriteria pemilihan bahan pembelajaran

sastra di SMA, dengan tujuan untuk menarik perhatian siswa. Hal ini

dihubungkan dengan sifat-sifat siswa SMA dalam masa perkembangannya.

c. Kriteria dari Segi Latar Belakang Budaya

Latar belakang masalah budaya yang sesuai dengan kehidupan dan

lingkungan siswa dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi siswa. Latar

belakang budaya sastra meliputi seluruh faktor kehidupan manusia, mulai dari

lingkungan, kepercayaan, cara berfikir, adat istiadat, etika, dan sebagainya.

Apabila siswa merasa percaya diri untuk mengapresiasi karya sastra

denganbudaya yang dikenalinya, maka memungkinkan bagi siswa untuk

memahami latar belakang budaya yang berbeda, tentunya dibawah bimbingan

guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka latar

belakang budaya siswapun merupakan salah satu kriteria pemilihan bahan

pembelajaran apresiasi sastra.

Page 31: Bab I-III_Skripsi.docx

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Suatu penelitian memerlukan metode dalam pelaksanaannya. Menurut

Ratna (2010:34) dalam pengertian yang lebih luas bahwa “Metode dianggap

sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis

untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya”. Sebagai alat, sama

dengan teori, metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga lebih

mudah untuk dipecahkan dan dipahami. Dalam sebuah penelitian, penggunaan

sebuah metode diperlukan agar dapat ditemukan suatu cara, langkah kerja dan

rumusan yang benar dalam memberikan telaah setiap permasalahan. Sehingga

dapat menghasilkan suatu penelitian yang diinginkan dari awal hingga tujuan atau

sasarannya. Penentuan metode disesuaikan dengan objek penelitian dalam hal ini

teks lagu sebagai objek penelitiannya.

Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini merupakan penelitian

kualitatif, sehingga metode yang dipakai adalah metode analisis, metode

kepustakaan, dan pendekatan objektif.

1. Metode Analisis

Salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis. Menurut Ratna (2010:34) bahwa “Dalam karya sastra, metode analisis,

yaitu penelitian dilakukan secara langsung oleh peneliti yang turun langsung ke

lapangan atu medan tertentu”. Metode penelitian dilakukan setelah data

terkumpul, dikelompokkan, dikodekan atau diurutkan, kemudian dianalisis.

Page 32: Bab I-III_Skripsi.docx

32

Data yang tidak relevan akan dibuang dan data yang kurang lengkap akan

dilengkapi sehingga dapat diambil sebuah keputusan yang dapat dipercaya.

2. Metode Kepustakaan

Metode lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kepustakaan. Menurut Semi (1993:71) metode kepustakaan adalah “Penelitian

yang dilakukan yang dilakukan di kamar kerja peneliti atau diruang

perpustakaan, dimana peneliti memperoleh data dan informasi tentang objek

telitinya lewat buku-buku atau alat-alat audiovisual lainnya”. Metode ini

digunakan untuk mencari teori, konsep-konsep yang dapat dijadikan landasan

teori atau mencari teori-teori baru dan data-data yang relevan dengan

penelitian.

3. Pendekatan Objektif

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

objektif. Menurut Semi (1993:67) bahwa “Pendekatan objektif adalah

pendekatan yang bertolak dari asumsi dasar bahwa karya sastra sebagai kerja

kreatif memiliki otonomi yang penuh yang harus dilihat sebagai suatu sosok

yang berdiri sendiri terlepas dari hal-hal yang lain yang berada diluar dirinya”.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Page 33: Bab I-III_Skripsi.docx

Lirik lagu dalam Album Tak Lekang

oleh Waktu

Analisis RomantismePersatuan Lebih menonjolkan dunia ideal Petualangan; Keanekaragaman rasa

Kriteria Bahan AjarKriteria dari Segi BahasaKriteria dari Psikologis SiswaKriteria dari Segi Latar Belakang Budaya

33

Gambar 2Bagan Desain Penelitian

C. Fokus Kajian

Agar peneliatian yang akan dilaksanakan dapat terarah, maka perlu

dilakukan fokus kajian. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah kiriteria

pemilihan bahan ajar dan omantisme.

1. Kriteria Bahan Ajar

Kriteria pemilihan bahan ajar sastra meliputi berbagai hal, yaitu dilihat

dari sudut bahasa, segi kematangan, dan latar belakang budaya para siswa”.

a. Kriteria dari Segi Bahasa

Sastra dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi bahasa dan seni. Sebagai

seni bahasa, sastra dapat didekati melalui aspek kebahasaan dan

pertentangannya dengan pemakaian bahasa dalam bentuk lain, sedangkan

sebagai suatu seni, sastra dapat didekati melalui aspek keseniannya.

Page 34: Bab I-III_Skripsi.docx

34

b. Kriteria dari Psikologis Siswa

Dalam memilih bahan pengajaran sastra, hendaknya memperhatikan

fase perkembangan psikologis siswa. Hal ini penting dilakukan, karena fase

perkembangan psikologis sangat berpengaruh terhadap minat para siswa itu

sendiri. Guru sastra hendaknya mengetahui psikologis perkembangan siswa

yang berguna untuk mengetahui gambaran umum psikologis siswa

c. Kriteria dari Segi Latar Belakang Budaya

Latar belakang masalah budaya yang sesuai dengan kehidupan dan

lingkungan siswa dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi siswa. Latar

belakang budaya sastra meliputi seluruh faktor kehidupan manusia, mulai dari

lingkungan, kepercayaan, cara berfikir, adat istiadat, etika, dan sebagainya.

2. Romantisme dalam Album Tak Lekang oleh Waktu

Menurut Endraswara (2006:33) bahwa cirri-ciri romantisme adalah:

a. Persatuan

Romantisme berusaha keras untuk mengatasi keterpisahan antara

subjek dan objek, diri dengan dunia, kesadaran dengan ketaksadaran, dengan

menggunakan peralatan-peralatan seperti symbol-simbol, imajinasi, dan mite.

Tanpa berpretensi pada kemutlakan definsi, memahami romantisme sebagai

kesatuan dan ketegangan antara dunia ideal yang menuntut dengan dunia

nyata yang penuh dengan keterpisahan, kekacauan, dan keanekaragaman

dalam hubungan antar unsure yang membangunnya.

Page 35: Bab I-III_Skripsi.docx

35

b. Lebih Menonjolkan Dunia Ideal daripada Dunia Nyata

Dunia ideal mengimajinasikan atau menggambarkan yang terdapat

dalam angan lebih diperlihatkan dengan cara menggunakan kata-kata kiasan

yang melebih-lebihkan atau meninggikan, sehingga mereka terus-menerus

berjuang untuk membangun kesatuan atau harmoni. Dunia ideal dipahami

sebagai sebagai awal dari dunia nyata, sumber pertama dari eksistensi dan

maknanya yang merupakan satu kesatuan yang menembus segalanya,

kesatuan yang mengekspresikan dirinya dalam multiplitas alam, yang

mengekspresikan dirinya dalam segala benda-benda sebagai roh. Dunia nyata

adalah dunia pengalaman dalam ruang dan waktu yang secara langsung dapat

dipahami oleh manusia.

c. Petualangan

Romantisme mengungkapkan tentang realita kehidupan yang

tergambar tuntas, sehingga mampu membuat para pembaca tersentuh, karena

itu setiap gejolak yang ada atau konflik yang ditonjolkan biasanya disusun

secara dramatis dan setuntas-tuntasnya.

d. Keanekaragaman Rasa

Percintaan kebahagiaan yang terbatas digambarkan keindahan dan

sempurna tanpa cela. Sebaliknya, jika yang dilukiskan adalah kesedihan,

maka digabarkan dengan sifat sentimental atau cengeng yang seolah-olah

menangis hingga air mata banyak terkuras.

Page 36: Bab I-III_Skripsi.docx

36

Berdasarkan kajian di atas, maka akan dikaji mengenai romantisme dalam

album Tak Lekang oleh Waktu sebagai alternif bahan ajar menulis puisi di Kelas

X SMA Negeri 1 Kawali.

Tabel 1Fokus Kajian

Fokus

Kajian

Aspek yang

DitelitiIndikator Alat Ukur

Romantisme

dalam

Album Tak

Lekang

oleh Wkatu

Nilai

Romantisme

1. Persatuan;

a. penggunaan simbol-simbol

b. imajinasi

c. mite

2. Lebih menonjolkan dunia ideal

daripada dunia nyata;

a. kata-kata kiasan yang

melebih-lebihkan.

3. Petualangan

a. membuat para pembaca

tersentuh

4. Keanekaragaman rasa

a. percintaan,

b. kebahagiaan,

c. kesedihan yang sentimental

Ciri-ciri

Romantisme

Menuru

Endraswara

(2006)

Page 37: Bab I-III_Skripsi.docx

37

Fokus

Kajian

Aspek yang

DitelitiIndikator Alat Ukur

Bahan Ajar

Menulis

Puisi

Bahan Ajar

Menulis Puisi

1. Kriteria dari Segi Bahasa

2. Kriteria dari Psikologis Siswa

3. Kriteria dari Segi Latar Belakang

Budaya

Kriteria

Bahan Ajar

menurut

Rahmanto

(2003)

D. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh peneliti sehubungan dengan

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

a. Merencanakan judul;

b. Menyusun proposal penelitian;

c. Menyiapkan buku-buku penunjang penelitian;

d. Mengajukan permohonan pelaksanaan seminar proposal;

e. Pelaksanaan seminar proposal;

f. Mengadakan konsultasi dengan pembimbing I dan II untuk perbaikan

berdasarkan sarana-saran perbaikan proposal dalam seminar;

g. Menyelesaikan persyaratan administrasi bagi penelitian.

Page 38: Bab I-III_Skripsi.docx

38

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan konsultasi dengan pembimbing I dan II serta meminta

petunjuk penting dalam melakukan penelitian;

b. Merancanakan analisis;

c. Melaksanakan analisis;

3. Tahap pelaporan

a. Menyusun laporan;

b. Merevisi laporan;

c. Menyusun skripsi.

E. Sumber Data

Arikunto (2010:172) mengemukakan bahwa “Yang dimaksud dengan

sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh”.

Sumber data dalam penelitian ini berupa teks lagu dalam Album Tak Lekang oleh

waktu Karya Krispatih.

1. Populasi

Untuk memperoleh data dari suatu penelitian tentunya diperlukan

sumber data. Mengenai pengertian populasi, menurut Arikunto (2006:130)

“Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung maupun

mengukur, kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu

mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-

sifatnya”.

Sugiyono (2010:80) mengemukakan bahwa:

Page 39: Bab I-III_Skripsi.docx

39

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki obyek atau subyek itu.

Nazir dalam Riduwan (2008:7) mengatakan bahwa ‘Populasi adalah

berkenaan dengan data bukan orang atau bendanya’. Nawawi dalam Riduwan

(2008:8) menyebutkan bahwa ‘Populasi adalah totalitas semua nilai yang

mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun

kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap’.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka populasi dalam

penelitian ini adalah 12 teks lagu yang berasal dari album Tak Lekang Oleh

Waktu karya Krispatih.

2. Sampel

Arikunto (2006:131) menyatakan bahwa “Sampel adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti”. Dinamakan penelitian sampel apabila hendak

menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Menggeneralisasikan maksudnya

adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi

populasi.

Selanjutnya untuk menentukan jumlah sampel, Arikunto (2006:132)

mengatakan, “Jika jumlah populasi kurang dari 100, akan lebih baik jika

diambil secara keseluruhan, dan penelitian ini disebut juga dengan penelitian

populasi, jika jumlah populasi lebih dari 100, dapat diambil 10-15% atau 20-

25% atau lebih”. Berdasarkan pendapat tersebut, sampel yang dipilih dalam

Page 40: Bab I-III_Skripsi.docx

40

penelitian ini meliputi 12 teks lagu krispatih yang di ambil dari Album Tak

Lekang Oleh Waktu. Berikut adalah teks-teks lagu tersebut berjudul:

a. Ada Aku Disini;

b. Bila Rasaku Ini Rasamu;

c. Maaf Aku Terlalu Mencintainya;

d. Demi Cinta;

e. Tak Lekang oleh Waktu;

f. Terima Aku Apa Adanya;

g. Masih Ada;

h. Tentang Sebuah Kisah;

i. Aku Pasti Memilih;

j. Kusesali untuk Dirimu;

k. Kesalahan yang Sama;

l. Kawan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Seorang peneliti selalu memerlukan data untuk dijadikan landasan objektif

dalam menarik keputusan/kesimpulan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data

merupakan teknik yang digunakan dan diterapkan oleh seorang penulis untuk

mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam suatu penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan, Metode penelitian yang

digunakan adalah metode content analysis. Nazir (2003:111) mengemukakan

bahwa “Yang dimaksud dengan anaisis isi  adalah (content analysis) teknik

pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku,

literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya

Page 41: Bab I-III_Skripsi.docx

41

dengan masalah yang dipecahkan”. Content analysis merupakan langkah yang

penting dimana setelah seorang peneliti menetapkan topik penelitian, langkah

selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan

dengan topik penelitian.

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah terhadap unsur-unsur

yang terdapat dalam teks lagu sama dengan unsur yang terdapat dalam teks puisi,

yaitu meliputi: unsur fisik dan unsur batin. Unsur fisik yang dipakai adalah diksi,

bahasa figuratif dan versifikasi. Sedangkan unsur batin meliputi tema, citraan,

perasaan, nada dan suasana (Waluyo, 1995: 54).