Upload
iisisiis
View
214
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
seizure lapsus bab I
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Meningkatnya usia harapan hidup yang didorong oleh keberhasilan
pembangunan nasional dan berkembangnya modernisasi serta globalisasi di
Indonesia akan cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskuler
(penyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit arteri perifer). Stroke merupakan
keadaan emergensi, yang sekarang ini dikenal dengan serangan otak (brain
attack). WHO memperkirakan 15 juta orang di dunia menderita stroke. Sepertiga
dari kasus stroke dapat berakhir dengan kematian, sepertiganya cacat, dan sisanya
menunjukkan hasil yang baik (Magistris F., et al, 2013).
Data di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus stroke
baik dalam hal kematian, kejadian, maupun kecacatan. Prevalensi stroke di
Indonesia sebesar 51,6 per 100.000 penduduk, dengan angka kecacatan 1,6% dan
4,3% dengan gejala semakin memberat. Angka kematian berdasarkan umur
adalah: 15,9% pada usia 45-55 tahun, 28,6% pada usia 55-64 tahun, dan 23,5%
pada usia 65 tahun. Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat
disebabkan oleh adanya sumbatan pembuluh darah arteri di otak (stroke iskemik),
yaitu sekitar 85%. Dan 15% sisanya disebabkan oleh adanya perdarahan pada atau
di sekitar otak (stroke hemoragik) (Stroke Association, 2012). Hipertensi
merupakan faktor resiko yang paling berkontribusi pada lebih dari 12.7 juta pasien
stroke di seluruh dunia. Insiden stroke meningkat pada mereka yang berusia tua
serta pada orang Afrika dan Asia (Magistris F., et al, 2013).
Stroke hemoragik disebabkan oleh darah yang keluar pada jaringan otak
pada saat tekanan tinggi, dimana kerusakannya lebih besar dibandingkan stroke
iskemik. Pada stroke hemoragik, darah akan mengumpul di jaringan otak dan
menjadi racun yang menyebabkan area di sekitar otak melemah dan mati
(American Stroke Association, 2012). Ada dua jenis strok hemoragik, yaitu
perdarahan intraserebral (PIS) dan perdarahan subarahnoid (PSA). PIS adalah
perdarahan yang terjadi di dalam otak, sedangkan perdarahan yang terjadi di
permukaan otak disebut PSA (Magistris F., et al, 2013).
Faktor resiko pada stroke hemoragik PIS ada dua, yaitu yang dapat diubah
dan yang tidak dapat diubah. Yang dapat diubah antara lain hipertensi, terapi anti
koagula, terapi trombolitik, konsumsi alkohol berlebihan, riwayat merokok dan
penyalahgunaan obat (terutama kokain). Hipertensi merupakan penyebab
terbanyak pada kasus stroke hemoragik, dan 60% pada kasus PIS. Hipertensi pada
PIS menyebabkan pecahnya aneurisma sehingga terjadi perdarahan pada
intrakranial. Terapi antikoagulan meningkatkan resiko perdarahan stroke 7-10 x.
Faktor resiko yang tidak dapat diubah antara lain usia, etnis, cerebral amyloidosis,
koagulopati, vaskulitis, arterivenous malformations (AVMs), dan neoplasma
intrakranial (Magistris F., et al, 2013).
PIS adalah penyebab utama kematian dan kecacatan dibidang penyakit
saraf. Sekitar 10% dari total kejadian stroke adalah PIS, dengan angka kematian
rata-rata baik di Indonesia maupun di dunia berkisar antara 40-60%, dan
kecacatan pada tahun pertama adalah 75-85% (Brouwers HB and Greenberg SM,
2013). Sehingga diperlukan kecepatan dan ketepatan dalam melihat gejala klinis
awal, penentuan diagnosis serta penanganan awal yang baik untuk menentukan
prognosisnya (Magistris F., et al, 2013).