BAB I - IV

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki sel dan mempertahankan struktur fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan sel. Kerusakan jaringan akan mengakibatkan perubahan pada sturuktur dan fungsi organ tubuh (Boedi & Hadi, 2004). Setiap tahun jumlah lansia di seluruh dunia semakin bertambah karena semakin meningkatnya usia harapan hidup. Di negaranegara yang sudah maju, jumlah lansia relatif lebih besar dibanding dengan negaranegara berkembang, karena tingkat perekonomian yang lebih baik dan fasilitas pelayanan kesehatan sudah memadai. Hal ini juga akan menimbulkan masalah pelayanan kesehatan terutama pada kaum lansia. Usia harapan hidup di Indonesia saat ini adalah 65 tahun. Sejalan dengan bertambahnya umur mereka, mereka sudah tidak produktif lagi, kemampuan fisik maupun mental mulai menurun, tidak mampu lagi melakukan pekerjaanpekerjaan yang lebih berat, memasuki masa pensiun, ditinggal pasangan hidup, stress menghadapi kematian, munculnya berbagai macam penyakit, dan lainlain. Karena sel-sel mengalami degeneratif maka fungsi dari sistem organ juga mengalami penurunan. Kulit menjadi keriput, rambut putih dan menipis, gigi berlubang dan tanggal, fungsi penglihatan, pendengaran, pengecapan atau pencernaan mulai menurun, osteoporosis, gangguan sistem kardiovaskuler, gangguan endokrin dan lainlain. Beberapa masalah kesehatan pada lanjut usia yang sering terjadi diantaranya hipertensi, CHF, diabetes mellitus, stroke, infark miokard dan kanker (Ismar, 2008).

1

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun dimana tubuh tidak dapat memproduksi insulin atau menggunakan insulin secara efektif yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi nilai normal yaitu kadar gula darah sewaktu/ random dari 200mg/dl, dan kadar gula darah puasa diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Brunner & Suddart, 2002). Sedangkan menurut WHO, Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik

hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Menurut Davies et al (1994) penyebab DM sangatlah kompleks yang meliputi dua hal yaitu pengaruh genetik dan lingkungan. Sedangkan menurut Valentine (1992) keluarga yang memiliki resiko menderita DM dapat menurunkannya pada anaknya sekitar 25%40%. Prevalensi DM di Amerika Serikat adalah sebesar 7% dari populasi total yaitu sekitar 18 juta penduduk. Dari 18 juta penduduk tersebut, sekitar 5 jutanya adalah kelompok yang tidak sadar dengan kondisi kesehatan (McClendon, 2007). Jumlah penderita DM terus meningkat di Indonesia, hal ini perlu diwaspadai karena kini Indonesia menempati urutan ke empat terbesar di dunia dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Pada tahun 2006 jumlah Diabetasi di Indonesia diperkirakan mencapai 14 juta orang, dimana baru 50% yang sadar mengidapnya dan diantara mereka baru sekitar 30% yang datang berobat teratur (WHO, 2008). Hasil beberapa penelitian epidemiologis dan konsensus pengelolaan DM di Indonesia, sekitar tahun 1980-an didapatkan prevalensi DM sebesar 1,52,3% pada penduduk usia lebih dari 15 tahun, bahkan di Manado didapatkan prevalensi DM 6,1%, Tasikmalaya sebesar 1,1%, Tanah Toraja khususnya kecamatan Sesean 0,8%, Surabaya penduduk diatas 12 tahun sebesar 1,43%, daerah

2

rural prevalensinya 1,47%, Jakarta peningkatan prevalensi DM dari 1,7% pada tahun 1982 menjadi 5,7% pada tahun 1993, bahkan ditahun 2001 di Depok mencapai 12,8%, demikian pula di Ujung Pandang adanya peningkatan dari 1,5% pada tahun 1981 menjadi 2,9% pada tahun 1998 (PERKENI, 2000). Sedangkan prevalensi DM di Kecamatan Medan Johor selama tahun 2011 sebanyak 4.543 orang dan termasuk dalam 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Medan Johor. Di Puskesmas Medan Johor sudah terdapat posyandu lansia, namun belum ada kegiatan yang berkaitan dengan pencegahan dan pengkontrolan kadar gula darah, sehingga penderita DM semakin bertambah. Melihat semakin meningkatnya angka kejadian DM baik di Indonesia khususnya di Medan Johor, maka diperlukan tindakan pencegahan dari masyarakat, tenaga medis dalam hal perubahan gaya hidup yang mengakibatkan resiko tinggi untuk terjadinya DM dan untuk penderita DM diperlukan perawatan yang professional untuk dapat mengatasi penyakitnya atau mencegah terjadinya komplikasi. Berbagai proses patologis berperan dalam terjadinya DM, mulai dari kerusakan autoimun dari sel b pankreas yang berakibat defisiensi insulin sampai kelainan yang menyebabkan resistensi terhadap kerja insulin. Kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein pada DM disebabkan kurangnya kerja insulin pada jaringan target. Pengendalian DM tidak hanya ditujukan untuk menormalkan kadar glukosa darah tetapi juga mengendalikan faktor risiko lainnya yang sering dijumpai pada penderita dengan DM (Losen, 2003). Komplikasi kronik diabetik dapat mengenai semua alat tubuh kita mulai dari kepala sampai ke kaki. Gangguan kesehatan komplikasi Diabetes Melitus antara lain gangguan mata retinopati, gangguan ginjal nefropati, gangguan pembuluh darah vaskulopati, dan kelainan pada kaki. Komplikasi yang paling sering adalah terjadinya

3

perubahan patologis pada anggota gerak bawah yang disebut kaki diabetik atau diabetic foot. Dalam kondisi keadaan kaki diabetik, yang terjadi adalah kelainan persarafan neuropati, perubahan struktural, tonjolan kulit kalus, perubahan kulit dan kuku, luka pada kaki, infeksi dan kelainan pembuluh darah. Keadaan kaki diabetik lanjut yang tidak ditangani secara tepat dapat berkembang menjadi suatu tindakan pemotongan amputasi kaki. Adanya luka dan masalah lain pada kaki merupakan penyebab utama kesakitan morbiditas, ketidakmampuan disabilitas, dan kematian mortalitas pada seseorang yang menderita diabetes mellitus (Prabowo, 2007). Melihat kondisi tersebut penanganan Diabetes Melitus perlu segera diatasi setelah dideteksi secara dini untuk mengurangi komplikasi dari diabetes mellitus. Dari sudut ilmu kesehatan, tidak diragukan lagi bahwa olah raga apabila dilakukan sebagaimana mestinya menguntungkan bagi kesehatan dan kekuatan pada umumnya. Selain itu telah lama pula olah raga digunakan sebagai bagian pengobatan diabetes melitus namun tidak semua olah raga dianjurkan bagi pengidap diabetes melitus (bagi orang normal juga demikian) karena dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan. Olahraga yang dilakukan adalah olahraga yang terukur, teratur, terkendali dan berkesinambungan. Frekuensi yang dianjurkan adalah 3-5 kali perminggu. Intensitas yang dianjurkan sebesar 40-70% (ringan sampai sedang). Salah satu jenis olah raga yang dianjurkan terutama pada penderita usia lanjut adalah senam kaki (Akhtyo, 2009). Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki (S. Sumosardjuno,1986). Senam kaki ini bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi darah sehingga nutrisi ke jaringan lebih lancar, memperkuat otot-otot kecil, otot betis, dan otot paha, serta

4

mengatasi keterbatasan gerak sendi yang sering dialami oleh penderita Diabetes Melitus. Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita Diabetes Melitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa menderita Diabetes Melitus sebagai tindakan pencegahan dini (Wibisono, 2009). Selain olah raga, menurut Kartari (1998), cara yang mudah dan murah dalam mencegah diabetes mellitus yaitu dengan mengkontrol pola diit, seperti diketahui diit adalah hal yang paling penting dalam sehat jasmani, rohani, mental dan sosioekonomi. Hal ini telah dicanangkan oleh beberapa ahli sebagai pengobatan Diabetes Melitus. Empat pilar utama dalam penatalaksanaan Diabetes Mellitus yaitu edukasi (penyuluhan),perencanaan makan, latihan jasmani dan pengobatan diabetes mellitus. Pada perencanaan makan dianjurkan pada penderita diabetes mellitus yaitu makan seimbang dengan komposisi energi dari karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-25% dan teratur dalam jadwal, jumlah, dan jenis makanan (PERKENI, 2000). Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus hendaknya dilakukan secara komperhensif dengan menggunakan proses keperawatan. Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Ismail, 2002). Melihat kondisi tersebut penulis tertarik melakukan Praktek Belajar Lapangan Komperhensif (PBLK) pada kasus Diabetes Melitus secara komprehensif pada lansia di wilayah binaan Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor. B. Tujuan Adapun tujuan dilakukannya PBLK ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan konsep dan teori yang didapat selama pendidikan dalam dunia kerja nyata, selain itu meningkatkan kemampuan mahasiswa 5

dalam mengelola kasus secara mandiri dan profesional berdasarkan teori dan konsep yang ada. Selain itu tujuan khusus dari PBLK ini adalah melakukan perawatan pasien dengan Diabetes Mellitus dan terapi senam kaki diabetes di wilayah binaan Kelurahan Titi Kuning Medan. C. Manfaat 1. Mahasiswa Keperawatan Manfaat PBLK terhadap mahasiswa adalah sebagai wadah latihan dan gambaran menjadi perawat profesional yang dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien. Selain itu juga melatih mahasiswa mengelola manajemen keperawatan secara efektif dan efisien. 2. Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan atau referensi dalam upaya meningkatkan profesionalisme dan mutu pelayanan keperawatan, khususnya perawatan gerontik. Hasil laporan ini juga dapat digunakan sebagai informasi atau data untuk penulis selanjutnya yang berhubungan dengan gangguan endokrin, DM pada lansia khususnya. 3. Lahan Praktik Sebagai Informasi dan masukan bagi perawat gerontik dan komunitas untuk dapat memahami kondisi pasien yang mengalami DM, sehingga perawat dapat meningkatkan asuhan pelayanan keperawatan terhadap pasien yang mengalami masalah gangguan endokrin, DM. Serta sebagai rujukan bagi lanjut usia dalam meningkatkan dan menjaga status kesehatan.

6

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar Pada saat ini pemerintah telah berusaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan adanya penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan. Salah satu bentuk upaya pelayanan kasehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah adalah dengan meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dimana peran serta masyarakat juga dilibatkan yaitu melalui suatu wadah yang disebut puskesmas yang merupakan salah satu tempat diperolehnya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat. Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal disuatu wilayah kerja tertentu (Muninjaya, 1999). Di Indonesia puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan tingkat pertama. Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI, 1991). Puskesmas juga merupakan pelayanan kesehatan dasar (basic health care services). Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja (Kep. Menkes RI No.128 / MENKES / SK / II / 2004). Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya. Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan dalam wilayah kerjanya. Puskesmas 7

merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati atau Walikota, dengan saran tekhnis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas ratarata 30.000 penduduk untuk setiap puskesmas. Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata I, meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat (Hatmoko, 2006). Kegiatan pokok puskesmas merupakan upaya wajib puskesmas yang dilakukan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global, sesuai kebutuhan masyarakat dan juga disesuaikan dengan fungsi puskesmas dan kemampuan sumber daya yang tersedia. Adapun kegiatan pokok tersebut antara lain promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak (KIA)/ keluarga berencana (KB), perbaikan gizi, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (P2M), kesehatan lingkungan, pengobatan serta pencatatan dan pelaporan (Depkes RI, 2004). Selain upaya kesehatan pokok, puskesmas juga memiliki upaya kesehatan pengembangan, yaitu upaya yang ditetapkan berdasarkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan meliputi: upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatan olahraga, upaya

perawatan kesehatan masyarakat, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan lanjut usia, upaya pembinaan pengobatan tradisional. B. Analisis Puskesmas Kedai Durian 1. Pengkajian Puskesmas Kedai Durian adalah puskesmas Rawat Inap yang terletak di Jalan Sari Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor. Adapun batas wilayah Puskesmas

8

Kedai Durian yaitu Kecamatan Medan Maimun, Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Pangkalan Mansur dan Kecamatan Medan Amplas. Visi Puskesmas Kedai Durian adalah Terwujudnya kecamatan sehat sejahtera tahun 2010, misinya adalah (1) Menggerakkan pembangunan berwawasan nusantara, (2) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, (3) Meningkatkan kesehatan yang bermutu dan merata serta terjangkau, (4) Meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, dan motto puskesmas POPULER (Peduli, Optimis, Prioritas, Unggul, Loyal, Efektif, Responsif). Selain itu Puskesmas Kedai Durian juga memiliki norma yang harus dipatuhi oleh setiap pegaiwai puskesmas antara lain: 1) Iman dan taqwa, 2) Setia dan taat, 3) Disiplin, 4) Jujur, 5) Bertanggungjawab, 6) Kreatif dan berprestasi, 7) Kepedulian dan, 8) Ramah, sopan dan berbudi luhur. Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan untuk tujuan pokok pembangunan kesehatan Dinas Kesehatan Medan Kota melaksanakan berbagai upaya kesehatan dengan meningkatkan fungsi Puskesmas melalui kegiatan pokok Puskesmas. Ada 7 program wajib Puskesmas yang dilaksanakan di Pukesmas Kedai Durian antara lain: 1) Promosi Kesehatan, program promosi kesehatan secara tidak langsung telah dilakukan oleh Puskesmas Kedai Durian dengan menempatkan poster-poster di dalam ruangan puskesmas. Promosi kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tiap-tiap program Puskesmas. Hal ini sesuai dengan pendapat Muninjaya (1999). Dari hasil wawancara diketahui bahwa kegiatan promosi kesehatan di Puskesmas Kedai Durian dilakukan dengan penyuluhan pada saat kegiatan posyandu, UKS ke sekolah-sekolah, kegiatan P2P, maupun kegiatan yang dilakukan didalam Puskesmas itu sendiri 2) Kesehatan Lingkungan, untuk memperbaiki lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan, melalui kegiatan sanitasi dasar serta pencegahan. Kegiatan yang dilakukan berupa: a) Memberi penyuluhan tentang kesehatan yang optimal dalam usaha

9

peningkatan kesehatan perorangan dan lingkungan, b) Memberi penyuluhan tentang syarat-syarat rumah yang baik, c) Memberi penyuluhan tentang penggunaan sumber air bersih dan penggunaan pembuatan jamban yang memenuhi syarat kesehatan, d) Memberi penyuluhan tentang cara-cara pembuangan sampah limbah rumah tangga yang memenuhi syarat kesehatan dan, e) Melaksanakan pengawasan kesehatan di tempattempat umum dan penyajian makanan, 3) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), KIA adalah upaya kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, bayi dan balita serta anak pra sekolah yang menjadi tanggung jawab Puskesmas dalam rangka meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan bangsa pada umumnya. Pelayanan kesehatan yang dilakukan dalam KIA yaitu: a) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil, b) Pelayanan kesehatan terhadap bayi dan balita sehat dengan memberikan imunisasi pada minggu pertama dan kedua setiap bulannnya, c) Memberikan vitamin A setiap 6 bulan pada balita yaitu bulan Februari dan Agustus dan pada ibu nifas sebanyak 1 kapsul, d) Melakukan penimbangan berat badan bayi, balita dan ibu hamil di Posyandu dan Puskesmas, e) Memberikan konseling pada ibu hamil, f) Pemberian makanan tambahan kepada bayi dan balita dan, g) Melakukan pemeriksaan ibu hamil, 4) Peningkatan gizi, Gizi adalah kebutuhan pokok manusia yang sehat, yang dapat dicapai dari makanan yang kita makan. Hendaknya makanan yang kita makan mengandung gizi, jangan dipandang dari segi kemewahan dan dari banyaknya saja. Makanan yang sederhana dan bervariasi pasti tidak kalah gizinya dengan makanan yang mewah dan banyak. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) adalah kegiatan masyarakat untuk melembagakan uapya peningkatan gizi dalam setiap keluarga di Indonesia. Usaha ini bersifat lintas sektoral yang dilaksanakan oleh departemen terkait. Adapun kegiatan yang dilakukan untuk menurunkan angka penyakit kekurangan gizi maka dilakukan kegiatan berupa: a) Memberikan penyuluhan makanan bergizi, baik lintas program maupun lintas sektoral, b)

10

Memberikan vitamin A pada bayi dan balita, c) Memberikan zat besi pada ibu hamil, d) Memberikan makanan tambahan pada kegiatan posyandu dan, e) Pemberian obat cacing setiap 6 bulan sekali untuk murid-murid SD, 5) Program Pencegahan Penyakit (P2P), Usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit meliputi kegiatan pasif, dimana kegiatan pasif adalah penderita mengunjungi puskesmas. Sedangkan kegiatan aktif dimana petugas melakukan kunjungan ke rumah-rumah pasien untuk melakukan penyuluhan dan pengobatan. Kegiatan P2P yang dilakukan di Puskesmas Kedai Durian meliputi: a) Penyuluhan mengenai bahaya dan cara menularnya penyakit di puskesmas, posyandu dan balai desa, terutama tentang DBD, ISPA, DIARE, TUBERCULOSIS PARU, FLU BURUNG, HIV/ AIDS, b) Menemukan dan memberantas sumber infeksi, c) Menemukan dan mengobati penyakit, d) Menggerakkan masyarakat dalam

Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah merupakan upaya yang dilakukan meliputi 3M + 1T (Menguras, Menutup, Mengubur, Telungkup) dan, e) Bila ada kasus DBD melakukan PE dan Fogging di wilayah kerja yang dilakukan di kelurahan, sekolah, rumah penduduk serta Puskesmas, 6) Pengobatan, Pengobatan dan perawatan adalah menegakkan diagnosa penyakit. Tujuan dari pengobatan itu sendiri adalah memberikan pertolongan segera dengan menyelesaikan masalah kritis yang ditemukan untuk mengembalikan fungsi vital tubuh serta meringankan penderita dari sakitnya. Kegiatan yang dilakukan dalam pengobatan adalah memeriksa dan mendiagnosa penyakit dan memberikan obat kepada pasien melalui apotik yang terdapat pada puskesmas. Pelayanan pengobatan gratis diberikan kepada pasien yang mempunyai KTP/KRT, ASKES, JAMKESMAS. Selain memberikan obat diberikan juga penyuluhan kepada pasien tentang aturan memakan obat. Di bagian ruang perawatan juga dilakukan pengobatan dan tindakan bila ada kecelakaan seperti membersihkan luka dan hecting sesuai kondisi pasien, 7) Pencatatan dan Laporan, Pencatatan dan pelaporan sangat

11

penting bagi mutu suatu unit organisasi antara lain Puskesmas. Pencatatan dan pelaporan bertujuan untuk mengetahui bagaimana keadaan atau kegiatan yang telah dilakukan. Kegiatan yang dilakukan adalah: a) Pencatatan, berupa administrasi, registrasi imunisasi dan registrasi kegiatan-kegiatan lain, b) Pelaporan, berupa laporan mingguan, laporan dilakukan pada kasus diare, laporan bulanan, laporan tahunan dan laporan khusus bila terjadi wabah. Sedangkan untuk program pengembangan Puskesmas Kedai Durian ada delapan program yaitu: 1) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), UKS adalah salah satu program pengembangan yang ada pada Puskesmas dimana salah satu tujuannya adalah untuk memberikan pendidikan kesehatan sedini mungkin di lingkungan sekolah terhadap peserta didik dan lingkungan yang sehat di sekolah, sehingga dengan demikian tercipta budaya sehat terhadap siswa dan akan berkembang di lingkungan keluarga dan masyarakat. Kegiatannya: a) Memberikan penyuluhan di sekolah, b) Melaksanakan BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah), c) Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berperan aktif dalam pelayanan kesehatan (dokter kecil, dokter remaja, PMR), 2) Usaha kesehatan gigi dan mulut, upaya ini dilaksanakan untuk mencegah, mengobati dan meningkatkan kesehatan gigi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kedai Durian, dengan kegiatan antara lain, melakukan pemeriksaan gigi dan mulut, memberikan pengobatan dan perawatan gigi, penambalan, pembersihan dan pencabutan gigi. Dari hasil observasi, kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Kedai Durian telah sepenuhnya dilakukan di dalam gedung. Hal ini dibuktikan dengan adanya ruangan tersendiri yaitu klinik gigi yang melayani masyarakat setiap hari kecuali hari libur, ketersediaan alat dan obat. Pelayanan gigi dan mulut tersebut ditangani langsung oleh dokter gigi dan perawat gigi, 3) Perawatan Kesehatan Masyarakat (PERKESMAS). Kegiatan yang dilakukan berupa: a) Pembentukan kader di masyarakat oleh pihak 12

Puskesmas Kedai Durian, b) Pelayanan keperawatan kepada kelompok khusus diantaranya ibu hamil, anak balita, usia lanjut dan sebagainya, c) Memberikan pelayanan keperawatan secara menyeluruh kepada pasien atau keluarga di rumah pasien dengan mengikut sertakan keluarga dan kelompok masyarakat di sekitarnya, dari hasil observasi, diketahui bahwa perawatan kesehatan masyarakat dilakukan dalam bentuk pelaksanaan posyandu bagi lansia dan balita dengan mengikut sertakan keluarga dan lembaga masyarakat yang ada serta kunjungan pada penderita penyakit tertentu (home visite), 4) Usaha Kesehatan Kerja, upaya ini dilaksanakan dengan melakukan pendataan terhadap jumlah perusahaan dan karyawan di wilayah kerja Puskesmas Kedai Durian yaitu jumlah perusahaan: 16 unit, 5) Laboratorium, upaya laboratorium medis yang dilaksanakan di Puskesmas Kedai Durian merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan puskesmas. Pemeriksaan laboratorium sederhana yang dapat dilakukan adalah: - Pemeriksaan BTA antara lain, a) Memberikan wadah sputum dengan cara SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu), b) Melakukan pembuatan slide, c) Pewarnaan dengan PRM (Puskesmas Rujukan Mikroskopik) ke Puskemas Medan Johor, - Pemeriksaan darah rutin yaitu a) Gula darah dan b) Golongan darah dan lain-lain, 6) Usaha Kesehatan Jiwa, untuk kasus penyakit jiwa, langsung dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Pringadi atau RSUP Haji Adam Malik, karena belum adanya tenaga ahli di bidang kesehatan jiwa, 7) Usaha Kesehatan Mata, kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya kesehatan mata berupa: a) Penyuluhan tentang bahan makanan yang banyak mengandung vitamin A, b) Pencegahan dan pengobatan terhadap defisiensi vitamin A dan infeksi mata, c) Melakukan rujukan ke bagian mata Rumah Sakit Pringadi dan RSUP Haji Adam Malik dan beberapa RS swasta sesuai dengan permintaan pasien. Berdasarkan hasil pengamatan dan interview terhadap tenaga puskesmas bahwa penyakit mata jarang dijumpai dan jika ada penyakit yang dijumpai biasanya pasien dirujuk kerumah sakit

13

daerah, 8) Kesehatan Lanjut Usia, upaya ini dilaksanakan di Puskesmas Kedai Durian melalui kegiatan Posyandu Lansia dimana dilakukan antara lain: 1. Melakukan pendataan terhadap sejumlah manula yaitu yang berusia >55 tahun. 2. Memeriksakan kesehatan, pengukuran tekanan darah, penimbangan berat badan secara rutin di Posyandu Lansia. 3. Memberikan obat-obat, vitamin di setiap Posyandu. Jumlah Posyandu Lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kedai Durian yaitu: a. Kelurahan Kedai Durian : 1 unit b. Kelurahan Titi Kuning c. Kelurahan Suka Maju : 1 unit : 1 unit

Hasil observasi dan interview yang dilakukan diketahui bahwa upaya kesehatan lanjut usia di Puskesmas Kedai Durian dilaksanakan secara bergiliran setiap bulannya di masingmasing kelurahan. Namun hanya sedikit lansia yg datang saat posyandu dikarenakan jarak yang jauh dan bekerja. Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang sudah mencapai usia lanjut tersebut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihalangi (Stanley, 2006). Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit degeneratif. Hal ini akan menimbulkan masalah kesehatan, sosial, ekonomi dan psikologis (Depkes, 2008). Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh di bidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Tujuan dari upaya ini antara lain meningkatkan derajat kesehatan 14

dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyakat sesuai dengan keberadaannya dalam strata

kemasyarakatan, meningkatkan kesadaran pada usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya, meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam menghayati dan mengatasi kesehatan usia lanjut, meningkatkan jenis dan jangkauan kesehatan usia lanjut, serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut (Asfriyanti, 2003). 2. Analisa Situasi Berdasarkan data awal yang didapat dari Puskesmas Kedai Durian kegiatan yang dilaksanakan untuk mengoptimalkan kesehatan lansia adalah dengan diadakannya posyandu lansia satu kali dalam sebulan. Kegiatan posyandu berlangsung pada tanggal 6 setiap bulannya. Kegiatan posyandu lansia yang biasa dilakukan adalah sistem 3 meja yaitu pendaftaran, pemeriksaan meliputi pemeriksaan tekanan darah dan pengukuran BB, dan pengobatan dasar. Kegiatan di posyandu dilaksanakan oleh pihak dari puskesmas dan kader lansia. 3. Rumusan Masalah Perumusan masalah dilakukan dengan melihat adanya kesenjangan antara pencapaian dengan target/ tujuan yang ditetapkan oleh puskesmas. Tujuan program kesehatan lanjut usia di puskesmas adalah tercapainya lansia yang sehat dan berkualitas. Salah satu indikator lansia sehat dan berkualitas adalah peningkatan status kesehatan lansia. Program kesehatan lansia di posyandu masih perlu dikembangkan karena belum mencapai aspek promotif dan preventif. Belum terdapat penyuluhan tentang masalah kesehatan lansia, dan upaya peningkatan kesehatan lansia lain seperti olah raga.

15

4. Rencana Penyelesaian Masalah Optimalisasi pelayanan dapat dilakukan dengan mengembangkan program preventif dan promosi kesehatan, dalam hal ini dapat dilakukan dengan pemberian pendidikan kesehatan kepada lansia dan keluarga pada saat kegiatan di komunitas, melatih anggota keluarga senam kaki diabetes, penyediaan modul tentang DM dan pola nutrisi bagi penderita DM serta terapi non farmakologis yang dapat dilakukan dalam bentuk booklet, penyediaan poster untuk posyandu dan perbanyakan leaflet untuk puskesmas. 5. Implementasi Berdasarkan hasil observasi belum terdapat penyuluhan tentang masalah kesehatan lansia, dan upaya peningkatan kesehatan lansia serta belum ada kegiatan pendukung lainnya dalam mengkontrol kadar gula darah lansia. Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu langkah yang dapat diambil yaitu dengan mengadakan pembuatan leaflet. Leaflet yang dibuat yaitu pola nutrisi bagi penderita DM, karena dalam memberikan asuhan keperawatan seorang perawat harus memberikan perawatan secara komprehensif. Selain itu, juga dilakukan kegiatan lainnya seperti melatih lansia dan anggota keluarga senam kaki diabetes. penyediaan modul tentang DM dan terapi non farmakologis yang dapat dilakukan dalam bentuk booklet, leaflet atau poster. 6. Evaluasi Evaluasi kegiatan dilakukan melalui pengamatan langsung, wawancara dan mengajukan pertanyaan secara langsung tentang pendidikan kesehatan yang telah diberikan tentang DM dan pola nutrisi bagi penderita DM serta mendemonstrasikan senam kaki diabetes secara langsung terhadap lansia. Hasil yang diperoleh berdasarkan evaluasi pengetahuan lansia dan keluarga tentang pendidikan kesehatan yang telah diberikan, lansia dan keluarga mampu menjawab pertanyaan yang diajukan sekitar 75%. Sedangkan

16

mendemonstrasikan secara langsung senam kaki diabetes, lansia dan keluarga mampu mengulang apa yang telah dipraktekkan, dengan angka keberhasilan sekitar 85%. C. Pembahasan Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Pada era desentralisasi Pemko Medan Puskesmas Kedai Durian memiliki tujuh program prioritas dan delapan program pengembangan. Salah satu program pengembangan yang dilaksanakan oleh Puskesmas Kedai Durian yaitu Posyandu Lansia. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan (Erfandi, 2008). Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya. Tujuan posyandu lansia antara lain: 1) Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia, 2) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut (Erfandi, 2008). Mekanisme pelayanan posyandu lansia berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu Wilayah Kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut: 17

Meja I : Pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi badan

Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.

Meja III : Melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi. Menurut Erfandi (2008) beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti

kegiatan posyandu antara lain: 1. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.

Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia 2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau

Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan

18

demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia. 3. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia. 4. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu. Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons. Adapun tindakan yang mahasiswa lakukan adalah sosialisasi tentang keberadaan posyandu lansia pada saat home visit, mengadakan pembuatan leaflet. Leaflet yang dibuat yaitu pola nutrisi bagi penderita DM, karena dalam memberikan asuhan keperawatan seorang perawat harus memberikan perawatan secara komprehensif. Dengan demikian tingkat pengetahuan lansia akan meningkat, sehingga menjadi dasar pembentukan sikap untuk mendorong lansia untuk lebih berkeinginan untuk mengikuti program kesehatan lansia yang dilaksanakan oleh Puskesmas maupun oleh kader-kader kesehatan ataupun instansi kesehatan lainnya.

19

BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN A. Landasan Teori Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat (Hurlock, 1999). Proses penuaan secara alamiah terjadi pada usia di atas 50 tahun, hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis (Nugroho, 2000). Proses menua yang terjadi pada lanjut usia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (fungsional limitations), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran (Bondan, 2003). Gangguan sistem endokrin yg sering terjadi pada usia lanjut adalah diabetes mellitus (DM). Diabetes melitus merupakan penyakit endokrin akibat defek dalam sekresi dan kerja insulin atau keduanya sehingga terjadi defisiensi insulin, dimana tubuh mengeluarkan terlalu sedikit insulin atau insulin yang dikeluarkan resisten sehingga mengakibatkan kelainan metabolisme kronis berupa hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi kronik pada sistem tubuh (Pinzur, 2008). 1. Klasifikasi Klasifikasi Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (1997) sesuai anjuran Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) adalah:

20

1.1 Diabetes Mellitus Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Diabetes Melitus tipe ini dikenal sebagai diabetes yang tergantung insulin. Tipe ini berkembang jika tubuh tidak mampu memproduksi insulin. Jenis ini biasanya muncul sebelum usia 40 tahun. Menurut Suddarth & Brunner (2002) Diabets Melitus tipe ini

disebabkan oleh Faktor Genetik dimana penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya Diabetes Melitus tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA. Faktor Imunologi yaitu adanya respon autoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen. Faktor lingkungan dimana Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta. 2.1 Diabetes Mellitus Tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) Diabetes Melitus yang tidak tergantung insulin dan terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin). Disebabkan karena turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa. Namun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain, berarti sel pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Mansjoer dkk, 2001). 3.1 Diabetes Mellitus Tipe III Diabetes Melitus tipe ini dapat disebabkan oleh faktor atau kondisi lainnya seperti: Subtipe genetik spesifik, biasanya disebut Maturity-onset diabetes of the young (MODY) , 21

defek genetic yang terjadi akibat disfungsi sel- beta, perbedaan encoding reseptor insulin. Penyakit Eksokrin pada pancreas berkaitan dengan agenesis pankreas yaitu insulin promotor faktor 1 mengalami gangguan. Toksik dengan pemakaian bahan-bahan kimia dan obatobatan dalam jangka panjang mengakibatkan encoding kromosom dan reseptor berubah. Dapat juga disebabkan oleh Diabetes Melitus yang berkaitan dengan imunitas tubuh Autoantibodi. 4.1 Diabetes Melitus Gestasional Merupakan suatu gangguan toleransi karbohidrat yang terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung (Nursemierva, 2001). Definisi ini juga mencakup pasien yang sebetulnya masih mengidap Diabetes Melitus tetapi belum terdeteksi, dan baru diketahui saat kehamilan berlangsung. Faktor resiko Diabetes Melitus Gestasional ialah abortus berulang, riwayat melahirkan anak meninggal tanpa sebab yang jelas, riwayat pernah melahirkan bayi dengan cacat bawaan, pernah melahirkan bayi lebih dari 4000 gram, pernah pre-eklamsia, Polihidramion. Faktor predisposisi Diabetes Melitus Gestasional adalah umur ibu hamil lebih dari 30 tahun, riwayat Diabetes Melitus dalam keluarga, pernah mengalami diabetes melitus gestasional pada kehamilan sebelumnya, infeksi saluran kemih berulangulang selama hamil (PERKENI, 2002). 2. Gambaran Klinik Gambaran klinis awal pada Diabetes Melitus adalah Poliuri (banyak kencing) disebabkan karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotik diuresis dimana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing. Polidipsi (banyak minum) disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum. Polifagi (banyak makan) disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel yang mengalami starvasi (lapar) sehingga untuk 22

memenuhinya klien akan terus makan. Walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga berkurang disebabkan karena kehabisan glikogen yang telah dilebur menjadi glukosa, maka tubuh mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan Diabetes Melitus walaupun banyak makan akan tetap kurus. Mata kabur yang disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa sarbitol fruktasi) karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak. 3. Faktor Resiko Faktor resiko Diabetes Melitus dibagi menjadi faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah. Faktor resiko yang dapat diubah yaitu Berat badan berlebih dan obesitas. Obesitas berhubungan dengan besarnya lapisan lemak dan adanya gangguan metabolik. Kelainan metabolik tersebut umumnya berupa resistensi terhadap insulin yang muncul pada jaringan lemak yang luas. Sebagai kompensasi akan dibentuk insulin yang lebih banyak oleh sel beta pankreas sehingga mengakibatkan hiperinsulinemia. Obesitas

berhubungan pula dengan adanya kekurangan reseptor insulin pada otot, hati, monosit dan permukaan sel lemak. Hal ini akan memperberat resistensi terhadap insulin. Gula darah tinggi yang tidak ditatalaksana dapat menyebabkan kerusakan saraf, masalah ginjal atau mata, penyakit jantung, serta stroke (Harbuwono, 2008). Hal-hal yang dapat meningkatkan gula darah dapat berupa; Makanan atau snack dengan karbohidrat yang lebih banyak dari biasanya, kurangnya aktivitas fisik, infeksi atau penyakit lain, perubahan hormon, misalnya selama menstruasi, dan stress. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menilai gula darah tinggi adalah pemeriksaan gula darah puasa (GDP). Seseorang dikatakan menderita diabetes

23

apabila kadar GDP =126 mg/dl (PERKENI, 2002) Tekanan darah tinggi yang menyebabkan jantung akan bekerja lebih keras dan resiko untuk penyakit jantung dan diabetes lebih tinggi. Kurangnya aktifitas fisik dapat diatasi cukup dengan menambah kegiatan harian. Merokok, dapat meningkatkan resiko serangan jantung dan peningkatan tekanan darah. Faktor resiko yang tidak dapat diubah (Harbuwono, 2008) yaitu Usia, bertambahnya usia menyebabkan risiko diabetes dan penyakit jantung semakin meningkat. Kelompok usia yang menjadi faktor risiko diabetes adalah usia lebih dari 45 tahun. Ras dan suku bangsa, dimana bangsa Amerika Afrika, Amerika Meksiko, Indian Amerika, Hawaii, dan sebagian Amerika Asia memiliki risiko diabetes dan penyakit jantung yang lebih tinggi. Hal itu sebagian disebabkan oleh tingginya angka tekanan darah tinggi, obesitas, dan diabetes pada populasi tersebut. Jenis kelamin yang memungkinan pria menderita penyakit jantung lebih besar daripada wanita. Namun, jika wanita telah menopause maka kemungkinan menderita penyakit jantung pun ikut meningkat meskipun prevalensinya tidak setinggi pria. Riwayat Keluarga yang salah satu anggota keluarganya menyandang diabetes maka kesempatan untuk menyandang diabetes pun meningkat. 4. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostic yang mendukung Diabetes Melitus adalah peningkatan glukosa darah sesuai dengan kriteria diagnostik WHO, 1985 jika Glukosa plasma sewaktu (random)>200mg/dl (11,1 mmol/L), Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L), dan Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr

karbohidrat (2 jam post-prandial/ pp >200mg/dl). Pemeriksaan lain adalah aseton plasma yang positif, asam lemak bebas (kadar lipid dan kolesterol) meningkat, elektrolit lebih banyak dibandingkan pada keadaan yang normal yang berkaitan dengan poliuri, maka peningkatan atau penurunan nilai elektrolit perlu dipantau melalui pemeriksaan laboratorium.

24

Hubungannya adalah retensi air, Natrium dan Kalium mengakibatkan stimulasi aldosteron dalam sistem sekresi urinarius. Natrium dapat normal, meningkat atau menurun. Kalium dapat normal atau peningkatan semu, selanjutnya akan menurun. Sedangkan fosfor lebih sering menurun. Gas darah arteri biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis metabolik). Trombosit darah Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis. Pada urine, gula dan aseton positif. Berat jenis atau osmolalitas mungkin meningkat. Kultur dan sensitifitas kemungkinan infeksi pada saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka. 5. Penatalaksanaan

5.1 Perencanaan makanan Tahap pertama dalam perencanaan makan adalah mendapatkan riwayat diet untuk mengidentifikasi kebiasaan makan pasien dan gaya hidupnya. Tujuan yang paling penting dalam penatalaksanaan diet bagi penderita diabetes adalah pengendalian asupan kalori total untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang sesuai dan pengendalian kadar glukosa darah. Persentase kalori yang berasal dari karbohidrat, protein, dan lemak. Distribusi kalori dari karbohidrat saat ini lebih dianjurkan dari pada protein dan lemak. Sesuai dengan standar makanan berikut ini, makanan yang berkomposisi karbohidrat 60-70%, protein 1015%, dan lemak 20-25% inilah makanan yang dianjurkan pada pasien diabetes (Sukardji, 2004). 5.2 Perencanaan latihan jasmani Latihan jasmani merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan penyakit Diabetes Melitus. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes. Latihan jasmani yang dimaksud adalah berjalan, bersepeda santai, jogging senam dan berenang. Latihan jasmani ini sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran 25

jasmani. Batasi atau jangan terlalu lama melakukan kegiatan yang kurang memerlukan pergerakan, seperti menonton televisi (PERKENI,2002). 5.3 Intervensi farmakologi Menurut PERKENI, (2002) ada beberapa intervensi yang dapat diberikan kepada pasien DM seperti obat Pemicu sekresi insulin; Sulfonilurea yang bekerja meningkatkan sekresi insulin. Salah satu contohnya yaitu klorpropamid, biasanya dosis yang diberikan adalah 100-250 mg/tab. Adapun cara kerja sulfonilurea ini utamanya adalah meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pancreas, meningkatkan performance dan jumlah reseptor insulin pada otot dan sel lemak, meningkatkan efisiensi sekresi insulin dan potensiasi stimulasi insulin transpor karbohidrat ke sel otot dan jaringan lemak, serta penurunan produksi glukosa oleh hati. Cara kerja obat ini pada umumnya melalui suatu alur kalsium yang sensitif terhadap ATP. Berikutnya adalah Glinid, merupakan obat generasi baru yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea dengan meninngkatkan sekresi insulin fase pertama yang terdiri dari dua macam obat, yaitu Repaglinid dan Nateglinid (Soegondo, 2004). Dosisnya, untuk Repaglinid 0,5 mg/tab dan untuk Nateglinid 120 mg/tab (PERKENI, 2002). Selain obat pemicu insulin diberikan juga obat penambah sensitifitas terhadap insulin, seperti Methformin bekerja untuk mengurangi produksi glukosa hati, metformin ini tidak

merangsang sekresi insulin dan menurunkan kadar glukosa darah sampai normal (euglikemia) dan tidak pernah menyebabkan hipoglikemia. Methformin menurunkan glukosa darah dengan memperbaiki transport glukosa ke dalam sel otot. Methformin menurunkan produksi glukosa hati dengan jalan mengurangi glikogenolisis dan glukoneogenesis dan juga dapat menurunkan kadar trigliserida, LDL kolesterol dan kolesterol total (Soegondo, 2004). Biasanya dosis yang digunakan adalah 500-850 mg/tab (PERKENI, 2002). Thiazolindion dapat diberikan untuk mengurangi resistensi insulin yang berikatan pada peroxisome proliferator activated receptor gamma, suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak yang 26

terbagi atas dua golongan yaitu pioglitazon dan rosiglitazon yang memiliki efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah pentranspor glukosa sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer (Soegondo, 2004). Dosisnya untuk pioglitazon adalah 15-30 mg/tab dan untuk rosiglitazon 4 mg/tab (PERKENI, 2002). Pengobatan yang selanjutnya adalah Terapi insulin. Berdasarkan cara kerjanya insulin ini dibagi tiga yaitu; Insulin yang kerja cepat contohnya insulin reguler bekerja paling cepat dan KGD dapat turun dalam waktu 20 menit, insulin kerja sedang contohnya insulin suspense, dan insulin kerja lama contohnya insulin suspensi seng (PERKENI,2002) 6. Komplikasi Diabetes dapat mematikan karena pengaruhnya menyebar ke sistem yang lain. Belum lama ini ilmuwan di bidang medis memberikan perhatian lebih besar pada suatu keadaan yang mereka sebut sebagai sindroma metabolisme. Sindroma metabolisme adalah gabungan masalah yang bersama-bersama membentuk suatu keadaan berbahaya dan kemungkinan besar dapat mematikan. Kondisi ini meliputi resistensi insulin, kadar gula darah tinggi, peningkatan trigliserida, kadar kolesterol LDL tinggi, tekanan darah tinggi dan obesitas (Misnadiarly, 2006). Komplikasi yang terjadi dibagi atas Komplikasi Akut meliputi hipoglikemia, hiperglikemia dan ketoasidosis. Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan saraf yang disebabkan oleh penurunan glukosa darah, sedangkan hiperglikemia yaitu secara anamnesis ditemukan adanya masukan kalori yang berlebihan, penghentian obat oral maupun insulin yang didahului stres akut. Ketoasidosis merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalanan diabetes mellitus (Subekti, 2004). Komplikasi Kronik meliputi

Makrovaskular yaitu komplikasi yang terjadi pada beberapa organ seperti adanya penyakit jantung koroner, stroke (pada pembuluh darah otak dan gangguan pada pembuluh darah perifer misalnya pada pembuluh darah kaki).

27

Sindroma metabolisme adalah gerbang bagi penyakit jantung. Sebagian besar penderita diabetes memiliki kondisi tambahan dengan resiko terserang penyakit jantung. Penderita diabetes menunjukkan gejala bahwa mereka memiliki tekanan darah yang lebih tinggi. Hipertensi diderita oleh 63-70% penderita diabetes. Orang yang memiliki diabetes biasanya memiliki kadar kolesterol yang tinggi/trigliserida yang tinggi pula. Penyakit jantung adalah penyebab kematian terbesar bagi para penderita diabetes dan penyakit ini berkaitan erat dengan faktor-faktor lain, seperti kadar kolesterol tinggi , tekanan darah tinggi, dan tingkat trigliserida yang tinggi (Misnadiarly, 2006). Para penderita diabetes, baik diabetes tipe 1 maupun diabetes tipe 2, memiliki resiko terkena serangan jantung 2-4 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak menderita diabetes karena gula darah yang tinggi lama kelamaan bisa menimbulkan arteroskerosis pada pembuluh darah vaskular. Komplikasi kronik yang berikutnya adalah Mikrovaskular yaitu terjadi pada retina retinopati dan pada ginjal nefropati.

Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Ginjal berfungsi sebagai penyaring untuk membersihkan darah dari kotoran dan cairan yang berlebih. Bila ginjal mengalami kerusakan, saringan ini menjadi rusak dan kotoran tercampur dalam darah. Kerusakan ginjal sering kali merupakan kasus komplikasi yang fatal pada penderita diabetes yang sudah lama dan parah. Kadar gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah yang menyalurkan sari-sari makanan ke retina mata. Pada tahap awal, pembuluh darah mulai bocor dan hal ini akan mengakibatkan penglihatan menjadi kabur dan terjadi pembengkakan. Pada tahap yang lebih parah, pembuluh darah yang abnormal akan tumbuh di retina dan menghalangi penglihatan dan buta. Komplikasi mikrovaskuler berikutnya adalah neuropati yang dapat menyebabkan penderita Diabetes Melitus rentan terhadap infeksi. Diabetes dapat juga menyebabkan

28

kerusakan saraf, yang menuju pada kerusakan aliran darah dan menyebabkan mati rasa pada kaki. Penderita diabetes yang sudah lama atau sudah tua cenderung memiliki masalah sirkulasi yang lebih serius karena kerusakan aliran darah yang melalui arteri kecil. Hal ini menambah kerentanan terhadap luka-luka dikaki yang memerlukan waktu yang lama untuk disembuhkan dan bahaya terkena infeksi. 1. Senam Kaki Diabetes Defenisi Senam adalah latihan fisik yang dipilih dan diciptakan dengan terencana, disusun secara sistematik dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis (probosuseno, 2007). Berdasarkan pengertiannya, senam adalah salah satu jenis olahraga aerobik yang menggunakan gerakan sebagian otot-otot tubuh, dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh (karim, 2002). Latihan fisik merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan penyakit Diabetes Melitus. Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes. Latihan fisik yang dimaksud adalah berjalan, bersepeda santai, jogging, senam, dan berenang. Latihan fisik ini sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani (PERKENI, 2002). Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. (S,Sumosardjuno,1986). Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi (Wibisono, 2009).

29

2.

Tujuan Adapun tujuan yang diperoleh setelah melakukan senam kaki ini adalah memperbaiki

sirkulasi darah pada kaki pasien diabetes, sehingga nutrisi lancar kejaringan tersebut (Tara, 2003). 3. Indikasi dan Kontraindikasi Indikasi dari senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita Diabetes mellitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa menderita Diabetes Melitus sebagai tindakan pencegahan dini. Senam kaki ini juga dikontraindikasi pada klien yang mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnnea atau nyeri dada. Orang yang depresi, khawatir atau cemas. Keadaan-keadaan seperti ini perlu diperhatikan sebelum dilakukan tindakan senam kaki. Selain itu kaji keadaan umum dan keadaaan pasien apakah layak untuk dilakukan senam kaki tersebut, cek tanda-tanda vital dan status respiratori (adakah Dispnea atau nyeri dada), kaji status emosi pasien (suasana hati/mood, motivasi), serta perhatikan indikasi dan kontraindiikasi dalam pemberian tindakan senam kaki tersebut. 4. Prosedur Alat yang harus dipersiapkan adalah : Kursi (jika tindakan dilakukan dalam posisi duduk), prosedur pelaksanaan senam. Sedangkan persiapan untuk klien adalah Kontrak topik, waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan senam kaki. Perhatikan juga lingkungan yang mendukung, seperti lingkungan yang nyaman bagi pasien, dan Jaga privacy pasien. Langkah-langkah pelaksanaan senam kaki:

1. Perawat cuci tangan

30

2. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai. Dapat juga dilakukan dalam posisi berbaring dengan meluruskan kaki.

Gambar 2.1 Pesien duduk di atas kursi

3. Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali. 4. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke atas. Dilakukan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, menggerakkan jari dan tumit kaki secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan sebanyak 10 kali..

31

Gambar 4.1 Tumit kaki di lantai sedangkan telapak kaki di angkat

5. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali

Gambar 5.1 Ujung kaki diangkat ke atas

6. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur kaki harus 32

diangkat sedikit agar dapat melakukan gerakan memutar pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

Gambar 6.1 Jari-jari kaki di lantai

7. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki, tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian (Akhtyo, 2004). Gerakan ini sama dengan posisi tidur.

33

Gambar 7.1 Kaki diluruskan dan diangkat

8. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali saja.

Gambar 8.1 Bentuk koran menjadi seperti bola menggunakan kedua kaki Sirkulasi Darah pada Kaki Pasien Diabetes Melitus Sirkulasi darah adalah aliran darah yang dipompakan jantung ke pembuluh darah dan dialirkan oleh arteri ke seluruh organ-organ tubuh (Hayens, 2003) salah satunya pada organ kaki. Normal sirkulasi darah pada kaki menurut (Vowden, 2001) adalah 1,0 yang diperoleh dari rumus ABPI (Ankle Brachial Pressure Index). Sedangkan keadaan yang tidak normal dapat diperoleh bila nilai APBI < 0,9 diindikasikan ada resiko tinggi luka di kaki, APBI > 0,5 dan < 0,9 pasien perlu perawatan tindak lanjut, dan APBI 0,5 diindikasikan kaki sudah mengalami kaki nekrotik, gangren, ulkus, borok yang perlu penanganan dokter ahli bedah Vaskular. Cara untuk mengukur sirkulasi darah normal pada pasien dengan menggunakan rumus:

ABPI

=

34

Keterangan: ABPI1 Index tekanan brachial pada pergelangan kaki, normalnya 1,0

=

P1 = Tekanan tetinggi yang diproleh dari pembuluh darah pergelangan kaki P = Tekanan tertinggi dari kedua tangan B. Tinjauan Kasus Pengkajian dilakukan kepada lansia yang menderita DM yang berada di Kelurahan Titi Kuning dengan wawancara terstruktur pada saat home visite, serta melakukan pengukuran kadar gula darah dan ABPI (Ankle Brachial Pressure Index). Jumlah lansia yang dijadikan kelolaan sebanyak 4 orang. 1. Pengkajian Berdasarkan hasil pengkajian terhadap 4 orang lansia di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor, yaitu terhadap Ny. L, Tn. D, Ny. N dan Ny. M didapatkan bahwa Dari hasil wawancara dan pengukuran kadar gula darah keempat klien digolongkan kedalam penderita DM. Keluhan yang dirasakan klien yaitu sering merasa lapar, sering buang air kecil, mengantuk dan kebas-kebas pada kaki dan dingin pada ujung kaki. Dari keempat klien Ny. L dan Ny. M mengkonsumsi obat-obatan medis penurun kadar gula darah sedangkan Tn. D dan Ny. N mengkonsumsi ramuan herbal utuk mengurangi kadar gula darah. Sejak diketahui kadar gula darah tinggi, para klien menjaga asupan gula yang masuk ke tubuh mereka.

35

Hasil pengukuran kadar gula dan ABPI keempat klien preintervensi. No 1. 2. 3. 4. Responden Ny. L Tn. D Ny. N Ny. M Kadar Glukosa Darah 200 mg/dl 193 mg/dl 190 mg/dl 186 mg/dl ABPI 0,85 0,88 0,91 0.91

2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan hasil pengkajian Ny. L, Tn. D, Ny. N dan Ny. M maka dapat dirumuskan diagnosa keperawatan yaitu gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan sirkulasi perifer yang tidak efektif ditandai dengan kebas-kebas pada kaki, kulit kaki terasa dingin, peningkatan kadar glukosa darah dan warna kulit perifer terlihat pucat. 3. Intervensi Keperawatan Melakukan perawatan kesehatan di rumah dengan melakukan kunjungan rumah 4x selama 2 minggu untuk mengajarkan senam kaki diabetes, melakukan pemantauan pola makan dan aktivitas fisik yang dilakukan serta memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga sesuai dengan jadwal yang disepakati dengan menggunakan media flip chart dan leaflet yang berisi tentang DM dan pola hidup sehat pada penderita DM, pengaturan pola makan bagi penderita DM dan teknik senam kaki diabetes serta mereview klien dan keluarga berkaitan dengan DM dan senam yang telah dilakukan pada saat proses terminasi. Selain itu, dua diantara empat klien memiliki kadar asam urat yang tinggi, mahasiswa memberikan penyuluhan tentang asam urat dan mengajarkan untuk mengkompres bagian yang sakit.

36

4. Implementasi Keperawatan Kegiatan kunjungan rumah untuk melakukan perawatan kesehatan klien dilakukan 4x selama 2 minggu sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Tindakan yang dilakukan antara lain mengajarkan senam kaki diabetes pada awal pertemuan dan menganjurka klien utntuk melatih senam yang diajarkan di rumah setiap hari, memberikan pendidikan kesehatan pengaturan pola makan dan hidup sehat pada klien pada pertemuan kedua dan ketiga di minggu ketiga dan keempat serta melakukan proses terminasi di pertemuan keempat pada minggu keempat. Senam diabetes dilakukan pada pagi hari selama 4x dalam 2 minggu. Sebelumnya didahului dengan pemberian penyuluhan kesehatan mengenai senam diabetes. Senam dilakukan semua klien selama 20 menit dan mahasiswa meminta kepada klien untuk melakukan senam kaki rutin setiap hari. Tn. D memerlukan 3x percobaan senam sampai hapal gerakan yang diberikan, Ny. L dan Ny. M memerlukan 4x percobaan senam dan pada awalnya terlihat bingung dan ragu untuk menggerakkan kakinya sedangkan Ny. N hanya perlu 2x percobaan untuk dapat menghapal semua gerakan senam. Selain kegiatan di atas, mahasiswa juga melakukan pengukuran tekanan darah tangan dan kaki secara rutin sebelum senam, memantau jadwal pola makan dan hidup sehat klien yang telah dijalankan, memberikan motivasi kepada keluarga untuk membantu dan mendukung klien menjalani seluruh kegiatan yang berguna untuk kesehatannya. Selain DM, Ny. M juga menderita penyakit maag, mahasiswa memberikan penyuluhan tentang maag dan pola makan bagi penderita maag. Pada saat pertemuan ke 3, tekanan darah Tn. D meningkat dan terlihat agak sesak sehingga senam hanya dilakukan 1x dan mahasiswa juga memberikan penyuluhan tentang hipertensi. Setelah itu mahasiwa menyuruh Tn. D untuk beristirahat. Semua klien terlihat senang karena mapu melakukan gerakan dengan baik.

37

5. Evaluasi Sebelum dilakukan senam diabetes, dilakukan pengukuran kadar glukosa darah dan ABPI klien. Rentang kadar gukosa darah klien berkisar antara 186 200 mg/dl dan ABPI rata-rata sebelum intervensi 0,88. Dari pengukuran yang dilakukan kelima klien menderita DM. Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (Brunner & Sudarth, 2001). Sedangkan menurut WHO, Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Pada lansia terjadi penurunan fungsi organ, salah satunya penurunan funsi endokrin yaitu gangguan dalam pengaturan kadar glukosa darah dalam tubuh. Berdasarkan usia subjek PBLK, rata-rata berusia 60-70 tahun. Seiring pertambahan usia, sel-sel tubuh menjadi lebih resisten terhadap insulin, yang mengurangi kemampuan lansia untuk memetabolisme glukosa. Selain itu, pelepasan insulin dari sel beta pancreas berkurang dan melambat. Hasil dari kombinasi proses ini adalah hiperglikemia. Pada pasien lansia, konsentrasi glukosa yang mendadak dapat meningkatkan dan lebih memperpanjang hiperglikemia (Darmojo, B & Hadi Martono, 2000). Dari hasil pengkajian juga didapat bahwa 2 dari 4 klien memiliki riwayat DM dalam keluarganya. Menurut Sanusi H (2004), penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.

38

Setelah dilakukan senam diabetes selama 2 minggu pada subjek lansia, dilakukan pengukuran kadar gula dan ABPI kembali. Perbandingan nilai pre implementasi dan post implementasi senam kaki diabetes. ABPI No Klien Usia Pre Implementasi (Pertemuan ke 1) 1 2 3 4 Ny. L Tn. D Ny. N Ny. M 70 thn 65 thn 60 thn 69 thn 0,85 0,88 0,91 0,91 3,55 0,88 Post Implementasi (Pertemuan ke 4) 0,93 0,92 1,0 1,0 3,85 0,96 Kadar Glukosa Darah Pre Implementasi (Pertemuan ke 1) 200 mg/dl 193 mg/dl 190 mg/dl 186 mg/dl 769 mg/dl 192,25 mg/dl Post Implementasi (Pertemuan ke 4) 186 mg/dl 177 mg/dl 180 mg/dl 180 mg/dl 723 mg/dl 180,75 mg/dl

Total Rata-Rata

Dari tabel di atas didapat bahwa rata-rata nilai kadar glukosa darah klien post implementasi 180,75 mg/dl dan nilai ABPI post implementasi 0,96. Menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara sirkulasi darah pada klien sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki, dimana sirkulasi darah pada klien setelah dilakukan senam kaki meningkat yaitu dari 0,88 menjadi 0,96. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yag sudah pernah dilakukan Juliani dengan judul Pengaruh Senam Kaki Terhadap Peningkatan Sirkulasi Darah Kaki pada Pasien Penderita Diabetes Melitus (Juliani, 2010). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan keadaan kaki pada saat pre senam kaki dan post senam kaki. Oleh karena itu, senam kaki sangat bagus dilakukan pada pasien Diabetes Melitus baik untuk pencegahan maupun untuk mengurangi terjadinya komplikasi pada tungkai bawah.

39

Selain mengukur sirkulasi darah pada pasien pre dan post senam kaki, mahasiswa juga menanyakan secara objektif pada pasien tentang perubahan yang dirasakan setelah melakukan senam kaki selama satu minggu terakhir. Pasien mengatakan ada perubahan yang dirasakan setelah melakukan senam kaki, dimana klien merasa bahwa kebas-kebas pada kakinya mulai berkurang dan merasa lebih baik dari sebelum dilakukan senam kaki, selain itu klien mengatakan tidak sulit melakukan senam kaki diabetes. Setelah dilakukan senam kaki juga terdapat perubahan pada ekstremitas pasien dimana kaki pasien kelihatan lebih memerah dibandingkan sebelum dilakukan senam kaki. Sebelumya kaki pasien terlihat pucat dan dingin sebelum dilakukan senam kaki, namun setelah dilakukan senam kaki ekstremitas klien mulai lebih merah dan hangat. Hasil ini sesuai dengan pendapat Tara (2003) yang menyebutkan bahwa senam kaki dapat mencegah kaki diabetik yaitu memperlancar peredaran darah ke perifer, menguatkan otot kaki, mencegah kekakuan, mencegah kebas-kebas dan menghangatkan kaki. Senam kaki merupakan pilihan yang tepat untuk pasien diabetes mellitus karena dapat memperbaikai sirkulasi darah, memperbaiki kesehatan secara umum pada pasien diabetes (Scrott, 2009). Menurut Krucoff (2004) mengatakan latihan fisik mempunyai efek pada metabolisme tubuh yaitu meningkatkan kualitas insulin, meningkatkan pemakaian glukosa darah sehingga tidak menumpuk, meningkatkan transport glukosa ke sel-sel. Senam kaki merupakan pilihan yang tepat untuk pasien diabetes melitus karena dapat memperbaikai sirkulasi darah, memperbaiki kesehatan secara umum pada pasien diabetes. Senam kaki merupakan salah satu terapi yang di berikan untuk melancarkan sirkulasi darah yang terganggu. Penelitian lain yang sudah pernah dilakukan adalah pengaruh senam kaki terhadap pencegahan kaki diabetik (Cinta,2009). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan keadaan kaki pada saat pre senam kaki dan post senam kaki. Oleh karena itu, senam kaki sangat bagus dilakukan

40

pada pasien Diabetes Melitus baik untuk pencegahan maupun untuk mengurangi terjadinya komplikasi pada tungkai bawah. Upaya pencegahan pada penderita diabetes yang belum mengalami komplikasi kaki diabetik, yaitu dengan cara tetap mengontrol keadaan kadar gula darahnya dengan diet dan atau pemberian obat yang teratur dari dokter, sedangkan upaya pencegahan pada penderita diabetes dengan komplikasi kaki diabetik sama dengan yang belum mengalami komplikasi, hanya ditambah dengan perawatan kaki yang baik. Penderita DM harus disadari bahwa kegiatan perawatan kaki merupakan bagian dari kebiasaan hidup sehari-hari (Tara, 2003) Caranya yaitu: a. Periksalah kaki setiap hari terutama telapak kaki, jari kaki, dan sela jari kaki. Pemeriksaan dilakukan di tempat yang terang dan untuk memudahkan pemantauan gunakan cermin. Perhatikan apakah luka atau tidak, kulit kemerahan atau penebalan kulit. Bersihkan kaki dengan sabun dan air hangat (jangan air panas), keringkan dengan handuk halus. b. Perawatan kuku dilakukan setiap hari bersamaan dengan perawatan kulit kaki. Saat pemotongan kuku, jika kuku terlalu keras dan kotor, rendam dalam air sabun hangat selama 5 menit agar kotoran mudah lepas dan kuku menjadi agak lunak. Jika penglihatan penderita terganggu, sebaiknya minta tolong pada orang lain untuk memotong kukunya. Arah pemotongan kuku sesuai dengan bentuk kuku. Jika ditemukan adanya kelainan kuku atau luka dianjurkan berkonsultasi ke dokter. Pada kulit kering dapat ditambahkan lotion, kecuali pada sela jari dan bila kulit sudah pecah-pecah atau luka terbuka. Jangan memakai powder karena dapat menjadi lebih kering dan merupakan bahan iritan kulit. c. Sepatu yang dipakai harus sesuai dengan bentuk dan besarnya kaki. Hal ini dapat dilihat dari gambaran telapak kaki yang dibuat pada kertas yang dapat dibuat 41

sendiri. Permukaan atas sepatu harus lunak, bagian tumit sepatu harus kokoh agar kaki stabil, bagian alas sepatu yang bersentuhan dengan kaki (insole) permukaannya harus sesuai dengan bentuk permukaan telapak kaki yang normal, yaitu memiliki kelengkungan (arch support). Dengan kelengkungan ini seluruh permukaan telapak kaki akan tertahan dengan baik dan benar. Alas sepatu ini harus dilapisi dengan bahan yang halus dan empuk agar permukaan telapak kaki tidak lecet. Apabila sepatu yang dipakai baru dibeli, sebaiknya pada pemakaian awal diperiksa adakah daerah kemerahan akibat penekanan yang berlebihan. Apabila memakai kaus kaki, sebaiknya memakai kaus kaki dari bahan katun yang dapat menyerap keringat. Tebal kaus kaki harus sesuai dengan sepatu yang dipakai, jangan terasa sempit. d. Lakukan olah raga kaki diabetes yang baik dan benar. Olah raga harus dilakukan secara teratur. Tujuan olah raga bagi penderita DM adalah melancarkan aliran darah kaki sehingga nutrisi terhadap jaringan lebih lancar, menguatkan otot betis dan telapak kaki sehingga sewaktu berjalan kaki menjadi lebih stabil, menambah kelenturan sendi sehingga kaki terhindar dari sendi kaku, memelihara fungsi saraf. Latihan ini bermanfaat agar koordinasi gerak tetap terpelihara, meningkatkan ketahanan jantung dan paru sehingga daya tahan aktivitas fisik bertambah, menambah toleransi jalan, dan meningkatkan skill dan motivasi (Tara, 2003). Penyebab utama terjadinya Diabetic Foot (DF) adalah angiopati, neuropati, dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting terjadinya DF. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan ulkus pada kaki. Gangguan motorik juga akan

42

mengakibatkan terjadinya atrofi kaki, sehinggga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulserasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen (zat asam) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh. Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai DF akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan atau pengobatan dari pasien Diabetc Foot.

Klasifikasi

Wagner (1983) membagi Diabetic Foot menjadi enam tingkatan, yaitu :

a. Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti claw, callus. b. Derajat I : Ulkus superficial terbatas pada kulit. c. Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang. d. Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis. e. Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis. f. Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

Menurut dr Sapto Adji H SpOT dari bagian bedah ortopedi Rumah Sakit Internasional Bintaro (RSIB), komplikasi yang paling sering dialami pengidap diabetes adalah komplikasi pada kaki (15%) yang kini disebut kaki diabetes. Komplikasi ini merupakan penyebab utama penderita harus dirawat dengan waktu perawatan yang lama. Akibatnya, biaya perawatan

43

pengidap diabetes menjadi sangat tinggi. Bahkan, 70% di antaranya memerlukan tindakan pembedahan dan lebih dari 40% di antaranya berakhir dengan amputasi. Oleh karena sangat penting untuk melakukan perawatan pada kaki diabetes agar terhindar dari tindakan pembedahan, apalagi amputasi.

Selain mengevaluasi senam kaki diabetes, mahasiswa juga mengevaluasi klien terkait pola makan bagi pendeita DM dan klien yang menderita maag. Klien dan keluarga mengatur pola makan dengan baik.

44

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil kegiatan asuhan keperawatan yang telah dilakukan kesimpulan yang bisa didapat antara lain : a. Setelah melakukan kegiatan asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan mahasiwa menilai bahwa terdapat perubahan pengetahuan dan motivasi klien dan keluarga untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehataan di rumah. Klien dan keluarga sendiri menyatakan puas terhadap pendidikan kesehatan yang diberikan dan menyatakan pengetahuan mereka menjadi bertambah. b. Dari hasil penelitian diketahui bahwa senam kaki berpengaruh terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki pada pasien Diabetes Melitus. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sirkulasi darah kaki pasien mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari 0,88 menjadi 0,96 dan kadar glukosa darah mengalami penurunan dari 192,25 mg/dl menjadi 180,75 mg/dl . Maka dapat disimpulkan bahwa senam kaki sangat berpengaruh pada peningkatan sirkulasi darah pada kaki pasien Diabetes Melitus.

B. Saran 1. Institusi Pendidikan Sebaiknya institusi pendidikan memberi topik khusus mengenai pentingnya senam kaki pada klien dengan penyakit diabetes melitus dan mengintegrasikan materi ini dalam pendidikan keperawatan terutama dalam materi pembelajaran asuhan keperawatan gerontik pasien dengan gangguan endokrin; diabetes melitus.

45

2. Lahan Praktek Sebaiknya lahan praktik memberikan pendidikan kesehatan secara terencana dan teratur kepada klien diabetes mellitus untuk meningkatkan kemampuan klien meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidupnya. Penulis juga mengharapkan supaya senam kaki dapat diterapkan di posyandu lansia karena senam kaki sangat bermanfaat untuk memperlancar sirkulasi darah ke perifer pada pasien diabetes melitus.

46

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta: EGC Darmojo, B & Hadi Martono.(2000). Buku Ajar Geriatri Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI Depkes RI, 2006. Penderita Diabetes Indonesia Urutan ke-4 di dunia. Diakses dari www. Depkes.go.id pada tanggal 19 Oktober 2011. Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk

Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC Hiswani. (2003). Peranan Gizi Dalam Diabetes Mellitus. Diakses tanggal 9 Juni 2011 dari www.libraryusu.ac.id International Diabetes Federation. (2005). Panduan Global untuk Diabetes Tipe 2. Diakses tanggal 15 Juni 2011 dari www.idf.org. Johnson. M., Maas. M., Moorhoed. S. (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC). Philadelphia : Mosby. MC. Closky J., Bulaceck G, (2000) Nursing Intervention Classification (NIC),. Philadelphia : Mosby. Notoadmojo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta Palestin, B. 2007. Pendidikan Kesehatan dalam Pengelolaan Diabetes secara Mandiri bagi Diabetesi Dewasa. Diakses dari : http://bondankomunitas.blogspot.com/ pada

tanggal 18 Oktober 2011. Sanusi Harsien, 2004. Tinjauan Medis DM Akibatnya pada Kematian. Makassar. Stockslager, J L. (2007). Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik Edisi 2. Jakarta: EGC 47

Ulfahsyam(2009). Asuhan Keperawatan pada klien dengan Diabetes Mellitus. Diakses dari http://ilmukeperawatan.net/ pada tanggal 19 Oktober 2011. PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). 2002. Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : CV.Aksara Buana. WHO (2000). Panduan penatalaksanaan Diabetes Melitus. Jakarta: EGC. Suprianto. (2001). Hubungan Antara Derajat Kaki Diabetik Dengan Neuropati Perifer Dan Iskemik Perifer Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Diakses tanggal 9 Juni 2011 dari www.undip.ac.id.

48

LAMPIRAN

49

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) A. Topik : Senam Kaki Pada Penderita Diabetes Mellitus B. Tujuan 1) Tujuan Instruksional Umum Selama 20 menit diharapkan klien mengerti tentang senam kaki pada penderita Diabetes Mellitus. 2) Tujuan Instruksional Khusus Selama 20 menit, diharapkan klien: Mampu mengetahui tujuan senam kaki pada penderita Diabetes Mellitus. Mampu mengetahui prosedur pelaksanaan senam kaki pada penderita Diabetes Mellitus. Mampu mendemonstrasikan senam kaki pada penderita Diabetes Mellitus.

C. Sasaran Klien lansia penderita DM D. Metode F. Media Leaflet Poster Ceramah Diskusi Demonstrasi

E. Waktu dan Tempat Penyuluhan Hari/ Tangal : Kamis/ 06 Oktober 2011 Waktu Tempat : Pukul 09.00 WIB : Rumah Klien

G. Pelaksanaan Kegiatan NO 1. KEGIATAN Pembukaan PENYULUHAN Memberi salam. Menyampaikan judul topik. Menjelaskan tujuan PESERTA Menjawab salam. Mendengarkan dan memperhatikan. 3 menit WAKTU MEDIA

50

penyuluhan.

2.

Kegiatan

Menjelaskan tentang pengertian senam kaki pada

Mendengarkan dan memperhatikan 12 menit Poster

penderita DM. Menjelaskan tujuan senam kaki pada DM. Menjelaskan cara melakukan senam kaki pada penderita

penderita DM. Mendemonstrasik an pada DM. Memberikan kesempatan untuk bertanya. senam kaki

penderita

51

3.

Penutup

Menjawab pertanyaan. Menyimpulkan materi penyuluhan.

Mendengarkan dan memperhatikan. 5 menit Poster Leaflet

Menerima leaflet. Mendemonstrasi kan senam kaki

Membagikan leaflet. Meminta untuk mendemonstrasik an pada DM. senam kaki klien

pada DM.

penderita

Menjawab salam.

penderita

Mengakhiri penyuluhan memberikan salam. dan

52

SENAM KAKI PADA PENDERITA DM 1. Pengertian Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. 2. Tujuan a) Memperbaiki sirkulasi darah b) Memperkuat otot-otot kecil c) Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki d) Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha e) Mengatasi keterbatasan gerak sendi f) Membantu pasien DM dalam menjaga berat badan. 3. Indikasi dan Kontraindikasi a) Indikasi Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita Diabetes mellitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa menderita Diabetes Mellitus sebagai tindakan pencegahan dini. b) Kontraindikasi Klien mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnu atau nyeri dada. Orang yang depresi, khawatir atau cemas.

4. Hal yang Harus Dikaji Sebelum Tindakan Lihat Keadaan umum dan kesadaran pasien Cek tanda-tanda Vital sebelum melakukan tindakan Cek Status Respiratori (adakah Dispnea atau nyeri dada). Perhatikan indikasi dan kontraindiikasi dalam pemberian tindakan senam kaki tersebut. Kaji status emosi pasien (suasanan hati/ mood, motivasi). Kaji kadar gula darah

53

Senam DM akan memberikan hasil positif jika dilakukan rutin seminggu lima kali, minimal 20 menit. Hasil positif itu meliputi terkontrolnya gula darah dan berat badan, perbaikan risiko penyakit kardiovaskuler, perbaikan lemak darah, penurunan kolesterol total,dan peningkatan HDL (kolesterol baik) 5. Prosedur Pelaksanaan : Persiapan Alat : Kertas Koran 2 lembar, Kursi (jika tindakan dilakukan dalam posisi duduk), Posisikan pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai.

Dengan meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

54

Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10 kali. Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali kelantai. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke 8, namun gunakan kedua kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali. Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut. Gerakan pergelangan kaki kedepan dan kebelakang. 55

Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki , tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian.

Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali saja.

Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran. Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki. Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh. Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola.

56

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

I. II.

Topik : Diet Diabetes Tujuan 1. Tujuan Instruksional Umum Selama 20 menit diharapkan klien mengerti tentang diet pada penderita Diabetes Mellitus. 2. Tujuan Instruksional Khusus Selama 20 menit, diharapkan klien: Mampu mengetahui zat-zat penting bagi tubuh. Mampu mengetahui prinsip pengelolaan makanan pada penderita Diabetes Mellitus. Mampu mengetahui anjuran pada penderita Diabetes Mellitus.

III.

Sasaran Klien lansia penderita DM

IV.

Metode Ceramah Diskusi

V.

Waktu dan Tempat Penyuluhan Hari/ Tangal : Jumat/ 07 Oktober 2011 Waktu Tempat : Pukul 09.00 WIB : Rumah Klien

VI.

Media Leaflet Poster

VII. NO 1.

Pelaksanaan Kegiatan KEGIATAN Pembukaan PENYULUHAN Memberi salam. Menyampaikan judul topik. Menjelaskan tujuan PESERTA Menjawab salam. Mendengarkan dan memperhatikan. 57 3 menit WAKTU MEDIA

penyuluhan.

2.

Kegiatan

Menjelaskan tentang pengertian penting tubuh. gizi bagi

Mendengarkan dan memperhatikan 12 menit Poster

Menjelaskan prinsip pengelolaan makan bagi

penderita DM. Menjelaskan anjuran bagi

penderita DM. Memberikan kesempatan untuk bertanya. 3. Penutup Menjawab pertanyaan. Menyimpulkan materi penyuluhan. Membagikan leaflet. Mengakhiri penyuluhan memberikan salam. dan Mendengarkan dan memperhatikan. Menerima leaflet. Menjawab salam. 5 menit Poster Leaflet

58

DIET DIABETES A. Pengertian Gizi Gizi adalah zat-zat penting dalam makanan yang berhubungan dengan kesehatan tubuh. B. Zat-zat gizi penting Karbohidrat Digunakan untuk: Memenuhi kebutuhan energi tubuh pembentukan sel-sel baru Sumber: beras, umbi-umbian, kentang , jagung, roti dll. Anjuran konsumsi bagi penderita diabetes : 60-70 % Protein Diperlukan untuk : Penunjang pertumbuhan Pengaturan proses tubuh Anjuran konsumsi bagi diabetes: 10-15 % Lemak Berguna untuk : Memberikan energy Sumber lemak: kacang-kacangan, minyak, susu. Anjuran konsumsi bagi penderita diabetes : 20-25 %

C. Prinsip Pengelolaan Makanan bagi Diabetes Pola 3 J Jumlah Kalori

Bagi penderita yang tidak mempunyai masalah BB (Berat Badan), jumlah kalori yang dibutuhkan = BB x 30 kalori. Bagi yang menjalankan olah raga ditambah sekitar 300an kalori. Jadwal Makan

Bagi penderita diabetes dianjurkan lebih sering dengan porsi sedang. Di samping jadwal makan utama pagi, siang dan malam dianjurkan porsi makanan ringan diantara waktu tersebut (selang waktu sekitar 3 jam). 59

Jenis Makanan

Makanan yang perlu dibatasi: makanan berkalori dan berlemak tinggi, misal: nasi, daging berlemak, jeroan, kuning telur, es krim, sosis, cake, cokelat, dendeng, makanan gorengan. D. Makanan yang dianjurkan Makanan dengan karbohidrat berserat, misal : kacang-kacangan, sayuran, buah segar, seperti : pepaya, kedondong, apel, tomat, salak, semangka, dll. Sedangkan buah-buahan yang terlalu manis tidak dianjurkan, seperti: sawo, jeruk, nanas, rambutan, durian, nangka, anggur, dll. E. Anjuran bagi Penderita DM Makanlah secara teratur, sesuai dengna ukuran porsi makanan. Atur penggunaan makanan sumber karbohidrat. Makanlah aneka ragam sayuran sebanyak-banyaknya Laksanakan diet dengan disiplin.

Contoh makanan sehari-hari Waktu Pagi Nasi Telur dadar Tumis kacang panjang Selingan Pagi Siang Selingan Sore Pisang rebus Nasi Pepes ikan Tumis kacang merah Sayur asam Pepaya Pisang Nasi Malam Semur ayam Sup bayam Sambal Pepaya 60 Menu

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) A. Topik : Pola Hidup Sehat DM B. Tujuan 1) Tujuan Instruksional Umum Selama 20 menit diharapkan klien mengerti tentang pola hidup sehat pada penderita Diabetes Mellitus. 2) Tujuan Instruksional Khusus Selama 20 menit, diharapkan klien: Mampu mengetahui prinsip perencanaan makanan Mampu mengetahui latihan jasmani bagi penderita DM Mampu mengetahui penggunaan obat penurun gula darah

C. Sasaran Klien lansia penderita DM D. Metode F. Media Leaflet Poster Ceramah Diskusi

E. Waktu dan Tempat Penyuluhan Hari/ Tangal : Sabtu/ 08 Oktober 2011 Waktu Tempat : Pukul 09.00 WIB : Rumah Klien

G. Pelaksanaan Kegiatan NO 1. KEGIATAN Pembukaan PENYULUHAN Memberi salam. Menyampaikan judul topik. Menjelaskan tujuan penyuluhan. PESERTA Menjawab salam. Mendengarkan dan memperhatikan. 3 menit WAKTU MEDIA

61

2.

Kegiatan

Menjelaskan prinsip perencanaan makanan bagi

Mendengarkan dan memperhatikan 12 menit Poster

penderita DM. Menjelaskan latihan bagi DM. Menjelaskan penggunaan obat penurun darah. Memberikan kesempatan untuk bertanya. 3. Penutup Menjawab pertanyaan. Menyimpulkan materi penyuluhan. Membagikan leaflet. Mengakhiri penyuluhan memberikan salam. dan Mendengarkan dan memperhatikan. Menerima leaflet. Menjawab salam. 5 menit Poster Leaflet gula jasmani penderita

62

Kasus I KEPERAWATAN GERONTIK Tanggal pengkajian : 30 September 2011 I. IDENTITAS a. Nama b. Tempat/ tanggal lahir c. Jenis kelamin d. Status perkawinan e. Agama f. Suku g. Pendidikan h. Pekerjaan i. Alamat : Ny. M : Medan/ 31-12-1942 : Perempuan : Janda : Islam : Melayu : SR : IRT : Jln. Brigjend. Katamso Gg. family

Komposisi Keluarga: Klien merupakan anak ke 3 dari 5 bersudara. Klien tinggal serumah 2 orang anak dan 2 orang cucunya. II. RIWAYAT KELUARGA Genogram

Ny. M

63

Keterangan:

: Laki-laki : Perempuan : Klien : Meninggal (laki-laki ) : Meningggal (perempuan) : Tinggal serumah

III. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI 1. Keluhan utama lansia 2. Penyebab 3. Timbul keluhan secara 4. Faktor yang memperberat : Klien merasa perutnya perih dan gembung : Makan tidak teratur : Tidak tentu (kadang-kadang) : Makanan pedas

5. Kemampuan lansia yang dapat dilakukan untuk meringankan penyakitnya : Memijat perutnya dengan balsem dan minum obat

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU a. Penyakit yang pernah diderita : Maag b. Mulainya kapan c. Bagaimana pengobatannya : 2 tahun yang lalu : Minum obat dari dokter

d. Bagaimana tindakan medisnya : Klien pernah diopname selama 1 minggu di RS karena sakit maag dan sesak napas.

V. RIWAYAT SEHARI-HARI a. Persepsi lansia terhadap sehat sakit: Klien mengatakan bahwa sehat adalah sehat secara jasmani dan ketika seseorang terbebas dari berbagai penyakit, klien merasa bahwa dirinya sehat, sedangkan sakit menurut klien ketika seseorang tidak mampu lagi bangkit dari tempat tidur dan menderita sakit yang parah. b. Kebiasaan (merokok/minum kopi/alkohol/dll): Klien mempunyai kebiasaan minum teh di pagi hari.

64

c. Pola nutrisi : Klien mengatakan bahwa ia mengalami masalah dalam makan, hal ini disebabkan karena punya sakit maag, namun masalah ini diatasi dengan makanan yang mau dimakan dijadikan bubur terlebih dahulu atau nasi lembek. Klien makan 3x sehari dan terkadang diselingi dengan cemilan seperti kue atau biskuit. d. Pola istirahat/tidur: Klien mengatakan ia tidak memiliki masalah dalam tidur, namun klien sering terbangun karena ingin BAK dan tidak susah utk kembali tidur lagi. Klien tidur biasanya jam 23.00 WIB dan bangun pukul 05.00 WIB. e. Pola eliminasi: Tidak ada gangguan, klien BAB 1 x sehari dan BAK klien tidak ada kelainan yakni 5-7 x sehari, klien tidak mengalami konstipasi ataupun inkontinensia.

f.

Kebiasaan berolahraga: Klien tidak pernah berolahra