91
UNDANG-UNDANG TENTANG TANGGUNG JAWAB DAN KEWAJIBAN RADIOGRAFER Karya Tulis Ilmiah Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Teknik Radiodiagnostik dan Radiotherapi Diajukan Oleh : IDA AYU DWI LARAS ATHI NIM : 01 012 5 013 PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI BALI

Bab i Komplit

  • Upload
    saka

  • View
    39

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

UNDANG-UNDANG TENTANG TANGGUNG JAWAB DAN KEWAJIBAN RADIOGRAFER Karya Tulis IlmiahDiajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Teknik Radiodiagnostik dan Radiotherapi

Diajukan Oleh :IDA AYU DWI LARAS ATHINIM : 01 012 5 013

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI BALI (ATRO BALI)2011

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Karya Tulis: Undang-Undang Tentang Tanggung Jawab Dan Kewajiban RadiograferNama: Ida Ayu Dwi Lasar AthiNim: 01012 5 013

Dinyatakan layak untuk mengikuti ujian Tugas Akhir / Karya Tulis Ilmiah di ATRO Bali

Denpasar, 30 Desember 2013 Pembimbing,

(Tjokorda Bagus Putra Marhaendra,SH,ST,M.Erg )

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Tulis: Undang-Undang Tentang Tanggung Jawab Dan Kewajiban RadiograferNama: Ida Ayu Dwi Lasar AthiNim: 01012 5 013

Telah diujikan pada ujian Tugas Akhir / Karya Tulis Ilmiah oleh dewan penguji dan dinyatakan lulus pada tanggal .DEWAN PENGUJI 1. Penguji I : .. ( )2. Penguji II : . ( )3. Penguji III : . ( )

Mengetahui,Akademi Teknik Radiodiagnsotik danRadioterapi BaliDirektur,

dr.Bagus Gde Dharmawan, Sp.RadKATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah tentang UNDANG-UNDANG TENTANG TANGGUNG JAWAB DAN KEWAJIBAN RADIOGRAFER tepat pada waktunya.Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bimbingan dan telah memberi motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.Penulis menyadari bahwa studi kasus ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi penyempurnaan studi kasus ini, serta penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyampaian studi kasus ini.Akhirnya penulis berharap semoga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Denpasar, Desember 2013

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULiHALAMAN PERSETUJUANiiHALAMAN PENGESAHANiiiKATA PENGANTARivDAFTAR ISIvi

BAB I PENDAHULUAN11.1. Latar Belakang11.2. Rumusan Masalah21.3. Tujuan Penelitian21.4. Manfaat Penelitian31.5. Sistematika Penulisan3

BAB II TINJAUAN TEORI62.1.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 357/Menkes/Per/V/2006 Tentang Registrasi Dan Izin Kerja Radiografer Menteri Kesehatan Republik Indonesia,5

BAB III METODE PENELITIAN223.1. Jenis Penelitian223.2. Populasi dan Sampel Penelitian223.3. Metode Pengumpulan Data22

BAB IV PEMBAHASAN244.1. Pembahasan24

BAB V PENUTUP525.1. Kesimpulan52

DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangRadiografer adalah tenaga kesehatan yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan radiografi dan imejing di unit Pelayanan Kesehatan. Radiografer merupakan tenaga kesehatan yang memberi kontribusi bidang radiografi dan imejing dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Radiografer sebagai suatu profesi, mengandung arti suatu betuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu radiologi, berbentuk pelayanan biofisika, sosial, spiritual yang komprehensif ditujukan kepada masyarakat, individu, keluarga baik yang sehat maupun yang sakit.Tanggung jawab Radiografer secara umum adalah menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan bidang radiologi / radiografi dengan tingkat keakurasian dan keamanan yang memadai. Tanggung jawab dan tugas tersebut meliputi semua sarana pelayanan kesehatan bidang Radiologi mulai dari Puskesmas sampai dengan Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan Radiodiagnostik, Radioterapi dan Kedokteran Nuklir.Radiografer lebih banyak di dayagunakan dalam upaya pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, utamanya pelayanan kesehatan yang menggunakan peralatan / sumber yang mengeluarkari radiasi pengion dan non pengion. Saat ini radiografer di dalam menerapkan kompetensinya masih difokuskan pada pelayanan radiologi, yaitu meliputi pelayanan kesehatan bidang radiodiagnostik, imejing, radioterapi dankedokteran nuklir. Dalam menjalankan tugasnya baik secara mandiri maupun dalam satu tim dengan tenaga kesehatan lainnya (Dokter, Dokter Spesialis, Dokter Spesialis Radiologi, Dokter Kedokteran Nuklir, dll ) memberikan pelayanan kesehatan bidang radiasi kepada masyarakat umum maupun ilmiah sesuai dengan tugas dan fungsinya sebatas kewenangan yang dilandasi oleh Etika Profesi.

1.2 Rumusan masalahAgar dalam penyusunan karya tulis ini dapat terarah, maka penulis membatasi beberapa masalah yang akan diangkat. Beberapa masalah yang penulis angkat adalah sebagai berikut:1.2.1 Bagaimana Undang- Undang Tentang Tanggung Jawab dan Kewajiban Radiografer?

1.3 TujuanTujuan Penulisan karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut: 1.3.1 Untuk mengetahui Undang- Undang Tentang Tanggung Jawab dan Kewajiban Radiografer.

1.4Manfaat PenelitianManfaat yang dapat diperoleh dari penulisan dari karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut:1.4.1Bagi Institusi PendidikanSebagai sumber pustaka bagi Mahasiswa Akademi Teknik Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO) Bali.1.4.2 Bagi penulisMenambah dan memperdalam pengetahuan penulis tentang Undang- Undang Tentang Tanggung Jawab dan Kewajiban Radiografer.

1.5 Sistematika PenulisanUntuk memudahkan dalam memahami isi karya tulis ini, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut :Bab I PendahuluanBab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan studi kasus, manfaat studi kasus dan sistematika penulisan.Bab II Tinjauan PustakaBab ini berisi anatomi dan fisiologi thorax, patologi DHF dan efusi pleura, teknik radiografi thorax, gambaran umum Instalasi Radiologi RSU Negara dan pertanyaan penelitian.Bab III Metode PenelitianBab ini berisi tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu pengambilan data, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, alat pengumpulan data, pengolahan dan analisa data, pertanyaan peneliti serta alur penelitian.Bab IVHasil dan PembahasanBab ini berisi tentang hasil dan pembahasan penelitian.Bab VPenutupBab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.Daftar PustakaLampiran

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 357/MENKES/PER/V/2006 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA RADIOGRAFER MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan tenaga radiografer dan sebagai pelaksanaan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan perlu ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Registrasi dan Izin Kerja Radiografer;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); 2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637);4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4262);5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 133/KEP/M.PAN/12/2002 tentang Jabatan Fungsional Radiografer dan Angka Kreditnya.6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 700/MENKES/SK/V/ 2003 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Radiografer.7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/ 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;

M E M U T U S K A N :Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA RADIOGRAFER.

BAB IKETENTUAN UMUMPasal 1Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:1. Radiografer adalah tenaga kesehatan lulusan Akademi Penata Rontgen, Diploma III Radiologi, Pendidikan Ahli Madya/Akademi/Diploma III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi yang telah memiliki ijasah sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku.2. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga radiografer yang telah mempunyai kualifikasi tertentu dan diakui secara hukum untuk melakukan pekerjaannya3. Surat Izin Radiografer selanjutnya disebut SIR adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan radiografer di seluruh wilayah Indonesia.4. Surat Izin Kerja Radiografer selanjutnya disebut SIKR adalah bukti tertulis yang diberikan kepada Radiografer untuk menjalankan pekerjaan radiografi di sarana pelayanan kesehatan.5. Standar profesi adalah batasan kemampuan (knowledge, skill and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi.6. Organisasi profesi adalah Persatuan Ahli Radiografi Indonesia.BAB IIREGISTRASI DAN PELAPORANPasal 2(1) Pimpinan penyelenggara pendidikan Radiografer wajib menyampaikan laporan tertulis peserta didik yang baru lulus kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat dan tembusan kepada Radiografer yang bersangkutan, selambatlambatnya 1 (satu) bulan setelah dinyatakan lulus pendidikan.(2) Bentuk dan isi laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Formulir I terlampir.

Pasal 3(1) Radiografer sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi di mana penyelenggara pendidikan berada untuk diregistrasi dan penerbitan SIR selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah menerima ijazah pendidikan Radiografer.(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan :a. Fotokopi ijazah radiografer yang disahkan oleh pimpinan penyelenggarapendidikan radiografer;b. Surat keterangan sehat dan tidak buta warna dari dokter yang memiliki SIP;c. Pas foto ukuran 4 X 6 sebanyak 3 (tiga) lembar;d. Rekomendasi dari organisasi profesi;(3) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diberikan organiasi profesi setelah terlebih dahulu dilakukan penilaian terhadap kemampuan keilmuan dan keterampilan serta kepatuhan kepada kode etik profesi.(4) Bentuk permohonan SIR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Formulir II terlampir.

Pasal 4(1) Berdasarkan kelengkapan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3ayat (2) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi melakukan registrasi dan menerbitkan SIR.(2) SIR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan, dalam waktu selambatlambatnya 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima dan berlaku secara nasional.(3) Bentuk dan isi SIR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Formulir III terlampir.

Pasal 5(1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi melaporkan catatan registrasi dan SIR yang telah diterbitkan secara berkala kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretaris Jenderal c.q Biro Kepegawaian Departemen Kesehatan dengan tembusan kepada organisasi profesi.(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Biro Kepegawaian melakukan pencatatan terhadap registrasi dan SIR secara Nasional.

Pasal 61. Radiografer lulusan luar negeri wajib melakukan adaptasi untuk melengkapi persyaratan mendapatkan SIR.2. Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada sarana kesehatan yang terakreditasi yang ditunjuk Pemerintah.3. Untuk melakukan adaptasi radiografer mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.4. Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan melampirkan :a. Fotokopi ijazah yang telah dilegalisir oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi;b. Fotokopi transkrip nilai akademik yang bersangkutan.c. Rekomendasi dari organisasi profesi.5. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menerbitkan rekomendasi untuk melaksanakan adaptasi.6. Radiografer yang telah melaksanakan adaptasi diberikan surat keterangan selesai adaptasi oleh pimpinan sarana kesehatan.7. Radiografer yang telah melaksanakan adaptasi, berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4.8. Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Formulir IV terlampir.

Pasal 71. SIR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui kembali serta merupakan dasar untuk memperoleh SIKR.2. Pembaharuan SIR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada DinasKesehatan Propinsi dimana tenaga radiografer melaksanakan tugasnya, dengan melampirkan:a. SIR yang telah habis masa berlakunya;b. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP;c. Pas foto ukuran 4 X 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar;d. Rekomendasi dari organisasi profesi.3. Bentuk permohonan perpanjangan SIR sebagaimana dimaksud ayat (1) tercantum dalam Formulir V.

BAB IIIP E R I Z I N A NPasal 8Setiap Radiografer untuk menjalankan pekerjaan radiografi pada sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta wajib memiliki SIKR.

Pasal 9i. Untuk memperoleh SIKR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 radiografer yang bersangkutan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan melampirkan :b. Fotokopi SIR yang masih berlaku;c. Fotokopi ijazah radiografer yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan radiografer;d. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP;e. Pas foto ukuran 4 X 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar;f. Surat keterangan telah melaksanakan tugas dari Pimpinan Sarana Pelayanan Kesehatan.2. Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Formulir VI terlampir.

Pasal 10(1) Berdasarkan permohonan radiografer yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (1), Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menerbitkan SIKR.(2) Bentuk dan isi SIKR dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Formulir VII.

Pasal 11(1) SIKR hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.(2) Seorang Radiografer dapat memiliki maksimal 2 (dua) SIKR.

Pasal 12Pimpinan sarana pelayanan kesehatan wajib melaporkan radiografer yang bekerja atau berhenti kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada organisasi profesi.

Pasal 131. SIKR berlaku sepanjang SIR belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui.2. Pembaharuan SIKR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan melampirkan:b. Fotokopi SIR yang masih berlaku;c. Fotokopi SIKR yang lama;d. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP;e. Surat keterangan melaksanakan tugas dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan.f. Pas foto ukuran 4 X 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar;3. Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Formulir VIII terlampir.4. Pasal 14Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib menyampaikan laporan secara berkala kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat tentang SIKR yang telah diterbitkan dengan tembusan kepada organisasi profesi setempat.

BAB IVKEWENANGAN RADIOGRAFERPasal 15(1) Radiografer dalam memberikan pelayanan radiologi dan imejing dengan menggunakan energi radiasi pengion dan non pengion baik diagnostik maupun terapi harus sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan radiologi dan Standar Prosedur Operasional.(2) Dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibawah pengawasan dokter spesialis radiologi, radiografer berwenang :a. Melakukan tindakan teknik pemeriksaan radiologi non kontras/ pemeriksaan rutin :1) Melakukan radiografi tulang-tulang belakang.2) Melakukan radiografi thorax/costae3) Melakukan radiografi tulang-tulang muka dan tulang-tulang kepala.4) Melakukan radiografi tulang-tulang ekstrimitas.5) Melakukan radiografi gigi/geligi dengan panoramix.6) Melakukan radiografi BNO/abdomen dan abdomen tiga posisi.7) Melakukan radiografi panggul/pelvimetri.8) Melakukan radiografi dengan teknik soft tissue.9) Melakukan radiografi bone age/bone survey.10) Melakukan radiografi tomografi.11) Melakukan radiografi mammografi.12) Melakukan radiografi di ruang rawat inap, kamar bedah, termasuk dipoliklinik.b. Melakukan tindakan teknik pemeriksaan radiologi dengan bahan kontras:1) Melakukan penyiapan bahan-bahan kontras radiografi.2) Melakukan radiografi traktus urinarus.3) Melakukan radiografi traktus digestivus.4) Melakukan radiografi cholecystografi/billiari sistem.5) Melakukan radiografi HSG.6) Melakukan persiapan pemeriksaan USG.7) Melakukan radiografi pada tindakan pemasangan pace maker/kateterisasi jantung.8) Melakukan tindakan radiografi pembuluh darah secara digital angiografisubstraction (DSA).9) Melakukan radiografi PTC/APG/RPG/T.Tube/ERCP/PTCD.10) Melakukan radiografi Cor analisa.c. Melakukan pemeriksaan radiologi dengan alat canggih :1) Melakukan tindakan pemeriksaan dengan alat CT Scan/CT Helical.2) Melakukan tindakan pemeriksaan dengan alat SPECT Gamma Camera.3) Melakukan tindakan pemeriksaan dengan alat MRI.d. Melakukan treatment planning system pada teknik penyinaran radioterapi :1) Membuat rencana teknik penyinaran terapi tumor.2) Membuat kurva isodose tumor.3) Menghitung dosis radiasi tumor/cancer.4) Menghitung/menetapkan waktu terapi radiasi tumor/cancer.5) Membuat dokumentasi perencanaan terapi radiasi dengan oto terapisimulator.e. Melakukan tindakan penyinaran pada terapi radiasi :1) Melakukan penyinaran terapi radiasi internal.2) Melakukan penyinaran terapi radiasi external.f. Melakukan pekerjaan di Mould Room :1) Membuat masker untuk radioterapi.2) Membuat countour organ untuk terapi radiasi.3) Membuat sistem blokradiasi untuk penyinaran terapi.4) Membuat alat bantu penyinaran terapi radiasi.g. Melakukan teknik pemeriksaaan kedokteran nuklir :1) Melakukan tindakan kedokteran nuklir statik.2) Melakukan tindakan kedokteran nuklir dinamik.3) Melakukan radioimonoassy (RIA).4) Melakukan extraksi/ilusi radiofarmaka.5) Melakukan labeling radiofarmaka.6) Memesan/menerima/memeriksa kiriman dan mempersiapkan radiofarmaka.7) Melakukan prosesing data dari pemeriksaan scintigrafi thallium radio nuklide ventriculografi (RNV).8) Melakukan tindakan pengelolaan limbah radioaktif.9) Melakukan persiapan pelaksanaan terapi isotop.(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tanpa pengawasan dokter spesialis radiologi, radiografer berwenang :a. Melakukan pemeriksaan rutin :1) Melakukan pengelolaan ruangan radiologi;2) Mengevaluasi mutu foto rontgen.b. Melakukan tindakan prosesing film :1) Melakukan prosesing film rontgen, dengan manual maupun otomatis.2) Melakukan pemeliharaan dan perawatan alat-alat radiologi.3) Membuat larutan prosesing film (developer dan fixer).4) Melakukan identifikasi foto-foto rontgen.c. Melakukan tindakan proteksi radiasi1) Merencanakan tindakan proteksi radiasi internal.2) Merencanakan tindakan proteksi radiasi external.3) Melakukan evaluasi tindakan proteksi radiasi internal/external.4) Melakukan monitor radiasi perorangan.5) Mengukur output (dosimetri) pesawat radioterapi.6) Melakukan pengukuran paparan radiasi lingkungan (survey radiasi).d. Merencanakan penyelenggaraan pelayanan radiologi dan imejing :1) Menyusun rencana 5 tahunan.2) Menyusun rencana tahunan.3) Menyusun rencana bulanan.4) Mengumpulkan, menyusun, mengolah dan menganalisa pelayanan radiasi.5) Membuat laporan harian, bulanan, tahunan.

BAB VKEWAJIBAN RADIOGRAFERPasal 16Radiografer dalam menjalankan kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 berkewajiban untuk :a. menghormati hak pasien;b. menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;c. melindungi pasien dan masyarakat sekitar dari bahaya radiasi;d. memberikan informasi tentang tindakan kepada pasien;e. melakukan pencatatan pelayanan radiologi dengan baik.

Pasal 17Radiografer dalam menjalankan perkerjaan radiografi wajib mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Pasal 18Setiap radiografer dalam menjalankan tugas profesinya berkewajiban mengikuti pendidikan berkelanjutan untuk meningkatkan kemampuan keilmuan dan keterampilan dalam bidang radiologi.

BAB VIPEMBINAAN DAN PENGAWASANPasal 19Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan dengan melibatkan organisasi profesi sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

Pasal 20(1) Dalam rangka Pembinaan dan Pengawasan sebagaimana dimaksud Pasal 19 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengambil tindakan administratif kepada radiografer yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan ini. (2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa peringatan lisan, peringatan tertulis sampai dengan pencabutan SIKR.Pasal 21Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam mengambil tindakan administrative sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) terlebih dahulu memintakan pertimbangan tertulis pada organisasi profesi.

BAB VIIKETENTUAN PERALIHANPasal 22Radiogrfer yang telah memiliki SIKR berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 277/Menkes/Per/IV/1988 tentang Menjalankan Pekerjaan Tenaga Kesehatan Penata Rongen dinyatakan telah memiliki SIKR berdasarkan Peraturan ini sampai habis masa berlakunya.Pasal 23Radiografer yang belum memiliki SIR dan SIKR paling lambat dalam jangka waktu 1 (satu) tahun harus menyesuaikan dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.BAB VIIIKETENTUAN PENUTUPPasal 24Dengan ditetapkannya Peraturan ini, maka Peraturan Menteri Nomor 277/Menkes/Per/IV/1988 tentang Menjalankan Pekerjaan Tenaga Kesehatan Penata Rontgen dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 25Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 Mei 2006

MENTERI KESEHATAN,

Dr. dr. SITI FADILAH SUPARI, Sp. JP(K)

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang penulis ambil dalam pembuatan tugas ini adalah penelitian asosiatif dalam bentuk hubungan kausal yang bertujuan mengetahui undang-undang tentang tanggung jawab dan kewajiban radiografer3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Penelitian Populasi penelitian ini adalah dari beberapa peraturan perundang-undangan, peraturan pemerintah, yang berkaitan dengan tentang tanggung jawab dan kewajiban radiografer3.2.2 Sampel atau Subyek Penelitian Subyek Penelitian dalam tugas ini adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 357/Menkes/Per/V/2006 Tentang Registrasi Dan Izin Kerja Radiografer Menteri Kesehatan Republik Indonesia, dan Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 375/Menkes/Sk/Iii/2007 Tentang Standar Profesi Radiografer

3.3 Metode Pengumpulan data Dalam penyusunan tugas ini, penulis membutuhkan data yang dikumpulkan dengan cara dokumentasi mengumpulkan dokumen-dokumen yang mendukung data berupa materi tentang peraturan perundang-undangan, peraturan pemerintah, yang berkaitan dengan tanggung jawab dan kewajiban radiografer

BAB IVPEMBAHASAN

4.1 PembahasanKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIKINDONESIA NOMOR 375/MENKES/SK/III/2007 TENTANG STANDAR PROFESI RADIOGRAFERMenimbang: bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 21 PeraturanPemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, dipandang perlu menetapkan Standar Profesi bagi Radiografer dengan Keputusan Menteri Kesehatan;Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, TambahanLembaran Negara Nomor 3495);2.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548);3.Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3547);4.Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637);5.Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan PropinsiSebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);6.Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090);7.Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor133/KEP/M.PAN/12/2002 tentang Jabatan Fungsional Radiografer Dan Angka Kreditnya.8.KeputusanMenteri Kesehatan Nomor1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar PelayananMinimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;9.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 366 Tahun 1997tentang Pelayanan Radiologi di Sarana Kesehatan.10. PeraturanMenteri Kesehatan Nomor1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi Dan TataKerja Departemen Kesehatan;11. PeraturanMenteri Kesehatan Nomor357/Menkes/Per/V/2006 tentang Registrasi Dan Izin KerjaRadiografer;

STANDAR PROFESI RADIOGRAFERPENGERTIAN1.DEFINISI RADIOGRAFERa.Kode Etik RadiograferRadiografer adalah suatu profesi yang melakukan pelayanan kepada masyarakat, bukanlah profesi yang semata-mata pekerjaan untuk mencari nafkah akan tetapi merupakan pekerjaankepercayaan.b.Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan & Kepala BKNNo.049/Menkes/SKB/l/2003.Radiografer adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab,wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan radiografi pada unit pelayanankesehatan.c.Kep. Men.Kes. No.1267/Menkes/SK/XII/1995Radiografer adalah tenaga kesehatan lulusan APRO/D-III Radiologi/ATRO dan Pendidikan Asisten Rontgen.d.Keputusan Rakernas PARI Tahun 2006Radiografer adalah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensidengan tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan radiografi, imejing, kedokteran nuklir dan radioterapi dipelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanankesehatan.2.TUGAS RADIOGRAFERDidalam bidang pelayanan radiologi tugas Radiografer dapat diuraikansebagai benkut:a.Di bidang RadiodiagnostikMelakukan pemeriksaan secara radiografi pada organ-organtubuh sesuai dengan permintaan pemeriksaan radiologi yang hasilnya digunakan untuk menegakkan diagnosa oleh dokterspesialis radiologi.Hasil pemeriksaan radiografi ditentukan dan atau dipengaruhi olehfaktor eksposi, teknik pemeriksaan, teknik prosesing film, kualitascairan prosesing dan kualitas peralatan yang digunakan. Untuk dapat menghasilkari tampilan radiografi yang dapat dinilai maka semua faktor - faktor tersebut diatas dapat dipahami, di mengerti dan dilakukan dengan baik dan benar oleh Radiografer.b.Di Bidang RadioterapiMelakukan teknik dan prosedur terapi radiasi sebagaimana mestinya sesuai dengan rekam medik rencana penyinaran yang telah ditetapkan melalui proses treatment planning oleh fisikawan medik dan telah ditetapkan oleh dokter spesialis radiologi, baik jenis dan tenaga radiasi, posisi penyinaran lamanya selang waktu penyinaran, dosis radiasi, sentrasi, separasi serta luas lapanganpenyinaran.Pemasangan wedge serta lain sebagainya. Dengan demikian radiogrfer harus mampu secara professional membaca dan menerjemahkan/menginterpretasi status/ rekam medik terapi radiasi sehingga tidak terjadi kesalahan teknis. Begitu pula mampu memanipulasi peralatan pesawat/sumber radiasi yang semakin canggih, serta pemakaian alat bantu terapi radiasi dan yang terpenting adalah merasa empati kepada pasien yang dilakukan penyinaran, sehingga dapat memberikan informasi mengenai penyinaran yang dilakukan dan selalu bertanggung jawab terhadap setiap besarnya dosis radiasi yang diberikan kepada pasien. Dengan demikian tingkat keakurasian pemberian radiasi tidak saja tergantung kepada keakurasian treatmen planning serta keahlian klinis tetapi juga tergantung kepada teknik dan prosedur terapiradiasi.c.Di Bidang Kedokteran NuklirMelakukan teknik dan prosedur pemeriksaan dengan sumber terbuka melalui treasure/perunutan paparan radiasi yang keluar dari tubuh pasien dengan menggunakan pesawat yang berfungsisebagai detektor radiasi, baik detektor pencacah yang mengukur tingkat intensitas radiasi maupun detector yang mampu mendeteksi tingkat intensitas maupun kualitas radiasi. Pengelolaan sumber radiasi terbuka berupa radiofarmaka, mulai dari penerimaan bungkusan radiasi sampai pemanfaatan dan pengolahan limbah radiasi perlu ditangani secara professional sehingga tidak rnenimbulkan penambahan tingkat radiasi di alam dan tercapainya kesehatan dan keselamatan kerja dengan radiasi sumber terbuka. Pengetahuan dan ketrampilan pemakaian pesawat kedokteran nuklir sangat diperlukan untuk menghasilkan gambaran/imejing yang memadai sehingga ekspertise yang dilakukan oleh dokter ahli kedokteran nuklir mempunyai tingkat keakurasian yang dapatdipertanggung jawabkan keselamatannya.d.Bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan RadiasiMelakukan prosedur kerja dengan zat radioaktif atau sumber radiasi lainnya, karena sebagian besar radiografer adalah petugas proteksi radiasi ( PPR ) maka bertugas untuk melakukan upaya--upaya tindakan proteksi radiasi dalam rangka meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja radiasi, pasien dan lingkungan. Evaluasi tindakan proteksi radiasi yang telah dilakukanmerupakan salah satu kemampuan dari petugas Proteksi Radiasitermasuk pengujian terhadap efektifitas dan efisiensi tindakan proteksi sehingga radiografer mampu membuat suatu sistem tindakan proteksi radiasi yang lebih baik.e.PengelolaanSaranadanPrasaranaPeralatanRadiologidan RadioterapiMutu pelayanan kesehatan bidang radiologi tidak saja ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia penyelenggara pelayanan, tetapi juga sangat ditentukan oleh kualitas sarana, prasarana dan peralatan yang digunakan, oleh sebab itu kemampuan radiografer dalam mengelola khususnya memelihara sarana, prasarana dan peralatan radiologi dalam batas kewenangannya sangat menentukan kualitas hasil layanan yang diberikan. Pemeliharaantersebut meliputi pemeliharaan kontak film screen, viewing Box, safe Light untuk kerja otomatis prosesing film, kebersihanpesawat, yang semuanya tercakup dalam upaya dan tindakanQuality Assurance radiology.f.Pelayanan Belajar MengajarMelakukan kegiatan beiajar mengajar terus menerus baik secara individual maupun secara kelompok dengan media pembelajaran dalam dan luar negeri, interaksi pembelajaran ilmiah denganlingkungan kerja, sesama profesi dan atau dengan profesi lainnyamelalui seminar, workshop dan pendidikan pelatihan berkelanjutan.Radiografer juga bertugas memberikan inforrnasi keilmuan dan keterampilannya kepada semua pihak yang membutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan dibidang IPTEK radiologi dalam upayameningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Memberikan bimbingan kepada mahasiswa program D III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi baik sebagai instruktur PKL maupun sebagai evaluator dalam upaya mengidentifikasi pencapaian tahapan kompetensi yang telah dikuasai dan dimiliki oleh peserta didik yang berada dibawah binaannya.g.Penelitian dan Pengembangan IPTEK Radiografi dan ImejingMelaksanakan penelitian baik yang bersifat ilmiah akademik maupun ilmiah populer dalam kerangka tugasnya sebagai sumbangan keilmuannya kepada masyarakat. Penelitian yangdilakukan dapat mencakup tentang teknik Radiografi, keselamatan dan kesehatan kerja dengan radiasi, aplikasi manajemen radiologi, reject analisis film dan lain sebagainya yang menyangkut bidangradiologi diagnostik, Terapi dan Kedokteran Nuklir dan hasilpenelitian tersebut dapat disosialiasikan/didesiminasikan gunapeningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologiradiologi.h.Pengembangan DiriMelakukan pengembangan profesionalisme secara terus-menerus melalui pendidikan formal dan atau non formal, pendidikan dan pelatihan ilmiah secara berkala dan berkelanjutan sesuai dengandisiplin ilmu yang dimiliki dan atau disiplin ilmu lainnya yangberkaitan dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan radiologi, seminar, workshop dan lain sebagainya baik di dalam maupundiluar negeri.i.Pengabdian Kepada MasyarakatMelakukan pengabdian kepada masyarakat melalui penyuluhan tentang manfaat dan bahaya radiasi yang mungkin timbul akibat pemanfaatan radiasi, membuat standar-standar pemeriksaan pelayanan radiologi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan radiologi yang membutuhkan, mengukur tingkat paparan radiasi, mengadakan pemeriksaan kesehatan melalui Mass Chest Survey, donor darah dan lain sebagainya.j.Konsultasi Teknik Pelayanan RadiologiMelakukan konsultasi teknis tentang peningkatan mutu pelayanan radiologi, Teknik Radiografi, Proteksi Radiasi, Proteksi RuangRadiasi, pengolahan limbah hasil proses pelayanan radiografi danQuality Assurance radiology.3.FUNGSI RADIOGRAFERa. Sesuai dengan tugas serta kemampuan dan kewenangan (kompetensi) yang dimilikinya, radiografer mempunyai fungsi yang strategis sebagai salah satu pengelola penyelenggaraan pelayanan kesehatan dlbidang radiologi diantaranya adalah sebagai berikut:b. mengerti dan memahami visi dan misi organisasi tempat kerja dan organisasi profesi serta selalu berusaha agar visi dan misi tersebut dapat terlaksana dengan berupaya melaksanakan tugas dengansebaik-baiknya, baik sebagai anggota profesi, anggota akademis maupun sebagai bagian dari anggota masyarakat.c. meningkatkan jaminan kualitas pelayanan radiologi sesuai dengan perkembangan IPTEK dibidang kedokteran.d. meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja bagi penyelenggara pelayanan radiologie. meningkatkan upaya proteksi radiasi untuk mencegah meningkatnya tingkat paparan radiasi dalam lingkungan sehingga dapat meningkatkan keselamatan serta kesehatan masyarakat dan lingkungan dari kemungkinan paparan radiasi yang beasal dari alat dan atau sumber radiasi yang dimanfaatkan untuk keperluankesehatan.f. meningkatkan teknik dan prosedur manajemen perlakuan zat radioakif dan atau sumber radiasi lainya sehingga mampu mencegah atau mengurangi kemungkinan darurat radiasi.g. meningkatkan pengawasan, monitoring dan evaluasi pemanfaatan zat radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya sehingga memungkinkan manfaat radiasi semakin besar dibandingkan dengan resiko bahaya yang ditimbulkan.h. meningkatkan pengawasan, monitoring dan evaluasi ketaatan pekerja radiasi terhadap teknik dan prosedur kerja dengan zat radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya sebagai suatu proses, sehingga tercapai pelayanan yang tepat guna (efektif dan efisien)dan professional.i. meningkatkan upaya jaminan kualitas radiologi termasuk sistem pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan radiologi sebagaiupaya peningkatan kualitas hasil layanan radiologi dalam bentuk rekam medik radiologi dan Imejing.j. meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya evaluasipelayanan kepada masyarakat melalui pengadaan kotak saran, angket/kuisioner dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan radiologi clan rnengukur tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang dilakukan.II.STANDAR PENDIDIKAN RADIOGRAFERPendidikan Radiografer saat ini dikernbangkan melalui jalur vokasional, yaitupendidikan Diploma III dan pendidikan Diploma IV serta mempersiapkan pendidikan lanjutan untuk spesialis I dan spesialis II. Sedangkan untuk jalur akademik, yaitu pendidikan Sarjana, SI, S2 dan S3 (Doktor/Ph D) pada saatini belum dapat direalisasikan. Namun demikian, dalam mengantisipasikebutuhan masyarakat akan pelayanan prima di bidang radiologi makapersiapannya sudah dilakukan baik penyusunan kompetensi, kurikulum sampai pada naskah akademik.Tenaga Radiografer di Indonesia saat ini ketersediannya secara formal memiliki ijazah : Asisten Rontgen (ASRO), Akademi Penata Rontgen (APRO), Pendidikan Ahli Madya Radiodiagnostik dan Radioterapi (PAM-RR), Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO), Diploma III Teknik Radiologi, Diploma IV Teknik Radiologi, Politeknik Jurusan Radiodiagnostik dan Radioterapi.a.Definisi Pendidikan Radiograferi.Pendidikan Radiografer adalah penyelenggaraan pendidikan yang bertujuan menghasilkan tenaga Radiografi (Radiografer) yangmemiliki ilmu pengetahuan di bidang radiografi dan imejing yang dilandasi moral dan etika ;ii.Pendidikan Radiografer sebagaimana di maksud di atas merupakan proses belajar berkesinambungan dan berkelanjutan, di mulai saat masuk pendidikan dan berakhir saat berhenti rnenjadi Radiografer.b. Penyelenggaraan Pendidikan Radiograferi.Penyelenggaraan Pendidikan Radiografer adalah suatu institusi pendidikan yang telah di akreditasi untuk menyelenggarakan pendidikan Radiografer dan mendapat rekomendasi dari organisasi profesi;ii.Penyelenggaraan pendidikan Radiografer diselenggarakan oleh lembaga formal ;iii.Penyelenggaraan pendidikan Radiografer berkelanjutan dilaksanakan oleh lernbaga pendidikan baik formal maupun non formal (organisasi profesi) melalui pendidikan jenjang, pelatihan, workshop dan sejenisnya.c. Jenjang dan Kualifikasii.Jenjang dan Kualifikasi pendidikan Radiografer ditetapkan oleh organisasi profesi (atau nantinya oleh Konsil Radiografer Indonesia) atas dasar pengembangan ilmu dan teknologi radiografi dan imejing, serta kebutuhan masyarakat akan pelayanan bidang radiologi maupun atas usulan lembaga-lembaga terkait bidang radiologi;ii.Jenjang pendidikan Radiografer di Indonesia berkembang mulai dariASRO (setingkat SMU), APRO/ATRO/Poltekkes Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (setingkat D-lll), Teknik Radiologi(setingkatD-IV)dansedangdiupayakanTeknikRadiologidan Imejing (Strata Satu);iii.Jenjang pendidikan Radiografer di bedakan menurut Kompetensi lulusannya dengan tetap mengacu kepada 3 (tiga) pilar kemampuan,yaitu : pengetahuan, keterampilan dan sikap ;iv. Kurikulum pendidikan Radiografer disusun berdasarkan standarkompetensi yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atas usulan organisasi dan profesi serta institusi terkait;v.Setiap Radiografer yang berpraktek wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan radiografi dan imejing berkelanjutan yang diselengarakan oleh organisasi profesi dan lembaga lain yang terakreditasi oleh organisasi profesi dalam penyerapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknlogi bidang radiologi ;vi.Pendidikan dan pelatihan Radiografer berkelanjutan dilaksanakan dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Ahli RadiografiIndonesia (PARI).d. Pengelolaan dan PelaksanaanPengelolaan dan pelaksanaan pendidikan Radiografer menjadi tangurig jawab Departemen Teknis, Pengelola Pendidikan dan Organisasi Profesi (dan nantinya oleh Konsil Radiografer Indonesia).III. STANDAR KOMPETENSI RADIOGRAFERA. Definisi1.Standar kompetensi Radiografer merupakan penjabaran yang utuhdan cermat meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yangdiperlukan Radiografer dalam rnenjalankan peran, fungsi dankewenangannya sebagai Radiografer.2. Standar Kompetensi Radiografer adalah pernyataan-pernyataan mengenai pelaksanaan tugas di tempat kerja yang digambarkan dalam bentuk hasil keluaran, mengenai:Apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh RadiograferTingkat kesempurnaan pelaksanaan kerja yang diharapkan danRadiografer.Bagaimana menilai bahwa kemampuan Radiografer telah beradapada tingkat yang diharapkan.3.Kompetensi Radiografer adalah kemampuan seorang Radiografer dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan standar pendidikan Radiografer yang ditetapkan oleh organisasi profesi, yaitu Persatuan Ahli Radiografi Indonesia.B. Manfaat1.Pada Tingkat Nasionala.Lebih effisien dalam biaya dan membuat pendidikan dan pelatihan keterampilan lebih relevan ;b.Pembentukan keterampilan yang lebih baik antara pelatihan, penilaian danpemberian sertifikat;c.Penilaian yang lebih konsisten ;d.Adanya hubungan yang lebih baik antara pelatihan, penilaian danpemberiansertifikat;e.Kemungkinandiakuinyapelajaran-pelajaran yangtelahditerimasebelumnya.2.Pada Tingkat Pelayanan di Rumah Sakita.Pengidentifikasian yang lebih baik mengenai keterampilan yangdibutuhkan ;b.Pemahaman yang lebih baik mengenai hasil pelatihan ;c.Berkurangnya pengulangan dalam usaha pengadaan pelatihan ;d.Peningkatan dalam perekrutan tenaga baru ;e.Penilaian hasil pelatihan yang lebih konsisten dan dapatdiandalkan;f.Pengidentifikasian kompetensi di tempat kerja yang lebih akurat.

C. Pelaksanaan1.Dalam upaya menjamin seorang Radiografer memiliki kompetensi sesuai dengan standar pendidikan Radiografer, maka penyelenggara pendidikan maupun pelatihan haru dalam pengawasan PARI dan berdasarkan standar kornpetensi yang telah ditetapkan.2.Standar kornpetensi harus merupakan bagian pokok dari kurikulum pendidikan Radiografer secara utuh.3.Standar Kompetensi Radiografer harus dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum pendidikan lanjut Radiografer, untuk mengetahui dan atau menguji kualifikasi dan standarisasi Radiografer yang akan menjalankan praktek radiografi dan imejing di masyarakat.4.Dalam pelaksanaannya standar kornpetensi Radiografer dijabarkan dalam struktur standar kompetensi sesuai dengan fungsi ;a.Kompetensi untuk fungsi pelaksana,b.Kompetensi untuk fungsi manajerial / pengelola.c.Kompetensi untuk fungsi pendidik dan pembimbing.d.Kompetensi untuk fungsi peneliti dan penyuluh.e.Kornpetensi untuk fungsi kewirausahaan/enterpreneurship.

D. Penjabaran Standar Kompetensi Sesuai Fungsi1.Kompetensi Untuk Fungsi Pelaksanaa.Kelompok Unit Kompetensi Radiodiagnostik Konvensional.1)UnitKompetensiMelaksanakanRadiografi Alat Gerak Atas(Ext. Superior);2)Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Alat Gerak Bawah(Ext. Inferior);3)Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Perut / Abdomen;4)Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Dada / Thorax;5)Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Tulang Belakang /Columna Vertebralis;6)Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Kepala/Schedel;7)UnitKompetensiMelaksanakanRadiografiTulangWajah/Facial Bone;8)Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Tulang Panggul/Pelvis;9)Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Bone Survey;10)UnitKompetensi Melaksanakan Radiografi Gigi Geligi danPanoramic;11)Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Saluran Pernapasan/Tr. Respiratorius;12)Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Saluran Pencernaan/Tr. Digestifus;13)Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi SaluranPerkencingan/Tr.Urinarius;14)Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Sistim Reproduksi/Tr. Genitalia;15)Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Sistim Persyarafan/Tr. Neurologis;16)Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Sistim Hormon/Tr.Billiaris;17)Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Sistem PembuluhDarah Arteri/Arteriografi;18)Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Sistem PembuluhDarah Vena/Venografi.19)Unit Kompetensi Upaya Proteksi Radiasi20)Unit Kompetensi Implementasi QA/QCb.Kelompok Unit Kompetensi Imejing CT Scan1)Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan kepala/otak.2)Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan sinus paranasal.3)Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan nasopharynk.4)Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan orbita.5)Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan leher.6)Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan abdomen.7)Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan thorax.8)Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan tulang belakang.9)Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan pelvis.10)Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan alat gerak atas.11)Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan alat gerak bawah.12)Unit Kompetensi Upaya Proteksi Radiasi13)Unit Kompetensi Implementasi QA/QCc.Kelompok Unit Kompetensi Imejing MRI1)Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan kepala.2)Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan otak.3)Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan leher.4)Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan mediastinum5)Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan thorax,6)Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan abdomen.7)Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan tulang belakang.8)Unit kompetensi melaksanakan pemeriksaan muskuloskeletal.9)Unit Kompetensi Implementasi QA/QCd.Kelompok Unit Kompetensi Imejing USG1)Unit kompetensi melaksanakan scanning liver.2)Unit kompetensi melaksanakan scanning empedu.3)Unit kompetensi melaksanakan scanning ginjal.4)Unit kompetensi melaksanakan scanning pankreas.5)Unit kompetensi melaksanakan scanning limpa.6)Unit kompetensi melaksanakan scanning aorta abdominalis.7)Unit kompetensi melaksanakan scanning vena cava inferior.8)Unit kompetensi melaksanakan scanning pelvis.9)Unit kompetensi melaksanakan scanning obstetric.10)Unit kompetensi melaksanakan scanning payudara.11)Unit kompetensi melaksanakan scanning thyroid12)Unit kompetensi melaksanakan scanning scorotum.13)Unit kompetensi melaksanakan scanning Neonatal.14)Unit kompetensi melaksanakan scanning Appendix.15)Unit Kompetensi Implementasi QA/QCe.Kelompok Unit Kompetensi Bidang Radioterapi1)Unit kompetensi melaksanakan teknik radiasi eksterna.2)Unit kompetensi melaksanakan teknik radioterapi kuratif.3)Unit kompetensi melaksanakan teknik radioterapi valiatif,4)Unit kompetensi melaksanakan teknik radioterapi pra-bedah.5)Unit kompetensi melaksanakan teknik radioterapi pasca bedah.6)Unit kompetensi melaksanakan teknik radiasi interna.7)Unit kompetensi melaksanakan teknik afterloading,8)Unit kompetensi melaksanakan teknik intra caviter.9)Unit kompetensi melaksanakan teknik inflantasi.10)Unit kompetensi melaksanakan teknik radiasi sistemic.11)Unit kompetensi melaksanakan teknik radioterapi total bodyirradiation.12)Unit kompetensi melaksanakan teknik radioterapi hemi body.13)Unit kompetensi melaksanakan teknik radioterapi steriosstatic,14)Unit kompetensi melaksanakan teknik radioterapi total skinirradiation.15)Unit kompetensi melaksanakan teknik radioterapi intraoperative.16)Unit kompetensi melaksanakan teknik radioterapi IMRT.17)Unit Kompetensi Upaya Proteksi Radiasi18)Unit Kompetensi Implementasi QA/QCf.Kelompok Unit Kompetensi Bidang Kedokteran Nuklir1)Unit kompetensi melaksanakan scanning liver.2)Unit kompetensi melaksanakan scanning empedu.3)Unit kompetensi melaksanakan scanning ginjal.4)Unit kompetensi melaksanakan scanning pankreas.5)Unit kompetensi melaksanakan scanning limpa.6)Unit kompetensi melaksanakan scanning aorta abdominalis.7)Unit kompetensi melaksanakan scanning vena cava inferior.8)Unit kompetensi melaksanakan scanning pelvis.9)Unit kompetensi melaksanakan scanning obstetric.10)Unit kompetensi melaksanakan scanning whole body.11)Unit Kompetensi Upaya Proteksi Radiasi12)Unit Kompetensi Implementasi QA/QC2.Kompetensi Untuk Fungsi Manajerial/Pengelolaa. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Pelayanan Radiografi Konvensionalb. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Pelayanan CT Scanc. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Pelayanan MRId. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Pelayanan USGe. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan PelayananRadioterapif. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan PelayananKedokteran NuklirIV. KODE ETIK RADIOGRAFERA. MukadimahAhli Radiografi adalah salah satu profesi yang baik langsung maupun tidak langsung ikut berperan didalam upaya menuju kesejahteraan fisik material dan mental spiritual bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, segala sesuatu yang menyangkut profesi Ahli Radiografi selaluberorentasi kepada tuntutan masyarakat.Ahli Radiografi adalah suatu profesi yang melakukan pelayanan kepada masyarakat, bukanlah profesi yang semat-mata pekerjaan untuk mencari nafkah, akan tetapi merupakan pekerjaan kepercayaan, dalam hal ini kepercayaan dari masyarakat yang memerlukan pelayanan profesi, percaya kepada ketulusan hati, percaya kepada kesetiaannya dan percaya kepada kemampuan profesionalnya.Adanya limpahan dari anggota masyarakat tersebut, menuntut setiap anggota profesi agar dalam mempersembahkan pelayanan dengan cara yang terhormat, dengan disadari sepenuhnya bahwa anggota profesi selain memikul tanggung jawab kehormatan pribadi, juga memikul tanggung jawab terhadap kehormatan profesi dalam mengamalkan pelayanannya. Dan disamping itu juga dengan penuh kesadaran bahwa pelayanannya merupakan bagian dari usaha meningkatkan derajatkesehatan masyarakat.Oleh sebab itu Anggota Profesi Ahli Radiografi memandang perlu menyusun rumusan-rumusan sebagai petunjuk dengan harapan dapat menjadi ikatan moral bagi anggota - anggotanya. Dan anggota Profesi Radiologi menyadari sepenuhnya bahwa hanya karena bimbingan Tuhan Yang Maha Esa anggota Profesi Ahli radiografi dapat melaksanakan tugas pengabdiannya demi kepentingan kemanusiaan, bangsa dan Negara dengan berdasarkan pancasila dan UUD 1945.B. Kewajiban Umum1.Setiap Ahli Radiografi didalam melaksanakan pekerjaan profesinyatidak dibenarkan membeda-bedakan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, jenis kelamin, agama, politik serta status sosial kliennya2.Setiap Ahli radiografi didalam melaksanakan pekerjaan profesinya selalu memakai standard profesi3.Setiap Ahli radiografi Indonesia didalam melaksanakan pekerjaan profesi, tidak dibenarkan melakukan perbuatan yang dipengaruhi pertimbangan keuntungan pribadi4.Setiap Ahli radiografi Indonesia didalam melaksanakan pekerjaan profesinya, selalu berpegang teguh pada sumpah jabatan dan kode etik serta standard profesi Ahli RadiografiC. Kewajiban Terhadap Profesinya1.Ahli Radiografi harus menjaga dari menjunjung tinggi nama baikprofesinya2.Ahli Radiografi hanya melakukan pekerjaan radiografi, Imejing dan radioterapi atas permintaan Dokter dengan tidak meninggalkanprosedur yang telah digariskan3.Ahli Radiografi tidak dibenarkan menyuruh orang lain yang bukan Ahlinya untuk melakukan pekerjaan radiografi, Imejing danRadioterapi.4.Ahli Radiografi tidak dibenarkan menentukan diagnosa Radiologi dan perencanaan dosis RadioterapiD. Kewajiban Terhadap Pasien1.Setiap Ahli radiografi dalam melaksanakan pekerjaan profesinya senantiasa memelihara suasana dan lingkungan dengan menghayatinilai-nilai budaya, adat istiadat, agama dari penderita, keluarga penderita dan masyarakat pada umumnya.2.Setiap Ahli radiografi dalam melaksanakan pekerjaan profesinya wajibdengan tulus dan ikhlas terhadap pasien dengan memberikan pelayanan terbaik terhadapnya. Apabila ia tidak mampu atau menemui kesulitan, ia wajib berkonsultasi dengan teman sejawat yang Ahli atauAhli lainnya.3.Setiap Ahli radiografi wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui baik hasil pekerjaan profesinya maupun dari bidang lainnya tentang keadaan pasien, karena kepercayaan pasien yang telah bersedia dirinya untuk diperiksa4.Setiap Ahli Radiografi wajib melaksanakan peraturan-peraturankebijakan yang telah digariskan oleh Pemerintah di dalam bidangkesehatan5.Setiap Ahli Radiografi demi kepentingan penderita setiap saat bekerja sama dengan Ahli lain yang terkait dan melaksanakan tugas secara cepat, tepat dan terhormat serta percaya diri akan kemampuan profesinya6.Setiap Ahli Radiografi wajib membina hubungan kerja yang baik antara profesinya dengan profesi lainnya demi kepentingan pelayananterhadap masyarakat

E. Kewajiban Terhadap Diri Sendiri1.Setiap Ahli Radiografi harus menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya baik terhadap bahaya radiasi maupun terhadap penyakitnya.2.Setiap Ahli Radiografi senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan profesinya baik secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan jalan mengikuti perkembangan iimu dan teknologi, meningkatkan keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi pelayananterhadap masyarakat.

BAB VPENUTUP

5.1 KesimpulanTanggung jawab Radiografer secara umum adalah menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan bidang radiologi / radiografi dengan tingkat keakurasian dan keamanan yang memadai. Tanggung jawab dan tugas tersebut meliputi semua sarana pelayanan kesehatan bidang Radiologi mulai dari Puskesmas sampai dengan Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan Radiodiagnostik, Radioterapi dan Kedokteran Nuklir.

DAFTAR PUSTAKAPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 357/MENKES/PER/V/2006 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA RADIOGRAFER MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIKINDONESIA NOMOR 375/MENKES/SK/III/2007 TENTANG STANDAR PROFESI RADIOGRAFER