30
Pengantar Sistem Telekomunikasi BAB I KONSEP DASAR TELEKOMUNIKASI 1.1 Definisi Telekomunikasi Kata telekomunikasi terdiri dari dua kata yaitu tele dan komunikasi. Di mana tele berarti jauh sedangkan komunikasi berarti penyampaian informasi atau hubungan antara satu titik (point) dengan titik yang lainnya. Jadi kalau diterjemahkan secara langsung maka telekomunikasi berarti penyampaian informasi atau hubungan antara satu titik dengan titik yang lainnya yang berjarak jauh. Tetapi keterangan jarak menjadi hal yang relatif. Bisa jadi komunikasi antara dua orang tidak dapat dikategorikan telekomunikasi meskipun jaraknya jauh. Contohnya adalah sebagai berikut : Orang berteriak : hubungan jarak jauh. Yaitu teriakan seseorang tanpa bantuan peralatan yang mungkin berjarak 80-100 meter. Akan tetapi meskipun berjarak cukup jauh, ini tidak dapat dikategorikan sebagai hubungan telekomunikasi. Intercom : hubungan jarak dekat. Yaitu pembicaraan antara dua orang dengan alat komunikasi intercom yang mungkin hanya berjarak 1-5 m saja di rumah yang bersebelahan. Dalam hal ini meskipun jaraknya lebih dekat dari contoh kasus pertama tadi, hubungan dengan alat bantu intercom ini dikategorikan sebagai hubungan telekomunikasi Jadi dari dua contoh di atas terlihat bahwa telekomunikasi ini melibatkan suatu jarak dengan suatu bentuk peralatan khusus tertentu. Oleh karena itu definisi telekomunikasi yang lebih tepat dari pada definisi diatas tersebut adalah: pertukaran informasi atau hubungan antara satu titik dengan titik yang lainnya dengan mempergunakan alat bantu khusus. Peralatan khusus yang banyak digunakan sekarang ini dalah peralatan elektrik (listrik) seperti telepon, televisi, radio penerima, handphone, komputer, R Rohmat Saedudin, ST., MT. Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi 1

BAB I Konsep Dasar Telekomunikasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Telco

Citation preview

Konsep Das-tel

PAGE 7Pengantar Sistem Telekomunikasi

BAB I KONSEP DASAR TELEKOMUNIKASI1.1 Definisi TelekomunikasiKata telekomunikasi terdiri dari dua kata yaitu tele dan komunikasi. Di mana tele berarti jauh sedangkan komunikasi berarti penyampaian informasi atau hubungan antara satu titik (point) dengan titik yang lainnya. Jadi kalau diterjemahkan secara langsung maka telekomunikasi berarti penyampaian informasi atau hubungan antara satu titik dengan titik yang lainnya yang berjarak jauh. Tetapi keterangan jarak menjadi hal yang relatif. Bisa jadi komunikasi antara dua orang tidak dapat dikategorikan telekomunikasi meskipun jaraknya jauh. Contohnya adalah sebagai berikut :Orang berteriak : hubungan jarak jauh. Yaitu teriakan seseorang tanpa bantuan peralatan yang mungkin berjarak 80-100 meter. Akan tetapi meskipun berjarak cukup jauh, ini tidak dapat dikategorikan sebagai hubungan telekomunikasi.Intercom : hubungan jarak dekat. Yaitu pembicaraan antara dua orang dengan alat komunikasi intercom yang mungkin hanya berjarak 1-5 m saja di rumah yang bersebelahan. Dalam hal ini meskipun jaraknya lebih dekat dari contoh kasus pertama tadi, hubungan dengan alat bantu intercom ini dikategorikan sebagai hubungan telekomunikasi

Jadi dari dua contoh di atas terlihat bahwa telekomunikasi ini melibatkan suatu jarak dengan suatu bentuk peralatan khusus tertentu. Oleh karena itu definisi telekomunikasi yang lebih tepat dari pada definisi diatas tersebut adalah: pertukaran informasi atau hubungan antara satu titik dengan titik yang lainnya dengan mempergunakan alat bantu khusus. Peralatan khusus yang banyak digunakan sekarang ini dalah peralatan elektrik (listrik) seperti telepon, televisi, radio penerima, handphone, komputer, faximile, teleprinter dan lain sebagainya. Tetapi tidak menutup kemungkinan peralatan yang digunakan sebagai alat bantu adalah non elektrik, sepertu komunikasi dengan bantuan bendera, asap, kentongan, bedug dan lain sebagainya. Meskipun demikian dalam pembahasan lebih lanjut hanya akan dibahas hubungan yang mempergunakan bantuan peralatan listrik, karena ini adalah yang terbesar sampai saat ini.Memperhatikan hal-hal tersebut maka jelaslah bahwa ilmu pengetahuan tentang telekomunikasi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyampaian informasi dengan bantuan peralatan listrik. Berbeda dengan ilmu pengetahuan tentang komunikasi yang merupakan ilmu yang mempelajari seluruh aspek penyampaian informasi. Sebagai gambaran, di dalam siaran televisi maka ilmu telekomunikasi itu adalah yang mempelajari bagaimana suatu siaran itu dapat dikirimkan dan di terima dengan baik oleh alat penerima di sisi user. Sedangkan ilmu komunikasi adalah selain hal tersebut diatas termasuk juga mempelajari hal-hal lain yang sifatnya non teknis, seperti bagaimana susunan siarannya, mutu siarannya, teknik penyampaian siaran, waktu jam tayang, durasi tayangan, penyesuaian siaran dengan segmentasi pasar penerima dan sebagainya. Atau dengan perkataan lain ilmu telekomunikasi adalah ilmu yang mempelajari perangkat kerasnya (hardware) saja dari penyampaian informasi yang mempergunakan bantuan peralatan khusus. Sedangkan ilmu komunikasi adalah ilmu yang mempelajari penyampaian informasi itu secara luas yaitu termasuk perangkat lunaknya (software) dan perangkat kerasnya. Bahkan di Indonesia ada kecenderungan bahwa ilmu komunikasi adalah yang mempelajari software sedangkan yang mempelajari hardware-nya adalah ilmu telekomunikasi.1.2 Konsep Dasar Telekomunikasi

Dibandingkan dengan sistem-sistem yang lainnya maka intrercom memang sederhana, akan tetapi ia adalah two way system, di mana kedua belah pihak dapat saling berbicara dan mendengar meskipun bergantian. Contoh lainnya adalah komunikasi dengan menggunakan handy talky. Sistem lain yang lebih sederhana dari intercom dan handy talky adalah baby alarm, dimana prinsip kerjanya hampir sama dengan intercom, tetapi sistemnya satu arah saja (one way system), seperti dapat dilihat pada gambar 1.1.

Sistem ini terdiri dari sebuah microphone, ditempatkan pada kamar bayi, dan sebuah loudspeaker pasda kamar orang tuanya. Suara yamg dihasilkan oleh bayi akan diubah menjadi sinyal listrik oleh microphone, kemudian sinyal-sinyal ini di salurkan melalui kabel yang merupakan saluran transmisi, di perkuat oleh amplifier dan diubah kembali menjadi suara yang dipancarkan oleh loudspeaker. Microphone dan loudspeaker ini yang disebut input dan output transducer. Kedua tranducer ini elemen di antranya membentuk suatu sistem telekomunikasi. Manusianya, yaitu bayi serta orangtuanya, tidak termasuk dalam sistem ini. Dalam hal ini mereka adalah sebagai pemakai saja (user). Kabelnya adalah saluran transmisinya. Amplifier-nya dapat diletakan di salah satu ujung pengirim atau penerima. Pada gambar 1.1 itu amplifier adalah bagian dari terminal penerima, dan terminal pengirimnya adalah microphone. Sistem dasar dari baby alarm itu kemudian dapat di gambarkan seperti terlihat pada gambar 1.2. biasanya lebih baik untuk mempartisi suatu sistem yang kompleks menjadi bagian-bagian seperti pada gambar tersebut di bawah ini .

Jadi prinsip dasar dari telekomunikasi adalah dua buah terminal yang di hubungkan oleh saluran transmisi. Di sini masalah yang timbul adalah masalah terminal dan transmisi. Sekarang jika terminalnya lebih dari dua, maka masalah lainnya akan tinbul yaitu bagaimana mengontrol atau mengendalikan penyambungan dari terminal tersebut. Dalam hal ini akan terlihat bahwa masalah yang baru ini akan timbul jika beberapa terminal tersebut merupakan suatu two way system di mana antar terminal harus dapat berhubungan. Akan tetapi jika tidak, maka masalah penyambungan atau switching tidak ada, misalnya pada sistem hubungan televisi. Sedangkan yang memerlukan penyambungan itu misalnya pada sistem hubungan telepon.

Gambar dari hubungan telekomunikasi yang mempunyai masalah penyambungan itu adalah seperti terlihat pada gambar 1.3 berikut ini

Sesuai dengan prinsip atau konsep dasar dari hubungan telekomunikasi di atas maka pembahasan dalam bab-bab berikut ini juga berdasarkan pada konsep tersebut yaitu pembahasan tentang terminal, pembahasan penyambungan serta pembahasan tentang saluran transmisi.

1.3 Jaringan TelekomunikasiDari konsep dasar hubungan telekomunikasi ini maka jaringan telekomunikasi diperlukan untuk menghubungkan terminal-terminal lewat saluran transmisi. Jaringan ini mungkin menghubungkan terminal yang jaraknya berdekatan maupun yang jauh sekali. Jaringan telekomunikasi ini dapat berupa macam-macam bentuk tergantung dari terminalnya yaitu yang berarti tergantung juga dari macam informasi yang akan dikirim dan di terima. Meskipun demikian macam informasi yang tersebar di dunia yang di kirimkan adalah sinyal frekuensi suara melalui telepon, atau dengan perkataan lain jaringan telekomunikasi yang terbesar di dunia adalah jaringan telepon. Jaringan yang lainnya misalnya jaringan telex, jaringan data, jaringan radio siaran dan jaringan televisi tidak atau jauh dari besarnya jaringan telepon. Jaringan telepon adalah jaringan yang terbesar karena selain adanya hubungan antar terminal sehingga di perlukan sentral switching juga jumlah terminalnya yang banyak sekali tersebar di seluruh dunia.

Pada jaringan telekomunikasi, pentransmisian sinyal informasi dapat melalui laut, udara dan darat. Begitupun juga jenis-jenis terminalnya, ada telepon, telex, radio, televisi dan lain sebagainya. Sedangkan jenis media stransmisinya juga bermacam-macam seperti coaxial, tembaga, fiber optik, gelombang radio dan lain-lain. Ini semua akan di bahas dalam bab-bab berikut. Pada dasarnya hanya ada dua macam bentuk dasar dari jaringan telekomunikasi yaitu : jaringan mata jala (mesh) jaringan bintang (star)sedangkan jaringan mata jala ini dapat di bagi menjadi dua bagian yaitu : jaringan mata jala penuh (fully interconeccted network)

jaringan mata jala tunggal (single mesh network)

perbedaan dasar antara jaringan mata jala dengan jaringan bintang adalah bahwa jaringan mata jala merupakan jaringan tertutup (closed network) sedangkan jaringan bintang merupakan jaringan terbuka (open network).Jaringan mesh tunggal menunjukan suatu bentuk jaringan di mana setiap terminal terhubung ke dua terminal lainnya membentuk satu mata jala saja seperti dapat dilihat pada gambar 1.4 di bawah ini.

Jumlah seluruh saluran (n) pada jaringan bentuk ini cukup sedikit dan sederhana yaitu sama dengan jumlah terminal (x) yang akan saling dihubungkan, n = x . Jika ada 1000 terminal telepon, maka diperlukan 1000 saluran telepon untuk menghubungkannya. Meskipun demikian bentuk ini mempunyai suatu kelemahan yaitu bahwa setiap terminal disamping harus dapat menyalurkan informasi antara dirinya dengan terminal lain yang dituju, terminal-terminal tersebut juga di haruskan mampu menyalurkan informasi yang hanya lewat saja dari terminal lain ke terminal lainnya lagi. Hal ini membuat saluran menjadi tidak efisien. Misalnya saluran antara B dan C tidak dapat digunakan untuk menyalurkan informasi dari B ke C itu sendiri karena saluran itu sedang dipakai untuk menyalurkan informasi dari A ke D via saluran B C. Hal ini berbeda dengan terminal-terminal bertopologi jaringan mata jala penuh (fully interconeccted network), dimana setiap terminal dihubungkan ke semua terminal lainnya dengan masing-masing ditarik satu saluran transmisi. Hal ini memungkinkan setiap terminal dapat langsung mengirim atau menerima informasi ke dan atau dari terminal lainnya.Pada gambar 1.5 terlihat jaringan mata jala penuh, karena setiap terminal disambungkan langsung dengan terminal yang lainnya.

Jika di sini ada sejumlah x terminal maka tiap terminal disambungkan dengan (x-1) terminal yang lainnya. Perlu diperhatikan juga bahwa saluran dari A ke B sama dengan saluran dari B ke A (hanya ada satu saluran yang sama antara dua titik). Oleh karena itu, jumlah seluruh saluran n adalah sama dengan :

n = x (x-1)Dengan demikian jika jumlah terminalnya bertambah besar, maka jumlah salurannya akan menjadi sangat besar sekali. Oleh karena itu model ini hanya di pakai untuk jumlah terminal yang relatif sedikit. Jika ada 1000 terminal telepon, maka berdasarkan rumus di atas diperlukan saluran telepon penghubungnya sebesar 499.500 saluran. Jaringan bintang (Star) merupakan suatu bentuk jaringan terbuka (open network), seperti dapat dilihat pada gambar 1.6 . Di sini jumlah salurannya berkurang menjadi sama dengan n = x 1 dan tiap saluran tidak perlu menyalurkan informasi dari terminal lain ke terminal lainnya lagi. Jika ada 1000 terminal telepon, maka jumlah saluran yang diperlukan untuk penghubungnya adalah sebesar 999 saluran. Hanya saja, pada topologi ini, jika terminal pusat mengalami gangguan, semua terminal yang ada dalam jaringannya tidak dapat saling berkomunikasi.

Dalam kenyataannya bentuk jaringan tidak semurni seperti ketiga bentuk topologi di atas . Bentuk dasar topologi jaringan di atas tidak dipergunakan untuk koneksi langsung tiap termina telepon, tetapi dipergunakan untuk menghubungkan saluran antara sentral (trunk). Hal ini untuk mengurangi ketidak efisienan membengkaknya jumlah saluran pelanggan jika jumlah pelanggan semakin banyak. Ada beberapa pertimbangan dalam merencanakan bentuk jaringan telekomunikasi, misalnya:

letak dan posisi geografis dari terminal/sentral kebutuhan hubungannya (komersil atau keperluan khusus) biaya (estimasi cost yang dibutuhkan dengan kemungkinan keuntgungan yang akan di dapat penyedia jasa) keadaan sebelumnya dan yang akan datang

meskipun demikian bentuk dasar jaringan ini tetap di pakai dalam jaringan telekomunikasi di dunia ini. Misalnya dalam jaringan telepon yang juga memakai jaringan radio komunikasi, satelit, kabel laut, dan sebagainya. Gambar 1.7 menggambarkan contoh suatu jaringan telepon yang juga terdiri dari bermacam-macam cara menyampaikan informasi tersebut. Jaringan ini pada kenyataannya lebih kompleks dari gambar ini.

1.4 Informasi

Informasi adalah sesuatu yang dipertukarkan antara dua terminal yang berkepentingan melalui suatu hubungan telekomunikasi. Informasi biasa dikirimkan dalam bentuk signal-signal yang dimengerti dan sesuai dengan karakteristik dari sistem peralatan telekomunikasi yang digunakan. Dan seperti telah kita telah ketahui adalah bahwa signal yang di terima tidaklah sebaik signal yang dikirimkan. Hal ini dikarenakan selama proses pentransmisian dalam suatu sistem telekomunikasi, kualitas sistem dibatasi kemampuannya oleh level daya signal yang tersedia, latar belakang noise yang pasti selalu ada dalam transmisi, serta keharusan untuk membatasi bandwidth (lebar pita saluran). Setiap sistem mempunyai performansi masing-masing. Satu sistem bisa lebih baik dari sistem-sistem lainnya, sehingga dapat dibandingkan sistem yang bagaimana yang terbaik.Untuk itu telah dibuat suatu model signal, kemudian diuji apa akibatnya jika suatu sistem telekomunikasi diterapkan pada signal tersebut, dianalisa juga teknik modulasinya yaitu suatu alat atau cara untuk mengirimkan signal tersebut. Walaupun ini dilakukan dengan hasil yang baik, akan tetapi masih belum memuaskan, khususnya ketika tiba saatnya pada design dari suatu sistem yang baru. Dengan ini pertanyaan diatas akan berkembang menjadi : karakteristik yang bagaimana untuk suatu sistem yang ideal, yang tidak dibatasi oleh ilmu dan kemampuan kita akan tetapi hanya di batasi oleh lebih pada sifat-sifat dasar dari alam itu sendiri.

Sebelum tahun 1940 beberapa langkah untuk membuat teori tersebut telah ditempuh yaitu penelitian pada telegraphi oleh Nyquist dan Hartley. Kemudian sesudah perang dunia kedua, Claude Shannon (1948) dan Nobert Wiener (1949) telah mengembangkan konsep baru yang sampai sekarang masih tetap dipakai.

Wiener melakukan eksperimen yang lebih dikenal sebagai detection theory. Penelitian yang dilakukannya yaitu dengan cara memperkirakan keadaan dari suatu signal yang sebelumnya sudah di tambah dengan noise. Di sisi penerima akan diteliti bagaimana perkiraan keadaan signal sebelum diterima (dalam proses pengiriman) dan setelah diterima di sisi penerima. Sedangkan Shannon bekerja sesuai dengan prinsip dari komunikasi, di mana signal processing dapat terjadi baik pada penerima maupun pada pengirim. Sedangkan Shannon meneliti dengan suatu pendekatan (sampling) yang selanjutnya lebih dikenal dengan information theory. Penelitian dilakukan dengan cara jika diketahui suatu berita, lalu diteliti bagaimana berita itu dapat terwakilkan sedemikian rupa sehingga dapat membawa informasi suatu sistem yang diberikan dengan keterbatasan-keterbatasannya. Dari cara ini dapat disimpulkan bahwa yang dipentingkan bukanlah signalnya melainkan informasi yang terkandung di dalam signal tersebut. Teori informasi ini adalah suatu pelajaran matematik yang terbagi menjadi 3 bagian konsep dasar yaitu : pengukuran dari informasi, kapasitas saluran transmisi untuk menyalurkan informasi, dan penyandian (coding) sebagai cara untuk mendayagunakan saluran agar dapat berkapasitas penuh. Lebih jelasnya, dimisalkan ada suatu sumber informasi, suatu saluran transmisi, dan suatu teknik pengkodean yang digunakan. Bagaimana caranya sehingga informasi tersebut dapat dikirimkan melewati saluran transmisi dengan kapasitas informasi yang tentunya harus di bawah kapasitas saluran dan dengan sejumlah kecil kesalahan yang disebabkan karena danya derau (noise).1.4.1 Simbol dan Nilai Informasinya

Sistem komunikasi adalah sistem yang dipergunakan unutk menyampaikan informasi dari pengirim ke penerima seperti telah disebutkan sebelumnya. Informasi biasanya diwakili oleh simbol-simbol komunikasi baik dalam bentuk alphabet maupun dalam bentuk sandi-sandi. Seperti telah disampaikan sebelumnya, teori informasi ini mulai mendapatkan penghargaan yang layak setelah diterbitkannya makalah dari .E.C Shannon yang berjudul A Mathematical Theory of Communication pada tahu 1948. Dalam bidang komunikasi, teori Shannon ini memegang peranan yang amat penting oleh karena kesanggupannya untuk memberikan standard performansi yang absolut serta faktor-faktor yang membatasi performansi tersebut.

Konsep yang akan dibahas di sini mencakup usaha untuk mengukur kuantitas yang terkandung dalam suatu informasi/berita. Pada tahun 1928, R.V Hartley menyarankan agar kuantitas ini dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya berita. Berita yang sudah pasti akan terjadi, pasti bukan merupakan berita lagi, sehingga nilai informasinya sama dengan nol. Seperti misalnya berita : matahari besok pagi akan terbit dari sebelah timur, berita ini bukan lagi merupakan berita karena nilai informasinya adalah nol dimana semua orang sudah pada tahu bahwa matahari setiap pagi akan terbit di sebelah timur. Sebaliknya, hal yang tidak mungkin terjadi pasti mempunyai nilai informasi yang tidak terhingga besarnya. Oleh karena itu mungkin kwantitas yang terkandung di dalam suatu berita haruslah dikaitkan dengan ketidakpastian yang dihilangkan akibat munculnya berita tersebut.

Oleh karena informasi diwakili oleh symbol-simbol, maka pengukuran informasi sebaiknya dikaitkan dengan masing-masing smbol. Kalau p adalah peluang terjadinya suatu simbol maka nilai informasinya didefinisikan sebagai :

- log pHartley memakai basis 10 untuk pengukuran tadi dan satuan nilai informasi tadi diberi nama Hartley. Adapula yang menyarankan agar basis e dipakai dalam perhitungan logaritma tadi dengan satuan nilai informasi disebut nat. Sedangakn Shannon mengusulkan agar basis 2 yang dipakai, mengingat bahwa simbol biner adalah simbol yang paling mendasar dan dipakai dalam sistem komunikasi digital dewasa ini. Satuan yang dipakai adalah bit (binary digit).

Sebagai contoh ambil simbol biner 1 dan 0 . Masing-masing simbol memerlukan satu bit untuk repersentasinya memakai signal digital. Ini sesuai dengan nilai informasi yang telah didefinisikan sebagai:

- log2 pdi mana p =1/2.Dalam mendefinisikan satuan nilai informasi di mana kita memakai simbol biner, ada dua faktor yang harus di perhatikan:

bahwa simbol 1 dan 0 memiliki kemungkinan yang sama.

Simbol yang dibangkitkan setiap saat tidak tergantung pada simbol yang dibangkitkan sebelumnya.

Hanya dalam batasan inilah masing-masing simbol mempunyai nilai informasi sebesar 1 bit. Pada umumnya, kedua simbol biner tadi tidak mempunyai kemungkinan yang sama. Dalam kasus seperti ini, kita biasanya mencari peralatan yang dapat membuat kemungkinan tersebut sama (scramble/descramble).

Contoh :

Suatu sumber berita menghasilkan 6 macam simbol dengan kemungkinan sebagai berikut :

A =

D = 1/16

B =

E = 1/32

C = 1/8F = 1/32

Maka entropy sumber berita ini adalah :

H = - (1/2 log2 + log2 + .)

= 1 15/16 bit / simbol.

Perhatikan bahwa entropy akan mencapai harga maksimum apabila semua symbol memiliki kemungkinan yang sama. Untuk contoh di atas maka, H = 2,585 apabila keenam symbol memiliki kemungkinan yang sama.

1.4.2 Kapasitas SaluranKalau H adalah entropy sumber berita dan B adalah jumlah simbol yang dihasilkan setiap detik maka source rate atau laju volume informasi adalah HB bit/detik. Ini adalah kemampuan minimum yang harus dipenuhi oleh saluran agar informasi dapat di transmisikan tanpa kesalahan. Kalau C merupakan kapasitas saluran, yaitu laju informasi maksimum yang dapat ditransmisikan melalui saluran tersebut, maka teori Shannon dapat dirumuskan sebagai berikut: apabila HB lebih kecil dari C maka dapat dicari suatu cara pengkodean sedemikian rupa sehingga informasi dapat ditransmisikan dengan kesalahan yang tak berarti

Shannon sendiri tidak memberi petunjuk bagaimana caranya mengkodekan informasi tersebut, tetapi ia dapat merumuskan C kalau bandwitch dan S/N saluran diketahui (S/N = Signal to noise ratio yang menentukan kualitas telekomunikasi).

Kita tinjau dahulu kasus dimana saluran tidak diganggu oleh derau. Dalam teori pencuplian (sampling) yang akan dibahas nanti pada bab yang lain disebutkan bahwa saluran memiliki bandawicth W Hz sanggup mentransmisikan cuplikan-cuplikan yang frekwensinya 2W cuplikan per detik. Misalkan bahwa setiap cuplikan dapat mengambil salah satu dari m tingkat (level) yang sama kemungkinannya. Saluran tadi dengan demikian akan sanggup mentransmisikan informasi dengan laju:C = 2W log2 m bit / detikSebab setiap pencuplikan memiliki nilai informasi sebesar m bit.Untuk saluran tanpa derau (noiseless) dengan W tertentu maka kapasitas saluran, C, akan ditentukan oleh kesanggupan pesawat penerima untuk membedakan sebanyak m tingkat signal yang diterima. Secara teoritis, m dapat dibuat mendekati tidak berhingga. Keadaan praktis (misalnya daya maksimum yang dapat ditampung oleh saluran, ketelitian alat deteksi dan keterbatasan lainnya) akan memaksakan sistem untuk memiliki harga m yang terhingga.

Keterbatasan dalam saluran komunikasi biasanya secara dominan dipengaruhi oleh hadirnya derau. Untuk derau yang sifatnya putih (white noise) dengan distribusi normal, Shannon telah menurunkan bahwa kapasitas saluran menjadi :

C = W log2 (1 + S/N) bit / detikDi mana W adalah banwitch saluran dan S/N adalah signal to noise ratio. Secara formal rumus di atas diikat oleh syarat-syarat sebagai berikut ini:

kecepatan maksimum tadi (C) akan menghasilkan kesalahan transmisi yang tidak berarti apabila dipakai cara pengkodean yang tepat

teknik pengkodean menghendaki agar informasi dikirim dalam blok-blok yang panjang memakai gelombang yang menyerupai derau

derau dalam saluran bersifat putih dengan distribusi normal

dari uaraian diatas jelaslah bahwa laju informasi yang dihasilkan oleh sumber informasi (dalam bit/detik) haruslah lebih rendah dari kapasitas saluran supaya informasi dapat ditransmisikan dengan kesalahan yang tidak berarti.

1.5 Jaringan TeleponJaringan Telepon merupakan solusi bagi besarnya jumlah terminal telepon dan kompleksitasnya sistem penyambungan antar terminal. Jaringan telepon pada umumnya terdiri dari :

1. Internal lines pada area milik pelanggan, yaitu yang menghubungkan extension telepon satu dengan lainnya dan ke sentralnya melalui suatu PABX.

2. Subscribers distribution network (area jaringan sentral lokal), yaitu jaringan yang terdiri dari kabel-kabel yang menghubungkan terminal pelanggan atau sentral PABX ke sentral lokal. Jaringan ini disebut juga jaringan distribusi lokal3. Junction network, yaitu yang menghubungkan suatu group sentral lokal yang melayani suatu daerah.

4. Trunk network, yaitu yang saluran untuk menghubungkan beberapa daerah lokal di suatu negara (inter lokal). Jaringan trunk ini juga disebut long distance network.

5. International network, yaitu jaringan yang menyelenggarakan hubungan antara group-group sentral lintas negara.

Berikut dapat dilihat pada tabel 1.1 pemakaian istilah-istilah dalam sistem telepon. Ada tiga standar badan yang biasa digunakan dalam sistem pertelekomunikasian khususnya sistem telepon di dunis internasional yaitu standar CCITT, Eropa, dan Amerika Utara.Tabel 1.1 Istilah-istilah dalam sistem telepon

FungsiCCITTEropaAmerika Utara

Terminal teleponSubscribers instrumentSubscribers apparatusTelepon subset

Jaringan lokalSubscribers lineLocal lineCustomers loop

Sentral teleponExchangeExchangeOffice

Sentral telepon yang langsung disambung dengan terminalLocal exchangeLocal exchangeEnd office atau Central office atau Class 5 office

Sentral telepon yang tidak langsung disambung dengan terminal Trunk exchangeTrunk exchangeToll office

Sentral telepon yang menghubungkan local exchange (tidak ada saluran ke trunk network)Tandem exchangeTandem exchangeTandem office

Saluran antara dua local exchangeJunction circuitJunctionInter-office trunk

Saluran antara local exchange dengan trunk exchangeToll circuitJunctionTrunk

Saluran antara dua trunk exchangeTrunk circuitTrunk atau Trunk circuitTrunk

First level trunk exchangePrimary centreGroup switching centreToll centre atau class 4 office

second level trunk exchangeSecondary centre District switching centrePrimary centre atau class 3 office

Third level trunk exchangeTertiary centreMain switching centreSecsional centre atau class 2 office

Fourth level trunk exchangeQuaternary centre-Regional centre atau class 1 office

Sentral telepon yang mempunyai saluran ke international networkCentre du transit 3 (CT 3)Centre du transit 3 (CT 3)Centre du transit 3 (CT 3)

International transit centreCentre du transit 2 (CT 2)Centre du transit 2 (CT 2)Centre du transit 2 (CT 2)

Top level international transit switching centre (fully interconnected)Centre du transit 1 (CT 1)Centre du transit 1 (CT 1)Centre du transit 1 (CT 1)

1.5.1 Jaringan LokalJaringan lokal dari suatu sistem telepon adalah bagian dari jaringan nasional. Jaringan ini merupakan suatu jaringan antara minimal satu telepon pelanggan dengan satu sentral lokal. Jaringan lokal merupakan bagian dari seluruh jaringan yang menyerap investasi paling besar. Hal ini dapat dimengerti karena jaringan lokal merupakan akses langsung pelanggan ke sistem jaringan nasional dan jaringan internasional. Alokasi dana investasi jika akan ditambahkan pemasangan satu buah pesawat telepon pada suatu jaringan telepon dapat dilihat pada tabel 1.2 di bawah ini. Tabel 1.2 Alokasi dana investasi pasang baru telepon

Item pekerjaanPersentase alokasi dana

Peralatan pelanggan4

Jaringan lokal38

Peralatan sentral22

Junction dan trunk plant25

Tanah dan bangunan11

Dari data tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pembangunan jaringan lokal menyerap investasi dana yang cukup besar kurang lebih 40 % dari total dana investasi. Angka-angka ini tentunya akan berbeda-beda pada berbagai negara dan untuk setiap jenis proyek pengembangan jaringan.

1.5.1.1 Konfigurasi Jaringan Lokal

Sentral telepon lokal terdiri dari berbagai macam ukuran dari yang terkecil dimana melayani suatu daerah kecil yang mempunyai kapasitas hanya sekitar 100 lines unit saja, sampai dengan yang besar sekali yang ditempatkan pada suatu gedung tersendiri dan melayani sampai dengan 40.000 lines unit. Dengan demikian kabel yang keluar dari suatu sentral lokal juga mempunyai ukuran yang bermacam-macam. Satu hal yang sama adalah bahwa kabel yang dipakai untuk setiap telepon set adalah 2 wire of twisted pair cable. Dan ini yang menyebabkan bahwa jaringan lokal merupakan bagian yang menyerap dana investasi yang paling besar. Sekarang ini ada kecenderungan saluran pelanggan dari sentral sampai ke distribution point yang semula menggunakan kabel tembaga diganti secara bertahap menggunakan fiber optik. Secara perhitungan biaya tentunya cukup mahal tetapi ini seimbang dengan manfaat yang lebih dari fiber optik ini dimana kapasitasnya jauh lebih besar, redamannya jauh lebih kecil dan jangka waktu umur saluran yaang relatif lebih lama di bandingkan dengan menggunakan tembaga. Diharapkan kedepannya 100 % jaringan lokal memanfaatkan fiber optik, bahkan sampai ke sisi terminal pelanggannya. Hal ini untuk mendukung keperluan user yang semakin besar akan akses komunikasi multimedia.

Bentuk jaringan lokal berdasarkan standar CCITT dapat dilihat pada gambar 1.8. Jumlah kabel yang keluar dari sentral menuju pelanggan bermacam-macam disesuaikan dengan jumlah pelanggan yang akan dilayani, fungsi konstruksinya, posisinya dan letak geografisnya. Tetapi yang pasti bahwa semakin mendekati ke titik pelanggan, jumlah kabel yang digunakan akan semakin berkurang sesuai dengan distribusi pelanggan yang akan dilayani.

Kabel dalam jumlah besar meninggalkan sentral dan disambungkan ke kabinet. Kabel-kabel ini disebut sebagai main pair atau saluran utama/primer. Kabinet dihubungkan dengan pilar menggunakan branch pair atau disebut saluran sekunder. Ukuran kabel pada saluran sekunder lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran kabel pada saluran primer. Selanjutnya pillar disambungkan ke distribution point menggunakan distribution pair atau saluran tertier. Titik pembagi (distribution point) terdiri dari bermacam-macam jenis, yaitu underground distribution point ( letaknya di bawah tanah), internal distribution point (letaknya di dalam gedung), overhead ring type distribution point (letaknya di atas permukaan tanah/ tiang). Setiap pelanggan dihubungkan ke distribution point dengan menggunakan sepasang konduktor/kabel. Secara umum pelanggan terhubung ke sentral melalui distribution point, pillar, kabinet, dan sentral. Tetapi tidak menutup kemungkinan kalau posisi pelanggan dekat dengan sentral, maka pelanggan-pelanggan tersebut langsung disambungkan ke sentral via distribution point tanpa harus melalui pillar dan kabinet, atau pelanggan yang dekat dengan kabinet langsung dihubungkan ke sentral via distribution point langsung ke kabinet tanpa melalui pillar. Demikian juga pillar yang dekat dengan sentral dapat langsung dihubungkan ke sentral tanpa harus melalui kabinet. Tentunya ini semua mengacu pada efisiensi jarak dan biaya.

Dalam perencanaan biasanya jumlah pair dalam distribution point selalu dilebihkan dari jumlah pelanggan terdaftar. Tentunya dengan memperhitungkan pola demand dan karakteristik perkembangan pelanggan di daerah layanan. Hal ini untuk mengantisipasi pemasangan pelanggan baru agar bisa cepat dilayani.1.5.1.2 Konfigurasi Jaringan Lokal di IndonesiaJaringan lokal di Indonesia, hanya terdiri dari dua terminal saja (diluar sentral), yaitu rumah kabel dan distribution point (kotak pembagi). Konfigurasi jaringan lokal di Indonesia dapat dilihat pada gambar 1.9. Setiap pelanggan tersambung ke sentral melalui saluran sekunder dan saluran primer. Saluran primer menghubungkan sentral dengan rumah kabel, sedangkan saluran yang menghubungkan rumah kabel dengan kotak pembagi disebut saluran sekunder.

Saluran primer biasanya menggunakan kabel berukuran 600, 800, atau 1200 pair. Tetapi tidak jarang juga menggunakan jumlah pair kabel yang lebih besar. Sedangkan saluran sekunder menggunakan kabel dengan ukuran yang lebih sedikit yaitu 20 pair saja. Saluran primer merupakan saluran yang flexibel dalam artian kabel primer dapat dipindah-pindahkan sesuai dengan kebutuhan apabila pada kabel primer terjadi kerusakan.

Dalam perencanaan jaringan lokal, kapasitas sentral biasanya jauh lebih sedikit dari jumlah pelanggan yang akan dilayani. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan sangat jarang sekali dalam waktu yang bersamaan seluruh pelanggan melakukan panggilan. Dalam waktu-waktu puncak hanya kurang lebih 40-60 % saja pelanggan yang melakukan panggilan. Perbandingan kapasitas sentral dengan jumlah kabel primer biasanya 1 : 1,2-1,5. Begitu juga perbandingan antara jumlah saluran primer dengan saluran sekunder biasanya 1 : 1,2-1,5 juga. Jadi kalau kapasitas sentral adalah 1000, maka saluran yang keluar menuju rumah kabel adalah sebanyak 1200 1500 pair, dan saluran yang menghubungkan rumah kabel dengan distribution point adalah sebanyak 1440 2250 pair. Atau dengan kata lain, pelanggan yang jumlahnya 2250 dapat dilayani dengan baik cukup dengan menggunakan sentral yang berkapasitas 1000 saja.

Untuk penghematan biaya dalam perluasan dan demi keamanan serta umur pakai yang lama, lebih dari 20 tahun, maka biasanya kabel primer dipasang dalam sistem duct. Pada jarak tertentu dibuat manhole sebagai suatu fasilitas teknisi dalam pekerjaan penarikan kabel, penyambungan kabel, perlengkapan kabel lainnya, pengetesan dan pemeliharaan. Jarak antara manhole biasanya 100 m, 250m atau idealnya 500 m (sesuai dengan panjang kabel 1 haspel). Sementara itu untuk proses pemeliharaan kabel/saluran dalam pipa distribusi, dibuat lubang yang lebih kecil dari manhole yang disebut handhole. Konstruksi manhole biasanya tahan terhadap beban diatasnya sampai dengan 20 ton.

Kabel sekunder biasanya berupa kabel tanam langsung (ground cable). Untuk menghindari penggalian yang berulang kali, maka perencanaan jumlah kabel sekunder ini harus benar-benar memperhitungkan jumlah pelanggan ditambah dengan cadangan untuk melayani perkembangan pelanggan di masa yang akan datang dan untuk mengcover kabel yang rusak. Kedalaman penanaman kabel disesuaikan dengan peraturan daerah setempat. Bagi lokasi-lokasi yang tidak mungkin untuk penanaman langsung dengan kedalaman tertentu, biasanya diatasnya digunakan batu atau tembok untuk melindunginya.

Saluran distribusi dari kotak pembagi ke pelanggan, biasanya menggunakan kabel udara, dimana kabel-kabel langsung ditarik dari tiang pembagi ke pelanggan. Jumlah kabel pada saluran distribusi harus tepat sama sesuai dengan jumlah pelanggan. Tetapi biasanya di dalam kotak/tiang pembagi selalu ada cadangan untuk melayani pasang baru dan antisipasi saluran pelanggan yang rusak. Kotak-kotak pembagi ini diletakkan di tempat-tempat sekitar pelanggan untuk mempermudah pemasangan baru. Jika ada pelanggan yang meminta pasang baru sementara cadangan dalam kotak pembagi kelompoknya sudah habis terpakai, maka akan di cari cadangan sambungan pada kotak pembagi lainnya yang terdekat dengan pelanggan tersebut.

Cara penyambungan kabel sepanjang lintasan ditunjukkan pada gambar 1.10. Jumlah saluran tetap mengacu pada perbandingan awal yang sudah di bahas sebelumnya.

1.5.2 Jaringan Interlokal

Jaringan yang menghubungkan dua atau lebih sentral lokal atau area lokal di sebut jaringan interlokal. Sebelum adanya sentral otomat proses penyambungan antar lokal ini dilakukan secara manual. Tetapi sekarang ini hampir seluruh sentral sudah merupakan sentral otomat dan digital (SPC sentral), sehingga penyambungan interlokal dapat dilakukan dengan cepat dan otomatis.

Setidaknya ada lima macam cara penyambungan interlokal, yaitu:

1. Interlokal secara manual yang menghubungkan area-area lokal dimana sistem sambungan lokalnya juga masih manual.2. Interlokal secara manual yang menghubungkan area-area lokal dimana sistem sambungan lokalnya sudah otomatis.

3. Interlokal secara otomatis yang menghubungkan area-area lokal dimana sistem sambungan lokalnya masih manual.

4. Interlokal secara otomatis yang menghubungkan area-area lokal dimana sistem sambungan lokalnya juga sudah otomatis.

5. Interlokal otomatis dimana penyambungannya dilakukan sendiri oleh pelanggan dari pesawatnya. Hubungan ini biasanya disebut Subscriber Long Distance Dialling (SLDD) atau Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ).

Pada sambungan interlokal manual proses yang terjadi adalah:

pertukaran informasi mengenai nomor pesawat (pelanggan yang dituju), tempat pelanggan yang dituju, dan sifat interlokal antara pelanggan dengan operator. Informasi antar operator

Informasi antara operator tujuan dengan pelanggan yang dituju.

Pada sambungan SLJJ, peretukaran informasi secara manual tersebut dapat digantikan oleh:

pulsa-pulsa dialling dari pelanggan untuk mengerjakan alat-alat switching

tone-tone yang dikirim kepada pelanggan

signalling antar sentral

pencatatan tarifMelihat hal-hal tersebut di atas, maka persoalan umum dalam jaringan interlokal adalah:1. Konfigurasi jaringan, meliputi bentuk jaringan dan tingkatan sentral.

2. Penomoran, meliputi pengaturan nomor setiap pelanggan agar dapat di hubungi oleh pelanggan lainnya.

3. Signalling, meliputi cara-cara pertukaran dan penyaluran signal-signal penyambungan untuk kelancaran jalannya penyambungan.

4. Routing, meliputi cara-cara pencarian jalan dalam penyambungan menuju pelanggan yang dituju.5. Pentaripan, meliputi pencatatan dan perhitungan tarip.

6. Sistem transmisi, meliputi cara-cara menyalurkan informasi dan batasan-batasan yang di izinkan.7. Sinkronisasi, meliputi pengaturan clock dalam sistem komunikasi digital.

8. Kerjasama antara sistem penyambungan yang berbeda.

9. Kemungkinan penyesuaian ke dalam jaringan internasional.

Pada penyelenggaraan hubungan telepon terutama pada penyambungan jarak jauh, bentuk jaringan serta jumlah saluran harus direncanakan secara baik agar lalu lintas telepon yang berlangsung dapat berjalan dengan lancar, mudah secara teknis, dan efisien.

Proses perencanaan penomoran, routing dan pembagian wilayah harus juga dilakukan dengan baik dan matang untuk mempermudah perencanaan proses penyambungan selanjutnya. Untuk memudahkan proses perencanaan ini, penyelenggara jasa telekomunikasi harusnya bekerjasama dengan pemerintahan setempat agar sesuai dengan administrasi dan peraturan wilayah yang bersangkutan. Pembagian wilayah yang terlalu luas menjadi beberapa zona diperlukan untuk mempermudah proses pengontrolan dan pengendalian. Dalam membagi wilayah menjadi beberapa zona, perlu dipertimbangkan beberapa hal: Jumlah pelanggan dan jumlah sentral yang tercakup di dalam wilayah tersebut. Untuk itu diusahakan jumlahnya rata untuk masing-masing zona jaringan.

Luas geografif wilayah masing-masing zona sama besar.

Kepadatan penduduk dan fungsi daerah/kota di dalam wilayah /zona jaringan tersebut.

Bentuk geografis dari negara yang bersangkutan. Apakah daratan, kepulauan, persegi, memanjang dan lain sebagainya.

Konfigurasi dari jaringan dan tingkatan sentral secara sederhana dapat digambarkan pada gambar 1.11, dimana ada tiga bagian utama dari tingkatan jaringan, yaitu:

1. Jaringan lokal yang meliputi subscriber line, sentral lokal, dan sentral tandem.

2. Jaringan Trunk yang meliputi sentral tandem regional dan sentral tandem nasional

3. Jaringan internasional yang meliputi centre du transit 1 dan sentral gateway internasional via kabel laut, satelit atau radio HF.

Sentral lokal merupakan sentral dengan level paling bawah, dimana bisa disambung langsung antar sentral lokal (direct route) atau disambung melalui sentral tandem di level atasnya (alternate route). Proses pencarian jalan (routing) oleh signal menuju pelanggan yang dituju biasanya memilih direct route (rute langsung) sebagai pilihan pertama jalur yang akan dilalui karena pertimbangan jarak yang paling dekat sehingga waktu routing pun lebih singkat. Tetapi jika tidak memungkinkan, routing akan memilh jalur alternatif lainnya sampai signal menemukan jalan terdekat dan kosong untuk membangun proses penyambungan hubungan sampai berhasil.

1.5.3 Kerjasama Internasional

Lembaga standar internasional di bidang telekomunikasi adalah ITU (Inyternational Telecommunication Union). ITU didirikan pada tahun 1865 dengan nama pada waktu itu International Telegraph Union dengan kantor pusat di jenewa dan beranggotakan 124 negara. ITU mempunyai dua komisi utama untuk menangani tugas-tugasnya, yaitu:

1. CCITT ( The Comite Consultatif International Telegraphique et Telephonique) yang dibentuk dari penggabungan antara komite telepon (CCIT) dan komite telegraph (CCIF) pada tahun 1956. Tugasnya meliputi studi pengembangan teknologi telekomunikasi, metode operasional, pentaripan untuk telepon, telegraph dan transmisi data.

2. CCIR (The Comite Consultatif International des Radiocommunications). CCIR didirikan pada tahun 1906 dengan nama Radio Telegraph Union dan pada tahun 1921 melebur ke dalam ITU menjadi salah satu komisi yaitu CCIR. Tugas komisi ini meliputi semua studi teknik dan operasional dari komunikasi radio, termasuk komunikasi poin to point, komunikasi bergerak, siaran radio dan televisi. CCIR bersama-sama dengan International Frequencies Registration Board (IFRB) menentukan dan mengatur pembagian frekuensi radio untuk mencegah saling mengganggunya antar transmisi yang berbeda-beda.1.5.4 Dasar Statistik untuk Perencanaan JaringanHampir semua kejadian pada sistem telekomunikasi, mulai dari permintaan sambungan, pencarian saluran, penentuan rute sampai koneksi ke pelanggan yang di tuju merupakan suatu kejadian dengan kemungkinan/probabilitas yang acak. Sistem tidak tahu kapan terminal akan meminta sambungan, berapa lama, dan kapan sambungan akan diakhiri oleh salah satu pelanggan. Kejadian-kejadian ini perlu dianalisa dengan memanfaatkan metode yang khusus mempelajari teori kemungkinan/probabilitas yang biasa dikenal ilmu statistika. Hal penting adalah bagaimana saluran pembicaraan yang tersedia cukup untuk melayani dan menyalurkan sejumlah pembicaraan yang terjadi secara bersamaan pada saat kondisi trafik mencapai puncaknya. Adakalanya jumlah permintaan semakin bertambah sementara jumlah saluran yang ada tidak mencukupi sehingga permintaan sambungan gagal. Atau sibuknya proses penyambungannya juga bisa menyebabkan gagalnya suatu permintaan sambungan. Kegagalan sambungan ini menunjukan kualitas layanan sistem, semakin kecil jumlah gagal sambung semakin bagus kualitas layanan sistem. Kemungkinan gagal sambung biasanya ditunjukkan oleh suatu nilai tertentu yang disebut grade of service (GoS). Nilai GoS menujukkan kemungkinan sejumlah panggilan akan mengalami kegagalan jika melakukan panggilann pada jam sibuk dari suatu hari tertentu. Tentunya suatu sistem menginginkan agar dapat menekan nilai GoS sekecil mungkin, tetapi disisi lain kita juga harus mempertimbangkan nilai cost/biaya yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki kinerja sistem. Secara logika semakin besar jumlah saluran dan peralatan switching yang disediakan sistem (bahakan mendekati jumlah pelanggan), maka dapat dipastikan setiap permintaan sambungan dapat terlayani dengan baik. Tetapi ada fakta menurut statistik, rata-rata penggunaan telepon oleh pelanggan dalam sehari semalam hanya selama 30 menit, yang berati efisisensinya penggunaannya adalah (0.5 : 24) x 100% = 2.1 %. Data lain bahawa dari 100 pelanggan, hanya 10 pelanggan saja yang menggunakan telepon dalam waktu yang bersamaan. Dari hal-hal tersebut yaitu kesempurnaan layanan dengan jumlah saluran yang besar di satu sisi dan efisiensi biaya, efisiensi penggunaan saluran dan kebiasaan/karakteristik pelanggan di sisi lain, harus menjadi bahan pertimbangan perencanaan jaringan. Pola penggunaan telepon perwaktu dalam satu hari juga berubah-ubah. Dimulai jam 6.00 pagi meningkat terus sampai mencapai puncaknya pada sekitar jam 10.00 pagi, kemudian menurun lagi sampai jam 14.00 dan naik lagi sampai mencapai puncak kedua pada jam 16.00. Dari jam 16.00 sore permintaan sambungan menurun sampai jam 18.00, kemudian naik lagi sampai mencapai puncaknya pada jam 20.00 dan akhirnya menurun terus sampai mendekati nilai nol. Untuk mengimbangi fluktuasi pemanfaatan saluran agar distribusinya seimbang antara waktu puncak dengan jam-jam tidak sibuk, penyelenggara biasanya menerapkan strategi cheap rate (potongan tarif sampai 75 %) pada jam-jam tidak sibuk.Pola permintaan sambungan juga tidak sama untuk semua tempat. Permintaan sambunga di daerah perkantoran akan berbeda dengan permintaan sambungan di daerah perdagangan dan permintaan sambungan di daerah perumahan. Permintaan sambungan di daerah perdagangan paling banyak dibanding kedua daerah lainnya. Para pedagang ini biasanya menggunakan telepon dengan prosentase 60 %, daerah perkantoran sebesar 30 % dan daerah perumahan sekitar 10 %. Waktu-waktu puncak untuk ketiga daerah juga tentunya berbeda-beda. Misalnya untuk daerah perkantoran dan perdagangan waktu puncaknya terjadi di siang hari sekitar jam 10.00 sampai jam 14.00, sedangkan di daerah perumahan puncaknya biasanya terjadi di malam hari sekitar jam 20.00.

Trafik pada saluran telekomunikasi biasanya di ukur berdasarkan hitungan pendudukan saluran-saluran dalam satu jam. Berapa lama satu saluran diduduki secara-terus-menerus dalam satu jam itu menentukan besarnya trafik. Misalnya satu saluran dalam satu jam diduduki dengan waktu total 30 menit, maka trafik saluran tersebut adalah 0.5. Sebenarnya menurut hitungan, nilai trafik tidak mempunyai satuan (waktu/waktu), tetapi untuk menghargai penemunya yaitu Agner Krarup Erlang (1878-1929), maka trafik pada sistem telekomunikasi di beri satuan erlang (Erl). Nilai trafik satu erlang (1 Erl) adalah jika satu saluran diduduki secara terus-menerus selama satu jam. Nilai trafik saluran pelanggan lokal biasanya beragam mulai dari 0.02 0.3 Erl dengan nilai GoS biasanya 0,01. Sedangkan pada saluran juction biasanya nilai trafiknya sampai 0,5 Erl dengan GoS untuk junction jarak jauh biasanya 0,1.Selain itu dalam pentransmisian signal juga harus mempertimbangkan jarak. Hal ini berkenaan dengan karakteristik alami saluran yang mempunyai sifat meredam. CCITT merekomendasikan nilai redaman total selama proses stransmisi end to end dalam suatu hubungan jarak jauh atau internasional sebesar senilai 33 36 dB.Gambar 1.1 Baby Alarm

microphoone

Ampli+loudspeakere

Saluran transmisi

E

Gambar 1.3 Kompleksitas Sistem Penyambungan

Media

Transmisi

Gambar 1.2 Konsep Dasar Telekomunikasi

D

F

E

D

C

B

A

Switching

center

C

B

A

Gambar 1.4 Jaringan Mesh Tunggal

F

F

Gambar 1.5 Jaringan Mata Jala Penuh

B

C

D

A

E

F

Secondary Center

Primary Center

Local exchange

Gambar 1.7 Hirarki Jaringan Telekomuniksi

Gambar 1.6 Jaringan Bintang

Tertiary Center

Saluran gateway

Sistem Radio

Sistem transmisi laut

Saluran Transmisi Darat

S

E

N

T

R

A

L

main pair

Cabinet

branch pair

branch pair

Pillar

Pillar

distribution pair

Distribution point

U

U

U

U

I

I

I

I

R

R

R

R

Gambar 1.8 Jaringan lokal standar CCITT

U: Underground distribution point

I : Internal distribution point (in building)

R: Overhead ring type distribution point

U: Underground distribution point

I : Internal distribution point (in building)

R: Overhead ring type distribution point

Gambar 1.9 Jaringan lokal di Indonesia

R

R

Saluran pelanggan

Sistem transmisi laut

Sistem Satelit

Sentral gateway internasional (CT1)

I

I

Sentral tandem nasional

(tersier)

Jaringan trunk

U

U

Splitter

Gambar 1.10 Jalur kabel

Rumah kabel

Rumah kabel

Saluran sekunder

Distribution point

Rumah kabel

Saluran primer

S

E

N

T

R

A

L

Rumah kabel

Saluran primer

S

E

N

T

R

A

L

Jaringan lokal

Local exchange

Gambar 1.11 Tingkatan sentral telepon

Sistem Radio HF

Sentral tandem regional

(sekunder)

Sentral tandem lokal

(primer)

Jaringan Internasional

R Rohmat Saedudin, ST., MT.

Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi