46
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Alam semesta beserta isinya dan seluruh kehidupan yang terjadi didalamnya, ada yang menciptakan dan mengaturnya. Siapakah Dia ? Dia adalah Allah swt SWT, “Allah swt Rabbul Alamin”. Kita semua tahu bahwa tiada pelindung, selain Allah swt tiada penolong lain selain dirinya. Dialah yang menghendakkan dan mengatur kehidupan dialam ini. Tidak ada hal yang mustahil bagi Allah swt. Cukup mengatakan “Kun Fayakun “, maka semuanya jadi kenyataan. Apakah kita masih perlu Tuhan selain diri-Nya? Tidakkah cukup Allah swt semata sebagai Tuhan kita ? (QS. Al-Baqarah 107 ) Allah swt tidak senang jika kita menduakannya. Dia menghendaki kita untuk berkomitmen konsisten bertuhan kepada-Nya. Istiqomah, beraqidah dengan benar. Jangan sampai kita menyimpangdari aturan-aturan tersebut. Akan tetapi dalam kenyataan kehidupan banyak penyempingan- penyimpangan yang terjadi. Kita melaksanakan sholat, akan tetapi didalam saku kita ada jimat keberuntungan. Ketika bergadang, kita lengkapi barang dagangan dengan jimat-jimat. Dalam pekerjaan kita juga melibatkan orang-orang pintar, paranoimat sesat, dukun, sesaji. Tuhan selain Allah swt ini dan itu, dll. 1

BAB I Konsep Ketuhanan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mengenai arti asli dari ketuhanan

Citation preview

Page 1: BAB I Konsep Ketuhanan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Alam semesta beserta isinya dan seluruh kehidupan yang terjadi

didalamnya, ada yang menciptakan dan mengaturnya. Siapakah Dia ? Dia adalah

Allah swt SWT, “Allah swt Rabbul Alamin”. Kita semua tahu bahwa tiada

pelindung, selain Allah swt tiada penolong lain selain dirinya. Dialah yang

menghendakkan dan mengatur kehidupan dialam ini. Tidak ada hal yang mustahil

bagi Allah swt. Cukup mengatakan “Kun Fayakun “, maka semuanya jadi

kenyataan. Apakah kita masih perlu Tuhan selain diri-Nya? Tidakkah cukup Allah

swt semata sebagai Tuhan kita ? (QS. Al-Baqarah 107 )

Allah swt tidak senang jika kita menduakannya. Dia menghendaki kita

untuk berkomitmen konsisten bertuhan kepada-Nya. Istiqomah, beraqidah dengan

benar. Jangan sampai kita menyimpangdari aturan-aturan tersebut. Akan tetapi

dalam kenyataan kehidupan banyak penyempingan-penyimpangan yang terjadi.

Kita melaksanakan sholat, akan tetapi didalam saku kita ada jimat keberuntungan.

Ketika bergadang, kita lengkapi barang dagangan dengan jimat-jimat. Dalam

pekerjaan kita juga melibatkan orang-orang pintar, paranoimat sesat, dukun,

sesaji. Tuhan selain Allah swt ini dan itu, dll.

Ini menunjukkan bahwa kita memperlakukan Allah swt bukan seperti

Tuhan yang mempunyai segala sesuatu di alam ini. Kita bekerja dan berusaha,

bekerja dan berusaha saja tanpa diimbangi dengan ibadah kepada-Nya? Kita

merasa kehidupan ini berjalan dengan sendirinya, seolah-olah tidak ada

penguasaan-Nya, tidak ada Allah swt dalam kehidupan ini. Apakah ini yang

disebut bertuhan Allah swt?

Oleh karena itu kami ingin mempelajari lebih dalam lagi tentang konsep

ketuhanan yang sebenarnya dalam islam. Agar kita tidak terjerumus ke jalan yang

salah.

1

Page 2: BAB I Konsep Ketuhanan

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pentingnya iman kepada Tuhan?

2. Apa yang dimaksud dengan Filsafat Ketuhanan?

3. Bagaimana sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan?

4. Apa hakikat keimanan dan ketaqwaan ?

5. Bagaimana implementasi iman dan takwa dalam kehidupan sehari-hari?

2

Page 3: BAB I Konsep Ketuhanan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Iman Kepada Tuhan

Iman menurut bahasa berarti kepercayaan atau keyakinan. Menurut istilah,

iman berarti dimantabkan dalam hati, diucapkan dengan lisan, dilakukan dengan

perbuatan. Iman kepada Allah swt adalah mempercayai adanya Allah swt sebagai

dzat yang Maha Pencipta. Percaya bahwa Allah swt itu Esa merupakan dasar

keimanan dalam beragama islam. Dan hal itu tidak perlu kita pikirkan karena itu

semua diluar batas kemampuan akal pikiran kita.

Allah swt mempunyai sifat-sifat kesempurnaan. Adapun sifat-sifat

kesempurnaan Allah swt secara garis besar sebagai berikut.

1. Sifat wajib adalah sifat-sifat yang pasti atau harus ada pada Allah swt.

Jumlah sifat wajib Allah swt ada 13 atau 20 (jika termasuk sifat Maha

atau Paling)

2. Sifat mustahil adalah sifat-sifat yang tidakF mungkin ada pada Allah swt.

Jumlah sifat mustahil Allah swt ada 13 atau 20 (jika termasuk sifat Maha

atau Paling)

3. Sifat mungkin bagi Allah swt untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat

sesuatu. Jumlahnya hanya satu yaitu sifat wewenang dari Allah swt untuk

berbuat sesuatu atau tidak berbuat.

Sifat wajib dan sifat mustahil bagi Allah swt:

1. Wujud

Artinya ada, sifat mustahilnya adalah adam artinya tidak ada.

2. Qidam

Artinya tidak berawal, sifat mustahilnya hudus artinya baru

3. Baqa’

Atinya kekal, tidak berkesudahan. Sifat mustahilnya adalah fana’ artinya

rusak atau ada batas akhirnya.

4. Mukhalafatu lilhawadisi

3

Page 4: BAB I Konsep Ketuhanan

Artinya berbeda dengan semua yang baru yaitu makhluk. Sifat

mustahilnya adalah mumasalatu lilhawadisi artinya serupa dengan semua

yang baru (makhluk).

5. Qiyamuhu binafsihi

Artinya berdiri sendiri. Sifat mustahilnya adalah qiyamuhu bigairihi

artinya membutuhkan bantuan pihak lain.

6. Wahdaniah

Artinya Esa atau tunggal karena itu adalah sifst mutlak bagi-Nya. Sifat

mustahilnya adalah ta’addu artinya berbilang atau lebih dari satu.

7. Qudrat

Artinya berkuasa. Sifat mustahilnya adalah ‘ajun artinya lemah

8. Iradat

Artinya berkehendak. Sifat mustahilnya adalah karahah artinya terpaksa.

9. Ilmu

Artinya mengetahui atau pandai. Sifat mustahilnya adalah jahalun artinya

bodoh.

10. Hayat

Artinya hidup. Sifat mustahilnya adalah mautun artinya mati.

11. Sama’

Artinya mendengar. Sifat mustahilnya adalah summun artinya tuli.

12. Basar

Artinya melihat. Sedangkan sifat mustahilnya adalah umyun artinya buta.

13. Kalam

Artinya berfirman atau berbicara. Sedangkan sifat mustahilnya adalah

bukmun artinya bisu.

14. Qadiran

Artinya Mahakuasa, sifat mustahilnya ajizan artinya Yang Maha lemah.

15. Muridan

srtinya Maha berkehendak, sifat mustahilnya mukrahan artinya Yang

Maha Terpaksa.

16. ‘aliman

4

Page 5: BAB I Konsep Ketuhanan

Artinya Maha mengetahui, sifat mustahilnya jahilan artinya Yang Maha

bodoh.

17. Hayyan

Artinya Maha hidup, sifat mustahilnya mayyitan artinya Yang Maha mati.

18. Sami’an

Artinya Maha mendengar, sifat mutahilnya adalah asamma artinya Yang

Maha tuli

19. Basiran

Artinya Maha melihat, sifat mustahilnya a’ma artinya Maha buta

20. Mutakalliman

Artinya Maha berfirman, sifat mustahilnya abkama artinya Yang Maha

bisu.

Fungsi iman kepada Allah swt dalam kehidupan sehari-hari adalah ebagai berikut:

Mengenal adanya Allah swt dan segala sifat-sifat kesempurnaanNya.

Memperkuat keyakinan bahwa Allah swt pencipta alam semesta dan Dia

pula yang mengaturnya.

Menumbuhkan sikp disiplin dalam aktifitas kehidupannya.

Meningkatkan rasa percaya diri dalam bertindak dan berbuat sesuatu.

Meningkatkan semangat kerja dan beramal salih.

Menyadarkan manusia agar selalu ingat dan beribadah kepadaNya.

Memberikan ketenangan jiwa, rasa damai dan ketentraman sebab Allah

swt dijadikan tempat berlindung.

Mendidik seseorang untuk tunduk dan patuh terhadap segala perintahNya.

Mendidik seseoang untuk mengendalikan diri dari berbuat maksiat dan

melanggar ajaran-ajaranNya.

Meyakini kekuasaan dan kebesaran Allah swt bahwa manusia tidak

berdaya dan tidak mempunyai kekuatan dihadapanNya.

2.2 Filsafat Ketuhanan

Untuk lebih detail dalam mengkaji, sebaiknya kita memahami betul

terlebih dahulu pengertian tuhan. Tentunya, pengertian yang paling tepat yang

diambil dari pemahaman Al-Quran mengenai definisi tuhan yang sudah

5

Page 6: BAB I Konsep Ketuhanan

dijabarkan didalam Al-Quran. Oleh sebab itu, perlu kita sadari kenyataan-

kenyataan yang penting apabila seseorang mengkaji dengan sungguh-sungguh

kandungan yang terdapat dalam Al-Quran.

Kenyataan pertama yang patut untuk kita sadari, bahwa didalam Al-

Quran tidak ditemukan satu ayat pun yang menjelaskan mengenai atheis atau

atheisme. Sehingga, patut kita fikirkan disaat zaman modern ini mengingat

ribuan juta orang yang mengatakan kalau dirinya sebagai penganut “Atheis”

atau tidak mempunyai tuhan. Bahkan, setiap orang yang menganut ideologi

komunis menyatakan kalau dirinya sebagai atheis atau atheisme. Padahal

didalam Al-Quran sama sekali tidak ada sepotong ayatpun yang menjelaskan

atheis atau atheisme.

Sungguh itu akan menjadi renungan besar bagi kaum muslim yang

meyakini akan kebenaran kitab sucinya itu. Akankah Allah SWT “lupa” untuk

menjelaskan atheis atau pun atheisme didalam Al-Quran. Sehingga, akibatnya

didalam kamus bahasa arab besar atau pun kecil tidak ditemukan kata atheis.

Memang, dimasa sekarang segerombolan orang arab menyebutkan kata

‘mulhid’ untuk kata atheis dan mempergunakan kata ‘ilhad’ untuk

menyebutkan atheisme. Namun tunggu dulu, kita simak betul-betul mengenai

kata tersebut dalam Al-Quran.

Perkataan “mulhid dan ilhad” didalam Al-Quran mempunyai makna

yang jauh sangat berbeda dengan kata “atheis dan atheisme”. Didalam Al-

Quran perkataan ilhad berasal dari “lahada” yang mempunyai arti menggali

lobang atau terjerumus kedalam lobang galian. Kita ingat didalam bahasa

indonesia kita mengenai kata “liang lahad” yang berasal dari “lahada”.

Sehingga, tidak masuk akal sekali kalau kata “mulhid ataupun ilhad”

mempunyai arti sama dengan “atheis dan atheisme”.

Kemudian, kenyataan kedua adalah perkataan ilah didalam kitab suci

Al-Quran yang selalu diartikan “Tuhan”. Perkataan ilah didalam Al-Quran

mempunyai makna yang cukup besar untuk mengagungkan kebesaran berbagai

obyek atau membesarkan sesuatu yang dipentingkan oleh manusia. Contohnya

saja dalam QS 45 (Al-Jatsiiyah:23) yang artinya :

6

Page 7: BAB I Konsep Ketuhanan

“ Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa

nafsunya sebagai tuhannya....?” (Al-Jatiiyah:23)

Dalam petikan ayat tersebut, menunjukkan kalau kata ilah mengandung

banyak arti, baik abstrak maupun berupa benda nyata. Ayat lain yang

menunjukkan kalau perkataan Ilah itu sebagai mengagungkan kebesaran suatu

obyek terdapat dalam QS 28 (Al-Qashasa:38), perkataan ilah digunakan oleh

Fir’aun untuk mengagungkan dirinya sendiri :

“Dan Fir’aun berkata: Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui

tuhan bagimu selain aku.” (Al-Qashasa:38)

Contoh ayat tersebut menunjukkan kalau perkataan ilah yang dipakai

oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri yang menjadi penguasa yang dipatuhi dan

dipuja. Sehingga, hakikatnya seseorang itu pastinya mempunyai tuhan sendiri

dan sangat tidak masuk akal kalau ada orang yang bertuhan nol atau dalam

istilahnya menganut atheisme.

Alternatip yang bisa dipahami adalah mempunyai tuhan satu

(monotheist) atau mempunyai banyak tuhan (politheist). Sehingga perkataan

ilah yang terdapat didalam Al-Quran berbagai bentuk, diantaranya ada yang

berbentuk tunggal (mufrad) yaitu ilaahun, berbentuk ganda (mutsanna) yaitu

ilaahaini dan ada yang berbentuk banyak (jama’) yakni aalihatun. Untuk lebih

jelasnya lagi mengenai pengertian dari Ilah atau Tuhan yang benar, berdasarkan

logika Al-Quran :

Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia

sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya untuk dikuasai olehnya

(sesuatu tersebut).

Sebaiknya, perkataan dipentingkan jangan kita pandang dalam arti

sempit. Makna kata dipentingkan sangat luas tercakup didalamnya yang

dicintai, yang dipuja, yang diharap-harapkan mampu memberikan pertolongan,

yang disembah dan termasuk juga yang ditakuti akan membuat bahaya atau

kerugian. Syaikhul islam Ibnu Taimiyah memberikan pengertian mengenai al-

ilah dibawah ini:

7

Page 8: BAB I Konsep Ketuhanan

Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya,

merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya

tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal

kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya,

dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta

kepadanya (M.Imaduddin, 1989:56)

Sehingga dengan dasar pengertian ini, tuhan bagi manusia bisa

berbentuk apa saja, yang dipentingkan oleh manusia. Pastinya manusia tidak

mungkin tidak bertuhan. Berdasarkan logika Al-Quran, seluruh manusia pasti

ada sesuatu yang menjadi tuhannya. Sementara orang-orang yang menganut

ideologi komunis pada hakikatnya juga mempunyai tuhan. Tuhan mereka

adalah ideologi atau angan-angan mereka semata.

Berdasarkan pengertian tuhan atau “ilah” yang sudah dijelaskan secara

rinci diatas, maka dapat disimpulkan kalau tidak ada satu pun manusian yang

mampu berfikir logis, yang mengaku tidak mempunyai tuhan. Dan bahkan,

dapat kita buktikan kalau sangat tidak mungkin untuk manusia tidak

mempunyai sesuatu kepercayaan. Buktinya, kalau saja ada seseorang yang

mengatakan : “saya sama sekali tidak percaya kepada sesuatu apapun,” maka

orang tersebut akan dihadapkan kepada suatu kontradiksi, sebab pernyataan

yang sudah ia katakan itu mengandung pembatalan diri. Kalau memang benar

orang tersebut tidak percaya kepada sesuatu apapun, maka kalimat yang sudah

dikatakannya itu jadi tersangkal kebenarannya. Jika tidak, berarti orang tersebut

masih mempunyai satu kepercayaan, yaitu kebenaran akan pernyataan tersebut.

Jadi, kalimat diatas tersebut tidak logis, dan pasti tidak akan mungkin terucap

oleh orang yang mau untuk berfikir logis.

Didalam ajaran agama Islam tentu diajarkan dengan kalimat tauhid yang

berbunyi “la ilaaha illa Allah”. Setelah kita amati, susunan kalimat dalam

kalimat tauhid tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada tuhan”,

kemudian dilanjutkan dengan kata penegasan “kecuali Allah”. Dengan susunan

kalimat tauhid tersebut dapat kita pahami kalau seorang muslim terlebih dahulu

8

Page 9: BAB I Konsep Ketuhanan

membersihkan diri dari segala macam Tuhan sehingga yang ada didalam

hatinya hanya ada satu Tuhan, yakni Allah SWT.

2.3 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan

Sejarah pemikiran dalam hal ini adalah pemikiran yang berdasarkan

pemikkiran lahiriah-batiniah. Dalam konteks literatur historis disebut teori

evolusionisme (suatu proses kepercayaan tingkat sederhana sampai menjadi

tingkat sempurna).

Berikut pemikiran orang Barat tentang Tuhan:

a. Tuhan Dinamisme

Sejak zaman primitif, manusia sudah mengenal dan mengakui adanya

kekuatan ghaib yang mempengaruhi hidup manusia, yaitu sebuah benda

yang bisa berpengaruh positif-negatif.

Kepercayaan pada benda-benda tertentu yang mempunyai kekuatan ghaib

dan berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari inilah yang disebut

dengan kepercayaan dinamisme. Kekuatan ini tidak dapat dilihat

b. Tuhan Animisme

Masyarakat primitif menganggap tiap benda mempunyai roh yang bersifat

aktif meski benda tersebut kelihatan mati. Oleh sebab itu roh dianggap

sesuatu yang hidup yang mempunyai rasa senang dan kebutuhan.

Sehingga masyarakat primitif menyediakan sesajian sebagai wujud untuk

memenuhi kebutuhan roh. Karena jika tidak manusia bisa terkena dampak

negatif dari roh tersebut.

c. Tuhan Politeisme

Bagi Tuhan politeisme eksistensi Tuhan dinamisme dan Tuhan animisme

belum dapat memberikan konsep ketuhanan yang sebenarnnya karena

masih berupa pujaan dan sanjungan. Baginya dari sekian banyak roh

hanya ada beberapa saja yang dianggap unggul yang dianggap sebagai

dewa yang punya karakter dan pengaruh terhadap hidup manusia.

d. Tuhan Henoteisme

Hanya mengakui satu dewa dari sekian banyak dewa. Namun, manusia

mengakui Tuhan bangsa lain (Tuhan tingkat nasional).

9

Page 10: BAB I Konsep Ketuhanan

e. Tuhan Monoteisme

Dalam mono hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan

bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari segi filsafat

ketuhanan dibagi menjadi 3:

1. Deisme (Tuhan bersifat Transenden) : Setelah penciptaan alam, Tuhan

tidak terlihat lagi dengan hasil ciptaannya.

2. Panteisme (Tuhan semudah imanan): Tuhan menampakkan diri dalam

berbagai fenomena alam.

3. Teisme (Tuhan pada prinsip bersifat Transenden): Mengatasi semesta

kenyataan tetapi Tuhan juga selalu terlibat dengan alam semesta.

2.4 Keimanan dan ketaqwaan

a. Keimanan

Pengertian iman secara bahasa menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al

‘Utsaimin adalah Pengakuan yang melahirkan sikap menerima dan tunduk.

Sedangkan menurut bahasa sendiri, pengertan iman yakni meyakini dengan hati,

mengucapkan dengan lisan, dan melakukannya dengan suatu tindakan. Sedangkan

pengertian lainnya, iman adalah pembenaran hati, dimana kita mempercayai

semua ajaran yang dibawakan oleh Rasulullah SAW. Adapun yang dimaksud

dengan “diyakini dengan hati” adalah yakin bahwa Allah SWT dan Rasul SAW

itu ada. Sedangkan yang dimaksud dengan “diucapkan secara lisan” yakni

mengucapkan dua kalimat syahadat. Dan yang dimaksud dengan “dilakukan

dengan tindakan” yaitu melakukan semua amalan dan ajaran yang diturunkan oleh

Rasul dengan anggota badan lain dengan melakukan ibadah sesuai dengan

kemampuan.

1. Macam-macam keimanan:

a. Iman Kepada Allah SWT

Keyakinan kepada Allah Yang Maha Esa merupakan titik pusat keimanan

seseorang, karena itu setiap aktivitas seseorang muslim senantiasa dimulai dengan

mengingat Sang Pencipta dengan berbagai kegiatan, semisal mengawali hari

dengan sholat shubuh atau sholat dhuha, bisa juga dengan memulai aktivitas

dengan membaca doa supaya diberi kelancaran nantinya. Pekerjaan/Aktivitas

10

Page 11: BAB I Konsep Ketuhanan

seseorang muslim apabila dimulai dengan dengat niat karena Allah niscaya

pekerjaan itu akan menjadi ibadah baginya, serta bisa menjadi lumbung pahala

baginya pula. Sebaliknya, apabila suatu pekerjaan dimulai tanpa niat karena Allah

swt niscaya pekerjaan tersebut akan bernilai hampa/kosong walaupun orang

tersebut bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Ada 3 perwujudan sikap manusia dalam hal iman kepada Allah swt :

1. Keyakinan dirinya kepada Tuhan

Keyakinan bahwa dimuka bumi ini terdapat suatu kekuatan yang sangat

besar dan berkuasa dalam segala kehidupan dimuka bumi ini, dimana kekuatan

tersebut tidak dapat tergantikan oleh siapapun. Sedemikian kuatnya sampai kita

tidak dapat bersembunyi dari kekuatan tersebut. Orang yang beriman kepada

Allah swt pasti menyakini kekuatan besar itu adalah Allah swt, sehingga dapat

membuat dirinya yakin kalau dia tidak sendirian didunia ini, dan dia juga yakin

bahwa segala sesuatu yang ada didunia ini pasti sudah diatur oleh Allah swt

sehingga dapat membuat hidup nyaman & tenang.

2. Ucapan yang mengikuti keyakinannya

Untuk mengetahui tingkat kenyakinan seseorang kepada Allah, maka kita

dapat mengetahuinya dari wujud ucapan yang diungkapannya. Dengan cara itu

kita bisa tahu ucapan keyakinannya kepada Allah, semisal jika dia mendapat

rezeki maka dia bilang “Alhamdulilah”, bila dia terkena masalah maka dia bilang

“Masya Allah”, bila dia berjanji dia bilang “Insya Allah”, bila dia gagal dalam

suatu usaha maka dia bilang “Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun”.

3. Melakukan berbagai kegiatan hidup

Beriman kepada Allah dapat kita wujudkan dengan berbagai kegiatan

hidup dalam kegiatan hidup kita. Semakin bagus tingkah laku kita dalam

kehidupan, maka keimanan kita boleh dibilang semakin bagus pula. Pada

umumnya, mereka yang mempunyai tingkat keimanan yang tinggi biasanya

mengisi kegiatan hidup mereka dengan melakukan hal-hal yang positif, yang lebih

tertuju pada Allah swt, semisal membaca tasbih, mengisi waktu luang dengan

berdzikir, membaca Al Qur’an setelah melakukan sholat lima waktu maupun

sholat sunnah.

11

Page 12: BAB I Konsep Ketuhanan

b. Iman kepada malaikat

Allah telah menciptakan sejenis makhluk gaib, yaitu malaikat disamping

makhluk lainnya, disamping memiliki tugas khusus yang ada hubungannya

dengan wahyu, rasul, manusia, alam semesta, dan dunia akhirat, malaikat juga

memiliki sifat berbeda pula dibandingkan dengan manusia, semisal malaikat

mempunyai sifat bersih dari dosa, dan selalu setia kepada Allah swt, mereka juga

mempunyai akses untuk turun ke alam materi dengan menjelma sebagai

seseorang/sesuatu dengan seizin Allah.

Sebagai makhluk immaterial, malaikat mempunyai ciri-ciri diantara lain :

1. Mereka adalah makhluk yang selalu takut dan patuh kepada Allah

2. Mereka adalah makhluk yang tidak pernah berdosa atau bermaksiat

3. Mereka adalah makhluk yang tidak pernah sombong dan selalu bertasbih

kepada Allah

Adapun tugas-tugas malaikat, sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an,

adalah sebagai berikut :

1. Jibril, yang bergelar ruhul qudus atau ruhul amin ( Makhluk suci yang

mempunyai tugas penting bagi kepentingan makhluk hidup), bertugas

menurunkan wahyu

2. Malaikat lain ada yang menurunkan wahyu kepada abdi-abdi Allah yang

dikehendaki-Nya

3. Malaikat ada yang bertugas meneguhkan hati mukminin atau rasul

4. Malaikat ada yang mendoakan kaum muslimin

5. Malaikat ada yang menjadi kawan atau penjaga orang-orang mukmin

6. Malaikat ada yang bertugas melaksanakan hukuman Allah bagi manusia

7. Ada malaikat yang memohonkan ampunan bagi manusia

8. Ada malaikat yang membaca salawat atas nabi Muhammad saw

9. Ada malaikat yang mencatat amal manusia, seperti malaikat raqib (baik) dan

atib (buruk)

10. Malaikat yang bertugas mencabut nyawa, seperti malaikat izrail

11. Malaikat ada yang bertugas memberi salam dan keselamatan kepada ahli

surga

12

Page 13: BAB I Konsep Ketuhanan

c. Iman kepada kitab-kitab suci

Pengertian iman kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai dan

meyakini sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitabnya

kepada para nabi atau rasul yang berisi wahyu Allah untuk disampaikan kepada

seluruh umat manusia. Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa ada 4 kitab Allah.

Taurat diturunkan kepada nabi Musa a.s, Zabur kepada nabi Daud a.s, Injil kepada

nabi Isa a.s, dan Al Qur’an kepada nabi Muhammad SAW.

Semua kitab yang diturunkan Allah kepada nabi dan Rasul-Nya memmuat

ajaran tauhud atau mengesankan Allah. Sedangkan tata cara penyembahan atau

syariat yang terdapat didalamnya berbeda-beda. Setiap muslim wajib beriman

kepada kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya dan

meyakini isinya yang memuat tuntutan Allah bagi manusia pada zamannya.

Al Qur’an sebagai kitab suci terakhir agama islam memberikan keterangan

yang lengkap tentang pokok-pokok agama dan menjelaskan persoalan-persoalan

yang masih kabur atau gelap. Menampung perkembangan pemikiran manusia

sampai puncak tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia.

Ayat-ayat Al Qur’an dibagi menjadi dua, yaitu ayat-ayat muhkamat

(kokoh, rapi,kuat) dan ayat mutasyabihat (samar, kiasan). Jenis pertama meliputii

soal-soal hukum. Ia terang dan jelas artinya, tidak sulit memahaminya, tidak

memerlukan keterangan panjang lebar. Ia merupakan induk, pokok, dan isi Al

Qur’an yang membentuk sendi Islam. Misalnya ayat-ayat tentang perintah puasa,

salat, seruan dan larangan, tentang ilmu, berpikir, akal, haram dan halal. Jenis

kedua memerlukan keterangan panjang, kupasan mendalam, penelitian membuka

berbagai kemungkinan. Tidak dapat dijelaskan oleh sembarang orang, melainkan

hanya orang-orang yang berilmu, cerdas dan kokoh imannya, dan menguasai ilmu

Al Qur’an. Misalnya, susunan langit dan bumi, manusia sebagai khalifah Allah

dimuka bumi, peristiwa sejarah, dll.

Isi Al Qur’an juga dibagi menjadi dua bagian, yakni Ayat Makkiyah dan

Ayat Madaniyyah. Ayat-ayat Makkiyah terutama mengandung masalah-masalah

hubungan manusia dengan Allah, sedangkan ayat-ayat Madaniyyah mengandung

masalah-masalah hubungan manusia dengan manusia dan alam sekitarnya. Karena

13

Page 14: BAB I Konsep Ketuhanan

itu biasanya, ayat Makkiyah dimulai dengan seruan yaa ayyuhan nas (Wahai

sekalian manusia), sedangkan aat Madaniyyah biasanya dimulai dengan yaa

ayyuhal lazina amanu (Wahai orang-orang yang beriman).

d. Iman kepada para rasul

Rasul adalah manusia pilihan yang menerima wahyu dari Allah untuk

disampaikan kepada umatnya dan sekaligus sebagai contoh konkret pribadi

manusia yang baik.

Perubahan dan perbaikan manusia hanya mungkin dilakukan dan diberi

contoh oleh manusia sendiri. Sebab, jika tidak, akan jauh dari realitas

kemanusiaan. Allah swt menyediakan bahan-bahan material untuk merawat

jasmani manusia dan menyediakan bahan-bahan rohanniah untuk merawat batin

atau jiwa manusia. Bahan-bahan rohani itu berbentuk ajaran yang diturunkan

Allah sebagai wahyu melalui nabi dan Rassul-Nya. Allah swt mengutus nabi dan

rasul terdahulu untuk memperbaiki dan membimbing rohani manusia untuk

tempat dan waktu tertentu, karena nabi-nabi dan rasul-rasul terdahulu itu hanya

untuk tempat dan waktu tertentu saja, maka ajaran yang dibawanya pun hanya

sesuai dan berlaku untuk tempat dan waktu tertentu saja. Meskipun hukum-hukum

syariahnya berbeda-beda, akan tetapi aqidah yang dibawanya sama, yaitu tauhid.

Setelah para nabi dan rasul membawa syariah yang berlaku setempat dan

temporer, Allah mengutus rasul terakhir yang membawa syariah bagi seluruh

manusia dimanapun dan kapanpun mereka berada. Ajaran atau agama yang

dibawa oleh Rasullah Muhammad saw itu dinul islam. Dinul Islam menurut istilah

agama Islam berarti sikap tunduk dan patuh kepada tata aturan yang berasal dari

Allah Swt yang diperuntukan untuk segenap manusia yang disampaikan melalui

Nabi Muhammad Saw untuk memperoleh kesejahteraan dan keselamatan hidup

manusia di dunia dan di akhirat.

e. Iman kepada hari kiamat

Iman kepada hari akhir adalah mempercayai dan meyakini akan adanya

kehidupan yang kekal dan abadi setelah kehidupan dunia ini. Bagi orang islam

wajib mengimani dan meyakini bahwa  suatu ketika nanti dunia yang kita huni

beserta isinya ini akan hancur lebur, yang dikenal dengan hari kiamat. Setelah itu

14

Page 15: BAB I Konsep Ketuhanan

manusia akan di bangkitkan lagi dari alam kuburnya untuk menerima kebenaran

yang sesungguhnya, yakni manusia akan mempertanggungjawabkan semua yang

diperbuat selama hidup dunia. Bukti seseorang beriman kepada hari akhir adalah

ia mau mempersiapkan diri untuk menyambut hari itu, yakni dengan banyak

beramal saleh, contohnya salat lima waktu, infaq, belajar dengan giat, dan lain-

lain.

Hari kiamat juga dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Kiamat Sughra (kiamat kecil), yaitu kerusakan atau kematian yang dialami

oleh sebagian kecil umat manusia yang ada di dunia. Misalnya kematian

yang dialami seseorang  karena kecelakaan, sakit, bencana alam. Banjir,

tsunami, gunung meletus, dan lain-lain.

2. Kiamat kubro (kiamat besar), yaitu kematian dan kehancuran seluruh alam

semesta ini tanpa kecuali. Setelah kejadian ini maka kehidupan di dunia

akan berganti dengan kehidupan di akhirat.

Dalam kehidupan hari akhir manusia akan mengalami proses kehidupan

sebagai berikut :

1. Alam Barzakh, yaitu alam setelah manusia dimatikan oleh Allah.

2. Yaumul Ba’ats (Hari Kebangkitan), yakni hari dibangkitkannya

manusia dari kubur.

3. Yaumul Mahsyar, yakni hari dimana semua manusia sejak zaman Nabi

Adam a.s sampai zaman Nabi Muhammad SAW dikumpulkan ditanah

lapang yang sangat luas.

4. Yaumul Hisab dan Mizan, yakni hari dihitung dan ditimbangnya amal

manusia dengan sangat teliti untuk mendapatkan balasan yang sesuai.

5. Sirathal Mustaqim, yakni setelah amal manusia ditimbang, manusia

akan melewati sebuah titian yang membentang diantara kedua tepi

neraka. Orang yang beriman akan dengan mudah melewatinya,

sedangakan orang-orang kafir tidak akan mampu melewati titian

tersebut dan akan jatuh ke neraka.

15

Page 16: BAB I Konsep Ketuhanan

6. Surga dan Neraka, yakni tempat pembalasan amal mausia. Manusia

yang beriman dan beramal saleh akan menempati surga yang penuh

kenikmatan, sedangkan manusia yang kafir akan bertempat di neraka.

Orang yang betul-betul beriman kepada Hari Akhirat dengan pahala

(surga) dan siksanya (neraka) pasti akan berlomba-lomba untuk berbuat kebajikan

dan sebaliknya, akan berpikir seribu kali sebelum ia akan berbuat maksiat. Maka

iman kepada Hari Akhirat akan memberikan dampak positif kepada tata

kehidupan manusia.

f. Iman kepada Qada dan Qadar

Pengertian Qadha dan Qadar Menurut bahasa  Qadha memiliki beberapa

pengertian yaitu: hukum, ketetapan,pemerintah, kehendak, pemberitahuan,

penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan

Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang

berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar arti qadar menurut bahasa adalah:

kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam qadar perwujudan atau

kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk

tertentu sesuai dengan iradah-Nya

Hikmah beriman kepada Qada dan Qadar :

1. Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar

Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat

keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu

merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena

musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian.

2. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa

Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh

keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena

hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami

kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia

menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.

3. Memupuk sifat optimis dan giat bekerja

16

Page 17: BAB I Konsep Ketuhanan

Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua

orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu

tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang

yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja

untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.

4. Menenangkan jiwa

Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami

ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan

apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia

bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.

b. Ketaqwaan

Taqwa (takwa) berasal dari kata waqa, yaqi, wiqayah, yang berarti takut,

menjaga, memelihara dan melindungi . sesuai dengan makna etimologis tersebut,

maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam

pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten (istiqamah).

Allah swt. berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 177 yang artinya

“Bukanlah kebajikan itu (di dalam urusan) kamu memalingkan muka kamu ke

pihak timur dan barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman

kepada Allah dan Hari Akhir dan malaikat-malaikat, kitab-kitab dan nabi-nabi,

dan mendermakan harta yang sedang ia cintai itu kepada keluarga dekat dan

anak-anak yatim dan orang-orang miskin dan orang-orang yang terputus di

perjalanan dan orang-orang yang meminta, dan di dalam (urusan ) menebus

hamba-hamba , dan mendirikan sholat, dan mengeluarkan zakat, dan

menyempurnakan janji apabila berjanji, dan sabar di waktu kepayahan dan

kesusahan dan di waktu perang. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan

mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.”

Ayat di atas menjelaskan tentang karakteristik orang-orang yang bertaqwa,

yang secara umum dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori atau indiator

ketaqwaan. Pertama, iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab dan para nabi.

Dengan kata lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan

memelihara iman. Kedua, mengeluarkan harta yang dikasihinya kepada kerabat,

17

Page 18: BAB I Konsep Ketuhanan

anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang terputus di perjalanan, orang-

orang yang meminta dana, orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk

memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indicator taqwa yang kedua

ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan

melalui kesanggupan mengorbankan harta. Ketiga, mendirikan sholat dan

menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah formal. Keempat,

menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri.

Kelima, sabar disaat kepayahan, kesusahan dan di waktu perang , atau dengan

kata lain memiliki semangat perjuangan.

Takwa yang ditunjukkan dalam ayat di atas dengan lima indicator, pada

dasarnya dapat disarikan dalam dua kecenderungan sikap, yaitu:

a. Sikap konsisten memelihara hubungan secara vertical dengan Allah swt,

yang diwujudkan melalui iktikad dan keyakinan yang lurus, ketulusan

dalam menjalankan ibadah dan kepatuhan terhadap ketentuan dan aturan

yang dibuat-Nya.

b. Memelihara hubungan secara horizontal, yakni cinta dan kasih sayang

kepada sesama umat manusia yang diwujudkan dalam segala tindakan

kebajikan.

Melihat karakteristik takwa di atas, maka takwa meliputi keseluruhan aspek

kemanusiaan, baik keyakinan, ucapan maupun perbuatan yang mencerminkan

konsistensi seseorang terhadap nilai-nilai ajaran islam. Oleh sebab itu, takwa

merupakan nilai tertinggi yang hendak dicapai oleh setiap muslim.

1. Hubungan dengan Allah swt

Inti ketakwaan adalah melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi

segala larangan-Nya. Seseorang yang bertaqwa (muttaqi) adalah orang yang

menghambakan dirinya kepada Allah dan selalu menjaga hubungan dengan-Nya

setiap saat. Memelihara hubungan dengan Allah terus menerus akan menjadi

kendali dirinya sehungga dapat menghindar dari kejahatan dan kemungkaran dan

membuatnya konsisten terhadap aturan-aturan Allah.

Memelihara hubungan dengan Allah dimulai dengan melaksanakan tugas

perhambaan dengan melaksanakan ibadah secara sungguh-sungguh (khusyuk) dan

18

Page 19: BAB I Konsep Ketuhanan

ikhlas seperti mendirikan sholat dengan khusyuk dan penuh penghayatan sehingga

sholat memberikan bekas dan memberi warna dalam kehidupannya.

Melaksanakan puasa dengan ikhlas melahirkan kesabaran dan pengendalian diri.

Zakat mendatangkan sikap peduli dan menjauhkan diri dari ketamakan dan

kerakusan. Sedangkan haji mendatangkan sikap persamaan, menjauhkan dari

takabur dan mendekatkan diri kepada Allah.

Memelihara hubungan dengan Allah dilakukan juga dengan menjauhi

perbuatan yang dilarang Allah, yaitu perbuatan dosa dan kemungkaran.

Melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah pada dasarnya adalah

bentuk-bentuk perilaku yang lahir dari pengendalian diri atau mengendalikan

hawa nafsu yang ada dalam dirinya.

Hubungan seseorang dengan Allah dilakukan secara terus menerus dengan

swlalu mengingat kepada Allah, sehingga Allah dirasakan begitu erat. Apabila ini

telah terjadi wujud Allah akan dirasakan hadir setiap saat sehingga tidak ada

kesempatan untuk tidak melaksanakan perintah atau melanggar larangan-nya.

Islam menyeru manusia agar menghambakan dirinya kepada Allah swt,

menyandarkan diri kepada-Nya, meminta bantuan dan pertolongan-Nya, dan

mencari ridho serta cinta-nya. Sebab Allah adalah sumber segala kebenaran,

kemuliaan, kesucian, ketenangan, keharmonisan dan keselamatan. Segala aktivitas

hidup manusia yang ditujukan kepada Allah akan memperoleh kebahagiaan dan

keselamatan.

Dengan demikian instrument ketakwaan yang paling utama adalah iman

yang diwujudkan melalui kecenderungan untuk menghambakan diri kepada Allah

semata dan menyelaraskan kiprah hidup secara konsisten kepada islam. Yakni

dengan berpegan teguh dan berpedoman secara utuh dan menyeluruh kepada

Alquran dan ASunnah Nabi-Nya.

2. Hubungan dengan sesama manusia

Hubungan dengan Allah menjadi dasar bagi hubungan dengan sesama.

Orang yang bertkwa akan dapat dilihat dari peranannya di tengah-tengah

masyarakat. Sikap takwa tercermin dalam bentuk kesediaan untuk menolong

orang lain, melindungi yang lemah dan kebepihakan pada kebenaran dan keadilan.

19

Page 20: BAB I Konsep Ketuhanan

Karena itu, orang yang takwa akan menjadi motor penggerak gotong royong dan

kerja sama dalam segala bentuk kebaikan dan kebajikan. Pada ayat ke 177 Surat

Al Baqarah, Allah menerangkan bahwa diantara ciri-ciri orang beriaman kepada

Allah dan Hari Akhir dan malaikat-malaikat, dan kitab-kitab Allah. Aspek-aspek

tersebut merupakan dasar keyakinan yang dimiliki orang yang bertakwa dan dasar

hubungan dengan Allah dalam bentuk ubudiah. Selanjutnya Allah

menggambarkan hubungan kemanusiaan, yaitu mengeluarkan harta, dan orang-

orang yang menepati janji. Dalam ayat itu Allah menggambarkan dengan jelas

dan indah, bukan saja karena aspek tenggang rasa terhadap sesama manusia

dijelaskan secara terurai, yaitu siapa saja yang mesti diberi tenggang rasa, tetapi

juga mengeluarkan harta diposisikan di antara aspek keimanan dan sholat.

Setelah aspek sholat, diuraikan mengenai aspek tenggang rasa dalam

bentuk mengeluarkan zakat dan menepati janji. Dalam zakat terkandung

perhatian , kepedulian dan tenggang rasa.

Demikian pula pada surat Ali Imran ayat 134, Allah swt menunjukkan

bahwa kepedulian orang—orang yang bertakwa terhadap saudaranya sesama

manusia itu tidak mengenal situasi , dan kondisi, kesediaan untuk membantu

saudaranya akan selalu diwujudkan baik dalam keadaan senang ataupun susahh,

bahkan dalam keadaan marah dan teraniaya sekalipun.

“(yaitu) orang-orang yang mendema di waktu senang dan susah, dan menahan

marah, dan memaafkan manusia. Dan Allah mengasihi mereka yang berbuat

kebajikan” (Ali Imran, 3:134)

Firman-firman Allah di atas mengajarkan bahwa substansi ibadah kepada Allah

swt., bukanlah pemenuhan ibadah formal kepada Allah swt semata, tetapi juga

pengabdian terhadap sesama umat manusia, yang diwujudkan dalam bentuk

tolong-menolong, memaafkan orang lain, menepati janji, kepedulian dan

menegakkan keadilan.

3. Hubungan dengan Diri Sendiri

Dalam hubungannya dengan diri sendiri ketakwaan ditandai dengan ciri-

ciri antara lain:

20

Page 21: BAB I Konsep Ketuhanan

a. Sabar, yaitu sikap diri menerima apa saja yang datang kepada dirinya,

baik perintah, larangan, maupun musibah yang menimpanya. Sabar

terhadap perintah adalah menerima dan melaksanakan perintah dengan

ikhlas. Dalam melaksanakan perintah terdapat upaya untuk

mengendalikan diri agar perintah itu dapat dilaksanakan dengan baik.

Disini diperlukan kesabaran yang lahir dari dalam diri sebagai

ungkapan penerimaan dirinya terhadap perintah yang datang

kepadanya. Demikian pula sabar terhadap larangan Allah harus ada

upaya pengendalian diri agar karangan tersebut dapat dihindari.

b. Tawakal, yaitu menyerahkan segala keputusan , ikhtiar dan usaha

hanya kepada Allah. Tawakal bukanlah menyerah, tetapi sebaliknya

usaha maksimal namun hasilnya diserahkan seluruhnya kepada Allah.

c. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas apa saja yang diberikan Allah

atau sesama manusia. Bersyukur kepada Allah adalah sikap

berterimakasih terhadap apa saja yang telah diberikan Allah, baik

dengan ucapan maupun perbuatan.

d. Berani, yaitu sikap diri yang mampu menghadapi resiko sebagai

konsekuensi dari komitmen dirinya terhadap kebenaran. Jadi, berani

berkaitan dengan nilai-nilai kebenaran.

4. Hubungan dengan Lingkungan Hidup

Takwa ditampilkan pula dalam bentuk hubungan seseorang dengan

lingkungan hidupnya. Manusia yang bertakwa adalah manusia manusia yang

memegang tugas kekhalifahannya di tengah alam, sebagai subjek yang

bertanggung jawab mengelola dan memelihara alam lingkungannya.

Alam yang penuh dengan sumber daya inimengharuskan manusia untuk

bekerja keras menggunakan tenaga dan pikirannya sehingga dapat menghasilkan

barang yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Disamping itu, manusia

bertindak pula sebagai penjaga dan pemelihara lingkungan alam.

Orang yang bertakwa adalah orang yang mampu menyikapi lingkungan

dengan sebaik-baiknya. Ia dapat mengelola lingkungan dengan sebaik-baiknya. Ia

21

Page 22: BAB I Konsep Ketuhanan

dapat mengelola lingkungan sehingga menghasilkan manfaat bagi manusia dan

sekaligus memeliharanya agar tidak habis atau musnah.

Fenomena kerusakan lingkungan sekarang ini menunjukkan bahwa

manusia jauh dari ketakwaan. Mereka mengeksploitasi alam tanpa mempedulikan

apa yang akan terjadi pada lingkkungan itu di masa de[an sehingga mala petaka

membayangi kehidupan manusia.

Bagi orang yang bertakwa, llingkungan alam adalah nikmat Allah yabg

harus disyukuri dengan cara memanfaatkannya sesuai dengan keharusannya dan

memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Di samping nikmat, alam merupakan

amanah yang harus dipelihara dan dirawat dengan baik.

Jadi, ketakwaan suatu masyarakat dapat membawa dampak yang besar

bagi kebaikan masyarakat itu, sebaliknya kehancuran masyarakat akan datang bila

ketakwaan telah menghilang di tengah-tengah masyarakat.

2.5 Implementasi Iman dan Taqwa

Iman dan taqwa adalah landasan primer umat islam secara kolektif dan

wajib untuk diasah terus-menerus, artinya setiap muslim harus bersungguh-

sungguh untuk berupaya meningkatkan iman dan taqwanya pada sang pencipta.

Di lain pihak, keimanan serta ketaqwaan akan menjadi jalan dan self

controling bagi setiap muslim agar dapat menjadi muslim sejati yang benar-benar

bisa mengimplementasikan keislamannya secara haqiqi yang disertai oleh

tebalnya iman dan taqwa yang dimiliki. Selain itu, kita sebagai umat islam,umat

beragama yang di ridhoi oleh Allah SWT wajib hukumnya untuk beriman dan

bertaqwa, hal ini tidak bisa ditorelir karena menjadi syarat kita untuk beribadah

pada tuhan semesta alam. Dalam sebuah hadis shohih yang menekankan hak

Allah dan hak manusia dikatakan:

Maka sesungguhnya hak Allah terhadap para hamba-Nya adalah agar

menyembah -Nya dan tidak menyekutukan-Nya akan sesuatu. Sedangkan hak para

hamba dari Allah ialah Dia tidak akan menyiksanya terhadap mereka yang tidak

menyekutukan-Nya akan sesuatu. (HR. Bukhari-Muslim).

22

Page 23: BAB I Konsep Ketuhanan

Oleh karena itu, sebagai umat islam seyogyanya telah mengetahui hal

tersebut, akan tetapi mengetahui saja tidaklah cukup melainkan kita membutuhkan

untuk mengaplikasikan kedua hal tersebut dengan sebaik-sebaiknya. Dari

keterangan di atas, sangatlah jelas bahwa semua orang yang beragama islam

memahami kata-kata iman dan taqwa tersebut, sayangnya sedikit yang mau

mengetahui lebih dalam, berupaya meningkatkannya dan menjalankannya. Entah

apa sebagian dari kita masih tidak mengerti bagaimana menjalankan iman dan

taqwa atau mungkin tidak menggubris hal-hal yang berkaitan akan dua esensi

keislaman tersebut. Padahal jelas bahwa kita sebagai muslim hendaknya memiliki

pengetahuan tentang islam yang mendalam agar dapat memahami bagaimana

seharusnya seorang muslim itu pada penciptanya,sesama makhluknya dan untuk

dirinya sendiri

“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang

untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama... ” (At-Taubah; 122)

Iman sendiri adalah meyakini (percaya) atas segala sesuatu yang Allah

SWT serukan untuk umat islam layaknya beriman pada malaikat-Nya, kitab-kitab

suci-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan qodlo’ serta qodar-Nya. Sedangkan

taqwa adalah tunduk dan patuh pada semua perintah dan larangan Allah SWT.

Agar dapat memahami lebih jelas, di bawah ini akan tertera beberapa point

tentang penjabaran ranting-ranting bagaimana implementasi iman dan taqwa.

a. Iman

Amar ma’ruf nahi mungkar. Artinya menjalankan semua perintahnya dan

menjauhi larangannya. Sudah jelas bahwa tanda dari kuat dan bersungguh-

sungguhnya seorang muslim atas imannya ialah dengan menjalankan kebaikan

juga menyerukannya dan menjauhi segala sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT,

ketika Hal tersebut telah dilakoni dengan benar maka tampaklah muslim tersebut

beriman pada khaliknya sehingga mereka tidak akan keluar dari hakekat mereka

hidup di dunia ini, yaitu menyembah pada-Nya, tidak menyekutukan-Nya dan dan

menjalankan perintah serta menjauhi larangan-Nya. Di dunia ini, manusia

hanyalah sebuah wayang dan Allah adalah dalang-Nya, maka kita tidak bisa

23

Page 24: BAB I Konsep Ketuhanan

bermain sendiri layaknya apa yang kita inginkan atau jika tidak kita akan

dikeluarkan dari panggung permainan.

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru pada

kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar,

merekalah orang-orang yang beruntung .” (Ali Imran: 104).

Di dalam kitab Ihya’ Ulumuddin karangan Imam Al-Ghazali di terangkan

bahwa amar ma’ruf nahi mungkar tersebut memiliki adab-adab untuk diamalkan.

1. Ilmu.

Ilmu sebagai adab yang pertama untuk umat muslim, karena ilmu adalah

pengetahuan atau science yang dengan ilmu maka setiap muslim dapat belajar dan

mengerti esensi dari setiap yang diperintahkan serta yang dilarang padanya.

Disinilah ilmu berperan besar dalam mengimprovisasi insan-insan muslim dalam

mendalami ilmu agama dan umum. Ilmu amatlah berharga hingga Allah SWT

berfirman,

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-

Mujadilah; 11)

Untuk itu, semua muslim wajib untuk mencari ilmu agar mereka mengerti

dimana mereka dan kapan mereka harus melakukan perintah dan menjauhi

larangan Allah, agar bisa membatasi diri dengan batasan syar’i dalam hal ini.

2. Wara’.

Adab yang kedua ini, umat muslim di arahkan agar bisa mengetahui

sesuatu yang menjadi larangan Allah, entah dari dosa kecil maupun dosa besar.

Setelah mengetahui hal-hal tersebut maka setiap muslim bisa mengetahui batas-

batas yang harus dihindari dari bermaksiat kepada Allah SWT. Dan menjadikan

sebagai acuan pokok untuk hidup sesuai aturan yang berlaku hingga mencapai

Sa’adah ad-Darain (kebahagian dunia dan akhirat).

3. Akhlak yang baik.

Akhlak yang baik merupakan landasan dasar atas sikap atau perilaku setiap

muslim agar menjalani hidup penuh dengan ketentraman, kenyamanan, kerukunan

dan saling bahagia. Akhlak yang baik menjadikan muslim berperangai indah serta

24

Page 25: BAB I Konsep Ketuhanan

memberikan nilai lebih pada proses kehidupan. Sangatlah banyak contoh dan cara

bagaimana insan muslim berperilaku dengan baik atau menumbuhkan akhlak yang

baik. Hanya saja kekurangannya terletak pada kursangnya kesadaran untuk

mengapresiasikan dalam setiap kehidupan. Oleh karena itu, bila setiap muslim

konsisten menerapkan akhlak yang baik maka hidupnya akan selalu berguna dan

memberikan hal-hal yang positif untuk dirinya dan orang lain.

b. Taqwa.

Taqwa sendiri memiliki arti memelihara diri dari ancaman siksaan Allah

SWT dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

“Hamba Allah dengan kewajiban beribadah kepada-Nya agar kita bisa

menjaga diri dan selamat dari kecelakaan dan kebinasaan” (Al-Baqarah; 21).

Sesuai firman Allah SWT di atas hendaknya setiap muslim mengetahui

akan sangat tidak bergunanya mereka tanpa kekuasaan dan belas kasih-Nya. Tidak

ada kekuasaan selain milik Allah, maka di bumi ini tak selayaknya muslim

membangga-banggakan diri secara berlebihan tanpa disadari bahwa sebenarnya di

dunia ini manusia tak ada apa-apanya (tidak berarti). Sesungguhnya apa yang

telah diserukan pada setiap muslim merupakan bentuk dari cinta dan kasih sayang

Allah pada setiap makhluknya, Allah telah mengetahui kadar dari setiap ciptaan-

Nya dan tidak akan menyuruh melebihi kadar yang dimiliki oleh setiap ciptaan-

Nya tersebut. Taqwa sendiri memiliki penjabaran dalam bentuk pengamalannya.

1. Muraqabah.

Merasa diawasi oleh Allah (muraqabah) merupakan hal yang mutlak untuk

setiap muslim yakini dan sadari bahwa tak satupun yang terlepas dari pengetahuan

Allah SWT, entah itu dari lubuk hati sekalipun,

“Ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu,

maka takutlah kepada-Nya” (Al-Baqarah; 235).

Oleh sebab itu, hendaklah selalu menanamkan kebiasaan pada diri sendiri

bahwasanya setiap apa saja yang dikerjakan entah itu bersifat besar atau kecil,

rahasia atau umum, tertutup-tutupi atau terbuka semuanya tidak akan luput dari

pengawasan Allah SWT dan semua itu akan tercatat baik buruknya.

25

Page 26: BAB I Konsep Ketuhanan

2. Muhasabah.

Muhasabah diartikan sebagai berbena diri atau evaluasi diri,

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah

setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)

” (Al-Hasyr; 18).

Mengapa pada firman Allah SWT di atas setiap orang yang beriman wajib

bertaqwa dan memperhatikan apa yang telah diperbuatnya? Karena firman

tersebut memberikan kejelasan tentang pentingnya umat islam untuk berbenah diri

atau evaluasi atas semua yang telah di kerjakannya selama di dunia, agar

menyadari apa yang benar dan salah sehingga bisa menyesuaikan pada jalan yang

harus ditempuhnya sesuai dengan kadar (posisi dan kapasitas) setiap muslim agar

dapat menempatkan diri dengan tepat dan benar. Mayoritas hidup yang berjalan

dengan teratur adalah hidup yang tertata rapi serta terplaning hingga mempunyai

prioritas tujuan yang jelas. Dalam upaya berevaluasi dan berbenah diri, hukum-

hukum Allah adalah acuan pokoknya. Maka hakekatnya dalam muhasabah ini

adalah penyesuain kita terhadap perintah dan hukum-hukum Allah sesuai

kapasitas, kita berada dalam kapasitas perintah dan ditentukan bukan memerintah

dan menentukan. Muhasabah wa islah an-nafs (evaluasi dan berbenah diri) tidak

cukup dilakukan hanya sekali saja, tentu harus dilakukan setiap saat. Sebab, sifat

dasar manusia adalah tempat salah dan lupa.

Haasibu anfusakum qobla an tuhaasabuu, waazinuu a’maalakum qobla an

tuuzanuu. ”Evaluasilah dirimu sebelum di evaluasi orang, perhitungkan amalmu

sebelum diperhitungkan orang”.

26

Page 27: BAB I Konsep Ketuhanan

27

Page 28: BAB I Konsep Ketuhanan

BAB III

SIMPULAN

3.1 Simpulan

1. Arti penting iman Tuhan adalah percaya atau yakin BAHWA ALLAH

ITU ADA dan ALLAH itu ESA.

2. Dalam filsafat ketuhanan kita akan mengetahui secara benar dan tepat apa

makna tuhan itu. Tuhan atau ilah dapat diartikan sesuatu yang

dipentingkan oleh manusia sedemikian rupa baik berupa benda abstrak

maupun nyata dan kemudian manusia tersebut mau untuk dikuasai oleh

sesuatu tersebut. Arti tuhan atau ilah didalam Al-Quran mengandung

makna mengagungkan atau membesarkan sesuatu. Jadi, manusia yang

mementingkan dan kemudian bersedia untuk dikuasai oleh sesuatu

tersebut secara otomatis akan disebut tuhan mereka. Contohnya, seseorang

mementingkan hawa nafsunya dan dikuasai oleh hawa nafsunya itu maka

hawa nafsunya itulah sebagai tuhannya.

3. Berikut pemikiran orang Barat tentang Tuhan:

a. Tuhan Dinamisme

b. Tuhan Animisme

c. Tuhan Politeisme

d. Tuhan Henoteisme

e. Tuhan Monoteisme

Bentuk monoteisme ditinjau dari segi filsafat ketuhanan dibagi

menjadi 3:

1. Deisme (Tuhan bersifat Transenden) : Setelah penciptaan alam, Tuhan

tidak terlihat lagi dengan hasil ciptaannya.

2. Panteisme (Tuhan semudah imanan): Tuhan menampakkan diri dalam

berbagai fenomena alam.

3. Teisme (Tuhan pada prinsip bersifat Transenden): Mengatasi semesta

kenyataan tetapi Tuhan juga selalu terlibat dengan alam semesta.

28

Page 29: BAB I Konsep Ketuhanan

4. a. iman berarti dimantabkan dalam hati, diucapkan dengan lisan, dilakukan

dengan perbuatan. Iman kepada Allah swt adalah mempercayai adanya

Allah swt sebagai dzat yang Maha Pencipta

b. takwa meliputi keseluruhan aspek kemanusiaan, baik keyakinan,

ucapan maupun perbuatan yang mencerminkan konsistensi seseorang

terhadap nilai-nilai ajaran islam. Inti ketakwaan adalah melaksanakan

segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

5. Iman dan taqwa merupakan dua esensi apriori dalam islam, sehingga

dengan dua hal tersebut umat islam bisa menjadi muslim yang sejati.

Lebih dari pada itu, sebenarnya kedua hal pokok yang menjadi landasan

tersebut memiliki banyak sekali cabang. Jadi, iman dan taqwa tidak hanya

berupa pengertian saja, selebihnya harus dipahami secara mendalam dan

diapresiasikan secara sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama,

khususnya islam.

29

Page 30: BAB I Konsep Ketuhanan

DAFTAR PUSTAKA

‘Imaduddin’ Abdulrahim, Muhammad. 1980. Kuliah Tauhid. Bandung: Pustaka-

Perpustakaan Salman ITB Bandung.

Azra Azyumardi dk. 2002. Buku Teks Pendidikan Agama Islam. Jakarta:

Departemen Agama RI.

Mansur, Yusuf.2010. Temukan Penyebabnya Temukan Jawabannya. Jakarta:

Zikrul Media Intelektual.

Musa, Muhammad Yusuf. 1988. Islam Suatu Kajian Komprehensif. Jakarta:

Rajawali.

Nasution, Harun. 1919. Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta:

Universitas Indonesia.

http://muslim.or.id/aqidah/definisi-iman.html

http://www.anneahira.com/iman-kepada-allah.htm

http://hbis.wordpress.com/2007/11/27/iman-kepada-kitab-allah/

http://supardisaminja.blogspot.com/2011/05/pengertian-dinul-islam.html

http://hbis.wordpress.com/2007/12/10/iman-kepada-qadha-dan-qadar/

30