20
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia Lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin Asean sepakat untuk membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara pada akhir tahun 2015. Ini dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi China dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal asing di wilayah ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan. Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat. Masyarakat Ekonomi Asean tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja profesional, seperti dokter, pengacara, akuntan, dan lainnya. Staf Khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dita Indah Sari, menjelaskan bahwa MEA mensyaratkan adanya penghapusan aturan- aturan yang sebelumnya menghalangi perekrutan tenaga kerja asing. Pembatasan, terutama dalam sektor tenaga kerja profesional, didorong untuk dihapuskan sehingga pada intinya, MEA akan lebih membuka peluang

BAB I PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1-bmc-2016-0083.pdf1.1.1 Kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia Lebih dari satu dekade lalu,

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia

Lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin Asean sepakat untuk membentuk

sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara pada akhir tahun 2015. Ini dilakukan

agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi China dan India untuk

menarik investasi asing.

Penanaman modal asing di wilayah ini sangat dibutuhkan untuk

meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan. Pembentukan

pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini

nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke

negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat.

Masyarakat Ekonomi Asean tidak hanya membuka arus perdagangan barang

atau jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja profesional, seperti dokter, pengacara,

akuntan, dan lainnya. Staf Khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dita

Indah Sari, menjelaskan bahwa MEA mensyaratkan adanya penghapusan aturan-

aturan yang sebelumnya menghalangi perekrutan tenaga kerja asing. Pembatasan,

terutama dalam sektor tenaga kerja profesional, didorong untuk dihapuskan sehingga

pada intinya, MEA akan lebih membuka peluang

2

tenaga kerja asing untuk mengisi berbagai jabatan serta profesi di Indonesia yang

tertutup atau minim tenaga asingnya. (www.bbc.com)

Menurut data World Economic Forum, posisi daya saing Indonesia tahun

2013–2014 berada pada urutan ke 38 dari 148 negara yang disurvei. Di posisi ini,

Indonesia berada jauh di bawah Singapura yang menempati urutan ke-2, Malaysia

(24), Brunei Darussalam (26), dan Thailand (37). Peringkat daya saing tersebut

diukur melalui 12 kriteria yaitu institusi, infrastruktur, makro ekonomi, kesehatan dan

pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar produk, efisiensi

pasar tenaga kerja, perkembangan financial market, kesiapan akan teknologi, ukuran

pasar, sofistikasi bisnis, dan inovasi.

Tabel 1.1 Peringkat Daya Saing Indonesia

Sumber: The Global Competitiveness Index 2013-2014

Dengan terbentuknya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tenaga kerja di

Indonesia harus mampu mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan dengan

tenaga kerja asing dari negara-negara Asean lainnya.

Negara 2011–2012 2012–2013 2013–2014

Singapura

Malaysia

Brunei

Darussalam

Thailand

3

1.1.2 Pendidikan sebagai Faktor Pendorong Keberhasilan

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap daya saing suatu bangsa

diantaranya adalah pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan pelatihan, juga kesiapan

teknologi. Pendidikan dan pelatihan keterampilan yang tepat memiliki peran

strategis dalam memberi kontribusi siginifikan bagi pertumbuhan ekonomi dan

transformasi sosial. Masyarakat dengan pendidikan beserta keterampilan yang baik

dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatannya, yang secara kolektif akan

meningkatkan pendapatan negara. Saat ini dan di masa mendatang, sumber daya alam

bukan lagi menjadi daya saing utama suatu bangsa, melainkan penguasaan atas ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan laporan Putting Higher Education to Work: Skills and Research

for Growth in Asia (Penerapan Hasil Pendidikan Tinggi dalam Dunia Kerja:

Keterampilan dan Penelitian untuk Pertumbuhan di Asia) yang menyoroti peranan

penting perguruan tinggi di Indonesia dan di seluruh kawasan regional dikatakan

bahwa perguruan-perguruan tinggi di negara-negara berkembang di Asia masih

kurang membekali para lulusan mereka dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh

perusahaan. (www.worldbank.org)

Sementara itu, tuntutan dunia kerja saat ini semakin tinggi.Tidak hanya

mampu dalam bidang akademis saja, tapi yang lebih dicari adalah orang-orang yang

mempunyai softskill. Para pencari kerja umumnya lebih menyukai orang-orang yang

mempunyai kemampuan lengkap, misalnya tidak hanya cerdas tapi juga ahli

4

dibidang IT, penguasaan bahasa asing, team work, leadership, komunikasi, dan

sebagainya. Inilah yang menjadi permasalahan, tidak semua lulusan mempunyai

kapasitas dan ketrampilan seperti yang dibutuhkan dunia kerja tersebut. Menurut

Hough & Wiranta (1994) rendahnya kualitas sumber daya Indonesia

dikarenakan “there are twin problems of quality and relevance: graduates are

widely such lacking skills that employers need and as having had no practical work

experience "

Adanya ketidaksesuaian antara kualitas pendidikan tinggi dengan relevansinya

dalam dunia kerja, menyebabkan banyaknya produk-produk pendidikan yang

kesulitan untuk memasuki dunia kerja. Meskipun saat ini jumlah lulusan Perguruan

Tinggi yang mempunyai “title” sarjana meningkat dibandingkan beberapa tahun yang

lalu, terdapat lulusan sarjana yang masih banyak menganggur karena kurangnya

keterampilan.

Gambar 1.1 Pengangguran Lulusan Perguruan Tinggi

Sumber: Survei Tenaga Kerja Nasional (Sakernas) BPS2008–2012

Generasi muda sekarang perlu mengingat bahwa belum semua ketrampilan

yang dibutuhkan dalam dunia kerja dapat mereka miliki hanya dengan mengandalkan

5

pendidikan formal. Kondisi semakin diperparah dengan terbatasnya lapangan

pekerjaan yang ada, dan jika ada pun yang diambil adalah lulusan SMK atau diploma

yang dinilai udah mempunyai ketrampilan yang lebih baik dibandingkan dengan

lulusan sarjana.Selain itu lulusan SMK atau diploma merupakan tenaga kerja yang

umumnya mau dibayar lebih murah dan tidak menuntut hal-hal di luar kemampuan

perusahaan.

Apabila dilihat dari kuantitas lulusan pendidikan tinggi, sebenarnya terdapat

hal yang kontroversial. Di satu sisi Indonesia kekurangan tenaga kerja yang

berpendidikan sarjana, tetapi disisi lain kita memiliki pengangguran sarjana dalam

jumlah yang amat besar. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa lulusan Perguruan

Tinggi belum memiliki keterampilan yang diperlukan oleh pasar kerja. (Mastuti,

2009)

1.1.3 Peningkatan Permintaan Pendidikan di Indonesia

Data yang didapat dari World Bank menyatakan bahwa pada tahun 2014

terdapat sekitar 252,8 juta jiwa di Indonesia. Dimana dengan jumlah penduduk

sebanyak itu Indonesia menempati peringkat keempat di dunia setelah China, India,

dan Amerika Serikat sebagai negara dengan populasi manusia paling banyak.

(www.data.worldbank.org).

Pada tahun 2014, terdapat 28,5% dari populasi yang merupakan anak

berusia anak usia 0-14 tahun dan diperkirakan Indonesia akan mengalami surplus

6

demografi pada tahun 2030 dimana jumlah populasi manusia usia produktif akan

lebih besar daripada usia non-produktif.

Gambar 1.2 Persentasi Kelompok Usia 0-14 Tahun (2014)

Sumber: www.bps.go.id

Seiring dengan perkembangan penduduk akan muncul kebutuhan

masyarakat akan pendidikan. Mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.

Dalam tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sendiri terlihat adanya peningkatan

jumlah dari tahun 2012-2014. Jumlah total Sekolah Menengah Atas (SMA) baik

negeri maupun swasta di Indonesia pada tahun 2012-2013 berada diangka 12.107.

Pada tahun 2013-2014 mengalami peningkatan ke angka 12.409 (Pusat Data dan

Statistik, Pendidikan Sekretariat Jendral)

7

Tabel 1.2 Gambaran Umum Keadaan SMA Tiap Provinsi tahun 2012-2013

Sumber: Pusat Data dan Statistik, Pendidikan Sekretariat Jendral, Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan

Tabel 1.3 Gambaran Umun Keadaan SMA Tiap Provinsi tahun 2013-2014

Sumber: Pusat Data dan Statistik, Pendidikan Sekretariat Jendral, Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan

8

Tidak hanya dalam tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA),menurut Edy

Suandi Hamid, Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI),

yang dikutip dari nasional.tempo.co mengatakan jumlah perguruan tinggi

berkembang sangat pesat di Indonesia. Peningkatan pertumbuhan itu dimulai sejak

2005 dimana dalam 10 tahun terakhir, satu perguruan tinggi muncul di Indonesia tiap

dua hari, kata Edy Suandi Hamid di Menara Kadin pada Kamis, 4 Juni 2015.

9

Menurut beliau, pada tahun 2005, ada 2.408 perguruan tinggi yang tercatat

di Indonesia. Jumlah ini meningkat sekitar dua kali lipat dalam kurun waktu sepuluh

tahun. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh forlap.dikti.go.id, pada semester

genap 2015/2016 total perguruan tinggi swasta dan negeri mencapai angka 4300. Hal

ini menunjukan bahwa ada minat dan permintaan masyarakat akan pendidikan.

Tabel 1.4 Jumlah Perguruan Tinggi di Indonesia

Rekap Nasional Semester 2015/2016 Genap

Sumber: http://forlap.dikti.go.id/

Sebagai bagian dari kelompok negara berpenghasilan menengah dan

berteknologi menengah ke bawah, Indonesia sudah mulai mencapai jenjang

teknologi yang lebih tinggi dan memfasiltasi asimilasi teknologi dengan menjadi

lebih terbuka, mempromosikan industrialisasi, membangun infrastruktur dan

meningkatkan industri manufaktur. Namun, kapasitas untuk melakukan inovasi

10

masih sangat lemah. Dalam konteks ini, pendidikan dapat memainkan peranan

penting dalam mendukung peningkatan daya saing dan pertumbuhan karena

pendidikan tinggi menyediakan keterampilan dan penelitian tingkat tinggi untuk

menerapkan teknologi saat ini maupun mengasimilasi, menyesuaikan dan

mengembangkan teknologi-teknologi baru. Keterampilan dan penelitian merupakan

dua faktor pendorong produktivitas. (www.worldbank.org)

1.1.4 Pendidikan sebagai Lifestyle

Pendidikan di Indonesia mulai mengalami pergeseran kebutuhan, ke arah

lifestyle atau untuk gaya hidup. Dengan banyaknya fokus dan pemberian perhatian

kepada pendidikan ini, timbullah institusi pendidikan, dan juga permintaan dari

masyarakat terhadap pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu upaya bangsa dalam meningkatkan derajat

dan kualitas sumber daya manusia untuk sejajar dengan bangsa maju lainnya di dunia.

Pendidikan merupakan jalan awal dalam menuju kemajuan dan pencapaian

kesejahteraan sosial dan ekonomi. Dengan pendidikan akan melahirkan manusia yang

berkualitas. Dan melalui pendidikan manusia akan memperoleh pengetahuan dan

dengan pengetahuannya itulah manusia dapat membangun hidupnya dengan lebih

baik.

Melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan dan mengembangkan

dirinya sehingga status sosialnya berubah. Pada masyarakat Indonesia umumnya

beranggapan bahwa dengan menempuh pendidikan merupakan salah satu cara dalam

meningkatkan derajat statusnya di dalam masyarakat. Maka hal ini wajar jika adanya

11

anggapan dari masyarakat mengenai hal tersebut. Oleh karena itu, dalam makalah ini

akan dibahas mengenai peran pendidikan sebagai kunci meningkatkan keberhasilan

seseorang dalam kehidupan karirnya.

1.1.5 Siswa di Persimpangan Jalan

Bagi setiap siswa siswi kelas XII yang telah mengikuti Ujian Nasional (UN),

mereka harus segera menentukan langkah mereka selanjutnya apakah itu terjun

langsung kedalam dunia kerja atau meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi. Bagi mereka yang hendak meneruskan pendidikan masuk ke jenjang

pendidikan perguruan tinggi, tentunya mereka sudah harus menyiapkan jurusan apa

yang akan diambil nanti. Untuk beberapa anak, masih banyak yang mengalami

kendala dalam memutuskan utuk memilih perguruan tinggi dan jurusan yang akan

diambil. Hal ini dikarenakan sebagian besar anak belum mengetahui bakat dan

minatnya sendiri dan juga kurangnya pengetahuan mengenai berbagai program

jurusan perkuliahan dan pilihan karir yang dapat diambil dimasa depan.

Tidak sedikit anak yang memilih jurusan kuliah atas dasar ikut-ikutan

temannya yang sudah kuliah, maupun karena dorongan dan paksaan dari orang

tuanya. Untuk mengetahui bakat dan minat secara tepat, dapat dilakukan hal seperti

berikut, ketika seseorang masih kecil, bakat dan minat dapat terlihat dari observasi

orangtua terhadap hal yang disenangi oleh anaknya. Sedangkan untuk anak usia

remaja, yang telah memiliki kesenangan diberbagai bidang, seringkali merasa

kesulitan untuk menentukan hal yang paling diminati karena merasa minat disemua

bidang. Untuk itu, mengetahui secara pasti bakat dan minatnya menjadi hal yang

penting. Salah satu cara yang paling akurat untuk mengetahui bakat dan minatnya

12

adalah melalui tes bakat dan minat. Mengetahui bakat dan minat dapat menjadi modal

dasar untuk menentukan pilihan jurusan kuliah yang tepat.1

Satu hal yang pasti ketika seseorang salah memilih jurusan pada waktu kuliah,

hal tersebut akan membawa dampak yang signifikan terhadap kehidupannya dimasa

mendatang. Setidaknya terdapat 3 dampak negatif yang dapat terjadi, diantaranya :

Problem Psikologis

Mempelajari sesuatu yang tidak sesuai minat, bakat dan kemampuan,

merupakan pekerjaan yang sangat tidak menyenangkan, apalagi kalau itu bukan

kemauan / pilihan anak, tapi desakan orang tua. Belajar karena terpaksa itu akan sulit

dicerna otak karena sudah ada blocking emosi. Kesal, marah, sebal, sedih, itu semua

sudah memblokir efektivitas kerja otak dan menghambat motivasi. Memilih jurusan

kuliah sesuai dengan saran teman atau trend, padahal tidak sesuai dengan minat diri

juga punya dampak psikologis, yakni menurunnya daya tahan terhadap tekanan,

konsentrasi dan menurunnya daya juang. Apalagi kalau pelajaran kian sulit, masalah

semakin bertambah, bisa menyebabkan kuliah terancam terhenti di tengah jalan.

Problem Akademis

Problem akademis yang bisa terjadi jika salah mengambil jurusan kuliah

yaitu, seperti prestasi yang tidak optimum, banyak mengulang mata kuliah yang

berdampak bertambahnya waktu dan biaya, kesulitan memahami materi, kesulitan

memecahkan persoalan, ketidakmampuan untuk mandiri dalam belajar, dan

1 http://tesbakatindonesia.com/pentingnya-mengetahui-bakat-minat/

13

buntutnya adalah rendahnya nilai indeks prestasi. Selain itu, salah memilih jurusan

kuliah bisa mempengaruhi motivasi belajar dan tingkat kehadiran. Kalau makin

sering tidak masuk kuliah, makin sulit memahami materi, makin tidak suka dengan

perkuliahannya akhirnya makin sering bolos. Padahal, tingkat kehadiran

mempengaruhi nilai.

Problem Relasional

Salah memilih jurusan kuliah membuat anak tidak nyaman dan tidak percaya

diri. Ia merasa tidak mampu menguasai materi perkuliahan sehingga ketika hasilnya

tidak memuaskan, ia pun merasa minder karena merasa dirinya bodoh, dsb hingga dia

menjaga jarak dengan teman lain, makin pendiam, menarik diri dari pergaulan, lebih

senang mengurung diri di kamar, takut bergaul karena takut kekurangannya

diketahui, dsb. Atau, anak bisa jadi agresif karena kompensasi dari inferioritas di

pelajaran. Karena dia merasa kurang di pelajaran, maka dia berusaha tampil hebat di

lingkungan sosial dengan cara missal, mendominasi, mengintimidasi anak yang

dianggap lebih pandai, dsb.2

1.1.6 Peran Stakeholder dalam membangun Industri Pendidikan

Stakeholder pendidikan dibagi dalam 3 kategori utama, yaitu:

2 http://belajarpsikologi.com/tips-memilih-jurusan-kuliah/

14

1. Sekolah, termasuk di dalamnya adalah para guru, kepala sekolah, murid dan

tata usaha sekolah.

2. Pemerintah, diwakili oleh para pengawas, penilik, dinas pendidikan, walikota,

sampai menteri pendidikan nasional.

3. Masyarakat, sedangkan masyarakat yang berkepentingan dengan pendidikan

adalah orangtua murid, pengamat dan ahli pendidikan, lembaga swadaya

masyarakat, perusahaan atau badan yang membutuhkan tenaga terdidik

(DUDI), toko buku, kontraktor pembangunan sekolah, penerbit buku,

penyedia alat pendidikan, dan lain-lain.

Peran serta stakeholder pendidikan dalam suatu perencanaan adalah hal yang sangat

urgen sehingga akan dampak pada peningkatan profesionalitas guru. Hal ini sesuai

dengan keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002 bahwa stakeholder

pendidikan yaitu dewan pendidikan dan komite sekolah dalam kaitannya dengan hal

di atas mereka memiliki 4 peran, yaitu;

1. Peran Sebagai Pemberi Pertimbangan Atau Nasihat (Advisory Agency)

Peran sebagai pemberi pertimbangan atau nasihat (Advisory Agency) menunjukkan

respon dan keikutsertaan dewan pendidikan dan komite sekolah memajukan dan

meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di daerah dan di sekolah.

15

2. Peran Sebagai Badan Pendukung (Supporting Agency)

Peran pendukung dewan pendidikan dan komite sekolah berkaitan dengan internal

manajemen sekolah;

3. Peran Sebagai Pengontrol (Controling Agency)

Peran sebagai pengontrol (controlling agency) sesuai peran dewan pendidikan dan

komite sekolah, sebagai badan pengawas terhadap kegiatan sekolah termasuk

pelaksanaan dan penggunaan Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) dan Rencana

Kegiatan Tahunan (RKT). Fungsi pengontrol (controling agency) menunjukkan

bahwa dewan pendidikan dan komite sekolah melakukan aktifitas;

4. Peran Sebagai Penghubung (Mediating Agency)

Pusat pendidikan adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat harus saling bekerja sama

secara sinergis untuk meningkatkan mutu pendidikan. Untuk dapat bekerja secara

sinergis harus ada yang menghubungkan antara keluarga, sekolah dan masyarakat.

Itulah sebabnya salah satu peran dewan pendidikan dan komite sekolah adalah peran

penghubung (mediating agency).Jika ada kerja sama antara keluarga, sekolah, dan

masyarakat, maka dari beberapa banyak program yang inovatif dapat dicoba untuk

dilaksanakan oleh sekolah. Peran penghubung atau mediating agency menunjukkan

bahwa dewan pendidikan dan komite sekolah;

Keempat peran dewan pendidikan dan komite sekolah tersebut dalam

melakukan aktifitas bukanlah melakukan dan perannya secara terpisah-pisah, tetapi

16

berlangsung secara simultan. Dalam melakukan aktifitasnya, mereka

mengedepankan peningkatan kualitas pendidikan, bukan menyalurkan kehendaknya

pribadi apalagi melakukan pemerasan. Dalam melaksanakan perannya dilakukan

secara seimbang dengan memperhatikan etika dan aturan yang berlaku serta focus

pada perolehan mutu yang kompetitif

1.2 Definisi Masalah

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ada masalah dalam kualitas

lulusan perguruan tinggi dimana banyak ditemukan pengangguran intelektual akibat

minimnya keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Tidak hanya itu saja,

masalah juga tidak hanya dialami kelompok demografi lulusan perguruan tinggi

namun juga dialami oleh kelompok anak usia SMA (15-18 tahun). Dimana

ditemukan definisi masalah, sebagai berikut:

1. Masih ada siswa yang mengalami kendala dalam memutuskan perguruan

tinggi dan jurusan kuliah.

2. Belum adanya Institusi yang mengerjakan dan berkecimpung dalam layanan

pengembangan minat dan bakat siswa, khususnya untuk usia SMA.

3. Bagaimana membangun layanan yang dapat memenuhi kebutuhan siswa-siswi

tersebut, dan profitable untuk pelaku usaha.

17

1.3 Tujuan dan Keuntungan

1.3.1 Tujuan bisnis

Tujuan bisnis Teen Edu adalah untuk menjawab kebutuhan siswa dan siswi

untuk mendapatkan dan menentukan perguruan tinggi dan jurusan kuliah yang

tepat serta pengetahuan mengenai beragam pilihan karir yang dapat mereka

pertimbangkan di masa depan. Yang dituangkan dalam tujuan utama dari

Teen Edu, yaitu:

1. Inspiring – Integrating – Assisting – Nurturing students.

2. Menciptakan institusi yang mengerjakan dan berkecimpung dalam

layanan pengembangan minat dan bakat siswa, khususnya untuk usia

SMA.

3. Menciptakan bisnis baru yang layak dan dapat diterima (feasible) serta

dapat bertahan (sustainable) seiring dengan berjalannya waktu.

1.3.2 Keuntungan untuk pelaku bisnis

1. Pelaku bisnis dapat menjangkau siswa dan siswi yang sesuai dengan target

yang diinginkan.

2. Teen Edu membuka lapangan pekerjaan baru dan mendapatkan profit dan

bisnis yang berkelanjutan.

1.3.3 Keuntungan untuk konsumen

1. Menuntun dalam memilih jurusan perkuliahan sesuai dengan bakat dan

minat.

18

2. Menuntun generasi muda untuk bisa menemukan panggilan profesi yang

sesungguhnya.

3. Mencetak generasi muda yang percaya diri, berintegritas, beretika,

berdaya saing, dan memiliki jiwa kepemimpinan

1.4 Ruang Lingkup

Dalam pembuatan bisnis ini ditetapkan target market adalah siswa SMA

berusia rata-rata 15-18 tahun dengan pertimbangan bahwa pengembangan potensi

harus dilakukan dengan sedini mungkin. Program-program pembelajaran dan

pelatihan yang ditawarkan Teen Edu dapat dipilih sesuai dengan bakat dan

minat.Sistem pembelajaran bersifat inovatif, menggunakan practical approach

berupa industry insight sharing, simulasi, dan kasus dunia kerja nyata, didukung oleh

teknologi berbasis IT, serta tenaga pengajar yang berpengalaman. Tidak hanya itu

saja para siswa pun disediakan channel ke lembaga-lembaga pendidikan, perusahaan,

dan institusi lain baik dalam maupun luar negri yang semuanya diciptakan untuk satu

tujuan yaitu mendukung keberhasilan mereka dimasa mendatang.

1.5 Ide Bisnis

Berdasarkan pembahasan sebelumnya diperoleh pengetahuan bahwa ada

tantangan dan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan SDM yang berkualitas,

meningkatkan daya saing tenaga kerja di Masyarakat Ekonomi Asean, perkiraan

mengenai surplus demografi, kurangnya bimbingan dan keterampilan bagi siswa

SMA yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi dan menentukan karir, serta

19

peningkatan permintaan akan pendidikan, diperoleh beberapa pilihan yang dapat

dilakukan generasi muda sebagai berikut:

1. Bimbingan konseling untuk menentukan jurusan bagi siswa SMA yang

hendak melanjutkan ke perguruan tinggi.

2. Mendatangi universitas-universitas untuk mengetahui lebih mendalam

jurusan yang tersedia.

3. Tes bakat dan minat oleh psikolog untuk menentukan jurusan dan karir

yang dapat dipilih

4. Mengikuti pelatihan berupa training profesi

5. Mengikuti seminar mengenai dunia pekerjaan

6. Membangun network dengan professional, lembaga, perusahaan, dan

institusi.

Apabila pilihan diatas dilakukan seluruhnya, siswa harus menyiapkan biaya

yang besar, waktu yang panjang, dan usaha yang besar. Oleh karena itu Teen Edu

hadir memberi innovative integrated solution bagi generasi muda untuk

mengembangkan potensi, bakat, dan minat secara efisien dan efektif menggunakan

practical approach berupa industry insight sharing, simulasi, dan kasus dunia kerja

nyata, didukung oleh teknologi berbasis IT, tenaga pengajar yang berpengalaman dan

penyediaan channel ke lembaga-lembaga pendidikan, perusahaan, dan institusi lain

baik dalam maupun luar negri yang semuanya diciptakan untuk satu tujuan yaitu

mendukung keberhasilan mereka dimasa mendatang.

20

Gambar 1.3 Framework Bisnis Teen Edu

Tidak hanya bermanfaat bagi siswa yang mengikuti program saja, namun

karena terjadi peningkatan permintaan pendidikan, bisnis Teen Edu dapat menjadi

pelopor dibidangnya dan terus hadir secara berkesinambungan membimbing generasi

muda Indonesia demi terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas dan

berpotensi.