Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecurangan akuntansi akhir-akhir ini marak terjadi dan menjadi pusat perhatian
berbagai media dunia maupun di Indonesia. Kecurangan atau fraud merujuk pada
penyajian yang salah atau suatu fakta yang dilakukan oleh suatu pihak ke pihak
lain dengan tujuan mengelabui dan membuat pihak lain tersebut meyakini fakta
yang merugikan.
Kecurangan yang ada di Indonesia adalah kasus pada Asuransi Jiwasraya
yang telah memberikan laporan keuangan audit yang tidak lengkap serta adanya
dugaan penggelapan dana investasi ke perusahaan tersebut, selain itu fraud janji
investasi terlalu besar kemudian ditemukan aset-aset yang diinvestasikan tidak
prudent dan laporan keuangan tidak di-disclose secara transparan (Kompas.com,
2019). Terdapat pula kasus kecurangan pada perusahaan Toshiba. Pada bulan Mei
2015, Toshiba mengejutkan seluruh dunia saat menyatakan bahwa perusahaannya
tengah melakukan investigasi atas skandal akuntansi internal dan harus merevisi
perhitungan laba dalam 3 tahun terakhir. Pengumuman tersebut sangat tidak
disangka karena Toshiba telah menjadi lambang perusahaan Jepang yang sangat
Kuat (Liputan6.com, 2015)
Fraud merupakan permasalahan yang saat ini menjadi perhatian organisasi
sektor publik dan sektor swasta di seluruh dunia. Tindakan fraud dalam organisasi
atau ditempat kerja dapat dilakukan oleh semua pihak, mulai pegawai pelaksana
sampai dengan manajemen puncak yang dapat menimbulkan kerugian bagi
2
organisasi. Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menggambarkan
secara skematis fraud di tempat kerja dalam bentuk fraud tree yang mempunyai
tiga cabang utama yaitu corruption, asset misappropriation, dan fraudulent
statement (Marlina et al., 2019).
Kecenderungan fraud didorong oleh tindakan individu untuk
memaksimalkan keuntungan pribadi. Salah satunya adalah adanya ketidakpuasan
individu atas kesesuaian kompensasi yang diperoleh dari pekerjaan yang mereka
kerjakan. Kompensasi dapat didefinisikan sebagai setiap bentuk penghargaan
yang diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka
berikan kepada organisasi, dengan kompensasi yang sesuai perilaku
kecenderungan fraud dapat dikurangi. Individu diharapkan telah mendapatkan
kepuasan dari kompensasi tersebut dan tidak melakukan kecurangan dalam
akuntansi dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan pribadi (Sulaiman
dan Zulkarnaini, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Ahriati et al., (2015) menunjukkan bahwa
kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap kecenderungan fraud. Penelitian ini
sejalan dengan Sulaiman dan Zulkarnaini, (2016) yang menunjukkan bahwa
kesesuaian kompensasi berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya
kecurangan akuntansi pada Pemerintah Lhokseumawe, berbeda dengan hasil
penelitian Mustikasari, (2013) yang mengatakan bahwa terdapat pengaruh negatif
antara kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan fraud yang berarti bahwa
semakin sesuai kompensasi yang diterima pegawai maka akan dapat menekan
terjadinya fraud di sektor perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan Marlina et al.,
3
(2019) yang mengatakan bahwa kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Mahawyahrti dan Budiasih (2017) menyatakan bahwa asimetri informasi
dapat memicu timbulnya kecurangan. Asimetri informasi muncul ketika manajer
lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimana di masa yang
akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder. Kondisi tersebut
memberikan kesempatan kepada pihak manajemen untuk menggunakan informasi
yang di ketahui untuk memanipulasi keuangan perusahaan guna memaksimalkan
kemakmurannya. Semakin banyak informasi perusahaan yang dimiliki oleh
manajer daripada pemegang saham maka manajer akan lebih banyak mempunyai
kesempatan untuk melakukan fraud.
Penelitian yang dilakukan oleh Indriastuti et al., (2016) asimetri informasi
berpengaruh positif terhadap kecurangan akuntansi, dengan kata lain semakin
tinggi asimetri informasi maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya
kecurangan akuntansi dalam instansi tersebut. Penelitian ini sejalan dengan
Mustikasari, (2013) terdapat pengaruh positif antara asimetri informasi terhadap
kecenderungan fraud di sektor pemerintah yang berarti bahwa terjadinya asimetri
informasi dapat menyebabkan terjadinya fraud, berbeda dengan hasil penelitian
Ahriati et al., (2015) tidak terdapat pengaruh asimetri informasi terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi. Artinya, kondisi asimetri informasi yang
terjadi antara agen dan principal dapat diketahui dari kegiatan monitoring dan
pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal organisasi. Penelitian ini sejalan
4
dengan Setiawan et al., (2015) asimetri informasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap kecenderungan fraud.
Moralitas juga berperan penting dalam kecenderungan fraud yang masih
saja terjadi selain faktor asimetri informasi. Moral merupakan hal yang sesuai
dengan keyakinan umum yang diterima masyarakat, berkaitan dengan penilaian
norma tindakan manusia. Semakin tinggi level penalaran moral individu, maka
akan semakin cenderung untuk tidak melakukan kecurangan akuntansi. Kesalahan
akuntansi sangat berkaitan dengan tingkat moralitas individu karena hal tersebut
merupakan perilaku yang ilegal. Perilaku ilegal menjadi bagian dari perilaku tidak
etis, sehingga perlu adanya ketentuan hukum yang mengikat sebagai salah satu
usaha penegakan standar moralitas individu agar kehidupan masyarakat
seluruhnya dapat terjaga (Dennyningrat dan Suputra, 2018)
Penelitian yang dilakukan oleh Tarigan, (2016) moralitas individu
berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi artinya
apabila ketaatan aturan akuntansi meningkat, maka akan menurunkan
kecenderungan fraud, sebaliknya apabila ketaatan aturan akuntansi menurun,
maka akan meningkatkan kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian ini
sejalan dengan Wardana et al., (2017) moralitas berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pencegahan fraud, berbeda dengan hasil yang dilakukan oleh
Indriastuti et al., (2016) moralitas individu berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan fraud dengan kata lain, semakin tinggi moralitas individu pada
suatu organisasi maka semakin rendah kemungkinan terjadinya kecurangan pada
perusahaan tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan Udayani dan Sari, (2017)
5
yang menunjukkan pengaruh negatif moralitas terhadap kecenderungan
kecurangan pada Villa di Kawasan Umalas.
PT Sumber Graha Sejahtera (SGS) adalah salah satu perusahaan yang
bergerak dibidang usaha produksi kayu lapis (Plywood). Pabrik yang didirikan
pada tahun 1963 berlokasi di Desa Barowa, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu,
Provinsi Sulawesi Selatan, atau sekitar 12 KM dari Kota Administrasi Palopo.
Luas area pabrik PT Sumber Graha Sejahtera (SGS) ini secara keseluruhan
mencapai 157.442.17 M2, lokasi pabrik berdiri pada area 63.592 m2, kegiatan
pabrik pada intinya adalah mengolah bahan baku, bahan pembantu dan sebagainya
sampai menjadi plywood yang merupakan produk jadi PT Sumber Graha
Sejahtera (SGS). Perusahaan ini memasuki usia 57 tahun mulai dari saat
perencanaan, pembangunan, dan pengoperasiannya dimana sampai saat ini telah
menjelma menjadi salah satu pabrik berskala besar dan megah di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang diatas untuk mengurangi tindakan
kecenderungan fraud maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian
yang berjudul “PengaruhKesesuaian Kompensasi, Asimetri Informasi dan
Moralitas terhadap Kecenderungan FraudPada PT Sumber Graha Sejahtera
Kabupaten Luwu”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap kecenderungan fraud
pada PT Sumber Graha Sejahtera (SGS) Kabupaten Luwu?
6
2. Apakah asimetri informasi berpengaruh terhadap kecenderungan fraud pada
PT Sumber Graha Sejahtera (SGS) Kabupaten Luwu?
3. Apakah moralitas berpengaruh terhadap kecenderungan fraud pada PT
Sumber Graha Sejahtera (SGS) Kabupaten Luwu?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan
fraud pada PT Sumber Graha Sejahtera (SGS) Kabupaten Luwu.
2. Untuk mengetahui pengaruh asimetri informasi terhadap kecenderungan
fraud pada PT Sumber Graha Sejahtera (SGS) Kabupaten Luwu.
3. Untuk mengetahui pengaruh moralitas terhadap kecenderungan fraud pada
PT Sumber Graha Sejahtera (SGS) Kabupaten Luwu.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh kesesuaian kompensasi,
asimetri informasi dan moralitas terhadap kecenderungan fraud pada PT Sumber
Graha Sejahtera (SGS) Kabupaten Luwu, hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Adapun
manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi
pengembangan ilmu akuntansi dan menjadi bahan referensi bagi penelitian-
penelitian selanjutnya yang tentu lebih mendalam, khususnya mengenai
7
permasalahan dalam hal kesesuaian kompensasi, asimetri informasi, moralitas dan
kecenderungan fraud.
1.6 Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih terhadap penerapan praktik
ilmu dan teori yang diperoleh dalam masa perkuliahan untuk memecahkan
masalah sehingga memperoleh gambaran yang jelas dan sejauh mana tercapai
keselarasan antara pengetahuan secara teoritis dan praktisnya.
2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan
sumbangan pemikiran yang bermanfaat dalam meningkatkan kinerja
perusahaan.
3. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan mampu memperkaya
hasanah bacaan.
1.7 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian terfokus pada pokok permasalahan
yang ada beserta pembahasannya, sehingga diharapkan penelitian tidak akan
menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, peneliti
membatasi penelitian ini pada masalah kesesuaian kompensasi, asimetri
informasi, moralitas dan kecenderungan fraud.Penelitian ini hanya dilakukan pada
PT Sumber Graha Sejahtera (SGS) Kabupaten Luwu.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Keagenan
Teori keagenan Jensen dan Meckling (1976) sering digunakan untuk menjelaskan
kecurangan akuntansi. Teori keagenan bermaksud memecahkan dua problem
yang terjadi dalam hubungan keagenan. Permasalahan yang timbul akibat adanya
perbedaan kepentingan antara principal dan agen disebut dengan agency
problems.
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan di dalam
teori agensi (agency theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak
antara pemilik sumber daya ekonomis dan manajer yang mengurus penggunaan
dan pengendalian sumber daya tersebut, dalam upaya mengatasi atau mengurangi
masalah keagenan ini menimbulkan biaya keagenan (agency cost) yang akan
ditanggung baik oleh principal maupun agent. Biaya keagenan dibagi menjadi
monitoring cost, bonding cost,dan residual loss.Monitoring cost adalah biaya
yang timbul dan ditanggung oleh principal untuk memonitor perilaku agent.
Bonding cost merupakan biaya yang ditanggung oleh agent untuk menetapkan
dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agent akan bertindak untuk
kepentingan principal.Residual loss merupakan pengorbanan yang berupa
berkurangnya kemakmuran principal sebagai akibat dari perbedaan keputusan
agent dan keputusan principal.
9
Hubungan antara principal dan agent menurut teori keagenan dapat
mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi karena agen berada pada
posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan
dibandingkan dengan principal, dengan asumsi bahwa individu-individu
bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan asimetri
informasi yang dimilikinya akan mendorong agen untuk menyembunyikan
beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Agen dapat mempengaruhi
angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara
memanipulasi (Prawitasari dan Putra, 2019).
Sejalan dengan teori keagenan mengemukakan bahwa asimetri informasi
dapat merubah tingkat partisipasi menuju terjadinya senjangan anggaran karena
suatu informasi digunakan sebagai suatu barang komoditi yang dapat
diperjualbelikan oleh agen sehingga manusia akan bertindak oportunistik yaitu
mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan organisasi, dimana
seorang agen akan termotivasi menciptakan senjangan anggaran untuk
meningkatkan kompensasi dan jenjang karir di masa depan (Guntur dan
Dharmadiaksa, 2019)
Teori agensi menyebutkan bahwa adanya perilaku dari manajer/agen
yang bertindak hanya untuk menguntungkan dirinya sendiri dengan
mengorbankan kepentingan orang lain. Hal ini tidak sesuai dengan kematangan
moral manajemen baik di perusahaan maupun di pemerintahan yang menjadi
indikasi pembuatan keputusan.
10
2.2 Teori Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral yang sering dipakai dalam penelitian tingkat etika
adalah model Kohlberg. Teori perkembangan moral mempunyai pandangan
bahwa penalaran moral merupakan landasan perilaku etis. Kohlberg (1971)
mendefinisikan tahapan perkembangan moral merupakan ukuran dari tinggi
rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya.
Kohlberg melakukan penelitian berdasarkan kasus dilema moral untuk mengamati
perbedaan perilaku individu dalam menyikapi persoalan moral yang sama
kemudian membuat klasifikasi atas respon dari setiap individu kedalam enam
tahap yang berbeda. Terdapat tiga tahap perkembangan moral, yaitu tahapan pre-
conventional, tahapan conventional, dan tahapan post-conventional
Tahapan yang paling rendah (pre-conventional), individu akan melakukan
suatu tindakan karena takut terhadap hukum/peraturan yang ada. Selain itu
individu pada level moral ini juga akan memandang kepentingan pribadinya
sebagai hal yang utama dalam melakukan suatu tindakan. Tahap kedua
(conventional), individu akan mendasarkan tindakannya atas persetujuan teman-
teman dan keluarganya dan juga pada norma-norma yang ada di masyarakat.
Tahap tertinggi (post-conventional), individu mendasari tindakannya dengan
memperhatikan kepentingan orang lain dan berdasarkan tindakannya pada
hukum-hukum universal (Setiawan dan Helmayunita, 2017)
Menurut Puspasari dan Suwardi, (2016) dalam setiap tahap Kohlberg,
individu memiliki pandangan mereka sendiri tentang apa 'hal yang benar'.
Individu pada tahap satu merasa bahwa hal yang benar adalah apa yang menjadi
11
kepentingan individu. Individu pada tahap 2 menganggap bahwa hal yang benar
adalah hasil dari pertukaran undian dan persetujuan rekan atau keluarga. Individu
di tahap 3 merasa bahwa hal yang benar berkaitan dengan harapan kepercayaan,
kesetiaan, dan rasa hormat dari teman dan keluarga. Individu pada tahap 4
menganggap bahwa hal yang benar adalah memberikan kontribusi kepada
masyarakat, kelompok atau lembaga mereka. Individu di tahap 5 dan tahap 6
menganggap bahwa kebenaran didasarkan pada prinsip etika, kesetaraan hak asasi
manusia dan martabat sebagai makhluk hidup.
2.3 Kesesuaian Kompensasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kesesuaian adalah perihal sesuai,
keselarasan atau kecocokan. Kesesuaian juga merupakan suatu keadaan merasa
cocok atau pas terhadap sesuatu yang kita dapatkan. Kesesuaian disini mengacu
pada tingkat kepuasan karyawan dalam instansi atau perusahaan.
Menurut Indriastuti et al., (2016) kesesuaian kompensasi adalah
keseluruhan balas jasa yang diterima pegawai sebagai akibat dari pelaksanaan
pekerjaan di organisasi dalam bentuk uang atau lainnya yang dapat berupa gaji,
upah, bonus, insentif dan tunjangan kesehatan, tunjangan hari raya, uang makan
uang cuti dan lain-lain.
Kesesuaian kompensasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap perilaku tidak etis. Seseorang cenderung akan berlaku tidak etis untuk
memaksimalkan keuntungan untuk dirinya sendiri. Biasanya karyawan akan
melakukan tindakan tidak etis karena ketidakpuasan atau kekecewaan dengan
hasil atau kompensasi yang mereka terima atas apa yang telah dikerjakan.
12
Kompensasi yang sesuai diharapkan dapat meminimalisasikan perilaku tidak etis
(Ridhwati et al., 2019).
Kompensasi dapat didefinisikan sebagai segala bentuk penghargaan yang
diberikan oleh organisasi kepada karyawan sebagai hadiah atas kontribusi yang
mereka berikan kepada organisasi. Sistem kompensasi yang sesuai diharapkan
dapat membuat individu merasa cukup sehingga individu tidak mengambil
tindakan yang merugikan institusi atau pemerintah termasuk penipuan akuntansi
(Putra et al., 2019).
Kompensasi, sering disebut sebagai penghargaan dan dapat didefinisikan
sebagai segala bentuk penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai
imbalan atas kontribusi mereka kepada organisasi, dengan kompensasi yang tepat,
kecurangan akuntansi dapat dikurangi. Individu diharapkan memiliki kepuasan
dari kompensasi tersebut dan tidak melakukan tindakan penipuan dalam
akuntansi untuk memaksimalkan keuntungan pribadi (Putri dan Irwandi, 2016).
Kesesuaian kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima karyawan
yang diberikan oleh organisasi sebagai balas jasa atas apa yang telah dikerjakan
oleh karyawan tersebut. Kesesuaian kompensasi dimaksudkan bahwa imbalan
yang diterima karyawan atas jasa yang diberikannya adalah sesuai dengan
pengorbananya dan jika dikelola dengan baik kompensasi akan membantu
perusahaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan serta menjaga karyawan
dengan baik, sebaliknya tanpa kompensasi yang cukup karyawan yang ada akan
mungkin untuk meninggalkan perusahaan.
13
2.3.1 Tujuan Kompensasi
Tujuan manajemen kompensasi secara umum menurut adalah untuk membantu
perusahaan mencapai tujuan keberhasilan strategi perusahaan dan menjamin
terciptanya keadilan internal dan eksternal. Tujuan manajemen kompensasi efektif
meliputi: (1) Memperoleh SDM yang berkualitas, kompensasi yang tinggi sangat
dibutuhkan untuk memberi daya tarik kepada para pelamar sehingga mendapatkan
karyawan yang diharapkan. (2) Mempertahankan karyawan yang ada, para
karyawan dapat keluar jika besaran kompensasi tidak kompetitif dan akibatnya
akan menimbulkan perputaran karyawan yang semakin tinggi. (3) Menjamin
keadilan, manajemen kompensasi selalu berupaya agar keadilan internal dan
eksternal dapat terwujud. Keadilan internal mensyaratkan bahwa pembayaran
dikaitkan dengan nilai relatif sebuah pekerjaan sehingga pekerjaan yang sama
dibayar dengan besaran yang sama. Keadilan eksternal berarti pembayaran
terhadap pekerja merupakan yang dapat dibandingkan dengan perusahaan lain
dipasar kerja. (4) Penghargaan terhadap perilaku yang diinginkan, pembayaran
hendak memperkuat perilaku yang diinginkan dan bertindak sebagai insentif
untuk perbaikan perilaku dimasa depan, rencana kompensasi efektif, menghargai
kinerja, ketaatan, pengalaman, tanggung jawab dan perilaku-perilaku lainnya. (5)
Mengendalikan biaya, sistem kompensasi yang rasional membantu perusahaan
memperoleh dan mempertahankan para karyawan dengan biaya yang beralasan.
(6) Mengikuti aturan hukum, sistem gaji dan upah yang sehat mempertimbangkan
faktor-faktor legal yang dikeluarkan pemerintah dan menjamin pemenuhan
kebutuhan karyawan. (7) Memfasilitasi pengertian, sistem manajemen kompensasi
14
hendaknya dengan mudah dipahami oleh spesialisasi SDM, manajer dan para
karyawan. (8) Meningkatkan efisiensi administrasi, program pengupahan dan
penggajian hendaknya dirancang untuk dapat dikelola dengan efisien, membuat
sistem informasi SDM optimal, meskipun tujuan ini hendaknya sebagai
pertimbangan sekunder dibandingkan dengan tujuan-tujuan lainnya.
2.3.2 Komponen-komponen yang menjadi pertimbangan kompensasi
Komponen yang menjadi pertimbangan kompensasi yaitu: (1) Gaji adalah balas
jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan sebagai konsekuensi dari
kedudukannya sebagai seorang karyawan yang memberikan sumbangan tenaga
dan pikiran dalam mencapai tujuan perusahaan atau sebagai bayaran tetap yang
diterima seorang dari keanggotaannya dalam sebuah perusahaan. (2) Upah
merupakan imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada karyawan
berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan
yangdiberikan. Upah dapat berubah-ubah tergantung pada keluaran yang
dihasilkan. (3) Insentif merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada
karyawan tergantung kinerjanya melebihi standar yang ditentukan. (4)
Kompensasi tidak langsung merupakan kompensasi tambahan yang diberikan
berdasarkan kebijakan perusahaan terhadap semua karyawan sebagai upaya
meningkatkan kesejahteraan para karyawan. Contohnya, berupa fasilitas-fasilitas
seperti: asuransi-asuransi, tunjangan-tunjangan, uang pensiun dan lain-lain.
2.4 Asimetri Informasi
Asimetri informasi adalah ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh
principal dan agen, ketika principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang
15
kinerja agen. Sebaliknya agen memiliki lebih banyak informasi mengenai
kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan, hal tersebut
menyebabkan principal merasa kesulitan untuk menelusuri apa yang sebenarnya
dilakukan oleh agen sehingga asimetri membuat manajemen bertindak tidak etis
dan cenderung berlaku curang dengan memberikan informasi yang bermanfaat
bagi principal demi motivasi untuk memperoleh kompensasi bonus yang tinggi
(Indriastuti et al., 2016).
Asimetri informasi merupakan suatu situasi dimana manajer mempunyai
akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar
perusahaan, jika kedua kelompok (agen dan principal) tersebut adalah orang-
orang yang berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat
untuk meyakini bahwa agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk
kepentingan principal. Prinsipal dapat membatasinya dengan menetapkan insentif
yang tepat bagi agen dan melakukan monitor yang didesain untuk membatasi
aktivitas agen yang menyimpang komunikasi dan informasi diperlukan untuk
memastikan bahwa komplain dari pelanggan segera diinformasikan dan
dikomunikasikan ke pimpinan serta direspon secara cepat pimpinan disemua level
wajib mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam
bentuk dan waktu yang tepat serta efektif (Jannah et al., 2018).
Asimetri informasi (information asymetri) yaitu suatu kondisi dimana ada
ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai
penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder
pada umumnya sebagai pengguna informasi (user). Informasi yang dihasilkan
16
manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya dan dapat
dipercaya tidaknya informasi yang disampaikan (Widjajanti dan Wahyuni, 2019).
Asimetri informasi dapat diartikan sebagai biaya politik yang diperlukan
untuk mengimplementasikan tingkat pengurangan emisi tertentu (Negara-negara
memiliki informasi pribadi tentang bobot relatif masalah lingkungan dalam
agenda pemerintah). Apapun sumber asimetri ini akan menjadi masalah untuk
negosiasi target pengurangan. Negara-negara memiliki insentif untuk mebesar-
besarkan biaya pengurangan polusi yang diketahui secara pribadi untuk
mengurangi upaya yang harus mereka suplai dan meninggalkan sebagian besar
beban pengurangan di negara lain (Slechten, 2015).
Asimetri informasi yaitu pengungkapan yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan yang dapat ditampilkan antara agen dan principal. Semakin besar
asimetri yang muncul memberikan peningkatan pada tinggi perusahaan,
penurunan asimetri informasi yang disebabkan oleh tingginya informasi yang
diungkapkan perusahaan barkaitan dengan menurunnya biaya modal yang
dibayarkan oleh perusahaan (Fahdiansyah, 2016).
Asimetri informasi adalah keadaan dimana ketidakselarasan informasi
antara pihak manajer dan pemegang saham yang disebabkan karena distribusi
informasi yang tidak sama antara kedua belah pihak, dengan adanya asimetri
informasi menyebabkan kesenjangan pengetahuan keuangan internal perusahaan
sehingga pihak manajer bisa melakukan rekayasa demi meningkatkan keuntungan
untuk mendapatkan imbalan dari pemilik. Asimetri informasi antara manajer dan
17
pemegang saham inilah yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer
untuk melakukan tindakan-tindakan kecurangan.
2.4.1 Bentuk Asimetri Informasi
Ada dua bentuk asimetri informasi, yaitu: (1) Asimetri informasi vertikal, yaitu
informasi yang mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang
lebih tinggi (atasan). Setiap bawahan dapat mempunyai alasan yang baik dengan
meminta atau memberi informasi kepada atasan. (2) Asimetri informasi
horizontal, yaitu informasi yang mengalir dari orang-orang dan jabatan yang sama
tingkat otoritasnya atau informasi yang bergerak diantara orang-orang dan
jabatan-jabatan yang tidak menjadi atasan ataupun bawahan antara satu dengan
yang lainnya dan mereka menempati bidang fungsionalnya yang berbeda dalam
organisasi namun dalam level yang sama.
2.4.2 Tipe Asimetri Informasi
Menurut Jansen dan Meckling (1976) ada dua tipe asimetri informasi yaitu: (1)
Adverse selection adalah sejenis asimetri informasi dimana satu pihak atau lebih
yang melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial
memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. Adverse selection dapat terjadi
karena beberapa orang seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam (insider)
lainnya lebih mengetahui kondisi kini dan prospek kedepan suatu perusahaan
daripada para investor. (2) Moral Hazard adalah jenis asimetri informasi dimana
satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu
transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan
mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak
18
yang lainnya tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan
pemilikan dengan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan
perusahaan besar.
2.5 Moralitas
Moralitas individu dapat didefinisikan sebagai sikap dan perilaku yang baik,
dimana setiap individu akan berusaha melakukan tugasnya sebaik mungkin dan
tidak meminta balasan. Moralitas individu akan mempengaruhi kecenderungan
seseorang melakukan kecurangan akuntansi. Artinya, semakin tinggi tahapan
moralitas individu (tahapan post-conventional), yaitu semakin individu
memperhatikan kepentingan yang lebih luas dan universal daripada kepentingan
organisasinya semata, apalagi kepentingan individunya. Dengan demikian,
semakin tinggi moralitas individu, semakin ia akan berusaha untuk
menghindarkan diri dari kecenderungan kecurangan akuntansi (Udayani dan Sari,
2017).
Semakin tinggi level penalaran moral individu akan semakin cenderung
tidak berbuat kecurangan akuntansi karena individu tersebut akan semakin sensitif
terhadap isu-isu etika, sementara individu dengan level penalaran moral yang
rendah berperilaku berbeda dengan individu yang memiliki level penalaran moral
yang tinggi ketika menghadapi dilema etika karena lebih cenderung akan
melakukan hal-hal yang menguntungkan dirinya sendiri dan menghindari hal-hal
yang dapat menimbulkan saksi hukum. Disisi lain, individu dengan level
penalaran moral tinggi di dalam tindakannya akan memperhatikan kepentingan
orang-orang disekitarnya dan mendasarkan tindakannya pada prinsip-prinsip
19
moral karena lebih berorientasi pada prinsip-prinsip moral yang universal
(Maroney dan McDevitt, 2008).
Partisipan yang memiliki moral rendah cenderung untuk melakukan
kecurangan akuntansi dibandingkan dengan partisipan yang memiliki moral
tinggi. Hasil ini sesuai dengan tahapan perkembangan moral Kohlberg dimana
individu yang memiliki tahapan moralitas tinggi akan semakin menghindarkan
diri dari kecurangan akuntansi karena memiliki sikap etis dan mengutamakan
kepentingan universal lebih tinggi daripada kepentingan pribadinya
(Liyanarachchi dan Newdick, 2009).
Moralitas adalah sebuah perbuatan atau tingkah laku baik atau buruk.
Moral atau tingkah laku juga akan menjadi faktor pemicu kecurangan.
Kecurangan dalam suatu perusahaan atau lembaga dipengaruhi oleh para
karyawan yang bekerja didalamnya. Lembaga tersebut tentu memiliki karyawan
yang bekerja di masing-masing bagiannya dengan tingkat moralitas setiap
individu yang beragam dan akan berpengaruh pada adanya kecenderungan
kecurangan (fraud) yang mungkin timbul (Korompis et al., 2018).
Moralitas adalah hal yang sesuai dengan keyakinan yang diterima
masyarakat, berkaitan dengan penilaian norma tindakan manusia. Orang dengan
level moral yang rendah akan berperilaku berbeda dengan orang yang memiliki
moral yang tinggi, semakin tinggi moral seseorang akan semakin mungkin untuk
melakukan hal yang benar begitupun sebaliknya orang yang memiliki level moral
yang rendah akan mudah melakukan tindakan kecurangan. Seseorang dikatakan
20
bermoral apabila memiliki daya tarik untuk berperilaku baik yang memiliki nilai
positif dalam penilaian budaya masyarakat setempat.
Menurut Amalia, (2015) moralitas adalah tekad untuk mengikuti apa yang
ada dalam hati manusia dan disadari sebagai kewajiban mutlak. Pemerintahan
yang baik akan terbentuk dengan adanya moralitas yang baik, seseorang bisa
dikatakan bermoral apabila perilakunya mencerminkan moralitas, yaitu bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Moral dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu: (1) Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap
manusia. Moral murni disebut juga hati nurani. (2) Moral terapan, adalah moral
yang didapat dari berbagai ajaran filosofis, agama, adat yang menguasai
pemutaran manusia.
2.6 Kecenderungan Fraud
Kecurangan adalah setiap upaya penipuan yang disengaja, yang dimaksudkan
untuk mengambil harta atau hak orang atau pihak lain dalam kaitannya dengan
konteks audit atas laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji
laporan keuangan yang disengaja (Eliza, 2015). Fraud merupakan upaya sikap
individu dalam melaksanakan tugas yang selalu berusaha memberikan sikap yang
efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing dan adil/tidak diskriminatif
(Mahendra et al., 2019).
Menurut the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE,
2016)fraud adalah perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan
dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru
terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam atau luar organisasi untuk
21
mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok yang secara langsung atau
tidak langsung merugikan pihak lain. Fraud tidak selalu sama dengan tindak
kriminal. Fraud yang bukan kriminal masuk kategori risiko operasional,
sedangkan fraud yang sekaligus tindak kriminal masuk kategori risiko ilegal.
Tindak kriminal didefinisikan sebagai an intentional at that violates the Criminal
Law under which no legal excuse applies (seorang internasional yang melanggar
hukum pidana di mana tidak ada alasan hukum yang berlaku). Sementara itu fraud
didefinisikan sebagai any behavior by which one person gains or intend to gain a
dishonest advantage over another (perilaku apapun yang olehnya satu orang
mendapatkan atau berniat untuk mendapatkan keuntungan yang tidak jujur atas
orang lain).
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) seperti yang dikutip oleh (Susandra dan
Hartina, 2017) menjelaskan kecenderungan fraud sebagai berikut: (1) salah saji
yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau
penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan
untuk mengelabui pemakai laporan keuangan. (2) salah saji yang timbul dari
perlakuan yang tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebutkan dengan
penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas
yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia atau GAAP (General Accepted Accounting
Prinsiples).
Menurut (Puspasari dan Suwardi, 2016) kecurangan akuntansi mengacu
pada kesalahan akuntansi yang dibuat secara sengaja dengan tujuan menyesatkan
22
pembaca/pengguna laporan keuangan. Penipuan dilakukan dengan motivasi
negatif untuk mengambil keuntungan dari individu atau pihak tertentu.
Kecenderungan kecurangan di sektor publik adalah persepsi karyawan
tentang kecurangan akuntansi yang terjadi di sektor publik. Penipuan dapat
diartikan sebagai penipuan yang disengaja, termasuk berbohong, mencuri,
mengarang, dan menggelapkan. Penipuan itu sendiri secara umum merupakan
tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam dan di luar
organisasi, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok
yang secara langsung merugikan pihak lain (Kamal et al., 2019)
Kecenderungan fraud adalah penipuan yang sengaja dilakukan sehingga
menimbulkan banyak kerugian yang dimaksudkan untuk mengambil harta atau
hak orang lain, penghilangan secara sengaja jumlah dalam laporan keuangan
untuk memperoleh keuntungan pribadi yang dilakukan untuk tujuan tertentu, yang
dilakukan seseorang atau kelompok dari dalam maupun luar perusahaan.
Kecurangan sering terjadi karena ada dorongan untuk memanfaatkan kesempatan
yang ada seperti korupsi.
2.6.1 Tipe-Tipe Kecurangan Akuntansi
Menurut Widjaja (2013) terdapat dua tipe kecurangan akuntansi yaitu: (1)
Kecurangan eksternal yaitu kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap
suatu entitas atau perusahaan, seperti kecurangan yang dilakukan pelanggan
terhadap usaha dan wajib pajak terhadap pemerintah. (2) Kecurangan internal
yaitu tindakan tidak legal yang dilakukan oleh karyawan, manajer maupun
23
eksekutif terhadap perusahaan tempat mereka bekerja. Kecurangan tersebut akan
memberikan kerugian yang besar bagi perusahaan yang bersangkutan.
2.6.2 Penyebab Terjadinya Kecurangan Akuntansi
Penyebab terjadinya kecurangan disebut dengan segitiga penipuan (fraud
triangle), yaitu: (1) Tekanan (pressure) adalah dorongan atau motivasi seseorang
untuk melakukan penipuan. Tiga jenis tekanan yang menyebabkan
penyalahgunaan ditunjukkan dalam segitiga tekanan seperti hidup diluar
kemampuannya, kerugian keuangan yang besar atau utang personal yang tinggi.
Jenis kedua dari tekanan adalah emosional banyak penipuan karyawan dimotivasi
oleh ketamakan beberapa karyawan melakukan penipuan karena mereka memiliki
perasaan yang kuat atas pemecatan atau percaya bahwa mereka telah diperlakukan
tidak adil. Jenis ketiga tekanan karyawan yang memotivasi manajemen dalam
salah mengartikan laporan keuangan. Tekanan keuangan yang umum adalah
kebutuhan untuk memenuhi atau melampaui ekspektasi laba untuk menjaga
jatuhnya harga saham. (2) Kesempatan (opportunity) adalah kondisi atau situasi,
termasuk kemampuan personal seseorang yang memungkinkan pelaku untuk
melakukan tiga hal berikut: (a) Melakukan penipuan/ pencurian aset adalah jenis
penyalahgunaan yang paling umum, sebagian besar contoh kecurangan pelaporan
keuangan melibatkan memperbesar aset atau pendapatan, mengecilkan kewajiban
atau kegagalan untuk mengungkapkan informasi. (b) Menyembunyikan penipuan
adalah salah satu cara bagi karyawan untuk menyembunyikan pencurian aset
perusahaan adalah dengan membebankan item yang dicuri keakun beban.
Tindakan pelaku dapat terbongkar dalam waktu setahun atau kurang, karena akun
24
beban adalah memusatkan perhatian keluar pada setiap akhir tahun. (c)
Mengonversikan pencurian atau misrepresentasi untuk keuntungan personal,
pelaku penipuan yang tidak mencuri kas atau menggunakan aset yang dicuri
secara personal harus mengonversinya dalam bentuk yang dapat dibelanjakan.
Contohnya, karyawan yang mencuri persediaan atau peralatan menjual item atau
mengonversikannya dalam bentuk kas. (3) Rasionalisasi (razionalization) dapat
dikatakan sebagai alasan yang digunakan para pelaku penipuan untuk
membenarkan perilaku ilegal mereka dengan kata lain pelaku merasionalisasikan
bahwa mereka menjadi tidak jujur, bahwa kejujuran tidak dibutuhkan, atau
mereka menilai apa yang mereka butuhkan lebih dari kejujuran dan integritas.
2.6.3 Jenis-Jenis Kecurangan Akuntansi
Jenis-jenis kecurangan akuntansi yaitu: (1) kecurangan laporan keuangan
(Financial statement fraud) dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang
dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material laporan keuangan
yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat finansial atau
kecurangan non finansial. (2) Penyalahgunaan aset (Asset misappropriation)
sering juga disebut perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva. Penyalahgunaan
aset dapat digolongkan ke dalam kecurangan kas dan kecurangan atas persediaan
dan aset lainnya serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang (fraudulent
disbursement). (3) Korupsi (Corruption) Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi
karena menyangkut kerja sama dengan pihak lain. Fraud jenis ini merupakan jenis
yang terbanyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya
lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor
25
integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat
dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis
mutualisme). Berbagai bentuk korupsi diantaranya adalah penyalahgunaan
wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery),
penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities) dan pemerasan secara
ekonomi (economic extortion).
2.7 Penelitian Terdahulu
Pencarian dari peneliti terdahulu dilakukan sebagai upaya menjelaskan tentang
variabel-variabel dalam penelitian ini, sekaligus untuk membedakan penelitian ini
dengan sebelumnya.
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian
Terdahulu Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Chandrayatna
dan Sari (2019) Pengaruh Pengendalian
Internal, Moralitas Individu dan Budaya
Etis Organisasi pada
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
Pengendalian
Internal, Moralitas.
Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi sebagai
variabel dependen
Pengendalian internal,
Moralitas Individu, budaya etis organisasi
berpengaruh negatif
pada kecenderungan kecurangan akuntansi
Marlina, Rifa’I
dan Surasni (2019)
Persepsi Karyawan
mengenai Pengaruh Efektifitas Pengendalian
Internal, Ketaatan
Aturan Akuntansi dan Kesesuaian Kompensasi
terhadap Kecurangan
Pengendalian
Internal, Ketaatan dan Kesesuaian
Kompensasi
sebagai variabel independen.
Kecurangan
sebagai variabel dependen
Efektifitas
pengendalian internal dan kesesuaian
kompensasi tidak
berpengaruh terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi,
sedangkan ketaatan aturan akuntansi
memiliki pengaruh
terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi
Dennyningrat
dan Suputra Pengaruh Sistem Pengendalian Sistem Pengendalian
26
(2018) Pengendalian Intern
Pemerintah dan
Moralitas Individu pada Kesalahan Akuntansi
Intern dan
Moralitas
Individu sebagai variabel
independen.
Kesalahan
Akuntansi sebagai variabel dependen
Intern berpengaruh
negatif pada kesalahan
akuntansi. Moralitas Individu juga
berpengaruh negatif
pada kesalahan
akuntansi
Sulaiman dan
Zulkarnaini (2015)
Pengaruh Pengendalian
Internal, Kesesuaian Kompensasi, dan
Ketaatan Aturan
terhadap Kecurangan
Akuntansi (Studi pada Pemerintah
Lhokseumawe)
Pengendalian
Internal, Keseuaian
Kompensasi dan
Ketaatan Aturan
sebagai variabel independen.
Kecurangan
Akuntansi sebagai variabel
dependen.
Pengendalian internal
berpengaruh terhadap terjadinya kecurangan
akuntansi. Kesesuaian
kompensasi
berpengaru h secara signifikan terhadap
terjadinya kecurangan
akuntansi.
Susandra dan
Hartina (2017) Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kecenderungan Fraud
pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Bogor
Opportunity,
Rationalization, dan Collusin
sebagai variabel
independen. Kecenderungan
Fraud sebagai
variabel dependen
Opportunity dan
Collusin berpengaruh terhadap
kecenderungan fraud
sedangkan rationalization tidak
berpengaruh terhadap
kecenderungan fraud
Ahriati, et al., (2015) Pengaruh sistem
pengendalian internal,
ketaatan aturan
akuntansi dan kesesuaian kompensasi
terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi pada pemerintah daerah
Kabupaten Lombok
Timur
Sistem pengendalian
internal, ketaatan
aturan akuntansi dan kesesuaian
kompensasi
sebagai variabel independen.
Kecenderungan
kecurangan
akuntansi sebagai variabel dependen
Sistem pengendalian internal, ketaatan
aturan akuntansi dan
kesesuaian kompensasi berpengaruh nterhadap
kecenderungan
kecurangan akuntansi, secara simultan
variabel bebas
berpengaruh negative
dan signifikan terhadap
kecenderungan
kecurangan akuntansi
Udayani dan
Sari, (2017) Pengaruh sistem
pengendalian internal
dan moralitas individu
terhadap kecenderungan
Sistem
pengendalian
internal dan
moralitas individu
Sistem pengendalian
internal dan moralitas
individu berpengaru
negatif terhadap
27
akuntansi sebagai variabel
independen.
Kecurangan akuntansi sebagai
variabel dependen
kecenderungan
keccurangan akuntansi
Tarigan (2016) Pengaruh Moralitas
Individu, Asimetri Informasi, Efektivitas
Pengendalian Internal,
dan Ketaatan Aturan Akuntansi terhadap
Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi
(Studi pada BUMD Provinsi Riau)
Moralitas
individu, asimetri informasi,
efektivitas
pengendalian internal, dan
ketaatan aturan
akuntansi sebagai
sebagai variabel dependen.
Kecenderungan
kecurangan akuntansi sebagai
variabel dependen
Moralitas individu dan
pengendalian internal memiliki pengaruh
signifikan negatif
terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi,
sedangkan asimetri
informasi dan ketaatan aturan akuntansi
berpengaruh signifikan
terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi
Mustikasari
(2013) Faktor-faktor yang
mempengaruhi fraud di Sektor Peemerintah
Kabupaten Batang
Penegakan
hukum, keefektifan
pengendalian
internal, asimetri informasi,
kesesuaian
kompensasi, keadilan
prosedural,
budaya etis
manajemen dan komitmen.
Pengaruh negatif
antara Penegakan hukum, keefektifan
pengendalian internal,
kesesuaian kompensasi, budaya
etis manajemen dan
komitmen organisasi dengan kecurangan
(fraud) di sektor
pemerintah. Terdapat
pengaruh positif asimetri informasi
dengan kecurangan
(fraud)
Setiawan dan
Helmayunita,
2017
Pengaruh Pengendalian
Internal, Tekanan
Finansial, dan Moralitas
Individu terhadap kecenderungan
Kecurangan Akuntansi
(Studi Eksperimen pada Konteks Pemerintahan
Daerah)
Pengendalian
Internal, Tekanan
Finansial dan
Moralitas Individu sebagai
Variabel
Independen. Kecenderungan
Kecurangan
Akuntansi sebagia
Variabel Dependen
Sistem pengendalian
internal organisasi
dapat mengurangi
kecenderungan individu untuk
melakukan kecurangan
akuntansi. Tekanan finansial dapat
mempengaruhi
kecenderungan
individu untuk melakukan kecurangan
akuntansi
28
Setiawan,
Adiputra,
danYuniarti (2015)
Pengaruh Sistem
Pengendalian Intern,
Asimetri Informasi, dan Keadilan Organisasi
terhadap Kecurangan
(Fraud) (Studi Empiris
pada Bank Perkreditan Rakyat Se-Kabupaten
Buleleng
Sistem
Pengendalian
Intern, Asimetri Informasi, dan
Keadilan
Organisasi
sebagai Variabel Independen.
Kecurangan
(Fraud) sebagai variabel
Dependen
Hasil dalam penelitian
ini menunjukkan
bahwa (1) sistem pengendalian intern
berpengaruh signifikan
negatif terhadap
kecurangan (fraud), (2) asimetri informasi
tidak berpengaruh
signifikan terhadap kecurangan (fraud), (3)
keadilan organisasi
berpengaruh signifikan negatif terhadap
kecurangan (fraud).
Prawitasari dan
Putra, (2019) Pengaruh Perilaku
Oportunistik, Asimetri Informasi, Moralitas
Manajemen dan
Kesesuaian Kompensasi Pada Praktik
Kecurangan Akuntansi
Pengaruh Perilaku
Oportunistik, Asimetri
Informasi,
Moralitas Manajemen dan
Kesesuaian
Kompensasi
sebagai variabel independen.
Praktik
Kecurangan Akuntansi sebagai
variabel
Dependen
Perilaku Oportunistik
berpengaruh pada kecurangan akuntansi.
Asimetri informasi
berpengaruh pada kecurangan akuntansi.
Moralitas manajemen
tidak berpengaruh
pada kecurangan akuntansi dan
kesesuaian kompensasi
berpengaruh pada kecurangan
Korompis et al., (2018) Pengaruh Moralitas
Individu, Asimetri
Informasi dan
Keefektifan Pengendalian Internal
terhadap Kecenderungan
Fraud Berdasarkan Persepsi Pada Badan
Pengelola Keuangan dan
Barang Milik Daerah
Provinsi Sulawesi Utara
Moralitas Individu, Asimetri
Informasi dan
Keefektifan Pengendalian
Internal sebagai
variabel independen,
Kecenderungan
Fraud sebagai
variabel dependen
moralitas individu memiliki pengaruh
signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan, asimetri
informasi memiliki
pengaruh signifikan terhadap
kecenderungan
kecurangan dan
keefektifan pengendalian internal
memiliki pengaruh
signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan.
Jannah et al.,
(2018) Pengaruh Moralitas
Aparat dan Asimetri
Moralitas Aparat
dan Asimetri
Moralitas aparat
berpengaruh negatif signifikan terhadap
29
Informasi Terhadap
Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi (Studi Pada
Pemerintahan Kota
Malang)
Informasi sebagai
variabel
independen, Kecenderungan
Kecurangan
Akuntansi sebagai
variabel dependen
terhadap
kecenderungan
kecurangan akuntansi dan Asimetri Informasi
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi
Mahendra et al., (2019) Penegakan Peraturan,
Keefektifan
Pengendalian Internal,
Asimetri Informasi dan
Keadilan Kompensasi dalam Mempengaruhi
Kecenderungan Fraud
Pengadaan Barang/Jasa Pada Pemerintah Kota
Surakarta
Penegakan Peraturan,
Keefektifan
Pengendalian
Internal, Asimetri Informasi dan
Keadilan
Kompensasi sebagai variabel
independen dalam
Mempengaruhi Kecenderungan
Fraud
Penegakan peraturan dan keefektifan
pengendalian internal
berpengaruh positif
tidak signifikan pada kecenderungan fraud.
Asimetri informasi dan
keadilan kompensasi berpengaruh positif
signifikan pada
kecenderungan kecurangan (fraud).
Putra dan
Latrini, (2018) Pengaruh Pengendalian
Internal, Budaya Organisasi, dan
Moralitas Pada
Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Di
Lpd Sekabupaten
Gianyar
Pengendalian
Internal, Budaya Organisasi, dan
Moralitas sebagai
variabel independen,
Kecenderungan
Kecurangan
(Fraud) sebagai variabel
dependen.
Pengendalian Internal,
Budaya Organisasi, dan Moralitas
berpengaruh negatif
pada Kecenderungan Kecurangan (Fraud) di
LPD se-Kabupaten
Gianyar.
Widjajanti dan Wahyuni (2019) Pengaruh Moralitas
Aparat dan Asimetri
Informasi Terhadap
Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi
Moralitas Aparat dan Asimetri
Informasi sebagai
variabel
independen, Kecenderungan
Kecurangan
Akuntansi sebagai variabel dependen
Terdapat pengaruh signifikan secara
serempak atau
simultan dari variabel
moralitas aparat dan asimetri informasi
terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi,
Moralitas aparat
mempunyai pengaruh
yang signifikan secara parsial terhadap
kecenderungan
kecurangan akuntansi
30
dan asimetri informasi
tidak memiliki
pengaruh yang signifikan secara
parsial terhadap
kecenderungan
kecurangan akuntansi.
Ridhawati et al.,
(2019) Pengaruh Keefektifan
Pengendalian Internal
dan Kesesuaian terhadap Perilaku Tidak Etis Pada
PT IQOO Vivo
Kalimantan
Keefektifan
Pengendalian
Internal dan Kesesuaian
sebagai variabel
independen,
Perilaku Tidak Etis sebagai
variabel dependen
Keefektifan
pengendalian internal
dan kesesuaian kompensasi
berpengaruh negatif
terhadap perilaku tidak
etis baik secara parsial maupun secara
simultan.
Mahawyahrti dan Budiasih,
(2017)
Asimetri Informasi, Leverage, Dan Ukuran
Perusahaan Pada
Manajemen Laba
Asimetri Informasi,
Leverage, dan
Ukuran
Perusahaan sebagai variabel
independen,
Manajemen Laba sebagai variabel
dependen
Asimetri Informasi berpengaruh positif
pada manajemen laba,
leverage berpengaruh
positif pada manajemen laba dan
ukuran perusahaan
berpengaruh negatif pada manajemen laba
Indriastuti,
Agusdin dan Animah (2016)
Analisis Pengaruh
Asimetri Informasi, Pengendalian Internal,
Persepsi Kesesuaian
Kompensasi, Moralitas individu, Dan Ketaatan
Aturan Akuntansi
Terhadap Kecurangan Akuntansi
Asimetri
Informasi, Pengendalian
Internal, Persepsi
Kesesuaian Kompensasi,
Moralitas
individu, Dan Ketaatan Aturan
Akuntansi sebagai
variabel
independen, Kecurangan
Akuntansi sebagai
variabel
Asimetri Informasi
berpengaruh positif dan signifikan yang
berarti meningkatkan
peluang terjadinya kecurangan.
Pengendalian internal,
persepsi kesesuaian kompensasi, moralitas
individu berpengaruh
negatif dan signifikan,
hal ini dapat mengurangi peluang
terjadinya kecurangan
akuntansi secara efektif. Sedangkan
ketaatan aturan
akuntansi tidak
berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi
disebabkan belum
adanya reward dan
31
punishment pengelola
akuntansi terhadap
implementasi aturan yang ditetapkan.
Penelitian ini dilakukan oleh Chandrayatna dan Sari (2019) dengan judul
penelitian “Pengaruh Pengendalian Internal, Moralitas Individu dan Budaya Etis
Organisasi pada Kecenderungan Kecurangan Akuntansi”. Dengan hasil
penelitian yaitu Pengendalian internal berpengaruh negatif pada kecenderungan
kecurangan akuntansi, Moralitas Individu berpengaruh negatif pada
kecenderungan kecurangan akuntansi, budaya etis organisasi berpengaruh negatif
pada kecenderungan kecurangan akuntansi.
Penelitian ini dilakukan oleh Marlina, Rifa’I dan Surasni (2019) dengan
judul penelitian “Persepsi Karyawan mengenai Pengaruh Efektifitas
Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi dan Kesesuaian Kompensasi
terhadap Kecurangan”. Dengan hasil penelitian yaitu Efektifitas pengendalian
internal dan kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi, sedangkan ketaatan aturan akuntansi memiliki pengaruh
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Penelitian ini dilakukan oleh Tarigan, (2016) dengan judul penelitian
“Pengaruh Moralitas Individu, Asimetri Informasi, Efektivitas Pengendalian
Internal, dan Ketaatan Aturan Akuntansi terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi (Studi pada BUMD Provinsi Riau)”. Dengan hasil penelitian yaitu,
Moralitas individu dan pengendalian internal memiliki pengaruh signifikan
negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, sedangkan asimetri
32
informasi dan ketaatan aturan akuntansi berpengaruh signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi.
Penelitian ini dilakukan oleh Dennyningrat dan Suputra (2018) dengan
judul penelitian “Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan
Moralitas Individu pada Kesalahan Akuntansi”. Dengan hasil penelitian yaitu,
menyatakan bahwa Sistem Pengendalian Intern berpengaruh negatif pada
kesalahan akuntansi. Moralitas Individu juga berpengaruh negatif pada kesalahan
akuntansi
Penelitian ini dilakukan oleh Sulaiman dan Zulkarnaini (2015) dengan
judul penelitian “Pengaruh Pengendalian Internal, Kesesuaian Kompensasi, dan
Ketaatan Aturan terhadap Kecurangan Akuntansi (Studi pada Pemerintah
Lhokseumawe). Dengan hasil penelitian yaitu, Pengendalian internal berpengaruh
terhadap terjadinya kecurangan akuntansi. Kesesuaian kompensasi berpengaruh
secara signifikan terhadap terjadinya kecurangan akuntansi. Ketaatan aturan
berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya kecurangan akuntansi.
Penelitian ini dilakukan oleh Susandra dan Hartina (2017) dengan judul
penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Fraud
pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Bogor”. Dengan hasil
penelitian yaitu, Opportunity dan Collusin berpengaruh terhadap kecenderungan
fraud sedangkan rationalization tidak berpengaruh terhadap kecenderungan fraud.
Penelitian ini dilakukan oleh Ahriati, et al., (2015) dengan judul penelitian
“Pengaruh sistem pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi dan
kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada
33
pemerintah daerah Kabupaten Lombok Timur”. Dengan hasil penelitian yaitu,
Sistem pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi dan kesesuaian
kompensasi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, secara
simultan variabel bebas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi pada pemerintah daerah Kabupaten Lombok
Timur.
Penelitian ini dilakukan oleh Udayani dan Sari, (2017) dengan judul
penelitian “Pengaruh sistem pengendalian internal dan moralitas individu
terhadap kecenderungan akuntansi. Dengan hasil penelitian yaitu, Sistem
pengendalian internal dan moralitas individu berpengaru negatif terhadap
kecenderungan keccurangan akuntansi.
Penelitian ini dilakukan oleh Mustikasari (2013) dengan judul penelitian
“Faktor-faktor yang mempengaruhi fraud di Sektor Peemerintah Kabupaten
Batang. Dengan hasil penelitian yaitu, Pengaruh negatif antara Penegakan hukum,
keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, budaya etis manajemen
dan komitmen organisasi dengan kecurangan (fraud) di sektor pemerintah.
Terdapat pengaruh positif asimetri informasi dengan kecurangan (fraud) di sektor
pemerintah. Tidak terdapat pengaruh antara keadilan prosedural dengan
kecurangan (fraud) di sektor pemerintah.
Penelitian ini dilakukan oleh Seiawan dan Helmayunita, 2017 dengan
judul penelitian “Pengaruh Pengendalian Internal, Tekanan Finansial, dan
Moralitas Individu terhadap kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi
Eksperimen pada Konteks Pemerintahan Daerah)”. Dengan hasil penelitian yaitu
34
Sistem pengendalian internal organisasi dapat mengurangi kecenderungan
individu untuk melakukan kecurangan akuntansi. Tekanan finansial dapat
mempengaruhi kecenderungan individu untuk melakukan kecurangan akuntansi.
Dengan adanya sistem pengendalian internal, tekanan finansial tidak dapat
meningkatkan kecenderungan individu untuk melakukan tindakan kecurangan
akuntansi.
Penelitian ini dilakukan oleh Setiawan, Adiputra, dan Yuniarti (2015)
dengan judul penelitian “Pengaruh Sistem Pengendalian Intern, Asimetri
Informasi, dan Keadilan Organisasi terhadap Kecurangan (Fraud) (Studi Empiris
pada Bank Perkreditan Rakyat Se-Kabupaten Buleleng”. Dengan hasil penelitian
yaitu Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa (1) sistem pengendalian
intern berpengaruh signifikan negatif terhadap kecurangan (fraud), (2) asimetri
informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan (fraud), (3) keadilan
organisasi berpengaruh signifikan negatif terhadap kecurangan (fraud).
Penelitian ini dilakukan oleh Prawitasari dan Putra, (2019) dengan judul
penelitian “Pengaruh Perilaku Oportunistik, Asimetri Informasi, Moralitas
Manajemen dan Kesesuaian Kompensasi Pada Praktik Kecurangan Akuntansi”.
Dengan hasil penelitian yaitu Perilaku Oportunistik berpengaruh positif pada
kecurangan akuntansi. Asimetri informasi berpengaruh positif pada kecurangan
akuntansi. Moralitas manajemen tidak berpengaruh negatif pada kecurangan
akuntansi dan kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif pada kecurangan
akuntansi pada Pemerintah Daerah di Kabupaten Jembrana.
35
Penelitian ini dilakukan oleh Korompis et al., (2018) dengan judul
penelitian “Pengaruh Moralitas Individu, Asimetri Informasi dan Keefektifan
Pengendalian Internal terhadap Kecenderungan Fraud Berdasarkan Persepsi
Pada Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi
Utara”. Dengan hasil penelitian menunjukkan moralitas individu memiliki
pengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan kecurangan, asimetri
informasi memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kecenderungan
kecurangan dan keefektifan pengendalian internal memiliki pengaruh signifikan
negatif terhadap kecenderungan kecurangan.
Penelitian ini dilakukan oleh Jannah et al., (2018) dengan judul penelitian
“Pengaruh Moralitas Aparat dan Asimetri Informasi Terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi (Studi Pada Pemerintahan Kota Malang)”. Dengan hasil
penelitian yaitu Moralitas aparat berpengaruh negatif signifikan terhadap terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi dan Asimetri Informasi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Penelitian ini dilakukan oleh Mahendra et al., (2019) dengan judul
penelitian “Penegakan Peraturan, Keefektifan Pengendalian Internal, Asimetri
Informasi dan Keadilan Kompensasi dalam Mempengaruhi Kecenderungan
Fraud Pengadaan Barang/Jasa Pada Pemerintah Kota Surakarta”. Dengan hasil
penelitian menunjukkan bahwa penegakan peraturan dan keefektifan pengendalian
internal berpengaruh positif tidak signifikan pada kecenderungan fraud. Asimetri
informasi dan keadilan kompensasi berpengaruh positif signifikan pada
kecenderungan kecurangan (fraud).
36
Penelitian ini dilakukan oleh Putra dan Latrini, (2018) dengan judul
penelitian “Pengaruh Pengendalian Internal, Budaya Organisasi, Dan Moralitas
Pada Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Di Lpd Sekabupaten Gianyar”.
Dengan hasil penelitian yaitu Pengendalian Internal, Budaya Organisasi, dan
Moralitas berpengaruh negatif pada Kecenderungan Kecurangan (Fraud) di LPD
se-Kabupaten Gianyar.
Penelitian ini dilakukan oleh Widjajanti dan Wahyuni (2019) dengan judul
penelitian “Pengaruh Moralitas Aparat dan Asimetri Informasi Terhadap
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi”. Dengan hasil penelitian yaitu terdapat
pengaruh signifikan secara serempak atau simultan dari variabel moralitas aparat
dan asimetri informasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, Moralitas
aparat mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi dan asimetri informasi tidak memiliki
pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi.
Penelitian ini dilakukan oleh Ridhawati et al., (2019) dengan judul
penelitian “Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal dan Kesesuaian
terhadap Perilaku Tidak Etis Pada PT IQOO Vivo Kalimantan”. Dengan hasil
penelitian menunjukkan bahwa keefektifan pengendalian internal dan kesesuaian
kompensasi berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak etis baik secara parsial
maupun secara simultan.
Penelitian ini dilakukan oleh Mahawyahrti dan Budiasih, (2017) dengan
judul penelitian “Asimetri Informasi, Leverage, Dan Ukuran Perusahaan Pada
37
Manajemen Laba”. Dengan hasil penelitian yaitu Asimetri Informasi berpengaruh
positif pada manajemen laba, leverage berpengaruh positif pada manajemen laba
dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada manajemen laba.
Penelitian ini dilakukan oleh Indriastuti, Agusdin dan Animah (2016)
dengan judul “Analisis Pengaruh Asimetri Informasi, Pengendalian Internal,
Persepsi Kesesuaian Kompensasi, Moralitas individu, Dan Ketaatan Aturan
Akuntansi Terhadap Kecurangan Akuntansi”. Dengan hasil penelitian yaitu
Asimetri Informasi berpengaruh positif dan signifikan yang berarti meningkatkan
peluang terjadinya kecurangan. Pengendalian internal, persepsi kesesuaian
kompensasi, moralitas individu berpengaruh negatif dan signifikan, hal ini dapat
mengurangi peluang terjadinya kecurangan akuntansi secara efektif. Sedangkan
ketaatan aturan akuntansi tidak berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi
disebabkan belum adanya reward dan punishment pengelola akuntansi terhadap
implementasi aturan yang ditetapkan.
2.8 Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengidentifikasi tiga variabel yaitu Kesesuaian
Kompensasi (X1), Asimetri Informasi (X2), Moralitas (X3), dan Kecenderungan
Fraud (Y).
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel
dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
kecenderungan fraud. Kecenderungan fraud merupakan suatu tindakan yang
dilakukan untuk mempeoleh keuntungan pribadi secara tidak wajar seperti
menutupi kebenaran, penipuan, manipulasi, kelicikan atau mengelabui yang dapat
38
berupa salah saji atas laporan keuangan, korupsi, dan penyalahgunaan aset, yang
digunakan dalam mengukur variabel kecenderungan fraud yaitu: (a)
kecenderungan untuk melakukan manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan
akuntansi atau dokumen pendukungnya; (b) kecenderungan untuk melakukan
penyajian yang salah atau penghilangan peristiwa, transaksi, atau informasi yang
signifikan dari laporan keuangan; (c) kecenderungan untuk melakukan salah
menerapkan prinsip akuntansi secara sengaja; (d) kecenderungan untuk
melakukan penyajian laporan keuangan yang salah akibat pencurian
(penyalahgunaan atau penggelapan) terhadap aktiva yang membuat entitas
membayar barang atau jasa yang tidak diterima; (e) kecenderungan untuk
melakukan penyajian laporan keuangan yang salah akibat perlakuan yang tidak
semestinya terhadap aktiva dan disertai dengan catatan atau dokumen palsu dan
menyangkut satu atau lebih individu di antara manajemen, karyawan atau pihak
ketiga.
Variabel independen pertama dalam penelitian ini adalah kesesuaian
kompensasi. Kesesuaian kompensasi merupakan kecocokan dan kepuasan
karyawan/pegawai/pekerja atas apa yang diberikan instansi kepada mereka baik
berupa upah perjam maupun gaji secara periodic sebagai balasan dari pekerjaan
yang telah dilaksanakan. Variabel independen kedua dalam penelitian ini adalah
asemetri informasi. Asimetri informasi merupakan situasi yang terbentuk karena
principal (pemegang saham) tidak memiliki informasi yang cukup mengenai
kinerja agent (para manajer) sehingga principal tidak pernah dapat menentukan
kontribusi usaha-usaha agent terhadap hasil-hasil perusahaan yang
39
sesungguhnya.Variabel independen ketiga dalam penelitian ini adalah moralitas.
Moralitas merupakan sikap dan perilaku yang baik, dimana setiap individu akan
berusaha melakukan tugasnya sebaik mungkin dan tidak meminta balasan.
Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.9 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan judul, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka
konseptual, maka disusun hipotesis sebagai berikut:
H1: Diduga bahwa Kesesuaian Kompensasi berpengaruh terhadap kecenderungan
fraud pada PT Sumber Graha Sejahtera Kabupaten Luwu.
Kesesuaian
Kompensasi
X1
Asimetri
Informasi
X2
Moralitas
X3
Kecenderunga
n Fraud
Y
40
H2: Diduga bahwa Asimetri Informasi berpengaruh terhadap kecenderungan
fraud pada PT Sumber Graha Sejahtera Kabupaten Luwu.
H3: Diduga bahwa Moralitas berpengaruh terhadap kecenderungan fraud pada
PT Sumber Graha Sejahtera Kabupaten Luwu.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.
Tujuan dari penelitian ini untuk menguji hipotesis penelitian yang berkaitan
dengan subjek yang diteliti. Hasil pengujian dapat digunakan sebagai dasar untuk
menarik kesimpulan penelitian, mendukung atau menolak hipotesis yang
dikembangkan dari telaah teoritis. Penelitian kuantitatif dilakukan pada sampel
yang diambil berdasarkan kriteria, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat
digeneralisasikan pada populasi dimana sampel tersebut diambil. Metode ini
disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT Sumber Graha Sejahtera (SGS) di
Kabupaten Luwu yang beralamatkan di Jl. Andi Maradang, Desa Barowa,
Kecamatan Bua. Penelitian ini dilaksanakan ± 2 bulan dimulai dari Juli-Agustus
2020 dengan melakukan penyebaran kuisioner.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014: 115).
42
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staf yang bekerja di PT Sumber
Graha Sejahtera Kabupaten Luwu, dengan jumlah 104 orang. Penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling sebagai metode penentuan sampel.
Kriteria penentuan sampel pada penelitian ini yaitu staf yang memiliki
pengalaman kerja minimal 1 tahun dan jenjang pendidikan minimal S1. Adapun
staf yang masuk dalam kriteria yaitu sebanyak 80 staf. Jumlah 80 sudah
memenuhi kriteria dalam teknik purposive sampling karena dari semua sampel
tersebut, sebanyak 80 staf memiliki pendidikan minimal S1 dan telah bekerja
lebih dari 1 tahun.
Responden dalam penelitian ini adalah staf yang bekerja pada PT Sumber
Graha Sejahtera Kabupaten Luwu. Pada Penelitian ini, peneliti mendapatkan data
melalui penyebaran kuesioner pada PT Sumber Graha Sejahtera Kabupaten Luwu
sebanyak 80 sampel dan diberikan kepada Staf PT Sumber Graha Sejahtera
Kabupaten Luwu yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Jumlah Kuesioner
yang dikembalikan dan dapat digunakan sebanyak 50 sampel atau tingkat
pengembalian data kuesioner sebanyak 62,5 persen. Adapun rincian dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 3.1Pengumpulan Data Primer Penelitian
No. Keterangan Jumlah Kuesioner Presentase
1 Distribusi kuesioner 80 100%
2 Kuesioner Kembali 50 62,5%
3 Kuesioner cacat/tidak kembali 30 39,5%
4 Kuesioner yang dapat diolah 50 62,5%
n sampel yang kembali = 50
Responden rate = 50 x 100%
80
= 62,5%
Sumber: Data Primer yang diolah (2020)
43
Sebanyak 50 Staf yang bekerja di PT Sumber Graha Sejahtera Kabupaten
Luwu berhasil dikumpulkan sebagai responden dalam penelitian ini. Demografi
responden dapat diklasifikasi berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.2 Jenis Kelamin Responden
No Jenis Kelmin Frekuensi Presentse
1 Laki-laki 32 64%
2 Perempuan 18 36%
3 Jumlah 50 100% Sumber: Data Primer yang diolah 2020
Berdasarkan Tabel 3.2 diatas, maka dapat dijelaskan bahwa persentase
responden dalam penelitian ini didominasi oleh jenis kelamin Laki-laki yaitu 32
orang atau dalam bentuk persentase 64%, sementara responden Perempuan
berjumlah 18 orang atau dalam bentuk persentase 36%. Hal ini bisa dijadikan
gambaran bahwa Staf PT Sumber Graha Sejahtera Kabupaten Luwu didominasi
oleh Staf Laki-laki.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
yaitu data yang diperoleh dari PT Sumber Graha Sejahtera (SGS) di
Kabupaten Luwu dalam bentuk angka-angka yang masih perlu di analisis
kembali seperti jumlah karyawan serta data lainnya yang menunjang
pembahasan ini.
44
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu
data yang diperoleh melalui hasil penelitian secara langsung terhadap sumber
yang diamati dan dicatat untuk pertama kalinya melalui pengamatan terhadap
objek yang diteliti. Data primer ini diperoleh melalui hasil kuisioner yang
diberikan berdasarkan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan kesesuaian
kompensasi, asimetri informasi, moralitas, dan kecenderungan fraud.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian yaitu dengan menggunakan kuesioner
(Questionere), yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan memberikan daftar
Pernyataan terkait dengan obyek yang akan diteliti, kepada pihak yang berwenang
dalam PT Sumber Graha Sejahtera Kabupaten Luwu.
3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Bagian ini berisi tentang variabel dependen dan tiga variabel independen serta
menjelaskan lebih operasional tentang variabel-variabel yang terkait. Variabel
dependen adalah kecenderungan fraud, sedangkan variabel independen adalah
kesesuaian kompensasi, asimetri informasi, dan moralitas.
Tabel 3.3 Definisi Operasional variabel
No Variabel Definisi Indikator Skala
Penguk
uran
1 Kesesuaian
Kompensasi
(X1)
Kesesuaian kompensasi
adalah segala sesuatu yang
diterima karyawan yang
diberikan oleh organisasi
sebagai balas jasa atas apa
yang telah dikerjakan oleh
karyawan tersebut.
Kompensasi
keuangan
Pengakuan
perusahaan atas
keberhasilan dalam
melaksanakan
Ordinal
45
Kesesuaian kompensasi
dimaksudkan bahwa
imbalan yang diterima
karyawan atas jasa yang
diberikannya adalah sesuai
dengan pengorbananya.
pekerjaan
Promosi
Penyelesaian tugas
Pencapaian sasaran
Pengembangan
pribadi
2 Asimetri
Informasi
(X2)
Asimetri Informasi adalah
keadaan dimana
ketidakselarasan informasi
antara pihak manajer dan
pemegang saham yang
disebabkan karena
distribusi informasi yang
tidak sama antara kedua
belah pihak
Situasi dimana
manajemen
memiliki informasi
yang lebih atas
aktivitas yang
menjadi tanggung
jawabnya dibanding
pihak luar.
Situasi dimana
manajemen lebih
mengerti apa yang
dapat dicapai dalam
bidang yang
menjadi tanggung
jawabnya.
Ordinal
3 Moralitas
(X3)
Moralitas yaitu Kualitas
yang menunjukkan baik
atau buruknya perbuatan
seseorang.
Pra-conventional
Conventional
Post-conventional
Ordinal
4 Kecenderung
an Fraud (Y)
Kecenderungan fraud
adalah suatu kesalahan
yang dilakukan secara
sengajasehingga
menimbulkan banyak
kerugian yang
dimaksudkan untuk
mengambil harta atau hak
orang lain.
Kecenderungan
untuk melakukan
manipulasi atau
pemalsuan
Kecenderungan
untuk melakukan
hal yang salah
Kecenderungan
untuk melakukan
salah menerapkan
prinsip akuntansi
secara sengaja.
Ordinal
46
3.7 Instrumen Penelitian
Penelitian ini melakukan uji instrumen yang bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar tingkat keakuratan dan konsistensi data yang dikumpulkan. Uji instrumen
dalam penelitian ini terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas. Data ordinal (skor
kuisioner) dalam penelitian ini terlebih dahulu ditransformasi menjadi data
interval, selanjutnya peneliti melakukan pengujian statistik deskriptif. Statistik
deskriptif digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel yang diteliti.
3.8 Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi
linear berganda, yaitu untuk mengetahui ketergantungan variabel terikat dengan
variabel-variabel bebas, serta untuk mengetahui ketergantungan variabel terikat
dengan variabel-variabel bebas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh kesesuaian kompensasi, asimetri informasi dan moralitas terhadap
kecenderungan fraud. selain itu penelitian ini juga disertai dengan uji validitas, uji
reliabilitas, analisis regresi berganda.
1. Uji Validitas
Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika suatu pertanyaan pada kuesioner mampu
mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Perhitungan
yang akan dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS.
Dimana validitas data diukur dengan membandingkan r hitung dan r tabel, jika:
1) Apabila r hitung > r tabel (pada taraf signifikansi 5%), maka dapat
dikatakan kuesioner tersebut valid.
47
2) Apabila r hitung < r tabel (pada taraf signifikasi 5%), maka dapat
dikatakan kuesioner tersebut tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel, dan kuesioner dikatakan reliable atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk menguji konsistensi
kuesioner dalam mengukur suatu variabel yang sama. Hasil yang didapat
sangat tergantung pada kesungguhan responden dalam menjawab semua item
pertanyaan.
3. Analisis Regresi Berganda
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda yang bertujuan untuk membantu memprediksi nilai suatu
variabel dependen oleh lebih dari variabel independen (Suyana Utama, 2016:
77). Model regresi linear berganda yang digunakan adalah dengan
menggunakan rumus:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Keterangan:
Y = Kecenderungan Fraud
α = Konstanta
β1 = Koefisien regresi variabel kesesuaian kompensasi
β2 = Koefisien regresi variabel asimetri informasi
β3 = Koefisien regresi variabel moralitas
48
X1 = Kesesuaian kompensasi
X2 = Asimetri Informasi
X3 = Moralitas
e = Error
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
Pada mulanya PT. Sumber Graha Sejahtera (SGS) didirikan dengan Akte
Pendirian No. 11 tanggal 18 November oleh Notaris Soeleman Ardjosmita, SH
Dengan nama untuk pertama kalinya adalah PT. Palopo Plywood yang kemudian
berdasarkan akte perubahan oleh notaris yang sama No. 28 tanggal 11 september
1973 yang dibuat untuk mengubah nama menjadi PT. Panca Usaha Plywood
namun pada tanggal 1 januari 1975 pabrik dinyatakan tutup dan kepemilikan
saham telah dihibahkan seluruhnya ke PT. Tri Usaha Bhakti. Pada tanggal 27
april 1978 ditandatangani surat perjanjian eksploitasi antara PT. Tri Usaha Bhakti
dengan PT. Nelly Dwi Putra yang diwakili Bapak Hasan Sunarko. Direktur Utama
PT. Panca Usaha Palopo Plywood (Bapak R.S. Dawoed diangkat menjadi Project
Officer dibantu staff officer masing-masing).
Setelah perjanjian eksploitasi ditandatangani oleh PT. Nelly Dwi Putri
segera di persiapkan segala sesuatunya dan dalam waktu satu bulan, pabrik yang
sudah tiga setengah tahun lamanya asset mulai produksi komersial pada tanggal 1
juni 1978 yang kemudian tanggal 1 juni diperingati sebagai ulang tahun PT. Panca
Usaha Palopo Plywood yaitu tanggal dimulainya produksi komersial. Selanjutnya
pada tanggal 06 November 2017 berubah nama menjadi PT. Sumber Graha
Sejahtera (SGS) Cabang Luwu.
50
4.1.1 Visi Misi Perusahaan
Adapun visi dan misi PT. Sumber Graham Sejahtera (SGS)
1. Visi
Pemberdayaan pemenang yang menginspirasi masa depan yang berkelanjutan
bagi semua.
2. Misi
a. Menggunakan Sumber yang Berkelanjutan
Berkomitmen untuk mengambil bahan baku dari pemasok ecoforest yang
berkelanjutan serta bertekad membangun masa depan yang lebih baik.
b. Pemberdayaan Manusia
Melibatkan, berkolaborasi, dan memberdayakan karyawan sebagai aset
utama perusahaan untuk memastikan masa depan yang berkelanjutan bagi
semua pihak.
c. Mendorong Nilai Ekonomi
Sebagai pemimpin industry melalui solusi yang inovatif dan berkelanjutan
di mana pun kami berada.
51
4.1.2 Struktur Organisasi
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
4.2 Deskripsi Statistik
Analisis statistik deskriptif ini meliputi tabel, rata-rata (mean), standar deviasi,
nilai maksimum, nilai minimum, dan jumlah penelitian sehingga penelitian ini
menggunakan statistik deskriptif. Berikut ini adalah hasil analisis statistik
deskriptif yang diolah dengan menggunakan Spss versi 24 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Uji Statistik Deskriptif Kesesuaian Kompensasi
X1.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
STS 19 38.0 38.0 38.0
N 17 34.0 34.0 72.0
S 10 20.0 20.0 92.0
SS 4 8.0 8.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sumber : Data diolah diSPSS tahun 2020
52
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diatas dapat disimpulkan bahwa
variabel Kesesuaian Kompensasi yang menjawab "Sangat tidak setuju" 19 orang
atau 38%, yang menjawab "Netral" 17 orang atau 34%, yang menjawab "Setuju"
10 orang atau 20%, dan yang menjawab "Sangat setuju" 4 orang atau 8% maka
mean dari jawaban responden adalah 2,60 atau rata-rata menjawab Sangat tidak
setuju.
Tabel 4.2 Uji Statistik Deskriptif Kesesuaian Kompensasi
X1.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
N 4 8.0 8.0 8.0
S 28 56.0 56.0 64.0
SS 18 36.0 36.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sumber : Data diolah diSPSS tahun 2020
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diatas dapat disimpulkan bahwa
variabel Kesesuaian kompensasi yang menjawab "Netral" 4 orang atau 8%, yang
menjawab "Setuju" 28 orang atau 56%, dan yang menjawab "Sangat setuju" 18
orang atau 36% maka mean dari jawaban responden adalah 4,28 atau rata-rata
menjawab Setuju.
Tabel 4.3 Uji Statistik Deskriptif Kesesuaian Kompensasi X1.3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
STS 19 38.0 38.0 38.0
N 17 34.0 34.0 72.0
S 10 20.0 20.0 92.0
SS 4 8.0 8.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sumber : Data diolah diSPSS tahun 2020
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diatas dapat disimpulkan bahwa
variabel kesesuaian kompensasi yang menjawab " Sangat tidak setuju" 19 orang
53
atau 38%, "Netral" 17 orang atau 34%, yang menjawab "Setuju" 10 orang atau
20% danyang menjawab "sangat setuju" 4 orang atau 8%, maka mean dari
jawaban responden adalah 2,60 atau rata-rata menjawab Netral.
Tabel 4.4 Uji Statistik Deskriptif Kesesuaian Kompensasi
X1.4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
N 4 8.0 8.0 8.0
S 28 56.0 56.0 64.0
SS 18 36.0 36.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sumber : Data diolah diSPSS tahun 2020
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diatas dapat disimpulkan bahwa
variabel Kesesuaian Kompensasi yang menjawab " Netral " 4 orang atau 8%, yang
menjawab "Setuju" 28 orang atau 56% danyang menjawab "Sangat setuju" 18
orang atau 36%, maka mean dari jawaban responden adalah 4,28 atau rata-rata
menjawab Setuju.
Tabel 4.5 Uji Statistik Deskriptif Kesesuaian Kompensasi
X1.5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
N 19 38.0 38.0 38.0
S 22 44.0 44.0 82.0
SS 9 18.0 18.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sumber : Data diolah diSPSS tahun 2020
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diatas dapat disimpulkan bahwa
variabel kesesuaian kompensasi yang menjawab "Netral" 19 orang atau 38%,
yang menjawab "Setuju" 22 orang atau 44% dan yang menjawab “Sangat setuju”
9 orang atau 18% maka mean dari jawaban responden adalah 3,80 atau rata-rata
menjawab Setuju.
54
Tabel 4.6 Uji Statistik Deskriptif Asimetri Informasi
X2.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
TS 2 4.0 4.0 4.0
N 5 10.0 10.0 14.0
S 37 74.0 74.0 88.0
SS 6 12.0 12.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sumber : Data diolah diSPSS tahun 2020
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diatas dapat disimpulkan bahwa
variabel Asimetri Informasi yang menjawab "Tidak setuju" 2 orang atau 4%, yang
menjawab "Netral" 5 orang atau 10%, yang menjawab "Setuju" 37 orang atau
74% danyang menjawab "Sangat setuju" 6 orang atau 12% maka mean dari
jawaban responden adalah 3,94 atau rata-rata menjawab setuju.
Tabel 4.7 Uji Statistik Deskriptif Asimetri Informasi
X2.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Va