75
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecurangan akuntansi akhir-akhir ini marak terjadi dan menjadi pusat perhatian berbagai media dunia maupun di Indonesia. Kecurangan atau fraud merujuk pada penyajian yang salah atau suatu fakta yang dilakukan oleh suatu pihak ke pihak lain dengan tujuan mengelabui dan membuat pihak lain tersebut meyakini fakta yang merugikan. Kecurangan yang ada di Indonesia adalah kasus pada Asuransi Jiwasraya yang telah memberikan laporan keuangan audit yang tidak lengkap serta adanya dugaan penggelapan dana investasi ke perusahaan tersebut, selain itu fraud janji investasi terlalu besar kemudian ditemukan aset-aset yang diinvestasikan tidak prudent dan laporan keuangan tidak di-disclose secara transparan (Kompas.com, 2019). Terdapat pula kasus kecurangan pada perusahaan Toshiba. Pada bulan Mei 2015, Toshiba mengejutkan seluruh dunia saat menyatakan bahwa perusahaannya tengah melakukan investigasi atas skandal akuntansi internal dan harus merevisi perhitungan laba dalam 3 tahun terakhir. Pengumuman tersebut sangat tidak disangka karena Toshiba telah menjadi lambang perusahaan Jepang yang sangat Kuat (Liputan6.com, 2015) Fraud merupakan permasalahan yang saat ini menjadi perhatian organisasi sektor publik dan sektor swasta di seluruh dunia. Tindakan fraud dalam organisasi atau ditempat kerja dapat dilakukan oleh semua pihak, mulai pegawai pelaksana sampai dengan manajemen puncak yang dapat menimbulkan kerugian bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.umpalopo.ac.id/697/3/BAB_201630152.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecurangan akuntansi akhir-akhir ini marak terjadi dan menjadi

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kecurangan akuntansi akhir-akhir ini marak terjadi dan menjadi pusat perhatian

    berbagai media dunia maupun di Indonesia. Kecurangan atau fraud merujuk pada

    penyajian yang salah atau suatu fakta yang dilakukan oleh suatu pihak ke pihak

    lain dengan tujuan mengelabui dan membuat pihak lain tersebut meyakini fakta

    yang merugikan.

    Kecurangan yang ada di Indonesia adalah kasus pada Asuransi Jiwasraya

    yang telah memberikan laporan keuangan audit yang tidak lengkap serta adanya

    dugaan penggelapan dana investasi ke perusahaan tersebut, selain itu fraud janji

    investasi terlalu besar kemudian ditemukan aset-aset yang diinvestasikan tidak

    prudent dan laporan keuangan tidak di-disclose secara transparan (Kompas.com,

    2019). Terdapat pula kasus kecurangan pada perusahaan Toshiba. Pada bulan Mei

    2015, Toshiba mengejutkan seluruh dunia saat menyatakan bahwa perusahaannya

    tengah melakukan investigasi atas skandal akuntansi internal dan harus merevisi

    perhitungan laba dalam 3 tahun terakhir. Pengumuman tersebut sangat tidak

    disangka karena Toshiba telah menjadi lambang perusahaan Jepang yang sangat

    Kuat (Liputan6.com, 2015)

    Fraud merupakan permasalahan yang saat ini menjadi perhatian organisasi

    sektor publik dan sektor swasta di seluruh dunia. Tindakan fraud dalam organisasi

    atau ditempat kerja dapat dilakukan oleh semua pihak, mulai pegawai pelaksana

    sampai dengan manajemen puncak yang dapat menimbulkan kerugian bagi

  • 2

    organisasi. Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menggambarkan

    secara skematis fraud di tempat kerja dalam bentuk fraud tree yang mempunyai

    tiga cabang utama yaitu corruption, asset misappropriation, dan fraudulent

    statement (Marlina et al., 2019).

    Kecenderungan fraud didorong oleh tindakan individu untuk

    memaksimalkan keuntungan pribadi. Salah satunya adalah adanya ketidakpuasan

    individu atas kesesuaian kompensasi yang diperoleh dari pekerjaan yang mereka

    kerjakan. Kompensasi dapat didefinisikan sebagai setiap bentuk penghargaan

    yang diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka

    berikan kepada organisasi, dengan kompensasi yang sesuai perilaku

    kecenderungan fraud dapat dikurangi. Individu diharapkan telah mendapatkan

    kepuasan dari kompensasi tersebut dan tidak melakukan kecurangan dalam

    akuntansi dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan pribadi (Sulaiman

    dan Zulkarnaini, 2016).

    Penelitian yang dilakukan oleh Ahriati et al., (2015) menunjukkan bahwa

    kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap kecenderungan fraud. Penelitian ini

    sejalan dengan Sulaiman dan Zulkarnaini, (2016) yang menunjukkan bahwa

    kesesuaian kompensasi berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya

    kecurangan akuntansi pada Pemerintah Lhokseumawe, berbeda dengan hasil

    penelitian Mustikasari, (2013) yang mengatakan bahwa terdapat pengaruh negatif

    antara kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan fraud yang berarti bahwa

    semakin sesuai kompensasi yang diterima pegawai maka akan dapat menekan

    terjadinya fraud di sektor perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan Marlina et al.,

  • 3

    (2019) yang mengatakan bahwa kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh

    terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

    Mahawyahrti dan Budiasih (2017) menyatakan bahwa asimetri informasi

    dapat memicu timbulnya kecurangan. Asimetri informasi muncul ketika manajer

    lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimana di masa yang

    akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder. Kondisi tersebut

    memberikan kesempatan kepada pihak manajemen untuk menggunakan informasi

    yang di ketahui untuk memanipulasi keuangan perusahaan guna memaksimalkan

    kemakmurannya. Semakin banyak informasi perusahaan yang dimiliki oleh

    manajer daripada pemegang saham maka manajer akan lebih banyak mempunyai

    kesempatan untuk melakukan fraud.

    Penelitian yang dilakukan oleh Indriastuti et al., (2016) asimetri informasi

    berpengaruh positif terhadap kecurangan akuntansi, dengan kata lain semakin

    tinggi asimetri informasi maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya

    kecurangan akuntansi dalam instansi tersebut. Penelitian ini sejalan dengan

    Mustikasari, (2013) terdapat pengaruh positif antara asimetri informasi terhadap

    kecenderungan fraud di sektor pemerintah yang berarti bahwa terjadinya asimetri

    informasi dapat menyebabkan terjadinya fraud, berbeda dengan hasil penelitian

    Ahriati et al., (2015) tidak terdapat pengaruh asimetri informasi terhadap

    kecenderungan kecurangan akuntansi. Artinya, kondisi asimetri informasi yang

    terjadi antara agen dan principal dapat diketahui dari kegiatan monitoring dan

    pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal organisasi. Penelitian ini sejalan

  • 4

    dengan Setiawan et al., (2015) asimetri informasi tidak berpengaruh signifikan

    terhadap kecenderungan fraud.

    Moralitas juga berperan penting dalam kecenderungan fraud yang masih

    saja terjadi selain faktor asimetri informasi. Moral merupakan hal yang sesuai

    dengan keyakinan umum yang diterima masyarakat, berkaitan dengan penilaian

    norma tindakan manusia. Semakin tinggi level penalaran moral individu, maka

    akan semakin cenderung untuk tidak melakukan kecurangan akuntansi. Kesalahan

    akuntansi sangat berkaitan dengan tingkat moralitas individu karena hal tersebut

    merupakan perilaku yang ilegal. Perilaku ilegal menjadi bagian dari perilaku tidak

    etis, sehingga perlu adanya ketentuan hukum yang mengikat sebagai salah satu

    usaha penegakan standar moralitas individu agar kehidupan masyarakat

    seluruhnya dapat terjaga (Dennyningrat dan Suputra, 2018)

    Penelitian yang dilakukan oleh Tarigan, (2016) moralitas individu

    berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi artinya

    apabila ketaatan aturan akuntansi meningkat, maka akan menurunkan

    kecenderungan fraud, sebaliknya apabila ketaatan aturan akuntansi menurun,

    maka akan meningkatkan kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian ini

    sejalan dengan Wardana et al., (2017) moralitas berpengaruh positif dan

    signifikan terhadap pencegahan fraud, berbeda dengan hasil yang dilakukan oleh

    Indriastuti et al., (2016) moralitas individu berpengaruh negatif terhadap

    kecenderungan fraud dengan kata lain, semakin tinggi moralitas individu pada

    suatu organisasi maka semakin rendah kemungkinan terjadinya kecurangan pada

    perusahaan tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan Udayani dan Sari, (2017)

  • 5

    yang menunjukkan pengaruh negatif moralitas terhadap kecenderungan

    kecurangan pada Villa di Kawasan Umalas.

    PT Sumber Graha Sejahtera (SGS) adalah salah satu perusahaan yang

    bergerak dibidang usaha produksi kayu lapis (Plywood). Pabrik yang didirikan

    pada tahun 1963 berlokasi di Desa Barowa, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu,

    Provinsi Sulawesi Selatan, atau sekitar 12 KM dari Kota Administrasi Palopo.

    Luas area pabrik PT Sumber Graha Sejahtera (SGS) ini secara keseluruhan

    mencapai 157.442.17 M2, lokasi pabrik berdiri pada area 63.592 m2, kegiatan

    pabrik pada intinya adalah mengolah bahan baku, bahan pembantu dan sebagainya

    sampai menjadi plywood yang merupakan produk jadi PT Sumber Graha

    Sejahtera (SGS). Perusahaan ini memasuki usia 57 tahun mulai dari saat

    perencanaan, pembangunan, dan pengoperasiannya dimana sampai saat ini telah

    menjelma menjadi salah satu pabrik berskala besar dan megah di Indonesia.

    Berdasarkan latar belakang diatas untuk mengurangi tindakan

    kecenderungan fraud maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian

    yang berjudul “PengaruhKesesuaian Kompensasi, Asimetri Informasi dan

    Moralitas terhadap Kecenderungan FraudPada PT Sumber Graha Sejahtera

    Kabupaten Luwu”.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Apakah kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap kecenderungan fraud

    pada PT Sumber Graha Sejahtera (SGS) Kabupaten Luwu?

  • 6

    2. Apakah asimetri informasi berpengaruh terhadap kecenderungan fraud pada

    PT Sumber Graha Sejahtera (SGS) Kabupaten Luwu?

    3. Apakah moralitas berpengaruh terhadap kecenderungan fraud pada PT

    Sumber Graha Sejahtera (SGS) Kabupaten Luwu?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dilakukannya penelitian adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui pengaruh kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan

    fraud pada PT Sumber Graha Sejahtera (SGS) Kabupaten Luwu.

    2. Untuk mengetahui pengaruh asimetri informasi terhadap kecenderungan

    fraud pada PT Sumber Graha Sejahtera (SGS) Kabupaten Luwu.

    3. Untuk mengetahui pengaruh moralitas terhadap kecenderungan fraud pada

    PT Sumber Graha Sejahtera (SGS) Kabupaten Luwu.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh kesesuaian kompensasi,

    asimetri informasi dan moralitas terhadap kecenderungan fraud pada PT Sumber

    Graha Sejahtera (SGS) Kabupaten Luwu, hasil dari penelitian ini diharapkan

    dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Adapun

    manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1.5 Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi

    pengembangan ilmu akuntansi dan menjadi bahan referensi bagi penelitian-

    penelitian selanjutnya yang tentu lebih mendalam, khususnya mengenai

  • 7

    permasalahan dalam hal kesesuaian kompensasi, asimetri informasi, moralitas dan

    kecenderungan fraud.

    1.6 Manfaat Praktis

    1. Bagi Peneliti

    Diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih terhadap penerapan praktik

    ilmu dan teori yang diperoleh dalam masa perkuliahan untuk memecahkan

    masalah sehingga memperoleh gambaran yang jelas dan sejauh mana tercapai

    keselarasan antara pengetahuan secara teoritis dan praktisnya.

    2. Bagi Perusahaan

    Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan

    sumbangan pemikiran yang bermanfaat dalam meningkatkan kinerja

    perusahaan.

    3. Bagi Pembaca

    Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan mampu memperkaya

    hasanah bacaan.

    1.7 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

    Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian terfokus pada pokok permasalahan

    yang ada beserta pembahasannya, sehingga diharapkan penelitian tidak akan

    menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, peneliti

    membatasi penelitian ini pada masalah kesesuaian kompensasi, asimetri

    informasi, moralitas dan kecenderungan fraud.Penelitian ini hanya dilakukan pada

    PT Sumber Graha Sejahtera (SGS) Kabupaten Luwu.

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Teori Keagenan

    Teori keagenan Jensen dan Meckling (1976) sering digunakan untuk menjelaskan

    kecurangan akuntansi. Teori keagenan bermaksud memecahkan dua problem

    yang terjadi dalam hubungan keagenan. Permasalahan yang timbul akibat adanya

    perbedaan kepentingan antara principal dan agen disebut dengan agency

    problems.

    Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan di dalam

    teori agensi (agency theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak

    antara pemilik sumber daya ekonomis dan manajer yang mengurus penggunaan

    dan pengendalian sumber daya tersebut, dalam upaya mengatasi atau mengurangi

    masalah keagenan ini menimbulkan biaya keagenan (agency cost) yang akan

    ditanggung baik oleh principal maupun agent. Biaya keagenan dibagi menjadi

    monitoring cost, bonding cost,dan residual loss.Monitoring cost adalah biaya

    yang timbul dan ditanggung oleh principal untuk memonitor perilaku agent.

    Bonding cost merupakan biaya yang ditanggung oleh agent untuk menetapkan

    dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agent akan bertindak untuk

    kepentingan principal.Residual loss merupakan pengorbanan yang berupa

    berkurangnya kemakmuran principal sebagai akibat dari perbedaan keputusan

    agent dan keputusan principal.

  • 9

    Hubungan antara principal dan agent menurut teori keagenan dapat

    mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi karena agen berada pada

    posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan

    dibandingkan dengan principal, dengan asumsi bahwa individu-individu

    bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan asimetri

    informasi yang dimilikinya akan mendorong agen untuk menyembunyikan

    beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Agen dapat mempengaruhi

    angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara

    memanipulasi (Prawitasari dan Putra, 2019).

    Sejalan dengan teori keagenan mengemukakan bahwa asimetri informasi

    dapat merubah tingkat partisipasi menuju terjadinya senjangan anggaran karena

    suatu informasi digunakan sebagai suatu barang komoditi yang dapat

    diperjualbelikan oleh agen sehingga manusia akan bertindak oportunistik yaitu

    mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan organisasi, dimana

    seorang agen akan termotivasi menciptakan senjangan anggaran untuk

    meningkatkan kompensasi dan jenjang karir di masa depan (Guntur dan

    Dharmadiaksa, 2019)

    Teori agensi menyebutkan bahwa adanya perilaku dari manajer/agen

    yang bertindak hanya untuk menguntungkan dirinya sendiri dengan

    mengorbankan kepentingan orang lain. Hal ini tidak sesuai dengan kematangan

    moral manajemen baik di perusahaan maupun di pemerintahan yang menjadi

    indikasi pembuatan keputusan.

  • 10

    2.2 Teori Perkembangan Moral

    Teori perkembangan moral yang sering dipakai dalam penelitian tingkat etika

    adalah model Kohlberg. Teori perkembangan moral mempunyai pandangan

    bahwa penalaran moral merupakan landasan perilaku etis. Kohlberg (1971)

    mendefinisikan tahapan perkembangan moral merupakan ukuran dari tinggi

    rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya.

    Kohlberg melakukan penelitian berdasarkan kasus dilema moral untuk mengamati

    perbedaan perilaku individu dalam menyikapi persoalan moral yang sama

    kemudian membuat klasifikasi atas respon dari setiap individu kedalam enam

    tahap yang berbeda. Terdapat tiga tahap perkembangan moral, yaitu tahapan pre-

    conventional, tahapan conventional, dan tahapan post-conventional

    Tahapan yang paling rendah (pre-conventional), individu akan melakukan

    suatu tindakan karena takut terhadap hukum/peraturan yang ada. Selain itu

    individu pada level moral ini juga akan memandang kepentingan pribadinya

    sebagai hal yang utama dalam melakukan suatu tindakan. Tahap kedua

    (conventional), individu akan mendasarkan tindakannya atas persetujuan teman-

    teman dan keluarganya dan juga pada norma-norma yang ada di masyarakat.

    Tahap tertinggi (post-conventional), individu mendasari tindakannya dengan

    memperhatikan kepentingan orang lain dan berdasarkan tindakannya pada

    hukum-hukum universal (Setiawan dan Helmayunita, 2017)

    Menurut Puspasari dan Suwardi, (2016) dalam setiap tahap Kohlberg,

    individu memiliki pandangan mereka sendiri tentang apa 'hal yang benar'.

    Individu pada tahap satu merasa bahwa hal yang benar adalah apa yang menjadi

  • 11

    kepentingan individu. Individu pada tahap 2 menganggap bahwa hal yang benar

    adalah hasil dari pertukaran undian dan persetujuan rekan atau keluarga. Individu

    di tahap 3 merasa bahwa hal yang benar berkaitan dengan harapan kepercayaan,

    kesetiaan, dan rasa hormat dari teman dan keluarga. Individu pada tahap 4

    menganggap bahwa hal yang benar adalah memberikan kontribusi kepada

    masyarakat, kelompok atau lembaga mereka. Individu di tahap 5 dan tahap 6

    menganggap bahwa kebenaran didasarkan pada prinsip etika, kesetaraan hak asasi

    manusia dan martabat sebagai makhluk hidup.

    2.3 Kesesuaian Kompensasi

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kesesuaian adalah perihal sesuai,

    keselarasan atau kecocokan. Kesesuaian juga merupakan suatu keadaan merasa

    cocok atau pas terhadap sesuatu yang kita dapatkan. Kesesuaian disini mengacu

    pada tingkat kepuasan karyawan dalam instansi atau perusahaan.

    Menurut Indriastuti et al., (2016) kesesuaian kompensasi adalah

    keseluruhan balas jasa yang diterima pegawai sebagai akibat dari pelaksanaan

    pekerjaan di organisasi dalam bentuk uang atau lainnya yang dapat berupa gaji,

    upah, bonus, insentif dan tunjangan kesehatan, tunjangan hari raya, uang makan

    uang cuti dan lain-lain.

    Kesesuaian kompensasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

    terhadap perilaku tidak etis. Seseorang cenderung akan berlaku tidak etis untuk

    memaksimalkan keuntungan untuk dirinya sendiri. Biasanya karyawan akan

    melakukan tindakan tidak etis karena ketidakpuasan atau kekecewaan dengan

    hasil atau kompensasi yang mereka terima atas apa yang telah dikerjakan.

  • 12

    Kompensasi yang sesuai diharapkan dapat meminimalisasikan perilaku tidak etis

    (Ridhwati et al., 2019).

    Kompensasi dapat didefinisikan sebagai segala bentuk penghargaan yang

    diberikan oleh organisasi kepada karyawan sebagai hadiah atas kontribusi yang

    mereka berikan kepada organisasi. Sistem kompensasi yang sesuai diharapkan

    dapat membuat individu merasa cukup sehingga individu tidak mengambil

    tindakan yang merugikan institusi atau pemerintah termasuk penipuan akuntansi

    (Putra et al., 2019).

    Kompensasi, sering disebut sebagai penghargaan dan dapat didefinisikan

    sebagai segala bentuk penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai

    imbalan atas kontribusi mereka kepada organisasi, dengan kompensasi yang tepat,

    kecurangan akuntansi dapat dikurangi. Individu diharapkan memiliki kepuasan

    dari kompensasi tersebut dan tidak melakukan tindakan penipuan dalam

    akuntansi untuk memaksimalkan keuntungan pribadi (Putri dan Irwandi, 2016).

    Kesesuaian kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima karyawan

    yang diberikan oleh organisasi sebagai balas jasa atas apa yang telah dikerjakan

    oleh karyawan tersebut. Kesesuaian kompensasi dimaksudkan bahwa imbalan

    yang diterima karyawan atas jasa yang diberikannya adalah sesuai dengan

    pengorbananya dan jika dikelola dengan baik kompensasi akan membantu

    perusahaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan serta menjaga karyawan

    dengan baik, sebaliknya tanpa kompensasi yang cukup karyawan yang ada akan

    mungkin untuk meninggalkan perusahaan.

  • 13

    2.3.1 Tujuan Kompensasi

    Tujuan manajemen kompensasi secara umum menurut adalah untuk membantu

    perusahaan mencapai tujuan keberhasilan strategi perusahaan dan menjamin

    terciptanya keadilan internal dan eksternal. Tujuan manajemen kompensasi efektif

    meliputi: (1) Memperoleh SDM yang berkualitas, kompensasi yang tinggi sangat

    dibutuhkan untuk memberi daya tarik kepada para pelamar sehingga mendapatkan

    karyawan yang diharapkan. (2) Mempertahankan karyawan yang ada, para

    karyawan dapat keluar jika besaran kompensasi tidak kompetitif dan akibatnya

    akan menimbulkan perputaran karyawan yang semakin tinggi. (3) Menjamin

    keadilan, manajemen kompensasi selalu berupaya agar keadilan internal dan

    eksternal dapat terwujud. Keadilan internal mensyaratkan bahwa pembayaran

    dikaitkan dengan nilai relatif sebuah pekerjaan sehingga pekerjaan yang sama

    dibayar dengan besaran yang sama. Keadilan eksternal berarti pembayaran

    terhadap pekerja merupakan yang dapat dibandingkan dengan perusahaan lain

    dipasar kerja. (4) Penghargaan terhadap perilaku yang diinginkan, pembayaran

    hendak memperkuat perilaku yang diinginkan dan bertindak sebagai insentif

    untuk perbaikan perilaku dimasa depan, rencana kompensasi efektif, menghargai

    kinerja, ketaatan, pengalaman, tanggung jawab dan perilaku-perilaku lainnya. (5)

    Mengendalikan biaya, sistem kompensasi yang rasional membantu perusahaan

    memperoleh dan mempertahankan para karyawan dengan biaya yang beralasan.

    (6) Mengikuti aturan hukum, sistem gaji dan upah yang sehat mempertimbangkan

    faktor-faktor legal yang dikeluarkan pemerintah dan menjamin pemenuhan

    kebutuhan karyawan. (7) Memfasilitasi pengertian, sistem manajemen kompensasi

  • 14

    hendaknya dengan mudah dipahami oleh spesialisasi SDM, manajer dan para

    karyawan. (8) Meningkatkan efisiensi administrasi, program pengupahan dan

    penggajian hendaknya dirancang untuk dapat dikelola dengan efisien, membuat

    sistem informasi SDM optimal, meskipun tujuan ini hendaknya sebagai

    pertimbangan sekunder dibandingkan dengan tujuan-tujuan lainnya.

    2.3.2 Komponen-komponen yang menjadi pertimbangan kompensasi

    Komponen yang menjadi pertimbangan kompensasi yaitu: (1) Gaji adalah balas

    jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan sebagai konsekuensi dari

    kedudukannya sebagai seorang karyawan yang memberikan sumbangan tenaga

    dan pikiran dalam mencapai tujuan perusahaan atau sebagai bayaran tetap yang

    diterima seorang dari keanggotaannya dalam sebuah perusahaan. (2) Upah

    merupakan imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada karyawan

    berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan

    yangdiberikan. Upah dapat berubah-ubah tergantung pada keluaran yang

    dihasilkan. (3) Insentif merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada

    karyawan tergantung kinerjanya melebihi standar yang ditentukan. (4)

    Kompensasi tidak langsung merupakan kompensasi tambahan yang diberikan

    berdasarkan kebijakan perusahaan terhadap semua karyawan sebagai upaya

    meningkatkan kesejahteraan para karyawan. Contohnya, berupa fasilitas-fasilitas

    seperti: asuransi-asuransi, tunjangan-tunjangan, uang pensiun dan lain-lain.

    2.4 Asimetri Informasi

    Asimetri informasi adalah ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh

    principal dan agen, ketika principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang

  • 15

    kinerja agen. Sebaliknya agen memiliki lebih banyak informasi mengenai

    kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan, hal tersebut

    menyebabkan principal merasa kesulitan untuk menelusuri apa yang sebenarnya

    dilakukan oleh agen sehingga asimetri membuat manajemen bertindak tidak etis

    dan cenderung berlaku curang dengan memberikan informasi yang bermanfaat

    bagi principal demi motivasi untuk memperoleh kompensasi bonus yang tinggi

    (Indriastuti et al., 2016).

    Asimetri informasi merupakan suatu situasi dimana manajer mempunyai

    akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar

    perusahaan, jika kedua kelompok (agen dan principal) tersebut adalah orang-

    orang yang berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat

    untuk meyakini bahwa agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk

    kepentingan principal. Prinsipal dapat membatasinya dengan menetapkan insentif

    yang tepat bagi agen dan melakukan monitor yang didesain untuk membatasi

    aktivitas agen yang menyimpang komunikasi dan informasi diperlukan untuk

    memastikan bahwa komplain dari pelanggan segera diinformasikan dan

    dikomunikasikan ke pimpinan serta direspon secara cepat pimpinan disemua level

    wajib mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam

    bentuk dan waktu yang tepat serta efektif (Jannah et al., 2018).

    Asimetri informasi (information asymetri) yaitu suatu kondisi dimana ada

    ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai

    penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder

    pada umumnya sebagai pengguna informasi (user). Informasi yang dihasilkan

  • 16

    manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya dan dapat

    dipercaya tidaknya informasi yang disampaikan (Widjajanti dan Wahyuni, 2019).

    Asimetri informasi dapat diartikan sebagai biaya politik yang diperlukan

    untuk mengimplementasikan tingkat pengurangan emisi tertentu (Negara-negara

    memiliki informasi pribadi tentang bobot relatif masalah lingkungan dalam

    agenda pemerintah). Apapun sumber asimetri ini akan menjadi masalah untuk

    negosiasi target pengurangan. Negara-negara memiliki insentif untuk mebesar-

    besarkan biaya pengurangan polusi yang diketahui secara pribadi untuk

    mengurangi upaya yang harus mereka suplai dan meninggalkan sebagian besar

    beban pengurangan di negara lain (Slechten, 2015).

    Asimetri informasi yaitu pengungkapan yang dilakukan oleh manajemen

    perusahaan yang dapat ditampilkan antara agen dan principal. Semakin besar

    asimetri yang muncul memberikan peningkatan pada tinggi perusahaan,

    penurunan asimetri informasi yang disebabkan oleh tingginya informasi yang

    diungkapkan perusahaan barkaitan dengan menurunnya biaya modal yang

    dibayarkan oleh perusahaan (Fahdiansyah, 2016).

    Asimetri informasi adalah keadaan dimana ketidakselarasan informasi

    antara pihak manajer dan pemegang saham yang disebabkan karena distribusi

    informasi yang tidak sama antara kedua belah pihak, dengan adanya asimetri

    informasi menyebabkan kesenjangan pengetahuan keuangan internal perusahaan

    sehingga pihak manajer bisa melakukan rekayasa demi meningkatkan keuntungan

    untuk mendapatkan imbalan dari pemilik. Asimetri informasi antara manajer dan

  • 17

    pemegang saham inilah yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer

    untuk melakukan tindakan-tindakan kecurangan.

    2.4.1 Bentuk Asimetri Informasi

    Ada dua bentuk asimetri informasi, yaitu: (1) Asimetri informasi vertikal, yaitu

    informasi yang mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang

    lebih tinggi (atasan). Setiap bawahan dapat mempunyai alasan yang baik dengan

    meminta atau memberi informasi kepada atasan. (2) Asimetri informasi

    horizontal, yaitu informasi yang mengalir dari orang-orang dan jabatan yang sama

    tingkat otoritasnya atau informasi yang bergerak diantara orang-orang dan

    jabatan-jabatan yang tidak menjadi atasan ataupun bawahan antara satu dengan

    yang lainnya dan mereka menempati bidang fungsionalnya yang berbeda dalam

    organisasi namun dalam level yang sama.

    2.4.2 Tipe Asimetri Informasi

    Menurut Jansen dan Meckling (1976) ada dua tipe asimetri informasi yaitu: (1)

    Adverse selection adalah sejenis asimetri informasi dimana satu pihak atau lebih

    yang melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial

    memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. Adverse selection dapat terjadi

    karena beberapa orang seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam (insider)

    lainnya lebih mengetahui kondisi kini dan prospek kedepan suatu perusahaan

    daripada para investor. (2) Moral Hazard adalah jenis asimetri informasi dimana

    satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu

    transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan

    mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak

  • 18

    yang lainnya tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan

    pemilikan dengan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan

    perusahaan besar.

    2.5 Moralitas

    Moralitas individu dapat didefinisikan sebagai sikap dan perilaku yang baik,

    dimana setiap individu akan berusaha melakukan tugasnya sebaik mungkin dan

    tidak meminta balasan. Moralitas individu akan mempengaruhi kecenderungan

    seseorang melakukan kecurangan akuntansi. Artinya, semakin tinggi tahapan

    moralitas individu (tahapan post-conventional), yaitu semakin individu

    memperhatikan kepentingan yang lebih luas dan universal daripada kepentingan

    organisasinya semata, apalagi kepentingan individunya. Dengan demikian,

    semakin tinggi moralitas individu, semakin ia akan berusaha untuk

    menghindarkan diri dari kecenderungan kecurangan akuntansi (Udayani dan Sari,

    2017).

    Semakin tinggi level penalaran moral individu akan semakin cenderung

    tidak berbuat kecurangan akuntansi karena individu tersebut akan semakin sensitif

    terhadap isu-isu etika, sementara individu dengan level penalaran moral yang

    rendah berperilaku berbeda dengan individu yang memiliki level penalaran moral

    yang tinggi ketika menghadapi dilema etika karena lebih cenderung akan

    melakukan hal-hal yang menguntungkan dirinya sendiri dan menghindari hal-hal

    yang dapat menimbulkan saksi hukum. Disisi lain, individu dengan level

    penalaran moral tinggi di dalam tindakannya akan memperhatikan kepentingan

    orang-orang disekitarnya dan mendasarkan tindakannya pada prinsip-prinsip

  • 19

    moral karena lebih berorientasi pada prinsip-prinsip moral yang universal

    (Maroney dan McDevitt, 2008).

    Partisipan yang memiliki moral rendah cenderung untuk melakukan

    kecurangan akuntansi dibandingkan dengan partisipan yang memiliki moral

    tinggi. Hasil ini sesuai dengan tahapan perkembangan moral Kohlberg dimana

    individu yang memiliki tahapan moralitas tinggi akan semakin menghindarkan

    diri dari kecurangan akuntansi karena memiliki sikap etis dan mengutamakan

    kepentingan universal lebih tinggi daripada kepentingan pribadinya

    (Liyanarachchi dan Newdick, 2009).

    Moralitas adalah sebuah perbuatan atau tingkah laku baik atau buruk.

    Moral atau tingkah laku juga akan menjadi faktor pemicu kecurangan.

    Kecurangan dalam suatu perusahaan atau lembaga dipengaruhi oleh para

    karyawan yang bekerja didalamnya. Lembaga tersebut tentu memiliki karyawan

    yang bekerja di masing-masing bagiannya dengan tingkat moralitas setiap

    individu yang beragam dan akan berpengaruh pada adanya kecenderungan

    kecurangan (fraud) yang mungkin timbul (Korompis et al., 2018).

    Moralitas adalah hal yang sesuai dengan keyakinan yang diterima

    masyarakat, berkaitan dengan penilaian norma tindakan manusia. Orang dengan

    level moral yang rendah akan berperilaku berbeda dengan orang yang memiliki

    moral yang tinggi, semakin tinggi moral seseorang akan semakin mungkin untuk

    melakukan hal yang benar begitupun sebaliknya orang yang memiliki level moral

    yang rendah akan mudah melakukan tindakan kecurangan. Seseorang dikatakan

  • 20

    bermoral apabila memiliki daya tarik untuk berperilaku baik yang memiliki nilai

    positif dalam penilaian budaya masyarakat setempat.

    Menurut Amalia, (2015) moralitas adalah tekad untuk mengikuti apa yang

    ada dalam hati manusia dan disadari sebagai kewajiban mutlak. Pemerintahan

    yang baik akan terbentuk dengan adanya moralitas yang baik, seseorang bisa

    dikatakan bermoral apabila perilakunya mencerminkan moralitas, yaitu bisa

    membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Moral dapat dibedakan

    menjadi dua macam, yaitu: (1) Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap

    manusia. Moral murni disebut juga hati nurani. (2) Moral terapan, adalah moral

    yang didapat dari berbagai ajaran filosofis, agama, adat yang menguasai

    pemutaran manusia.

    2.6 Kecenderungan Fraud

    Kecurangan adalah setiap upaya penipuan yang disengaja, yang dimaksudkan

    untuk mengambil harta atau hak orang atau pihak lain dalam kaitannya dengan

    konteks audit atas laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji

    laporan keuangan yang disengaja (Eliza, 2015). Fraud merupakan upaya sikap

    individu dalam melaksanakan tugas yang selalu berusaha memberikan sikap yang

    efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing dan adil/tidak diskriminatif

    (Mahendra et al., 2019).

    Menurut the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE,

    2016)fraud adalah perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan

    dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru

    terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam atau luar organisasi untuk

  • 21

    mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok yang secara langsung atau

    tidak langsung merugikan pihak lain. Fraud tidak selalu sama dengan tindak

    kriminal. Fraud yang bukan kriminal masuk kategori risiko operasional,

    sedangkan fraud yang sekaligus tindak kriminal masuk kategori risiko ilegal.

    Tindak kriminal didefinisikan sebagai an intentional at that violates the Criminal

    Law under which no legal excuse applies (seorang internasional yang melanggar

    hukum pidana di mana tidak ada alasan hukum yang berlaku). Sementara itu fraud

    didefinisikan sebagai any behavior by which one person gains or intend to gain a

    dishonest advantage over another (perilaku apapun yang olehnya satu orang

    mendapatkan atau berniat untuk mendapatkan keuntungan yang tidak jujur atas

    orang lain).

    Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) seperti yang dikutip oleh (Susandra dan

    Hartina, 2017) menjelaskan kecenderungan fraud sebagai berikut: (1) salah saji

    yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau

    penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan

    untuk mengelabui pemakai laporan keuangan. (2) salah saji yang timbul dari

    perlakuan yang tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebutkan dengan

    penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas

    yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi

    yang berlaku umum di Indonesia atau GAAP (General Accepted Accounting

    Prinsiples).

    Menurut (Puspasari dan Suwardi, 2016) kecurangan akuntansi mengacu

    pada kesalahan akuntansi yang dibuat secara sengaja dengan tujuan menyesatkan

  • 22

    pembaca/pengguna laporan keuangan. Penipuan dilakukan dengan motivasi

    negatif untuk mengambil keuntungan dari individu atau pihak tertentu.

    Kecenderungan kecurangan di sektor publik adalah persepsi karyawan

    tentang kecurangan akuntansi yang terjadi di sektor publik. Penipuan dapat

    diartikan sebagai penipuan yang disengaja, termasuk berbohong, mencuri,

    mengarang, dan menggelapkan. Penipuan itu sendiri secara umum merupakan

    tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam dan di luar

    organisasi, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok

    yang secara langsung merugikan pihak lain (Kamal et al., 2019)

    Kecenderungan fraud adalah penipuan yang sengaja dilakukan sehingga

    menimbulkan banyak kerugian yang dimaksudkan untuk mengambil harta atau

    hak orang lain, penghilangan secara sengaja jumlah dalam laporan keuangan

    untuk memperoleh keuntungan pribadi yang dilakukan untuk tujuan tertentu, yang

    dilakukan seseorang atau kelompok dari dalam maupun luar perusahaan.

    Kecurangan sering terjadi karena ada dorongan untuk memanfaatkan kesempatan

    yang ada seperti korupsi.

    2.6.1 Tipe-Tipe Kecurangan Akuntansi

    Menurut Widjaja (2013) terdapat dua tipe kecurangan akuntansi yaitu: (1)

    Kecurangan eksternal yaitu kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap

    suatu entitas atau perusahaan, seperti kecurangan yang dilakukan pelanggan

    terhadap usaha dan wajib pajak terhadap pemerintah. (2) Kecurangan internal

    yaitu tindakan tidak legal yang dilakukan oleh karyawan, manajer maupun

  • 23

    eksekutif terhadap perusahaan tempat mereka bekerja. Kecurangan tersebut akan

    memberikan kerugian yang besar bagi perusahaan yang bersangkutan.

    2.6.2 Penyebab Terjadinya Kecurangan Akuntansi

    Penyebab terjadinya kecurangan disebut dengan segitiga penipuan (fraud

    triangle), yaitu: (1) Tekanan (pressure) adalah dorongan atau motivasi seseorang

    untuk melakukan penipuan. Tiga jenis tekanan yang menyebabkan

    penyalahgunaan ditunjukkan dalam segitiga tekanan seperti hidup diluar

    kemampuannya, kerugian keuangan yang besar atau utang personal yang tinggi.

    Jenis kedua dari tekanan adalah emosional banyak penipuan karyawan dimotivasi

    oleh ketamakan beberapa karyawan melakukan penipuan karena mereka memiliki

    perasaan yang kuat atas pemecatan atau percaya bahwa mereka telah diperlakukan

    tidak adil. Jenis ketiga tekanan karyawan yang memotivasi manajemen dalam

    salah mengartikan laporan keuangan. Tekanan keuangan yang umum adalah

    kebutuhan untuk memenuhi atau melampaui ekspektasi laba untuk menjaga

    jatuhnya harga saham. (2) Kesempatan (opportunity) adalah kondisi atau situasi,

    termasuk kemampuan personal seseorang yang memungkinkan pelaku untuk

    melakukan tiga hal berikut: (a) Melakukan penipuan/ pencurian aset adalah jenis

    penyalahgunaan yang paling umum, sebagian besar contoh kecurangan pelaporan

    keuangan melibatkan memperbesar aset atau pendapatan, mengecilkan kewajiban

    atau kegagalan untuk mengungkapkan informasi. (b) Menyembunyikan penipuan

    adalah salah satu cara bagi karyawan untuk menyembunyikan pencurian aset

    perusahaan adalah dengan membebankan item yang dicuri keakun beban.

    Tindakan pelaku dapat terbongkar dalam waktu setahun atau kurang, karena akun

  • 24

    beban adalah memusatkan perhatian keluar pada setiap akhir tahun. (c)

    Mengonversikan pencurian atau misrepresentasi untuk keuntungan personal,

    pelaku penipuan yang tidak mencuri kas atau menggunakan aset yang dicuri

    secara personal harus mengonversinya dalam bentuk yang dapat dibelanjakan.

    Contohnya, karyawan yang mencuri persediaan atau peralatan menjual item atau

    mengonversikannya dalam bentuk kas. (3) Rasionalisasi (razionalization) dapat

    dikatakan sebagai alasan yang digunakan para pelaku penipuan untuk

    membenarkan perilaku ilegal mereka dengan kata lain pelaku merasionalisasikan

    bahwa mereka menjadi tidak jujur, bahwa kejujuran tidak dibutuhkan, atau

    mereka menilai apa yang mereka butuhkan lebih dari kejujuran dan integritas.

    2.6.3 Jenis-Jenis Kecurangan Akuntansi

    Jenis-jenis kecurangan akuntansi yaitu: (1) kecurangan laporan keuangan

    (Financial statement fraud) dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang

    dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material laporan keuangan

    yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat finansial atau

    kecurangan non finansial. (2) Penyalahgunaan aset (Asset misappropriation)

    sering juga disebut perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva. Penyalahgunaan

    aset dapat digolongkan ke dalam kecurangan kas dan kecurangan atas persediaan

    dan aset lainnya serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang (fraudulent

    disbursement). (3) Korupsi (Corruption) Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi

    karena menyangkut kerja sama dengan pihak lain. Fraud jenis ini merupakan jenis

    yang terbanyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya

    lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor

  • 25

    integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat

    dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis

    mutualisme). Berbagai bentuk korupsi diantaranya adalah penyalahgunaan

    wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery),

    penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities) dan pemerasan secara

    ekonomi (economic extortion).

    2.7 Penelitian Terdahulu

    Pencarian dari peneliti terdahulu dilakukan sebagai upaya menjelaskan tentang

    variabel-variabel dalam penelitian ini, sekaligus untuk membedakan penelitian ini

    dengan sebelumnya.

    Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

    Penelitian

    Terdahulu Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

    Chandrayatna

    dan Sari (2019) Pengaruh Pengendalian

    Internal, Moralitas Individu dan Budaya

    Etis Organisasi pada

    Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

    Pengendalian

    Internal, Moralitas.

    Kecenderungan

    Kecurangan Akuntansi sebagai

    variabel dependen

    Pengendalian internal,

    Moralitas Individu, budaya etis organisasi

    berpengaruh negatif

    pada kecenderungan kecurangan akuntansi

    Marlina, Rifa’I

    dan Surasni (2019)

    Persepsi Karyawan

    mengenai Pengaruh Efektifitas Pengendalian

    Internal, Ketaatan

    Aturan Akuntansi dan Kesesuaian Kompensasi

    terhadap Kecurangan

    Pengendalian

    Internal, Ketaatan dan Kesesuaian

    Kompensasi

    sebagai variabel independen.

    Kecurangan

    sebagai variabel dependen

    Efektifitas

    pengendalian internal dan kesesuaian

    kompensasi tidak

    berpengaruh terhadap kecenderungan

    kecurangan akuntansi,

    sedangkan ketaatan aturan akuntansi

    memiliki pengaruh

    terhadap

    kecenderungan kecurangan akuntansi

    Dennyningrat

    dan Suputra Pengaruh Sistem Pengendalian Sistem Pengendalian

  • 26

    (2018) Pengendalian Intern

    Pemerintah dan

    Moralitas Individu pada Kesalahan Akuntansi

    Intern dan

    Moralitas

    Individu sebagai variabel

    independen.

    Kesalahan

    Akuntansi sebagai variabel dependen

    Intern berpengaruh

    negatif pada kesalahan

    akuntansi. Moralitas Individu juga

    berpengaruh negatif

    pada kesalahan

    akuntansi

    Sulaiman dan

    Zulkarnaini (2015)

    Pengaruh Pengendalian

    Internal, Kesesuaian Kompensasi, dan

    Ketaatan Aturan

    terhadap Kecurangan

    Akuntansi (Studi pada Pemerintah

    Lhokseumawe)

    Pengendalian

    Internal, Keseuaian

    Kompensasi dan

    Ketaatan Aturan

    sebagai variabel independen.

    Kecurangan

    Akuntansi sebagai variabel

    dependen.

    Pengendalian internal

    berpengaruh terhadap terjadinya kecurangan

    akuntansi. Kesesuaian

    kompensasi

    berpengaru h secara signifikan terhadap

    terjadinya kecurangan

    akuntansi.

    Susandra dan

    Hartina (2017) Analisis Faktor-Faktor

    yang Mempengaruhi Kecenderungan Fraud

    pada Satuan Kerja

    Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Bogor

    Opportunity,

    Rationalization, dan Collusin

    sebagai variabel

    independen. Kecenderungan

    Fraud sebagai

    variabel dependen

    Opportunity dan

    Collusin berpengaruh terhadap

    kecenderungan fraud

    sedangkan rationalization tidak

    berpengaruh terhadap

    kecenderungan fraud

    Ahriati, et al., (2015) Pengaruh sistem

    pengendalian internal,

    ketaatan aturan

    akuntansi dan kesesuaian kompensasi

    terhadap kecenderungan

    kecurangan akuntansi pada pemerintah daerah

    Kabupaten Lombok

    Timur

    Sistem pengendalian

    internal, ketaatan

    aturan akuntansi dan kesesuaian

    kompensasi

    sebagai variabel independen.

    Kecenderungan

    kecurangan

    akuntansi sebagai variabel dependen

    Sistem pengendalian internal, ketaatan

    aturan akuntansi dan

    kesesuaian kompensasi berpengaruh nterhadap

    kecenderungan

    kecurangan akuntansi, secara simultan

    variabel bebas

    berpengaruh negative

    dan signifikan terhadap

    kecenderungan

    kecurangan akuntansi

    Udayani dan

    Sari, (2017) Pengaruh sistem

    pengendalian internal

    dan moralitas individu

    terhadap kecenderungan

    Sistem

    pengendalian

    internal dan

    moralitas individu

    Sistem pengendalian

    internal dan moralitas

    individu berpengaru

    negatif terhadap

  • 27

    akuntansi sebagai variabel

    independen.

    Kecurangan akuntansi sebagai

    variabel dependen

    kecenderungan

    keccurangan akuntansi

    Tarigan (2016) Pengaruh Moralitas

    Individu, Asimetri Informasi, Efektivitas

    Pengendalian Internal,

    dan Ketaatan Aturan Akuntansi terhadap

    Kecenderungan

    Kecurangan Akuntansi

    (Studi pada BUMD Provinsi Riau)

    Moralitas

    individu, asimetri informasi,

    efektivitas

    pengendalian internal, dan

    ketaatan aturan

    akuntansi sebagai

    sebagai variabel dependen.

    Kecenderungan

    kecurangan akuntansi sebagai

    variabel dependen

    Moralitas individu dan

    pengendalian internal memiliki pengaruh

    signifikan negatif

    terhadap kecenderungan

    kecurangan akuntansi,

    sedangkan asimetri

    informasi dan ketaatan aturan akuntansi

    berpengaruh signifikan

    terhadap kecenderungan

    kecurangan akuntansi

    Mustikasari

    (2013) Faktor-faktor yang

    mempengaruhi fraud di Sektor Peemerintah

    Kabupaten Batang

    Penegakan

    hukum, keefektifan

    pengendalian

    internal, asimetri informasi,

    kesesuaian

    kompensasi, keadilan

    prosedural,

    budaya etis

    manajemen dan komitmen.

    Pengaruh negatif

    antara Penegakan hukum, keefektifan

    pengendalian internal,

    kesesuaian kompensasi, budaya

    etis manajemen dan

    komitmen organisasi dengan kecurangan

    (fraud) di sektor

    pemerintah. Terdapat

    pengaruh positif asimetri informasi

    dengan kecurangan

    (fraud)

    Setiawan dan

    Helmayunita,

    2017

    Pengaruh Pengendalian

    Internal, Tekanan

    Finansial, dan Moralitas

    Individu terhadap kecenderungan

    Kecurangan Akuntansi

    (Studi Eksperimen pada Konteks Pemerintahan

    Daerah)

    Pengendalian

    Internal, Tekanan

    Finansial dan

    Moralitas Individu sebagai

    Variabel

    Independen. Kecenderungan

    Kecurangan

    Akuntansi sebagia

    Variabel Dependen

    Sistem pengendalian

    internal organisasi

    dapat mengurangi

    kecenderungan individu untuk

    melakukan kecurangan

    akuntansi. Tekanan finansial dapat

    mempengaruhi

    kecenderungan

    individu untuk melakukan kecurangan

    akuntansi

  • 28

    Setiawan,

    Adiputra,

    danYuniarti (2015)

    Pengaruh Sistem

    Pengendalian Intern,

    Asimetri Informasi, dan Keadilan Organisasi

    terhadap Kecurangan

    (Fraud) (Studi Empiris

    pada Bank Perkreditan Rakyat Se-Kabupaten

    Buleleng

    Sistem

    Pengendalian

    Intern, Asimetri Informasi, dan

    Keadilan

    Organisasi

    sebagai Variabel Independen.

    Kecurangan

    (Fraud) sebagai variabel

    Dependen

    Hasil dalam penelitian

    ini menunjukkan

    bahwa (1) sistem pengendalian intern

    berpengaruh signifikan

    negatif terhadap

    kecurangan (fraud), (2) asimetri informasi

    tidak berpengaruh

    signifikan terhadap kecurangan (fraud), (3)

    keadilan organisasi

    berpengaruh signifikan negatif terhadap

    kecurangan (fraud).

    Prawitasari dan

    Putra, (2019) Pengaruh Perilaku

    Oportunistik, Asimetri Informasi, Moralitas

    Manajemen dan

    Kesesuaian Kompensasi Pada Praktik

    Kecurangan Akuntansi

    Pengaruh Perilaku

    Oportunistik, Asimetri

    Informasi,

    Moralitas Manajemen dan

    Kesesuaian

    Kompensasi

    sebagai variabel independen.

    Praktik

    Kecurangan Akuntansi sebagai

    variabel

    Dependen

    Perilaku Oportunistik

    berpengaruh pada kecurangan akuntansi.

    Asimetri informasi

    berpengaruh pada kecurangan akuntansi.

    Moralitas manajemen

    tidak berpengaruh

    pada kecurangan akuntansi dan

    kesesuaian kompensasi

    berpengaruh pada kecurangan

    Korompis et al., (2018) Pengaruh Moralitas

    Individu, Asimetri

    Informasi dan

    Keefektifan Pengendalian Internal

    terhadap Kecenderungan

    Fraud Berdasarkan Persepsi Pada Badan

    Pengelola Keuangan dan

    Barang Milik Daerah

    Provinsi Sulawesi Utara

    Moralitas Individu, Asimetri

    Informasi dan

    Keefektifan Pengendalian

    Internal sebagai

    variabel independen,

    Kecenderungan

    Fraud sebagai

    variabel dependen

    moralitas individu memiliki pengaruh

    signifikan terhadap

    kecenderungan kecurangan, asimetri

    informasi memiliki

    pengaruh signifikan terhadap

    kecenderungan

    kecurangan dan

    keefektifan pengendalian internal

    memiliki pengaruh

    signifikan terhadap kecenderungan

    kecurangan.

    Jannah et al.,

    (2018) Pengaruh Moralitas

    Aparat dan Asimetri

    Moralitas Aparat

    dan Asimetri

    Moralitas aparat

    berpengaruh negatif signifikan terhadap

  • 29

    Informasi Terhadap

    Kecenderungan

    Kecurangan Akuntansi (Studi Pada

    Pemerintahan Kota

    Malang)

    Informasi sebagai

    variabel

    independen, Kecenderungan

    Kecurangan

    Akuntansi sebagai

    variabel dependen

    terhadap

    kecenderungan

    kecurangan akuntansi dan Asimetri Informasi

    berpengaruh positif

    dan signifikan

    terhadap kecenderungan

    kecurangan akuntansi

    Mahendra et al., (2019) Penegakan Peraturan,

    Keefektifan

    Pengendalian Internal,

    Asimetri Informasi dan

    Keadilan Kompensasi dalam Mempengaruhi

    Kecenderungan Fraud

    Pengadaan Barang/Jasa Pada Pemerintah Kota

    Surakarta

    Penegakan Peraturan,

    Keefektifan

    Pengendalian

    Internal, Asimetri Informasi dan

    Keadilan

    Kompensasi sebagai variabel

    independen dalam

    Mempengaruhi Kecenderungan

    Fraud

    Penegakan peraturan dan keefektifan

    pengendalian internal

    berpengaruh positif

    tidak signifikan pada kecenderungan fraud.

    Asimetri informasi dan

    keadilan kompensasi berpengaruh positif

    signifikan pada

    kecenderungan kecurangan (fraud).

    Putra dan

    Latrini, (2018) Pengaruh Pengendalian

    Internal, Budaya Organisasi, dan

    Moralitas Pada

    Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Di

    Lpd Sekabupaten

    Gianyar

    Pengendalian

    Internal, Budaya Organisasi, dan

    Moralitas sebagai

    variabel independen,

    Kecenderungan

    Kecurangan

    (Fraud) sebagai variabel

    dependen.

    Pengendalian Internal,

    Budaya Organisasi, dan Moralitas

    berpengaruh negatif

    pada Kecenderungan Kecurangan (Fraud) di

    LPD se-Kabupaten

    Gianyar.

    Widjajanti dan Wahyuni (2019) Pengaruh Moralitas

    Aparat dan Asimetri

    Informasi Terhadap

    Kecenderungan

    Kecurangan Akuntansi

    Moralitas Aparat dan Asimetri

    Informasi sebagai

    variabel

    independen, Kecenderungan

    Kecurangan

    Akuntansi sebagai variabel dependen

    Terdapat pengaruh signifikan secara

    serempak atau

    simultan dari variabel

    moralitas aparat dan asimetri informasi

    terhadap

    kecenderungan kecurangan akuntansi,

    Moralitas aparat

    mempunyai pengaruh

    yang signifikan secara parsial terhadap

    kecenderungan

    kecurangan akuntansi

  • 30

    dan asimetri informasi

    tidak memiliki

    pengaruh yang signifikan secara

    parsial terhadap

    kecenderungan

    kecurangan akuntansi.

    Ridhawati et al.,

    (2019) Pengaruh Keefektifan

    Pengendalian Internal

    dan Kesesuaian terhadap Perilaku Tidak Etis Pada

    PT IQOO Vivo

    Kalimantan

    Keefektifan

    Pengendalian

    Internal dan Kesesuaian

    sebagai variabel

    independen,

    Perilaku Tidak Etis sebagai

    variabel dependen

    Keefektifan

    pengendalian internal

    dan kesesuaian kompensasi

    berpengaruh negatif

    terhadap perilaku tidak

    etis baik secara parsial maupun secara

    simultan.

    Mahawyahrti dan Budiasih,

    (2017)

    Asimetri Informasi, Leverage, Dan Ukuran

    Perusahaan Pada

    Manajemen Laba

    Asimetri Informasi,

    Leverage, dan

    Ukuran

    Perusahaan sebagai variabel

    independen,

    Manajemen Laba sebagai variabel

    dependen

    Asimetri Informasi berpengaruh positif

    pada manajemen laba,

    leverage berpengaruh

    positif pada manajemen laba dan

    ukuran perusahaan

    berpengaruh negatif pada manajemen laba

    Indriastuti,

    Agusdin dan Animah (2016)

    Analisis Pengaruh

    Asimetri Informasi, Pengendalian Internal,

    Persepsi Kesesuaian

    Kompensasi, Moralitas individu, Dan Ketaatan

    Aturan Akuntansi

    Terhadap Kecurangan Akuntansi

    Asimetri

    Informasi, Pengendalian

    Internal, Persepsi

    Kesesuaian Kompensasi,

    Moralitas

    individu, Dan Ketaatan Aturan

    Akuntansi sebagai

    variabel

    independen, Kecurangan

    Akuntansi sebagai

    variabel

    Asimetri Informasi

    berpengaruh positif dan signifikan yang

    berarti meningkatkan

    peluang terjadinya kecurangan.

    Pengendalian internal,

    persepsi kesesuaian kompensasi, moralitas

    individu berpengaruh

    negatif dan signifikan,

    hal ini dapat mengurangi peluang

    terjadinya kecurangan

    akuntansi secara efektif. Sedangkan

    ketaatan aturan

    akuntansi tidak

    berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi

    disebabkan belum

    adanya reward dan

  • 31

    punishment pengelola

    akuntansi terhadap

    implementasi aturan yang ditetapkan.

    Penelitian ini dilakukan oleh Chandrayatna dan Sari (2019) dengan judul

    penelitian “Pengaruh Pengendalian Internal, Moralitas Individu dan Budaya Etis

    Organisasi pada Kecenderungan Kecurangan Akuntansi”. Dengan hasil

    penelitian yaitu Pengendalian internal berpengaruh negatif pada kecenderungan

    kecurangan akuntansi, Moralitas Individu berpengaruh negatif pada

    kecenderungan kecurangan akuntansi, budaya etis organisasi berpengaruh negatif

    pada kecenderungan kecurangan akuntansi.

    Penelitian ini dilakukan oleh Marlina, Rifa’I dan Surasni (2019) dengan

    judul penelitian “Persepsi Karyawan mengenai Pengaruh Efektifitas

    Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi dan Kesesuaian Kompensasi

    terhadap Kecurangan”. Dengan hasil penelitian yaitu Efektifitas pengendalian

    internal dan kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan

    kecurangan akuntansi, sedangkan ketaatan aturan akuntansi memiliki pengaruh

    terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

    Penelitian ini dilakukan oleh Tarigan, (2016) dengan judul penelitian

    “Pengaruh Moralitas Individu, Asimetri Informasi, Efektivitas Pengendalian

    Internal, dan Ketaatan Aturan Akuntansi terhadap Kecenderungan Kecurangan

    Akuntansi (Studi pada BUMD Provinsi Riau)”. Dengan hasil penelitian yaitu,

    Moralitas individu dan pengendalian internal memiliki pengaruh signifikan

    negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, sedangkan asimetri

  • 32

    informasi dan ketaatan aturan akuntansi berpengaruh signifikan terhadap

    kecenderungan kecurangan akuntansi.

    Penelitian ini dilakukan oleh Dennyningrat dan Suputra (2018) dengan

    judul penelitian “Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan

    Moralitas Individu pada Kesalahan Akuntansi”. Dengan hasil penelitian yaitu,

    menyatakan bahwa Sistem Pengendalian Intern berpengaruh negatif pada

    kesalahan akuntansi. Moralitas Individu juga berpengaruh negatif pada kesalahan

    akuntansi

    Penelitian ini dilakukan oleh Sulaiman dan Zulkarnaini (2015) dengan

    judul penelitian “Pengaruh Pengendalian Internal, Kesesuaian Kompensasi, dan

    Ketaatan Aturan terhadap Kecurangan Akuntansi (Studi pada Pemerintah

    Lhokseumawe). Dengan hasil penelitian yaitu, Pengendalian internal berpengaruh

    terhadap terjadinya kecurangan akuntansi. Kesesuaian kompensasi berpengaruh

    secara signifikan terhadap terjadinya kecurangan akuntansi. Ketaatan aturan

    berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya kecurangan akuntansi.

    Penelitian ini dilakukan oleh Susandra dan Hartina (2017) dengan judul

    penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Fraud

    pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Bogor”. Dengan hasil

    penelitian yaitu, Opportunity dan Collusin berpengaruh terhadap kecenderungan

    fraud sedangkan rationalization tidak berpengaruh terhadap kecenderungan fraud.

    Penelitian ini dilakukan oleh Ahriati, et al., (2015) dengan judul penelitian

    “Pengaruh sistem pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi dan

    kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada

  • 33

    pemerintah daerah Kabupaten Lombok Timur”. Dengan hasil penelitian yaitu,

    Sistem pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi dan kesesuaian

    kompensasi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, secara

    simultan variabel bebas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

    kecenderungan kecurangan akuntansi pada pemerintah daerah Kabupaten Lombok

    Timur.

    Penelitian ini dilakukan oleh Udayani dan Sari, (2017) dengan judul

    penelitian “Pengaruh sistem pengendalian internal dan moralitas individu

    terhadap kecenderungan akuntansi. Dengan hasil penelitian yaitu, Sistem

    pengendalian internal dan moralitas individu berpengaru negatif terhadap

    kecenderungan keccurangan akuntansi.

    Penelitian ini dilakukan oleh Mustikasari (2013) dengan judul penelitian

    “Faktor-faktor yang mempengaruhi fraud di Sektor Peemerintah Kabupaten

    Batang. Dengan hasil penelitian yaitu, Pengaruh negatif antara Penegakan hukum,

    keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, budaya etis manajemen

    dan komitmen organisasi dengan kecurangan (fraud) di sektor pemerintah.

    Terdapat pengaruh positif asimetri informasi dengan kecurangan (fraud) di sektor

    pemerintah. Tidak terdapat pengaruh antara keadilan prosedural dengan

    kecurangan (fraud) di sektor pemerintah.

    Penelitian ini dilakukan oleh Seiawan dan Helmayunita, 2017 dengan

    judul penelitian “Pengaruh Pengendalian Internal, Tekanan Finansial, dan

    Moralitas Individu terhadap kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi

    Eksperimen pada Konteks Pemerintahan Daerah)”. Dengan hasil penelitian yaitu

  • 34

    Sistem pengendalian internal organisasi dapat mengurangi kecenderungan

    individu untuk melakukan kecurangan akuntansi. Tekanan finansial dapat

    mempengaruhi kecenderungan individu untuk melakukan kecurangan akuntansi.

    Dengan adanya sistem pengendalian internal, tekanan finansial tidak dapat

    meningkatkan kecenderungan individu untuk melakukan tindakan kecurangan

    akuntansi.

    Penelitian ini dilakukan oleh Setiawan, Adiputra, dan Yuniarti (2015)

    dengan judul penelitian “Pengaruh Sistem Pengendalian Intern, Asimetri

    Informasi, dan Keadilan Organisasi terhadap Kecurangan (Fraud) (Studi Empiris

    pada Bank Perkreditan Rakyat Se-Kabupaten Buleleng”. Dengan hasil penelitian

    yaitu Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa (1) sistem pengendalian

    intern berpengaruh signifikan negatif terhadap kecurangan (fraud), (2) asimetri

    informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan (fraud), (3) keadilan

    organisasi berpengaruh signifikan negatif terhadap kecurangan (fraud).

    Penelitian ini dilakukan oleh Prawitasari dan Putra, (2019) dengan judul

    penelitian “Pengaruh Perilaku Oportunistik, Asimetri Informasi, Moralitas

    Manajemen dan Kesesuaian Kompensasi Pada Praktik Kecurangan Akuntansi”.

    Dengan hasil penelitian yaitu Perilaku Oportunistik berpengaruh positif pada

    kecurangan akuntansi. Asimetri informasi berpengaruh positif pada kecurangan

    akuntansi. Moralitas manajemen tidak berpengaruh negatif pada kecurangan

    akuntansi dan kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif pada kecurangan

    akuntansi pada Pemerintah Daerah di Kabupaten Jembrana.

  • 35

    Penelitian ini dilakukan oleh Korompis et al., (2018) dengan judul

    penelitian “Pengaruh Moralitas Individu, Asimetri Informasi dan Keefektifan

    Pengendalian Internal terhadap Kecenderungan Fraud Berdasarkan Persepsi

    Pada Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi

    Utara”. Dengan hasil penelitian menunjukkan moralitas individu memiliki

    pengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan kecurangan, asimetri

    informasi memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kecenderungan

    kecurangan dan keefektifan pengendalian internal memiliki pengaruh signifikan

    negatif terhadap kecenderungan kecurangan.

    Penelitian ini dilakukan oleh Jannah et al., (2018) dengan judul penelitian

    “Pengaruh Moralitas Aparat dan Asimetri Informasi Terhadap Kecenderungan

    Kecurangan Akuntansi (Studi Pada Pemerintahan Kota Malang)”. Dengan hasil

    penelitian yaitu Moralitas aparat berpengaruh negatif signifikan terhadap terhadap

    kecenderungan kecurangan akuntansi dan Asimetri Informasi berpengaruh positif

    dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

    Penelitian ini dilakukan oleh Mahendra et al., (2019) dengan judul

    penelitian “Penegakan Peraturan, Keefektifan Pengendalian Internal, Asimetri

    Informasi dan Keadilan Kompensasi dalam Mempengaruhi Kecenderungan

    Fraud Pengadaan Barang/Jasa Pada Pemerintah Kota Surakarta”. Dengan hasil

    penelitian menunjukkan bahwa penegakan peraturan dan keefektifan pengendalian

    internal berpengaruh positif tidak signifikan pada kecenderungan fraud. Asimetri

    informasi dan keadilan kompensasi berpengaruh positif signifikan pada

    kecenderungan kecurangan (fraud).

  • 36

    Penelitian ini dilakukan oleh Putra dan Latrini, (2018) dengan judul

    penelitian “Pengaruh Pengendalian Internal, Budaya Organisasi, Dan Moralitas

    Pada Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Di Lpd Sekabupaten Gianyar”.

    Dengan hasil penelitian yaitu Pengendalian Internal, Budaya Organisasi, dan

    Moralitas berpengaruh negatif pada Kecenderungan Kecurangan (Fraud) di LPD

    se-Kabupaten Gianyar.

    Penelitian ini dilakukan oleh Widjajanti dan Wahyuni (2019) dengan judul

    penelitian “Pengaruh Moralitas Aparat dan Asimetri Informasi Terhadap

    Kecenderungan Kecurangan Akuntansi”. Dengan hasil penelitian yaitu terdapat

    pengaruh signifikan secara serempak atau simultan dari variabel moralitas aparat

    dan asimetri informasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, Moralitas

    aparat mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap

    kecenderungan kecurangan akuntansi dan asimetri informasi tidak memiliki

    pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap kecenderungan kecurangan

    akuntansi.

    Penelitian ini dilakukan oleh Ridhawati et al., (2019) dengan judul

    penelitian “Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal dan Kesesuaian

    terhadap Perilaku Tidak Etis Pada PT IQOO Vivo Kalimantan”. Dengan hasil

    penelitian menunjukkan bahwa keefektifan pengendalian internal dan kesesuaian

    kompensasi berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak etis baik secara parsial

    maupun secara simultan.

    Penelitian ini dilakukan oleh Mahawyahrti dan Budiasih, (2017) dengan

    judul penelitian “Asimetri Informasi, Leverage, Dan Ukuran Perusahaan Pada

  • 37

    Manajemen Laba”. Dengan hasil penelitian yaitu Asimetri Informasi berpengaruh

    positif pada manajemen laba, leverage berpengaruh positif pada manajemen laba

    dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada manajemen laba.

    Penelitian ini dilakukan oleh Indriastuti, Agusdin dan Animah (2016)

    dengan judul “Analisis Pengaruh Asimetri Informasi, Pengendalian Internal,

    Persepsi Kesesuaian Kompensasi, Moralitas individu, Dan Ketaatan Aturan

    Akuntansi Terhadap Kecurangan Akuntansi”. Dengan hasil penelitian yaitu

    Asimetri Informasi berpengaruh positif dan signifikan yang berarti meningkatkan

    peluang terjadinya kecurangan. Pengendalian internal, persepsi kesesuaian

    kompensasi, moralitas individu berpengaruh negatif dan signifikan, hal ini dapat

    mengurangi peluang terjadinya kecurangan akuntansi secara efektif. Sedangkan

    ketaatan aturan akuntansi tidak berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi

    disebabkan belum adanya reward dan punishment pengelola akuntansi terhadap

    implementasi aturan yang ditetapkan.

    2.8 Kerangka Konseptual

    Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengidentifikasi tiga variabel yaitu Kesesuaian

    Kompensasi (X1), Asimetri Informasi (X2), Moralitas (X3), dan Kecenderungan

    Fraud (Y).

    Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel

    dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

    kecenderungan fraud. Kecenderungan fraud merupakan suatu tindakan yang

    dilakukan untuk mempeoleh keuntungan pribadi secara tidak wajar seperti

    menutupi kebenaran, penipuan, manipulasi, kelicikan atau mengelabui yang dapat

  • 38

    berupa salah saji atas laporan keuangan, korupsi, dan penyalahgunaan aset, yang

    digunakan dalam mengukur variabel kecenderungan fraud yaitu: (a)

    kecenderungan untuk melakukan manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan

    akuntansi atau dokumen pendukungnya; (b) kecenderungan untuk melakukan

    penyajian yang salah atau penghilangan peristiwa, transaksi, atau informasi yang

    signifikan dari laporan keuangan; (c) kecenderungan untuk melakukan salah

    menerapkan prinsip akuntansi secara sengaja; (d) kecenderungan untuk

    melakukan penyajian laporan keuangan yang salah akibat pencurian

    (penyalahgunaan atau penggelapan) terhadap aktiva yang membuat entitas

    membayar barang atau jasa yang tidak diterima; (e) kecenderungan untuk

    melakukan penyajian laporan keuangan yang salah akibat perlakuan yang tidak

    semestinya terhadap aktiva dan disertai dengan catatan atau dokumen palsu dan

    menyangkut satu atau lebih individu di antara manajemen, karyawan atau pihak

    ketiga.

    Variabel independen pertama dalam penelitian ini adalah kesesuaian

    kompensasi. Kesesuaian kompensasi merupakan kecocokan dan kepuasan

    karyawan/pegawai/pekerja atas apa yang diberikan instansi kepada mereka baik

    berupa upah perjam maupun gaji secara periodic sebagai balasan dari pekerjaan

    yang telah dilaksanakan. Variabel independen kedua dalam penelitian ini adalah

    asemetri informasi. Asimetri informasi merupakan situasi yang terbentuk karena

    principal (pemegang saham) tidak memiliki informasi yang cukup mengenai

    kinerja agent (para manajer) sehingga principal tidak pernah dapat menentukan

    kontribusi usaha-usaha agent terhadap hasil-hasil perusahaan yang

  • 39

    sesungguhnya.Variabel independen ketiga dalam penelitian ini adalah moralitas.

    Moralitas merupakan sikap dan perilaku yang baik, dimana setiap individu akan

    berusaha melakukan tugasnya sebaik mungkin dan tidak meminta balasan.

    Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat

    digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

    2.9 Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan judul, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka

    konseptual, maka disusun hipotesis sebagai berikut:

    H1: Diduga bahwa Kesesuaian Kompensasi berpengaruh terhadap kecenderungan

    fraud pada PT Sumber Graha Sejahtera Kabupaten Luwu.

    Kesesuaian

    Kompensasi

    X1

    Asimetri

    Informasi

    X2

    Moralitas

    X3

    Kecenderunga

    n Fraud

    Y

  • 40

    H2: Diduga bahwa Asimetri Informasi berpengaruh terhadap kecenderungan

    fraud pada PT Sumber Graha Sejahtera Kabupaten Luwu.

    H3: Diduga bahwa Moralitas berpengaruh terhadap kecenderungan fraud pada

    PT Sumber Graha Sejahtera Kabupaten Luwu.

  • 41

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Desain Penelitian

    Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

    Tujuan dari penelitian ini untuk menguji hipotesis penelitian yang berkaitan

    dengan subjek yang diteliti. Hasil pengujian dapat digunakan sebagai dasar untuk

    menarik kesimpulan penelitian, mendukung atau menolak hipotesis yang

    dikembangkan dari telaah teoritis. Penelitian kuantitatif dilakukan pada sampel

    yang diambil berdasarkan kriteria, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat

    digeneralisasikan pada populasi dimana sampel tersebut diambil. Metode ini

    disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis

    menggunakan statistik.

    3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT Sumber Graha Sejahtera (SGS) di

    Kabupaten Luwu yang beralamatkan di Jl. Andi Maradang, Desa Barowa,

    Kecamatan Bua. Penelitian ini dilaksanakan ± 2 bulan dimulai dari Juli-Agustus

    2020 dengan melakukan penyebaran kuisioner.

    3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

    Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

    mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

    dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014: 115).

  • 42

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staf yang bekerja di PT Sumber

    Graha Sejahtera Kabupaten Luwu, dengan jumlah 104 orang. Penelitian ini

    menggunakan teknik purposive sampling sebagai metode penentuan sampel.

    Kriteria penentuan sampel pada penelitian ini yaitu staf yang memiliki

    pengalaman kerja minimal 1 tahun dan jenjang pendidikan minimal S1. Adapun

    staf yang masuk dalam kriteria yaitu sebanyak 80 staf. Jumlah 80 sudah

    memenuhi kriteria dalam teknik purposive sampling karena dari semua sampel

    tersebut, sebanyak 80 staf memiliki pendidikan minimal S1 dan telah bekerja

    lebih dari 1 tahun.

    Responden dalam penelitian ini adalah staf yang bekerja pada PT Sumber

    Graha Sejahtera Kabupaten Luwu. Pada Penelitian ini, peneliti mendapatkan data

    melalui penyebaran kuesioner pada PT Sumber Graha Sejahtera Kabupaten Luwu

    sebanyak 80 sampel dan diberikan kepada Staf PT Sumber Graha Sejahtera

    Kabupaten Luwu yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Jumlah Kuesioner

    yang dikembalikan dan dapat digunakan sebanyak 50 sampel atau tingkat

    pengembalian data kuesioner sebanyak 62,5 persen. Adapun rincian dapat dilihat

    pada tabel berikut:

    Tabel 3.1Pengumpulan Data Primer Penelitian

    No. Keterangan Jumlah Kuesioner Presentase

    1 Distribusi kuesioner 80 100%

    2 Kuesioner Kembali 50 62,5%

    3 Kuesioner cacat/tidak kembali 30 39,5%

    4 Kuesioner yang dapat diolah 50 62,5%

    n sampel yang kembali = 50

    Responden rate = 50 x 100%

    80

    = 62,5%

    Sumber: Data Primer yang diolah (2020)

  • 43

    Sebanyak 50 Staf yang bekerja di PT Sumber Graha Sejahtera Kabupaten

    Luwu berhasil dikumpulkan sebagai responden dalam penelitian ini. Demografi

    responden dapat diklasifikasi berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel

    berikut:

    Tabel 3.2 Jenis Kelamin Responden

    No Jenis Kelmin Frekuensi Presentse

    1 Laki-laki 32 64%

    2 Perempuan 18 36%

    3 Jumlah 50 100% Sumber: Data Primer yang diolah 2020

    Berdasarkan Tabel 3.2 diatas, maka dapat dijelaskan bahwa persentase

    responden dalam penelitian ini didominasi oleh jenis kelamin Laki-laki yaitu 32

    orang atau dalam bentuk persentase 64%, sementara responden Perempuan

    berjumlah 18 orang atau dalam bentuk persentase 36%. Hal ini bisa dijadikan

    gambaran bahwa Staf PT Sumber Graha Sejahtera Kabupaten Luwu didominasi

    oleh Staf Laki-laki.

    3.4 Jenis dan Sumber Data

    Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    1. Jenis Data

    Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif

    yaitu data yang diperoleh dari PT Sumber Graha Sejahtera (SGS) di

    Kabupaten Luwu dalam bentuk angka-angka yang masih perlu di analisis

    kembali seperti jumlah karyawan serta data lainnya yang menunjang

    pembahasan ini.

  • 44

    2. Sumber Data

    Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu

    data yang diperoleh melalui hasil penelitian secara langsung terhadap sumber

    yang diamati dan dicatat untuk pertama kalinya melalui pengamatan terhadap

    objek yang diteliti. Data primer ini diperoleh melalui hasil kuisioner yang

    diberikan berdasarkan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan kesesuaian

    kompensasi, asimetri informasi, moralitas, dan kecenderungan fraud.

    3.5 Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dalam penelitian yaitu dengan menggunakan kuesioner

    (Questionere), yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan memberikan daftar

    Pernyataan terkait dengan obyek yang akan diteliti, kepada pihak yang berwenang

    dalam PT Sumber Graha Sejahtera Kabupaten Luwu.

    3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian

    Bagian ini berisi tentang variabel dependen dan tiga variabel independen serta

    menjelaskan lebih operasional tentang variabel-variabel yang terkait. Variabel

    dependen adalah kecenderungan fraud, sedangkan variabel independen adalah

    kesesuaian kompensasi, asimetri informasi, dan moralitas.

    Tabel 3.3 Definisi Operasional variabel

    No Variabel Definisi Indikator Skala

    Penguk

    uran

    1 Kesesuaian

    Kompensasi

    (X1)

    Kesesuaian kompensasi

    adalah segala sesuatu yang

    diterima karyawan yang

    diberikan oleh organisasi

    sebagai balas jasa atas apa

    yang telah dikerjakan oleh

    karyawan tersebut.

    Kompensasi

    keuangan

    Pengakuan

    perusahaan atas

    keberhasilan dalam

    melaksanakan

    Ordinal

  • 45

    Kesesuaian kompensasi

    dimaksudkan bahwa

    imbalan yang diterima

    karyawan atas jasa yang

    diberikannya adalah sesuai

    dengan pengorbananya.

    pekerjaan

    Promosi

    Penyelesaian tugas

    Pencapaian sasaran

    Pengembangan

    pribadi

    2 Asimetri

    Informasi

    (X2)

    Asimetri Informasi adalah

    keadaan dimana

    ketidakselarasan informasi

    antara pihak manajer dan

    pemegang saham yang

    disebabkan karena

    distribusi informasi yang

    tidak sama antara kedua

    belah pihak

    Situasi dimana

    manajemen

    memiliki informasi

    yang lebih atas

    aktivitas yang

    menjadi tanggung

    jawabnya dibanding

    pihak luar.

    Situasi dimana

    manajemen lebih

    mengerti apa yang

    dapat dicapai dalam

    bidang yang

    menjadi tanggung

    jawabnya.

    Ordinal

    3 Moralitas

    (X3)

    Moralitas yaitu Kualitas

    yang menunjukkan baik

    atau buruknya perbuatan

    seseorang.

    Pra-conventional

    Conventional

    Post-conventional

    Ordinal

    4 Kecenderung

    an Fraud (Y)

    Kecenderungan fraud

    adalah suatu kesalahan

    yang dilakukan secara

    sengajasehingga

    menimbulkan banyak

    kerugian yang

    dimaksudkan untuk

    mengambil harta atau hak

    orang lain.

    Kecenderungan

    untuk melakukan

    manipulasi atau

    pemalsuan

    Kecenderungan

    untuk melakukan

    hal yang salah

    Kecenderungan

    untuk melakukan

    salah menerapkan

    prinsip akuntansi

    secara sengaja.

    Ordinal

  • 46

    3.7 Instrumen Penelitian

    Penelitian ini melakukan uji instrumen yang bertujuan untuk mengetahui seberapa

    besar tingkat keakuratan dan konsistensi data yang dikumpulkan. Uji instrumen

    dalam penelitian ini terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas. Data ordinal (skor

    kuisioner) dalam penelitian ini terlebih dahulu ditransformasi menjadi data

    interval, selanjutnya peneliti melakukan pengujian statistik deskriptif. Statistik

    deskriptif digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel yang diteliti.

    3.8 Analisis Data

    Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi

    linear berganda, yaitu untuk mengetahui ketergantungan variabel terikat dengan

    variabel-variabel bebas, serta untuk mengetahui ketergantungan variabel terikat

    dengan variabel-variabel bebas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

    pengaruh kesesuaian kompensasi, asimetri informasi dan moralitas terhadap

    kecenderungan fraud. selain itu penelitian ini juga disertai dengan uji validitas, uji

    reliabilitas, analisis regresi berganda.

    1. Uji Validitas

    Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid suatu kuesioner.

    Suatu kuesioner dikatakan valid jika suatu pertanyaan pada kuesioner mampu

    mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Perhitungan

    yang akan dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS.

    Dimana validitas data diukur dengan membandingkan r hitung dan r tabel, jika:

    1) Apabila r hitung > r tabel (pada taraf signifikansi 5%), maka dapat

    dikatakan kuesioner tersebut valid.

  • 47

    2) Apabila r hitung < r tabel (pada taraf signifikasi 5%), maka dapat

    dikatakan kuesioner tersebut tidak valid.

    2. Uji Reliabilitas

    Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

    merupakan indikator dari variabel, dan kuesioner dikatakan reliable atau

    handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil

    dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk menguji konsistensi

    kuesioner dalam mengukur suatu variabel yang sama. Hasil yang didapat

    sangat tergantung pada kesungguhan responden dalam menjawab semua item

    pertanyaan.

    3. Analisis Regresi Berganda

    Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

    regresi berganda yang bertujuan untuk membantu memprediksi nilai suatu

    variabel dependen oleh lebih dari variabel independen (Suyana Utama, 2016:

    77). Model regresi linear berganda yang digunakan adalah dengan

    menggunakan rumus:

    Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

    Keterangan:

    Y = Kecenderungan Fraud

    α = Konstanta

    β1 = Koefisien regresi variabel kesesuaian kompensasi

    β2 = Koefisien regresi variabel asimetri informasi

    β3 = Koefisien regresi variabel moralitas

  • 48

    X1 = Kesesuaian kompensasi

    X2 = Asimetri Informasi

    X3 = Moralitas

    e = Error

  • 49

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

    Pada mulanya PT. Sumber Graha Sejahtera (SGS) didirikan dengan Akte

    Pendirian No. 11 tanggal 18 November oleh Notaris Soeleman Ardjosmita, SH

    Dengan nama untuk pertama kalinya adalah PT. Palopo Plywood yang kemudian

    berdasarkan akte perubahan oleh notaris yang sama No. 28 tanggal 11 september

    1973 yang dibuat untuk mengubah nama menjadi PT. Panca Usaha Plywood

    namun pada tanggal 1 januari 1975 pabrik dinyatakan tutup dan kepemilikan

    saham telah dihibahkan seluruhnya ke PT. Tri Usaha Bhakti. Pada tanggal 27

    april 1978 ditandatangani surat perjanjian eksploitasi antara PT. Tri Usaha Bhakti

    dengan PT. Nelly Dwi Putra yang diwakili Bapak Hasan Sunarko. Direktur Utama

    PT. Panca Usaha Palopo Plywood (Bapak R.S. Dawoed diangkat menjadi Project

    Officer dibantu staff officer masing-masing).

    Setelah perjanjian eksploitasi ditandatangani oleh PT. Nelly Dwi Putri

    segera di persiapkan segala sesuatunya dan dalam waktu satu bulan, pabrik yang

    sudah tiga setengah tahun lamanya asset mulai produksi komersial pada tanggal 1

    juni 1978 yang kemudian tanggal 1 juni diperingati sebagai ulang tahun PT. Panca

    Usaha Palopo Plywood yaitu tanggal dimulainya produksi komersial. Selanjutnya

    pada tanggal 06 November 2017 berubah nama menjadi PT. Sumber Graha

    Sejahtera (SGS) Cabang Luwu.

  • 50

    4.1.1 Visi Misi Perusahaan

    Adapun visi dan misi PT. Sumber Graham Sejahtera (SGS)

    1. Visi

    Pemberdayaan pemenang yang menginspirasi masa depan yang berkelanjutan

    bagi semua.

    2. Misi

    a. Menggunakan Sumber yang Berkelanjutan

    Berkomitmen untuk mengambil bahan baku dari pemasok ecoforest yang

    berkelanjutan serta bertekad membangun masa depan yang lebih baik.

    b. Pemberdayaan Manusia

    Melibatkan, berkolaborasi, dan memberdayakan karyawan sebagai aset

    utama perusahaan untuk memastikan masa depan yang berkelanjutan bagi

    semua pihak.

    c. Mendorong Nilai Ekonomi

    Sebagai pemimpin industry melalui solusi yang inovatif dan berkelanjutan

    di mana pun kami berada.

  • 51

    4.1.2 Struktur Organisasi

    Gambar 4.1 Struktur Organisasi

    4.2 Deskripsi Statistik

    Analisis statistik deskriptif ini meliputi tabel, rata-rata (mean), standar deviasi,

    nilai maksimum, nilai minimum, dan jumlah penelitian sehingga penelitian ini

    menggunakan statistik deskriptif. Berikut ini adalah hasil analisis statistik

    deskriptif yang diolah dengan menggunakan Spss versi 24 sebagai berikut:

    Tabel 4.1 Uji Statistik Deskriptif Kesesuaian Kompensasi

    X1.1

    Frequency Percent Valid Percent Cumulative

    Percent

    Valid

    STS 19 38.0 38.0 38.0

    N 17 34.0 34.0 72.0

    S 10 20.0 20.0 92.0

    SS 4 8.0 8.0 100.0

    Total 50 100.0 100.0

    Sumber : Data diolah diSPSS tahun 2020

  • 52

    Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diatas dapat disimpulkan bahwa

    variabel Kesesuaian Kompensasi yang menjawab "Sangat tidak setuju" 19 orang

    atau 38%, yang menjawab "Netral" 17 orang atau 34%, yang menjawab "Setuju"

    10 orang atau 20%, dan yang menjawab "Sangat setuju" 4 orang atau 8% maka

    mean dari jawaban responden adalah 2,60 atau rata-rata menjawab Sangat tidak

    setuju.

    Tabel 4.2 Uji Statistik Deskriptif Kesesuaian Kompensasi

    X1.2

    Frequency Percent Valid Percent Cumulative

    Percent

    Valid

    N 4 8.0 8.0 8.0

    S 28 56.0 56.0 64.0

    SS 18 36.0 36.0 100.0

    Total 50 100.0 100.0

    Sumber : Data diolah diSPSS tahun 2020

    Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diatas dapat disimpulkan bahwa

    variabel Kesesuaian kompensasi yang menjawab "Netral" 4 orang atau 8%, yang

    menjawab "Setuju" 28 orang atau 56%, dan yang menjawab "Sangat setuju" 18

    orang atau 36% maka mean dari jawaban responden adalah 4,28 atau rata-rata

    menjawab Setuju.

    Tabel 4.3 Uji Statistik Deskriptif Kesesuaian Kompensasi X1.3

    Frequency Percent Valid Percent Cumulative

    Percent

    Valid

    STS 19 38.0 38.0 38.0

    N 17 34.0 34.0 72.0

    S 10 20.0 20.0 92.0

    SS 4 8.0 8.0 100.0

    Total 50 100.0 100.0

    Sumber : Data diolah diSPSS tahun 2020

    Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diatas dapat disimpulkan bahwa

    variabel kesesuaian kompensasi yang menjawab " Sangat tidak setuju" 19 orang

  • 53

    atau 38%, "Netral" 17 orang atau 34%, yang menjawab "Setuju" 10 orang atau

    20% danyang menjawab "sangat setuju" 4 orang atau 8%, maka mean dari

    jawaban responden adalah 2,60 atau rata-rata menjawab Netral.

    Tabel 4.4 Uji Statistik Deskriptif Kesesuaian Kompensasi

    X1.4

    Frequency Percent Valid Percent Cumulative

    Percent

    Valid

    N 4 8.0 8.0 8.0

    S 28 56.0 56.0 64.0

    SS 18 36.0 36.0 100.0

    Total 50 100.0 100.0

    Sumber : Data diolah diSPSS tahun 2020

    Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diatas dapat disimpulkan bahwa

    variabel Kesesuaian Kompensasi yang menjawab " Netral " 4 orang atau 8%, yang

    menjawab "Setuju" 28 orang atau 56% danyang menjawab "Sangat setuju" 18

    orang atau 36%, maka mean dari jawaban responden adalah 4,28 atau rata-rata

    menjawab Setuju.

    Tabel 4.5 Uji Statistik Deskriptif Kesesuaian Kompensasi

    X1.5

    Frequency Percent Valid Percent Cumulative

    Percent

    Valid

    N 19 38.0 38.0 38.0

    S 22 44.0 44.0 82.0

    SS 9 18.0 18.0 100.0

    Total 50 100.0 100.0

    Sumber : Data diolah diSPSS tahun 2020

    Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diatas dapat disimpulkan bahwa

    variabel kesesuaian kompensasi yang menjawab "Netral" 19 orang atau 38%,

    yang menjawab "Setuju" 22 orang atau 44% dan yang menjawab “Sangat setuju”

    9 orang atau 18% maka mean dari jawaban responden adalah 3,80 atau rata-rata

    menjawab Setuju.

  • 54

    Tabel 4.6 Uji Statistik Deskriptif Asimetri Informasi

    X2.1

    Frequency Percent Valid Percent Cumulative

    Percent

    Valid

    TS 2 4.0 4.0 4.0

    N 5 10.0 10.0 14.0

    S 37 74.0 74.0 88.0

    SS 6 12.0 12.0 100.0

    Total 50 100.0 100.0

    Sumber : Data diolah diSPSS tahun 2020

    Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diatas dapat disimpulkan bahwa

    variabel Asimetri Informasi yang menjawab "Tidak setuju" 2 orang atau 4%, yang

    menjawab "Netral" 5 orang atau 10%, yang menjawab "Setuju" 37 orang atau

    74% danyang menjawab "Sangat setuju" 6 orang atau 12% maka mean dari

    jawaban responden adalah 3,94 atau rata-rata menjawab setuju.

    Tabel 4.7 Uji Statistik Deskriptif Asimetri Informasi

    X2.2

    Frequency Percent Valid Percent Cumulative

    Percent

    Va