13
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu peristiwa penting dalam kehidupan manusia. Mahluk hidup memiliki hak asasi untuk melanjutkan keturunannya melalui perkawinan, melalui budaya dalam melaksanakan suatu perkawinan yang dilakukan di Indonesia. Ada perbedaan-perbedaannya dalam pelaksanaan yang disebabkan karena keberagaman kebudayaan atau kultur terhadap agama yang dipeluk. Setiap orang atau pasangan (pria dengan wanita) jika sudah melakukan perkawinan maka terhadapnya ada ikatan kewajiban dan hak diantara mereka berdua dan anak-anak yang lahir dari perkawinan tersebut. Perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya disebut UU Perkawinan) 1 , bukan hanya merupakan suatu perbuatan perdata saja, akan tetapi juga merupakan suatu perbuatan keagamaan, karena sah atau tidaknya suatu perkawinan tolak ukurnya sepenuhnya ada pada hukum masing-masing agama dan kepercayaan yang dianutnya 2 . Negara Indonesia sendiri terdiri dari berbagai bangsa dan suku yang sangat beragam. Ada perbedaan segi bahasa, budaya, dan ras yang memungkinkan terdapatnya perbedaan tata cara pelakasanaan perkawinan adat setiap daerah. Hal tersebut merupakan kekayaan kebudayaan tiap masing-masing daerah. Ada yang dilakukan dengan melalui peminangan seperti pada masyarakat jawa, ada juga yang dilakukan dalam bentuk pelarian diri atau disebut merariq (kawin lari) yang dapat ditemukan pada masyarakat Sasak di Lombok. Tradisi merariq ini 1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan (LN 1974 Nomor 1,TLN 3019). 2 Abdurrahman, 1978, Masalah-masalah Hukum Perkawinan Di Indonesia, Bandung, Penerbit Alumni, hal. 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44234/2/jiptummpp-gdl-sapriyanto-49250...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu peristiwa penting

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Perkawinan adalah salah satu peristiwa penting dalam kehidupan manusia.

    Mahluk hidup memiliki hak asasi untuk melanjutkan keturunannya melalui

    perkawinan, melalui budaya dalam melaksanakan suatu perkawinan yang

    dilakukan di Indonesia. Ada perbedaan-perbedaannya dalam pelaksanaan yang

    disebabkan karena keberagaman kebudayaan atau kultur terhadap agama yang

    dipeluk. Setiap orang atau pasangan (pria dengan wanita) jika sudah melakukan

    perkawinan maka terhadapnya ada ikatan kewajiban dan hak diantara mereka

    berdua dan anak-anak yang lahir dari perkawinan tersebut. Perkawinan menurut

    Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya disebut

    UU Perkawinan)1, bukan hanya merupakan suatu perbuatan perdata saja, akan

    tetapi juga merupakan suatu perbuatan keagamaan, karena sah atau tidaknya suatu

    perkawinan tolak ukurnya sepenuhnya ada pada hukum masing-masing agama

    dan kepercayaan yang dianutnya2.

    Negara Indonesia sendiri terdiri dari berbagai bangsa dan suku yang

    sangat beragam. Ada perbedaan segi bahasa, budaya, dan ras yang memungkinkan

    terdapatnya perbedaan tata cara pelakasanaan perkawinan adat setiap daerah. Hal

    tersebut merupakan kekayaan kebudayaan tiap masing-masing daerah. Ada yang

    dilakukan dengan melalui peminangan seperti pada masyarakat jawa, ada juga

    yang dilakukan dalam bentuk pelarian diri atau disebut merariq (kawin lari)

    yang dapat ditemukan pada masyarakat Sasak di Lombok. Tradisi merariq ini

    1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan (LN 1974 Nomor 1,TLN 3019).

    2 Abdurrahman, 1978, Masalah-masalah Hukum Perkawinan Di Indonesia, Bandung, Penerbit

    Alumni, hal. 9

  • 2

    masih kental di kalangan masyarakat sasak saat ini khususnya pada masyarakat

    Lombok Tengah termasuk di desa Kuta.

    Tradisi di Lombok Tengah ketika hendak menikah, sang pria melakukan

    penculikan terhadap wanita yang akan dinikahinya. Istilah penculikan ini dalam

    suku sasak lebih dikenal dengan sebutan “merariq” yang jika diartikan ke dalam

    bahasa Indonesia “menikah diculik/dicuri”. Jadi setiap pasangan yang akan

    menikah sudah pasti menggunakan tradisi ini, karena tradisi yang disebut merariq

    ini sudah mendarah daging pada diri mereka. Sesuai dengan teori budaya yang di

    paparkan dalam buku pengantar ilmu antroplogi bahwa sistem nilai dan budaya

    merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak. Hal itu di sebabkan

    karena nilai budaya merupakan konsep-konsep mengenai sesuatu yang ada dalam

    alam pikiran sebagian besar dari masyarakat yang mereka anggap bernilai,

    berharga, dan penting dalam hidup sehingga dapat berfungsi sebagai suatu

    pedoman yang memberi arah dan orientasi pada kehidupan para warga

    masyarakat.3

    Perkawinan suku Sasak dikenal dengan merariq. Dengan rangkaian

    proses yang umum dilakukan, yaitu Merariq, melaksanakan sejati/selabar,

    Sorong Serah, Nyongkol. Dalam pelaksanaan perkawinan adat, setelah

    pelaksanaan merariq maka semua rangkaian proses itu harus dilaksanakan karena

    di dalamnya mengandung nilai-nilai yang nantinya akan berpengaruh pada status

    pengantin terutama pada perempuan.

    Merariq hanya dapat ditemui di masyarakat Sasak, Lombok, Nusa

    Tenggara Barat. sehingga apabila ada orang yang ingin mengetahui status

    3 Koentjaraningrat.2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

  • 3

    pernikahan seseorang, orang tersebut cukup bertanya apakah yang bersangkutan

    telah merari’ atau belum.

    Proses merariq ini didahului oleh calon pengantin laki-laki harus

    melarikan atau menculik si gadis tanpa diketahui oleh keluarga si gadis. Proses ini

    kemudian dilanjutkan dengan memberitahukan kepada keluarga si gadis bahwa

    mereka telah menculik si gadis. Informasi ini harus diberikan sebelum tiga hari,

    yang kemudian dilanjutkan dengan pernikahan di rumah pihak laki-laki.

    Pemangku adat atau masyarakat Sasak umumnya menyatakan bahwa

    praktik budaya kawin lari merupakan hasil dari adopsi masyarakat dari praktek

    budaya bali. Bedanya adalah suku bangsa Sasak membuat inovasi bagi budaya

    kawin lari itu sendiri menjadi sebentuk identitas baru kebudayaan Sasak berdasar

    pada ajaran Islam. Pada masyarakat Bali, pada prosesi melarikan gadis secara

    otomatis menjadi akad perkawinan pada pasangan, sedangkan pada masyarakt

    Sasak proses itu hanya menjadi awal rentetan prosesi dari perkawinan itu, karena

    pelaksanaan akad nikah secara Islam menjadi keharusan untuk dilaksanakan.

    Senada dengan itu juga, masyarakat Sasak menjalankan setiap rentetan seremoni

    perkawinan dilaksanakan dengan penuh khidmat dalam bingkai keIslaman.

    Peristiwa merariq berpotensi melahirkan konflik antar keluarga sehingga

    perlu ditetapkan aturan main bagaimana merariq ini dilakukan. Mereka yang

    melakukan merariq adalah orang yang berani bertanggung jawab atas apa yang

    dilakukan dan tidak mundur menghadapi situasi sulit. Ada aturan bahwa merarik

    harus dilakukan pada malam hari. Fenomena budaya merariq yang terdapat

    pada masyarakat Sasak ini merupakan wujud kearifan lokal yang di dalamnya

  • 4

    terlibat suatu keyakinan bagi masyarakatnya untuk menjalaninya sebagai

    pembuktian keberanian seorang laki-laki pada calon istrinya.

    Fenomena merariq ini menarik untuk dikaji karena Indonesia adalah

    sebuah masyarakat yang majemuk, ini ditandai oleh adanya suku-suku bangsa

    yang masing-masing mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan yang berlaku

    dalam masyarakat suku bangsanya sendiri-sendiri tetapi secara bersama-sama

    hidup dalam satu wadah masyarakat Indonesia .

    Menarik juga dikaji karena merariq ini adalah suatu bentuk pernikahan

    yang dianggap suku lain sebagai sebuah pelanggaran dan hal yang tabu untuk

    dilakukan karena masyarakat diluar suku sasak banyak yang tidak mengetahui

    makna akan tradisi merariq didalam masyarakat sasak tersebut. Merariq sering

    dianggap sebagai tindakan kriminal dan bahkan sesuatu hal yang tidak

    dibenarkan.

    Bertitik tolak dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk menggali

    informasi yang lebih mendalam, tentang “Makna Tradisi Merariq Bagi

    Masyarakat Sasak”

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut maka pertanyaan penelitiannya adalah :

    Bagaimana makna tradisi merariq bagi masyarakat sasak?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui lebih jauh makna tradisi merariq

    bagi masyarakat sasak

  • 5

    1.4 Manfaat Penelitian

    1) Manfaat Teoritis

    a. Mengetahui relevansi antara teori insteraksionisme simbolika yang

    digagas oleh Herbert Blummer dengan kondisi lapangan yang diteliti

    yaitu makna merariq bagi masyarakat sasak.

    b. Sebagai tambahan refrensi keilmuan dilingkungan akademis, terutama

    Jurusan Sosiologi yang berkaitan dengan makna tradisi merariq bagi

    masyarakat sasak.

    2) Manfaat Praktis

    a. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi bagi

    masyarakat yang ingin mengetahui tentang makna merariq bagi

    masyarakat sasak.

    b. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan refrensi bagi

    peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian sejenis

    1.5 Definisi Konsep

    1.5.1 Makna

    Makna muncul sebagai hasil interaksi di antara manusia baik secara verbal

    maupun nonverbal. Melalui aksi dan respon yang terjadi, kita memberikan makna

    ke dalam kata-kata atau tindakan, dan karenanya kita dapat memahami suatu

    peristiwa dengan cara-cara tertentu. Masyarakat muncul dari percakapan yang

    saling berkaitan diantara individu.4

    4 Morissan, Teori Komunikasi : Individu Hingga........., Hlm. 230.

  • 6

    1.5.2 Tradisi

    Tradisi merupakan keseluruhan benda material dan gagasan yang

    berasal dari masa lalu namun benar-benar masih ada kini, belum

    dihancurkan, dirusak, dibuang atau dilupakan. Hal ini senada dengan yang

    di kemukan Shil. “Tradisi berarti segala sesuatu yang disalurkan atau

    diwariskan dari masa lalu ke masa kini.5

    1.5.3 Merariq

    Menurut tetua adat desa kuta, merariq berati melai’an atau

    melarikan, jadi merariq bisa juga disebut kawin lari karena kawin lari

    adalah sistem pernikahan yang masih ada di lombok khususnya suku

    sasak. Di Lombok juga pernikahan atau perkawinan secara kawin lari itu

    disebut merariq.

    1.5.4 Masyarakat

    Masyarakat adalah kumpulan manusia yang membentuk suatu

    kelompok yang hidup bersama-sama dan saling membantu satu sama lain

    dalam hubungannya atau saling berinteraksi.6

    1.6 Metode Penelitian

    Untuk memperoleh jawaban tentang kebenaran dari suatu permasalahan

    diperlukan suatu kegiatan penelitian dalam rangka mencari data ilmiah sebagai

    bukti kebenaran ilmiah.

    5 Piotr Sztompka. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial Jakarta: Prenada. Hal. 70

    6 Soerjono Soekanto, 2003. Judul : Sosiologi Suatu Pengantar. Penerbit PT Raja Grafindo Persada

    : Jakarta.

  • 7

    Metode merupakan suatu cara yang dilakukan peneliti sebagai pedoman

    dalam melakukan penelitian dan mempunyai peran yang sangat penting dalam

    pengumpulan data. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah:

    1.6.1 Jenis Penelitian

    Penelitian ini karakteristiknya adalah penelitian deskriptif, penelitian

    deskriptif ini merupakan penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-

    gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai

    sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.

    Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.

    Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan analisis yang tidak

    menggunakan prosedur analisis statistik atau ara kuantifikasi lainnya. penelitian

    yang mereka teliti sangat rinci dibentuk dengan kata-kata7. Penelitian kualitatif

    berusaha memahami dan menafsirkan makna, suatu peristiwa, interaksi tingkah

    laku manusia dalam situasi tertentu.

    1.6.2 Lokasi Penelitian

    Mengemukakan lokasi penelitian pertama adalah menyebutkan tempat

    penelitian kedua, mengemukakan fenomena sosial terakhir adanya kekhasan

    lokasi itu yang tidak memilliki oleh lokasi lain sehubungan dengan atau yang

    terkait dengan permasalahan penelitian. 8

    Sebagai tempat lokasi penelitian ini adalah Desa Kuta Kecamatan Pujut di

    Kabupaten Lombok Tengah. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut karena

    selain memudahkan peneliti untuk mendapatkan data juga karena di Desa Kuta

    tersebut tradisi merariq masih terjaga dengan baik.

    7 Moleong, Lexy,. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya.

    Bandung 8 Hamidi, Metode Penelitian Sosial. Malang: UMM Press, Thn 2004: Hal 55

  • 8

    1.6.3 Subyek Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan atau dipilih oleh peneliti harus sesuai

    untuk memperoleh jawaban atas masalah yang ingin diangkat dan disamping itu

    praktis sesuai tenaga, fasilitas dan kesanggupan. pengambilan subyek penelitian

    dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik “Purposive Sampling”.

    Purposive Sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel yang sering

    digunakan dalam penelitian. Secara bahasa kata purposive berari sengaja, jadi

    kalau sederhananya purposive sampling berarti teknik pengambilan sampel secara

    sengaja. Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses pengambilan sampel

    dengan menentukan terlebih dahulu sampel yang hendak diambil, kemudian

    pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu asalkan

    tidak menyimpang dari sampel yang ditetapkan. Dengan menggunakan prinsip

    purposive dapat ditemukan sejumlah subyek yang seusai dengan tujuan penelitian.

    Adapun tersebut, yakni:

    a. Subjek merupakan 4 orang tokoh masyarakat yang juga menjadi

    pelaku merariq di Desa Kuta Kecamatan Pujut

    b. Subjek yang merupakan masyarakt biasa 3 orang dan merupakan

    pelaku merariq yang ada di Desa kuta

    1.6.4 Sumber Data

    Dalam penelitian ini sumber data yang dipergunakan adalah terdiri dari

    data primer dan data sekunder.

    a. Sumber data primer

    Adalah data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus

    menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data yang dikumpulkan

  • 9

    sendiri oleh peneliti dari sumber pertama atau tempat objek. Data ini diperoleh

    secara langsung dan observasi langsung dilokasi penelitian. Peneliti menggunakan

    data primer karena untuk mendapatkan informasi secara langsung dan aktual yang

    diambil dari masyarakat. Dalam hal ini sumber data primernya adalah tetua adat

    setempat dan para pelaku merariq yang berada di sekitar kuta kecamatan Pujut

    kabupaten Lombok Tengah.

    b. Sumber data sekunder

    Adalah data yang diperoleh dari arsip-arsip pemerintah, internet dari situs-

    situs yang terkait dengan konteks penelitian seperti artikel, jurnal dan lain-lain.

    Dalam penelitian ini data sekundernya adalah artikel dari internet atau wilayah

    desa Kuta secara keseluruhan baik dengan kondisi geografis, monografis, dan

    topografis desa guna memahami masyarakat desa tersebut, kemudian dari arsip

    dan jurnal.

    1.6.5 Teknik Pengumpulan Data

    Penelitian ini karakteristiknya adalah penelitian deskriptif, penelitian

    deskriptif ini merupakan penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-

    gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai

    sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung

    tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis.

    Sehingga pengumpulan data dilapangan akan dilakukan dengan cara :

    a. Observasi (pengamatan)

    Metode ini dipakai untuk mendapatkan data melalui kegiatan melihat,

    mendengar dan penginderaan lainnya yang mungkin dilakukan untuk

  • 10

    memperoleh data atau informasi yang diperlukan.9 Didalam proses observasi

    ini, peneliti langsung terjun ke lapangan untuk melihat kondisi riil lingkungan

    masyarakat yang diteliti dengan cara melihat dan mengamati prosesi tradisi

    perkawinan merariq yang dilakukan masyarakat sasak. Ternyata proses adat

    ataupun tradisi merariq ini sangat penting dengan kosekuensi luas dan rumit.

    Adapun tahap-tahap atau proses dalam merariq masyarakat di desa kuta adalah:

    mulai Mbait (mengambil/melarikan calon mempelai perempuan), Merangkat,

    Masejati, Selabar, Bait wali, Akad nikah, Pisuka gantiran, Begawe, Sorong

    serah, Nyongkolan dan terakhir Bales onas nae

    b. Wawancara

    Metode wawancara atau metode interview adalah cara yang digunakan

    seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan

    atau pendirian secara lisan dari responden dengan bercakap-cakap berhadapan

    muka dengan orang tersebut.10

    Penelitian ini, peneliti menggunakan in-depth interview, yaitu proses

    memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

    sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang

    diwawncarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman.

    Wawancara dilakukan terhadap 4 orang tokoh masyarakat desa kuta

    dan 3 masyarakat pelaku merariq . Adapun maksud dari wawancara dilakukan

    adalah untuk mendapatkan data dan keterangan secara mendalam dan terinci

    terkait Makna Tradisi Merariq bagi Masyarakat Sasak dari para informan

    secara terstruktur.

    9. Arikunto, Suharsimi 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

    Cipta.hlm.146 10

    Koentjaraningrat. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia 1986:129

  • 11

    c. Dokumentasi

    Metode Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal atau variable

    yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan lain-

    lain.11

    Adapun cara peneliti lakukan untuk menunjang terepenuhinya

    kebutuhan dokumentasi adalah mengambil dokumentasi di kantor desa kuta,

    yang bisa berupa arsip-arsip terkait perkawinan merariq dan arsip terkait

    masyarakat desa kuta baik gambaran desa ataupun yang lain.

    1.6.6 Teknik Analisis Data

    Bogdan menyatakan dalam sugiyono, analisis data merupakan proses

    mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

    wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah

    dipahamai dan temuannnya dapat diinformasikan kepada orang lain. Dalam

    penelitian ini menggunakan model analisis Interaktif Miles dan Huberman,

    yakni12

    :

    a. Reduksi data

    Reduksi data adalah proses merangkum, memilih hal-hal yang

    pokok, memfouskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

    polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

    memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti

    untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya

    11

    Ibid. hal. 149 12

    Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).

    Bandung: Alfabeta. Hal.246

  • 12

    b. Penyajian data

    Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

    hubungan antar kategori. Miles dan Huerman (Sugiyono 2009)

    yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

    penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif

    c. Penarikan kesimpulan

    Penarikan kesimpulan merupakan bagiann penting dalam

    penelitian kualitatif, kesimpulan dalam penelitian kualitatif

    mungkin dapat menjawab rumusan masalah dalam peneitian

    kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah

    berada dilapangan. Proses penarikan kesimpulan ini bertujuan

    untuk menganalisis, mencari makna dari data yang didapat di

    lapangan.

  • 13

    Penyajian Data

    Gambar 1.1 Bagan Analisis Data Model Interaktif

    Pengumpulan data

    Reduksi Data

    Ketiga komponen berinteraksi sampai didapat suatu kesimpulan yang

    benar. Jika ternyata kesimpulannya tidak memadai, maka perlu diadakan

    pengujian ulang, yaitu dengan cara mencari beberapa data lagi di lapangan.

    Dengan begitu, analisis data tersebut merupakan proses interaksi antara

    ke tiga komponan analisis dengan pengumpulan data, dan merupakan

    suatu proses siklus sampai dengan aktivitas penelitian selesai.

    Penarikan Kesimpulan