12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia (InfoDATIN, 2014). HIV tersebut akan masuk dan merusak sel darah putih. Sel darah putih yang seharusnya berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi setelah terinfeksi HIV maka sel darah putih tersebut mengalami penurunan fungsinya, sehingga mengakibatkan sistem kekebalam tubuh akan mejadi lemah dan orang yang terinfeksi HIV akan mudah terkena berbagai penyakit. Acquired Immono Deficiency Syindrom (AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit (sindrom) yang di akibatkan oleh virus HIV (Ardhiyanti dkk, 2015). Cara penularan HIV melalui tiga cara (Ardhiyanti dkk, 2015) yang pertama yaitu melalui transmisi seksual, penularannya terjadi melalui hubungan seks melalui cairan mani (semen), cairan vagina dan serviks. Yang kedua melalui transmisi non seksual seperti penggunaan jarum suntik dan napza. Yang Ketiga melalui transmisi transplasental atau penularan HIV dari ibu ke anak. Penularan HIV dari ibu ke anak yaitu dengan cara ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus tersebut ke bayi yang di kandungnya (antepartum), selama persalinan bayi dapat tertular melalui darah atau cairan ketuban yang mengandung HIV, bayi tertular saat menyusu dari ibu yang terinfeksi virus HIV. Anak tersebut akan mendapatkan infeksi HIV dengan cara penularan dari ibu ke anak atau mother-to-child transmission/ MTC ( RAN PPIA, 2013).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41261/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menginfeksi

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41261/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menginfeksi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh

manusia (InfoDATIN, 2014). HIV tersebut akan masuk dan merusak sel darah putih.

Sel darah putih yang seharusnya berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi setelah

terinfeksi HIV maka sel darah putih tersebut mengalami penurunan fungsinya,

sehingga mengakibatkan sistem kekebalam tubuh akan mejadi lemah dan orang yang

terinfeksi HIV akan mudah terkena berbagai penyakit. Acquired Immono Deficiency

Syindrom (AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit (sindrom) yang di akibatkan oleh

virus HIV (Ardhiyanti dkk, 2015).

Cara penularan HIV melalui tiga cara (Ardhiyanti dkk, 2015) yang pertama

yaitu melalui transmisi seksual, penularannya terjadi melalui hubungan seks melalui

cairan mani (semen), cairan vagina dan serviks. Yang kedua melalui transmisi non

seksual seperti penggunaan jarum suntik dan napza. Yang Ketiga melalui transmisi

transplasental atau penularan HIV dari ibu ke anak. Penularan HIV dari ibu ke anak

yaitu dengan cara ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus tersebut ke

bayi yang di kandungnya (antepartum), selama persalinan bayi dapat tertular melalui

darah atau cairan ketuban yang mengandung HIV, bayi tertular saat menyusu dari ibu

yang terinfeksi virus HIV. Anak tersebut akan mendapatkan infeksi HIV dengan cara

penularan dari ibu ke anak atau mother-to-child transmission/ MTC ( RAN PPIA, 2013).

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41261/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menginfeksi

2

Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ke tahun semakin

meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan hubungan

seksual yang tidak aman, sehingga dapat menularkan HIV tersebut kepada

pasangannya. HIV bukan hanya ancaman bagi keselamatan ibu hamil, akan tetapi

merupakan ancaman bagi anak yang di kandungnya. Lebih dari 90% anak yang

terinfeksi di dapat dari ibunya (RAN PPIA, 2013).

Menurut WHO pada tahun 2015 di seluruh dunia ada 36,7 juta orang hidup

dengan HIV yang meliputi 17,8 juta perempuan dan 18 juta anak berusia < 15 tahun.

Jumlah dengan infeksi baru HIV pada tahun 2015 sebesar 2,1 juta yang terdiri dari 1,9

juta orang dewasa dan 150.000 anak berusia < 15 tahun. Jumlah kematian yang

diakibatkan AIDS sebanyak 1,1 juta yang terdiri dari 1 juta orang dewasa dan 110.000

anak berusai <15 tahun. Kasus HIV AIDS pertama kali di temukan di provinsi Bali

pada tahun 1987. Sampai saat ini di Indonesia HIV AIDS sudah menyebar di 368

kabupaten atau kota di seluruh provinsi di Indonesia. Jumlah kasus baru HIV positif

yang dilaporkan pada tahun 2015 sebanyak 30.935 kasus. Berdasarkan laporan

provinsi, jumlah kasus infeksi HIV yang dilaporkan sejak 1998 sampai september 2014

provinsi Jawa Timur merupakan nomer dua pengidap HIV terbanyak yaitu sebanyak

19.249 kasus (Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014). Jumlah kasus HIV menurut jenis

kelamin di Kota Malang tahun 2014 laki-laki adalah 317 orang dan perempuan 149

orang (Dinas Kesehatan Kota Malang, 2015).

Dalam upaya mengendalikan penyebaran HIV AIDS maka diperlukan deteksi

dini (Kemenkes RI, 2013). Deteksi dini sangat penting dilakukan untuk mengetahui

adanya infeksi HIV didalam tubuh seseorang. Tes HIV merupakan yang terpenting

pada layanan pencegahan, perawatan, dukungan, dan pengobatan. Tes dan konseling

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41261/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menginfeksi

3

HIV akan mendorong seseorang untuk mengambil langkah pencegahan penularan

HIV. Pencegahan penularan HIV salah satunya dapat dilakukan juga pada saat

kehamilan dengan cara melakukan pemeriksaan HIV secara dini atau mengikuti

program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA).

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun

2013 Tentang penanggulangan HIV dan AIDS Pasal 17 menjelaskan bahwa ibu hamil

yang memeriksakan kehamilannya harus dilakukan promosi kesehatan dan pencegahan

penularan HIV melalui pemeriksaan diagnostik HIV dengan tes dan konseling. Tes

dan konseling dianjurkan sebagai bagian dari pemeriksaan laboratorium rutin saan

pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan pada semua ibu hamil yang tinggal di

daerah dengan epedemi meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan keluhan IMS

dan tuberkolosis di daerah epedemi rendah (Permenkes RI, 2014).

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2013), Proses pendekatan tes dan

konseling HIV di Indonesia melalui dua pendekatan yaitu: (1) model pendekatan utama

adalah konseling dan tes HIV sukarela atau KTS. Atau atas inisiatif klien sendiri.

Pendekatan tersebut mengandalkan keaktifan klien dalam mencari layanan tes HIV,

namun cakupan layanan dari KTS tersebut terbatas karena masih adanya ketakutan

akan stigma dan deskriminasi serta kebanyakan orang tidak merasa dirinya beresiko

tertular HIV; (2) pendekatan yang lainnya untuk meningkatkan cakupan guna mencapai

keterjangkauan pada pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan HIV yaitu tes

HIV atas inisiatif pemberi layanan kesehatan dan konseling( TIPK). Layanan Tes HIV

atas Inisiatif pemberi layanan kesehatan dan konseling (TIPK) salah satunya meliputi

penawaran tes HIV bagi ibu hamil.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41261/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menginfeksi

4

Menurut WHO (2015) menyatakan bahwa TIPK merupakan salah satu strategi

penting dalam meningkatkan cakupan dalam layanan tes dan konseling HIV, dengan

adanya tes HIV dengan pendekatan TIPK ini klien bisa mendapatkan tes HIV sambil

dengan mengakses layanan kesehatan yang lainnya seperti melakukan antenatal care.

pada ibu hamil. Akan tetapi pemeriksaan HIV tersebut harus mengandalkan motivasi

individu dalam mencari layanan tes tersebut karena motivasi masyarakat untuk mencari

layanan tersebut masih rendah mengingat karena masih adanya ketakutan stigma dan

deskriminasi terkait tentang HIV di masyarakat (RAN PPIA, 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ni’amah (2017) mengatakan bahwa

ibu hamil yang memiliki motivasi baik terhadap tes HIV, maka semakin tinggi

kesediaan berkunjung untuk melakukan tes HIV. Sebaliknya apabila motivasi ibu hamil

rendah, maka semakin rendah kesediaan berkunjung untuk melakukan tes HIV. Motif

atau dorongan yang berati gerakan atau sesuatu yang dilakukan manusia, perbuatan dan

perilaku. Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan yang sesuatu yang dapat

mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan, dan motif itulah yang akan

menggerakkan serta menyalurkan perilaku, sikap, dan tingkah laku. Tingkah laku

bermotivasi dapat dikatakan sebagai tingkah laku yang dilatarbelakangi oleh adanya

kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan, agar suatu kebutuhan

terpenuhi dan suatu kehendak terpuaskan (Nursalam, 2008)

Motivasi terkait pemeriksaan HIV pada ibu hamil tergolong masih sangat

rendah, dilihat dari ketika petugas kesehatan memberikan penawaran tes HIV kepada

seluruh ibu hamil yang sedang melakukan kujungan Antenatal Carw (ANC) masih

banyak ibu hamil yang tidak melakukan tes HIV. Padahal tes HIV sangat penting

dilakukan karena kemungkinan HIV tersebut didapatkan dari pasangan seksualnya,

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41261/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menginfeksi

5

perilaku seks yang beresiko yang dilakukan pada masa lalau, penggunaan NAPZA. Tes

HIV juga sangat penting untung ibu hamil untuk mengetahui status HIV dalam

tubuhnya, apabila ibu hamil tersebut terinfeksi HIV maka kemungkinan 90% HIV

tersebut akan ditularkan kepada bayi yang sedang dikandungnya. Banyak ibu hamil

yang beranggapan bahwa tes HIV tidak penting dan tidak perlu dilakukan karena ibu

hamil tersebut merasa tidak beresiko terkena HIV dan takut untuk mengetahui hasil

tes HIV.

Berdasarkan hasil data dari Dinas Kesehatan Kota Malang untuk tes HIV pada

ibu hamil di puskesmas mulai di programkan pada tahun 2012, sudah terdapat 10

puskesmas yang memiliki layanan untuk tes laboratorium dari 15 puskesmas yang ada

di kota Malang. Hasil data dari bulan Januari sampai bulan September 2016 dengan

sasaran 13.407 ibu hamil. Jumlah ibu hamil yang mengunjungi layanan kesehatan

adalah 9527 (71,05%). Sebanyak 5.610 (58,88%) ibu hamil yang ditawari tes HIV oleh

tenaga kesehatan dan yang mengikuti program PMTCT atau tes laboratorium sebanyak

1.721(30,57%) ibu hamil.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di UPT Puskesmas

Ciptomulyo di Kota Malang pada bulan Mei 2018. Puskesmas Ciptomulyo merupakan

puskesmas yang memiliki layanan untuk voluntary counseling and test (VCT). Hasil survei

yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan wawancara kepada petugas kesehatan

khususnya di bagian kesehatan ibu dan anak (KIA). Petugas kesehatan di Puskesmas

Ciptomulyo mengatakan bahwa setiap ibu hamil hamil yang melakukan antenatal care

(ANC) akan ditawari oleh petugas untuk melakukan tes HIV, apabila ibu hamil tetap

menolak maka petugas akan tetap menawarkan tes HIV kepada ibu hamil pada

kunjungan selanjutnya atau merujuk kelayanan sukarela. Dari hasil wawancara yang

dilakukan peneliti kepada ibu hamil secara kebetulan yang sedang melakukan antenatal

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41261/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menginfeksi

6

terdapat 3 orang ibu hamil yang sudah melakukan tes HIV dan 2 orang belum

melakukan tes HIV . 3 orang yang sudah melakukan tes HIV mengatakan bahwa

mendapatkan tawaran tes HIV dari petugas di Puskesmas dan mau untuk melakukan

tes HIV agar mendapat kepastian tentang HIV dalam tubuhnya, sedangkan 2 orang

yang belum melakukan tes HIV 1 orang mengatakan bahwa belum mendapat tawaran

dari petugas karena baru pertama kali ke puskesmas tersebut. 1 orang lagi mengatakan

belum siap untuk pengambilan tes darah.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“hubungan motivasi dengan kesediaan melakukan tes HIV pada ibu hamil di Wilayah

Puskesmas Ciptomulyo Kota Malang”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian di atas maka dapat di rumuskan permasalahan

“Apakah ada hubungan motivasi dengan kesediaan melakukan tes HIV pada ibu hamil

di Puskesmas Ciptomulyo Kota Malang ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi

dengan kesediaan melakukan tes HIV pada ibu hamil di Puskesmas Ciptomulyo Kota

Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi motivasi ibu hamil terhadap tes HIV.

2. Mengidentifikasi kesediaan ibu hamil dalam melakukan tes HIV.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41261/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menginfeksi

7

3. Menganalisis hubungan motivasi dengan kesediaan melakukan tes HIV pada

ibu hamil di Puskesmas Ciptomulyo.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan

peneliti, serta dapat dijadikan pembelajaran tentang HIV sehingga dapat memberikan

informasi tentang tes HIV khususnya kepada ibu hamil bahwa tes HIV merupakan

langkah pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak.

1.4.3 Manfaat Bagi Ibu Hamil

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi dan

pengetahuan kepada ibu hamil mengenai HIV dan pencegahan penularan HIV dari ibu

ke anak dengan cara melakukan deteksi dini berupa tes HIV serta dapat memberikan

motivasi yang baik kepada ibu hamil untuk melakukan tes HIV.

1.4.4 Manfaat Bagi Perawat

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi lebih lanjut

tentang tes HIV. Serta dapat memberikan mutu pelayanan dan upaya-upaya promotif

melalui sosialisasi kesehatan kepada masyarakat tentang HIV untuk melakukan tes HIV

sebagai upaya dari pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak.

1.4.5 Manfaat Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber dan referensi untuk peneliti

selanjutnya yang akan meneliti tentang motivasi dengan kesediaan melakukan tes HIV.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41261/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menginfeksi

8

1.5 Keaslian Penelitian

Ada beberapa penelitian yang telah di lakukan berkaitan dengan penelitian

tentang hubungan motivasi dengan perilaku ibu hamil melakukan tes HIV atas inisiatif

pemberi pelayanan kesehatan dan konseling (TIPK) belum pernah dilakukan, namun

ada beberapa persamaan dan perbedaan seperti berikut:

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arulita Ika Fibriana (2013) Jurusan Ilmu

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang

berjudul “Keikutsertaan Pelanggan Wanita Pekerja Seks dalam Voluntary Counseling and

Testing (VCT)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi pelanggan WPS

dalam melakukan VCT. Metode penelitian survei dengan pendekatan cross sectional

terhadap 93 pelanggan WPS di Lokalisasi Argorejo Semarang. Variabel penelitian

meliputi persepsi kerentanan, persepsi keparahan HIV/AIDS, persepsi manfaat VCT,

persepsi hambatan VCT, motivasi/isyarat melakukan VCT, dan praktik VCT. Hasil

penelitian menunjukkan partisipasi pelanggan WPS di resosialisasi Argorejo dalam

melakukan VCT masih rendah yaitu 60,2% (56) orang. Simpulan penelitian adalah

partisipasi pelanggan WPS dalam melakukan VCT masih rendah.

Perbedaan penelitian Arulita Ika Fibriana dengan peneliti adalah Arulita Ika

Fibriana melakukan penelitian kepada pelanggan WPS yang berpartisipasi melakukan

VCT, sedangkan peneliti melakukan penelitian kepada ibu hamil.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Annisa Nurmasari, dkk (2015) yang

berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang HIV/AIDS dengan Perilaku

Pemeriksaan Test PITC (Provider Initiaded Test and Counseling) di Puskesmas Sleman

Yogyakarta”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat

pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS dengan perilaku pemeriksaan test PITC

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41261/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menginfeksi

9

(Provider Initiaded Test and Counseling). Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif

dengan analisis korelasi dengan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan

accidental sampling dengan 72 responden. Hasil penelitian sebagian responden

memiliki pengetahuan baik tentang HIV/AIDS yaitu sebanyak 50 responden (98,6%),

dan sebanyak 71 responden melakukan pemeriksaan PITC. Tidak ada hubungan antara

tingkat pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS dengan perilaku pemeriksaan PITC

di Puskesmas Sleman Yogyakarta.

Perbedaan penelitian yang dilakukan Annisa Nurmasari,dkk dengan peneliti

adalah variabel independen dan tempat penelitian. Variabel independen peneliti adalah

motivasi, dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas di Kota Malang.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indah Kurniati (2014) berjudul “Pengaruh

Pengetahuan, Motivasi, dan Dukungan Suami terhadap Perilaku Pemeriksaan IVA

pada Wanita Subur di Puskesmas Kedungrejo”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh pengetahuan, motivasi, dan dukungan suami terhadap perilaku

peeriksaan IVA pada wanita usia subur. Jenis penelitian adalah analitik dengan

pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah semua wanita usia subur di wilayah

Puskesmas Kedungrejo Kabupaten Banyuwangi dengan sampel 61 responden dengan

teknik proposional random sampling dengan menyebarkan langsung kuesioner kepada

responden. Teknik analisis data menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif antara pengetahuan dengan perilaku

melakukan pemeriksaan IVA dengan nilai statistik signifikan (OR= 4,298; CI 95%

1,213 hingga15,232 ; p = 0.024). Ada pengaruh yang signifikan (OR= 4,700; CI 95%

1,379 hingga16,016 ; p = 0.013) antara motivasi ibu dengan perilaku melakukan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41261/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menginfeksi

10

pemeriksaan IVA. Serta ada pengaruh antara dukungan suami dengan perilaku

melakukan pemeriksaan IVA.

Perbedaan penelitian yang dilakukan Indah Kurniati dengan peneliti adalah

variabel independen dan dependen. Variabel independen penelitian ini adalah

pengaruh pengetahuan, motivasi, dan dukungan keluarga sedangkan peneliti adalah

hubungan motivasi. Variabel dependen pada peneliti ini adalah perilaku pemeriksaan

IVA sedangkan peneliti kesediaan menerima tes HIV. Responden penelitian yang

dilakukan Indah kurniati yaitu wanita usia subur sedangkan peneliti adalah ibu hamil.

Penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim E. Elsheikh, etc (2015) yang berjudul

“Perceptions of Sudanese women of reproductive age toward HIV/AIDS and services

for Prevention of Mother-to-Child Transmission of HIV”. Penelitian ini bertujuan

untuk memperoleh pemahaman ke persepsi ibu hamil di Sudan terhadap HIV/AIDS

dan penggunaan layanan PMTCT. Metode yang digunakan adalah ten focus group

discussion (FGDs) yang dilakukan pada masyarakat Khartoum (N=121). Rekrutmen

kelayakan yang tinggal di dekat atau di sekitar PMTCT rentang usia 18-40 tahun. Dari

121 wanita yang berpartisipasi terdapat 72 orang sedang hamil (61%). Hasil penelitian

ini adalah beberapa wanita tahu tentang penularan dari ibu ke anak (MTCT) dari

HIV.Penelitian ini mengungkapkan bahwa sebagian besar wanita merasa rentan

terhadap infeksi HIV dengan persepsi keparahan yang tinggi, namun persepsi ini belum

diartikan ke dalam sikap positif terhadap pentingnya tes HIV selama kehamilan.

Perbedaan peneliti dengan peneliti ini adalah peneliti ingin melihat bagaimana

motivasi ibu hamil melakukan tes HIV. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah

cross sectional.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41261/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menginfeksi

11

Peneliti yang dilakukan oleh Laura, etc (2015) dengan judul “Factors influencing

acceptability of voluntary HIV testing among pregnant women in Gamboma, Republic of Congo”.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

penerimaan tes HIV secara sukarela pada ibu hamil di Republik Congo. Metode

penelitian menggunakan cross sectional dilakukan antara bulan Januari dan September

2012. Wanita hamil yang menghadiri perawatan antenatal care dan mengikuti tes HIV

secara sukarela. Diantara 136 peserta terdapat 98 orang (72%) menerima tes HIV

secara sukarela setelah dilakukan konseling pre-test. Penelitian ini menunjukan bahwa

tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang penularan HIV/ pencegahan HIV adalah

hambatan untuk penerimaan tes HIV secara sukarela.

Hasil penelitian yang dilakukan Siti Ni’amah (2017) berjudul “Hubungan

Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hiv/Aids dan VCT serta Motivasi Ibu Hamil dengan

Kesediaan Mengikuti VCT di Kabupaten Pati” Tujuan peneliti adalah mengetahui

hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dan VCT serta motivasi ibu hamil dengan

kesediaan mengikuti VCT. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di

Kabupaten Pati, sedangkan teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan stratified random sampling. Jenis penelitian ini adalah survey dengan

pendekatan cross sectional yang alat ukurnya berupa kuesioner yang berisi tentang

pengetahuan, motivasi dan kesediaan mengikuti VCT. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa dari 60 ibu hamil sebagian besar memiliki pengetahuan cukup sebanyak 29

orang (48.3%) tentang HIV/AIDS dan VCT, sebagian besar dari ibu hamil memiliki

motivasi baik sebanyak 37 ibu hamil (61.7 %), sebagian besar ibu hamil bersedia

mengikuti pelayanan VCT sebanyak 41 orang (68.3%). Berdasarkan uji Pearson Chi

Square diperoleh X2 hitung (31,664) > X 2 tabel (5,991) dan p value = 0,001 (< 0,05)

sehingga Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara pengetahuan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41261/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menginfeksi

12

ibu hamil tentang HIV/AIDS dan VCT serta motivasi ibu hamil dengan kesediaan

berkunjung ke VCT.

Perbedaan peneliti dengan penelitian Siti Ni’amah adalah variabel peneliti

hanya motivasi. Tempat penelitian Siti Ni’amah di Pati, sedangkan peneliti di Malang.