Upload
lamduong
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kegiatan pariwisata pada saat ini telah berkembang menjadi salah satu
sektor industri yang memiliki dampak signifikan bagi pertumbuhan
ekonomi lokal dan regional serta menjadi sebuah prioritas bagi
pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat. Demikian pula dengan tren
di banyak negara yang memiliki potensi pariwisata berbasis alam, upaya
penguatan daya jual dan promosi potensi pariwisata daerahnya terus
menerus ditingkatkan, guna memperkenalkan dengan lebih baik destinasi
objek yang mereka miliki. Indonesia yang merupakan salah satu wilayah di
dunia yang memiliki keunikan dan keunggulan potensi alam, budaya serta
adat-istiadat, saat ini sadar bahwa sektor pariwisata merupakan salah satu
pilar utama pertumbuhan ekonomi wilayah. Dengan keunggulan variasi dan
keunikan subsistem wilayah yang luas dan variatif, sangat layak jika
Indonesia seharusnya memiliki basis pengetahuan yang kuat mengenai
elemen penting industri wisata yaitu wisatawan sebagai pemangku utama
kepentingan pembangunan indusktri wisata. Sudut pandang ini memiliki
konsekuensi bahwa untuk meningkatkan daya saing pariwisata, kita
haruslah memiliki data dasar mengenai pengetahuan dan pandangan
wisatawan sebagai subjek informasi primer. Dengan demikian hal ini akan
lebih mempermudah bagi pengambil kebijakan, masyarakat bisnis dan para
pemangku kepentingan lainnya untuk membuat rencana strategi yang
mampu menghasilkan manfaat secara optimal dalam menghadapi
persaingan global kegiatan ini.
Pulau Maratua adalah salah satu daerah yang memiliki potensi
destinasi wisata unggulan di Indonesia. Pulau yang terletak di Kabupaten
Berau, Kalimantan Timur ini, selain letak geografisnya yang langsung
berbatasan dengan negeri jiran Malaysia dan Filipina, Maratua juga
memiliki keindahan dan keunikan alam dan budaya. Mulai dari alam
bawah laut dengan spesies yang beraneka ragam, hamparan danau yang juga
terdapat ubur-ubur tidak menyengat, puluhan goa, hutan karang yang
didalamnya terdapat flora dan fauna dengan spesies unik, pegunungan serta
keunikan budaya suku Bajo, menjadikan pulau ini memiliki ketangguhan
variabel penting wisata. Namun sayangnya potensi yang lengkap dan tidak
tertandingi serta dapat menjadikan Maratua sebagai destinasi wisata kelas
dunia ini tidak digunakan secara maksimal sebagai atraksi wisata. Banyak
pihak dari organisasi pemerhati lingkungan dan para ahli peneliti yang salah
satunya merupakan peneliti dari Pusat Studi Sumberdaya dan Teknologi
Kelautan Universitas Gadjah Mada mengatakan bahwa spesies bawah laut
Maratua merupakan yang terbaik di dalam peta segitiga karang dunia. Bisa
dibayangkan kekuatan keunikan daratan dan lautan disana menjadikan
Pulau Maratua sebagai kekayaan alam dunia.
Namun saat observasi yang pernah dilakukan oleh peneliti selama
berada di Pulau Maratua, menunjukkan bahwa tidak banyak pengetahuan
yang baik dan cukup mengenai Pulau Maratua di kalangan wisatawan.
Dapat diduga, bahwa ketidaktahuan wisatawan mengenai objek wisata di
Pulau Maratua disebabkan karena faktor strategi promosi yang dilakukan
pemerintah setempat tidak tepat mengenai sasaran. Dimana seharusnya
strategi promosi yang merupakan salah satu komponen utama untuk
memperkenalkan dan memberikan informasi tentang destinasi wisata saat
ini sudah dibuat rancangannya dengan mempertimbangkan faktor
keunggulan, program berkelanjutan dan evaluasi yang terukur sudah
dimiliki oleh kabupaten, yang kemudian dimasukkan kedalam rencana
strategi pengembangan pariwisata Berau. Sayangnya dokumen ini tidak
tersedia dan tidak membuat pihak-pihak yang berkepentingan tergerak
untuk melakukan evaluasi dan pemikiran maupun observasi serta riset ulang
terhadap wisatawan yang melakukan kunjungan ke Pulau Maratua.
Akibatnya tidak banyak informasi yang dapat dipercaya mengenai program
promosi wisata yang tepat sasaran dan linier dengan perspektif wisatawan
yang berkunjung, sehingga sampai saat ini tidak dapat diyakini secara
ilmiah tentang pengetahuan, profil dan harapan atau permintaan wisatawan
yang datang kesana. Untuk itu sangat perlu untuk segera dilakukan riset
untuk bisa menggambarkan pulau Maratua dari sudut pandang dan respon
wisatawan.
Berdasarkan penjelasan diatas maka persepsi dan kesan (impresi)
wisatawan mengenai promosi wisata beserta daya tarik objek wisata dan
produk-produk wisata di Pulau Maratua sangat penting ditempatkan sebagai
fokus dalam penelitian ini. Karena persepsi tersebut akan memberikan basis
data yang baik mengenai kebutuhan dan harapan untuk menjadi dasar dalam
menyusun strategi promosi serta menentukan peluang mereka untuk berbagi
pengalaman di komunitasnya pada tingkat global atau pun membuat
keputusan untuk kembali atau tidak. Sehingga nantinya hasil penelitian ini
bisa menjadi bahan rekomendasi dalam pembuatan rencana strategi konsep
wisata Pulau Maratua dan keberpihakan Pemerintah untuk membuat
kebijakan yang menunjang pertumbuhan yang sehat disektor industri wisata
Pulau Maratua menuju kompetisi wisata internasional yang semakin ketat.
Persepsi atau pandangan wisatawan terhadap daya tarik objek wisata
secara asumtif berhubungan erat dengan promosi objek dan informasi yang
baik yang bisa didapatkan. Mereka akan membandingkan tujuan wisata
sejenis di beberapa tempat yang populer dan menjadi favorit komunitas.
Apabila mereka menilai daya tarik objek wisata dan infrastruktur
pendukung rendah, maka besar kemungkinan ketidakpuasan akan muncul
dan membuat wisatawan tersebut tidak ingin mengunjungi atau mengulangi
kunjungannya ke daerah tersebut (Damanik, 2005). Ini dapat terjadi karena
informasi tidak cukup atau kesan yang muncul dari pengamatan atau
pengalaman mereka. Hal ini tentu dapat menjadi pelajaran berharga karena
akan menjadi promosi yang negatif bagi kemajuan pariwisata di Pulau
Maratua.
Perbedaan budaya, karakteristik dan pengetahuan antara wisatawan
domestik dengan wisatawan mancanegara yang menjadi subjek dalam
penelitian ini, tentu juga akan memberikan pandangan yang berbeda
bagaimana promosi wisata itu seharusnya dilakukan. Hasil data ini nantinya
sangat bermanfaat dalam menyeleksi dan menentukan promosi wisata yang
efektif digunakan serta penyampaian pesan yang lebih informatif mengenai
objek wisata di Pulau Maratua.
Dalam menyusun strategi promosi tentunya harus melihat bagaimana
sesungguhnya penilaian dan persepsi tamu (wisatawan) yang menjadi
konsumen utamanya (Spillane, 1994). Maka nantinya, pengembangan objek
daya tarik wisata tidak hanya berdasarkan semata-mata pada ketersediaan
sumber (product) daya pariwisata namun juga memperhatikan kebutuhan
pasar itu sendiri (market). Apabila dalam pengembangan industri pariwisata
hanya mengedepankan aspek-aspek product, maka dapat diduga hal tersebut
tidak dapat memberikan manfaat yang optimal bagi perkembangan
pariwisata disana. Pengembangan objek-objek wisata dengan
mengoptimalkan pemanfaatan sumber-daya wisata (alam, sosial-budaya,
buatan) barangkali dapat meningkatkan frekuensi atraksi-atraksi wisata di
daerah. Namun demikian sering kali hal itu tidak bertahan lama
(unsustainable), karena kurang didasarkan pada permintaan nyata pasar
wisatawan (Bodlender, 1991).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan permasalah yang akan dianalisa
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana persepsi wisatawan terhadap
promosi wisata Pulau Maratua?”
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui persepsi wisatawan terhadap promosi wisata Pulau
Maratua,
2. Memberikan rekomendasi untuk Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Berau dalam membuat promosi wisata yang teat dan
menjadi prioritas utama sesuai dengan perspektif wisatawan.
1.4 SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah wisatawan domestik dan wisatawan
mancanegara yang sedang melakukan perjalanan ke Pulau Maratua. Karena
wisatawan merupakan target sasaran aktivitas promosi tersebut.
1.5 KERANGKA PEMIKIRAN
1.5.1 Strategi Promosi
Suatu perusahaan, baik swasta maupun pemerintah, untuk dapat
mencapai tujuannya tentu saja menggunakan berbagai macam strategi.
Terutama bagi perusahaan yang bergerak dibidang pelayanan jasa
harus pandai dalam memilih strategi yang tepat untuk mencapai tujuan
perusahaan. Strategi merupakan rencana yang teratur untuk
menyesuaikan sumber-sumber perusahaan dengan peluang pasar.
Dalam dunia bisnis yang saat ini sangat berkembang dengan pesat dan
berlomba-lomba dalam mendapatkan pangsa pasar, kelangsungan
hidup suatu perusahaan akan tergantung pada perencanaan strategi
yang jitu.
Perusahaan yang bergerak dibidang pelayanan masyarakat atau
jasa akan sangat bergantung pada strategi komunikasinya. Karena
perusahaan tersebut nantinya harus berkomunikasi secara langsung
dengan para pelanggan ataupun calon pelanggan untuk
mempromosikan produknya dan membangun serta mempertahankan
citra perusahaan.
Strategi menurut Hanafi dapat diterjemahkan sebagai
pemantapan tujuan jangka panjang dari suatu organisasi dan pemilihan
alternatif tindakan dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut (Hanafi, 1997). John Tribe dalam Corporate
Strategy for Tourism (1997) menganalisis definisi strategi yang
beragam dan menyimpulkan bahwa Strategi adalah rencana induk
yang mempunyai ciri kunci tertentu. Ini untuk jangka menengah
hingga jangka panjang dan menyangkut tujuan, mengarah pada dan
mengenai target tertentu, perencanaan dari masa datang yang
diinginkan dan rancangan mengenai cara-cara yang sesuai untuk
merealisasikannya.
Konsep pemasaran merupakan strategi bisnis yang menekankan
bahwa pencapaian tujuan (sasaran) organisasi atau perusahaan
bergantung pada penerapan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran,
serta pemberian kepuasan yang diinginkan dengan cara yang lebih
efektif dan efisien ketimbang pesaing (Kotler, 2002). Menurut Wahab
(1976) pemasaran dapat ditafsirkan dengan sekelompok aktifitas yang
dilakukan untuk (a) merumuskan pasar, (b) mempelajari dan
menganalisis kebutuhan dan selera konsumen, (c) meninjau dan
menyesuaikan kembali produksi sebagaimana mestinya, (d)
mengembangkan alat atau cara untuk mendekatkan kebutuhan
konsumen pada produksi dan menciptakan kebutuhan-kebutuhan itu,
(e) memuaskan pelanggan melalui penyempurnaan produk.
Triyana (Yoeti, 2005) menyebutkan ada 4 variabel yang dapat
dimainkan untuk memenangkan persaingan dalam pemasaran yaitu :
a) Segmentasi pasar
Adalah usaha untuk mengelompokkan wisatawan dalam
beberapa kelompok yang anggotanya relatif mempunyai
kesamaan karakteristik. Setelah dikelompokkan wisatawan yang
ada di suatu daya tarik wisata, baru dilakukan penentuan target
pasar yang akhirnya dijadikan sebagai sasaran pemasaran.
Untuk mendapatkan sasaran pasar yang tetap perlu dilakukan
analisis terhadap situasi dan permintaan pasar. Oleh karena itu,
untuk menentukan dan melakukan suatu strategi pemasaran dan
promosi destinasi pariwisata harus berdasarkan hasil analisis
data penelitian tentang segmentasi pasar pariwisata sesuai
dengan potensi dan daya tarik yang dimiliki suatu daerah tujuan
wisata.
b) Bauran pemasaran
Didalam bauran pemasaran terdapat empat P yaitu : product,
price, place dan promotion serta ditambahkan tiga P : people,
process dan physical evidence (Usmara, 2003 dan Payne 2000).
Bahwa promosi ini merupakan salah satu bauran pemasaran
pariwisata, maka tidak dapat dipisahkan dari bauran pemasaran
yang lain seperti yang diuraikan diatas, termasuk kerjasama
(partnership), paket wisata (packaging), program kegiatan
wisata (programming), performance dan kesemuanya ini saling
bersinergi dalam kegiatan pariwisata sehingga memperoleh hasil
yang maksimal.
c) Anggaran pemasaran
Merupakan dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang
dianggarkan hanya untuk melaksanakan segala aktivitas
pemasaran termasuk promosi.
d) Ketepatan media dan waktu (timing).
Promosi merupakan salah satu elemen atau bagian dari
pemasaran yang memiliki peranan penting yang digunakan suatu
perusahaan atau instansi untuk berkomunikasi dengan konsumennya
mengenai produk atau jasa perusahaan yag ditawarkan. Menurut
Rachmadi (1992) Pemasaran merupakan salah satu cara atau strategi
yang selalu digunakan oleh setiap perusahaan dalam proses mencapai
tujuannya. Pemasaran adalah suatu rangkaian kegiatan yang mengatur
arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Dalam pemasaran
terdapat bauran pemasaran (marketing mix) yang meliputi empat hal
pokok yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place) dan
promosi (promotion).
Promosi mencakup seluruh unsur dari promotional mix (bauran
promosi), yakni kombinasi strategi dari instrumen dasar yang
digunakan untuk mencapai tujuan program komunikasi perusahaan.
Kottler (1997) mengidentifikasikan bauran promosi menjadi empat
elemen, yaitu periklanan (advertising), promosi penjualan (sales
promotion), hubungan masyarakat (public relation) dan penjualan
tatap muka (personal selling). Namun seiring perkembangan jaman,
George dan Michael Belch menambahkan dua elemen lainnya dalam
promotional mix, yaitu pemasaran langsung (direct marketing) dan
interactive media. Dimana saat ini kedua elemen tersebut telah
digunakan secara luas oleh pengelola pemasaran untuk berkomunikasi
dengan target sasarannya. Masing-masing elemen tersebut tentu saja
memliki keunggulannya dan kekurangan.
Suatu perusahaan dapat menggunakan salah satu ataupun
mengkombinasikan seluruh elemen tersebut dalam kegiatan
mempromosikan produk atau jasa perusahaan yang nantinya dapat
disertai dengan promosi produk, harga dan distribusi. Menurut
Michael Ray, promosi merupakan koordinasi dari seluruh upaya yang
dimulai pihak penjual untuk membangun berbagai saluran informasi
dan persuasi untuk menjual barang dan jasa atau memperkenalkan
suatu gagasan.
Menurut J. Paul Peter dan Jerry C. Olson (1987) dalam
Consumer Behaviour tujuan dari komunikasi promosi adalah :
a) Konsumen harus memiliki kebutuhan yang disadari akan seuatu
kategori produk atau bentuk produk.
b) Konsumen harus sadar akan merek
c) Konsumen harus memiliki sikap merek yang positif.
d) Konsumen harus memiliki keinginan untuk membeli merek.
e) Konsumen harus melakukan berbagai macam perilaku untuk
membeli merek tertentu.
Swastha & Irawan (1986) menjelaskan bahwa promosi memiliki
beberapa tujuan, yakni :
a) Modifikasi tingkah laku
Promosi berusaha untuk merubah tingkah laku dan pendapat
dari konsumen agar menggunakan produk yang ditawarkannya
dan berpaling dari produk yang lebih dulu digunakan oleh
konsumen. Perusahaan akan selalu berusaha menciptakan kesan
baik tentang dirinya.
b) Memberitahu
Kegiatan promosi ini memiliki tujuan untuk memberitahu pasar
tentang produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Pada tahap
awal didalam siklus kehidupan produk maka promosi akan
dilakukan secara informatif. Promosi yang bersifat informatif ini
sangat penting bagi konsumen karena dapat membantu dalam
setiap pengambilan keputusan untuk menggunakan produk
tersebut.
c) Membujuk
Membujuk atau yang sering disebut dengan persuasif
merupakan sebuah strategi yang mengarahkan dan mendorong
konsumen untuk membeli. Promosi yang bersifat persuasif ini
memiliki peran yang sangat penting apabila produk yang
bersangkutan sudah mulai memasuki tahap pertumbuhan
didalaam siklus kehidupannya.
d) Mengingatkan
Promosi yang bersifat mengingatkan ini dilakukan untuk
mempertahankan produk tersebut dibenak konsumen dan
penting dilakukan pada tahap kedewasaan didalam kehidupan
produk.
Tiap produk yang ingin dipromosikan tentu memilki karateristik
yang berbeda dan tidak dimiliki oleh produk lainnya. Begitu juga
dengan promotion mix yang digunakan untuk tiap jenis produk
berbeda-beda. Agar promotion mix dapat berjalan secara efektif maka
sebuah perusahaan harus dapat menentukan variabel promotion yang
tepat untuk produknya. Dari sekian promotion mix yang sudah
disebutkan, perusahaan tidak harus menggunakan seluruh elemen
tersebut jika memang tidak diperlukan. Perusahaan juga dapat
menggunakan salah satunya. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi penentuan promotion mix adalah :
a) Jumlah Dana
Jumlah dana yang dimiliki oleh perusahaan merupakan faktor
penting yang mempengaruhi promotion mix yang akan
digunakan. Perusahaan yang memiliki dana cukup besar
mempunyai kesempatan untuk kegiatan promosi yang lebih
variatif dan efektif dibandingkan dengan perusahaan yang hanya
memiliki dana terbatas.
b) Sifat Pasar
Ada beberapa sifat pasar yang mempengaruhi promotion mix,
yakni :
(a) Luas pasar secara geografis
Letak geografis juga akan menentukan promotion mix
yang akan digunakan. Kegiatan promosi yang dilakukan di
wilayah pasar nasional tentu akan sangat berbeda ketika
melakukan kegiatan promosi di pasar internasional.
(b) Konsentrasi pasar
Perusahaan yang hanya memusatkan penjualannya pada
satu kelompok pembeli saja, maka penggunaan alat
promosinya akan berbeda dengan perusahaan yang
menjual pada semua kelompok pembeli.
(c) Macam pembeli
Strategi promosi yang dilakukan oleh perusahaan juga
dipengaruhi oleh obyek atau sasaran dalam kampanye
penjualannya, apakah pembeli industri, dll.
c) Jenis Produk
Selain yang telah dijelaskan diatas, faktor lain yang
mempengaruhi strategi promosi perusahaan adalah jenis
produknya, apakah produk tersebut barang konsumsi atau
barang barang industri.
d) Tahap-tahap dalam Siklus Kehidupan Produk
Strategi yang akan dilakukan oleh sebuah perusahaan juga
ditentukan oleh tahap-tahap dalam siklus kehidupan produk
yang akan ditawarkan.
(a) Tahap perkenalan
Perusahaan harus berusaha mendorong untuk
meningkatkan permintaan. Perusahaan harus menjual
kepada pembeli dengan mempromosikan produk tersebut
secara umum sebelum menjual satu merk tertentu.
(b) Tahap pertumbuhan kedewasaan dan kejenuhan
Perusahaan harus dapat membuat promosi produk tersebut
nantinya akan terus melekat dibenak konsumen. Strategi
pada tahap ini dilakukan untuk mengingatkan kembali
akan produk yang pernah ditawarkan.
(c) Tahap kemunduran atau penurunan
Pada tahap ini perusahaan harus sudah dapat melihat
tanda-tanda yang terjadi di pasar dan segera membuat
produk baru atau produk yang lebih baik. Salah satu
penyebabnya adalah usaha-usaha promosi yang dilakukan
sudah tidak menguntungkan lagi.
Dalam menyusun sebuah rencana promosi, Swastha dan Irawan
(1986) mengemukakan beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh
perusahaan :
a) Menentukan tujuan
Perusahaan tersebut harus menentukan tujuan promosinya
terlebih dahulu. Apakah nantinya promosi tersebut bertujuan
untuk modifikasi tingkah laku, membertiahu, membujuk atau
mengingatkan.
b) Mengidentifikasi pasar yang dituju
Segmen pasar yang ingin dicapai dalam kegiatan promosi
hendaknya diidentifikasi melalui riset terlebih dahulu. Apakah
faktor geografis atau psikografis yang nantinya akan berperan
penting dalam menentukan promotion mix. Pasar yang dituju
harus terdiri atas individu-individu yang sekirang bersedia
membeli dan menggunakan produk tersebut selama jangka
waktu yang ditentukan. Untuk produk baru, tes pemasaran akan
sangat bermanfaat untuk mengetahui konsumen yang potensial.
c) Menyusun anggaran
Dalam sebuah perusahaan pati memiliki susunan anggaran yang
sudah siap untuk dianggarkan yang nantinya dapat
mempengaruhi promotion mix yang akan digunakan.
d) Memilih berita
Memilih berita juga merupakan salah satu faktor yang juga
memiliki peranan penting. Berita yang akan disampaikan oleh
produk yang sedang pada tahap perkenalan tentu akan berbeda
dengan berita yang produknya sudah pada tahap pertumbuhan.
e) Menentukan Promotion Mix
Setelah melakukan riset pasar, menyusun anggaran, pemilihan
berita yang diselaraskan dengan tujuan promosi maka pada
tahap ini promotion mix sudah dapat dilakukan.
f) Memilih Media Mix
Penentuan promotion mix akan erat kaiatannya dengan media
yang akan digunakan. Suatu perusahaan harus dapat
menentukan dan memilih media yang tepat agar kegiatan
promosi dapat dilakukan secara efektif. Jenis media yang
berbeda dapat diidentikkan dengan tujuan kelompok yang
cenderung berbeda.
g) Mengukur efektifitas
Pada tahap ini sangat penting dilakukan oleh perusahaan untuk
mengetahui berhasil atau tidak promosi tersebut dilakukan.
Indikator yang dapat digunakan sebagai alat pengukur efektifitas
adalah dengan melihat tingkat penjualan produk yang
ditawarkan ke pasar.
h) Mengendalikan dan memodifikasi kegiatan promosi
Setelah semua alur tahapan dalam menyusun rencana promosi
sudah dilakukan hingga pada tahap pengukuran keefektifitasan
kegiatan promosi maka akan ada kemungkinan terdapat
perubahan rencana. Pada tahap ini perusahaan harus benar-benar
teliti dan memperhatikan kesalahan-kesalahan yang pernah
dilakukan untuk menghindari kesalahan yang sama dikemudian
hari.
Kegiatan komunikasi promosi dapat dikatakan efektif dan
berhasil apabila tingkat penjualan produk yang ditawarkan setelah
penyampaian pesan meningkat secara signifikan. Sebaliknya kegiatan
promosi akan dinilai tidak efektif apabila setelah penyampaian pesan
pada promosi tersebut tidak terjadi peningkatan produk yang dijual.
Oleh karena itu proses pemilihan promotion mix dan pemilihan pesan
berita yang akan disampaikan harus dirancang sedemikan rupa
sehingga promosi yang dilakukan dapat berjalan secara efektif.
Beberapa alat promosi menurut Soekadijo (1996) yang
digunakan dalam proses komunikasi pemasaran yang disebut bauran
promosi, yaitu advertising, public relation, sales promotion, word of
mouth, direct maketing dan interactive media.
a) Advertising (Periklanan)
Strategi ini merupakan komunikasi non-individu dengan
sejumlah biaya melalui berbagai media yang dilakukan oleh
perusahaan maupun individu-individu. Menurut Wright
periklanan adalah proses komunikasi yang sangat penting
sebagai alat pemasaran yang membantu menjualkan produk,
memberikan layanan serta gagasan atau ide-ide melalui saluran
tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif.
b) Public Relation (Hubungan Masyarakat)
Sebagai upaya terencana dan berkesinambungan untuk
membentuk dan mempertahankan goodwill antar suatu
organisasi atau perusahaan dengan publiknya. Kegiatan tersebut
seperti publikasi, sponsorship.
c) Sales Promotion (Promosi Penjualan)
Segala bentuk aktivitas penawaran pendek yang ditujukan bagi
konsumen potensial untuk mempengaruhinya secara intensif.
Sales promotion akan membuat nilai tambah kepada produk.
d) Word of Mouth
Salah satu karakteristik unik promosi dalam bidang jasa adalah
pentingnya komunikasi referral dan word of mouth. Bahwa
pelanggan seringkali terloibat dalam menyampaikan informasi
kepada pelanggan potensial lain tentang pengalaman mereka.
Hal ini sangat logis, karena orang yang habis berwisata akan
bercerita mengenai pengalaman berwisata kepada keluarga,
teman, dll. Oleh karena itu, bagi pariwsata daerah, media
promosi ini yang terlihat paling efektif (Yoeti, 2005).
e) Direct Marketing (Pemasaran Langsung)
Kegiatan ini merupakan salah satu sistem yang bersifat
interaktif. Prosesnya memanfaatkan suatu atau beberapa media
iklan untuk merangsang konsumen, menimbulkan respon yang
terukur. Promosi produk harus ditujukan untuk memberikan
pengetahuan, penjelasan dan deskripsi produk yang sejelas-
jelasnya untuk membangkitkan minat wisatawan kepada produk
dan pada akhirnya berminat untuk membeli
f) Interactive Media (Media Interaktif)
Namun menurut Cangara (2013) dalam bauran promosi
(promotion mix) dikenal empat teknik promosi, yakni:
a) Iklan
Iklan adalah cara promosi yang sering digunakan dalam
pemasaran komersial.Iklan dapat dilakukan melalui media,
antara lain :
a. Media elektronik (televisi, radio, internet)
b. Media cetak (surat kabar, majalah, buletin)
c. Media luar ruang (papan reklame, poster, dll)
b) Penjualan Perorangan
Ialah cara melakukan penjualan dengan menawarkan barang
kepada orang lain langsung kepada konsumen.
c) Publikasi
Merupakan sebuah cara pemasaran yang menggunakan media
cetak, tetapi bentuknya seperti iklan. Misalnya dalam surat
kabar atau majalah penawaran produk ditulis dalam bentuk
artikel, feature, profil, advertorial. Bisa juga dilakukan dalam
bentuk lain, seperti leaflet, brochure (brosur), atau booklet
(buku) yang dicetak untuk disebarluaskan kepada calon pembeli.
d) Pameran
Pameran merupakan cara untuk menjual produk melalui event-
event tertentu. Pameran biasan dilakukan pada waktu-waktu
tertentu.
Strategi pemasaran dan promosi destinasi pariwisata yang
efektif mencakup pengidentifikasian target calon wisatawan, tujuan
komunikasi yang akan dicapai, formulasi bentuk pesan dan informasi
pariwisata untuk mencapai tujuan, pilihan media dan anggaran.
1.5.2 Promosi Pariwisata
Dalam industri pariwisata, pemasaran agak berbeda dengan pemasaran
yang diterapkan dalam industri-industri manufaktur. Produk yang
dipasarkan dalam industri pariwisata sangat terkait dengan penyedia
(supplier) yang menghasilkan dan semua kelembagaan yang terlibat
dalam pengelolaannya. Hal ini juga berkaitan dengan karakterisitik
produk dalam pariwisata yang bersifat intangible, tidak dapat dipisah-
pisah, berubah-ubah, dan tidak dapat disimpan. Wahab (1976) yang
diterjemahkan oleh Gromang (1992) mendefiniskan pemasaran
pariwisata adalah suatu proses manajemen yang dilaksanakan oleh
organisasi pariwisata nasional atau perusahaan-perusahaan termasuk
kelompok industri pariwisata untuk melakukan identifikasi terhadap
wisatawan yang sudah mempunyai keinginan untuk melakukan
perjalanan wisata dengan jalan melakukan komunikasi dengan
mereka, mempengaruhi keinginan, kebutuhan, memotivasinya,
terhadap apa yang disukai dan yang tidak disukainya, pada tingkat
daerah lokal, regional, nasional ataupun internasional dengan
menyediakan objek dan daya tarik wisata agar wisatawan memperoleh
kepuasan yang optimal.
Definisi pemasaran pariwisata menurut Lumsdon (1997) adalah
proses menejerial yang mengantisipasi dan memuaskan keinginan
pengunjung yang ada dan calon pengunjung secara lebih efektif dari
pemasok atau destinasi pesaing. Perubahan manajemen dipacu oleh
laba, dan manfaat bagi masyarakat atau keduanya, jalan manapun
yang ditempuh, sukses jangka panjang tergantung dari interaksi antara
pelanggan dan pemasok. Ini juga berarti menyelamatkan kebutuhan
lingkungan dan masyarakat serta merupakan inti dari kepuasan
konsumen. Hal-hal tersebut tidak dapat lagi dianggap sebagai sesuatu
yang terpisah satu sengan lainnya. Dalam pemasaran pariwisata,
sangat penting untuk mengetahui hubungan antara permintaan dan
penawaran dalam pariwisata untuk memahami peranan kegiatan
pemasaran dalam pariwisata.
Seperti halnya produk, pariwisata yang merupakan kategori
usaha jasa juga memerlukan kegiatan pemasaran. Peranan kegiatan
pemasaran bagi pariwisata sangat penting, yaitu (Hamid dalam
Harahap, 2006) :
a) Objek dan produk pariwisata yang dikembangkan sedapat
mungkin dimanfaatkan secara terus menerus oleh kensumen
atau wisatawan dari berbagai pasar. Oleh karenanya informasi
mengenai atraksi dan fasilitas wisata yang telah dikembangkan
perlu disebarluaskan ke konsumen yang belum mengetahui dan
memelihara atau mempertahankan konsumen yang telah
menikmati.
b) Agar fasilitas dan jasa-jasa yang ada dapat disesuaikan dengan
citra rasa, keinginan dan harapan wisatawan. Dalam hal ini
penelitian dan monitoring sebagai salah satu bagian dari
kegiatan pemasaran perlu terus dilaksanakan, agar produk-
produk yang akan dikembangkan dapat disesuaikan dengan
keinginan dan kebutuhan pasar (wisatawan) yang senantiasa
berkembang dan berubah terus.
c) Dengan semakin meningkatnya standar hidup, pendapatan, ilmu
pengetahuan dan teknologi, telah meningkatkan jumlah
penduduk yang berkeinginan melakukan perjalanan wisata.
Mereka menghendaki informasi yang cukup mengenai objek
wisata yang dapat dikunjungi.
Menurut Kotler dalam buku Marketing Plus mengatakan bahwa
pemasaran pariwisata (tourism marketing) dibagi menjadi dua
kategori, yaitu service marketing dan place marketing. Service
marketing berpegang pada Tiga P, yaitu presentation, people dan
process. Presentation erat hubungannya dengan “tampak luar” dari
karakteristik fisik si pembuat jasa misalnya tata letak ruang, bangunan
hotel dan lain-lain. People dalam industri jasa adalah orang yang
memegang peranan kunci, sebab proses konsumsi terjadi bersamaan
dengan proses produksi. Sedangkan process artinya proses yang harus
diperhatikan ketika konsumen menikmati sesuatu jasa. Konsumen
masa depan menginginkan proses yang lebih cepat, profesional dan
praktis (Kartajaya, 1996).
Oka dalam Nugroho (2007) menjabarkan enam karakteristik
yang perlu diperhatikan dalam rangka pemasaran produk industri
pariwisata :
a) Intangibility
Produk pariwisata tidak berwujud (intangibility), produk itu
tidak bisa dipindahkan, dicoba, disentuh, dicium dan bahkan
dalam transaksi tidak terjadi pemindahanhak milik dari produsen
kepada konsumen.
b) Inseparibility
Dalan industri pariwisata khususnya dan industri jasa pada
umumnya, produsen dan konsumen hadir pada waktu yang
bersamaan dalam proses produksi dan konsumsi, karena antara
produsen dan konsumen tidak ada jarak pemisah.
c) Stressing The Products Benefits
Dalam menawarkan atau menjual produk pariwisata, perlu
penekanan dan meyakinkan kepada calon wisatawan apa
kelebihan dan manfaat bila wisatawan berkunjung ke objek
wisata tersebut.
d) Variability
Produk industri pariwisata menghasilkan kualitas produk yang
tidak konsisten (bervariasi) sehingga sering menimbulkan
ketidakpuasan wisatawan.
e) Building a Trusting Relationship
Orang-orang yang bekerja dalam industri pariwisata memiliki
kemampuan untuk membina hubungan baik dengan pelanggan
dengan jalan menanamkan kepercayaan pada mereka
f) Perishability
Service atau produk jasa tidak bisa ditabung atau disimpan
sehingga menyebabkan tidak tahan lama.
Menurut Spillane (1994), untuk dapat mengembangkan suatu
kawasan menjadi kawasan pariwisata, ada beberapa unsur yang harus
dipenuhi :
a) Attraction
Atraksi merupakan pusat dari industri pariwisata. Menurut
pengertiannya atraksi mampu menarik wisatawan yang ingin
mengunjunginya. Motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu
tempat tujuan wisata adalah untuk memenuhi atau memuaskan
beberapa kebutuhan atau permintaan. Biasanya mereka tertarik
pada suatu lokasi karena ciri-ciri khas tertentu. Ciri-ciri khas
yang menarik wisatawan adalah:
(a) Keindahan alam.
(b) Iklim dan cuaca.
(c) Kebudayaan.
(d) Sejarah.
(e) Ethnicity atau sifat kesukuan.
(f) Accessibility atau kemampuan atau kemudahan
berjalan atau ketempat tertentu.
Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa ada tiga jenis
atraksi wisata, yaitu benda yang sudah tersedia di alam, hasil
ciptaan manusia dan tata cara hidup dalam masyarakat.
b) Transportation
Transportasi atau yang juga biasa disebut dengan aksesbilitas ini
memiliki unsur-unsur yang meliputi sistem kemananan
penumpang, sistem informasi perjalanan, tenaga kerja, kepastian
tarif dan peta kota atau objek wisata. Adapun teori menurut
Spillane (1994), ada beberapa usul mengenai pengangkutan dan
fasilitas yang berkaitan dengan transportasi yang dapat menjadi
semacam pedoman termasuk berikut ini :
(a) Informasi lengkap tentang fasilitas, lokasi terminal, dan
pelayanan pengangkutan lokal ditempat tujuan harus
tersedia untuk semua penumpang sebelum berangkat dari
daerah asal.
(b) Sistem keamanan harus disediakan di terminal untuk
mencegah kriminalitas.
(c) Suatu sistem standar atau seragam untuk tanda-tanda lalu
lintas dan simbol-simbol harus dikembangkan dan
dipasang di semua bandar udara.
(d) Sistem informasi harus menyediakan data tentang
informasi pelayanan pengangkutan lain yang dapat
dihubungi diterminal termasuk jadwal dan tarif.
(e) Informasi terbaru dan sedang berlaku, baik jadwal
keberangkatan atau kedatangan harus tersedia di papan
pengumuman, lisan atau telepon.
(f) Tenaga kerja untuk membantu para penumpang.
(g) Informasi lengkap tentang lokasi, tarif, jadwal, dan rute
dan pelayanan pengangkutan lokal.
(h) Peta kota harus tersedia bagi penumpang.
c) Facilities
Fasilitas yang diperlukan mungkin berupa penambahan sarana
umum, telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra pasar.
d) Infrastructure
Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk sistem pengairan,
jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan,
sumber listrik dan energi, sistem pembuangan air, jalan raya dan
sistem keamanan.
e) Hospitality
Keramahtamahan masyarakat atau petugas di objek wisata akan
menjadi cerminan keberhasilan sebuah sebuah sistem pariwisata.
Tidak banyak berbeda dengan Spillane, Yoeti (1997) juga
mengungkapkan hal yang hampir serupa bahwa dalam pengembangan
wisata di suatu daerah harus meliputi :
a) Wisatawan
Baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara
merasa tertrik untuk melakukan perjalanan ke destinasi wisata
tersebut.
b) Atraksi
Menurut Yoeti ada tiga syarat dalam pengembangan suatu
daerah untuk menjadi suatu daerah tujuan wisata, agar menarik
untuk dikunjungi oleh wisatawan potensial dalam berbagai
pasar, yaitu:
(a) “something to see”
Artinya di tempat tersebut harus ada objek wisata dan
atraksi wisata yang berbedadengan apa yang dimiliki oleh
daerah lain.
(b) “something todo”
Artinya di tempat tersebut setiap banyak yang dapat dilihat
dan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi
yang dapat membuat wisatawan betahtinggal lebih lama di
tempat itu.
(c) “something to buy”
Artinya di tempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk
berbelanja (shopping), terutama barang-barang souvenir
dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa
pulang ke tempat asal wisatawan.
Ketiga syarat tersebut sejalan dengan pola tujuan
pemasaran pariwisata, yaitu dengan promosi yang dilakukan
sebenarnya hendak mencapai sasaran agar lebih banyak
wisatawan datang pada suatu daerah, lebih lama tinggal dan
lebih banyak mengeluarkan uangnya di tempat yang mereka
kunjungi.
c) Transportasi
Menurut Oka.A.Yoeti (1997) bahwa aksesibilitas adalah
kemudahan dalam mencapai daerah tujuan wisata baik secara
jarak geografis atau kecepatan teknis, serta tersedianya sarana
transportasi ke tempat tujuan tersebut. Kondisi transportasi itu
seperti jalan, keberadaan moda angkutan, terminal, stasiun
pengisian bahan bakar dan lainnya.
d) Fasilitas Pelayanan
Menurut Oka.A.Yoeti (1997) fasilitas dan pelayanan wisata
yang dimaksud adalah semua fasilitas yang dibutuhkan dalam
perencanaan kawasan wisata. Fasilitas tersebut termasuk tour
and travel operation (disebut juga pelayanan penyambutan).
Fasilitas tersebut misalnya: restoran dan berbagai jenis tempat
makan lainnya, toko-toko untuk menjual hasil kerajinan tangan,
cinderamata, bank, moneychanger, dan fasilitas pelayanan
keuangan lainnya, informasi wisata, fasilitas pelayanan
kesehatan, fasilitas keamanan umum (kantor polisi dan
pemadam kebakaran), pos penjagaan, rambu-rambu peringatan
dan fasilitas perjalan untuk masuk dan keluar (seperti kantor
imigrasi dan bea cukai).
e) Informasi dan Promosi
Hal terakhir yang diperlukan adalah publikasi atau promosi,
kapan iklan dipasang, kemana leaflets/brosur disebarkan
sehingga calon wisatawan mengetahui tiap paket wisata dan
wisatawan cepat mengambil keputusan pariwisata di wilayahnya
dan harus menjalankan kebijakan yang paling menguntungkan
bagi daerah dan wilayahnya, karena fungsi dan tugas dari
organisasi pariwisata pada umumnya:
a. Berusaha memberikan kepuasan kepada wisatawan
kedaerahannya dengan segala fasilitas dan potensi yang
dimilikinya.
b. Melakukan koordinasi di antara bermacam-macam usaha,
lembaga, instansi dan jawatan yang ada dan bertujuan
untuk mengembangkan industri pariwisata.
c. Mengusahakan memasyarakatkan pengertian pariwisata
pada orang banyak, sehingga mereka mengetahui untung
dan ruginya bila pariwisata dikembangkan sebagai suatu
industri.
Dalam pariwisata, wisatawan potensial hanya satu dari
pelanggan yang kepuasannya harus dipenuhi oleh para pelaku promosi
pariwisata. Kebutuhan konsumen berbeda-beda, ada pembagian antara
orang yang bepergian secara mandiri dan yang membeli paket wisata.
Perjalanan mandiri melibatkan pembuatan jadwal perjalanan sesuai
permintaan, memerlukan informasi yang sangat banyak. Tanpa
informasi, pertumbuhan segmen pasar akan terhambat. Sumber
informasi dari tangan pertama selalu dari tangan agen, tetapi
perkembangan media elektronik membuat cara konsumen
mendapatkan informasi telah berubah (Vellas, 1990).
Promosi destinasi wisata dapat menjadi penghubung dalam
strategi pemasaran, karena promosi dapat digunakan untuk
mempercepat proses pengambilan keputusan dari seorang wisatawan
untuk melakukan perjalanan wisata. Hal tersebut kembali kepada
fungsi promosi yakni untuk merangsang adanya transaksi dari
wisatawan untuk membeli produk atau fasilitas yang dimiliki oleh
suatu destinasi.
Pada umumnya promosi destinasi wisata dapat dilakukan antara
lain melalui iklan, promosi penjualan, brosur, relasi, publikasi,
pameran, promosi dagang dan promosi dari mulut ke mulut. Namun
dalam menentukan media yang efektif terdapat beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap pilihan untuk melakukan promosi destinasi
yakni dengan mencari dan mengetahui karakter wisatawan, informasi
yang sebenarnya dibutuhkan oleh calon wisatawan, karakter dari
produk industri pariwisata itu sendiri, sumber-sumber yang dimiliki
suatu daerah sebagai suatu daya tarik wisata, ciri atau bentuk
komunikasi yang digunakan untuk setiap komponen promosi yang
dapat digunakan atau tersedia dan posisi atau kedudukan dihadapkan
dengan pesaing-pesaing utama (Yoeti, 2005).
1.5.3 Persepsi
Persepsi berasal dari bahasa latin, persipere: menerima, perception:
pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Jadi persepsi
adalah kesadaran intuitif (berdasarkan firasat) terhadap kebenaran atau
kepercayaan langsung terhadap sesuatu (Komaruddin, 2002).
Menurut Jalaludin Rahmat (2007) yang dimaksud dengan
persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli
(sensory stimuli). Hal ini senada dengan pernyataan bahwa persepsi
merupakan proses diterimanya stimulus oleh penginderaan, dimana
tidak berhenti hanya sekedar melihat tetapi harus berkembang dalam
akal pikiran manusia, diorganisasikan dan diinterpretasikan untuk
mendapatkan suatu makna tertentu dan merupakan aktivitas yang
terintegrasi dalam diri individu (Walgito, 2003; Robbins, 2002).
Penjelasan tersebut diperkuat oleh Slamet (2003) yang menyatakan
bahwa persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau
informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus-
menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya melalui indera
penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan penciuman. Walaupun
begitu, dalam menafsirkan informasi inderawi tidak hanya melibatkan
sensasi, tetap juga atensi, ekspektasi, motivasi dan memori
(Desiderato, 1976).
Persepsi setiap individu dapat sangat berbeda walaupun yang
diamati benar-benar sama. Passer dan Smith (2007) mengemukakan
bahwa sistem sensor memberikan “bahan mentah” sebagai dasar
pembentukan pengalaman. Setiap orang akan mengalami penerimaan
informasi sensor yang sama melalui cara yang berbeda, karena
persepsi merupakan suatu proses kreatif dan aktif dimana data yang
diterima dari sensor diorganisasikan dan diberikan makna. Oleh
karenanya, tidak ada dua orang mengalami pengalaman yang sama
persis. Sehingga objek yang sama kemungkinan bisa diartikan secara
berbeda jika dihubungkan dengan pengalaman yang unik bagi setiap
orang. Sama halnya dengan Desideranto dalam Psikologi Komunikasi
Jalaluddin Rahmat (2003) bahwa persepsi merupakan penafsiran suatu
obyek, peristiwa atau informasi yang dilandasi oleh pengalaman hidup
seseorang yang melakukan penafsiran itu.
Persepsi yang timbul pada diri seseorang disebabkan oleh
adanya beberapa faktor, yakni faktor dari dalam (internal) individu
yang memersepsikan dan dari lingkungan luar (external) individu itu
sendiri. Dimana faktor internal meliputi kepercayaan, pengalaman,
kepribadian, intelegensi, kebutuhan, konsep diri, suasana hati (mood),
sikap-sikap, nilai-nilai dan harapan sedangkan faktor eksternal berasal
dari stimulus (ukuran, warna dan intensitas) serta konteks dimana
stimulus itu tidak hanya dapat dilihat namun juga dapat diarasakan.
Karena persepsi berkembang dari alam pikiran manusia maka
kemampuan berpikir akan memengaruhi persepsi seseorang terhadap
objek stimulus yang didasarkan pada pengetahuan yang dimiliki.
Selain itu latar belakang budaya juga memengaruhi pola penilaian dan
pemaknaan terhadap sesuatu. Sebagaimana Khasali (1994)
menjelaskan bahwa perbedaan budaya pada setiap individu
menentukan persepsi terhadap sesuatu yang dipersepsikan. Beberapa
faktor tersebut diperkuat oleh Jalaludin (2001) yang menyatakan
bahwa persepsi dipengaruhi oleh sikap, pendidikan (pengetahuan),
lingkungan dan budaya.
David Krech dan Richard S. Crutchfield dalam Jalaludin
Rahmat (1977) menyebutkan bahwa persepsi ditentukan oleh faktor
fungsional dan faktor struktural. Faktor fungsional berasal dari
kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa
yang disebut faktor personal. Dalam faktor ini yang menentukan
persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli melainkan karakteristik orang
yang memberikan respon pada stimuli tersebut. Sedangkan faktor
struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek
saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu.
Dalam persepsi, objek stimulus juga dipengaruhi oleh
karakteristik stimulus, dimana bila objek yang dipersepsikan bukan
manusia disebut persepsi benda (things perception) (Heider, 1959
dalam Walgito 2003). Pada proses timbulnya persepsi terhadap suatu
benda akan lebih konsisten daripada persepsi terhadap manusia.
Karena pada objek manusia ada interaksi yang saling memengaruhi
sehingga dapat merubah makna yang dipersepsikan.
Berawal dari pengalaman yang dimiliki oleh seseorang akan
membentuk apresiasi sikap dan diwujudkan dalam perilaku, dimana
persepsi orang yang memiliki pengalaman banyak akan jauh lebih
spesifik dalam memberikan penilaian dan penginterpretasian terhadap
sesuatu dibanding individu yang kurang memiliki pengalaman.
Pengalaman seseorang dapat menjadi pembanding dalam penetapan
keputusan. Sebagaimana Baltus (1983) dalam Atkinson (1991)
mengungkapkan cara individu untuk menginterpretasikan atau
bereaksi terhadap suatu stimulus tergantung dari pengalaman masa
lalunya.
Persepsi menjadi penting untuk diketahui karena melalui
persepsi dapat diketahui bagaimana seseorang mengolah,
mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus yang
didapatkannya untuk mendapatkan makna tertentu. Melalui persepsi
tersebut akan terlihat bagaimana cara pandang orang tersebut dalam
memberikan penilaian terhadap sesuatu.
1.5.4 Destinasi Wisata dan Wisatawan
1. Destinasi Wisata
Berbicara mengenai pariwisata, pasti didalamnya mencakup
destinasi wisata (daerah tujuan wisata), wisatawan dan para pelaku
wisata lainnya yang bersinggungan langsung dengan kegiatan
pariwisata. Secara umum, pariwisata akan terjadi apabila terdapat
daerah yang memiliki potensi untuk dijadikan objek daya tarik
wisata. Dengan adanya objek daya tarik wisata tersebut timbulah
keinginan pada diri masyarakat untuk mengunjungi dan menikmati
potensi yang ada. Seperti yang dikemukakan oleh Gartner (1996)
bahwa unsur pembentuk pengalaman wisatawan yang utama
adalah adanya daya tarik dari suatu tempat atau lokasi. Daya tarik
yang terdapat di daerah yang memiliki potensi merupakan modal
dasar untuk dijadikan sebagai sumber daya wisata. Dimana sumber
daya wisata adalah segala sesuatu yang dapat menjadi daya tarik
(baik alam, budaya dan buatan) yang dapat menarik kunjungan
wisatawan (Yoeti, 1997).
Untuk dapat dijadikan sebagai destinasi wisata atau daerah
tujuan wisata, tidak hanya tergantung pada kualitas potensi alam
yang menarik. Namun juga kesiapan daerah tersebut untuk
menyambut wisatawan ketika mulai ramai berdatangan. Seperti
penginapan, daya dukung lingkungan, infrakstruktur dan
sebagainya. Suwantoro (2004) mengemukakan unsur pokok yang
harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan
pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan,
pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi lima
unsur yaitu objek daya tarik wisata, prasarana wisata, sarana
wisata, infrastruktur, dan masyarakat/lingkungan.
Dalam destinasi wisata, unsur tersebut dapat diringkas
kedalam tiga aspek penting dari produk pariwisata. Unsur-unsur
tersebut meliputi (Muljadi, 2009) :
a) Attraction, yakni segala sesuatu baik itu berupa daya tarik
wisata alam dan budaya yang menarik bagi wisatawan untuk
datang ke suatu daerah tujuan wisata. Hal ini antara lain
meliputi daya tarik keindahan alam, pantai, atraksi wisata
budaya, kebiasaan dan cara hidup masyarakat, keunikan alam
dan budaya, atraksi-atraksi seni, pertemuan ilmiah, dagang
dan sebagainya.
b) Accessibility atau aksesbilitas, artinya kemudahan untuk
mencapai daerah tujuan wisata yang dimaksud melalui
berbagai media transportasi, udara, laut atau darat. Hasil
penelitian membuktikan bahwa hal ini sangat memengaruhi
keputusan para calon wisatawan untuk datang ke suatu
daerah tujuan wisata.
c) Amenities, maksudnya berbagai fasilitas yang dapat
memberikan kenyamanan dan kepuasan bagi para wisatawan
selama mereka melakukan perjalanan wisata di suatu daerah
tujuan wisata. Hal tersebut antara lain akomodasi yang
nyaman, restoran, bar, layanan informasi, pramuwisat, sikap
msayarakat setempat, keamanan dan lain-lain.
Aspek-aspek tersebut juga diperkuat oleh Damanik (2013)
yang mengatakan bahwa elemen triple A’s (attraction,
accessibility, amenity) akan selalu melekat dalam setiap destinasi.
Ketiga aspek tersebut harus dapat dikemas sedemikian rupa
sehingga dapat menjadi lebih menarik, memberikan kenyamanan
bagi wisatawan sesuai dengan maksud kunjungan dari para
wisatawan tersebut.
2. Wisatawan
Pariwisata ada juga karena adanya wisatawan. Sehingga kajian
terhadap wisatawan merupakan salah satu elemen penting dalam
dunia pariwisata yang dapat memberikan masukan yang sangat
bermanfaat. Wisatawan pada intinya adalah orang yang keluar dari
rutinitas/pekerjaannya dan melakukan perjalanan ke suatu destinasi
wisata untuk menikmati objek wisata guna mencari sesuatu yang
baru. Sepeti penjelasan Smith (1977) yang mengatakan bahwa
wisatawan adalah orang yang sedang tidak bekerja atau sedang
berlibur dan secara sukarela mengunjungi daerah lain untuk
mendapatkan sesuatu yang “lain”. Sependapat dengan Smith,
menurut Undang-undang No.9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan,
wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati
objek dan daya tarik wisata.
P.W. Ogilvie, seorang ahli kepariwisataan Inggris melihat
pariwisata dari segi bisnis memberikan batasan pengertian
wisatawan. Wisatawan adalah semua orang yang memenuhi dua
syarat, pertama bahwa mereka meninggalkan kediamannya untuk
jangka waktu kurang dari satu tahun dan kedua sementara mereka
pergi, mereka mengeluarkan uang ditempat tersebut (Yoeti, 1982).
Menurut arus pergerakannya, wisatawan terbagi menjadi dua
kelompok yakni wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik.
Leiper dalam Cooper (1998) juga menjelaskan bahwa wisatawan
sendiri terbagi menjadi dua kelompok, yaitu wisatawan domestik
(orang yang melakukan perjalanan dalam suatu negara) dan
wisatawan mancanegara (orang yang melakukan perjalanan
antarnegara). Oka A. Yoeti (1991) juga yang menyatakan pendapat
yang serupa bahwa berdasarkan asalnya, wisatawan dibagi menjadi
dua yaitu: wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan
mancanegara (wisman). Wisatawan nusantara adalah orang yang
berdiam dan bertempat tinggal pada suatu pada suatu negara untuk
melakukan wisata di wilayah negara dimana dia tinggal, sedangkan
wisatawan mancanegara adalah orang yang melakukan perjalanan
wisata yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan
merupakan negara dimana dia tinggal.
Ketika melakukan sebuah perjalanan, pada dasarnya
wisatawan tentu memiliki motivasi dan juga harapan ketika
mengunjungi destinasi wisata tersebut. Keadaan yang demikian
merupakan salah satu penyebab wisatawan melakukan perjalanan
wisata. Seperti yang dikemukakan oleh G.A. Schmoll (1976) yang
memberikan batasan pada istilah wisatawan yakni individu atau
kelompok individu yang memertimbangkan dan merencanakan
daya beli yang dimilikinya, yang tertarik pada perjalanan yang
umumnya dengan motivasi perjalanan yang pernah dilakukan
untuk menambah pengetahuan, tertarik oleh pelayanan yang
diberikan oleh suatu daerah tujuan wisata yang dapat menarik
pengunjung dimasa yang akan datang (Yoeti, 1982).
Setiap wisatawan yang mengunjungi suatu destinasi memiliki
kebutuhan, keinginan atau tujuan masing-masing. Kebutuhan
tersebut sekiranya dapat menjadi motivasi yang hendak dipenuhi.
Hal ini seperti yang dijelaskan oleh UN-WTO (Cooper 2006,
Ritchie dan Goeldner 2003, Gee 1999) bahwa wisatawan terbagi
menjadi tiga kelompok tujuan kunjungan, yaitu :
a) Leisure and creation (vakansi dan rekreasi)
Kegiatan utama dalam kategori ini memiliki tujuan
bersenang-senang. Wisatawan bisa melakukan perjalanan ke
manapun ia mau dan cenderung menyebar ke seluruh dunia
selama daerah tujuan wisata memiliki keunikan dan sesuatu
yang dalam memenuhi kebutuhan wisata. Tema perjalanan
bisa beragam mulai dari alam, budaya hingga olahraga (non-
profesional).
b) Business and professional (bisnis dan profesional)
Wisatawan dalam kategori ini berhubungan erat dengan
pekerjaan. Perjalanan yang dilakukan tidak untuk mencari
nafkah, tetapi kegiatannya berdampak pada pekerjaannya. Ia
memiliki tujuan perjalanan untuk rapat, menjalankan misi
dan bisnis. Wisatawan dengan tujuan bisnis dan profesional
dapat juga disebut dengan wisatawan bisnis. Pilihan tempat
wisatanya biasanya terstruktur dan cenderung terpusat pada
kota-kota besar.
c) Other tourism purposes (tujuan wisata lain)
Wisata ini biasanya untuk menambah wawasan dan
pengetahuan, bersosialisasi, mempertebal keimanan,
pemulihan kesehatan. Kegiatannya meliputi
belajar/penelitian, pemulihan kesehatan, transit, melakukan
kunjungan kepada kerabat dan saudara, melakukan ziarah,
melakukan perjalanan keagamaan dan sebagainya.
Selain itu untuk tujuan perencanaan, termasuk dalam
pengembangan fasilitas kepariwisataan, sebaiknya
pengelompokkan wisatawan berdasarkan atas kebutuhan riil
kelompok-kelompok wisatawan (segmentasi). Untuk itu,
pengelompokkan semestinya dibuat bukan atas dasar variabel
tunggal yang bersifat linier, melainkan bersifat multi dimensional
yang mengombinasikan berbagai karakteristik wisatawan
(Sharpley, 1994). Berbagai faktor yang perlu diperhitungkan antara
lain faktor demografis dan sosial ekonomi. Ciri-ciri demografis dan
sosial ekonomi yang berbeda akan mempunyai ekspektasi dan/atau
perilaku yang juga berbeda. Faktor demografis dan sosial ekonomi
ini meliputi usia, siklus keluarga, jenis kelamin, pendidikan, mata
pencaharian/pendapatan.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Kotler (2006) dan
Cooper (2005) yang menyatakan bahwa setiap wisatawan memiliki
sifat yang unik dan dapat dilihat dari berbagai pendekatan,
diantaranya :
a) Karakteristik wisatawan berdasarkan aspek psikografis
Pada aspek psikografi, salah satu yang memengaruhi
perjalangan wisata adalah motivasi yang melatarbelakangi
perjalanan wisata. Plog dalam Cooper (2005) dan dalam
McIntosh dan Goeldner (2003) membagi wisatawan
berdasarkan sifatnya, seperti terbuka dan tertutup, tergantung
dan mandiri, peluang dan penurut.
Ia mengemukakan klasifikasi wisatawan menjadi lima
sifat yang disebut :
(a). Allocentric, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi
tempat-tempat yang belum diketahui, bersifat
petualangan dan memanfaatkan fasilitas yang
disediakan oleh masyarakat lokal.
(b). Psychocentric, yaitu wisatawan yang hanya mau
mengunjungi daerah tujuan wisata yang sudah
mempunyai fasilitas degan standar yang sama di
negaranya sendiri. Mereka melakukan perjalanan
dengan program yang pasti dan memanfaatkan fasilitas
dengan standar internasional.
(c). Mid-centric, terletak diantara allocentric dan
psychocentic.
b) Karakteristik wisatawan berdasarkan aspek sosio-ekonomi
Klasifikasi wisatawan juga dibedakan berdasarkan
demografi, yaitu usia, jenis kelamin, latar belakang
pendidikan, pendapatan dan siklus keluarga.
c) Karakteristik wisatawan berdasarkan aspek geografis
Wisatawan dibagi berdasarkan geografi atau wilayah asal
kedatangan. Daerah asal wisatawan merupakan aspek penting
dalam memahami karakter wisatawan karena hal tersebut
berkaitan dengan kebudayaan, nilai, sikap, kepercayaan dan
sistem.
Mathieson dan Wall (1982) juga menyatakan bahwa terdapat
berbagai faktor yang memengaruhi proses pengambilan keputusan
untuk melakukan perjalanan wisata, salah satunya yaitu
karakteristik wisatawan, baik karakteristik sosial-ekonomi (umur,
pendidikan, penghasilan dan pengalaman sebelumnya) maupun
karakteristik perilaku (seperti motivasi, sikap dan nilai yang
dianut).
1.6 KERANGKA KONSEP
Penilaian berupa persepsi dan pengetahuan yang dimiliki oleh
wisatawan atas promosi destinasi wisata yang dikunjungi akan menjawab
atas segala persoalan yang selama ini menjadi kendala dalam
mempromosikan Pulau Maratua. Persepsi dan pengetahuan wisatawan
tersebut akan meliputi bauran promosi apa saja yang diakses oleh
wisatawan, seberapa sering mengakses informasi promosi wisata, pesan
yang diterima melalui promosi tersebut, membandingkan antara informasi
yang didapat dengan pengalaman wisatawan terhadap aspek triple A’s
(attraction, accessibility, amenities) selama di lapangan, aspek-aspek yang
tidak diekspos dan yang tidak menjadi bagian promosi, bagaimana penilaian
mengenai konten promosi tersebut serta harapan yang dimiliki.
Pilihan bauran promosi yang akan digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan penjelasan teori diatas meliputi word of mouth, iklan media
cetak, iklan media elektronik, promosi penjualan, pemasaran langsung,
publikasi dan pameran.
Penelitian ini diharapkan tidak hanya sekedar mengetahui promosi
wisata yang tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan wisatawan, namun juga
dapat menjadikannya sebagai alternatif strategi promosi yang dapat
digunakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Berau.
Alternatif strategi yang dimaksud disini adalah bagaimana menjadikan
promosi yang sesuai dengan perspektif wisatawan ini sebagai pilihan-
pilihan utama yang dapat dijalankan oleh pihak kedinasan, yang disesuaikan
dengan anggaran yang mereka miliki.
1.7 METODOLOGI
1.7.1 Metode Penelitian
Mengacu pada judul dan perumusan masalah, penelitian ini
menggunakan metode survei dengan menggunakan instrumen
kuesioner sebagai alat pengumpul data primer. Dimana penelitian ini
dimaksudkan untuk mengukur fenomena sosial tertentu yang dilakukan
dengan pengembangan konsep dan penghimpunan fakta dari sampel
sebagai perwakilan dari populasi untuk menjelaskan hipotesa
(Singarimbun, 2008). Selain itu metode penelitian survei digunakan
dengan maksud penjajagan atau eksploratif yang sifatnya terbuka dan
masih mencari-cari jawaban (Singarimbun, 1989). Penelitian ini
menitikberatkan pada pertanyaan tentang pengetahuan wisatawan
mengenai informasi yang mereka dapatkan seputar promosi wisata
Pulau Maratua.
1.7.2 Populasi dan Sampel
Populasi menurut Sugiyono (2004) adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan sekedar jumlah
yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki objek atau subjek
tersebut. Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Dalam pengumpulan data mengenai wisatawan, akan ditemui
kesulitan untuk menentukan dengan pasti, berapa banyak populasi
wisatawan. Ini terjadi karena wisatawan yang datang bulan ini, belum
tentu yang berkunjung pada bulan sebelumnya atau tahun sebelumnya.
Demikian pula dari segi jumlahnya, setiap saat selalu berubah, kadang
bertambah kadang bekurang. Hal ini sangat lazim dalam penelitian
pasar wisatawan (Gunn, 1994; Jung, 2000).
Maka pengambilan sampel akan dilakukan dengan metode
Quota sampling. Menurut Sugiarto dkk (2001:42) quota sampling
yang dimaksud adalah judgment sampling dua tahap. Tahap pertama
penentuan responden berdasarkan kriteria yang digunakan sebagai
sampel. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara yang berada di
Pulau Maratua. Kriteria responden minimal berusia 18 tahun,
didasarkan atas asumsi bahwa responden sudah mandiri dalam
memberikan jawaban karena dianggap dewasa dan telah memahami
dalam menentukan perjalanan wisatanya (Demitri, 2009). Tahap
kedua penentuan sampel diambil secara convenience sampling, yaitu
wisatawan yang sudah memenuhi kriteria dan bersedia menjadi
responden.
Kriteria sampel yang dijadikan acuan dalam penelitian ini
adalah :
a. Wisatawan domestik dan mancanegara;
b. Baik laki-laki maupun perempuan;
c. Berusia minimal 18 tahun dan
d. Sedang melakukan perjalanan wisata di Pulau Maratua.
Roscoe dalam Sugiyono (2005:102) memberikan saran untuk
ukuran sampel dalam penelitian bahwa ukuran sampel yang layak
dalam penelitian adalah sekitar 30 sampai dengan 500 responden.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti mendapatkan
responden sebanyak 60 wisatawan dengan spesifikasi 40 wisatawan
domestik dan 20 wisatawan mancanegara.
Prosedur pengambilan sampel akan dilakukan dengan cara
peneliti mengunjungi langsung Pulau Maratua dan menemui
responden di resort, hotel, guesthouse dan homestay di tiap kampung
yang ada di Pulau Maratua.
1.7.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Penyebaran Angket
Penyebaran angket ini dilakukan untuk mengetahui persepsi
wisatawan terhadap promosi yang selama ini telah dilakukan
untuk memperkenalkan Pulau Maratua ke masyarakat luas,
khususnya wisatawan yang menjadi target sasarannya. Melalui
persepsi wisatawan tersebut diharapkan dapat menjadi bahan
dasar evaluasi bagi dinas pemerintah setempat. Hasil data
persepsi wisatawan dilakukan untuk mendukung dalam
penyusunan stategi promosi dimasa yang akan datang.
Pengumpulan data akan dilakukan dengan menggunakan
kuesioner semi terbuka. Kuesioner semi terbuka merupakan
gabungan antara pertanyaan terbuka dan tertutup. Dimana
dengan melalui pertanyaan terbuka pada kuesioner ini
memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab
pertanyaan dengan jawaban bebas menggunakan kata-kata
responden sendiri sesuai dengan keadaannya saat itu, sedangkan
pertanyaan tertutup disajikan dalam bentuk pertanyaan yang
jawabannya telah disediakan sehingga responden tinggal
memilih pilihan-pilihan jawaban tersebut. Cara ini digunakan
mengingat kesibukan wisatawan, waktu, biaya penelitian serta
luasnya daerah penelitian.
b. Wawancara
Wawancara bebas dilakukan secara langsung dengan beberapa
wisatawan untuk mendapatkan gambaran lebih mendetail dan
mendalam mengenai pendapat mereka terhadap promosi wisata
Pulau Maratua. Serta wawancara ini dilakukan kepada Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Berau selaku instansi
yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini.
c. Observasi
Kegiatan yang dilakukan dalam teknik ini antara lain
mengamati, mencatat dan menilai kondisi terakhir terhadap
kegiatan dan proses kegiatan yang relevan dengan permasalahan
penelitian. Observasi juga digunakan penulis untuk
mengumpulkan data yang menyangkut situasi sosial tertentu,
dalam hal ini mencakup lokasi atau fisik daerah tujuan wisata
dan aktivitas para wisatawan di daerah tujuan wisata
(Kusmayadi, 2000). Selain itu pengamatan dan pencatatan
peristiwa terhadap objek di lokasi penelitian dilakukan tanpa
harus berkomunikasi dengan narasumber (Moleong, 2001).
Dengan ini peneliti mengobservasi kegiatan promosi atau
pemasaran baik yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Berau maupun perusahaan swasta
lainnyadan menyesuaikan dengan objek wisata yang memiliki
potensi di Pulau Maratua. Langkah ini dibutuhkan untuk dapa
lebih memberikan penjabaran temuan survei.
d. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi ini untuk memeroleh data dengan mencari
dan mengumpulkan data tertulis yang didapat dari melalui
pejabat kampung setempat. Melalui data ini diharapkan dapat
mengetahui data jumlah wisatawan yang datang, inventarisasi
objek daya tarik wisata di Pulau Maratua dan sebagainya.
1.7.4 Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul selanjutnya akan diolah menggunakan
tabulasi silang dan diuraikan secara deskriptif, dengan tujuan untuk
memberikan gambaran yang lebih mendetil mengenai gejala atau
fenomena yang sedang terjadi sehingga permasalahan yang diajukan
dapat dipecahkan dan tujuan dari penelitan ini dapat tercapai. Analisis
deskriptif adalah mentranformasi data mentah ke dalam bentuk data
yang mudah dimengerti dan ditafsirkan serta menyusun, memnipulasi
dan menyajikan supaya menjadi suatu bentuk informasi (Kusmayadi,
2000).
Pemaparan data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi. Tabel distribusi frekuensi adalah suatu pemaparan data
statistik yang menunjukkan berapa banyaknya kategori atau nilai dari
suatu variabel yang didapatkan dari responden. Dengan kata lain,
distribusi frekuensi adalah pengorganisasian data dengan
meringkaskan fakta-fakta atau nilai-nilai dari variabel yang diperoleh
selama pengumpulan data di lapangan (Kusmayadi, 2000).