42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata pada saat ini telah berkembang menjadi salah satu sektor industri yang memiliki dampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi lokal dan regional serta menjadi sebuah prioritas bagi pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat. Demikian pula dengan tren di banyak negara yang memiliki potensi pariwisata berbasis alam, upaya penguatan daya jual dan promosi potensi pariwisata daerahnya terus menerus ditingkatkan, guna memperkenalkan dengan lebih baik destinasi objek yang mereka miliki. Indonesia yang merupakan salah satu wilayah di dunia yang memiliki keunikan dan keunggulan potensi alam, budaya serta adat-istiadat, saat ini sadar bahwa sektor pariwisata merupakan salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi wilayah. Dengan keunggulan variasi dan keunikan subsistem wilayah yang luas dan variatif, sangat layak jika Indonesia seharusnya memiliki basis pengetahuan yang kuat mengenai elemen penting industri wisata yaitu wisatawan sebagai pemangku utama kepentingan pembangunan indusktri wisata. Sudut pandang ini memiliki konsekuensi bahwa untuk meningkatkan daya saing pariwisata, kita haruslah memiliki data dasar mengenai pengetahuan dan pandangan wisatawan sebagai subjek informasi primer. Dengan demikian hal ini akan lebih mempermudah bagi pengambil kebijakan, masyarakat bisnis dan para pemangku kepentingan lainnya untuk membuat rencana strategi yang mampu menghasilkan manfaat secara optimal dalam menghadapi persaingan global kegiatan ini. Pulau Maratua adalah salah satu daerah yang memiliki potensi destinasi wisata unggulan di Indonesia. Pulau yang terletak di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur ini, selain letak geografisnya yang langsung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kegiatan pariwisata pada saat ini telah berkembang menjadi salah satu

sektor industri yang memiliki dampak signifikan bagi pertumbuhan

ekonomi lokal dan regional serta menjadi sebuah prioritas bagi

pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat. Demikian pula dengan tren

di banyak negara yang memiliki potensi pariwisata berbasis alam, upaya

penguatan daya jual dan promosi potensi pariwisata daerahnya terus

menerus ditingkatkan, guna memperkenalkan dengan lebih baik destinasi

objek yang mereka miliki. Indonesia yang merupakan salah satu wilayah di

dunia yang memiliki keunikan dan keunggulan potensi alam, budaya serta

adat-istiadat, saat ini sadar bahwa sektor pariwisata merupakan salah satu

pilar utama pertumbuhan ekonomi wilayah. Dengan keunggulan variasi dan

keunikan subsistem wilayah yang luas dan variatif, sangat layak jika

Indonesia seharusnya memiliki basis pengetahuan yang kuat mengenai

elemen penting industri wisata yaitu wisatawan sebagai pemangku utama

kepentingan pembangunan indusktri wisata. Sudut pandang ini memiliki

konsekuensi bahwa untuk meningkatkan daya saing pariwisata, kita

haruslah memiliki data dasar mengenai pengetahuan dan pandangan

wisatawan sebagai subjek informasi primer. Dengan demikian hal ini akan

lebih mempermudah bagi pengambil kebijakan, masyarakat bisnis dan para

pemangku kepentingan lainnya untuk membuat rencana strategi yang

mampu menghasilkan manfaat secara optimal dalam menghadapi

persaingan global kegiatan ini.

Pulau Maratua adalah salah satu daerah yang memiliki potensi

destinasi wisata unggulan di Indonesia. Pulau yang terletak di Kabupaten

Berau, Kalimantan Timur ini, selain letak geografisnya yang langsung

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

berbatasan dengan negeri jiran Malaysia dan Filipina, Maratua juga

memiliki keindahan dan keunikan alam dan budaya. Mulai dari alam

bawah laut dengan spesies yang beraneka ragam, hamparan danau yang juga

terdapat ubur-ubur tidak menyengat, puluhan goa, hutan karang yang

didalamnya terdapat flora dan fauna dengan spesies unik, pegunungan serta

keunikan budaya suku Bajo, menjadikan pulau ini memiliki ketangguhan

variabel penting wisata. Namun sayangnya potensi yang lengkap dan tidak

tertandingi serta dapat menjadikan Maratua sebagai destinasi wisata kelas

dunia ini tidak digunakan secara maksimal sebagai atraksi wisata. Banyak

pihak dari organisasi pemerhati lingkungan dan para ahli peneliti yang salah

satunya merupakan peneliti dari Pusat Studi Sumberdaya dan Teknologi

Kelautan Universitas Gadjah Mada mengatakan bahwa spesies bawah laut

Maratua merupakan yang terbaik di dalam peta segitiga karang dunia. Bisa

dibayangkan kekuatan keunikan daratan dan lautan disana menjadikan

Pulau Maratua sebagai kekayaan alam dunia.

Namun saat observasi yang pernah dilakukan oleh peneliti selama

berada di Pulau Maratua, menunjukkan bahwa tidak banyak pengetahuan

yang baik dan cukup mengenai Pulau Maratua di kalangan wisatawan.

Dapat diduga, bahwa ketidaktahuan wisatawan mengenai objek wisata di

Pulau Maratua disebabkan karena faktor strategi promosi yang dilakukan

pemerintah setempat tidak tepat mengenai sasaran. Dimana seharusnya

strategi promosi yang merupakan salah satu komponen utama untuk

memperkenalkan dan memberikan informasi tentang destinasi wisata saat

ini sudah dibuat rancangannya dengan mempertimbangkan faktor

keunggulan, program berkelanjutan dan evaluasi yang terukur sudah

dimiliki oleh kabupaten, yang kemudian dimasukkan kedalam rencana

strategi pengembangan pariwisata Berau. Sayangnya dokumen ini tidak

tersedia dan tidak membuat pihak-pihak yang berkepentingan tergerak

untuk melakukan evaluasi dan pemikiran maupun observasi serta riset ulang

terhadap wisatawan yang melakukan kunjungan ke Pulau Maratua.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

Akibatnya tidak banyak informasi yang dapat dipercaya mengenai program

promosi wisata yang tepat sasaran dan linier dengan perspektif wisatawan

yang berkunjung, sehingga sampai saat ini tidak dapat diyakini secara

ilmiah tentang pengetahuan, profil dan harapan atau permintaan wisatawan

yang datang kesana. Untuk itu sangat perlu untuk segera dilakukan riset

untuk bisa menggambarkan pulau Maratua dari sudut pandang dan respon

wisatawan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka persepsi dan kesan (impresi)

wisatawan mengenai promosi wisata beserta daya tarik objek wisata dan

produk-produk wisata di Pulau Maratua sangat penting ditempatkan sebagai

fokus dalam penelitian ini. Karena persepsi tersebut akan memberikan basis

data yang baik mengenai kebutuhan dan harapan untuk menjadi dasar dalam

menyusun strategi promosi serta menentukan peluang mereka untuk berbagi

pengalaman di komunitasnya pada tingkat global atau pun membuat

keputusan untuk kembali atau tidak. Sehingga nantinya hasil penelitian ini

bisa menjadi bahan rekomendasi dalam pembuatan rencana strategi konsep

wisata Pulau Maratua dan keberpihakan Pemerintah untuk membuat

kebijakan yang menunjang pertumbuhan yang sehat disektor industri wisata

Pulau Maratua menuju kompetisi wisata internasional yang semakin ketat.

Persepsi atau pandangan wisatawan terhadap daya tarik objek wisata

secara asumtif berhubungan erat dengan promosi objek dan informasi yang

baik yang bisa didapatkan. Mereka akan membandingkan tujuan wisata

sejenis di beberapa tempat yang populer dan menjadi favorit komunitas.

Apabila mereka menilai daya tarik objek wisata dan infrastruktur

pendukung rendah, maka besar kemungkinan ketidakpuasan akan muncul

dan membuat wisatawan tersebut tidak ingin mengunjungi atau mengulangi

kunjungannya ke daerah tersebut (Damanik, 2005). Ini dapat terjadi karena

informasi tidak cukup atau kesan yang muncul dari pengamatan atau

pengalaman mereka. Hal ini tentu dapat menjadi pelajaran berharga karena

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

akan menjadi promosi yang negatif bagi kemajuan pariwisata di Pulau

Maratua.

Perbedaan budaya, karakteristik dan pengetahuan antara wisatawan

domestik dengan wisatawan mancanegara yang menjadi subjek dalam

penelitian ini, tentu juga akan memberikan pandangan yang berbeda

bagaimana promosi wisata itu seharusnya dilakukan. Hasil data ini nantinya

sangat bermanfaat dalam menyeleksi dan menentukan promosi wisata yang

efektif digunakan serta penyampaian pesan yang lebih informatif mengenai

objek wisata di Pulau Maratua.

Dalam menyusun strategi promosi tentunya harus melihat bagaimana

sesungguhnya penilaian dan persepsi tamu (wisatawan) yang menjadi

konsumen utamanya (Spillane, 1994). Maka nantinya, pengembangan objek

daya tarik wisata tidak hanya berdasarkan semata-mata pada ketersediaan

sumber (product) daya pariwisata namun juga memperhatikan kebutuhan

pasar itu sendiri (market). Apabila dalam pengembangan industri pariwisata

hanya mengedepankan aspek-aspek product, maka dapat diduga hal tersebut

tidak dapat memberikan manfaat yang optimal bagi perkembangan

pariwisata disana. Pengembangan objek-objek wisata dengan

mengoptimalkan pemanfaatan sumber-daya wisata (alam, sosial-budaya,

buatan) barangkali dapat meningkatkan frekuensi atraksi-atraksi wisata di

daerah. Namun demikian sering kali hal itu tidak bertahan lama

(unsustainable), karena kurang didasarkan pada permintaan nyata pasar

wisatawan (Bodlender, 1991).

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan permasalah yang akan dianalisa

dalam penelitian ini adalah “Bagaimana persepsi wisatawan terhadap

promosi wisata Pulau Maratua?”

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui persepsi wisatawan terhadap promosi wisata Pulau

Maratua,

2. Memberikan rekomendasi untuk Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Berau dalam membuat promosi wisata yang teat dan

menjadi prioritas utama sesuai dengan perspektif wisatawan.

1.4 SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian ini adalah wisatawan domestik dan wisatawan

mancanegara yang sedang melakukan perjalanan ke Pulau Maratua. Karena

wisatawan merupakan target sasaran aktivitas promosi tersebut.

1.5 KERANGKA PEMIKIRAN

1.5.1 Strategi Promosi

Suatu perusahaan, baik swasta maupun pemerintah, untuk dapat

mencapai tujuannya tentu saja menggunakan berbagai macam strategi.

Terutama bagi perusahaan yang bergerak dibidang pelayanan jasa

harus pandai dalam memilih strategi yang tepat untuk mencapai tujuan

perusahaan. Strategi merupakan rencana yang teratur untuk

menyesuaikan sumber-sumber perusahaan dengan peluang pasar.

Dalam dunia bisnis yang saat ini sangat berkembang dengan pesat dan

berlomba-lomba dalam mendapatkan pangsa pasar, kelangsungan

hidup suatu perusahaan akan tergantung pada perencanaan strategi

yang jitu.

Perusahaan yang bergerak dibidang pelayanan masyarakat atau

jasa akan sangat bergantung pada strategi komunikasinya. Karena

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

perusahaan tersebut nantinya harus berkomunikasi secara langsung

dengan para pelanggan ataupun calon pelanggan untuk

mempromosikan produknya dan membangun serta mempertahankan

citra perusahaan.

Strategi menurut Hanafi dapat diterjemahkan sebagai

pemantapan tujuan jangka panjang dari suatu organisasi dan pemilihan

alternatif tindakan dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk

mencapai tujuan tersebut (Hanafi, 1997). John Tribe dalam Corporate

Strategy for Tourism (1997) menganalisis definisi strategi yang

beragam dan menyimpulkan bahwa Strategi adalah rencana induk

yang mempunyai ciri kunci tertentu. Ini untuk jangka menengah

hingga jangka panjang dan menyangkut tujuan, mengarah pada dan

mengenai target tertentu, perencanaan dari masa datang yang

diinginkan dan rancangan mengenai cara-cara yang sesuai untuk

merealisasikannya.

Konsep pemasaran merupakan strategi bisnis yang menekankan

bahwa pencapaian tujuan (sasaran) organisasi atau perusahaan

bergantung pada penerapan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran,

serta pemberian kepuasan yang diinginkan dengan cara yang lebih

efektif dan efisien ketimbang pesaing (Kotler, 2002). Menurut Wahab

(1976) pemasaran dapat ditafsirkan dengan sekelompok aktifitas yang

dilakukan untuk (a) merumuskan pasar, (b) mempelajari dan

menganalisis kebutuhan dan selera konsumen, (c) meninjau dan

menyesuaikan kembali produksi sebagaimana mestinya, (d)

mengembangkan alat atau cara untuk mendekatkan kebutuhan

konsumen pada produksi dan menciptakan kebutuhan-kebutuhan itu,

(e) memuaskan pelanggan melalui penyempurnaan produk.

Triyana (Yoeti, 2005) menyebutkan ada 4 variabel yang dapat

dimainkan untuk memenangkan persaingan dalam pemasaran yaitu :

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

a) Segmentasi pasar

Adalah usaha untuk mengelompokkan wisatawan dalam

beberapa kelompok yang anggotanya relatif mempunyai

kesamaan karakteristik. Setelah dikelompokkan wisatawan yang

ada di suatu daya tarik wisata, baru dilakukan penentuan target

pasar yang akhirnya dijadikan sebagai sasaran pemasaran.

Untuk mendapatkan sasaran pasar yang tetap perlu dilakukan

analisis terhadap situasi dan permintaan pasar. Oleh karena itu,

untuk menentukan dan melakukan suatu strategi pemasaran dan

promosi destinasi pariwisata harus berdasarkan hasil analisis

data penelitian tentang segmentasi pasar pariwisata sesuai

dengan potensi dan daya tarik yang dimiliki suatu daerah tujuan

wisata.

b) Bauran pemasaran

Didalam bauran pemasaran terdapat empat P yaitu : product,

price, place dan promotion serta ditambahkan tiga P : people,

process dan physical evidence (Usmara, 2003 dan Payne 2000).

Bahwa promosi ini merupakan salah satu bauran pemasaran

pariwisata, maka tidak dapat dipisahkan dari bauran pemasaran

yang lain seperti yang diuraikan diatas, termasuk kerjasama

(partnership), paket wisata (packaging), program kegiatan

wisata (programming), performance dan kesemuanya ini saling

bersinergi dalam kegiatan pariwisata sehingga memperoleh hasil

yang maksimal.

c) Anggaran pemasaran

Merupakan dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang

dianggarkan hanya untuk melaksanakan segala aktivitas

pemasaran termasuk promosi.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

d) Ketepatan media dan waktu (timing).

Promosi merupakan salah satu elemen atau bagian dari

pemasaran yang memiliki peranan penting yang digunakan suatu

perusahaan atau instansi untuk berkomunikasi dengan konsumennya

mengenai produk atau jasa perusahaan yag ditawarkan. Menurut

Rachmadi (1992) Pemasaran merupakan salah satu cara atau strategi

yang selalu digunakan oleh setiap perusahaan dalam proses mencapai

tujuannya. Pemasaran adalah suatu rangkaian kegiatan yang mengatur

arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Dalam pemasaran

terdapat bauran pemasaran (marketing mix) yang meliputi empat hal

pokok yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place) dan

promosi (promotion).

Promosi mencakup seluruh unsur dari promotional mix (bauran

promosi), yakni kombinasi strategi dari instrumen dasar yang

digunakan untuk mencapai tujuan program komunikasi perusahaan.

Kottler (1997) mengidentifikasikan bauran promosi menjadi empat

elemen, yaitu periklanan (advertising), promosi penjualan (sales

promotion), hubungan masyarakat (public relation) dan penjualan

tatap muka (personal selling). Namun seiring perkembangan jaman,

George dan Michael Belch menambahkan dua elemen lainnya dalam

promotional mix, yaitu pemasaran langsung (direct marketing) dan

interactive media. Dimana saat ini kedua elemen tersebut telah

digunakan secara luas oleh pengelola pemasaran untuk berkomunikasi

dengan target sasarannya. Masing-masing elemen tersebut tentu saja

memliki keunggulannya dan kekurangan.

Suatu perusahaan dapat menggunakan salah satu ataupun

mengkombinasikan seluruh elemen tersebut dalam kegiatan

mempromosikan produk atau jasa perusahaan yang nantinya dapat

disertai dengan promosi produk, harga dan distribusi. Menurut

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

Michael Ray, promosi merupakan koordinasi dari seluruh upaya yang

dimulai pihak penjual untuk membangun berbagai saluran informasi

dan persuasi untuk menjual barang dan jasa atau memperkenalkan

suatu gagasan.

Menurut J. Paul Peter dan Jerry C. Olson (1987) dalam

Consumer Behaviour tujuan dari komunikasi promosi adalah :

a) Konsumen harus memiliki kebutuhan yang disadari akan seuatu

kategori produk atau bentuk produk.

b) Konsumen harus sadar akan merek

c) Konsumen harus memiliki sikap merek yang positif.

d) Konsumen harus memiliki keinginan untuk membeli merek.

e) Konsumen harus melakukan berbagai macam perilaku untuk

membeli merek tertentu.

Swastha & Irawan (1986) menjelaskan bahwa promosi memiliki

beberapa tujuan, yakni :

a) Modifikasi tingkah laku

Promosi berusaha untuk merubah tingkah laku dan pendapat

dari konsumen agar menggunakan produk yang ditawarkannya

dan berpaling dari produk yang lebih dulu digunakan oleh

konsumen. Perusahaan akan selalu berusaha menciptakan kesan

baik tentang dirinya.

b) Memberitahu

Kegiatan promosi ini memiliki tujuan untuk memberitahu pasar

tentang produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Pada tahap

awal didalam siklus kehidupan produk maka promosi akan

dilakukan secara informatif. Promosi yang bersifat informatif ini

sangat penting bagi konsumen karena dapat membantu dalam

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

setiap pengambilan keputusan untuk menggunakan produk

tersebut.

c) Membujuk

Membujuk atau yang sering disebut dengan persuasif

merupakan sebuah strategi yang mengarahkan dan mendorong

konsumen untuk membeli. Promosi yang bersifat persuasif ini

memiliki peran yang sangat penting apabila produk yang

bersangkutan sudah mulai memasuki tahap pertumbuhan

didalaam siklus kehidupannya.

d) Mengingatkan

Promosi yang bersifat mengingatkan ini dilakukan untuk

mempertahankan produk tersebut dibenak konsumen dan

penting dilakukan pada tahap kedewasaan didalam kehidupan

produk.

Tiap produk yang ingin dipromosikan tentu memilki karateristik

yang berbeda dan tidak dimiliki oleh produk lainnya. Begitu juga

dengan promotion mix yang digunakan untuk tiap jenis produk

berbeda-beda. Agar promotion mix dapat berjalan secara efektif maka

sebuah perusahaan harus dapat menentukan variabel promotion yang

tepat untuk produknya. Dari sekian promotion mix yang sudah

disebutkan, perusahaan tidak harus menggunakan seluruh elemen

tersebut jika memang tidak diperlukan. Perusahaan juga dapat

menggunakan salah satunya. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi penentuan promotion mix adalah :

a) Jumlah Dana

Jumlah dana yang dimiliki oleh perusahaan merupakan faktor

penting yang mempengaruhi promotion mix yang akan

digunakan. Perusahaan yang memiliki dana cukup besar

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

mempunyai kesempatan untuk kegiatan promosi yang lebih

variatif dan efektif dibandingkan dengan perusahaan yang hanya

memiliki dana terbatas.

b) Sifat Pasar

Ada beberapa sifat pasar yang mempengaruhi promotion mix,

yakni :

(a) Luas pasar secara geografis

Letak geografis juga akan menentukan promotion mix

yang akan digunakan. Kegiatan promosi yang dilakukan di

wilayah pasar nasional tentu akan sangat berbeda ketika

melakukan kegiatan promosi di pasar internasional.

(b) Konsentrasi pasar

Perusahaan yang hanya memusatkan penjualannya pada

satu kelompok pembeli saja, maka penggunaan alat

promosinya akan berbeda dengan perusahaan yang

menjual pada semua kelompok pembeli.

(c) Macam pembeli

Strategi promosi yang dilakukan oleh perusahaan juga

dipengaruhi oleh obyek atau sasaran dalam kampanye

penjualannya, apakah pembeli industri, dll.

c) Jenis Produk

Selain yang telah dijelaskan diatas, faktor lain yang

mempengaruhi strategi promosi perusahaan adalah jenis

produknya, apakah produk tersebut barang konsumsi atau

barang barang industri.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

d) Tahap-tahap dalam Siklus Kehidupan Produk

Strategi yang akan dilakukan oleh sebuah perusahaan juga

ditentukan oleh tahap-tahap dalam siklus kehidupan produk

yang akan ditawarkan.

(a) Tahap perkenalan

Perusahaan harus berusaha mendorong untuk

meningkatkan permintaan. Perusahaan harus menjual

kepada pembeli dengan mempromosikan produk tersebut

secara umum sebelum menjual satu merk tertentu.

(b) Tahap pertumbuhan kedewasaan dan kejenuhan

Perusahaan harus dapat membuat promosi produk tersebut

nantinya akan terus melekat dibenak konsumen. Strategi

pada tahap ini dilakukan untuk mengingatkan kembali

akan produk yang pernah ditawarkan.

(c) Tahap kemunduran atau penurunan

Pada tahap ini perusahaan harus sudah dapat melihat

tanda-tanda yang terjadi di pasar dan segera membuat

produk baru atau produk yang lebih baik. Salah satu

penyebabnya adalah usaha-usaha promosi yang dilakukan

sudah tidak menguntungkan lagi.

Dalam menyusun sebuah rencana promosi, Swastha dan Irawan

(1986) mengemukakan beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh

perusahaan :

a) Menentukan tujuan

Perusahaan tersebut harus menentukan tujuan promosinya

terlebih dahulu. Apakah nantinya promosi tersebut bertujuan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

untuk modifikasi tingkah laku, membertiahu, membujuk atau

mengingatkan.

b) Mengidentifikasi pasar yang dituju

Segmen pasar yang ingin dicapai dalam kegiatan promosi

hendaknya diidentifikasi melalui riset terlebih dahulu. Apakah

faktor geografis atau psikografis yang nantinya akan berperan

penting dalam menentukan promotion mix. Pasar yang dituju

harus terdiri atas individu-individu yang sekirang bersedia

membeli dan menggunakan produk tersebut selama jangka

waktu yang ditentukan. Untuk produk baru, tes pemasaran akan

sangat bermanfaat untuk mengetahui konsumen yang potensial.

c) Menyusun anggaran

Dalam sebuah perusahaan pati memiliki susunan anggaran yang

sudah siap untuk dianggarkan yang nantinya dapat

mempengaruhi promotion mix yang akan digunakan.

d) Memilih berita

Memilih berita juga merupakan salah satu faktor yang juga

memiliki peranan penting. Berita yang akan disampaikan oleh

produk yang sedang pada tahap perkenalan tentu akan berbeda

dengan berita yang produknya sudah pada tahap pertumbuhan.

e) Menentukan Promotion Mix

Setelah melakukan riset pasar, menyusun anggaran, pemilihan

berita yang diselaraskan dengan tujuan promosi maka pada

tahap ini promotion mix sudah dapat dilakukan.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

f) Memilih Media Mix

Penentuan promotion mix akan erat kaiatannya dengan media

yang akan digunakan. Suatu perusahaan harus dapat

menentukan dan memilih media yang tepat agar kegiatan

promosi dapat dilakukan secara efektif. Jenis media yang

berbeda dapat diidentikkan dengan tujuan kelompok yang

cenderung berbeda.

g) Mengukur efektifitas

Pada tahap ini sangat penting dilakukan oleh perusahaan untuk

mengetahui berhasil atau tidak promosi tersebut dilakukan.

Indikator yang dapat digunakan sebagai alat pengukur efektifitas

adalah dengan melihat tingkat penjualan produk yang

ditawarkan ke pasar.

h) Mengendalikan dan memodifikasi kegiatan promosi

Setelah semua alur tahapan dalam menyusun rencana promosi

sudah dilakukan hingga pada tahap pengukuran keefektifitasan

kegiatan promosi maka akan ada kemungkinan terdapat

perubahan rencana. Pada tahap ini perusahaan harus benar-benar

teliti dan memperhatikan kesalahan-kesalahan yang pernah

dilakukan untuk menghindari kesalahan yang sama dikemudian

hari.

Kegiatan komunikasi promosi dapat dikatakan efektif dan

berhasil apabila tingkat penjualan produk yang ditawarkan setelah

penyampaian pesan meningkat secara signifikan. Sebaliknya kegiatan

promosi akan dinilai tidak efektif apabila setelah penyampaian pesan

pada promosi tersebut tidak terjadi peningkatan produk yang dijual.

Oleh karena itu proses pemilihan promotion mix dan pemilihan pesan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

berita yang akan disampaikan harus dirancang sedemikan rupa

sehingga promosi yang dilakukan dapat berjalan secara efektif.

Beberapa alat promosi menurut Soekadijo (1996) yang

digunakan dalam proses komunikasi pemasaran yang disebut bauran

promosi, yaitu advertising, public relation, sales promotion, word of

mouth, direct maketing dan interactive media.

a) Advertising (Periklanan)

Strategi ini merupakan komunikasi non-individu dengan

sejumlah biaya melalui berbagai media yang dilakukan oleh

perusahaan maupun individu-individu. Menurut Wright

periklanan adalah proses komunikasi yang sangat penting

sebagai alat pemasaran yang membantu menjualkan produk,

memberikan layanan serta gagasan atau ide-ide melalui saluran

tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif.

b) Public Relation (Hubungan Masyarakat)

Sebagai upaya terencana dan berkesinambungan untuk

membentuk dan mempertahankan goodwill antar suatu

organisasi atau perusahaan dengan publiknya. Kegiatan tersebut

seperti publikasi, sponsorship.

c) Sales Promotion (Promosi Penjualan)

Segala bentuk aktivitas penawaran pendek yang ditujukan bagi

konsumen potensial untuk mempengaruhinya secara intensif.

Sales promotion akan membuat nilai tambah kepada produk.

d) Word of Mouth

Salah satu karakteristik unik promosi dalam bidang jasa adalah

pentingnya komunikasi referral dan word of mouth. Bahwa

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

pelanggan seringkali terloibat dalam menyampaikan informasi

kepada pelanggan potensial lain tentang pengalaman mereka.

Hal ini sangat logis, karena orang yang habis berwisata akan

bercerita mengenai pengalaman berwisata kepada keluarga,

teman, dll. Oleh karena itu, bagi pariwsata daerah, media

promosi ini yang terlihat paling efektif (Yoeti, 2005).

e) Direct Marketing (Pemasaran Langsung)

Kegiatan ini merupakan salah satu sistem yang bersifat

interaktif. Prosesnya memanfaatkan suatu atau beberapa media

iklan untuk merangsang konsumen, menimbulkan respon yang

terukur. Promosi produk harus ditujukan untuk memberikan

pengetahuan, penjelasan dan deskripsi produk yang sejelas-

jelasnya untuk membangkitkan minat wisatawan kepada produk

dan pada akhirnya berminat untuk membeli

f) Interactive Media (Media Interaktif)

Namun menurut Cangara (2013) dalam bauran promosi

(promotion mix) dikenal empat teknik promosi, yakni:

a) Iklan

Iklan adalah cara promosi yang sering digunakan dalam

pemasaran komersial.Iklan dapat dilakukan melalui media,

antara lain :

a. Media elektronik (televisi, radio, internet)

b. Media cetak (surat kabar, majalah, buletin)

c. Media luar ruang (papan reklame, poster, dll)

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

b) Penjualan Perorangan

Ialah cara melakukan penjualan dengan menawarkan barang

kepada orang lain langsung kepada konsumen.

c) Publikasi

Merupakan sebuah cara pemasaran yang menggunakan media

cetak, tetapi bentuknya seperti iklan. Misalnya dalam surat

kabar atau majalah penawaran produk ditulis dalam bentuk

artikel, feature, profil, advertorial. Bisa juga dilakukan dalam

bentuk lain, seperti leaflet, brochure (brosur), atau booklet

(buku) yang dicetak untuk disebarluaskan kepada calon pembeli.

d) Pameran

Pameran merupakan cara untuk menjual produk melalui event-

event tertentu. Pameran biasan dilakukan pada waktu-waktu

tertentu.

Strategi pemasaran dan promosi destinasi pariwisata yang

efektif mencakup pengidentifikasian target calon wisatawan, tujuan

komunikasi yang akan dicapai, formulasi bentuk pesan dan informasi

pariwisata untuk mencapai tujuan, pilihan media dan anggaran.

1.5.2 Promosi Pariwisata

Dalam industri pariwisata, pemasaran agak berbeda dengan pemasaran

yang diterapkan dalam industri-industri manufaktur. Produk yang

dipasarkan dalam industri pariwisata sangat terkait dengan penyedia

(supplier) yang menghasilkan dan semua kelembagaan yang terlibat

dalam pengelolaannya. Hal ini juga berkaitan dengan karakterisitik

produk dalam pariwisata yang bersifat intangible, tidak dapat dipisah-

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

pisah, berubah-ubah, dan tidak dapat disimpan. Wahab (1976) yang

diterjemahkan oleh Gromang (1992) mendefiniskan pemasaran

pariwisata adalah suatu proses manajemen yang dilaksanakan oleh

organisasi pariwisata nasional atau perusahaan-perusahaan termasuk

kelompok industri pariwisata untuk melakukan identifikasi terhadap

wisatawan yang sudah mempunyai keinginan untuk melakukan

perjalanan wisata dengan jalan melakukan komunikasi dengan

mereka, mempengaruhi keinginan, kebutuhan, memotivasinya,

terhadap apa yang disukai dan yang tidak disukainya, pada tingkat

daerah lokal, regional, nasional ataupun internasional dengan

menyediakan objek dan daya tarik wisata agar wisatawan memperoleh

kepuasan yang optimal.

Definisi pemasaran pariwisata menurut Lumsdon (1997) adalah

proses menejerial yang mengantisipasi dan memuaskan keinginan

pengunjung yang ada dan calon pengunjung secara lebih efektif dari

pemasok atau destinasi pesaing. Perubahan manajemen dipacu oleh

laba, dan manfaat bagi masyarakat atau keduanya, jalan manapun

yang ditempuh, sukses jangka panjang tergantung dari interaksi antara

pelanggan dan pemasok. Ini juga berarti menyelamatkan kebutuhan

lingkungan dan masyarakat serta merupakan inti dari kepuasan

konsumen. Hal-hal tersebut tidak dapat lagi dianggap sebagai sesuatu

yang terpisah satu sengan lainnya. Dalam pemasaran pariwisata,

sangat penting untuk mengetahui hubungan antara permintaan dan

penawaran dalam pariwisata untuk memahami peranan kegiatan

pemasaran dalam pariwisata.

Seperti halnya produk, pariwisata yang merupakan kategori

usaha jasa juga memerlukan kegiatan pemasaran. Peranan kegiatan

pemasaran bagi pariwisata sangat penting, yaitu (Hamid dalam

Harahap, 2006) :

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

a) Objek dan produk pariwisata yang dikembangkan sedapat

mungkin dimanfaatkan secara terus menerus oleh kensumen

atau wisatawan dari berbagai pasar. Oleh karenanya informasi

mengenai atraksi dan fasilitas wisata yang telah dikembangkan

perlu disebarluaskan ke konsumen yang belum mengetahui dan

memelihara atau mempertahankan konsumen yang telah

menikmati.

b) Agar fasilitas dan jasa-jasa yang ada dapat disesuaikan dengan

citra rasa, keinginan dan harapan wisatawan. Dalam hal ini

penelitian dan monitoring sebagai salah satu bagian dari

kegiatan pemasaran perlu terus dilaksanakan, agar produk-

produk yang akan dikembangkan dapat disesuaikan dengan

keinginan dan kebutuhan pasar (wisatawan) yang senantiasa

berkembang dan berubah terus.

c) Dengan semakin meningkatnya standar hidup, pendapatan, ilmu

pengetahuan dan teknologi, telah meningkatkan jumlah

penduduk yang berkeinginan melakukan perjalanan wisata.

Mereka menghendaki informasi yang cukup mengenai objek

wisata yang dapat dikunjungi.

Menurut Kotler dalam buku Marketing Plus mengatakan bahwa

pemasaran pariwisata (tourism marketing) dibagi menjadi dua

kategori, yaitu service marketing dan place marketing. Service

marketing berpegang pada Tiga P, yaitu presentation, people dan

process. Presentation erat hubungannya dengan “tampak luar” dari

karakteristik fisik si pembuat jasa misalnya tata letak ruang, bangunan

hotel dan lain-lain. People dalam industri jasa adalah orang yang

memegang peranan kunci, sebab proses konsumsi terjadi bersamaan

dengan proses produksi. Sedangkan process artinya proses yang harus

diperhatikan ketika konsumen menikmati sesuatu jasa. Konsumen

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

masa depan menginginkan proses yang lebih cepat, profesional dan

praktis (Kartajaya, 1996).

Oka dalam Nugroho (2007) menjabarkan enam karakteristik

yang perlu diperhatikan dalam rangka pemasaran produk industri

pariwisata :

a) Intangibility

Produk pariwisata tidak berwujud (intangibility), produk itu

tidak bisa dipindahkan, dicoba, disentuh, dicium dan bahkan

dalam transaksi tidak terjadi pemindahanhak milik dari produsen

kepada konsumen.

b) Inseparibility

Dalan industri pariwisata khususnya dan industri jasa pada

umumnya, produsen dan konsumen hadir pada waktu yang

bersamaan dalam proses produksi dan konsumsi, karena antara

produsen dan konsumen tidak ada jarak pemisah.

c) Stressing The Products Benefits

Dalam menawarkan atau menjual produk pariwisata, perlu

penekanan dan meyakinkan kepada calon wisatawan apa

kelebihan dan manfaat bila wisatawan berkunjung ke objek

wisata tersebut.

d) Variability

Produk industri pariwisata menghasilkan kualitas produk yang

tidak konsisten (bervariasi) sehingga sering menimbulkan

ketidakpuasan wisatawan.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

e) Building a Trusting Relationship

Orang-orang yang bekerja dalam industri pariwisata memiliki

kemampuan untuk membina hubungan baik dengan pelanggan

dengan jalan menanamkan kepercayaan pada mereka

f) Perishability

Service atau produk jasa tidak bisa ditabung atau disimpan

sehingga menyebabkan tidak tahan lama.

Menurut Spillane (1994), untuk dapat mengembangkan suatu

kawasan menjadi kawasan pariwisata, ada beberapa unsur yang harus

dipenuhi :

a) Attraction

Atraksi merupakan pusat dari industri pariwisata. Menurut

pengertiannya atraksi mampu menarik wisatawan yang ingin

mengunjunginya. Motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu

tempat tujuan wisata adalah untuk memenuhi atau memuaskan

beberapa kebutuhan atau permintaan. Biasanya mereka tertarik

pada suatu lokasi karena ciri-ciri khas tertentu. Ciri-ciri khas

yang menarik wisatawan adalah:

(a) Keindahan alam.

(b) Iklim dan cuaca.

(c) Kebudayaan.

(d) Sejarah.

(e) Ethnicity atau sifat kesukuan.

(f) Accessibility atau kemampuan atau kemudahan

berjalan atau ketempat tertentu.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa ada tiga jenis

atraksi wisata, yaitu benda yang sudah tersedia di alam, hasil

ciptaan manusia dan tata cara hidup dalam masyarakat.

b) Transportation

Transportasi atau yang juga biasa disebut dengan aksesbilitas ini

memiliki unsur-unsur yang meliputi sistem kemananan

penumpang, sistem informasi perjalanan, tenaga kerja, kepastian

tarif dan peta kota atau objek wisata. Adapun teori menurut

Spillane (1994), ada beberapa usul mengenai pengangkutan dan

fasilitas yang berkaitan dengan transportasi yang dapat menjadi

semacam pedoman termasuk berikut ini :

(a) Informasi lengkap tentang fasilitas, lokasi terminal, dan

pelayanan pengangkutan lokal ditempat tujuan harus

tersedia untuk semua penumpang sebelum berangkat dari

daerah asal.

(b) Sistem keamanan harus disediakan di terminal untuk

mencegah kriminalitas.

(c) Suatu sistem standar atau seragam untuk tanda-tanda lalu

lintas dan simbol-simbol harus dikembangkan dan

dipasang di semua bandar udara.

(d) Sistem informasi harus menyediakan data tentang

informasi pelayanan pengangkutan lain yang dapat

dihubungi diterminal termasuk jadwal dan tarif.

(e) Informasi terbaru dan sedang berlaku, baik jadwal

keberangkatan atau kedatangan harus tersedia di papan

pengumuman, lisan atau telepon.

(f) Tenaga kerja untuk membantu para penumpang.

(g) Informasi lengkap tentang lokasi, tarif, jadwal, dan rute

dan pelayanan pengangkutan lokal.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

(h) Peta kota harus tersedia bagi penumpang.

c) Facilities

Fasilitas yang diperlukan mungkin berupa penambahan sarana

umum, telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra pasar.

d) Infrastructure

Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk sistem pengairan,

jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan,

sumber listrik dan energi, sistem pembuangan air, jalan raya dan

sistem keamanan.

e) Hospitality

Keramahtamahan masyarakat atau petugas di objek wisata akan

menjadi cerminan keberhasilan sebuah sebuah sistem pariwisata.

Tidak banyak berbeda dengan Spillane, Yoeti (1997) juga

mengungkapkan hal yang hampir serupa bahwa dalam pengembangan

wisata di suatu daerah harus meliputi :

a) Wisatawan

Baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara

merasa tertrik untuk melakukan perjalanan ke destinasi wisata

tersebut.

b) Atraksi

Menurut Yoeti ada tiga syarat dalam pengembangan suatu

daerah untuk menjadi suatu daerah tujuan wisata, agar menarik

untuk dikunjungi oleh wisatawan potensial dalam berbagai

pasar, yaitu:

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

(a) “something to see”

Artinya di tempat tersebut harus ada objek wisata dan

atraksi wisata yang berbedadengan apa yang dimiliki oleh

daerah lain.

(b) “something todo”

Artinya di tempat tersebut setiap banyak yang dapat dilihat

dan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi

yang dapat membuat wisatawan betahtinggal lebih lama di

tempat itu.

(c) “something to buy”

Artinya di tempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk

berbelanja (shopping), terutama barang-barang souvenir

dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa

pulang ke tempat asal wisatawan.

Ketiga syarat tersebut sejalan dengan pola tujuan

pemasaran pariwisata, yaitu dengan promosi yang dilakukan

sebenarnya hendak mencapai sasaran agar lebih banyak

wisatawan datang pada suatu daerah, lebih lama tinggal dan

lebih banyak mengeluarkan uangnya di tempat yang mereka

kunjungi.

c) Transportasi

Menurut Oka.A.Yoeti (1997) bahwa aksesibilitas adalah

kemudahan dalam mencapai daerah tujuan wisata baik secara

jarak geografis atau kecepatan teknis, serta tersedianya sarana

transportasi ke tempat tujuan tersebut. Kondisi transportasi itu

seperti jalan, keberadaan moda angkutan, terminal, stasiun

pengisian bahan bakar dan lainnya.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

d) Fasilitas Pelayanan

Menurut Oka.A.Yoeti (1997) fasilitas dan pelayanan wisata

yang dimaksud adalah semua fasilitas yang dibutuhkan dalam

perencanaan kawasan wisata. Fasilitas tersebut termasuk tour

and travel operation (disebut juga pelayanan penyambutan).

Fasilitas tersebut misalnya: restoran dan berbagai jenis tempat

makan lainnya, toko-toko untuk menjual hasil kerajinan tangan,

cinderamata, bank, moneychanger, dan fasilitas pelayanan

keuangan lainnya, informasi wisata, fasilitas pelayanan

kesehatan, fasilitas keamanan umum (kantor polisi dan

pemadam kebakaran), pos penjagaan, rambu-rambu peringatan

dan fasilitas perjalan untuk masuk dan keluar (seperti kantor

imigrasi dan bea cukai).

e) Informasi dan Promosi

Hal terakhir yang diperlukan adalah publikasi atau promosi,

kapan iklan dipasang, kemana leaflets/brosur disebarkan

sehingga calon wisatawan mengetahui tiap paket wisata dan

wisatawan cepat mengambil keputusan pariwisata di wilayahnya

dan harus menjalankan kebijakan yang paling menguntungkan

bagi daerah dan wilayahnya, karena fungsi dan tugas dari

organisasi pariwisata pada umumnya:

a. Berusaha memberikan kepuasan kepada wisatawan

kedaerahannya dengan segala fasilitas dan potensi yang

dimilikinya.

b. Melakukan koordinasi di antara bermacam-macam usaha,

lembaga, instansi dan jawatan yang ada dan bertujuan

untuk mengembangkan industri pariwisata.

c. Mengusahakan memasyarakatkan pengertian pariwisata

pada orang banyak, sehingga mereka mengetahui untung

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

dan ruginya bila pariwisata dikembangkan sebagai suatu

industri.

Dalam pariwisata, wisatawan potensial hanya satu dari

pelanggan yang kepuasannya harus dipenuhi oleh para pelaku promosi

pariwisata. Kebutuhan konsumen berbeda-beda, ada pembagian antara

orang yang bepergian secara mandiri dan yang membeli paket wisata.

Perjalanan mandiri melibatkan pembuatan jadwal perjalanan sesuai

permintaan, memerlukan informasi yang sangat banyak. Tanpa

informasi, pertumbuhan segmen pasar akan terhambat. Sumber

informasi dari tangan pertama selalu dari tangan agen, tetapi

perkembangan media elektronik membuat cara konsumen

mendapatkan informasi telah berubah (Vellas, 1990).

Promosi destinasi wisata dapat menjadi penghubung dalam

strategi pemasaran, karena promosi dapat digunakan untuk

mempercepat proses pengambilan keputusan dari seorang wisatawan

untuk melakukan perjalanan wisata. Hal tersebut kembali kepada

fungsi promosi yakni untuk merangsang adanya transaksi dari

wisatawan untuk membeli produk atau fasilitas yang dimiliki oleh

suatu destinasi.

Pada umumnya promosi destinasi wisata dapat dilakukan antara

lain melalui iklan, promosi penjualan, brosur, relasi, publikasi,

pameran, promosi dagang dan promosi dari mulut ke mulut. Namun

dalam menentukan media yang efektif terdapat beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap pilihan untuk melakukan promosi destinasi

yakni dengan mencari dan mengetahui karakter wisatawan, informasi

yang sebenarnya dibutuhkan oleh calon wisatawan, karakter dari

produk industri pariwisata itu sendiri, sumber-sumber yang dimiliki

suatu daerah sebagai suatu daya tarik wisata, ciri atau bentuk

komunikasi yang digunakan untuk setiap komponen promosi yang

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

dapat digunakan atau tersedia dan posisi atau kedudukan dihadapkan

dengan pesaing-pesaing utama (Yoeti, 2005).

1.5.3 Persepsi

Persepsi berasal dari bahasa latin, persipere: menerima, perception:

pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Jadi persepsi

adalah kesadaran intuitif (berdasarkan firasat) terhadap kebenaran atau

kepercayaan langsung terhadap sesuatu (Komaruddin, 2002).

Menurut Jalaludin Rahmat (2007) yang dimaksud dengan

persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli

(sensory stimuli). Hal ini senada dengan pernyataan bahwa persepsi

merupakan proses diterimanya stimulus oleh penginderaan, dimana

tidak berhenti hanya sekedar melihat tetapi harus berkembang dalam

akal pikiran manusia, diorganisasikan dan diinterpretasikan untuk

mendapatkan suatu makna tertentu dan merupakan aktivitas yang

terintegrasi dalam diri individu (Walgito, 2003; Robbins, 2002).

Penjelasan tersebut diperkuat oleh Slamet (2003) yang menyatakan

bahwa persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau

informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus-

menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya melalui indera

penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan penciuman. Walaupun

begitu, dalam menafsirkan informasi inderawi tidak hanya melibatkan

sensasi, tetap juga atensi, ekspektasi, motivasi dan memori

(Desiderato, 1976).

Persepsi setiap individu dapat sangat berbeda walaupun yang

diamati benar-benar sama. Passer dan Smith (2007) mengemukakan

bahwa sistem sensor memberikan “bahan mentah” sebagai dasar

pembentukan pengalaman. Setiap orang akan mengalami penerimaan

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

informasi sensor yang sama melalui cara yang berbeda, karena

persepsi merupakan suatu proses kreatif dan aktif dimana data yang

diterima dari sensor diorganisasikan dan diberikan makna. Oleh

karenanya, tidak ada dua orang mengalami pengalaman yang sama

persis. Sehingga objek yang sama kemungkinan bisa diartikan secara

berbeda jika dihubungkan dengan pengalaman yang unik bagi setiap

orang. Sama halnya dengan Desideranto dalam Psikologi Komunikasi

Jalaluddin Rahmat (2003) bahwa persepsi merupakan penafsiran suatu

obyek, peristiwa atau informasi yang dilandasi oleh pengalaman hidup

seseorang yang melakukan penafsiran itu.

Persepsi yang timbul pada diri seseorang disebabkan oleh

adanya beberapa faktor, yakni faktor dari dalam (internal) individu

yang memersepsikan dan dari lingkungan luar (external) individu itu

sendiri. Dimana faktor internal meliputi kepercayaan, pengalaman,

kepribadian, intelegensi, kebutuhan, konsep diri, suasana hati (mood),

sikap-sikap, nilai-nilai dan harapan sedangkan faktor eksternal berasal

dari stimulus (ukuran, warna dan intensitas) serta konteks dimana

stimulus itu tidak hanya dapat dilihat namun juga dapat diarasakan.

Karena persepsi berkembang dari alam pikiran manusia maka

kemampuan berpikir akan memengaruhi persepsi seseorang terhadap

objek stimulus yang didasarkan pada pengetahuan yang dimiliki.

Selain itu latar belakang budaya juga memengaruhi pola penilaian dan

pemaknaan terhadap sesuatu. Sebagaimana Khasali (1994)

menjelaskan bahwa perbedaan budaya pada setiap individu

menentukan persepsi terhadap sesuatu yang dipersepsikan. Beberapa

faktor tersebut diperkuat oleh Jalaludin (2001) yang menyatakan

bahwa persepsi dipengaruhi oleh sikap, pendidikan (pengetahuan),

lingkungan dan budaya.

David Krech dan Richard S. Crutchfield dalam Jalaludin

Rahmat (1977) menyebutkan bahwa persepsi ditentukan oleh faktor

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

fungsional dan faktor struktural. Faktor fungsional berasal dari

kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa

yang disebut faktor personal. Dalam faktor ini yang menentukan

persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli melainkan karakteristik orang

yang memberikan respon pada stimuli tersebut. Sedangkan faktor

struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek

saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu.

Dalam persepsi, objek stimulus juga dipengaruhi oleh

karakteristik stimulus, dimana bila objek yang dipersepsikan bukan

manusia disebut persepsi benda (things perception) (Heider, 1959

dalam Walgito 2003). Pada proses timbulnya persepsi terhadap suatu

benda akan lebih konsisten daripada persepsi terhadap manusia.

Karena pada objek manusia ada interaksi yang saling memengaruhi

sehingga dapat merubah makna yang dipersepsikan.

Berawal dari pengalaman yang dimiliki oleh seseorang akan

membentuk apresiasi sikap dan diwujudkan dalam perilaku, dimana

persepsi orang yang memiliki pengalaman banyak akan jauh lebih

spesifik dalam memberikan penilaian dan penginterpretasian terhadap

sesuatu dibanding individu yang kurang memiliki pengalaman.

Pengalaman seseorang dapat menjadi pembanding dalam penetapan

keputusan. Sebagaimana Baltus (1983) dalam Atkinson (1991)

mengungkapkan cara individu untuk menginterpretasikan atau

bereaksi terhadap suatu stimulus tergantung dari pengalaman masa

lalunya.

Persepsi menjadi penting untuk diketahui karena melalui

persepsi dapat diketahui bagaimana seseorang mengolah,

mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus yang

didapatkannya untuk mendapatkan makna tertentu. Melalui persepsi

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

tersebut akan terlihat bagaimana cara pandang orang tersebut dalam

memberikan penilaian terhadap sesuatu.

1.5.4 Destinasi Wisata dan Wisatawan

1. Destinasi Wisata

Berbicara mengenai pariwisata, pasti didalamnya mencakup

destinasi wisata (daerah tujuan wisata), wisatawan dan para pelaku

wisata lainnya yang bersinggungan langsung dengan kegiatan

pariwisata. Secara umum, pariwisata akan terjadi apabila terdapat

daerah yang memiliki potensi untuk dijadikan objek daya tarik

wisata. Dengan adanya objek daya tarik wisata tersebut timbulah

keinginan pada diri masyarakat untuk mengunjungi dan menikmati

potensi yang ada. Seperti yang dikemukakan oleh Gartner (1996)

bahwa unsur pembentuk pengalaman wisatawan yang utama

adalah adanya daya tarik dari suatu tempat atau lokasi. Daya tarik

yang terdapat di daerah yang memiliki potensi merupakan modal

dasar untuk dijadikan sebagai sumber daya wisata. Dimana sumber

daya wisata adalah segala sesuatu yang dapat menjadi daya tarik

(baik alam, budaya dan buatan) yang dapat menarik kunjungan

wisatawan (Yoeti, 1997).

Untuk dapat dijadikan sebagai destinasi wisata atau daerah

tujuan wisata, tidak hanya tergantung pada kualitas potensi alam

yang menarik. Namun juga kesiapan daerah tersebut untuk

menyambut wisatawan ketika mulai ramai berdatangan. Seperti

penginapan, daya dukung lingkungan, infrakstruktur dan

sebagainya. Suwantoro (2004) mengemukakan unsur pokok yang

harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan

pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan,

pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi lima

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

unsur yaitu objek daya tarik wisata, prasarana wisata, sarana

wisata, infrastruktur, dan masyarakat/lingkungan.

Dalam destinasi wisata, unsur tersebut dapat diringkas

kedalam tiga aspek penting dari produk pariwisata. Unsur-unsur

tersebut meliputi (Muljadi, 2009) :

a) Attraction, yakni segala sesuatu baik itu berupa daya tarik

wisata alam dan budaya yang menarik bagi wisatawan untuk

datang ke suatu daerah tujuan wisata. Hal ini antara lain

meliputi daya tarik keindahan alam, pantai, atraksi wisata

budaya, kebiasaan dan cara hidup masyarakat, keunikan alam

dan budaya, atraksi-atraksi seni, pertemuan ilmiah, dagang

dan sebagainya.

b) Accessibility atau aksesbilitas, artinya kemudahan untuk

mencapai daerah tujuan wisata yang dimaksud melalui

berbagai media transportasi, udara, laut atau darat. Hasil

penelitian membuktikan bahwa hal ini sangat memengaruhi

keputusan para calon wisatawan untuk datang ke suatu

daerah tujuan wisata.

c) Amenities, maksudnya berbagai fasilitas yang dapat

memberikan kenyamanan dan kepuasan bagi para wisatawan

selama mereka melakukan perjalanan wisata di suatu daerah

tujuan wisata. Hal tersebut antara lain akomodasi yang

nyaman, restoran, bar, layanan informasi, pramuwisat, sikap

msayarakat setempat, keamanan dan lain-lain.

Aspek-aspek tersebut juga diperkuat oleh Damanik (2013)

yang mengatakan bahwa elemen triple A’s (attraction,

accessibility, amenity) akan selalu melekat dalam setiap destinasi.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

Ketiga aspek tersebut harus dapat dikemas sedemikian rupa

sehingga dapat menjadi lebih menarik, memberikan kenyamanan

bagi wisatawan sesuai dengan maksud kunjungan dari para

wisatawan tersebut.

2. Wisatawan

Pariwisata ada juga karena adanya wisatawan. Sehingga kajian

terhadap wisatawan merupakan salah satu elemen penting dalam

dunia pariwisata yang dapat memberikan masukan yang sangat

bermanfaat. Wisatawan pada intinya adalah orang yang keluar dari

rutinitas/pekerjaannya dan melakukan perjalanan ke suatu destinasi

wisata untuk menikmati objek wisata guna mencari sesuatu yang

baru. Sepeti penjelasan Smith (1977) yang mengatakan bahwa

wisatawan adalah orang yang sedang tidak bekerja atau sedang

berlibur dan secara sukarela mengunjungi daerah lain untuk

mendapatkan sesuatu yang “lain”. Sependapat dengan Smith,

menurut Undang-undang No.9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan,

wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata yang

dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati

objek dan daya tarik wisata.

P.W. Ogilvie, seorang ahli kepariwisataan Inggris melihat

pariwisata dari segi bisnis memberikan batasan pengertian

wisatawan. Wisatawan adalah semua orang yang memenuhi dua

syarat, pertama bahwa mereka meninggalkan kediamannya untuk

jangka waktu kurang dari satu tahun dan kedua sementara mereka

pergi, mereka mengeluarkan uang ditempat tersebut (Yoeti, 1982).

Menurut arus pergerakannya, wisatawan terbagi menjadi dua

kelompok yakni wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik.

Leiper dalam Cooper (1998) juga menjelaskan bahwa wisatawan

sendiri terbagi menjadi dua kelompok, yaitu wisatawan domestik

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

(orang yang melakukan perjalanan dalam suatu negara) dan

wisatawan mancanegara (orang yang melakukan perjalanan

antarnegara). Oka A. Yoeti (1991) juga yang menyatakan pendapat

yang serupa bahwa berdasarkan asalnya, wisatawan dibagi menjadi

dua yaitu: wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan

mancanegara (wisman). Wisatawan nusantara adalah orang yang

berdiam dan bertempat tinggal pada suatu pada suatu negara untuk

melakukan wisata di wilayah negara dimana dia tinggal, sedangkan

wisatawan mancanegara adalah orang yang melakukan perjalanan

wisata yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan

merupakan negara dimana dia tinggal.

Ketika melakukan sebuah perjalanan, pada dasarnya

wisatawan tentu memiliki motivasi dan juga harapan ketika

mengunjungi destinasi wisata tersebut. Keadaan yang demikian

merupakan salah satu penyebab wisatawan melakukan perjalanan

wisata. Seperti yang dikemukakan oleh G.A. Schmoll (1976) yang

memberikan batasan pada istilah wisatawan yakni individu atau

kelompok individu yang memertimbangkan dan merencanakan

daya beli yang dimilikinya, yang tertarik pada perjalanan yang

umumnya dengan motivasi perjalanan yang pernah dilakukan

untuk menambah pengetahuan, tertarik oleh pelayanan yang

diberikan oleh suatu daerah tujuan wisata yang dapat menarik

pengunjung dimasa yang akan datang (Yoeti, 1982).

Setiap wisatawan yang mengunjungi suatu destinasi memiliki

kebutuhan, keinginan atau tujuan masing-masing. Kebutuhan

tersebut sekiranya dapat menjadi motivasi yang hendak dipenuhi.

Hal ini seperti yang dijelaskan oleh UN-WTO (Cooper 2006,

Ritchie dan Goeldner 2003, Gee 1999) bahwa wisatawan terbagi

menjadi tiga kelompok tujuan kunjungan, yaitu :

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

a) Leisure and creation (vakansi dan rekreasi)

Kegiatan utama dalam kategori ini memiliki tujuan

bersenang-senang. Wisatawan bisa melakukan perjalanan ke

manapun ia mau dan cenderung menyebar ke seluruh dunia

selama daerah tujuan wisata memiliki keunikan dan sesuatu

yang dalam memenuhi kebutuhan wisata. Tema perjalanan

bisa beragam mulai dari alam, budaya hingga olahraga (non-

profesional).

b) Business and professional (bisnis dan profesional)

Wisatawan dalam kategori ini berhubungan erat dengan

pekerjaan. Perjalanan yang dilakukan tidak untuk mencari

nafkah, tetapi kegiatannya berdampak pada pekerjaannya. Ia

memiliki tujuan perjalanan untuk rapat, menjalankan misi

dan bisnis. Wisatawan dengan tujuan bisnis dan profesional

dapat juga disebut dengan wisatawan bisnis. Pilihan tempat

wisatanya biasanya terstruktur dan cenderung terpusat pada

kota-kota besar.

c) Other tourism purposes (tujuan wisata lain)

Wisata ini biasanya untuk menambah wawasan dan

pengetahuan, bersosialisasi, mempertebal keimanan,

pemulihan kesehatan. Kegiatannya meliputi

belajar/penelitian, pemulihan kesehatan, transit, melakukan

kunjungan kepada kerabat dan saudara, melakukan ziarah,

melakukan perjalanan keagamaan dan sebagainya.

Selain itu untuk tujuan perencanaan, termasuk dalam

pengembangan fasilitas kepariwisataan, sebaiknya

pengelompokkan wisatawan berdasarkan atas kebutuhan riil

kelompok-kelompok wisatawan (segmentasi). Untuk itu,

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

pengelompokkan semestinya dibuat bukan atas dasar variabel

tunggal yang bersifat linier, melainkan bersifat multi dimensional

yang mengombinasikan berbagai karakteristik wisatawan

(Sharpley, 1994). Berbagai faktor yang perlu diperhitungkan antara

lain faktor demografis dan sosial ekonomi. Ciri-ciri demografis dan

sosial ekonomi yang berbeda akan mempunyai ekspektasi dan/atau

perilaku yang juga berbeda. Faktor demografis dan sosial ekonomi

ini meliputi usia, siklus keluarga, jenis kelamin, pendidikan, mata

pencaharian/pendapatan.

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Kotler (2006) dan

Cooper (2005) yang menyatakan bahwa setiap wisatawan memiliki

sifat yang unik dan dapat dilihat dari berbagai pendekatan,

diantaranya :

a) Karakteristik wisatawan berdasarkan aspek psikografis

Pada aspek psikografi, salah satu yang memengaruhi

perjalangan wisata adalah motivasi yang melatarbelakangi

perjalanan wisata. Plog dalam Cooper (2005) dan dalam

McIntosh dan Goeldner (2003) membagi wisatawan

berdasarkan sifatnya, seperti terbuka dan tertutup, tergantung

dan mandiri, peluang dan penurut.

Ia mengemukakan klasifikasi wisatawan menjadi lima

sifat yang disebut :

(a). Allocentric, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi

tempat-tempat yang belum diketahui, bersifat

petualangan dan memanfaatkan fasilitas yang

disediakan oleh masyarakat lokal.

(b). Psychocentric, yaitu wisatawan yang hanya mau

mengunjungi daerah tujuan wisata yang sudah

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

mempunyai fasilitas degan standar yang sama di

negaranya sendiri. Mereka melakukan perjalanan

dengan program yang pasti dan memanfaatkan fasilitas

dengan standar internasional.

(c). Mid-centric, terletak diantara allocentric dan

psychocentic.

b) Karakteristik wisatawan berdasarkan aspek sosio-ekonomi

Klasifikasi wisatawan juga dibedakan berdasarkan

demografi, yaitu usia, jenis kelamin, latar belakang

pendidikan, pendapatan dan siklus keluarga.

c) Karakteristik wisatawan berdasarkan aspek geografis

Wisatawan dibagi berdasarkan geografi atau wilayah asal

kedatangan. Daerah asal wisatawan merupakan aspek penting

dalam memahami karakter wisatawan karena hal tersebut

berkaitan dengan kebudayaan, nilai, sikap, kepercayaan dan

sistem.

Mathieson dan Wall (1982) juga menyatakan bahwa terdapat

berbagai faktor yang memengaruhi proses pengambilan keputusan

untuk melakukan perjalanan wisata, salah satunya yaitu

karakteristik wisatawan, baik karakteristik sosial-ekonomi (umur,

pendidikan, penghasilan dan pengalaman sebelumnya) maupun

karakteristik perilaku (seperti motivasi, sikap dan nilai yang

dianut).

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

1.6 KERANGKA KONSEP

Penilaian berupa persepsi dan pengetahuan yang dimiliki oleh

wisatawan atas promosi destinasi wisata yang dikunjungi akan menjawab

atas segala persoalan yang selama ini menjadi kendala dalam

mempromosikan Pulau Maratua. Persepsi dan pengetahuan wisatawan

tersebut akan meliputi bauran promosi apa saja yang diakses oleh

wisatawan, seberapa sering mengakses informasi promosi wisata, pesan

yang diterima melalui promosi tersebut, membandingkan antara informasi

yang didapat dengan pengalaman wisatawan terhadap aspek triple A’s

(attraction, accessibility, amenities) selama di lapangan, aspek-aspek yang

tidak diekspos dan yang tidak menjadi bagian promosi, bagaimana penilaian

mengenai konten promosi tersebut serta harapan yang dimiliki.

Pilihan bauran promosi yang akan digunakan dalam penelitian ini

berdasarkan penjelasan teori diatas meliputi word of mouth, iklan media

cetak, iklan media elektronik, promosi penjualan, pemasaran langsung,

publikasi dan pameran.

Penelitian ini diharapkan tidak hanya sekedar mengetahui promosi

wisata yang tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan wisatawan, namun juga

dapat menjadikannya sebagai alternatif strategi promosi yang dapat

digunakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Berau.

Alternatif strategi yang dimaksud disini adalah bagaimana menjadikan

promosi yang sesuai dengan perspektif wisatawan ini sebagai pilihan-

pilihan utama yang dapat dijalankan oleh pihak kedinasan, yang disesuaikan

dengan anggaran yang mereka miliki.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

1.7 METODOLOGI

1.7.1 Metode Penelitian

Mengacu pada judul dan perumusan masalah, penelitian ini

menggunakan metode survei dengan menggunakan instrumen

kuesioner sebagai alat pengumpul data primer. Dimana penelitian ini

dimaksudkan untuk mengukur fenomena sosial tertentu yang dilakukan

dengan pengembangan konsep dan penghimpunan fakta dari sampel

sebagai perwakilan dari populasi untuk menjelaskan hipotesa

(Singarimbun, 2008). Selain itu metode penelitian survei digunakan

dengan maksud penjajagan atau eksploratif yang sifatnya terbuka dan

masih mencari-cari jawaban (Singarimbun, 1989). Penelitian ini

menitikberatkan pada pertanyaan tentang pengetahuan wisatawan

mengenai informasi yang mereka dapatkan seputar promosi wisata

Pulau Maratua.

1.7.2 Populasi dan Sampel

Populasi menurut Sugiyono (2004) adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan sekedar jumlah

yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi

seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki objek atau subjek

tersebut. Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Dalam pengumpulan data mengenai wisatawan, akan ditemui

kesulitan untuk menentukan dengan pasti, berapa banyak populasi

wisatawan. Ini terjadi karena wisatawan yang datang bulan ini, belum

tentu yang berkunjung pada bulan sebelumnya atau tahun sebelumnya.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

Demikian pula dari segi jumlahnya, setiap saat selalu berubah, kadang

bertambah kadang bekurang. Hal ini sangat lazim dalam penelitian

pasar wisatawan (Gunn, 1994; Jung, 2000).

Maka pengambilan sampel akan dilakukan dengan metode

Quota sampling. Menurut Sugiarto dkk (2001:42) quota sampling

yang dimaksud adalah judgment sampling dua tahap. Tahap pertama

penentuan responden berdasarkan kriteria yang digunakan sebagai

sampel. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara yang berada di

Pulau Maratua. Kriteria responden minimal berusia 18 tahun,

didasarkan atas asumsi bahwa responden sudah mandiri dalam

memberikan jawaban karena dianggap dewasa dan telah memahami

dalam menentukan perjalanan wisatanya (Demitri, 2009). Tahap

kedua penentuan sampel diambil secara convenience sampling, yaitu

wisatawan yang sudah memenuhi kriteria dan bersedia menjadi

responden.

Kriteria sampel yang dijadikan acuan dalam penelitian ini

adalah :

a. Wisatawan domestik dan mancanegara;

b. Baik laki-laki maupun perempuan;

c. Berusia minimal 18 tahun dan

d. Sedang melakukan perjalanan wisata di Pulau Maratua.

Roscoe dalam Sugiyono (2005:102) memberikan saran untuk

ukuran sampel dalam penelitian bahwa ukuran sampel yang layak

dalam penelitian adalah sekitar 30 sampai dengan 500 responden.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti mendapatkan

responden sebanyak 60 wisatawan dengan spesifikasi 40 wisatawan

domestik dan 20 wisatawan mancanegara.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

Prosedur pengambilan sampel akan dilakukan dengan cara

peneliti mengunjungi langsung Pulau Maratua dan menemui

responden di resort, hotel, guesthouse dan homestay di tiap kampung

yang ada di Pulau Maratua.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Penyebaran Angket

Penyebaran angket ini dilakukan untuk mengetahui persepsi

wisatawan terhadap promosi yang selama ini telah dilakukan

untuk memperkenalkan Pulau Maratua ke masyarakat luas,

khususnya wisatawan yang menjadi target sasarannya. Melalui

persepsi wisatawan tersebut diharapkan dapat menjadi bahan

dasar evaluasi bagi dinas pemerintah setempat. Hasil data

persepsi wisatawan dilakukan untuk mendukung dalam

penyusunan stategi promosi dimasa yang akan datang.

Pengumpulan data akan dilakukan dengan menggunakan

kuesioner semi terbuka. Kuesioner semi terbuka merupakan

gabungan antara pertanyaan terbuka dan tertutup. Dimana

dengan melalui pertanyaan terbuka pada kuesioner ini

memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab

pertanyaan dengan jawaban bebas menggunakan kata-kata

responden sendiri sesuai dengan keadaannya saat itu, sedangkan

pertanyaan tertutup disajikan dalam bentuk pertanyaan yang

jawabannya telah disediakan sehingga responden tinggal

memilih pilihan-pilihan jawaban tersebut. Cara ini digunakan

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

mengingat kesibukan wisatawan, waktu, biaya penelitian serta

luasnya daerah penelitian.

b. Wawancara

Wawancara bebas dilakukan secara langsung dengan beberapa

wisatawan untuk mendapatkan gambaran lebih mendetail dan

mendalam mengenai pendapat mereka terhadap promosi wisata

Pulau Maratua. Serta wawancara ini dilakukan kepada Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Berau selaku instansi

yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini.

c. Observasi

Kegiatan yang dilakukan dalam teknik ini antara lain

mengamati, mencatat dan menilai kondisi terakhir terhadap

kegiatan dan proses kegiatan yang relevan dengan permasalahan

penelitian. Observasi juga digunakan penulis untuk

mengumpulkan data yang menyangkut situasi sosial tertentu,

dalam hal ini mencakup lokasi atau fisik daerah tujuan wisata

dan aktivitas para wisatawan di daerah tujuan wisata

(Kusmayadi, 2000). Selain itu pengamatan dan pencatatan

peristiwa terhadap objek di lokasi penelitian dilakukan tanpa

harus berkomunikasi dengan narasumber (Moleong, 2001).

Dengan ini peneliti mengobservasi kegiatan promosi atau

pemasaran baik yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Berau maupun perusahaan swasta

lainnyadan menyesuaikan dengan objek wisata yang memiliki

potensi di Pulau Maratua. Langkah ini dibutuhkan untuk dapa

lebih memberikan penjabaran temuan survei.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76161/potongan/S1-2014... · BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Modifikasi tingkah laku Promosi berusaha

d. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi ini untuk memeroleh data dengan mencari

dan mengumpulkan data tertulis yang didapat dari melalui

pejabat kampung setempat. Melalui data ini diharapkan dapat

mengetahui data jumlah wisatawan yang datang, inventarisasi

objek daya tarik wisata di Pulau Maratua dan sebagainya.

1.7.4 Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul selanjutnya akan diolah menggunakan

tabulasi silang dan diuraikan secara deskriptif, dengan tujuan untuk

memberikan gambaran yang lebih mendetil mengenai gejala atau

fenomena yang sedang terjadi sehingga permasalahan yang diajukan

dapat dipecahkan dan tujuan dari penelitan ini dapat tercapai. Analisis

deskriptif adalah mentranformasi data mentah ke dalam bentuk data

yang mudah dimengerti dan ditafsirkan serta menyusun, memnipulasi

dan menyajikan supaya menjadi suatu bentuk informasi (Kusmayadi,

2000).

Pemaparan data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi. Tabel distribusi frekuensi adalah suatu pemaparan data

statistik yang menunjukkan berapa banyaknya kategori atau nilai dari

suatu variabel yang didapatkan dari responden. Dengan kata lain,

distribusi frekuensi adalah pengorganisasian data dengan

meringkaskan fakta-fakta atau nilai-nilai dari variabel yang diperoleh

selama pengumpulan data di lapangan (Kusmayadi, 2000).