30
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris merupakan suatu kajian yang berada di bawah struktur informasi suatu kalimat. Pada hakikatnya struktur informasi suatu kalimat menyangkut dua hal, yakni struktur informasi kalimat bermarkah dan struktur informasi kalimat yang tidak bermarkah. Kalimat bermarkah dan kalimat tidak bermarkah biasanya membawakan informasi yang sama (Huddlestone dan Pullum,2008:238) . Namun, kedua kalimat ini mempunyai struktur sintaksis yang berbeda. Kalimat tidak bermarkah merupakan bentuk asal atau kanonik yang mempunyai struktur yang lebih sederhana. Sebaliknya, kalimat bermarkah merupakan bentuk turunan atau nonkanonik yang mempunyai struktur sintaksis yang lebih rumit atau kompleks. Kalimat bermarkah mempunyai derajat kebermarkahan yang berbeda mulai dari pemarkahan yang sederhana hingga pemarkahan yang bersifat kompleks. Kalimat negatif, sebagai contoh kalimat bermarkah, merupakan kalimat yang mengandung pemarkah yang bisa dikatakan sederhana karena hanya dimarkahai oleh negator not atau n’t ’tidak’. Contoh: I don’t have combat troops (13:1) ‘Saya tidak mempuyai pasukan tempur’ Kalimat di atas dikatakan bermarkah karena mengandung pemarkah n’t pada kata kerja bantu don’t. Kalimat ini menjadi tidak bermarkah bila berbentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

1  

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris merupakan suatu kajian yang

berada di bawah struktur informasi suatu kalimat. Pada hakikatnya struktur

informasi suatu kalimat menyangkut dua hal, yakni struktur informasi kalimat

bermarkah dan struktur informasi kalimat yang tidak bermarkah. Kalimat

bermarkah dan kalimat tidak bermarkah biasanya membawakan informasi yang

sama (Huddlestone dan Pullum,2008:238) . Namun, kedua kalimat ini mempunyai

struktur sintaksis yang berbeda. Kalimat tidak bermarkah merupakan bentuk asal

atau kanonik yang mempunyai struktur yang lebih sederhana. Sebaliknya, kalimat

bermarkah merupakan bentuk turunan atau nonkanonik yang mempunyai struktur

sintaksis yang lebih rumit atau kompleks.

Kalimat bermarkah mempunyai derajat kebermarkahan yang berbeda

mulai dari pemarkahan yang sederhana hingga pemarkahan yang bersifat

kompleks. Kalimat negatif, sebagai contoh kalimat bermarkah, merupakan kalimat

yang mengandung pemarkah yang bisa dikatakan sederhana karena hanya

dimarkahai oleh negator not atau n’t ’tidak’.

Contoh:

I don’t have combat troops (13:1)

‘Saya tidak mempuyai pasukan tempur’

Kalimat di atas dikatakan bermarkah karena mengandung pemarkah n’t

pada kata kerja bantu don’t. Kalimat ini menjadi tidak bermarkah bila berbentuk

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

2  

deklaratif yang positif. Hal ini sesuai dengan pendapat Huddleston dan Pullum

(2008: 24) yang menyatakan bahwa kalimat tidak bermarkah adalah suatu kalimat

deklaratif yang positif. Kalimat bermarkah di atas mempunyai bentuk kanonik

sebagai berikut.

I have combat troops (13:1).

‘Saya mempuyai pasukan tempur’

Seperti diutarakan di atas, kalimat bermarkah mempunyai kebervariasian

yang membentuk tipe-tipe tertentu. Contoh di bawah ini adalah tipe kalimat

bermarkah berdasarkan pola urutan fungsi sintaksis.

Here are Viv and Suhail (186:10).

A V S

‘Di sini ada Viv dan Suhail’.

Dilihat dari pola intinya kalimat ini berpola A V S; here berkedudukan sebagai A,

are berkedudukan sebagai V, dan Viv and Suhail berkedudukan sebagai S. Pola

kalimat ini kurang lazim karena berstruktur inti A V S yang di dalam kalimat

tidak bermarkah mempunyai padanan pola urutan fungsi sintaksis, yakni S V A.

Kalimat di atas mempunyai bentuk tidak bermarkah sebagai berikut.

Viv and Suhail are here.

S V A

‘Viv dan Suhail ada di sini’.

Dengan adanya pemarkah sintaksis dalam hal ini masyarakat atau pelajar

sering menemukan kendala dalam mengartikulasikan kalimat-kalimat yang

bermarkah. Kendala-kendala itu sering dialami karena pola konstituen kalimat

bermarkah yang sangat berbeda dengan kalimat tak bermarkah. Di sisi lain, kajian

tentang kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris belum banyak dikerjakan. Untuk

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

3  

itu, topik kalimat bermarkah ini diangkat guna memberikan deskripsi yang

membantu masyarkat pada umumnya dan pelajar khusunya. Kalimat bermarkah

ini akan diambil dari sebuah novel yang berjudul Desecration (2002) yang ditulis

oleh Jekins. Pemilihan novel Desecration karena dalam novel ini terdapat kalimat

bermarkah yang bervariasi.

Perbedaan struktur kalimat bermarkah dan tak bermarkah yang ingin

penulis analisis lebih jauh mempunyai harapan yang mengarah pada adanya

temuan baru. Menurut Huddleston dan Pullum (2005: 238) kalimat bermarkah

Bahasa Inggris pada kalimat deklaratif positif terdiri atas: kalimat pasif,

ekstraposisi, eksistensial, it cleft, pseudo cleft, dislokasi, preposing, postposing,

inversi, dan reduksi. Contoh di bawah ini adalah beberapa kalimat bermarkah

Bahasa Inggris yang bisa diamati berdasarkan strukturnya:

Kalimat tidak bermarkah Kalimat bermarkah

a. The police arrested her son. a’. Her son was arrested by the

police.

‘Polisi itu menangkap anaknya’. ‘Anaknya ditangkap oleh polisi

itu’.

b. For her to be this late is unusual. b’. It’s unusual for her to be this

late.

‘Bagi dia keterlambatan ini tidak biasa’. ‘Itu tidak biasa bagi dia

keterlambatan ini’.

c. Two doctors were on the plane. c’. There were two doctors on the

plane.

‘Dua orang dokter di dalam pesawat itu’. ‘Ada dua orang dokter di dalam

pesawat itu’.

Ketiga kalimat pada lajur kanan di atas adalah kalimat yang bermarkah

dalam bahasa Inggris. Ketiga kalimat di atas dikategorikan dalam tipe bermarkah

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

4  

yang berbeda. Kalimat a’ adalah tipe kalimat pasif, kalimat b’ adalah tipe kalimat

ekstraposisi, dan kalimat c’ adalah tipe kalimat eksistensial. Struktur kalimat a’,

b’, dan c’ digolongkan dalam kalimat bermarkah karena struktur-struktur itu tidak

umum pada kalimat biasanya atau mempunyai bentuk yang nonkanonik. Karena

konstruksinya yang tidak umum, struktur sintaksisnya pun akan menjadi lebih

rumit atau kompleks dibandingkan dengan struktur sintaksis ketika struktur itu

tidak bermarkah. Namun, secara umum kedua golongan struktur tersebut, baik

kalimat bermarkah maupun tidak bermarkah, mempunyai inti makna yang sama

(the same core meaning). Akan tetapi, struktur-struktur tersebut

mempresentasikan (packaging) informasi dengan cara yang berbeda.

Kalimat bermarkah yang diutarakan di atas, meskipun membawakan

informasi yang sama dengan kalimat yang tidak bermarkah, tentunya

menonjolkan informasi yang berbeda. Dengan kata lain, ada maksud tertentu

mengapa pembicara memilih pola kalimat yang bermarkah untuk

mempresentasikan sebuah ungkapan atau informasi. Penonjolan informasi itu juga

dianalisis dalam penelitian ini.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

5  

1.2 Rumusan Masalah

Uraian latar belakang di atas menggambarkan adanya berbagai masalah

yang perlu dibahas dalam penelitian ini yang menyangkut kalimat bermarkah

dalam bahasa Inggris pada novel Desecration. Permasalahan-permasalahan

tersebut secara terperinci diuraikan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam

bahasa Inggris pada novel Desecration?

2. Informasi apakah yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah dalam

bahasa Inggris pada novel Desecration?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara garis besar penelitian ini mempunyai dua tujuan. Tujuan tersebut

adalah tujuan umum dan tujuan khusus. Untuk lebih jelasnya, tujuan-tujuan

tersebut dideskripsikan sebagai berikut.

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperkaya kajian sintaksis

bahasa Inggris. Penulis sangat mengharapkan penelitian ini dapat memberikan

informasi baru dalam bidang sintaksis khususnya dalam menganalisis kalimat

bermarkah dalam bahasa Inggris. Di samping itu, penelitian ini bertujuan untuk

memberikan sumbangan bagi peneliti-peneliti berikutnya yang memfokuskan

kajiannya pada bidang sintaksis khususnya pada kajian kalimat bermarkah dalam

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

6  

bahasa Inggris. Tujuan lainnya adalah untuk memberikan celah bagi peneliti

berikutnya untuk melanjutkan kajian ini ke arah yang lebih baik.

1.3.2 Tujuan Khusus

Sesuai dengan latar belakang dan masalah di depan tujuan khusus

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat

bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Desecration.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis informasi yang ditonjolkan oleh

kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Desecration.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini secara umum mempunyai dua manfaat, yakni (1) manfaat

akademis dan (2) manfaat praktis. Kedua manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut.

1.4.1 Manfaat Akademis

Secara akademis penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan

informasi dan acuan dalam bidang pengajaran, yaitu dalam usaha untuk

memperoleh pengetahuan dan pemahaman sehubungan dengan studi sintaksis. Di

samping itu, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan bandingan bagi penelitian

lainnya khususnya mengenai bentuk lingual kalimat bermarkah dalam bahasa

Inggris. Dengan demikian, penelitian ini dapat memperluas cakrawala

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

7  

kelinguistikan pada bidang sintaksis, khususnya pada kajian kalimat bermarkah

dalam bahasa Inggris.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat memberikan

sumbangsih yang baru tentang kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris kepada

para pemerhati bahasa pada umumnya. Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk

pertimbangan dalam diskusi, pendidikan, dan pengayaan materi sintaksis

khususnya tipe dan struktur konstituen, serta informasi yang ditonjolkan oleh

kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris. Penelitian ini juga bermanfaat bagi

masyarkat umum yang mempelajari bahasa Inggris seperti pemandu wisata

(guide) dalam berinteraksi dengan tamunya.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

8  

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL

PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Pada subbab kajian pustaka ini peneliti menguraikan sejumlah kajian

terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Kajian itu, baik berupa

buku maupun hasil-hasil penelitian, yang berkaitan dengan kalimat bermarkah

dalam bahasa Inggris dari segi tipe dan struktur konstituen dan informasi yang

ditonjolkan oleh kalimat bermarkah itu sendiri.

Kasni (2008) dalam tesisnya yang berjudul “Pelesapan pada Konstruksi

Koordinatif bahasa Inggris dalam Novel Crystal” menjelaskan pelesapan pada

konstruksi koordinatif Bahasa Inggris. Pelesapan pada konstruksi koordinatif

tersebut dianalisis berdasarkan tipe konstruksi kalimat koordinatif, makna dari

tipe-tipe itu, jenis pelesapan, dan aliansi gramatikal pelesapan dalam konstruksi

koordinatif. Salah satu teori yang digunakan dalam penelitian Kasni ini adalah

teori transformasi. Satu relevansi dengan kajian Kasni bahwa kajian kalimat

bermarkah ini menggunakan teori yang sama, yakni teori transformasi. Tulisan

Kasni lebih berfokus pada kajian konstruksi pelesapan dengan teori transformasi.

Sebaliknya dalam penelitian kalimat bermarkah ini pelesapan hanya merupakan

salah satu tipe dari kalimat bermarkah di dalam bahasa Inggris.

Bravo (2002) dalam disertasinya membahas ”Structural Markedness and

Syntactic Structure”. Bagian dari tulisannya yang relevan dengan penelitian ini

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

9  

adalah pola urutan kata yang tak bermarkah (unmarked) dan pola urutan kata yang

bermarkah (marked). Ada kesamaan kajian ini dengan kajian Bravo, yakni sama-

sama mengkaji struktur konstituen kalimat bermarkah. Namun, kajian yang ditulis

oleh Bravo lebih memfokuskan diri pada struktur kebermarkahan dan struktur

sintaksis. Kajian ini tidak hanya mengkaji masalah tipe dan struktur sintaksis,

tetapi juga informasi yang ditojolkan oleh kalimat bermarkah.

Jacobs (1993) membahas ” English Syntax”. Dalam pemaparannya ada

satu topik yang relevan dengan penelitian ini yakni struktur informasi. Dalam

struktur informasi ini ada dua sub-topik yang sangat relevan dan bisa membantu

penelitian kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris ini, yakni topic comment dan

initial position and passive clause. Dari kedua kalimat ini, sebenarnya kajiannya

adalah tentang bagian dari kalimat bermarkah hanya Jacob menyebutkannya

dengan istilah yang lain.

a. Topik comment

Contoh:

1. Drunk drivers, we ought to rid the state of them.

‘Pengemudi-pengemudi mabuk, kita seharusnya mengisarkan mereka’

Pada dua klausa di atas adanya topik sebagai pemarkah dalam dua klausa itu

karena keberadaannya mendahului klausa inti. Di sini topik merupakan informasi

lama dari suatu tuturan.

b. Initial position and passive clause

Contoh:

The crown was stolen (by the twelve years old girl).

‘Mahkota itu dicuri (oleh gadis yang berumur dua belas tahun)’

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

10  

Kalimat pasif adalah suatu kalimat yang mempunyai struktur initial position,

yakni pemindahan objek dalam struktur aktif menjadi subjek dalam struktur pasif.

Dalam struktur pasif juga ditemukan suatu pemarkahan kalimat yaitu verbanya

sebagai pemarkah seperti klausa di atas. Jacob mengamati kalimat pasif sebagai

bentuk yang bermarkah dan menjelaskan topic-comment. Namun, dalam

penelitian ini peneliti mengamati seluruh tipe dan struktur konstituen serta

informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah dalam Bahasa Inggris.

Davidson (1984) membahas “Syntactic Markedness and the Definition of

Sentence Topic”. Dalam tulisannya dijelaskan dua hal yang relevan, yakni

pemarkahan sintaksis dan topik kalimat. Berkenaan dengan pemarkahan sintaksis,

dia mengemukakan gagasan bahwa kalimat pasif adalah kalimat yang bermarkah

dan mempunyai padanan makna pada struktur aktif yang tidak bermarkah.

Contoh:

A tiger chased a tourist (aktif).

‘Seekor harimau mengejar seorang wisatawan’

A tourist was chased by a tiger (pasif).

‘Seorang wisatawan dikejar oleh seekor harimau’

Davidson menganalisis kalimat bermarkah dan memfokuskan pada kalimat

pasif sebagai bentuk kebermarkahan struktur. Dalam tulisannya juga dijelaskan

bahwa topik kalimat adalah suatu konstituen linguistik pada property sintaksis dan

semantik untuk menghubungkan fungsi dalam proses menghubungkan suatu

kalimat dengan konteks wacana. Sebaiknya, dalam kajian ini kalimat pasif

merupkan salah satu tipe dan struktur kalimat bermarkah yang dianalisis.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

11  

2.2 Konsep

Seperti telah dijelaskan dalam masalah di atas bahwa penelitian ini adalah

suatu penelitian yang mengkaji kalimat bermarkah dalam Bahasa Inggris. Untuk

lebih jelasnya peneliti menjabarkan beberapa konsep yang nantinya dijadikan

acuan sekaligus petunjuk. Berikut adalah konsep-konsep tersebut.

2.2.1 Kalimat

Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang

biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta

disertai dengan intonasi final (Chaer, 2009:44). Kalimat biasanya terdiri atas

beberapa unsur, antara lain subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.

Kalimat dikatakan sempurna jika minimal memiliki unsur subjek dan predikat;

kecuali kalimat imperatif yang memungkinkan tidak munculnya subjek di dalam

kalimat.

2.2.2 Kalimat Tidak Bermarkah

Kalimat tidak bermarkah dikenal dengan istilah kalimat kanonik. Kalimat

tidak bermarkah ini adalah suatu kalimat deklaratif yang positif. Kalimat

deklaratif secara sintaksis adalah suatu kalimat yang subjeknya selalu hadir dan

biasanya posisinya mendahului kata kerja (Quirk, 1985:803).

Contoh:

He shook his head (62:4)

S V O

‘Dia menggelengkan kepalanya’

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

12  

Bila digambarkan dengan diagram pohon, kalimat ini adalah sebagai

berikut.

K

FN FV

Pro V FN

D N

He shook his head

Perlu ditegaskan bahwa tidak semua kalimat deklaratif positif dapat dianggap

sebagai kalimat kanonik atau tidak bermarkah. Hal ini terjadi karena di dalam

kalimat deklaratif positif itu masih dimungkinkan adanya pola urutan fungsi atau

konstituen yang bermarkah. Kalimat tidak bermarkah adalah suatu kalimat

deklaratif positif dengan pola unsur inti (1) S-V, (2) S-V-C, (3) S-V-A, (4) S-V-O,

(5) S-V-O-C, (6) S-V-O-A, dan (7) S-V-O-O.

2.2.3 Kalimat Bermarkah

Lain halnya dengan kalimat tidak bermarkah, yakni suatu kalimat

deklaratif positif dengan pola fungsi dan struktur tertentu, Kalimat bermarkah

adalah kalimat yang mengandung pemarkah yang berupa penyisipan, pelesapan,

atau perubahan pola urutan frasa atau klausa. Kalimat bermarkah dikenal dengan

istilah kalimat nonkanonik. Pertama, yang termasuk di dalam kalimat bermarkah

itu adalah kalimat deklaratif dengan pola di luar pola (1) S-V, (2) S-V-C, (3) S-V-

A, (4) S-V-O, (5) S-V-O-C, (6) S-V-O-A, dan (7) S-V-O-O. Kalimat-kalimat lain

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

13  

yang digolongkan ke dalam kalimat bermarkah adalah Kalimat deklaratif negatif,

kalimat introgatif, kalimat imperatif, dan kalimat esklamatori.

Berikut adalah salah satu contoh kalimat bermarkah bila digambarkan

dengan diagram pohon.

K

FN FV

Pro Neg FV

V FN FN

Pro D N

She doesn’t see me every week

2.2.4 Struktur Informasi

Berbicara tentang masalah kebermarkahan tidak terlepas dengan struktur

informasi sebuah kalimat. Pengertian struktur informasi yang dijadikan acuan

dalam penelitian ini adalah pengertian struktur informasi yang dikemukakan oleh

Lambrecth (1994:5) sebagai berikut:

“Struktur informasi adalah komponen tata bahasa kalimat yang proposisinya sebagai gambaran konseptual keadaan yang dihubungkan dengan struktur leksikogramatikal sesuai dengan keadaaan mental lawan bicara yang menggunakan dan menginterpretasikan struktur-struktur ini sebagai unit informasi dalam konteks wacana tertentu”.

2.3 Landasan Teori

Penelitian ini mempunyai dua masalah yang mendasar, yaitu (1) tipe dan

struktur konstituen kalimat bermarkah dan (2) informasi yang ditonjolkan oleh

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

14  

kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris. Secara umum masalah-masalah itu

dianalisis berdasarkan teori sintaksis, yakni teori struktur informasi

(informational packaging theory) dan teori transformasi (transformational

theory). Secara tidak langsung penelitian ini memerlukan teori yang akan

menjawab tiap-tiap permasalah tersebut. Permasalahan pertama tentang tipe dan

struktur konstituen kalimat bermarkah bahasa Inggris dijawab dengan

menggunakan teori struktur informasi yang dikemukakan oleh Lambrecht (1994)

dan dibantu dengan teori transformasi yang dikemukakan oleh Radford (1988).

Teori transformasi ini khusus digunakan untuk membahas struktur konstituen

kalimat bermarkah. Permasalahan kedua tentang informasi yang ditonjolkan oleh

kalimat bermarkah dijawab dengan teori yang sama dengan masalah pertama,

yakni teori struktur informasi yang dikemukakan oleh Lambrecth (1994),

Huddleston dan Pullum (2008).

2.3.1 Teori Struktur Informasi

Permasalahan pertama dan kedua, yakni tipe kalimat bermarkah dan

informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris dijawab

dan dianalisis berdasarkan teori struktur informasi yang dikemukakan oleh

Lambrecth dan dibantu oleh Huddleston dan Pullum.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

15  

2.3.1.1 Tipe kalimat bermarkah

Menurut teori struktur informasi yang dikemukakan oleh Huddleston dan

Pullum (2008) di atas, tipe kalimat deklaratif positif yang bermarkah dalam

bahasa Inggris dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Kalimat pasif

Contoh:

Her son was arrested by the police (Huddlestone dan Pullum, 2008: 238).

‘Anaknya ditangkap oleh polisi itu’.

Contoh kalimat di atas dimarkahi oleh kata kerja bantu was dan frasa preposisi by

the police. Kalimat di atas mempunyai bentuk kanonik sebagai berikut.

The police arrested her son.

‘Polisi itu menangkap anaknya’.

b. Kalimat ekstraposisi

Contoh:

It disturbs her that he was acquitted (Huddlestone dan Pullum, 2008: 247).

‘Itu mengganggu dia (perempuan) bahwa dia (laki-laki) dibebaskan’.

Kalimat ini dimarkahi oleh adanya dummy it. It dalam kalimat ini mengacu pada

suatu klausa. Kalimat ini mempunyai bentuk kanonik:

That he was acquitted disturbs her.

‘Bahwa dia (laki-laki) dibebaskan menganggu dia (perempuan)’.

c. Kalimat eksistensial

Contoh:

There were some keys near the safe (Huddlestone dan Pullum, 2008: 239).

‘Ada beberapa kunci dekat peti besi itu’.

Kalimat ini dimarkahi oleh adanya dummy there dan displaced subjek. Kalimat

bermarkah ini mempunyai bentuk tidak bermarkah sebagai berikut.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

16  

Some keys were near the safe.

‘Beberapa kunci berada dekat peti besi’.

d. Kalimat it cleft

Contoh:

It was Sue who introduced Jim to Pat (Huddlestone dan Pullum, 2008:

251).

‘Suelah yang memperkenalkan Jim kepada Pat’.

Kalimat ini hampir sama dengan kalimat ekstraposisi, yakni dimarkahi oleh

dummy it. Dalam kalimat ini it mengacu pada frasa nomina; pada kalimat di atas it

mengacu pada Sue. Kalimat ini mempunyai bentuk kanonik:

Sue introduced Jim to Pat.

‘Sue memperkenalkan Jim kepada Pat’.

e. Kalimat pseudo cleft

Contoh:

What we need is more time (Huddlestone dan Pullum, 2008: 254).

‘Apa yang kita perlukan adalah waktu yang lebih’

Kalimat ini dimarkahi oleh perluasan klausa yang disebabkan oleh penambahan

kata what ‘apa’ sehingga kalimat di atas menjadi dua klausa. Kalimat ini

mempunyai bentuk kanonik sebagai berikut.

We need more time.

‘Kita memerlukan waktu yang lebih’.

f. Kalimat dislokasi

Contoh:

One of my cousins, she has triplets (Huddlestone dan Pullum, 2008: 255).

‘Satu dari sepupu saya, dia mempunyai anak kembar tiga’.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

17  

Kalimat di atas dimarkahi oleh adanya frasa nomina yang terletak di kiri atau

kanan dari sebuah klausa atau kalimat. Frasa nomina yang ekstra di atas adalah

one of my cousins. Kalimat ini mempunyai bentuk yang tidak bermarkah sebagai

berikut:

She has triplets.

‘Dia mempunyai anak kembar tiga’.

g. Kalimat preposing, postposing, dan inversi

1. Preposing

Contoh:

Some of them he hadn’t even read (Huddlestone dan Pullum, 2008: 256).

‘Beberapa dari itu (benda jamak) dia bahkan belum baca’.

Kalimat preposing dimarkahi oleh pergeseran frasa ke depan dari subjek; some of

them mengalami preposing. Dalam bentuk kanoniknya kalimat di atas adalah

sebagai berikut.

He hadn’t even read some of them.

‘Dia bahkan belum membaca beberapa dari itu (benda jamak)’.

2. Postposing

Contoh:

A man came in whom I’d never seen before (Huddlestone dan Pullum,

2008: 257).

‘Seorang laki-laki masuk yang tidak pernah saya temui sebelumnya’.

Kalimat postposing dimarkahi oleh pergeseran unsur setelah subjek kalimat.

Klausa whom I’d never seen before mengalami inversi yang seharusnya terletak

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

18  

pada frasa nomina a man karena klausa ini menerangkan a man bukan frasa verba

came in sehingga bentuk kanoniknya adalah sebagai berikut.

A man whom I’d never seen before came in.

‘Seorang laki-laki yang tidak pernah saya temui sebelumnya masuk’.

3. Inversi

Contoh:

On her desk was a bowl of fruit (Huddlestone dan Pullum, 2008: 258).

‘Di atas mejanya ada semangkuk buah’

Kalimat inversi dimarkahi oleh pergeseran antarfrasa di dalam kalimat.

Kalimat ini mempunyai bentuk kanonik sebagi berikut:

A bowl of fruit was on her desk.

‘Semangkuk buah ada di atas meja’.

h. Kalimat reduksi

Contoh:

I’d like to go with you but I can’t _____ (Huddlestone dan Pullum, 2008:

258).

‘Saya ingin pergi dengan kamu, tetapi saya tidak bisa ____’

Kalimat ini dimarkahi oleh pelesapan unsur di dalam kalimat. Unsur yang lesap

itu merupakan informasi lama. Kalimat ini direkonstruksi dalam bentuk

kanoniknya menjadi:

I’d like to go with you but I can’t go with you.

‘Saya ingin pergi bersama kamu, tetapi saya tidak bisa pergi bersama

kamu’.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

19  

2.3.1.2 Informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah

Menurut Lambrecht (1994) informasi yang ditonjolkan oleh suatu struktur

informasi adalah sebagai berikut.

2.3.1.2.1 Topik

. Lambretch (1994: 117) menyatakan bahwa topik dan fokus merupakan dua

status informasi primer yang mungkin dimiliki oleh ungkapan-ungkapan dalam

suatu tuturan. Topik suatu kalimat adalah entitas yang merupakan perihal yang

diungkapkan oleh satu proposisi atau kalimat. Konsep topik dalam penelitian ini

mengacu pada konsep ”subjek” dalam tata bahasa tradisional. Meskipun konsep

topik diadopsi dari konsep “subjek” menurut tata bahasa tradisional, kedua istilah

ini (topik dan subjek) tidak bisa dibaurkan. Topik tidak harus subjek gramatikal.

Sebaliknya, subjek gramatikal tidak harus topik. Topik kadang-kadang

didefinisikan sebagai suatu ungkapan scene-setting atau satu elemen yang

merupakan a spatial, temporal, atau kerangka kerja individual di tempat predikasi

pokok berada.

Secara garis besar topik dapat dikelompokkan menjadi dua yakni topik tak

berpemarkah dan topik berpemarkah (Givon, 1990: 740-777). Topik tidak

berpemarkah ini biasanya mengacu pada sebuah frasa (biasanya frasa nomina)

yang serupa dengan subjek gramatikal dalam klausa kanonik. Apabila suatu

peristiwa atau keadaan ingin ditopikkan, maka peristiwa itu harus dinominalisasi

sehingga secara sintaksis peristiwa itu berperilaku seperti sebuah nomina.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

20  

2.3.1.2.2 Fokus

Menurut Lambrecht (1994: 206) fokus adalah sistem gramatikal yang

bertugas untuk menjelaskan jangkauan penonjolan dalam suatu tuturan, sebagai

lawan dari praanggapan pragmatik. Fokus juga dijelaskan sebagai pelengkap dari

suatu topik (complement of topic). Hubungan kedua gagasan tersebut (topik dan

fokus) dengan konsep lain sering diistilahkan dengan theme dan rheme yang

saling melengkapi. Dilihat dari medan maknanya fokus dapat dibagi menjadi dua,

yakni fokus sempit dan fokus luas.

a. Fokus sempit adalah suatu fokus yang membentang hanya pada satu

konsituen, seperti frasa nomina (FN).

b. Fokus luas adalah suatu fokus yang menjangkau lebih dari satu

konstituen.

Dari segi hierarkinya fokus dapat dibagi menjadi fokus predikat dan fokus

kalimat.

a. Fokus predikat

Fokus tipe ini pada umumnya tidak berpemarkah yang strukturnya sejajar

dengan struktur ‘topik-komen’ dalam suatu kalimat. Fokus ini ditemukan

dalam kalimat yang subjeknya berstruktur informasi sebagai topik yang

berada dalam medan pragmatik praanggapan. Medan fokus ini

diungkapkan oleh verba dan predikasi yang mengikuti topik tersebut.

b. Fokus kalimat

Ada suatu perbedaan antara struktur fokus predikat dengan fokus kalimat.

Struktur fokus kalimat ini tidak memiliki unsur topik. Secara formal dalam

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

21  

struktur fokus ini tidak ada praanggapan pragmatik yang ditimbulkan,

kecuali fitur praanggapan yang tidak bersifat khusus

(Lambretch,1994:233). Medan fokus kalimat ini mencakup kalimat secara

utuh.

2.3.2 Teori Transformasi

Masalah pertama penelitian ini adalah tentang bagaimanakah tipe dan

struktur konstituen dari kalimat bermarkah dalam Bahasa Inggris. Khusus

berkenaan dengan masalah struktur konstituen, permasalahan ini dijawab melalui

suatu teori sintaksis yakni teori transformasi yang dikemukakan oleh Radford.

Menurut Radford (1988; 401 – 457) struktur konstituen suatu kalimat terdiri atas

dua level, yakni level struktur dalam (D – Structure) dan level struktur luar (S –

Structure). Level S – Struture ditentukan oleh base of the grammar yang terdiri

atas komponen kategori dan leksikon. Bila digambarkan dengan diagram,

hubungan level D – Structure dengan S – Structure menurut teori transformasi

adalah sebagai berikut.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

22  

BASE

D – Structures

MOVEMENT TRANSFORMATION

S – Structures

D – Structure dan S – Structure dihubungkan oleh sekelompok pergeseran

struktur (movement) yang secara teknis dikenal dengan istilah transformasi.

Teori transfrormasi dihubungkan dengan topik ini, yakni kalimat bermarkah

bahwa dalam kalimat bermarkah pada umumnya terdapat pergeseran struktur

konstituen dari bentuk kanonik menjadi nonkanonik. Menurut teori ini

pergeseran struktur itu meliputi pergeseran kata kerja ( V movement), pergeseran

kata kerja bantu (I movement), pergeseran frasa nomina (NP movement), dan

ekstraposisi (extraposition). I adalah singkatan dari Imfl yang merupakan istilah

lain dari kata kerja bantu dalam teori ini.

a. Pergeseran kata kerja (V movement)

Struktur dalam : John ( I ) ( VP (V annoy ) me)

V movement

Struktur luar : John ( I annoys) ( VP me)

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

23  

b. Pergeseran kata kerja bantu (I movement)

Struktur dalam : ( C ) (S he (I will) (VP tell the truth) )

I movement

Struktur luar : (C will) ( S he (I ) (VP tell the truth) )?

c. Pergeseran frasa nomina (NP movement)

S

NP I VP

e Will AUX V’

be V NP NP

given Mary nothing

NP MOVEMENT

d. Ektraposisi (Extraposition)

Struktur dalam : (A review of my latest book ) has just appeared

Extraposition

Struktur luar : (A review) has just appeared of my latest book

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

24  

2.4 Model Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tentang kalimat bermarkah dalam bahasa

Inggris pada novel Desecration. Tindakan pertama adalah menentukan novel yang

berbahasa Inggris. Kemudian, novel tersebut disimak untuk mendapatkan kalimat

bermarkah. Kalimat bermarkah tersebut dianalisis dengan masing-masing teori

yang relevan sebagai berikut.

1. Tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris

dianalisis dengan menggunakan teori struktur informasi dan dibantu

dengan menggunakan teori transformasi.

2. Informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris

dianalisis dengan menggunakan teori struktur informasi.

Berikut adalah model penelitian kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris

pada novel Desecration.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

25  

Bahasa Inggris

Kalimat bermarkah

Tipe dan struktur

konstituen kalimat

Analisis

Temuan

Informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah

Novel

Teori struktur informasi dan teori transformasi

Teori struktur informasi

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

26  

BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk mendapatkan gambaran yang holistik tentang kalimat bermarkah

bahasa Inggris maka digunakan tiga macam metode dan teknik sesuai dengan

tahapan strateginya. Ketiga macam metode dan teknik itu adalah (1) metode dan

teknik pengumpulan data, (2) metode dan teknik analisis data, dan (3) metode dan

teknik penyajian hasil analisis. Pada bab ini dideskripsikan secara terperinci ketiga

metode dan teknik yang digunakan dalam meneliti kalimat bermarkah dalam

bahasa Inggris pada novel Desecration.

3.1 Pendekatan Penelitian

Dalam suatu penelitian ilmiah diperlukanlah suatu pendekatan (approach)

untuk membedakan apakah penelitian itu tergolong kuantitatif, kualitatif, atau

campuran (kuantitatif-kualitatif). Pendekatan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif karena adanya beberapa indikator yang mencirikan bahwa

kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Indikator-indikator itu

menggunakan metode kualitatif dan deskriptif. Pada penelitian kualitatif analisis

data bukanlah berupa angka-angka, tetapi berupa kata-kata atau gambaran sesuatu.

Pendekatan ini menguraikan atau mendeskripsikan bagaimana tipe dari kalimat

bermarkah, struktur konstituen kalimat bermarkah, dan informasi yang

ditonjolkan oleh kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

27  

3.2 Jenis dan Sumber Data

3.2.1 Jenis Data

Jenis data yang dikaji dalam penelitian ini adalah data primer. Semua data

diambil dari novel. Data ini sepenuhnya menjadi realita kebahasaan yang diamati

oleh peneliti.

3.2.2 Sumber Data

Data penelitian ini bersumber dari sumber tulisan, yaitu karya sastra novel

yang berjudul “Desecration” yang ditulis oleh Jekins (2002). Novel ini

diterbitkan oleh penerbit Tyndale House Publishers, Inc. di Amerika Serikat

(USA). Novel ini terdiri atas 407 halaman dan sasaran dari novel ini adalah orang

dewasa. Pemilihan sumber data pada novel Desecration didasari oleh beberapa

pertimbangan yaitu sebagai berikut.

a. Bahasa yang digunakan dalam novel ini adalah bahasa Inggris

sehingga cocok dengan bahasa yang ingin diteliti.

b. Pada kenyataannya dalam novel ini banyak kalimat bermarkah

ditemukan sehingga kalimat-kalimat ini sangat relevan dijadikan data

penelitian.

c. Kalimat-kalimat bermarkah yang ditemukan dalam novel ini sangat

bervariasi sehingga mampu memberikan tipe-tipe kalimat bermarkah.

d. Ragam bahasa yang digunakan dalam novel ini mencerminkan bahasa

standar Bahasa Inggris sehingga cukup mewakili data realita bahasa

Inggris.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

28  

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode dan teknik pengumpulan data adalah tindakan pertama dalam

penelitian ilmiah. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode simak, sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

teknik catat. Metode simak adalah suatu metode yang digunakan untuk

memperoleh data dengan melakukan penyimakan penggunaan bahasa (Mahsun,

2005). Semua kalimat dalam novel ini disimak sehingga kalimat bermarkah bisa

ditemukan. Setelah penggunaan kalimat bermarkah ditemukan dalam sumber data

(novel) maka data itu, yang berupa kalimat bermarkah, diberi tanda khusus

dengan alat tulis stabilo. Pemberian tanda khusus ini dimaksudkan untuk

mempermudah pencatatan dan menghindari adanya hal-hal yang dilupakan dalam

pengumpulan data. Tindakan berikutnya adalah mencatat data tersebut dalam

lembaran kerja yang sudah disediakan sedemikian rupa.

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

Tahapan analisis data merupakan tahapan kedua dalam penelitian ilmiah

dan merupakan tahapan yang sangat menentukan karena pada tahapan ini kaidah-

kaidah yang mengatur keberadaan objek penelitian harus diperoleh. Pada

penelitian ini digunakan metode padan intralingual. Menurut Mahsun (2005: 118)

metode padan intralingual adalah metode analisis dengan cara

menghubungbandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat

dalam satu bahasa maupun dalam bahasa yang berbeda. Analisis data dapat

dilakukan apabila data penelitian tersebut telah diseleksi dan diklasifikasikan.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

29  

Kegiatan analisis data dalam penelitian ini diawali oleh identifikasi data,

yakni data diidentifikasi dengan mengunakan tanda-tanda yang berbeda untuk

setiap data yang berbeda. Setelah itu, kegiatan analisis data dilakukan melalui tiga

tahapan. Tahapan-tahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut. Pertama,

menentukan tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris.

Kedua, menentukan informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah (marked)

dalam bahasa Inggris.

3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Penyajian hasil analisis data merupakan langkah terakhir yang dilakukan

peneliti dalam rangkaian kegiatan penelitian. Tahapan ini merupakan

penyempurnaan dari tahapan-tahapan sebelumnya. Dua metode, yaitu metode

informal dan metode formal digunakan dalam penelitian ini. Metode informal

adalah suatu metode penyajian hasil analisis data yang perumusannya dengan

menggunakan kata-kata biasa, termasuk penggunaan terminologi yang bersifat

teknis. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, kalimat bermarkah Bahasa Inggris

dianalisis berdasarkan tipe, struktur konstituen, dan informasi yang ditonjolkan

oleh kalimat bermarkah tersebut dengan deskripsi berupa kata-kata biasa. Kata-

kata itu membentuk suatu kalimat. Kalimat-kalimat dirangkaikan menjadi

paragraf yang padu sehingga terbentuk suatu wacana berupa laporan penelitian.

Metode kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode formal,

yaitu suatu metode yang perumusannya dengan menggunakan tanda-tanda atau

lambang-lambang. Misalnya, penggunaan tanda bintang ( * ) yang menyiratkan

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah

30  

makna bahwa kata, frasa, atau kalimat yang diisi tanda bintang tersebut adalah

suatu konstruksi yang tidak gramatikal (ungrammatical). Diagram sebagai salah

satu bentuk metode formal juga digunakan dalam mempresentasikan analisis hasil

penyajian data khususnya analisis struktur konstituen kalimat bermarkah serta

tanda- tanda lain yang digunakan dalam penelitian ini seperti tanda kurung (…).