Upload
dangduong
View
235
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris merupakan suatu kajian yang
berada di bawah struktur informasi suatu kalimat. Pada hakikatnya struktur
informasi suatu kalimat menyangkut dua hal, yakni struktur informasi kalimat
bermarkah dan struktur informasi kalimat yang tidak bermarkah. Kalimat
bermarkah dan kalimat tidak bermarkah biasanya membawakan informasi yang
sama (Huddlestone dan Pullum,2008:238) . Namun, kedua kalimat ini mempunyai
struktur sintaksis yang berbeda. Kalimat tidak bermarkah merupakan bentuk asal
atau kanonik yang mempunyai struktur yang lebih sederhana. Sebaliknya, kalimat
bermarkah merupakan bentuk turunan atau nonkanonik yang mempunyai struktur
sintaksis yang lebih rumit atau kompleks.
Kalimat bermarkah mempunyai derajat kebermarkahan yang berbeda
mulai dari pemarkahan yang sederhana hingga pemarkahan yang bersifat
kompleks. Kalimat negatif, sebagai contoh kalimat bermarkah, merupakan kalimat
yang mengandung pemarkah yang bisa dikatakan sederhana karena hanya
dimarkahai oleh negator not atau n’t ’tidak’.
Contoh:
I don’t have combat troops (13:1)
‘Saya tidak mempuyai pasukan tempur’
Kalimat di atas dikatakan bermarkah karena mengandung pemarkah n’t
pada kata kerja bantu don’t. Kalimat ini menjadi tidak bermarkah bila berbentuk
2
deklaratif yang positif. Hal ini sesuai dengan pendapat Huddleston dan Pullum
(2008: 24) yang menyatakan bahwa kalimat tidak bermarkah adalah suatu kalimat
deklaratif yang positif. Kalimat bermarkah di atas mempunyai bentuk kanonik
sebagai berikut.
I have combat troops (13:1).
‘Saya mempuyai pasukan tempur’
Seperti diutarakan di atas, kalimat bermarkah mempunyai kebervariasian
yang membentuk tipe-tipe tertentu. Contoh di bawah ini adalah tipe kalimat
bermarkah berdasarkan pola urutan fungsi sintaksis.
Here are Viv and Suhail (186:10).
A V S
‘Di sini ada Viv dan Suhail’.
Dilihat dari pola intinya kalimat ini berpola A V S; here berkedudukan sebagai A,
are berkedudukan sebagai V, dan Viv and Suhail berkedudukan sebagai S. Pola
kalimat ini kurang lazim karena berstruktur inti A V S yang di dalam kalimat
tidak bermarkah mempunyai padanan pola urutan fungsi sintaksis, yakni S V A.
Kalimat di atas mempunyai bentuk tidak bermarkah sebagai berikut.
Viv and Suhail are here.
S V A
‘Viv dan Suhail ada di sini’.
Dengan adanya pemarkah sintaksis dalam hal ini masyarakat atau pelajar
sering menemukan kendala dalam mengartikulasikan kalimat-kalimat yang
bermarkah. Kendala-kendala itu sering dialami karena pola konstituen kalimat
bermarkah yang sangat berbeda dengan kalimat tak bermarkah. Di sisi lain, kajian
tentang kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris belum banyak dikerjakan. Untuk
3
itu, topik kalimat bermarkah ini diangkat guna memberikan deskripsi yang
membantu masyarkat pada umumnya dan pelajar khusunya. Kalimat bermarkah
ini akan diambil dari sebuah novel yang berjudul Desecration (2002) yang ditulis
oleh Jekins. Pemilihan novel Desecration karena dalam novel ini terdapat kalimat
bermarkah yang bervariasi.
Perbedaan struktur kalimat bermarkah dan tak bermarkah yang ingin
penulis analisis lebih jauh mempunyai harapan yang mengarah pada adanya
temuan baru. Menurut Huddleston dan Pullum (2005: 238) kalimat bermarkah
Bahasa Inggris pada kalimat deklaratif positif terdiri atas: kalimat pasif,
ekstraposisi, eksistensial, it cleft, pseudo cleft, dislokasi, preposing, postposing,
inversi, dan reduksi. Contoh di bawah ini adalah beberapa kalimat bermarkah
Bahasa Inggris yang bisa diamati berdasarkan strukturnya:
Kalimat tidak bermarkah Kalimat bermarkah
a. The police arrested her son. a’. Her son was arrested by the
police.
‘Polisi itu menangkap anaknya’. ‘Anaknya ditangkap oleh polisi
itu’.
b. For her to be this late is unusual. b’. It’s unusual for her to be this
late.
‘Bagi dia keterlambatan ini tidak biasa’. ‘Itu tidak biasa bagi dia
keterlambatan ini’.
c. Two doctors were on the plane. c’. There were two doctors on the
plane.
‘Dua orang dokter di dalam pesawat itu’. ‘Ada dua orang dokter di dalam
pesawat itu’.
Ketiga kalimat pada lajur kanan di atas adalah kalimat yang bermarkah
dalam bahasa Inggris. Ketiga kalimat di atas dikategorikan dalam tipe bermarkah
4
yang berbeda. Kalimat a’ adalah tipe kalimat pasif, kalimat b’ adalah tipe kalimat
ekstraposisi, dan kalimat c’ adalah tipe kalimat eksistensial. Struktur kalimat a’,
b’, dan c’ digolongkan dalam kalimat bermarkah karena struktur-struktur itu tidak
umum pada kalimat biasanya atau mempunyai bentuk yang nonkanonik. Karena
konstruksinya yang tidak umum, struktur sintaksisnya pun akan menjadi lebih
rumit atau kompleks dibandingkan dengan struktur sintaksis ketika struktur itu
tidak bermarkah. Namun, secara umum kedua golongan struktur tersebut, baik
kalimat bermarkah maupun tidak bermarkah, mempunyai inti makna yang sama
(the same core meaning). Akan tetapi, struktur-struktur tersebut
mempresentasikan (packaging) informasi dengan cara yang berbeda.
Kalimat bermarkah yang diutarakan di atas, meskipun membawakan
informasi yang sama dengan kalimat yang tidak bermarkah, tentunya
menonjolkan informasi yang berbeda. Dengan kata lain, ada maksud tertentu
mengapa pembicara memilih pola kalimat yang bermarkah untuk
mempresentasikan sebuah ungkapan atau informasi. Penonjolan informasi itu juga
dianalisis dalam penelitian ini.
5
1.2 Rumusan Masalah
Uraian latar belakang di atas menggambarkan adanya berbagai masalah
yang perlu dibahas dalam penelitian ini yang menyangkut kalimat bermarkah
dalam bahasa Inggris pada novel Desecration. Permasalahan-permasalahan
tersebut secara terperinci diuraikan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam
bahasa Inggris pada novel Desecration?
2. Informasi apakah yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah dalam
bahasa Inggris pada novel Desecration?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara garis besar penelitian ini mempunyai dua tujuan. Tujuan tersebut
adalah tujuan umum dan tujuan khusus. Untuk lebih jelasnya, tujuan-tujuan
tersebut dideskripsikan sebagai berikut.
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperkaya kajian sintaksis
bahasa Inggris. Penulis sangat mengharapkan penelitian ini dapat memberikan
informasi baru dalam bidang sintaksis khususnya dalam menganalisis kalimat
bermarkah dalam bahasa Inggris. Di samping itu, penelitian ini bertujuan untuk
memberikan sumbangan bagi peneliti-peneliti berikutnya yang memfokuskan
kajiannya pada bidang sintaksis khususnya pada kajian kalimat bermarkah dalam
6
bahasa Inggris. Tujuan lainnya adalah untuk memberikan celah bagi peneliti
berikutnya untuk melanjutkan kajian ini ke arah yang lebih baik.
1.3.2 Tujuan Khusus
Sesuai dengan latar belakang dan masalah di depan tujuan khusus
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan dan menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat
bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Desecration.
2. Mendeskripsikan dan menganalisis informasi yang ditonjolkan oleh
kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Desecration.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini secara umum mempunyai dua manfaat, yakni (1) manfaat
akademis dan (2) manfaat praktis. Kedua manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut.
1.4.1 Manfaat Akademis
Secara akademis penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan
informasi dan acuan dalam bidang pengajaran, yaitu dalam usaha untuk
memperoleh pengetahuan dan pemahaman sehubungan dengan studi sintaksis. Di
samping itu, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan bandingan bagi penelitian
lainnya khususnya mengenai bentuk lingual kalimat bermarkah dalam bahasa
Inggris. Dengan demikian, penelitian ini dapat memperluas cakrawala
7
kelinguistikan pada bidang sintaksis, khususnya pada kajian kalimat bermarkah
dalam bahasa Inggris.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat memberikan
sumbangsih yang baru tentang kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris kepada
para pemerhati bahasa pada umumnya. Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk
pertimbangan dalam diskusi, pendidikan, dan pengayaan materi sintaksis
khususnya tipe dan struktur konstituen, serta informasi yang ditonjolkan oleh
kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris. Penelitian ini juga bermanfaat bagi
masyarkat umum yang mempelajari bahasa Inggris seperti pemandu wisata
(guide) dalam berinteraksi dengan tamunya.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL
PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
Pada subbab kajian pustaka ini peneliti menguraikan sejumlah kajian
terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Kajian itu, baik berupa
buku maupun hasil-hasil penelitian, yang berkaitan dengan kalimat bermarkah
dalam bahasa Inggris dari segi tipe dan struktur konstituen dan informasi yang
ditonjolkan oleh kalimat bermarkah itu sendiri.
Kasni (2008) dalam tesisnya yang berjudul “Pelesapan pada Konstruksi
Koordinatif bahasa Inggris dalam Novel Crystal” menjelaskan pelesapan pada
konstruksi koordinatif Bahasa Inggris. Pelesapan pada konstruksi koordinatif
tersebut dianalisis berdasarkan tipe konstruksi kalimat koordinatif, makna dari
tipe-tipe itu, jenis pelesapan, dan aliansi gramatikal pelesapan dalam konstruksi
koordinatif. Salah satu teori yang digunakan dalam penelitian Kasni ini adalah
teori transformasi. Satu relevansi dengan kajian Kasni bahwa kajian kalimat
bermarkah ini menggunakan teori yang sama, yakni teori transformasi. Tulisan
Kasni lebih berfokus pada kajian konstruksi pelesapan dengan teori transformasi.
Sebaliknya dalam penelitian kalimat bermarkah ini pelesapan hanya merupakan
salah satu tipe dari kalimat bermarkah di dalam bahasa Inggris.
Bravo (2002) dalam disertasinya membahas ”Structural Markedness and
Syntactic Structure”. Bagian dari tulisannya yang relevan dengan penelitian ini
9
adalah pola urutan kata yang tak bermarkah (unmarked) dan pola urutan kata yang
bermarkah (marked). Ada kesamaan kajian ini dengan kajian Bravo, yakni sama-
sama mengkaji struktur konstituen kalimat bermarkah. Namun, kajian yang ditulis
oleh Bravo lebih memfokuskan diri pada struktur kebermarkahan dan struktur
sintaksis. Kajian ini tidak hanya mengkaji masalah tipe dan struktur sintaksis,
tetapi juga informasi yang ditojolkan oleh kalimat bermarkah.
Jacobs (1993) membahas ” English Syntax”. Dalam pemaparannya ada
satu topik yang relevan dengan penelitian ini yakni struktur informasi. Dalam
struktur informasi ini ada dua sub-topik yang sangat relevan dan bisa membantu
penelitian kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris ini, yakni topic comment dan
initial position and passive clause. Dari kedua kalimat ini, sebenarnya kajiannya
adalah tentang bagian dari kalimat bermarkah hanya Jacob menyebutkannya
dengan istilah yang lain.
a. Topik comment
Contoh:
1. Drunk drivers, we ought to rid the state of them.
‘Pengemudi-pengemudi mabuk, kita seharusnya mengisarkan mereka’
Pada dua klausa di atas adanya topik sebagai pemarkah dalam dua klausa itu
karena keberadaannya mendahului klausa inti. Di sini topik merupakan informasi
lama dari suatu tuturan.
b. Initial position and passive clause
Contoh:
The crown was stolen (by the twelve years old girl).
‘Mahkota itu dicuri (oleh gadis yang berumur dua belas tahun)’
10
Kalimat pasif adalah suatu kalimat yang mempunyai struktur initial position,
yakni pemindahan objek dalam struktur aktif menjadi subjek dalam struktur pasif.
Dalam struktur pasif juga ditemukan suatu pemarkahan kalimat yaitu verbanya
sebagai pemarkah seperti klausa di atas. Jacob mengamati kalimat pasif sebagai
bentuk yang bermarkah dan menjelaskan topic-comment. Namun, dalam
penelitian ini peneliti mengamati seluruh tipe dan struktur konstituen serta
informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah dalam Bahasa Inggris.
Davidson (1984) membahas “Syntactic Markedness and the Definition of
Sentence Topic”. Dalam tulisannya dijelaskan dua hal yang relevan, yakni
pemarkahan sintaksis dan topik kalimat. Berkenaan dengan pemarkahan sintaksis,
dia mengemukakan gagasan bahwa kalimat pasif adalah kalimat yang bermarkah
dan mempunyai padanan makna pada struktur aktif yang tidak bermarkah.
Contoh:
A tiger chased a tourist (aktif).
‘Seekor harimau mengejar seorang wisatawan’
A tourist was chased by a tiger (pasif).
‘Seorang wisatawan dikejar oleh seekor harimau’
Davidson menganalisis kalimat bermarkah dan memfokuskan pada kalimat
pasif sebagai bentuk kebermarkahan struktur. Dalam tulisannya juga dijelaskan
bahwa topik kalimat adalah suatu konstituen linguistik pada property sintaksis dan
semantik untuk menghubungkan fungsi dalam proses menghubungkan suatu
kalimat dengan konteks wacana. Sebaiknya, dalam kajian ini kalimat pasif
merupkan salah satu tipe dan struktur kalimat bermarkah yang dianalisis.
11
2.2 Konsep
Seperti telah dijelaskan dalam masalah di atas bahwa penelitian ini adalah
suatu penelitian yang mengkaji kalimat bermarkah dalam Bahasa Inggris. Untuk
lebih jelasnya peneliti menjabarkan beberapa konsep yang nantinya dijadikan
acuan sekaligus petunjuk. Berikut adalah konsep-konsep tersebut.
2.2.1 Kalimat
Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang
biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta
disertai dengan intonasi final (Chaer, 2009:44). Kalimat biasanya terdiri atas
beberapa unsur, antara lain subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.
Kalimat dikatakan sempurna jika minimal memiliki unsur subjek dan predikat;
kecuali kalimat imperatif yang memungkinkan tidak munculnya subjek di dalam
kalimat.
2.2.2 Kalimat Tidak Bermarkah
Kalimat tidak bermarkah dikenal dengan istilah kalimat kanonik. Kalimat
tidak bermarkah ini adalah suatu kalimat deklaratif yang positif. Kalimat
deklaratif secara sintaksis adalah suatu kalimat yang subjeknya selalu hadir dan
biasanya posisinya mendahului kata kerja (Quirk, 1985:803).
Contoh:
He shook his head (62:4)
S V O
‘Dia menggelengkan kepalanya’
12
Bila digambarkan dengan diagram pohon, kalimat ini adalah sebagai
berikut.
K
FN FV
Pro V FN
D N
He shook his head
Perlu ditegaskan bahwa tidak semua kalimat deklaratif positif dapat dianggap
sebagai kalimat kanonik atau tidak bermarkah. Hal ini terjadi karena di dalam
kalimat deklaratif positif itu masih dimungkinkan adanya pola urutan fungsi atau
konstituen yang bermarkah. Kalimat tidak bermarkah adalah suatu kalimat
deklaratif positif dengan pola unsur inti (1) S-V, (2) S-V-C, (3) S-V-A, (4) S-V-O,
(5) S-V-O-C, (6) S-V-O-A, dan (7) S-V-O-O.
2.2.3 Kalimat Bermarkah
Lain halnya dengan kalimat tidak bermarkah, yakni suatu kalimat
deklaratif positif dengan pola fungsi dan struktur tertentu, Kalimat bermarkah
adalah kalimat yang mengandung pemarkah yang berupa penyisipan, pelesapan,
atau perubahan pola urutan frasa atau klausa. Kalimat bermarkah dikenal dengan
istilah kalimat nonkanonik. Pertama, yang termasuk di dalam kalimat bermarkah
itu adalah kalimat deklaratif dengan pola di luar pola (1) S-V, (2) S-V-C, (3) S-V-
A, (4) S-V-O, (5) S-V-O-C, (6) S-V-O-A, dan (7) S-V-O-O. Kalimat-kalimat lain
13
yang digolongkan ke dalam kalimat bermarkah adalah Kalimat deklaratif negatif,
kalimat introgatif, kalimat imperatif, dan kalimat esklamatori.
Berikut adalah salah satu contoh kalimat bermarkah bila digambarkan
dengan diagram pohon.
K
FN FV
Pro Neg FV
V FN FN
Pro D N
She doesn’t see me every week
2.2.4 Struktur Informasi
Berbicara tentang masalah kebermarkahan tidak terlepas dengan struktur
informasi sebuah kalimat. Pengertian struktur informasi yang dijadikan acuan
dalam penelitian ini adalah pengertian struktur informasi yang dikemukakan oleh
Lambrecth (1994:5) sebagai berikut:
“Struktur informasi adalah komponen tata bahasa kalimat yang proposisinya sebagai gambaran konseptual keadaan yang dihubungkan dengan struktur leksikogramatikal sesuai dengan keadaaan mental lawan bicara yang menggunakan dan menginterpretasikan struktur-struktur ini sebagai unit informasi dalam konteks wacana tertentu”.
2.3 Landasan Teori
Penelitian ini mempunyai dua masalah yang mendasar, yaitu (1) tipe dan
struktur konstituen kalimat bermarkah dan (2) informasi yang ditonjolkan oleh
14
kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris. Secara umum masalah-masalah itu
dianalisis berdasarkan teori sintaksis, yakni teori struktur informasi
(informational packaging theory) dan teori transformasi (transformational
theory). Secara tidak langsung penelitian ini memerlukan teori yang akan
menjawab tiap-tiap permasalah tersebut. Permasalahan pertama tentang tipe dan
struktur konstituen kalimat bermarkah bahasa Inggris dijawab dengan
menggunakan teori struktur informasi yang dikemukakan oleh Lambrecht (1994)
dan dibantu dengan teori transformasi yang dikemukakan oleh Radford (1988).
Teori transformasi ini khusus digunakan untuk membahas struktur konstituen
kalimat bermarkah. Permasalahan kedua tentang informasi yang ditonjolkan oleh
kalimat bermarkah dijawab dengan teori yang sama dengan masalah pertama,
yakni teori struktur informasi yang dikemukakan oleh Lambrecth (1994),
Huddleston dan Pullum (2008).
2.3.1 Teori Struktur Informasi
Permasalahan pertama dan kedua, yakni tipe kalimat bermarkah dan
informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris dijawab
dan dianalisis berdasarkan teori struktur informasi yang dikemukakan oleh
Lambrecth dan dibantu oleh Huddleston dan Pullum.
15
2.3.1.1 Tipe kalimat bermarkah
Menurut teori struktur informasi yang dikemukakan oleh Huddleston dan
Pullum (2008) di atas, tipe kalimat deklaratif positif yang bermarkah dalam
bahasa Inggris dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Kalimat pasif
Contoh:
Her son was arrested by the police (Huddlestone dan Pullum, 2008: 238).
‘Anaknya ditangkap oleh polisi itu’.
Contoh kalimat di atas dimarkahi oleh kata kerja bantu was dan frasa preposisi by
the police. Kalimat di atas mempunyai bentuk kanonik sebagai berikut.
The police arrested her son.
‘Polisi itu menangkap anaknya’.
b. Kalimat ekstraposisi
Contoh:
It disturbs her that he was acquitted (Huddlestone dan Pullum, 2008: 247).
‘Itu mengganggu dia (perempuan) bahwa dia (laki-laki) dibebaskan’.
Kalimat ini dimarkahi oleh adanya dummy it. It dalam kalimat ini mengacu pada
suatu klausa. Kalimat ini mempunyai bentuk kanonik:
That he was acquitted disturbs her.
‘Bahwa dia (laki-laki) dibebaskan menganggu dia (perempuan)’.
c. Kalimat eksistensial
Contoh:
There were some keys near the safe (Huddlestone dan Pullum, 2008: 239).
‘Ada beberapa kunci dekat peti besi itu’.
Kalimat ini dimarkahi oleh adanya dummy there dan displaced subjek. Kalimat
bermarkah ini mempunyai bentuk tidak bermarkah sebagai berikut.
16
Some keys were near the safe.
‘Beberapa kunci berada dekat peti besi’.
d. Kalimat it cleft
Contoh:
It was Sue who introduced Jim to Pat (Huddlestone dan Pullum, 2008:
251).
‘Suelah yang memperkenalkan Jim kepada Pat’.
Kalimat ini hampir sama dengan kalimat ekstraposisi, yakni dimarkahi oleh
dummy it. Dalam kalimat ini it mengacu pada frasa nomina; pada kalimat di atas it
mengacu pada Sue. Kalimat ini mempunyai bentuk kanonik:
Sue introduced Jim to Pat.
‘Sue memperkenalkan Jim kepada Pat’.
e. Kalimat pseudo cleft
Contoh:
What we need is more time (Huddlestone dan Pullum, 2008: 254).
‘Apa yang kita perlukan adalah waktu yang lebih’
Kalimat ini dimarkahi oleh perluasan klausa yang disebabkan oleh penambahan
kata what ‘apa’ sehingga kalimat di atas menjadi dua klausa. Kalimat ini
mempunyai bentuk kanonik sebagai berikut.
We need more time.
‘Kita memerlukan waktu yang lebih’.
f. Kalimat dislokasi
Contoh:
One of my cousins, she has triplets (Huddlestone dan Pullum, 2008: 255).
‘Satu dari sepupu saya, dia mempunyai anak kembar tiga’.
17
Kalimat di atas dimarkahi oleh adanya frasa nomina yang terletak di kiri atau
kanan dari sebuah klausa atau kalimat. Frasa nomina yang ekstra di atas adalah
one of my cousins. Kalimat ini mempunyai bentuk yang tidak bermarkah sebagai
berikut:
She has triplets.
‘Dia mempunyai anak kembar tiga’.
g. Kalimat preposing, postposing, dan inversi
1. Preposing
Contoh:
Some of them he hadn’t even read (Huddlestone dan Pullum, 2008: 256).
‘Beberapa dari itu (benda jamak) dia bahkan belum baca’.
Kalimat preposing dimarkahi oleh pergeseran frasa ke depan dari subjek; some of
them mengalami preposing. Dalam bentuk kanoniknya kalimat di atas adalah
sebagai berikut.
He hadn’t even read some of them.
‘Dia bahkan belum membaca beberapa dari itu (benda jamak)’.
2. Postposing
Contoh:
A man came in whom I’d never seen before (Huddlestone dan Pullum,
2008: 257).
‘Seorang laki-laki masuk yang tidak pernah saya temui sebelumnya’.
Kalimat postposing dimarkahi oleh pergeseran unsur setelah subjek kalimat.
Klausa whom I’d never seen before mengalami inversi yang seharusnya terletak
18
pada frasa nomina a man karena klausa ini menerangkan a man bukan frasa verba
came in sehingga bentuk kanoniknya adalah sebagai berikut.
A man whom I’d never seen before came in.
‘Seorang laki-laki yang tidak pernah saya temui sebelumnya masuk’.
3. Inversi
Contoh:
On her desk was a bowl of fruit (Huddlestone dan Pullum, 2008: 258).
‘Di atas mejanya ada semangkuk buah’
Kalimat inversi dimarkahi oleh pergeseran antarfrasa di dalam kalimat.
Kalimat ini mempunyai bentuk kanonik sebagi berikut:
A bowl of fruit was on her desk.
‘Semangkuk buah ada di atas meja’.
h. Kalimat reduksi
Contoh:
I’d like to go with you but I can’t _____ (Huddlestone dan Pullum, 2008:
258).
‘Saya ingin pergi dengan kamu, tetapi saya tidak bisa ____’
Kalimat ini dimarkahi oleh pelesapan unsur di dalam kalimat. Unsur yang lesap
itu merupakan informasi lama. Kalimat ini direkonstruksi dalam bentuk
kanoniknya menjadi:
I’d like to go with you but I can’t go with you.
‘Saya ingin pergi bersama kamu, tetapi saya tidak bisa pergi bersama
kamu’.
19
2.3.1.2 Informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah
Menurut Lambrecht (1994) informasi yang ditonjolkan oleh suatu struktur
informasi adalah sebagai berikut.
2.3.1.2.1 Topik
. Lambretch (1994: 117) menyatakan bahwa topik dan fokus merupakan dua
status informasi primer yang mungkin dimiliki oleh ungkapan-ungkapan dalam
suatu tuturan. Topik suatu kalimat adalah entitas yang merupakan perihal yang
diungkapkan oleh satu proposisi atau kalimat. Konsep topik dalam penelitian ini
mengacu pada konsep ”subjek” dalam tata bahasa tradisional. Meskipun konsep
topik diadopsi dari konsep “subjek” menurut tata bahasa tradisional, kedua istilah
ini (topik dan subjek) tidak bisa dibaurkan. Topik tidak harus subjek gramatikal.
Sebaliknya, subjek gramatikal tidak harus topik. Topik kadang-kadang
didefinisikan sebagai suatu ungkapan scene-setting atau satu elemen yang
merupakan a spatial, temporal, atau kerangka kerja individual di tempat predikasi
pokok berada.
Secara garis besar topik dapat dikelompokkan menjadi dua yakni topik tak
berpemarkah dan topik berpemarkah (Givon, 1990: 740-777). Topik tidak
berpemarkah ini biasanya mengacu pada sebuah frasa (biasanya frasa nomina)
yang serupa dengan subjek gramatikal dalam klausa kanonik. Apabila suatu
peristiwa atau keadaan ingin ditopikkan, maka peristiwa itu harus dinominalisasi
sehingga secara sintaksis peristiwa itu berperilaku seperti sebuah nomina.
20
2.3.1.2.2 Fokus
Menurut Lambrecht (1994: 206) fokus adalah sistem gramatikal yang
bertugas untuk menjelaskan jangkauan penonjolan dalam suatu tuturan, sebagai
lawan dari praanggapan pragmatik. Fokus juga dijelaskan sebagai pelengkap dari
suatu topik (complement of topic). Hubungan kedua gagasan tersebut (topik dan
fokus) dengan konsep lain sering diistilahkan dengan theme dan rheme yang
saling melengkapi. Dilihat dari medan maknanya fokus dapat dibagi menjadi dua,
yakni fokus sempit dan fokus luas.
a. Fokus sempit adalah suatu fokus yang membentang hanya pada satu
konsituen, seperti frasa nomina (FN).
b. Fokus luas adalah suatu fokus yang menjangkau lebih dari satu
konstituen.
Dari segi hierarkinya fokus dapat dibagi menjadi fokus predikat dan fokus
kalimat.
a. Fokus predikat
Fokus tipe ini pada umumnya tidak berpemarkah yang strukturnya sejajar
dengan struktur ‘topik-komen’ dalam suatu kalimat. Fokus ini ditemukan
dalam kalimat yang subjeknya berstruktur informasi sebagai topik yang
berada dalam medan pragmatik praanggapan. Medan fokus ini
diungkapkan oleh verba dan predikasi yang mengikuti topik tersebut.
b. Fokus kalimat
Ada suatu perbedaan antara struktur fokus predikat dengan fokus kalimat.
Struktur fokus kalimat ini tidak memiliki unsur topik. Secara formal dalam
21
struktur fokus ini tidak ada praanggapan pragmatik yang ditimbulkan,
kecuali fitur praanggapan yang tidak bersifat khusus
(Lambretch,1994:233). Medan fokus kalimat ini mencakup kalimat secara
utuh.
2.3.2 Teori Transformasi
Masalah pertama penelitian ini adalah tentang bagaimanakah tipe dan
struktur konstituen dari kalimat bermarkah dalam Bahasa Inggris. Khusus
berkenaan dengan masalah struktur konstituen, permasalahan ini dijawab melalui
suatu teori sintaksis yakni teori transformasi yang dikemukakan oleh Radford.
Menurut Radford (1988; 401 – 457) struktur konstituen suatu kalimat terdiri atas
dua level, yakni level struktur dalam (D – Structure) dan level struktur luar (S –
Structure). Level S – Struture ditentukan oleh base of the grammar yang terdiri
atas komponen kategori dan leksikon. Bila digambarkan dengan diagram,
hubungan level D – Structure dengan S – Structure menurut teori transformasi
adalah sebagai berikut.
22
BASE
D – Structures
MOVEMENT TRANSFORMATION
S – Structures
D – Structure dan S – Structure dihubungkan oleh sekelompok pergeseran
struktur (movement) yang secara teknis dikenal dengan istilah transformasi.
Teori transfrormasi dihubungkan dengan topik ini, yakni kalimat bermarkah
bahwa dalam kalimat bermarkah pada umumnya terdapat pergeseran struktur
konstituen dari bentuk kanonik menjadi nonkanonik. Menurut teori ini
pergeseran struktur itu meliputi pergeseran kata kerja ( V movement), pergeseran
kata kerja bantu (I movement), pergeseran frasa nomina (NP movement), dan
ekstraposisi (extraposition). I adalah singkatan dari Imfl yang merupakan istilah
lain dari kata kerja bantu dalam teori ini.
a. Pergeseran kata kerja (V movement)
Struktur dalam : John ( I ) ( VP (V annoy ) me)
V movement
Struktur luar : John ( I annoys) ( VP me)
23
b. Pergeseran kata kerja bantu (I movement)
Struktur dalam : ( C ) (S he (I will) (VP tell the truth) )
I movement
Struktur luar : (C will) ( S he (I ) (VP tell the truth) )?
c. Pergeseran frasa nomina (NP movement)
S
NP I VP
e Will AUX V’
be V NP NP
given Mary nothing
NP MOVEMENT
d. Ektraposisi (Extraposition)
Struktur dalam : (A review of my latest book ) has just appeared
Extraposition
Struktur luar : (A review) has just appeared of my latest book
24
2.4 Model Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tentang kalimat bermarkah dalam bahasa
Inggris pada novel Desecration. Tindakan pertama adalah menentukan novel yang
berbahasa Inggris. Kemudian, novel tersebut disimak untuk mendapatkan kalimat
bermarkah. Kalimat bermarkah tersebut dianalisis dengan masing-masing teori
yang relevan sebagai berikut.
1. Tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris
dianalisis dengan menggunakan teori struktur informasi dan dibantu
dengan menggunakan teori transformasi.
2. Informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris
dianalisis dengan menggunakan teori struktur informasi.
Berikut adalah model penelitian kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris
pada novel Desecration.
25
Bahasa Inggris
Kalimat bermarkah
Tipe dan struktur
konstituen kalimat
Analisis
Temuan
Informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah
Novel
Teori struktur informasi dan teori transformasi
Teori struktur informasi
26
BAB III
METODE PENELITIAN
Untuk mendapatkan gambaran yang holistik tentang kalimat bermarkah
bahasa Inggris maka digunakan tiga macam metode dan teknik sesuai dengan
tahapan strateginya. Ketiga macam metode dan teknik itu adalah (1) metode dan
teknik pengumpulan data, (2) metode dan teknik analisis data, dan (3) metode dan
teknik penyajian hasil analisis. Pada bab ini dideskripsikan secara terperinci ketiga
metode dan teknik yang digunakan dalam meneliti kalimat bermarkah dalam
bahasa Inggris pada novel Desecration.
3.1 Pendekatan Penelitian
Dalam suatu penelitian ilmiah diperlukanlah suatu pendekatan (approach)
untuk membedakan apakah penelitian itu tergolong kuantitatif, kualitatif, atau
campuran (kuantitatif-kualitatif). Pendekatan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif karena adanya beberapa indikator yang mencirikan bahwa
kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Indikator-indikator itu
menggunakan metode kualitatif dan deskriptif. Pada penelitian kualitatif analisis
data bukanlah berupa angka-angka, tetapi berupa kata-kata atau gambaran sesuatu.
Pendekatan ini menguraikan atau mendeskripsikan bagaimana tipe dari kalimat
bermarkah, struktur konstituen kalimat bermarkah, dan informasi yang
ditonjolkan oleh kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris.
27
3.2 Jenis dan Sumber Data
3.2.1 Jenis Data
Jenis data yang dikaji dalam penelitian ini adalah data primer. Semua data
diambil dari novel. Data ini sepenuhnya menjadi realita kebahasaan yang diamati
oleh peneliti.
3.2.2 Sumber Data
Data penelitian ini bersumber dari sumber tulisan, yaitu karya sastra novel
yang berjudul “Desecration” yang ditulis oleh Jekins (2002). Novel ini
diterbitkan oleh penerbit Tyndale House Publishers, Inc. di Amerika Serikat
(USA). Novel ini terdiri atas 407 halaman dan sasaran dari novel ini adalah orang
dewasa. Pemilihan sumber data pada novel Desecration didasari oleh beberapa
pertimbangan yaitu sebagai berikut.
a. Bahasa yang digunakan dalam novel ini adalah bahasa Inggris
sehingga cocok dengan bahasa yang ingin diteliti.
b. Pada kenyataannya dalam novel ini banyak kalimat bermarkah
ditemukan sehingga kalimat-kalimat ini sangat relevan dijadikan data
penelitian.
c. Kalimat-kalimat bermarkah yang ditemukan dalam novel ini sangat
bervariasi sehingga mampu memberikan tipe-tipe kalimat bermarkah.
d. Ragam bahasa yang digunakan dalam novel ini mencerminkan bahasa
standar Bahasa Inggris sehingga cukup mewakili data realita bahasa
Inggris.
28
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode dan teknik pengumpulan data adalah tindakan pertama dalam
penelitian ilmiah. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode simak, sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
teknik catat. Metode simak adalah suatu metode yang digunakan untuk
memperoleh data dengan melakukan penyimakan penggunaan bahasa (Mahsun,
2005). Semua kalimat dalam novel ini disimak sehingga kalimat bermarkah bisa
ditemukan. Setelah penggunaan kalimat bermarkah ditemukan dalam sumber data
(novel) maka data itu, yang berupa kalimat bermarkah, diberi tanda khusus
dengan alat tulis stabilo. Pemberian tanda khusus ini dimaksudkan untuk
mempermudah pencatatan dan menghindari adanya hal-hal yang dilupakan dalam
pengumpulan data. Tindakan berikutnya adalah mencatat data tersebut dalam
lembaran kerja yang sudah disediakan sedemikian rupa.
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data
Tahapan analisis data merupakan tahapan kedua dalam penelitian ilmiah
dan merupakan tahapan yang sangat menentukan karena pada tahapan ini kaidah-
kaidah yang mengatur keberadaan objek penelitian harus diperoleh. Pada
penelitian ini digunakan metode padan intralingual. Menurut Mahsun (2005: 118)
metode padan intralingual adalah metode analisis dengan cara
menghubungbandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat
dalam satu bahasa maupun dalam bahasa yang berbeda. Analisis data dapat
dilakukan apabila data penelitian tersebut telah diseleksi dan diklasifikasikan.
29
Kegiatan analisis data dalam penelitian ini diawali oleh identifikasi data,
yakni data diidentifikasi dengan mengunakan tanda-tanda yang berbeda untuk
setiap data yang berbeda. Setelah itu, kegiatan analisis data dilakukan melalui tiga
tahapan. Tahapan-tahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut. Pertama,
menentukan tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris.
Kedua, menentukan informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah (marked)
dalam bahasa Inggris.
3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Penyajian hasil analisis data merupakan langkah terakhir yang dilakukan
peneliti dalam rangkaian kegiatan penelitian. Tahapan ini merupakan
penyempurnaan dari tahapan-tahapan sebelumnya. Dua metode, yaitu metode
informal dan metode formal digunakan dalam penelitian ini. Metode informal
adalah suatu metode penyajian hasil analisis data yang perumusannya dengan
menggunakan kata-kata biasa, termasuk penggunaan terminologi yang bersifat
teknis. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, kalimat bermarkah Bahasa Inggris
dianalisis berdasarkan tipe, struktur konstituen, dan informasi yang ditonjolkan
oleh kalimat bermarkah tersebut dengan deskripsi berupa kata-kata biasa. Kata-
kata itu membentuk suatu kalimat. Kalimat-kalimat dirangkaikan menjadi
paragraf yang padu sehingga terbentuk suatu wacana berupa laporan penelitian.
Metode kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode formal,
yaitu suatu metode yang perumusannya dengan menggunakan tanda-tanda atau
lambang-lambang. Misalnya, penggunaan tanda bintang ( * ) yang menyiratkan
30
makna bahwa kata, frasa, atau kalimat yang diisi tanda bintang tersebut adalah
suatu konstruksi yang tidak gramatikal (ungrammatical). Diagram sebagai salah
satu bentuk metode formal juga digunakan dalam mempresentasikan analisis hasil
penyajian data khususnya analisis struktur konstituen kalimat bermarkah serta
tanda- tanda lain yang digunakan dalam penelitian ini seperti tanda kurung (…).