49
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Profesi di bidang hukum merupakan profesi luhur yang terhormat atau profesi mulia (nobile officium) dan sangat berpengaruh di dalam tatanan kenegaraan. Profesi di bidang hukum, diantaranya: Polisi, Advokat, Jaksa, Hakim, serta Notaris dan juga Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) merupakan pilar-pilar utama dalam penegakan supremasi hukum untuk menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan intregitas yang tinggi dari masing-masing aparat penegak hukum tersebut mutlak dibutuhkan sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan kewenangannya masing-masing. Profesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai moral profesi yang harus ditaati oleh aparatur hukum yang menjalankan profesi tersebut, yaitu sebagai berikut: kejujuran, otentik, bertanggung jawab, kemandirian moral, dan keberanian moral. 1 Notaris sebagai salah satu pilar penegakan hukum nasional, dalam menjalankan profesinya selain harus berdasarkan pada Undang-undang, juga harus memegang teguh nilai-nilai moral profesi tersebut. Notaris merupakan profesi hukum dan dengan demikian profesi Notaris adalah suatu profesi mulia (nobile officium), hal tersebut dikarenakan profesi Notaris sangat erat hubungannya dengan kemanusiaan. Akta yang dibuat oleh notaris dapat menjadi 1 Abdulkadir Muhammad, 2001, Etika Profesi Hukum. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Profesi di bidang hukum merupakan profesi luhur yang terhormat atau

profesi mulia (nobile officium) dan sangat berpengaruh di dalam tatanan

kenegaraan. Profesi di bidang hukum, diantaranya: Polisi, Advokat, Jaksa, Hakim,

serta Notaris dan juga Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) merupakan pilar-pilar

utama dalam penegakan supremasi hukum untuk menjalankan strategi

pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan intregitas yang tinggi dari

masing-masing aparat penegak hukum tersebut mutlak dibutuhkan sesuai dengan

tugas pokok, fungsi dan kewenangannya masing-masing.

Profesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai

moral profesi yang harus ditaati oleh aparatur hukum yang menjalankan profesi

tersebut, yaitu sebagai berikut: kejujuran, otentik, bertanggung jawab,

kemandirian moral, dan keberanian moral.1

Notaris sebagai salah satu pilar penegakan hukum nasional, dalam

menjalankan profesinya selain harus berdasarkan pada Undang-undang, juga

harus memegang teguh nilai-nilai moral profesi tersebut. Notaris merupakan

profesi hukum dan dengan demikian profesi Notaris adalah suatu profesi mulia

(nobile officium), hal tersebut dikarenakan profesi Notaris sangat erat

hubungannya dengan kemanusiaan. Akta yang dibuat oleh notaris dapat menjadi

1 Abdulkadir Muhammad, 2001, Etika Profesi Hukum. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

hlm. 4

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

2

alas hukum atas status harta benda, hak dan kewajiban seseorang.Kekeliruan atas

akta Notaris dapat menyebabkan tercabutnya hak seseorang atau terbebaninya

seseorang atas suatu kewajiban.2

Sejalan dengan perkembangan dari hukum dan kebutuhan akan

masyarakat terhadap pengguna jasa notaris, telah terbentuk Undang-Undang

Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

disebut UUJN) jo. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya

disebut UUJN-P), dengan maksud untuk menggantikan ketentuan Reglement of

Het Notaris Ambt in Indonesia (S.1860 No. 3) tentang Peraturan Jabatan Notaris

(untuk selanjutnya disebut PJN) yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan

hukum dan kebutuhan masyarakat. UUJN jo. UUJN-P tersebut diharapkan dapat

memberikan perlindungan hukum,baik kepada masyarakat maupun terhadap

notaris itu sendiri dan juga diharapkan lebih baik dari pada peraturan perundangan

yang digantikannya. Dalam UUJNjo. UUJN-Ptersebut telah diatur ketentuan yang

berkaitan dengan hak ingkar notaris dan pengawasan terhadap pelaksanaan

jabatan notaris.

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUJN-Pdinyatakan bahwaNotaris adalah

pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan

memilikikewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini

atau berdasarkan undang-undanglainnya. Tujuannya adalah agar akta tersebut

dapat digunakan sebagai bukti yang kuat jika suatu saat terjadi perselisihan antara

2 Abdul Ghofur Anshori, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia, Perspektif Hukum dan

Etika.UII Press, Yogyakarta, hlm. 25

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

3

para pihak atau ada gugatan dari pihak lain. Jika hal ini terjadi tidak menutup

kemungkinan bahwa notaris akan ikut terkait dalam persoalan tersebut.

Notaris sebagai pejabat yang berpijak pada ranah hukum (seperti halnya

advokat, hakim, jaksa, polisi) membuat notaris secara langsung ataupun secara

tidak langsung mempunyai hak selain membuat akta otentik, juga untuk menjaga

lancarnya proses hukum yang terjadi, termasuk di dalamnya berkaitan dengan

proses di peradilan, baik di dalam peradilan pidana maupun perdata. Proses

peradilan yang dimaksudkan disini sangat erat kaitannya dengan pembuktian, baik

pembuktian dengan tulisan dan juga pembuktian dengan kesaksian.

Pada proses peradilan pidana, di dalamnya akan terdapat proses

pembuktian yang menekankan pada alat bukti yang berdasarkan Pasal 184

KUHAP, yaitu Keterangan saksi, Keterangan ahli, Surat, Petunjuk, dan juga

Keterangan terdakwa. Dalam Pasal 1866 KUHPerdata, yang dapat menjadi alat

bukti adalah Bukti tulisan, Bukti dengan saksi-saksi, Persangkaan, Pengakuan,

Sumpah, dan Segala sesuatunya dengan mengindahkan aturan-aturan yang

ditetapkan dalam KUHPerdata. Seiring perjalanan waktu, pada kasus tertentu para

pihak yang berperkara dapat diwakili oleh Pengacara, Jaksa, ataupun pihak-pihak

yang bersangkutan dan pengadilan merasa perlu untuk menghadirkan notaris

sebagai saksi berkaitan dengan akta yang telah dibuatnya.Dalam hal terjadi

sengketa, akta otentik yang merupakan alat bukti terkuat dan terpenuh dapat

memberikan sumbangan nyata bagi penyelesaian sengketa.

Keberadaan notaris sebagai saksi, jika dikaitkan dengan eksistensi

jabatannya dalam bidang hukum yang mempunyai hak untuk mendukung

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

4

lancarnya suatuproses hukum, termasuk juga proses peradilan, kiranya bukanlah

merupakan masalah. Dengan kata lain, wajar saja bilamana notaris berperan

sebagai saksi dalam suatu proses peradilan. Pada sisi lain, notaris dalam

menjalankan jabatannya selaku pejabat umum, selain terkait pada suatu peraturan

jabatan, juga terkait pada sumpah jabatan yang diucapkannya pada saat diangkat

sebagai notaris dimana notaris wajib untuk merahasiakan isi akta dan keterangan

yang diperolehnya sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (2)UUJNyang

menyatakan bahwa, “saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang

diperoleh dalam pelaksanakan jabatan saya”.

Selanjutnya dalam Pasal 16 ayat (1) huruf fUUJN-Pdijelaskan bahwa,

dalam menjalankan jabatannya, notaris berkewajibanmerahasiakan segala sesuatu

mengenai Akta yang dibuatnya dan segala keterangan yangdiperoleh guna

pembuatan Akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-

undangmenentukan lain. Lebih lanjut dalam Pasal 54 ayat (1) UUJN-P dijelaskan

bahwa,

Notaris hanya dapat memberikan, memperlihatkan, atau memberitahukan

isi Akta, Grosse Akta,Salinan Akta atau Kutipan Akta, kepada orang yang

berkepentingan langsung pada Akta, ahli waris,atau orang yang

memperoleh hak, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-

undangan.

Penggunaan hak untuk merahasiakan sesuatu yang berkaitan dengan

jabatan diatur pula dalam hukum acara pidana, hukum perdata, dan Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana. Pasal 170 ayat (1) KUHAP menyatakan bahwa, mereka

yang karena pekerjaan, harkat, martabat, atau juga jabatannya diwajibkan untuk

menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari penggunaan hak untuk

memberikan keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

5

kepadanya. Selanjutnya dalam Pasal 1909 ayat (2) KUHPerdata dinyatakan

bahwa, segala siapa yang karena kedudukannya, pekerjaannya, atau jabatannya

menurut undang-undang, diwajibkan merahasiakan sesuatu, namun hanyalah

semata-mata mengenai hal-hal yang pengetahuannya dipercayakan kepadanya

sebagaimana demikian. Pasal 322 ayat (1) KUHPidana menyatakan bahwasanya,

barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena

jabatan atau pencahariannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam

dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak

enam ratus rupiah.

Sejak saat berlakunya UUJNjo. UUJN-P, Pengadilan Negeri tidak

berwenang lagi untuk melakukan pengawasan terhadap notaris, pengawasan

dilakukan oleh Menteri Hukum dan HAM sebagaimana ketentuan Pasal 67 ayat

(2) UUJN, yang menyatakan bahwa dalam melaksanakan pengawasan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Menteri membentukMajelis Pengawas.

Pengawasan atas notaris dilakukan oleh Menteri dengan membentuk Majelis

Pengawas yang terdiri dari Majelis Pengawas Pusat (MPP), Majelis Pengawas

Wilayah (MPW), dan Majelis Pengawas Daerah (yang selanjutnya disebut

MPD).3

Menurut Pasal 67 ayat (3) UUJN-Pdinyatakan bahwa:

Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berjumlah 9

(sembilan) orang, terdiri atasunsur:

a. Pemerintah sebanyak 3 (tiga) orang;

b. Organisasi Notaris sebanyak 3 (tiga) orang; dan

c. Ahli atau akademisi sebanyak 3 (tiga) orang

3Muhammad Ilham Arisaputra, 2012, Kewajiban Notaris Dalam Menjaga Kerahasiaan

Akta Dalam Kaitannya dengan Hak Ingkar Notaris, Jurnal Perspektif, Vol. XVII No. 3, Edisi

September 2012, hlm. 175

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

6

Dengan adanya lembaga pengawas sebagaimana yang dimaksudkan dalam

UUJNjo. UUJN-P, idealnya pelaksanaan jabatan notaris dapat dilaksanakan

dengan profesional, jujur, amanat, dan juga mandiri. Dengan demikian pada

akhirnya dapat melayani dan membantu masyarakat dengan sepenuh hati dan

mendukung kepastian hukum yang berkeadilan.

Seorang notaris dalam menjalankan pelayanannya harus berhati-hati,

karena kelalaian yang dibuatnya dapat menimbulkan masalah hukum di kemudian

hari sehingga notaris dapat diperhadapkan dengan proses peradilan, dimana

notaris harus memberikan keterangannya ataupun menyerahkan fotokopi minuta

akta. Meskipun para notaris itu cenderung menolak untuk memberikan keterangan

dengan berlindung pada rahasia jabatan. Pasal 66 ayat (1)UUJN-P, bahwa:

Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau

hakim dengan persetujuanMajelis Kehormatan Notaris berwenang:

a. Mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan

pada Minuta Akta atauProtokol Notaris dalam penyimpanan Notaris;

dan

b. Memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan

dengan Akta atauProtokol Notaris yang berada dalam penyimpanan

Notaris

Berdasarkan Pasal 66 ayat (1) UUJN-Ptersebut di atas, maka notaris yang

telah melakukan kelalaian tidak dapat serta merta menolak untuk memberi

keterangan dengan alasan rahasia jabatan, oleh karena dalam ketentuan tersebut

menentukan bahwasanya untuk kepentingan proses peradilan, maka dapat

dilakukan pengambilan fotokopi minuta akta dan pemanggilan notaris untuk

memberi keterangan setelah memperoleh persetujuan dari Majelis Kehormatan

Notaris (MKN). Dalam hal inilah sebenarnyakeberadaan Majelis Kehormatan

Notaris sangat strategis.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

7

Ketentuan Pasal 66 ayat (1) UUJN-P disebutkan bahwa untuk kepentingan

proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan persetujuan

Majelis Kehormatan Notaris berwenang :

1. Mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada

Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris;dan

2. Memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan

Akta atau Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris.

Pasal 66 ayat (1) UUJN-P tersebut secara jelas menentukan tentang

lembaga yang memberikan persetujuan untuk dapat dipanggilnya dan/atau

diambilnya Minuta Akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta

atau protokol notaris dalam penyimpanan notaris. Namun dalam Pasal 66A ayat

(3) disebutkan bahwa mengenai Majelis Kehormatan Notaris (MKN) ini akan

diatur dengan Peraturan Menteri tetapi hingga saat ini peraturan tersebut belum

ada. Berdasarkan ketentuan Pasal 66A UUJN-P tersebut, maka dalam proses

memberikan persetujuan MKN harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu.

Pemeriksaan yang dilakukan yaitu dengan melakukan sidang pelaksanaan jabatan

notaris terhadap seorang notaris. Setelah dilakukan pemeriksaan, hasil akhir dari

pemeriksaan MKN dituangkan dalam bentuk Surat Keputusan yang isinya

memberikan persetujuan atau menolak permintaan Penyidik, Penuntut Umum atau

Hakim.4

4Sri Utami, 2015, Perlindungan Hukum Terhadap Notaris Dalam Proses Peradilan

Pidana Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Jurnal Repertorium, ISSN : 2355-2646, Edisi 3,

Januari-Juni 2015, hlm. 91

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

8

Menurut Habib Adjie bahwa, para notaris berharap mendapatkan

perlindungan yang proporsional dalam menjalankan tugas-tugas jabatannya

sebagai seorang notaris, setidaknya ada pemeriksaan yang adil dan transparan dan

ilmiah ketika Majelis Pengawas Daerah (MPD) memeriksa notaris atas

permohonan pihak kepolisian, kejaksaan, atau pun pengadilan.5

Sebagai salah satu perangkat hukum, di satu sisi notaris mempunyai hak

ingkar sebagai pejabat umum yang profesional dengan harus memegang sumpah

jabatannya untuk tidak memberitahu isi aktanya, di sisi lain notaris harus berdiri

pada kepentingan negara yang mana mengacu pada kepentingan publik guna

terselesainya proses hukum dalam peradilan sehingga menghasilkan putusan yang

adil, bermanfaat dan menjamin kepastian, sebagaimana yang telah diatur dalam

kalimat terakhir pada Pasal 16 ayat (1) huruf fUUJN-P, bahwa kecuali undang-

undang menentukan lain, dan kalimat terakhir Pasal 54 ayat (1) UUJN-P bahwa,

kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan. Dalam tersebut

terkesan seorang notaris bisa memberitahukan isi akta pada pihak yang tidak

berkepentingan terhadapnya seperti pihak kepolisian asal didukung peraturan

perundang-undangan.

Salah satu contoh terjadinya pemanggilan Notaris oleh Polisi tanpa

mendapat persetujuan dari Majelis Pengawas Daerah (MPD), dialami oleh salah

seorang Notaris di Jakarta Selatan, Notaris tersebut menolak untuk memenuhi

pemanggilan tersebutdan mengirim surat kepada Kepolisian untuk meminta

persetujuan terlebih dahulu kepada MPD Jakarta Selatan, agar Kepolisian

5Habib Adjie, 2008, Hukum Notaris Indonesia: Tafsir Tematik terhadap UU No. 30

Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Alumni, Bandung, hlm. 228

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

9

mendapat persetujuan terlebih dahuludari MPD Jakarta Selatan, kemudian karena

ditolaknya pemanggilan tersebut, Polisimengirim surat meminta persetujuan dari

MPD Jakarta Selatan, tapi MPD JakartaSelatan tidak memberikan persetujuan

agar Notaris tersebut datang memenuhi SuratPanggilan tersebut. Polisi sekali lagi

melakukan pemanggilan melalui Surat Panggilan ke II, dengan ancaman bila

masih juga Notaris tersebut tidak datang menghadap kekantor Kepoloisian, maka

Polisi akan melakukan penangkapan dan penahananberdasarkan Pasal 16 huruf f

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentangKepolisian, yang mengatur

mengenai wewenang polisi selaku penyidik memanggilseseorang untuk didengar

dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi serta ketentuanUndang-Undang Nomor

8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum AcaraPidana/KUHAP,

Pasal 7 ayat (1) huruf g, Pasal 11, Pasal 112 ayat (1) dan ayat (2),Pasal

113KUHAP dan Pasal 1909 KUHPer.

Akan tetapi sejak keluarnya Putusan Mahkamah KonstitusiNomor

49/PUU-X/2012 yang mencabut Pasal 66 ayat (1), khususnya pada frasa tentang

kewajiban untuk mendapatkan persetujuan dari MPD, pihak Kepolisian dapat

memanggil dan memeriksa Notaris tanpa persetujuan dari MPD. Dalam hal

pemanggilan kepada Notaris sebagai saksi oleh Kepolisian, Notaris tersebut harus

hadir. Penggunaan hak ingkar Notaris dilakukan apabila Notaris dimintai

keterangan terkait dengan isi akta yang telah dibuatnya tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

lebih lanjut guna penyusunan tesis dengan mengambil judul “Analisis Yuridis

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

10

Tentang Hak Ingkar Notaris Menurut Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode

Etik Notaris”

Menelusuri kepustakaan ternyata belum begitu banyak hasil penelitian dan

karya ilmiah yang berkaitan dengan hak ingkar notaris.Berdasarkan pengamatan

penulis, penelitian tentang analisis yuridis tentang hak ingkar notaris menurut

Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris sampai saat ini belum

pernah ada. Akan tetapi apabila ternyata pernah dilaksanakan penelitian yang

sama atau sejenis, maka penelitian ini diharapkan dapat melengkapinya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas, maka

permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan hak ingkar notaris dalam hal dilakukan pemeriksaan

terhadap notaris berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik

Notaris?

2. Bagaimana penyelesaian hukumnya apabila notaris menggunakan hak

ingkarnya pada saat dilakukan pemeriksaan?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang meluas maka ruang lingkup

permasalahan penulis batasi yaitu analisis yuridis tentang hak ingkar notaris

menurut Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

11

1.4. Keaslian Penelitian

Menelusuri kepustakaan ternyata belum begitu banyak hasil penelitian dan

karya ilmiah yang berkaitan dengan hak ingkar notaris.Berdasarkan pengamatan

penulis, penelitian tentang analisis yuridis tentang hak ingkar notaris menurut

Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris sampai saat ini belum

pernah ada. Akan tetapi apabila ternyata pernah dilaksanakan penelitian yang

sama atau sejenis, maka penelitian ini diharapkan dapat melengkapinya. Adapun

judul beserta rumusan masalah penelitian lain yang tidak sama dengan penelitian

ini adalah :

1. Tesis berjudul Tinjauan Yuridis mengenai Rahasia Bank dalam Pemberian

Jasa Notaris Terhadap Bank dan Pengecualian Rahasia Jabatan Notaris yang

disusun pada tahun 2012 oleh Tri Theresa Tarigan Mahasiswi Kenotariatan

Universitas Indonesia. Tesis ini membahas mengenai pengaturan rahasia bank

terkait dengan jasa notaris terhadap bank serta pengaturan rahasia bank dan

rahasia jabatan notaris dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Tesis ini

lebih menekankan pada pengaturan rahasia jabatan notaris, rahasia bank, serta

tindak pidana pencucian uang, sedangkan pada tesis yang akan dibahas

berikut ini lebih menekankan pada analisa yuridis mengenai hak ingkar

Notaris menurut Undang-Undang Jabatan Notaris.

2. Tesis berjudul “Kesaksian Notaris Mengenai Akta Perjanjian Kredit Bank

Berkaitan Dengan Rahasia Jabatan Notaris Dalam Sistem Peradilan Pidana”

yang disusun tahun 2014 oleh I Gusti Ayu Made Semilir Susila Mahasiswi

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

12

Kenotariatan Universitas Udayana Denpasar. Tesis ini membahas mengenai

pembuatan akta yang dilakukan oleh Notaris dalam hal perjanjian kredit di

bank, lebih menekankan pada rahasia bank dan kesaksian notaries terhadap

akta tersebut, sedangkan pada tesis yang akan dibahas berikut ini lebih

menekankan pada analisa yuridis mengenai hak ingkar Notaris menurut

Undang-Undang Jabatan Notaris.

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1. Tujuan Penelitian

1.5.1.1 Tujuan Umum

a. Penelitian ini secara umum bertujuan berupa upaya untuk

mengembangkan Ilmu Hukum terkait dengan paradigma science as a

process (ilmu sebagai proses), dengan paradigma ini ilmu tidak akan

pernah berhenti (final) dalam penggaliannya atas kebenaran.6

b. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan pada

Program Studi Magister (S2) Kenotariatan Program Pascasarjana

Universitas Udayana Denpasar.

1.5.1.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui dan mengkaji pengaturan hak ingkar notaris dalam hal

dilakukan pemeriksaan terhadap notaris berdasarkan Undang-Undang

Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris

6Program Studi Ilmu Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Penulisan Usulan

Penelitian dan Tesis Hukum Normatif, Denpasar, hlm. 30.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

13

b. Untuk mengetahui dan mengkaji penyelesaian hukumnya apabila notaris

menggunakan hak ingkarnya pada saat dilakukan pemeriksaan.

1.5.2. Manfaat Penelitian

1. Memberikan bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pengembangan

ilmu hukum pada umumnya dan bidang Kenotariatan pada khususnya.

2. Sebagai masukan bagi Notaris maupun calon-calon Notaris, agar lebih

mengerti mengenai penggunaan hak ingkar notaris pada pemeriksaan di

Pengadilan.

1.6. Landasan Teoritis

1.6.1 Konsep Hukum

1.6.1.1 Pengertian Notaris

Pasal 1 angka 1 UUJN, notaris didefinisikan sebagaipejabat umum yang

berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana

dimaksud dalam undang-undang ini.Definisi yang diberikan oleh UUJNini

merujuk pada tugas dan wewenang yang dijalankan oleh notaris.Artinya notaris

memiliki tugas sebagai pejabat umum dan memiliki wewenang untuk membuat

akta otentik serta kewenangan lainnya yang diatur oleh UUJN.7

Wewenang notaris bersifat umum sedang wewenang para pejabat lainnya

adalah pengecualian.Itulah sebabnya bahwa apabila di dalam peraturan

perundang-undangan untuk suatu perbuatan hukum diharuskan adanya akta

otentik, maka hal itu hanya dapat dilakukan dengan suatu akta notaris, terkecuali

7Abdul Ghofur Anshori, 2009, Op. Cit, hlm. 14

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

14

peraturan perundang-undangan ada yang menyatakan dengan tagas, atau sebagai

yang satu-satunya berwenang untuk itu.8 Dalam hal demikian berlaku asas lex

specialis derogate legi generali yakni notaris sebagai pejabat yang berwenang

untuk membuat akta disimpangi oleh adanya pejabat lain yang berwenang untuk

membuat akta pengecualian ini dengan didasarkan pada peraturan perundang-

undangan (khusus) lainnya.

Kehadiran notaris sangat penting dalam menciptakan kepastian hukum dan

memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat. Notaris dalam melakukan

pencegahan terjadinya masalah hukum melalui akta autentik yang dibuatnya

sebagai alat bukti yang paling sempurna di pengadilan, apa yang akan terjadi jika

alat bukti yang paling sempurna tersebut kredibilitasnya diragukan.9

Perlunya suatu tanggung jawab baik individual maupun sosial, terutama

ketaatan terhadap norma-norma hukum positif dan kesediaan untuk tunduk pada

Kode Etik Profesi, bahkan merupakan suatu hal yang wajib sehingga akan

memperkuat norma hukum positif yang sudah ada.10

Masyarakat membutuhkan seorang notaris yang dapat diandalkan, dapat

dipercaya, yang tanda tangannya serta segala capnya memberikan jaminan dan

bukti, seorang ahli yang tidak memihak dan penasihat yang tidak ada cacatnya

(onkreukbaar atau unimpeachable), yang tutup mulut, dan membuat suatu

perjanjian yang dapat melindunginya di hari yang akan datang.

8GHS Lumban Tobing, 1983, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, hlm. 34 9Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, 2008, Jati Diri Notaris Indonesia, Gramedia

Pustaka, Jakarta, hlm. 7 10Liliana Tedjosaputro, 1995, Etika Profesi Notaris Dalam Penegakan Hukum Pidana,

Bigraf Publishing, Jakarta, hlm. 4

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

15

Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta yang

memuat kebenaran formal sesuai dengan apa yang diberitahukan para pihak

kepada Notaris. Menurut Subekti,11

yang dinamakan surat akta adalah suatu

tulisan yang semata-mata dibuat untuk membuktikan sesuatu hal atau peristiwa,

karenanya suatu akta harus selalu ditandatangani”. Sedangkan menurut Sudikno

Martokusumo,12

“bahwa yang dinamakan dengan akta adalah surat yang diberi

tanda tangan yang memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar dari suatu hak /

perikatan yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian”. “Sehingga

pembuatan akta Notaris dapat digunakan sebagai pembuktian dalam sebuah

sengketa hukum yang digunakan sebagai alat untuk mengingat kembali peristiwa-

peristiwa yang telah terjadi, sehingga dapat digunakan untuk kepentingan

pembuktian”.13

Pasal 1866 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

disebut KUH Perdata) “bahwa bukti tulisan merupakan salah satu alat bukti

tertulis” Demikian pula dalam Pasal 1867 KUH Perdata menetapkan :

“Pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan-tulisan otentik maupun

dengan tulisan-tulisan dibawah tangan”.

Dalam praktik banyak ditemukan, jika ada akta notaris dipermasalahkan

oleh para pihak atau pihak ketiga lainnya, maka sering pula notaris ditarik sebagai

11R. Subekti, 2006, Pokok-pokok Hukum Perdata, Cetakan ke-XXVIII, Intermasa,

Jakarta, hlm. 178 12Sudikno Martokusumo, 1998, Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi ke-6, Liberty,

Yogyakarta, hlm.142. 13 R. Soegondo Notodiserjo, 1982, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan,

Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 19

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

16

pihak yang turut serta melakukan atau membantu melakukan suatu tindak pidana,

yaitu membuat atau memberikan keterangan palsu ke dalam akta notaris”.14

1.6.1.2 Kedudukan Notaris Sebagai Pejabat Umum

Mengenai kedudukan notaris sebagai pejabat umum, R. Soegondo

Notodisoerjo menyatakan bahwaLembaga Notariat telah dikenal di negara

Indonesia, yaitu sejak Indonesia dijajah oleh Belanda, semula lembaga ini

diperuntukkan bagi golongan Eropa terutama dalam bidang hukum perdata, yaitu

Burgerlijk Wetboek.15

Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa meski sebenarnya hanya

diperuntukkan bagi golongan Eropa, masyarakat Indonesia secara umum pun

dapat membuat suatu perjanjian yang dilakukan dihadapan notaris.Hal ini

menjadikan lembaga notariat sangat dibutuhkan keberadaannya di tengah-tengah

masyarakat.Kemudian dalam perkembangannya, lembaga notariat yang mula-

mula muncul pada zaman Romawi, diadopsi menjadi Hukum Indonesia, yaitu

Hukum Notariat Indonesia dan berlaku untuk semua golongan.

Kedudukan notaris sebagai pejabat umum memberikan wewenang kepada

notaris untuk dapat membuat akta-akta otentik.Sebelum menjalankan jabatannya,

notaris harus disumpah terlebih dahulu.Hal ini sebagai konsekuensi bahwa dalam

menjalankan jabatannya, notaris sebagai pejabat umum harus senantiasa

menghayati sumpah jabatannya yang termuat dalam Pasal 4 UUJN.Sebagaimana

dikatakan oleh Liliana Tedjosaputro bahwaPada asasnya jabatan notaris ini juga

14Habib Adjie, 2008, Hukum Notariat Di Indonesia Tafsiran Tematik terhadap UU No.30

Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Rafika Aditama, Bandung, hlm. 24 15Ibid., hlm. 1

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

17

seharusnya memberikan keadilan yang menuju kepada keselarasan, keserasian,

keseimbangan, tidak memihak kepada para pihak dan juga bebas dari kekuasaan

eksekutif.16

Hal ini sebenarnya menegaskan bahwa jabatan sebagai notaris haruslah

independen, dalam arti kata tidak memihak kepada pihak-pihak tertentu, sehingga

notaris menjadi jabatan kepercayaan.Selain sebagai jabatan kepercayaan, notaris

juga berperan sebagai pelayan kepentingan umum serta mengatur secara tertulis

dan otentik hubungan-hubungan hukum antara para pihak yang secara mufakat

meminta jasa notaris, maka notaris dituntut mempunyai pengetahuan yang luas

serta tanggung jawab yang besar terhadap segala hal yang telah dilakukannya.

Notaris sebagai pejabat umum menjalankan sebagian dari fungsi negara

terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat umum, khususnya

membuat alat bukti tertulis dan otentik dari perbuatan hukum yang dibuat atau

diadakan oleh para pihak.Hal demikian menjadi keharusan oleh karena akta

otentik lahir jika dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum.

Penunjukan notaris sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta

otentik berkaitan erat dengan wewenang atau kewajibannya yang utama.

Kewenangan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 angka 1 UUJNjo. UUJN-P

dikaitkan dengan Pasal 1868 KUHPerdata yang memuat ketentuan akta otentik

dan syarat-syarat agar supaya sesuatu akta dapat dikatakan dan berlaku sebagai

akta otentik adalah akta yang dalam bentuknya telah ditentukan oleh undang-

16Liliana Tedjosaputro, 1995, Etika Profesi Notaris Dalam Penengakan Hukum Pidana,

BIGRAF Publishing, Yogyakarta, hlm. 89

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

18

undang, dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untukitu, di

tempat di mana akta dibuat.

Ketentuan mengenai kedudukan sebagai pejabat umum dapat dilihat pada

Pasal 1 angka 1 UUJNjo. UUJN-P di sana dinyatakan bahwa notaris adalah

pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik. Dengan demikian

ditugaskan untuk menjalankan kekuasaan pemerintah, notaris memperoleh

kekuasaan tersebut dari eksekutif, artinya notaris diberi kekuasaan langsung

sebagian hak dan wewenang eksekutif.

Notaris sebagai pejabat umum diangkat oleh pemerintah yaitu oleh

Menteri Kehakiman dan HAM RI dengan suatu surat keputusan. Hal ini berarti

turut serta melaksanakan kewibawaan dari pemerintah, meski demikian notaris

bukanlah pegawai negeri tetapi merupakan pejabat negara, notaris tidak tunduk

pada undang-undang kepegawaian, melainkan tunduk pada UUJNjo. UUJN-Pdan

ia tidak menerima gaji dari pemerintah tetapi menerima honorarium dari klien atas

jasanya. Berkaitan dengan honorarium bagi notaris, diatur dalam Pasal 36 ayat (1)

UUJNyaitu bahwa “notaris berhak menerima honorarium atas jasa hukum yang

diberikan sesuai kewenangannya”.

Seorang notaris meskipun sudah diangkat secara resmi dengan suatu surat

keputusan dari pejabat yang berwenang namun belum disumpah, maka ia belum

bisa melakukan tugas jabatannya, oleh karena itu setelah ia menerima surat

keputusan seorang notaris harus mengajukan permohonan kepada pemerintah

melalui kantor pemerintah daerah di mana notaris yang bersangkutan

ditempatkan.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

19

Notaris sebagai pejabat umum (openbaar ambtenaar) yang berwenang

membuat akta otentik dapat dibebani tanggung jawab atas perbuatannya

sehubungan dengan pekerjaannya dalam membuat akta tersebut.Ruang lingkup

pertanggungjawaban notaris meliputi kebenaran materiil atas akta yang dibuatnya.

Mengenai tanggung jawab notaris selaku pejabat umum yang berhubungan

dengan kebenaran materiil, Nico membedakannya menjadi empat poin, yakni:17

1. Tanggung jawab notaris secara perdata terhadap kebenaran materiil

terhadap akta yang dibuatnya;

2. Tanggung jawab notaris secara pidana terhadap kebenaran materiil

dalam akta yang dibuatnya;

3. Tanggung jawab notaris berdasarkan Peraturan Jabatan Notaris

terhadap kebenaran maeriil dalam akta yang dibuatnya;

4. Tanggung jawab notaris dalam menjalankan tugas jabatannya

berdasarkan kode etik notaris.

Mengenai tanggung jawab notaris sebagai pejabat umum dalam

pembahasan ini meliputi tanggung jawab profesi notaris itu sendiri yang

berhubungan dengan akta. Pembahasan tanggung jawab notaris sebagai pejabat

umum dapat dijelaskan sebagai berikut:18

1. Tanggung jawab notaris secara perdata atas akta yang dibuatnya

Konstruksi yuridis yang digunakan dalam tanggung jawab perdata

terhadap kebenaran materiil terhadap akta yang dibuat oleh notaris adalah

konstruksi perbuatan melawan hukum. Konstruksi yuridis mengenai perbuatan

melawan hukum ini memang memiliki jangkauan yang begitu luas sehingga

memungkinkan untuk menjangkau perbuatan apapun asalkan merugikan pihak

lain dan kerugian tersebut memiliki hubungan kausalitas dengan perbuatan

17Nico, 2003, Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum, Center for Documentation

and Studies of Business Law, Yogyakarta 18Abdul Ghofur Anshori, 2009, Op. Cit., hlm. 35

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

20

apapun tersebut. Apa yang disebut dengan perbuatan melawan hukum

memiliki sifat aktif maupun pasif. Aktif dalam artian melakukan suatu

perbuatan yang menimbulkan kerugian pada pihak lain, jadi sengaja

melakukan gerakan, maka dengan demikian perbuatan melawan hukum

merupakan suatu perbuatan yang aktif. Kecuali itu perbuatan melawan hukum

juga dapat bersifat pasif. Pasif dalam artian tidak melakukan perbuatan namun

sesungguhnya perbuatan tersebut merupakan kewajiban baginya atau dengan

tidak melakukan suatu perbuatan tertentu – suatu yang merupakan keharusan –

maka pihak lain dapat menderita suatu kerugian. Unsur dari perbuatan

melawan hukum ini meliputi adanya suatu perbuatan melawan hukum, adanya

kesalahan dan adanya kerugian yang ditimbulkan.

Termasuk dalam perbuatan melawan hukum apabila notaris yang

memiliki tugas memberikan pelayanan kepada masyarakat atau orang-orang

yang membutuhkan jasanya dalam pengesahan atau pembuatan suatu akta,

kemudian di dalam akta tersebut terdapat suatu klausula yang bertentangan

dengan hukum sehingga menimbulkan kerugian terhadap orang lain

sedangkan para pihak penghadap sama sekali tidak mengetahuinya, maka

dengan sikap pasif dan diam itu notaris yang bersangkutan dapat

dipertanggungjawabkan melalui perbuatan melawan hukum. Hal ini dapat

terjadi dikarenakan notaris memiliki pengetahuan yang kurang, pengalaman

yang kurang, dan/atau memiliki pengertian yang kurang.19

Meskipun demikian Sudikno Mertokusumo menyatakan bahwa

mengingat notaris pada dasarnya hanya mencatat apa yang dikemukakan oleh

19S. Soetrisno, dalam Nico, Op. Cit., hlm. 98

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

21

para penghadap dan tidak diwajibkan menyelidiki kebenaran materiil isinya,

maka tidaklah tepat jika hakim membatalkannya (atau menyalahkan notaris

tersebut dan menuduhnya melakukan perbuatan hukum). Notaris mungkin

dapat berbuat salah mengenai isi akta karena informasi yang salah (sengaja

atau tidak) dari para pihak.Kiranya kesalahan demikian ini tidak dapat

dipertanggungjawabkan kepada notaris karena isi akta itu telah

dikonfirmasikan kepada para pihak oleh notaris.20

Berkaitan dengan pertanggungjawaban secara perdata terhadap

kebenaran materiil dalam akta yang dibuat dihadapan notaris meskipun pada

dasarnya notaris tidak bertanggung jawab dan tidak dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum terhadap kebenaran materiil dalam akta

yang dibuat dihadapannya, bukan berarti notaris dalam menjalankan tugas

jabatannya dapat dengan sekehendaknya dan tidak dengan sungguh-sungguh

dalam melakukan pembuatan suatu akta otentik. Lebih lanjut dijelaskan juga

bahwa ada hal lain yang juga harus diperhatikan oleh notaris, yaitu yang

berkaitan dengan perlindungan hukum notaris itu sendiri. Berdasarkan pada

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya ketidak hati-hatian

dan kesungguhan yang dilakukan notaris, sebenarnya notaris telah membawa

dirinya pada suatu perbuatan yang oleh undang-undang harus

dipertanggungjawabkan.Jika suatu kesalahan yang dilakukan oleh notaris

dapat dibuktikan, maka notaris dapat dikenakan sanksi berupa ancaman

sebagaimana telah ditentukan dalam undang-undang.

20Sudikno Mertokusumo, 1998, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta,

hlm. 149

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

22

2. Tanggung jawab notaris secara pidana atas akta yang dibuatnya

Mengenai ketentuan pidana tidak diatur di dalam UUJNjo. UUJN-

Pnamun tanggung jawab notaris secara pidana dikenakan apabila notaris

melakukan perbuatan pidana. UUJN jo. UUJN-Phanya mengatur sanksi atas

pelanggaran yang dilakukan oleh notaris terhadap UUJN jo. UUJN-P. Sanksi

tersebut dapat berupa akta yang dibuat oleh notaris tidak memiliki kekuatan

otentik atau hanya mempunyai kekuatan sebagai akta di bawah

tangan.Terhadap notarisnya sendiri dapat diberikan sanksi yang berupa

teguran hingga pemberhantian dengan tidak hormat.

Berdasarkan pengertian dari tindak pidana maka konsekuensi dari

perbuatan pidana dapat melahirkan pertanggungjawaban pidana.

Pertanggungjawaban pidana ada apabila subjek hukum melakukan kesalahan,

karenanya dikenal adanya pameo yang mengatakan geen straf zonder schuld

atau tiada pidana tanpa kesalahan.Kesalahan dapat berupa kesengajaan (dolus)

maupun kealpaan (culpa).

Pasal 322 KUH Pidana berisi mengenai rahasia berwujud apa saja

yang dipercayakan kepada orang, dalam hal ini notaris, karena jabatan atau

pekerjaannya (beroep), baik yang sekarang masih dipegangnya, maupun yang

dahulu, jadi yang sekarang telah ditinggalkan. Perbuatan ini harus dilakukan

dengan sengaja dan apabila kejahatan ini mengenai seorang tertentu maka

tuntutannya digantungkan kepada pengaduan orang yang dirugikan.Pasal 322

KUH Pidana tidak menyebutkan secara spesifik suatu pekerjaan tertentu

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

23

namun dalam hal ini Pasal 322 KUH Pidana mencakup pula pekerjaan bagi

seorang notaris.21

3. Tanggung jawab notaris berdasarkan UUJNjo. UUJN-P

Kebutuhan akan jasa notaris dalam masyarakat modern tidak mungkin

dihindarkan. Notaris sebagai pejabat umum diangkat oleh pemerintah dan

pemerintah sebagai organ negara mengangkat notaris bukan semata untuk

kepentingan notaris itu sendiri, melainkan juga untuk kepentingan masyarakat

luas. Jasa yang diberikan oleh notaris terkait erat dengan persoalan trust

(kepercayaan) antara para pihak, artinya negara memberikan kepercayaan

yang besar terhadap notaris dan dengan demikian dapat dikatakan bahwa

pemberian kepercayaan kepada notaris berarti notaris tersebut mau tidak mau

telah dapat dikatakan memikul pula tanggung jawab atasnya. Tanggung jawab

ini dapat berupa tanggung jawab secara hukum maupun moral.22

Hal ini dikarenakan berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-

undangan tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan

kebutuhan hukum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, perlu diadakan

pembaharuan dan pengaturan kembali secara menyeluruh dalam satu undang-

undang yang mengatur tentang jabatan notaris sehingga dapat tercipta suatu

unifikasi hukum yang berlaku bagi semua penduduk di seluruh wilayah negara

Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan unifikasi hukum di bidang

kenotariatan tersebut, dibentuklah UUJNjo. UUJN-P.

21Wiryono Prodjodikoro, 2003, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Refika

Aditama, Bandung, hlm. 107-108 22Abdul Ghofur Anshori, 2009, Op. Cit., hlm. 43

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

24

Mengenai tanggung jawab notaris secara eksplisit disebutkan dalam

Pasal 65 UUJNjo. UUJN-Pyang menyatakan bahwa notaris (notaris pengganti,

notaris pengganti khusus dan pejabat sementara notaris) bertanggung jawab

atas setiap akta yang dibuatnya, meskipun protokol notaris telah diserahkan

atau dipindahkan kepada pihak penyimpan protokol notaris.

4. Tanggung jawab notaris dalam menjalankan tugas jabatannya berdasarkan

kode etik notaris

Profesi notaris sebagaimana telah diterangkan dapat dilihat dalam

perspektifnya secara integral.Melalui perspektif terintegrasi ini maka profesi

notaris merupakan profesi yang berkaitan dengan individu, organisasi profesi,

masyarakat pada umumnya dan Negara. Tindakan notaris akan berkaitan

dengan elemen-elemen tersebut oleh karenanya suatu tindakan yang keliru

dari notaris dalam menjalankan pekerjaannya tidak hanya akan merugikan

notaris itu sendiri namun dapat juga merugikan organisasi profesi, masyarakat

dan Negara.

Hubungan profesi notaris dengan masyarakat dan Negara telah diatur

dalam UUJNjo. UUJN-Pberikut peraturan perundang-undangan lainnya.

Sementara hubungan profesi notaris dengan organisasi profesi notaris diatur

melalui kode etik notaris.Keberadaan kode etik notaris merupakan

konsekuensi logis dari untuk suatu pekerjaan disebut sebagai profesi. Bahkan

ada pendapat yang mengatakan bahwa notaris sebagai pejabat umum yang

diberikan kepercayaan harus berpegang teguh tidak hanya pada peraturan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

25

perundang-undangan semata namun juga pada kode etik profesinya, karena

tanpa adanya kode etik, harkat dan martabat dari profesinya akan hilang.

Terdapat hubungan antara kode etik dengan UUJNjo. UUJN-P.

Hubungan pertama terdapat dalam Pasal 4 UUJN mengenai sumpah jabatan.

Notaris melalui sumpahnya berjanji untuk menjaga sikap, tingkah lakunya dan

akan menjalankan kewajibannya sesuai dengan kode etik profesi, kehormatan,

martabat dan tanggung jawabnya sebagai notaris. Kode etik profesi notaris

ditetapkan dan ditegakkan oleh organisasi notaris.

1.6.1.3 Kode Etik Notaris

Notaris dalam menjalankan tugasnya, dituntut untuk selalu berpijak pada

hukum dan regulasi yang berlaku di Indonesia. Bukan hanya itu, seorang notaris

juga berkewajiban untuk menjalankan tugasnya sesuai dengan etika yang sudah

disepakati bersama dalam bentuk kode etik, kode etik ini membatasi tindak tanduk

para notaris agar dalam menjalankan praktiknya tidak bertindak sewenang-

wenang.23

Kode etik notaris ada 2 yaitu:

1. Kode etik yang diatur secara hukum dalam peraturan jabatan notaris.

2. Kode etik yang ditetapkan oleh Konggres Ikatan Notaris Indonesia (INI) 1974.

Kode etik notaris secara hukum dalam Pasal 83 ayat (1) UUJNmenyatakan

“Organisasi Notaris menetapkan dan menegakkan Kode Etik Notaris”.Atas dasar

ketentuan Pasal 83 ayat (1) UUJNtersebut Ikatan Notaris Indonesia pada Kongres

Luar Biasa di Bandung pada tanggal 27 Januari 2005, telah menetapkan Kode Etik

yang terdapat dalam Pasal 13 Anggaran Dasar:

23Ira Koesoemawati dan Yunirman Rijan, 2009, Ke Notaris, Raih Asa Sukses, Jakarta,

hlm. 49-50.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

26

1. Untuk menjaga kehormatan dan keluhuran martabat jabatan Notaris,

Perkumpulan mempunyai Kode Etik yang ditetapkan oleh Kongres dan

merupakan kaidah moral yang wajib ditaati oleh setiap anggota perkumpulan.

2. Dewan Kehormatan melakukan upaya-upaya untuk menegakkan Kode Etik.

3. Pengurus perkumpulan dan/atau Dewan Kehormatan bekerjasama dan

berkoordinasi dengan Majelis Pengawas untuk melakukan upaya penegakkan

Kode Etik.

1.6.1.4 Hak Ingkar Notaris

Mengenai hak ingkar (verschoningsrecht) ini diatur dalam Pasal 1909

KUH Perdata, Pasal 146 dan Pasal 277 HIR.Pasal 1909 KUH Perdata mewajibkan

setiap orang yang cakap untuk menjadi saksi, untuk memberikan kesaksian di

muka pengadilan. Ketentuan ini tidak berlaku terhadap mereka, yang berdasarkan

ketentuan-ketentuan perundang-undangan tidak diperbolehkan untuk berbicara,

demikian juga tidak berlaku terhadap mereka yang berdasarkan Pasal 1909 ayat

(2) KUH Perdata dan Pasal-pasal 146 dan 227 HIR yang disebut di atas, dapat

mempergunakan haknya untuk mengundurkan diri sebagai saksi, dengan jalan

menuntut penggunaan hak ingkarnya. Hak ingkar merupakan pengecualian

terhadap ketentuan umum yang disebut tadi, yakni bahwa setiap orang yang

dipanggil sebagai saksi, wajib memberikan kesaksian.

Menurut Van Bemmelen24

ada 3 dasar untuk dapat menuntut penggunaan

hak ingkar ini, yakni:

24GHS Lumban Tobing, 1983, Op. Cit, hlm. 120

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

27

1. Hubungan keluarga yang sangat dekat

2. Bahaya dikenakan hukuman pidana

3. Kedudukan-pekerjaan dan rahasia jabatan.

Di dalam praktek para notaris sering terjadi perlakuan-perlakuan yang

kurang wajar terhadap para notaris dalam hubungannya dengan hak ingkar

ini.Apabila seorang notaris dipanggil untuk dimintai keterangannya mengenai atau

dipanggil sebagai saksi dalam hubungannya dengan suatu perjanjian yang dibuat

dengan akta di hadapan notaris yang bersangkutan.Bagi pihak-pihak tertentu,

apakah itu oleh karena disengaja atau karena tidak mengetahui tentang adanya

peraturan perundang-undangan mengenai itu, seolah-olah dianggap tidak ada

rahasia jabatan notaris, demikian juga tidak ada hak ingkar dari notaris. Dalam

pada itu adalah juga merupakan suatu kenyataan yang pahit, bahwa di kalangan

para notaris sendiri ada yang tidak atau kurang memahami tentang hak ingkar ini

dan baru kemudian setelah mengetahuinya mempergunakannya di dalam

persidangan, setelah ia sebelumnya memberikan keterangan-keterangan di

hadapan penuntut umum, hal mana selain merupakan pelanggaran terhadap

sumpah rahasia jabatan notaris, juga dapat menimbulkan kesan bahwa bagi para

notaris tidak ada hak ingkar.

Adapun yang menjadi dasar untuk hak ingkar bagi jabatan-jabatan

kepercayaan terletak pada kepentingan masyarakat, agar apabila seseorang yang

berada dalam keadaan kesulitan, dapat menghubungi seseorang kepercayaan

untuk mendapatkan bantuan yang dibutuhkannya di bidang yuridis, medis atau

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

28

kerohanian, dengan keyakinan bahwa ia akan mendapat nasehat-nasehat, tanpa

yang demikian itu akan merugikan baginya.

Ada pihak yang mengemukakan pendapat bahwa hak ingkar ini hanya bagi

kepentingan individu dan bukan kepentingan masyarakat umum, sehingga mereka

menganggap tidak ada gunanya hak ingkar ini.Pendapat sedemikian, apabila

dipikirkan lebih mendalam, adalah tidak benar dan tidak dapat diterima, oleh

karena dibalik kepentingan individu ini adalah kepentingan masyarakat.

Kepentingan masyarakat dan individu, di mana individu adalah bagian dari

masyarakat itu, dalam hal ini pada hakekatnya adalah sama. Lagi pula sesuatu

peraturan atau undang-undang tidaklah dibuat hanya untuk dan bagi kepentingan

individu, akan tetapi adalah untuk kepentingan seluruh masyarakat.

Mengenai pendapat yang umum dianut, hak ingkar tidak hanya dapat

diperlakukan terhadap keseluruhan kesaksian, akan tetapi juga terhadap beberapa

pertanyaan tertentu, bahkan hak ingkar dapat diperlakukan terhadap tiap-tiap

pertanyaan.Tuntutan untuk menggunakan hak ingkar harus dinyatakan secara

tegas.Pernyataan dari seorang saksi, yang menuntut penggunaan hak ingkarnya

dengan hanya menyatakan bahwa untuk menjawab pertanyaan yang ditujukan

kepadanya, sangat meyakinkan baginya, menurut HIR tidak cukup untuk dapat

diterima sebagai pernyataan hendak mempergunakan hak ingkarnya.

Dalam pada itu, apabila seorang saksi, yang semula tidak mengetahui

adanya hak ingkarnya, telah memberikan keterangan-keterangan dihadapan polisi

dan pengadilan, kemudian di dalam persidangan saksi yang bersangkutan

mempergunakan hak ingkarnya, maka hakim tidak diperkenankan untuk juga

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

29

menggunakan keterangan-keterangan dalam berita acara yang diberikan oleh saksi

tersebut di hadapan polisi dan pengadilan sebagai pembuktian.

Di atas telah dikemukakan bahwa ada 3 dasar untuk dapat menuntut

penggunaan hak ingkar.Dalam rangka pembahasan hak ingkar ini, yang

diutamakan dalam hal ini ialah hak ingkar dari para notaris.Di dalam membahas

masalah hak ingkar notaris ini, pertanyaan yang penting yang perlu mendapat

jawaban ialah, apakah hak ingkar ini merupakan suatu hak untuk tidak bicara atau

suatu kewajiban untuk tidak bicara. Hal ini penting untuk diketahui dalam

hubungannya dengan berbagai ketentuan dalam perundang-undangan yang

berlaku, antara lain dalam hubungannya dengan ketentuan dalam Pasal 1909 ayat

(1) KUH Perdata dan Pasal 43 HIR berhubungan dengan Pasal 322 KUH Pidana.

Kiranya tidak perlu diragukan bahwa bagi notaris tidak ada kewajiban

untuk memberikan kesaksian, yakni sepanjang yang menyangkut isi akta-

aktanya.Dalam sumpah jabatan notaris, mewajibkan notaris untuk tidak bicara,

sekalipun di muka pengadilan, artinya notaris tidak diperbolehkan untuk

memberikan kesaksian mengenai apa yang dimuat dalam aktanya. Notaris tidak

hanya berhak untuk tidak bicara, akan tetapi mempunyai kewajiban untuk tidak

bicara. Hal ini tidak didasarkan pada Pasal 1909 ayat (3) KUH Perdata yang

hanya memberikan hak untuk menuntut penggunaan hak ingkar, akan tetapi

berdasarkan sumpah rahasia jabatan kewajiban untuk merahasiakan

mengenyampingkan kewajiban umum untuk memberikan kesaksian yang

dimaksud dalam Pasal 1909 ayat (1) KUH Perdata, terkecuali dalam hal-hal

tertentu.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

30

Hak untuk tidak bicara didasarkan atas kepercayaan yang diperlukan untuk

kepentingan baik jalannya suatu pekerjaan atau jabatan dan karenanya juga

mempunyai batas ruang lingkup yang lebih luas, akan tetapi hal itu belum berarti

adanya kewajiban untuk tidak bicara. Dikatakan demikian, oleh karena siapa yang

berhak untuk tidak bicara, berhak juga untuk bicara, akan tetapi siapa yang

diwajibkan untuk tidak bicara, tidak berhak untuk bicara. Itulah sebabnya maka

perlu diketahui, apakah hak ingkar yang diberikan oleh undang-undang bagi para

notaris merupakan hak untuk tidak bicara atau merupakan kewajiban untuk tidak

bicara dan sebagaimana telah diuraikan di atas, hak ingkar dari notaris didasarkan

kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku merupakan kewajiban untuk

tidak bicara.

Pitlo di dalam hubungannya dengan ketentuan dalam Pasal 1946 sub 3

(Pasal 1909 sub 3 KUH Perdata) mempertanyakan apa yang dimaksudkan oleh

pasal tersebut dengan “het recht om zich van het afleggen van getuigenis te

verschonen”, apakah itu “verschoningsrecht” atau “verschoningsplicht”.25

Pitlo

mengatakan bahwa kewajiban untuk merahasiakan antara lain berlaku bagi dokter,

notaris dan petugas agama, yang diletakkan kepada mereka oleh undang-undang

dan pergaulan hidup untuk memungkinkan agar seseorang tanpa perlu

memikirkan sesuatu dapat pergi meminta bantuan di bidang kerohanian dan

kebendaan kepada mereka, yang karena pekerjaan kemasyarakatannya

memungkinkan memberikan bantuan sedemikian.26

25Ibid, hlm. 124 26Ibid

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

31

Menurut pendapat Pitlo, seseorang kepercayaan tidak berhak untuk begitu

saja menurut sekehendaknya mempergunakan hak ingkarnya.Kewajiban

merahasiakan ini mempunyai dasar yang bersifat hukum publik yang kuat.

Sungguhpun “in concreto” seseorang individu memperoleh keuntungan

daripadanya, akan tetapi kewajiban merahasiakan itu bukan dibebankan untuk

melindungi individu itu, melainkan dibebankan untuk kepentingan masyarakat

umum.27

Dengan demikian, maka jelaslah bagaimana perlindungan dari

kepentingan individu itu selalu mempunyai kepentingan umum sebagai latar

belakangnya. Orang kepercayaan dari masyarakat umum itu harus

mempertimbangkan, apa yang dalam sesuatu hal tertentu yang harus lebih

diutamakan : kepentingan dari masyarakat umum ditambah dengan kepentingan

dari individu itu dalam hal ia tidak bicara atau kepentingan dari masyarakat dalam

hal ia bicara. Dari hasil penilaian ini ia harus menentukan, apakah ia akan

mempergunakan hak ingkarnya. Hukum publik adalah kewajiban publik. Mereka

yang dimaksud dalam kategori ketiga wajib untuk bicara atau wajib untuk tidak

bicara.Kewajiban yang mana dari yang dua ini dibebankan kepadanya, harus

ditentukan oleh mereka sendiri hal demi hal.

Pendapat Pitlo ini pada garis besarnya bersamaan dengan pendapat dari

Prof. Van Bovenal Faure yang telah dikemukakan di atas yang mengatakan bahwa

kepada orang kepercayaan itulah diserahkan penentuannya dengan

menyesuaikannya dengan hati nuraninya.Mengenai hak ingkar ini, khususnya

mengenai hal-hal yang diberitahukan oleh klien kepada notaris dalam jabatannya

27Ibid

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

32

yang tidak dicantumkan dalam aktanya, Mr. C. Asser mempunyai pendapat yang

sama dengan penulis-penulis yang disebut tadi.28

Asser29

mengatakan bahwa kepada mereka yang disebut dalam Pasal 1946

sub 3 (Pasal 1909 sub 3 KUH Perdata) diberikan hak ingkar oleh undang-undang,

bukan untuk kepentingan mereka sendiri, akan tetapi adalah untuk kepentingan

masyarakat umum. Hak ingkar itu hanya berlaku untuk hal-hal yang disampaikan

dengan pengetahuan kepada orang yang mempunyai kewajiban untuk

merahasiakan dalam kedudukannya sedemikian, mengenai kedudukan itu

hendaknya jangan diberi batas formal yang sempit. Juga kenyataan bahwa sesuatu

pemberitahuan tidak dilakukan secara sangat rahasia tidaklah berarti, bahwa ia

begitu saja dapat melepaskan haknya untuk menggunakan hak ingkarnya,

demikian juga dalam hal yang mempunyai persoalan telah diketahui sejak dari

mulanya oleh para pihak yang berperkara. Dalam hal-hal ini mereka yang

dimaksud dalam Pasal 1946 sub 3 (Pasal 1909 sub 3 KUH Perdata) sekalipun

keputusan terakhir ada di tangan hakim, harus diberikan kebebasan tertentu, oleh

karena mereka akan merahasiakan atau memberitahukan hal-hal yang mereka

ketahui itu. Bukanlah tanpa alasan hak ingkar itu oleh undang-undang dinamakan

sebagai hak.Penentuan batas-batasnya secara bebas harus diberikan secara khusus

kepada mereka, apabila orang yang memberitahukan hal yang menjadi persoalan

itu kepada mereka, membebaskan mereka dari kewajiban untuk

merahasiakan.Pembebasan dari kewajiban untuk merahasiakan ini juga tidak

merupakan alasan bagi mereka untuk begitu saja melepaskan hak mereka untuk

28 Ibid, hlm. 125 29 Ibid

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

33

mempergunakan hak ingkar mereka.Hak ingkar ini diberikan juga untuk

kepentingan umum dan karenanya hak untuk mempergunakannya tidak

tergantung dari sikap orang yang paling langsung berkepentingan itu.

1.6.2 Landasan Teori

1.6.2.1 Teori Perlindungan Hukum

Tokoh dari Teori Perlindungan Hukum ini adalah Philipus M. Hadjon dan

Sudikno Mertokusumo. Menurut Sudikno Mertokusumo, “hukum berfungsi

sebagai perlindungan kepentingan manusia. Agar kepentingan manusia

terlindungi, hukum harus dilaksanakan.Pelaksanaan hukum dapat berlangsung

secara normal, damai tetapi dapat terjadi juga karena pelanggaran hukum”.30

Pelanggaran hukum terjadi ketika subyek hukum tertentu tidak menjalankan

kewajiban yang seharusnya dijalankan atau karena melanggar hak-hak subyek

hukum lain. Subyek hukum yang dilanggar hak-haknya harus mendapatkan

perlindungan hukum.

Subyek hukum selaku pemikul hak-hak dan kewajiban-kewajiban (de

drager van de rechten en plichten), baik itu manusia (naturlijke persoon), badan

hukum (rechtpersoon), maupun jabatan (ambt), dapat melakukan tindakan-

tindakan hukum berdasarkan kemampuan (bekwaam) atau kewenangan

(bevoegdheid) yang dimilikinya.Dalam pergaulan di tengah masyarakat, banyak

terjadi hubungan hukum yang muncul sebagai akibat adanya tindakan-tindakan

hukum dari subyek hukum itu.Tindakan hukum ini merupakan awal lahirnya

30Sudikno Mertokusumo, 1996, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta,

hlm. 140

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

34

hubungan hukum (rechtsbetrekking), yakni interaksi antar subyek hukum yang

memiliki relevansi hukum atau mempunyai akibat-akibat hukum. Agar hubungan

hukum antar subyek hukum itu berjalan secara harmonis, seimbang dan adil,

dalam arti setiap subyek hukum mendapatkan apa yang menjadi haknya dan

menjalankan kewajiban yang dibebankan kepadanya, maka hukum tampil sebagai

aturan main dalam mengatur hubungan hukum tersebut. “Hukum diciptakan

sebagai suatu sarana atau instrumen untuk mengatur hak-hak dan kewajiban-

kewajiban subyek hukum”.31

Di samping itu, hukum juga berfungsi sebagai

instrumen perlindungan bagi subyek hukum.

Fungsi hukum sebagai instrumen pengatur dan instrumen perlindungan ini,

di samping fungsi lainnya sebagaimana akan disebutkan di bawah, diarahkan pada

suatu tujuan yaitu untuk menciptakan suasana hubungan hukum antar subyek

hukum secara harmonis, seimbang, damai, dan adil. Ada pula yang mengatakan

bahwa “Doel van het rechts is een vreedzame ordering van samenleving. Het

recht wil de vrede…den vrede onder de mensen bewaart het recht door bepalde

menselijke belangen (materiele zowel als ideele), eer, vrijheid, leven, vermogen

enz. Tegen benaling te beschermen” (tujuan hukum adalah mengatur masyarakat

secara damai.Hukum menghendaki perdamaian…Perdamaian diantara manusia

dipertahankan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan manusia

tertentu (baik materiil maupun ideiil), kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta

benda dan sebagainya terhadap yang merugikannya). Tujuan-tujuan hukum itu

akan tercapai jika masing-masing subyek hukum mendapatkan hak-haknya secara

31Ridwan HR, 2002, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, hlm. 210

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

35

wajar dan menjalankan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan aturan hukum

yang berlaku.

Perlindungan hukum bagi rakyat merupakan konsep universal, dalam arti

dianut dan diterapkan oleh setiap negara yang mengedepankan diri sebagai negara

hukum, namun seperti disebutkan Paulus E. Lotulung, “masing-masing negara

mempunyai cara dan mekanismenya sendiri tentang bagaimana mewujudkan

perlindungan hukum tersebut, dan juga sampai seberapa jauh perlindungan hukum

itu diberikan”.32

Tindakan hukum pemerintah merupakan tindakan-tindakan yang

berdasarkan sifatnya menimbulkan akibat hukum.Karakteristik paling penting dari

tindakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah adalah keputusan-keputusan dan

ketetapan-ketetapan pemerintah yang bersifat sepihak. Dikatakan bersifat sepihak

karena dilakukan tidaknya suatu tindakan hukum pemerintahan itu tergantung

pada kehendak sepihak dari pemerintah, tidak tergantung pada kehendak pihak

lain dan tidak diharuskan ada persesuaian kehendak (wilsovereenstemming)

dengan pihak lain.33

Keputusan dan ketetapan sebagai instrumen hukum pemerintah dalam

melakukan tindakan hukum sepihak dapat menjadi penyebab terjadinya

pelanggaran hukum terhadap warga negara, apalagi dalam negara hukum modern

yang memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah untuk mencampuri

kehidupan warga negara.Oleh karena itu, diperlukan perlindungan hukum bagi

warga negara terhadap tindakan hukum pemerintah.Menurut Sjachran Basah,

32Paulus E. Lotulung, 1993, Beberapa Sistem tentang Kontrol Segi Hukum terhadap

Pemerintah, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 123 33 Ridwan HR, Op. Cit, hlm. 289

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

36

perlindungan terhadap warga negara diberikan bila sikap tindak administrasi

negara itu menimbulkan kerugian terhadapnya, sedangkan perlindungan terhadap

administrasi negara itu sendiri dilakukan terhadap sikap tindaknya dengan baik

dan benar menurut hukum baik tertulis maupun tidak tertulis.34

Hukum administrasi tidak tertulis atau asas umum pemerintahan yang

layak, seperti disebutkan pada bab sebelumnya, memang dimaksudkan sebagai

verhoogde rechtsbescherming atau peningkatan perlinndungan hukum bagi rakyat

dari tindakan administrasi negara yang menyimpang.Dalam rangka perlindungan

hukum, keberadaan asas-asas umum pemerintahan yang layak ini memiliki

peranan penting sehubungan dengan adanya terugtred van de wetgever atau

langkah mundur pembuat undang-undang, yang memberikan kewenangan kepada

administrasi negara untuk membuat peraturan perundang-undangan, dan adanya

pemberian freies ermessen pada pemerintah. Di satu sisi, pemberian kewenangan

legislasi kepada pemerintah untuk kepentingan administrasi ini cukup bermanfaat

terutama untuk relaksasi dari kekakuan dan fridigitas undang-undang, namun di

sisi lain pemberian kewenangan ini dapat menjadi peluang terjadinya pelanggaran

kehidupan masyarakat oleh pemerintah, dengan bertopang pada peraturan

perundang-undangan. A.A.H. Struycken menyesalkan adanya terugtred ini

(betreuren deze terugtred) dan menganggap tidak ada gunanya pengawasan hakim

yang hanya diberi kewenangan untuk menguji aspek hukumnya saja

34Sjachran Basah, 1992, Perlindungan Hukum atas Sikap Tindak Administrasi Negara,

Alumni, Bandung, hlm. 7-8

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

37

(rechtmatigheid), sementara aspek kebijaksanaan yang mengiringi peraturan

perundang-undangan lepas dari perhatian hakim.35

Ada dua macam perlindungan hukum bagi rakyat, yaitu perlindungan

hukum preventif dan represif.Perlindungan hukum preventif memiliki ketentuan-

ketentuan dan ciri tersendiri dalam penerapannya. Pada perlindungan hukum

preventif ini, subyek hukum mempunyai kesempatan untuk mengajukan keberatan

dan pendapatnya sebelum pemerintah memberikan hasil keputusan akhir.

Perlindungan hukum ini terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang

berisi rambu-rambu dan batasan-batasan dalam melakukan sesuatu. Perlindungan

ini diberikan oleh pemerintah untuk mencegah suatu pelanggaran atau sengketa

sebelum hal tersebut terjadi. Karena sifatnya yang lebih menekankan kepada

pencegahan, pemerintah cenderung memiliki kebebasan dalam bertindak sehingga

mereka lebih hati-hati dalam menerapkannya. Belum ada peraturan khusus yang

mengatur lebih jauh tentang perlindungan hukum tersebut di Indonesia.36

Perlindungan hukum represif memiliki ketentuan-ketentuan dan ciri yang

berbeda dengan perlindungan hukum preventif dalam hal penerapannya. Pada

hukum represif ini, subyek hukum tidak mempunyai kesempatan untuk

mengajukan keberatan karena ditangani langsung oleh peradilan administrasi dan

pengadilan umum. Selain itu, ini merupakan perlindungan akhir yang berisi sanksi

berupa hukuman penjara, denda dan hukum tambahan lainnya.Perlindungan

hukum ini diberikan untuk menyelesaikan suatu pelanggaran atau sengketa yang

35Ridwan HR, Op. Cit, hlm. 291 36Philipus M. Hadjon, 2007, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia,Sebuah Studi

tentang Prinsip-Prinsipnya, Penanganannya oleh Pengadilandalam Lingkungan Peradilan Umum

dan Pembentukan PeradilanAdministrasi, Peradaban, Bandung, hlm. 41

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

38

sudah terjadi dengan konsep teori perlindungan hukum yang bertumpu dan

bersumber pada pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak manusia dan

diarahkan kepada pembatasan-pembatasan masyarakat dan pemerintah.37

Mengapa warga negara harus mendapat perlindungan hukum dari tindakan

pemerintah?Ada beberapa alasan, yaitu Pertama, karena dalam berbagai hal

warga negara dan badan hukum perdata tergantung pada keputusan-keputusan dan

ketetapan-ketetapan pemerintah, seperti kebutuhan terhadap izin yang diperlukan

untuk usaha perdagangan, perusahaan atau pertambangan.Oleh karena itu, warga

negara dan badan hukum perdata perlu mendapat perlindungan hukum, terutama

untuk memperoleh kepastian hukum dan jaminan keamanan, yang merupakan

faktor penentu bagi kehidupan dunia usaha.Kedua, hubungan antara pemerintah

dengan warga negara tidak berjalan dalam posisi sejajar.Warga negara merupakan

pihak yang lebih lemah dibandingkan dengan pemeirntah.Ketiga, berbagai

perselisihan warga negara dengan pemerintah itu berkenaan dengan keputusan dan

ketetapan, sebagai instrumen pemerintah yang bersifat sepihak dalam melakukan

intervensi terhadap kehidupan warga negara. Pembuatan keputusan dan ketetapan

yang didasarkan pada kewenangan bebas (vrijebevoegdheid) akan membuka

peluang terjadinya pelanggaran hak-hak warga negara. Meskipun demikian, bukan

berarti kepada pemerintah tidak diberikan perlindungan hukum.Sebagaimana

disebutkan Sjachran Basah, perlindungan hukum terhadap administrasi negara itu

sendiri dilakukan terhadap sikap tindaknya dengan baik dan benar menurut

hukum.38

37Ibid 38Ridwan HR, Op. Cit, hlm. 293

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

39

Di Indonesia perlindungan hukum bagi rakyat akibat tindakan hukum

pemerintah ada beberapa kemungkinan, tergantung dari instrumen hukum yang

digunakan pemerintah ketika melakukan tindakan hukum.Telah disebutkan bahwa

instrumen hukum yang lazim digunakan adalah keputusan dan ketetapan.Tindakan

hukum pemerintah yang berupa mengeluarkan keputusan merupakan tindakan

pemerintah yang termasuk dalam kategori regeling atau perbuatan pemerintah

dalam bidang legislasi. Hal ini dikarenakan, sebagaimana yang telah disebutkan di

depan, bahwa keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah itu merupakan

peraturan perundang-undangan.

1.6.2.2 Teori Penegakan Hukum

Menurut Soerjono Soekanto teori penegakan hukum ini adalah secara

konsepsional, inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan

hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan

mengejawantahkan dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap

akhir, untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan

hidup. Konsepsi yang mempunyai dasar filosofis tersebut, memerlukan penjelasan

lebih lanjut, sehingga akan tampak lebih konkrit.39

Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia.Agar

kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan.Pelaksanaan hukum

dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat terjadi juga karena

pelanggaran hukum.Dalam hal ini hukum yang telah dilanggar itu harus

39Soerjono Soekanto, 2002, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT.

Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 3.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

40

ditegakkan.Melalui penegakan hukum inilah hukum itu menjadi kenyataan.

Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang selalu harus diperhatikan, yaitu:

kepastian hukum (rechtssicherheit), kemanfaatan (zweckmassigkeit) dan keadilan

(gerechtigkeit).40

Hukum harus dilaksanakan dan ditegakkan.Setiap orang mengharapkan

dapat ditetapkannya hukum dalam hal terjadi peristiwa yang konkrit. Bagaimana

hukumnya itulah yang harus berlaku; pada dasarnya tidak dibolehkan

menyimpang :fiat justitia et pereat mundus (meskipun dunia ini runtuh hukum

harus ditegakkan). Itulah yang diinginkan oleh kepastian hukum. Kepastian

hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang,

yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan

dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum,

karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. Hukum

bertugas menciptakan kepastian hukum karena bertujuan ketertiban masyarakat.

Sebaliknya masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan atau

penegakan hukum.Hukum adalah untuk manusia, maka pelaksanaan hukum atau

penegakan hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat.Jangan

sampai justru karena hukumnya dilaksanakan atau ditegakkan timbul keresahan di

dalam masyarakat.

Unsur yang ketiga adalah keadilan.Masyarakat sangat berkepentingan

bahwa dalam pelaksanaan atau penegakan hukum keadilan diperhatikan.Dalam

pelaksanaan atau penegakan hukum harus adil.Hukum itu bersifat umum,

mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan. Barangsiapa mencuri harus

40Sudikno Mertokusumo, 1991, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta, hlm. 134.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

41

dihukum: setiap orang yang mencuri harus dihukum, tanpa membeda-bedakan

siapa yang mencuri. Sebaliknya keadilan bersifat subyektif, individualistis dan

tidak menyamaratakan: adil bagi Si Suto belum tentu dirasakan adil bagi Si Noyo.

Menegakkan hukum hanya diperhatikan kepastian hukum saja, maka

unsur-unsur lainnya dikorbankan.Demikian pula kalau yang diperhatikan

hanyalah kemanfaatan, maka kepastian hukum dan keadilan dikorbankan dan

begitu selanjutnya.Menegakkan hukum harus ada kompromi antara ketiga unsur

tersebut.Ketiga unsur itu harus mendapat perhatian secara proporsional

seimbang.Tetapi dalam praktek tidak selalu mudah mengusahakan kompromi

secara proporsional seimbang antara ketiga unsur tersebut.

Tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dan

akhirnya timbul keresahan. Tetapi terlalu menitikberatkan pada kepastian hukum,

terlalu ketat mentaati peraturan hukum akibatnya kaku dan akan menimbulkan

rasa tidak adil. Apapun yang terjadi peraturannya adalah demikian dan harus

ditaati atau dilaksanakan. Undang-Undang itu sering terasa kejam apabila

dilaksanakan secara ketat: lex dura, sed tamen scripta (undang-undang itu kejam,

tetapi memang demikianlah bunyinya).Kalau kita bicara tentang hukum pada

umumnya kita hanya melihat kepada peraturan hukum dalam arti kaedah atau

peraturan perundang-undangan, terutama bagi praktisi.

Undang-Undang itu tidak sempurna.Memang tidak mungkin undang-

undang itu mengatur segala kegiatan kehidupan manusia secara tuntas.Ada

kalanya undang-undang itu tidak lengkap dan ada kalanya undang-undang itu

tidak jelas.Meskipun tidak lengkap atau tidak jelas undang-undang harus

dilaksanakan.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

42

1.6.2.3 Teori Kepastian Hukum

Tokoh dari Teori Kepastian Hukum ini adalah Roscoe Pound. Semakin

banyak visi, misi dan tujuan yang harus dicapai oleh suatu proses penerapan

hukum di Pengadilan dalam era reformasi dan transformasi ini.Secara klasik di

samping untuk mencapai keadilan, hukum juga mempunyai tujuan untuk

menciptakan kepastian hukum bagi manusia pribadi maupun bagi masyarakat

luas.Banyak tujuan lainnya dari hukum yang harus dicapai di era reformasi dan

transformasi ini.Dalam hal ini, hukum harus dapat menyelaraskan antara unsur

keadilan, unsur kepastian hukum, dan elemen-elemen lainnya. Sebab, seringkali

antara keadilan, kepastian hukum dan unsur-unsur lainnya saling bertentangan

satu sama lain. Karena itu, dalam ilmu hukum dikenal istilah ”summum ius summa

injuria” (keadilan tertinggi adalah ketidakadilan tertinggi).

Salah satu contoh dari kontradiksi yang tajam antara elemen keadilan

dengan elemen kepastian hukum adalah dalam pranata hukum ”kadaluwarsa”.

Seorang penjahat tidak lagi dapat dituntut ke muka hakim jika sampai batas waktu

tertentu belum juga dapat ditangkap oleh penegak hukum. Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana menyebutkan seperti itu. Dalam hal ini, penuntutan hukum

terhadap pelaku kejahatan dianggap sudah kadaluwarsa. Dalam keadaan seperti

ini, dapat dibayangkan betapa dapat melukai keadilan masyarakat, apalagi

keadilan dari korban kejahatan, manakala si penjahat tidak dihukum hanya karena

penjahat tersebut tidak tertangkap untuk dalam jangka waktu tertentu.

Sesungguhnya, apa yang dikejar hukum jika tega membiarkan penjahat tetap

melanglang buana di luar penjara. Tidak lain yang dikejar adalah unsur kepastian

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

43

hukum, meskipun ongkosnya adalah dengan mengorbankan unsur keadilan. Hal

seperti ini banyak terjadi dalam berbagai pranata hukum yang ada. Karena jika

hukum tidak pasti, maka masyarakat juga yang susah.41

Sering terdapat ungkapan bahwa sektor hukum tidak memberikan

kepastian hukum bagi masyarakat sehingga pihak negara asing, orang asing dan

pihak pemodal asing segan masuk atau berhubungan dengan Indonesia. Sebab,

bukankah ketidakpastian hukum akan berdampak pada ketidakpastian berusaha di

Indonesia. Akibat dari ketidakadaan unsur kepastian hukum ini, maka secara

keseluruhan hukum Indonesia menjadi tidak dapat diprediksi (unpredictable).

Misalnya, jika kita beracara perdata di pengadilan-pengadilan negeri, sukar

diprediksi hasilnya. Seringkali perkara yang cukup kuat alat buktinya, tetapi tiba-

tiba kalah di pengadilan dengan alasan yang tidak jelas, bahkan dengan alasan

yang tergolong naif. Sebaliknya, sering juga kasus dimana pihak yang sangat

lemah kedudukan hukum dan pembuktiannya, di luar dugaan ternyata dia dapat

dimenangkan oleh pengadilan. Dalam hal ini, sebenarnya persoalan utamanya

terletak pada masalah penafsiran dan penerapan hukum yang tidak benar.

Akibatnya, banyak putusan pengadilan, termasuk putusan Mahkamah Agung

sekarang ini yang tidak terukur, tidak prediktif dan bersifat kagetan.

Apabila unsur keadilan jarang terpenuhi dalam suatu penerapan hukum

dan unsur kepastian hukumnya juga terpinggirkan, maka pantaslah penerapan

hukum yang demikian dikatakan telah jatuh sampai pada titik nadir, artinya, luar

biasa jeleknya dan nuansa seperti inilah yang sekarang sedang terjadi di

Indonesia.

41Munir Fuady, 2007, Dinamika Teori Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 180

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

44

Sebenarnya, terutama dalam tatanan normatif, secara evolutif hukum terus

berkembang menuju ke arah terciptanya suatu tata hukum yang lebih baik, bukan

malahan mundur ke belakang. Banyak peraturan dan undang-undang dibuat, baik

yang baru sama sekali ataupun untuk sekedar merevisi atau mengganti aturan

hukum yang lama. Tujuan terus menerus dibuatnya peraturan tersebut adalah agar

tercipta perangkat hukum yang lebih baik. Hukum dari segi ini, mestinya yang ada

sekarang jauh lebih maju dengan hukum sebelumnya. Hukum harus terus menerus

melakukan evolusi, baik pada tataran nasional maupun pada tataran internasional.

Berdasarkan hal ini, ahli hukum terkenal Roscoe Pound menyatakan sebagai

berikut:

Semenjak hukum Romawi, orang telah belajar untuk makin lama makin

baik menunaikan tugas praktisnya, guna mengatur hubungan-hubungan

dan menertibkan kelakuan supaya dapat dikekang insting dorongan

kehendak insan yang agresif dari masing-masing orang dan menggunakan

dorongan kehendak insan secara bekerja sama demi kemajuan

peradaban.42

Tatanan hukum dalam arti normatif seyogyanya semakin hari semakin

baik seperti yang dikatakan oleh Roscoe Pound tersebut, tidak berarti bahwa

tujuan dari hukum tersebut, termasuk tercapainya keadilan dan kepastian hukum

semakin hari semakin baik. Karena banyak juga orang merasa keadilan di jaman

penjajahan di rasa lebih baik dengan sekarang ini. Kata orang, dulu di masa

penjajahan Belanda, kepastian dan wibawa hukum jauh lebih terasa dari sekarang.

Hal ini karena perwujudan tujuan hukum ke dalam masyarakat, termasuk

perwujudan unsur keadilan dan kepastian hukum, masih tergantung minimal

kepada dua hak lain, yaitu sebagai berikut:

42Roscoe Pound, 1965, Tugas Hukum, terjemahan Moh. Radjab, Bharata, Jakarta, hlm. 60

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

45

1. Kebutuhan akan hukum yang semakin besar yang oleh hukum harus selalu

dipenuhi

2. Kesadaran hukum manusia dan masyarakat yang semakin hari semakin

bertambah tinggi sehingga hal tersebut harus direspons dengan baik oleh

hukum.

Jelas sekali bahwa faktor penerapan hukum mesti selalu dibenahi jika

ingin didapati suatuoutput hukum yang baik. Unsur terpenting dalam penerapan

hukum adalah unsur penegak hukum itu sendiri, in casu yang berpusat di

Mahkamah Agung sebagai benteng terakhirnya. Perbaikan sektor penegak hukum

di Indonesia saat ini merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar, baik dalam arti

perbaikan moral, kualitas dan kuantitas, profesionalisme, metode kerjanya, dan

sebagainya. Peradilan yang bersih, berwibawa, modern, cepat, murah dan

predictable, merupakan dambaan dari masyarakat Indonesia yang memang juga

diinginkan oleh cita hukum bangsa ini, karena bangsa Indonesia tentu

menghendaki agar hukumnya siap bersaing dan siap bersanding dengan hukum-

hukum dari negara lain dalam masa globalisasi dan transformasi ini.

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu suatu proses untuk

menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin

hukum guna menjawab menjawab isu-isu hukum yang dihadapi.43

43Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum, Prenada Media Grup, Jakarta, hlm.

11

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

46

1.7.2 Pendekatan Penelitian

Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan

pendekatan tersebut peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek

mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabnya. Pendekatan-pendekatan

yang digunakan di dalam penelitian hukum adalah pendekatan undang-undang

(statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis

(historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan

pendekatan konseptual (conceptual approach).44

Pendekatan undang-undang (statute approach) dilakukan dengan

menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu

hukum yang sedang ditangani. Pendekatan kasus (case approach) dilakukan

dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu

yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan yang tetap. Pendekatan historis (historical approach) dilakukan dengan

menelaah latar belakang apa yang dipelajari dan perkembangan pengaturan

mengenai isu yang dihadapi. Pendekatan komparatif (comparative approach)

dilakukan dengan membandingkan undang-undang suatu negara dengan undang-

undang dari satu atau lebih negara lain mengenai hal yang sama. Sedangkan

pendekatan konseptual (conceptual approach) yaitu pendekatan yang beranjak

dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu

hukum.45

44Ibid, hlm. 93 45Ibid, hlm. 93-95

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

47

Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kasus (case approach). Dalam pendekatan kasus (caseapproach) yang perlu

dipahami oleh peneliti adalah ratio decidendi, yaitu alasan-alasan hukum yang

digunakan oleh hakim untuk sampai kepada putusannya.46

Ratio decidendi dapat

diketemukan dengan memperhatikan fakta material. Fakta-fakta tersebut berupa

orang, tempat, waktu dan segala yang menyertainya asalkan tidak terbukti

sebaliknya. Perlunya fakta materiil tersebut diperhatikan karena baik hakim

maupun para pihak akan mencari aturan hukum yang tepat untuk dapat diterapkan

kepada fakta tersebut.47

1.7.3 Sumber Bahan Hukum

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif48

yang

terdiri dari:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

c. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

d. Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

e. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

f. Peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan penelitian

ini.

46Ibid, hlm. 119 47Ibid 48Ibid, hlm. 142

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

48

2. Bahan hukum sekunder, adalah bahan-bahan hukum yang memberikan

penjelasan dan petunjuk terhadap bahan hukumprimer, yang terdiri dari:

berbagai literatur/buku-buku, berbagai hasil seminar, lokakarya, simposium

dan penelitian, jurnal, artikel yang berkaitan dengan permasalahan dalam

penelitian ini.

3. Bahan hukum tertier, adalah bahan-bahan hukum yang akan memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, yang terdiri dari:

a. Kamus hukum;

b. Kamus Inggris-Indonesia;

c. Kamus Umum Bahasa Indonesia;

d. Ensiklopedi.

1.7.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara studi dokumen, yaitu dengan cara mempelajari, mengkaji dan menelaah

bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan penelitian ini.

1.7.5 TeknikAnalisis Bahan Hukum

Bahan hukum yang telah dikumpulkan dan disistematisir kemudian

dilakukan analisis secara kualitatif. Dengan kata lain, teknik analisis yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah yuridis kualitatif dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Bahan hukum yang diperoleh dari penelitian diklasifikasikan sesuai dengan

permasalahan dalam penelitian;

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah fileProfesi hukum sebagai profesi yang terhormat mempunyai nilai-nilai ... Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris(selanjutnya

49

2. Hasil klasifikasi data selanjutnya disistematisasikan;

3. Bahan hukum yang telah disistematisasikan kemudian dievaluasi, diberikan

argumentasi, dan dianalisis untuk dijadikan dasar dalam pengambilan

kesimpulan terhadap permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini.