22
1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan formal di Indonesia merupakan salah satu unsur penting dalam meraih keberhasilan seseorang di masa yang akan datang. (Enca M, 2001), beliau adalah seorang praktisi pendidikan yang menyatakan bahwa pendidikan berguna untuk menghasilkan kualitas Sumber Daya Manusia yang baik untuk meraih cita-cita yang diinginkan siswa, dan proses belajar yang dilakukan seorang individu memiliki peran penting bagi perkembangan dan perwujudan dirinya, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memiliki fungsi dasar sebagai tempat belajar untuk melaksanakan suatu program pelayanan pendidikan formal dan kegiatan proses belajar mengajar tersebut terangkum dalam kurikulum yang disusun secara spesifik. Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan kemampuan siswa dalam menghadapi jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan tujuan meraih cita-cita yang ia harapkan. Kegiatan pendidikan di sekolah dilakukan dengan cara pemberian pengetahuan, mengasah pemahaman dan melakukan penerapan dari suatu materi pelajaran dengan tujuan meningkatkan kemampuan dan kompetensi siswa, (Enca M, 2001)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan formal di Indonesia merupakan salah satu unsur penting

dalam meraih keberhasilan seseorang di masa yang akan datang. (Enca M,

2001), beliau adalah seorang praktisi pendidikan yang menyatakan bahwa

pendidikan berguna untuk menghasilkan kualitas Sumber Daya Manusia yang

baik untuk meraih cita-cita yang diinginkan siswa, dan proses belajar yang

dilakukan seorang individu memiliki peran penting bagi perkembangan dan

perwujudan dirinya, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara.

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memiliki

fungsi dasar sebagai tempat belajar untuk melaksanakan suatu program pelayanan

pendidikan formal dan kegiatan proses belajar mengajar tersebut terangkum dalam

kurikulum yang disusun secara spesifik. Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan

kemampuan siswa dalam menghadapi jenjang pendidikan yang lebih tinggi

dengan tujuan meraih cita-cita yang ia harapkan. Kegiatan pendidikan di sekolah

dilakukan dengan cara pemberian pengetahuan, mengasah pemahaman dan

melakukan penerapan dari suatu materi pelajaran dengan tujuan meningkatkan

kemampuan dan kompetensi siswa, (Enca M, 2001)

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

Universitas Kristen Maranatha

2

Salah satu tahap pendidikan formal adalah SMP (Sekolah Menengah

Pertama). Pendidikan yang diterapkan di SMP, memiliki tujuan untuk

meningkatkan kompetensi siswa dengan cara pemberian materi, modul pelatihan

serta ujian dalam setiap mata pelajaran. Beberapa materi pelajaran SMP dapat

dipelajari siswa SMP dengan pemahaman teori yang tidak terlalu dalam, namun

beberapa materi lainnya memerlukan pemahaman yang mendalam. Hal ini akan

menimbulkan suatu tuntutan agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan materi

yang diberikan. (Enca M, 2001).

Jenjang pendidikan SMP merupakan tingkat pendidikan menengah,

dimana siswa dituntut untuk menyesuaikan dirinya dengan kurikulum SMP.

Berbeda dengan SD yang pemberian materi pelajaran diberikan secara global, di

SMP siswa mulai mempelajari suatu materi pelajaran secara lebih spesifik.

Sebagai contoh adalah mata pelajaran IPA di SD, di SMP pelajaran tersesbut

dibagi menjadi Biologi dan Fisika. Pembagian ini membuat siswa dituntut agar

dapat beradaptasi dengan materi IPA yang spesifik (Fisika dan Biologi).

Kemampuan adaptasi diperlukan siswa agar dapat memilih learning approach

yang tepat bagi diri mereka ketika mempelajari Biologi agar dapat memenuhi

tuntutan materi kurikulum SMP.

SMPN “X” Kota Bandung merupakan salah satu sekolah Negeri yang

cukup diminati di Kota Bandung. SMPN ini memiliki sarana pendidikan yang

cukup baik berupa tenaga pendidik yang berkualitas, fasilitas yang menunjang

berbagai kegiatan sekolah, serta beberapa prestasi yang diraih sekolah tersebut

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

Universitas Kristen Maranatha

3

(Tata Usaha SMPN ”X” kota Bandung ). SMPN ”X” Kota Bandung memiliki

tuntutan kurikulum yang cukup tinggi bagi para siswanya dan tertuang dalam

TIU (Tujuan Instruksional Umum) dan TIK (Tujuan Instruksional Khusus).

Sebagai contoh, dalam Tujuan Instruksional Umum(TIU) kurikulum Biologi

kelas VIII, dicantumkan agar siswa mampu mengaitkan hubungan antara struktur

dan fungsi jaringan dengan struktur dan fungsi organ pada tumbuhan, dan di

dalam Tujuan Instruksional Khusus (TIK) tertulis, siswa diharapkan mampu

mengidentifikasikan struktur dan fungsi tubuh tumbuhan, hama penyakit pada

organ tumbuhan yang dijumpai sehari-hari, mengidentifikasi macam-macam

gerak pada tumbuhan, mendeskripsikan proses perolehan nutrisi dan energi pada

tumbuhan hijau. Kegiatan tersebut ditunjang dengan melakukan berbagai

percobaan ilmiah yang dilakukan dengan berbagai metode ilmiah agar hasilnya

dapat dipertanggung jawabkan. Untuk dapat memenuhi TIU / TIK materi tersebut,

siswa kelas VIII SMPN ”X” Kota Bandung dituntut mempelajari materi Biologi

secara mendalam. Hal ini tidak dapat dicapai jika siswa hanya mempelajari

dengan menghafal saja.

Keberhasilan siswa dalam menjawab tuntutan kurikulum Biologi dapat

dipengaruhi oleh pendekatan belajar (learning approach) yang dipergunakan

siswa ketika mempelajari materi Biologi, yang akan menentukan bagaimana

pelajaran Biologi tersebut diterima, diolah yang selanjutnya akan menentukan

kualitas dari pembelajaran yang terjadi. Salah satu keberhasilan siswa dalam

menjawab tuntutan kurikulum yang dapat dilihat dan dipertanggungjawabkan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

Universitas Kristen Maranatha

4

adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan dari ulangan harian, kuis, tugas,

praktikum, ujian tengah semester maupun ujian akhir semester (Enca M, 2001).

Disdiknas memberi panduan nilai ketuntasan dalam raport kenaikan kelas (teori

dan praktek) adalah 6.00, namun sekolah memiliki otoritas sendiri dalam

menentukan nilai ketuntasan tetapi tetap mengacu kepada standar Disdikas.

(www.disdiknas.org). Nilai ketuntasan yang ditetapkan sekolah SMPN “X” Kota

Bandung adalah sebagai berikut : pelajaran Matematika 6.00; Bahasa Inggris

6.00; gabungan IPS 6.00 dan gabungan IPA 6.00. SMPN “X” Kota Bandung

memiliki toleransi dua nilai merah yaitu; satu nilai 5.00 untuk mata pelajaran

matematika atau bahasa inggris dan satu nilai 5.00 (teori maupun praktek),

untuk salah satu mata pelajaran dalam IPS atau IPA. Berdasarkan data SMPN

”X” Kota Bandung pada tahun 2005, kenaikan siswa ke kelas VIII memiliki rata-

rata nilai sebagai berikut : IPS teori 7.00, IPS praktek 8.00, IPA teori 6.00, IPA

praktek 6.50, Matematika 6.00, Bahasa Inggris 6.50, Bahasa Indonesia 7.50,

PPKN 7.00. Nilai rata-rata kenaikan siswa ke kelas IX sebagai berikut : IPS teori

6.50, IPS praktek 7.50, Matematika 6.00, Bahasa Inggris 7.00, Bahasa Indonesia

7.00, PPKN 7.50, IPA teori 5.00, IPA praktek 5.50. Nilai terendah kenaikan ke

kelas IX dimiliki pelajaran IPA, dimana pelajaran tersebut merupakan gabungan

mata pelajaran Fisika dan Biologi, dari mata pelajaran tersebut Biologi memiliki

nilai terendah ( Biologi teori 4.5, praktek 5.0, Fisika teori 5.00, praktek 5.00).

Berdasarkan data nilai, selama 4 tahun terakhir (2001-2005), nilai Biologi selalu

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

Universitas Kristen Maranatha

5

menempati urutan terendah, oleh karena itu mata pelajaran Biologi memerlukan

perhatian khusus.

Siswa kelas VIII SMPN”X” Kota Bandung telah menempuh pendidikan

minimal 1 tahun di jenjang SMP, oleh karena itu siswa diharapkan sudah mampu

untuk menyesuaikan cara belajarnya dan dapat memilih learning approach yang

sesuai bagi dirinya agar dapat menjawab tuntutan kurikulum mata pelajaran

Biologi. Pada kenyataannya, beberapa siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung

mengalami kesulitan dengan kurikulum Biologi yang ada, sebanyak 26 siswa

(65%) menjawab, mereka masih merasa kesulitan untuk menyesuaikan cara

belajar mereka dengan tuntutan materi pelajaran, beberapa siswa mengakui

padatnya materi dan tugas yang diberikan, fasilitas laboratorium yang berbagi

dengan laboratorium Fisika dan kesulitan yang dialami dalam mengerjakan soal

ujian.

Siswa yang memilih surface approach ketika mempelajari Biologi

memiliki motif atau tujuan sekedar lulus dan mendapatkan nilai tanpa berusaha

memahami materi Biololgi secara mendalam. Hal tersebut dilakukan dengan cara

belajar menghafalkan materi Biologi yang ia terima. Hal ini membuat siswa tidak

dapat mengingat materi pelajaran Biologi yang diajarkan pendidik dalam jangka

waktu yang lama, belajar menjadi satu hal yang sia-sia karena tidak terjadi

pemahaman terhadap materi yang diajarkan di sekolah.

Siswa yang memilih deep approach saat mempelajari Biologi memiliki

motif untuk memenuhi rasa ingin tahu atau kepuasan yang ingin ia dapatkan.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

Universitas Kristen Maranatha

6

Siswa tersebut memiliki tujuan untuk mengolah materi pelajaran Biologi yang

diterima di sekolah, siswa akan berusaha untuk mengkaitkan materi dengan

realitas yang terjadi di sekelilingnya untuk menambah pengetahuannya.Siswa

tersebut akan melakukan berbagai cara untuk memenuhi motivasi yaitu membaca

buku, berdiskusi dengan teman maupun pendidik serta mencari informasi lebih

jauh mengenai materi Biologi yang ia terima. Hal ini membuat siswa

mendapatkan pemahaman yang lebih dalam mengenai materi pelajaran Biologi,

sehingga dapat meningkatkan ketajaman cara berpikir siswa.

Siswa kelas VIII SMPN ”X” Kota Bandung, diharapkan dapat menerapkan

pendekatan belajar (learning approach) yang tepat agar tuntutan kurikulum

Biologi kelas VIII SMPN”X” Kota Bandung dapat tercapai. Tuntutan kurikulum

Biologi SMPN “X” Kota Bandung memiliki tujuan agar siswa memiliki

pemahaman, dapat melakukan penerapan, melakukan analisa hingga membuat

sintesis dari teori Biologi yang diajarkan (TIU/TIK), tujuan lainnya agar siswa

kelas VIII SMPN”X” Kota Bandung mampu mengevaluasi suatu teori Biologi

yang diajarkan. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan, bahwa pendekatan

belajar (learning approach) jenis deep approach sesuai dengan tuntutan

kurikulum Biologi kelas VIII SMPN”X” Kota Bandung, apabila siswa memiliki

kemampuan dalam menerima serta menerapkan materi pelajaran Biologi yang

diterimanya.

Mengingat learning approach memiliki peran penting dalam penyesuaian

cara belajar dengan tuntutan kurikulum Biologi di SMPN ”X” Kota Bandung

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

Universitas Kristen Maranatha

7

maka peneliti tertarik untuk meneliti learning approach terhadap mata pelajaran

Biologi pada siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung. Beberapa hal yang

menunjang peneliti tertarik untuk meneliti pada pelajaran Biologi pada siswa

kelas VIII adalah nilai ketuntasan Biologi terendah yang didapat selama 4 tahun

berturut-turut terdapat pada kenaikan ke kelas IX dan mereka dianggap sudah

mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan pelajaran Biologi, karena

kemampuannya sudah berada pada taraf berpikir formal operational (siswa sudah

dapat menyelesaikan suatu masalah abstrak dengan menggunakan proses berpikir

kognitif), keadaan ini memungkinkan siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung

menggunakan deep approach,

Berdasarkan survei awal yang dilakukan terhadap 40 siswa kelas VIII

SMPN “X” Kota Bandung mengenai learning approach yang siswa lakukan

terhadap materi pelajaran Biologi, 75 % siswa cenderung melakukan surface

approach, hal ini berdasarkan beberapa fakta yaitu : mereka mempelajari materi

Biologi dengan cara menghafal karena siswa tahu bahwa kuis yang diadakan dan

ulangan yang diberikan mayoritas dalam bentuk pilihan berganda dan hanya

sedikit soal essai, siswa mengakui banyaknya tugas yang diberikan dengan

pengerjaan waktu terbatas membuat siswa memiliki tujuan agar tidak

mendapatkan nilai merah, sehingga tugas yang diberikan dibuat seadanya tanpa

mengolah secara lebih lanjut dan beberapa siswa menjawab fasilitas laboratorium

yang berbagi dengan laboratorium fisika, materi yang banyak dilompat membuat

siswa hanya memiliki niat untuk mempelajari materi Biologi secara global saja.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

Universitas Kristen Maranatha

8

Sebanyak 25 % siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung, cenderung

melakukan pendekatan deep approach. Hal ini didasarkan pada beberapa jawaban

siswa yaitu, siswa memiliki minat untuk mempelajari Biologi, dan apabila siswa

kurang mengetahui apa yang siswa pelajari, siswa tersebut mau meluangkan

waktu untuk bertanya pada pendidik disertai mencoba sendiri modul praktek yang

tidak dibahas oleh guru namun ada di dalam buku. Ketika mengerjakan tugas,

siswa memiliki kemauan untuk menyelesaikan tugas dengan proses baik dan

benar, sehingga ketika ada ulangan membuat siswa paham akan maksud soal ujian

yang diberikan pendidik, walaupun siswa telah mengetahui bahwa ujian akan

diberikan dalam bentuk pilihan berganda dan hanya beberapa soal yang essai.

Akibat dari learning approach yang siswa lakukan membuat siswa dapat

mengingat materi Biologi yang sudah lama tidak dipelajari, dan ketika

disinggung selintas siswa tersebut dapat mengingat apa yang telah ia pelajari. Hal

ini sejalan dengan pernyataan pendidik Biologi kelas VIII SMPN “X” Kota

Bandung yang menyatakan bahwa, walaupun cara belajar siswa aktif telah

diterapkan dengan cara memberikan ujian kecil, tugas diskusi maupun praktek

laboratorium, namun hanya sekitar 20 % siswa yang benar-benar aktif bertanya,

berdiskusi serta melakukan percobaan ilmiah melalui proses yang benar serta

analisis yang cukup mendalam.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

Universitas Kristen Maranatha

9

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Jenis Learning approach apa yang dominan dipergunakan siswa kelas

VIII SMPN ”X” Kota Bandung ketika mempelajari mata pelajaran Biologi

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 MAKSUD PENELITIAN

Memperoleh gambaran mengenai Learning Approach yang digunakan

siswa kelas VIII XMPN”X” Kota Bandung terhadap mata pelajaran Biologi

1.3.2 TUJUAN PENELITIAN

Memberikan gambaran dalam rangka memahami secara lebih mendalam

mengenai Learning Approach yang dipergunakan siswa kelas VIII SMPN”X”

Kota Bandung terhadap mata pelajaran Biologi melalui dua jenis pendekatan yaitu

Surface Approach dan Deep Approach, serta melihat pula aspek dan faktor yang

turut mempengaruhi Learning Approach.

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN

1.4.1 KEGUNAAN ILMIAH

1. Menambah pengetahuan mengenai Learning Approach di bidang ilmu

Psikologi Pendidikan

2. Penelitian ini dapat digunakan tambahan informasi bagi peneliti lain

dalam melakukan penelitian mengenai learning approach selanjutnya

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

Universitas Kristen Maranatha

10

1.4.2 KEGUNAAN PRAKTIS

1. Memberi informasi kepada pendidik terutama pendidik Biologi

mengenai learning approach yang dilakukan siswa kelas VIII SMPN”X” kota

Bandung terhadap mata pelajaran Biologi, sebagai bahan evaluasi untuk

menolong siswa memilih pendekatan belajar (learning approach) yang sesuai

dengan tuntutan kurikulum Biologi di SMP.

2. Memberi informasi kepada siswa kelas VIII SMPN”X” kota Bandung

mengenai learning approach terhadap mata pelajaran Biologi sehingga mereka

dapat memilih pendekatan belajar (learning approach) yang sesuai dengan

tuntutan kurikulum Biologi di SMP.

1.5 KERANGKA PEMIKIRAN

Pendidikan mempunyai peran penting dalam menentukan perkembangan

intelektual, sosial dan emosional seseorang. Setiap orang mengalami pendidikan

dimulai dari keluarga (pendidikan informal) yang akan dilanjutkan ke sekolah

(pendidikan formal). dimana salah satu jenjang pendidikan formal adalah SMPN.

Jenjang SMPN terdiri dari tiga tingkatan yaitu kelas VII, VIII dan IX.

Biologi adalah ilmu sains yang membutuhkan suatu metode ilmiah.

Metode ilmiah diperlukan individu ketika ia ingin mencari fakta serta

membuktikan konsep tentang ilmu pengetahuan. Biologi sebagi ilmu sains

memberi banyak keuntungan bagi lingkungan sekitar. Biologi mempelajari objek

yang amat dekat dengan kehidupan manusia, sehingga Biologi merupakan kajian

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

Universitas Kristen Maranatha

11

metode ilmiah dalam pembelajarannya, jadi tidak cukup dengan membaca atau

mendengar penjelasan guru tanpa melakukan suatu praktek Biologi.( Soemarni

T.S dalam Biologi, 1996).

Materi Biologi yang tercantum dalam kurikulum Disdiknas, terdiri atas

pokok - pokok bahasan yang menuntut siswa tidak sekedar memiliki pengetahuan

saja melainkan memahami dan menerapkan, bahkan beberapa materi menuntut

siswa mampu menganalisis serta membuat sintesis serta mampu mengevaluasi

teori Biologi yang diajarkan. Keberhasilan siswa SMPN “X” Kota Bandung dalam

mempelajari materi tersebut tergantung pada bagaimana cara siswa SMPN “X”

Kota Bandung melakukan learning approach terhadap mata pelajaran Biologi,

hasil belajar setiap siswa akan ditentukan oleh jenis learning approach yang ia

pilih. Nilai ketuntasan merupakan salah satu hasil belajar siswa SMPN “X” Kota

Bandung dalam melakukan pembelajaran di sekolahnya. Jika dikaitkan dengan

learning approach, maka learning approach yang dilakukan siswa SMPN “X”

Kota Bandung terhadap mata pelajaran Biologi merupakan salah satu unsur

penting yang menentukan hasil belajar siswa SMPN “X” Kota Bandung terutama

dalam hal ini siswa kelas VIII.

Learning approach merupakan pendekatan yang merujuk kepada

predisposisi yang menggunakan proses khusus ketika mempelajari atau

melakukan suatu tugas akademik. (Biggs,1979,1987a;Entwistle; Watkins,1983b

dalam Biggs,1996). Ada dua jenis learning approach yaitu surface approach dan

deep approach (Biggs,1999). Masing-masing learning approach terdiri atas dua

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

Universitas Kristen Maranatha

12

aspek yaitu motif dan strategi. Motif cenderung menentukan strategi belajar,

maksudnya adalah apa yang diinginkan akan menentukan apa yang akan

dilakukan (Biggs, 1985; Marton&Saljo,1976a;dalam Biggs,1993).

Motif ekstrinsik akan cenderung mengarah ke surface approach. Motif

ekstrinsik adalah motif untuk mendapatkan “imbalan”, digunakan untuk

mendapatkan sesuatu seperti menghindari konsekuensi negatif, sebagai contoh

mendapatkan nilai minimum asal tidak merah supaya tidak dihukum, oleh karena

itu siswa melakukan berbagai strategi yang dapat dilakukan dengan usaha yang

minimal seperti menghafal materi tanpa mendalami (memfokuskan diri terhadap

elemen penting). Motif intrinsik akan digunakan oleh siswa yang yang cenderung

menggunakan deep surface (Hidi 1990; Schiefiele 1991 dalam Biggs 1993),

learning approach jenis ini akan dilakukan ketika siswa kelas VIII SMPN “X”

Kota Bandung memiliki motif yang muncul dari dalam diri dan memiliki minat

terhadap materi Biologi tertentu untuk mencari kepuasan pribadi untuk

memuaskan keingintahuan siswa. Berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk

mendukung motif intrinsik adalah : banyak membaca, berdiskusi dengan teman

maupun pendidik, memperdalam pemahaman siswa serta mengaplikasikan

pemahaman yang didapat dalam kehidupan sehari-hari. Siswa kelas VIII SMPN

“X” Kota Bandung yang memiliki motif intrinsik akan menyisihkan lebih banyak

waktu dan tenaganya atau berdiskusi dengan teman lain untuk mempelajari suatu

materi Biologi secara mendalam hingga siswa tersebut mendapatkan kepuasan

dalam mempelajarin materi pelajaran yang ia pelajari.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

Universitas Kristen Maranatha

13

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi learning approach terhadap mata

pelajaran Biologi yang akan dipilih siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung

yaitu personal dan experiental background. Faktor personal terdiri atas,

conception of learning, abilities dan locus of control, sedangkan faktor

experiental background terdiri atas, parental education dan experience in learning

institutions.

Conception of learning adalah bagaimana siswa kelas VIII SMPN “X”

Kota Bandung memaknakan arti belajar bagi diri sendiri serta bagaimana siswa

tersebut menyelesaikan tugas belajarnya. Conception of learning terdiri atas

increasing one’s knowledge (memperoleh banyak pengetahuan), memorizing and

reproducing (mengingat dan mengulang kembali pengetahuan yang dipelajari),

applying (mencari serta menerapkan kembali informasi yang telah disimpan

sebelumnya), understanding (mengembangkan serta memahami dan menemukan

beberapa arti dari suatu materi), seeing something in different way

(menghubungkan sesuatu dengan yang lain / sebagai bagian dari keseluruhan

materi, cara pandang baru dalam melihat fenomena tertentu) dan changing as a

person (berhubungan dengan aspek perolehan keterampilan baru) (Marton,

1981). Siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung yang memiliki conception of

learning increasing one’s knowledge, memorizing and reproducing serta applying

cenderung menerapkan surface approach karena didasarkan pada seberapa

banyak atau sedikitnya materi yang dipelajari dan dihafalkan (kuantitatif). Siswa

kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung yang menerapkan conception of learning

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

Universitas Kristen Maranatha

14

lainnya yaitu understanding, seeing something in different way dan changing a

person cenderung menerapkan deep approach, hal ini didasarkan pada seberapa

dalam siswa SMPN “X” kelas VIII bermaksud memahami materi pelajaran

(kualitatif). Hal tersebut dapat terjadi karena perhatian siswa ditujukan pada

struktur pelajarannya bukan pada elemen tertentu (Van Rossum dan Schenk 1984

dalam Biggs 1993).

Abilities yang dimaksudkan adalah kemampuan yang dimiliki siswa

SMPN “X” Kota Bandung. Siswa yang memiliki taraf intelegensi lebih rendah

akan cenderung menggunakan surface approach (Biggs, 1987a). Siswa kelas VIII

SMPN “X” Kota Bandung yang memiliki intelegensia tinggi, akan cenderung

menggunakan pendekatan deep approach, namun learning approach dapat

digunakan oleh semua tingkat intelegensia, kecuali tingkat intelegensia paling

rendah

Locus of control adalah pusat dimana individu meletakkan tanggung jawab

untuk meraih keberhasilan atau menghindari kegagalan, yang berasal dari dalam

atau luar dirinya (Rotters, 1954). Siswa kelas VIII SMPN “ X” Kota Bandung

apabila memiliki locus of control internal akan memiliki tanggungjawab atas

dirinya untuk meraih keberhasilan dan memiliki motif intrinsik yang mengarah ke

deep approach ketika mempelajari Biologi. Siswa kelas VIII SMPN “X” Kota

Bandung yang memiliki locus of control eksternal percaya bahwa ada orang atau

kekuatan lain yang berasal dari luar dirinya untuk mengatur kehidupan siswa serta

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

Universitas Kristen Maranatha

15

meraih kerberhasilan yang akan mengarahkan siswa pada surface approach ketika

mempelajari Biologi.

Faktor experiental background yang terdiri atas Parental education dan

experiental in learning institution memberikan pengaruh pada pemilihan learning

approach terhadap mata pelajaran Biologi. Siswa kelas VIII SMPN “X” Kota

Bandung yang memiliki orangtua berpendidikan tinggi akan diasosiasikan

menggunakan deep approach jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki

orangtua yang berpendidikan lebih rendah, hal ini didasarkan pada anggapan

siswa yang memiliki orangtua dengan latar pendidikan tinggi memiliki tuntutan

akademik yang tinggi serta menganggap bahwa pendidikan adalah suatu hal yang

penting(Biggs,1987a dalam Biggs 1993).

Experiental in learning institutions mencakup bagaimana pandangan siswa

kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung terhadap suasana kelas, fasilitas sekolah,

kualitas sekolah, perasaan senang bersekolah, pandangan terhadap teman serta

kecocokan dengan pendidik. Suasana kelas dapat membangkitkan motivasi siswa

kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung untuk belajar, demikian juga apabila siswa

tersebut merasa bahwa kualitas sekolahnya baik dan disertai perasaan senang

bersekolah maka siswa bisa terpacu untuk melakukan deep approach, sedangkan

jika siswa tidak memiliki perasaan senang bersekolah siswa cenderung memilih

surface approach (Watkins dan Hattie,1990 dalam Biggs 1993). Sekolah dapat

dipandang siswa sebagai institusi yang hanya perduli pada kemampuan literacy

dan numericy, bukan sebagai tempat untuk menemukan pengetahuan baru serta

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

Universitas Kristen Maranatha

16

mengembangkan kemampuan inquir y(Campbell,1980 dalam Biggs 1993), siswa

yang berpandangan demikian akan cenderung memilih surface approach. Metode

pengajaran serta sistem pendidikanpun dapat mempengaruhi siswa kelas VIII

SMPN “X” Kota Bandung dalam mempelajari Biologi. Metode pengajaran dan

sistem pendidikan yang disertai dengan kurikulum yang proposional dan tuntutan

kurikulum sampai pada tahap evaluatif, namun disesuaikan dengan jumlah materi

serta waktu yang disediakan akan membuat siswa kelas VIII SMPN “X” Kota

Bandung akan cenderung menggunakan deep approach dalam mempelajari

Biologi, sebaliknya materi yang padat dan diberikan dalam jangka waktu terbatas

yang disertai dengan tuntutan kurikulum Biologi yang sekedar pada pengetahuan

saja akan membuat siswa kelas VIII SMPN “ X” Kota Bandung akan cenderung

memilih surface approach.

Pandangan terhadap teman (peer group) dapat mempengaruhi siswa untuk

memilih learning approach, terutama pada masa awal remaja. Peer relationship

memegang peranan penting, karena teman berfungsi sebagai wadah untuk belajar

peraturan serta standar sosial yang terkait dengan hasil belajar yang dicapai di

sekolah dan hal ini didukung dengan keberadaan siswa yang menghabiskan

setengah waktunya di sekolah (Santrock 1998), hal ini berkaitan dengan prestasi

akademik yang dicapai siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung yang

dicerminkan dalam sebuah nilai ketuntasan individunya. Pandangan positif

terhadap teman dapat memacu siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung untuk

melakukan deep approach dengan cara melakukan strategi dengan berdiskusi

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

Universitas Kristen Maranatha

17

dengan teman mengenai topik pelajaran Biologi. Siswa yang bergaul dengan

teman yang berprestasi baik serta berungguh-sungguh dalam belajar, dapat

memotivasi siswa tersebut untuk lebih berusaha dalam belajar dan berupaya untuk

memahami materi pelajaran yang diberikan pendidik (Natriello & Mc Dill,1986

dalam Steinberg,2002).

Peranan pendidik termaduk penting dalam pemilihan learning approach

yang digunakan siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung untuk mempelajari

mata pelajaran Biologi. Pendidik memiliki peran sebagai mediator dan fasilitator

untuk membantu serta memudahkan siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung

dalam proses pengembangan dan perwujudan diri. Materi yang diberikan dalam

waktu yang terbatas sangat banyak, membuat siswa kelas VIII SMPN”X” Kota

Bandung menyelesaikan tugasnya hanya dengan motif untuk menghindari

hukuman serta melakukannya dengan cara mengerjakan seadanya. Jika hal

tersebut dilakukan serta ditambah dengan tidak adanya evaluasi pengerjaan materi

dari pendidik akan membuat siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung

menyelesaikan tuntutan belajar pada tahap pengetahuan saja, siswa yang

menerapkan cara demikian disebut surface approach. Hal sebaliknya dapat

terjadi, ketika pendidik memberi suatu bentuk tugas yang dapat menimbulkan

motivasi dan memicu minat siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung untuk

mendalami materi Biologi secara lebih dalam. Tugas tersebut secara tidak

langsung akan menimbulkan pandangan positif yang memacu siswa untuk

berupaya terlibat lebih aktif serta mencari informasi baik dari pendidik, teman

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

Universitas Kristen Maranatha

18

bahkan dari pihak luar sekolah. Penerapan tugas seperti ini akan mengacu kepada

deep approach (Biggs &Telfer, 1987). Tenaga pendidik di SMPN “X” Kota

Bandung, memberikan pengajaran dalam bentuk ujian kecil di awal pelajaran,

dilanjutkan dengan diskusi serta melakukan beberapa modul praktek, tetapi

banyaknya materi yang harus diselesaikan dalam waktu yang terbatas, membuat

pendidik membuat modul praktek dalam bentuk jadi tanpa memberi kesempatan

kepada siswa untuk mencobanya, dapat membuat siswa SMPN “X” Kota

Bandung kurang dapat memahami proses yang terjadi sehingga dapat berakibat

pada kesulitan memilih learning approach yang paling tepat bagi dirinya untuk

menjawab tuntutan kurikulum yang diberikan pihak sekolah SMPN “X” Kota

Bandung.

Siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung yang memiliki locus of

control internal, didukung oleh munculnya minat dalam diri, memiliki pemaknaan

belajar sebagai understanding (melihat komponen materi yang dipelajari serta

memiliki kemampuan untuk menggabungkan ide), serta didukung oleh latar

belakang orangtua yang berpendidikan tinggi serta memiliki pandangan positif

terhadap sekolah akan cenderung mendorong siswa tersebut melakukan learning

approach jenis deep approach. Ketika siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung

memiliki pemaknaan yang tinggi dalam belajar Biologi, siswa tersebut tidak akan

terfokus pada satu elemen tertentu dari suatu materi Biologi namun ia akan

memperhatikan struktur dari suatu materi Biologi sehingga memudahkan siswa

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

Universitas Kristen Maranatha

19

tersebut untuk mempelajari secara lebih dalam, hal ini sejalan dengan adanya

tuntutan akademik yang tinggi dari orangtuanya.

Siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung yang memiliki locus of

control eksternal disertai pandangan negatif terhadap sekolah, memiliki

pemaknaan belajar sebagai memorizing and reproducing (mengambil dan

menyimpan materi yang telah dipelajari) akan cenderung melakukan surface

approach dalam mempelajari materi Biologi. Hal ini disebabkan karena siswa

tersebut akan belajar ketika ada tuntutan dari figur di luar dirinya sehingga kurang

memiliki kesadaran dalam dirinya sehingga mengakibatkan siswa kurang

termotivasi dalam mempelajari materi Biologi secara mendalam sehingga siswa

hanya menghafal materi yang ia pelajari.

Tahap perkembangan siswa kelas VIII SMPN”X” Kota Bandung berada

fase formal operational dimana siswa sudah memiliki beberapa kemampuan

seperti, kemampuan berpikir hipotesis (membuat kesimpulan atau jawaban

sementara), kemampuan problem solving (memecahkan masalah), kemampuan

berpikir akan suatu hubungan sebab – akibat dan kemampuan berpikir abstrak

(membayangkan suatu informasi yang ditermua tanpa melihat suatu hal yang

konkrit). Kemampuan tersebut memungkinkan siswa SMPN kelas VIII SMPN

“X” Kota Bandung untuk melakukan deep approach.

Kecenderungan pendekatan yang digunakan siswa dapat dilihat bahwa

penedekatan itu berjalan terus menerus serta secara pribadi memberikan

kenyamanan bagi siswa di dalam lingkungan belajar setiap harinya. Jika

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

Universitas Kristen Maranatha

20

lingkungan berubah, maka pendekatan belajar yang digunakan oleh siswa tersebut

akan iktu berubah pula (Biggs, 1993). Hal ini menjelaskan bahwa pendekatan

surface dan deep bukanlah trait kepribadian atau cara belajar yang menetap.

Dalam mempelajari Biologi, siswa Kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung dapat

memiliki lebih dari satu jenis learning approach, tidak terbatas pada satu jenis

saja. Surface approach dan deep approach tidak dapat diterapkan dalam jangka

waktu yang bersamaan, karena motif dan strategi setiap jenis learning approach

bertentangan. Siswa akan mengubah pendekatan yang digunakan tergantung dari

pandangan siswa terhadap tuntutan tugas yang ditetapkan Kedua jenis learning

approach dapat diterapkan secara bergantian dalam jangka waktu yang panjang

disebabkan oleh banyaknya materi Biologi yang dipelajari di kelas VIII yang

diberikan di SMPN “X” Kota Bandung.

Learning approach tidak mutlak sebagai predisposisi yang ada dalam diri

siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung, tetapi hal ini dapat dimodifikasi

dengan cara mengubah situasi pengajaran atau sesuai dengan perubahan yang

terjadi dalam diri siswa tersebut bahwa aktivitas belajar siswa merupakan hasil

dari interaksi siswa sendiri dengan lingkungannya. Motif dan strategi dalam

belajar cenderung cocok dan sejalan, yang kemudian bersama-sama akan

membentuk learning approach (Biggs, 1985; Marton&Saljo,1976a;dalam

Biggs,1993). Kenyataan yang dapat terjadi adalah learning approach dapat

terbentuk dari motif dan strategi yang berbeda (surface motive dengan deep

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

Universitas Kristen Maranatha

21

strategy atau deep motive dengan surface strategy) seperti yang diungkapkan oleh

Marton dan Saljo (http://www.learning.ox.ac.uk/),

Secara lebih jelas kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan dalam bagan di

bawah ini :

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

Siswa kelas VIII

SMPN”X” Kota

Bandung dan

mempelajari Biologi

Learning

approach

Personal factors :

-conceptions of

learning

-abilities

-locus of control

Experiential background

factors:

-parental education

- experience in learning

institutions

Surface approach

-motif

-strategi

Deep approach

-motif

-strategi

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …repository.maranatha.edu/5345/3/0130024_Chapter1.pdf1 Universitas Kristen Maranatha BAB I ... adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan

Universitas Kristen Maranatha

22

1.6 ASUMSI

1. Learning approach yang digunakan siswa kelas VIII SMPN”X” Kota

Bandung ditentukan oleh motif dan strategi siswa ketika mempelajari mata

pelajaran Biologi.

2. Learning approach terdiri dari deep approach dan surface approach.

3. Learning approach yang digunakan Siswa kelas VIII SMPN”X” kota

Bandung dapat terbentuk dari kombinasi motif dan strategi yang berbeda.

4. Terbentuknya Learning approach siswa kelas VIII SMPN “X” Kota

Bandung dipengaruhi oleh personal factors dan Experiential background factors.