23
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial yang telah berkembang di seluruh jaringan masyarakat, dimana hampir semua orang hidup dengan keterikatan hak dan kewajiban dalam berkeluarga. Keluarga secara umum dapat dipahami dengan adanya pasangan suami istri yang tinggal bersama di bawah satu atap. Keluarga secara tradisional dapat dipahami sebagai sekelompok orang yang memiliki hubungan ikatan darah, perkawinan, dan bertempat tinggal yang sama. Sedangkan secara kontemporer keluarga dapat diartikan sebagai suatu hubungan antar individu yang berkomitmen untuk tinggal bersama membentuk unit ekonomi dan memiliki anak. Keluarga menurut Murdock dalam Sri Lestari (2012 : 3) adalah sebuah kelompok sosial yang memiliki ciri khas tempat tinggal yang sama, adanya kerjasama antar dua jenis kelamin, dan memiliki satu atau lebih anak yang saling bersosialisasi. Selanjutnya keluarga menurut Elliot dan Merril (1961 : 35) merupakan kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki hubungan ikatan darah, perkawinan, maupun adopsi. Melalui rangkaian proses pernikahan maka masing-masing dari individu baik suami maupun istri telah resmi membentuk sebuah lembaga sosial yang disebut dengan keluarga. Setelah berkeluarga maka akan muncul adanya peran dan status sosial baru sebagai pasangan suami istri. Lumrahnya sebuah keluarga akan tinggal bersama dengan keluarga besar beserta dengan anak-anaknya di lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial yang telah berkembang di

seluruh jaringan masyarakat, dimana hampir semua orang hidup dengan keterikatan

hak dan kewajiban dalam berkeluarga. Keluarga secara umum dapat dipahami

dengan adanya pasangan suami istri yang tinggal bersama di bawah satu atap.

Keluarga secara tradisional dapat dipahami sebagai sekelompok orang yang

memiliki hubungan ikatan darah, perkawinan, dan bertempat tinggal yang sama.

Sedangkan secara kontemporer keluarga dapat diartikan sebagai suatu hubungan

antar individu yang berkomitmen untuk tinggal bersama membentuk unit ekonomi

dan memiliki anak.

Keluarga menurut Murdock dalam Sri Lestari (2012 : 3) adalah sebuah

kelompok sosial yang memiliki ciri khas tempat tinggal yang sama, adanya

kerjasama antar dua jenis kelamin, dan memiliki satu atau lebih anak yang saling

bersosialisasi. Selanjutnya keluarga menurut Elliot dan Merril (1961 : 35)

merupakan kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki

hubungan ikatan darah, perkawinan, maupun adopsi.

Melalui rangkaian proses pernikahan maka masing-masing dari individu baik

suami maupun istri telah resmi membentuk sebuah lembaga sosial yang disebut

dengan keluarga. Setelah berkeluarga maka akan muncul adanya peran dan status

sosial baru sebagai pasangan suami istri. Lumrahnya sebuah keluarga akan tinggal

bersama dengan keluarga besar beserta dengan anak-anaknya di lingkungan yang

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

2

sama. Namun seiring dengan berkembang pesatnya arus zaman di era modern saat

ini yang menyebabkan urbanisasi semakin marak terjadi maka sudah cukup banyak

dijumpai keluarga yang memilih untuk tinggal terpisah dalam artian melakukan

hubungan jarak jauh atau yang biasa disebut dengan long distance marriege. Seperti

yang dikatakan oleh Dyson (dalam Mijilputri, 2015) bahwasannya di era modern

ini sudah sering kita jumpai keluarga yang menjalani kehidupan pernikahan jarak

jauh karena didasarkan pada pola pikir idealisme yang tinggi untuk dapat hidup

mandiri dan mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri.

Sepasang kekasih yang akhirnya memutuskan untuk menikah dan berkeluarga

pastinya memiliki tujuan dan harapan yang mereka idam-idamkan diantaranya

adalah memiliki keturunan, tempat tinggal yang layak, hidup bahagia, dan lain

sebagainya. Namun dibalik itu semua harus dibarengi dengan rasa kesungguhan

dan tanggung jawab yang wajib mereka emban. Karena tanpa adanya keduanya

suatu hal yang dapat ditakutkan adalah sebuah hubungan keluarga akan berakhir

tidak harmonis dan tentunya resiko yang paling parah adalah hubungan akan

berakhir di tengah jalan.

Beberapa tahun belakangan ini semakin banyak kita jumpai pasangan suami

istri yang menjalani hubungan jarak jauh atau long distance marriege. Dimana

faktor terbesarnya adalah dari segi ekonomi. Memilih pekerjaan berdasarkan

kondisi ekonomi dan keluarga tentu bukanlah hal yang mudah. Rhodes dalam

Qomariyah (2015 : 2) mengatakan pernikahan jarak jauh atau commuter marriege

adalah sepasang pria dan wanita yang terikat dalam hubungan pernikahan yang

masing-masing diantaranya memiliki karir yang berbeda namun tetap didukung

dengan adanya komitmen yang baik antar keduannya.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

3

Berdasarkan survey di Amerika Serikat hubungan pernikahan jarak jauh atau

yang biasa disebut dengan long distance marriege dalam rentang waktu beberapa

tahun belakangan meningkat sebanyak 23% (Qomariyah 2015 : 19). Hal ini juga

didukung dengan adanya data yang dikemukakan oleh Jacobs dalam Qomariyah

(2015 : 19) yakni The center for the study of long distance relationships dimana

pada tahun 2005, sejumlah 3,5 juta penduduk masyarakat Amerika sedang

menjalani hubungan long distance marriege. Kemudian 6 tahun berikutnya

tepatnya pada tahun 2011 fenomena ini mengalami peningkatan drastis menjadi 7,2

juta penduduk.

Di Indonesia sendiri juga sudah banyak sepasang suami istri yang memilih

untuk tidak tinggal bersama atau menjalani long distance marriege. Memang masih

belum terdapat data survey yang pasti mengenai berapa banyak jumlah pasangan

yang sedang mengalami fenomena ini. Namun, untuk menggambarkan banyaknya

fenomena tersebut di Indonesia maka penulis memilih jalan alternatif yakni

menelusuri setiap pemberitaan terkait fenomena ini melalui media cetak maupun

situs google. Berdasarkan hasil penelusuran penulis menemukan sejumlah

pemberitaan yang berada di beberapa situs online terkait fenomena long distance

marriege di Indonesia, dimana sepanjang tahun 2013 terdapat sebanyak 13 artikel

dan sepanjang tahun 2014 adalah sebanyak 20 artikel (Putra, 2017 : 7).

Sebuah pernikahan dapat dikatakan ideal apabila pasangan suami istri tinggal

dibawah satu atap yang sama. Jika suami maupun istri memilih untuk bekerja, maka

seharusnya pekerjaan tersebut tidak menimbulkan adanya jarak antar keduanya

sehingga tetap mampu mengurus dan membesarkan sang buah hati bersama-sama.

Namun kini fenomena pasangan long distance marriege sudah semakin marak

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

4

terdengar bahkan hingga ke pelosok desa pun. Mereka yang harus terpaksa berpisah

dikarenakan tanggungan beban ekonomi memilih untuk melalukan migrasi demi

menciptakan kehidupan yang lebih baik.

Berdasarkan data dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga

Kerja Indonesia (BNP2TKI) yang diolah oleh Pusat Data dan Informasi

Ketenagakerjaan (Pusdatinaker) menyebutkan bahwasannya di Indonesia

penempatan TKI berdasarkan jenis kelamin dari tahun 2011 sampai 2013

didominasi oleh pekerja perempuan. Terakhir pada tahun 2013 total TKI

perempuan berjumlah 54,08% dan TKI laki-laki berjumlah 45,92%. Sedangkan

penempatan tenaga kerja ke luar negeri pada tahun 2014 periode Januari sampai

Juni berjumlah 40,57% untuk laki-laki dan 59,43% untuk perempuan. Hal ini

menunjukan bahwasannya jumlah TKI perempuan masih banyak mendominasi

dibandingkan dengan TKI laki-laki. (Qomariyah, 2015 : 05).

Biasanya di dalam suatu hubungan pernikahan yang berada di fase ini akan

dihadapkan pada permasalahan yang berhubungan dengan tanggung jawab dari

suami maupun istri untuk tetap saling menjaga keutuhan terhadap rumah tangganya.

Karena tidak dapat dipungkiri dengan adanya hubungan jarak jauh biasanya akan

terjadi semacam kekosongan peran baik dari segi peran suami maupun istri yang

biasanya tinggal dibawah satu atap.

Pada kasus diatas maka dapat diibaratkan keluarga merupakan sebuah

organisasi yang dimana di dalamnya terdapat anggota keluarga sebagai organnya

dan saling melengkapi satu sama lain. Layaknya organisasi, maka masing-masing

anggota keluarga akan menempati posisinya masing-masing untuk dapat selalu

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

5

bersinergi, sehingga roda organisasi tersebut akan dapat bergerak dan berfungsi.

(Murniati, 2004 : 197).

Fenomena pada keluarga yang menjalani long distance marriege tentu akan

mengalami banyak perubahan terhadap fungsi-fungsi pokok pada keluarganya.

Perubahan fungsi pokok ini tentu saja akan membawa implikasi pada keutuhan

rumah tangga pasangan long distance marriege tersebut. Tuntutan demi tuntutan

yang wajib dipenuhi oleh pasangan suami istri yang berhubungan jarak jauh

terkadang akan sulit terpenuhi tidak seperti layaknya sepasang suami istri yang

tinggal satu atap.

Menjalani hubungan jarak jauh tentunya membutuhkan banyak sekali

pertimbangan yang harus dipikirkan, dari segi komunikasi misalnya. Jika antar

keduanya tidak bisa saling menjaga komunikasi dengan baik maka permasalahan

semacam ini akan dapat menimbulkan adanya konflik yang dapat menyebabkan

hubungan akan berakhir di tengah jalan, atau bahkan resiko yang paling terburuk

adalah dapat memicu terjadinya perselingkuhan. Tetapi kembali lagi ini semua

tergantung pada masing-masing pribadi pada pasangan suami istri yang sedang

menjalani hubungan jarak jauh untuk dapat lebih bijak dalam mengatasi setiap

permasalahan dalam hubungannya.

Penelitian ini dilakukan di Desa Swarga Bara Kecamatan Sangatta Utara

Kabupaten Kutai Timur yang mana merupakan daerah asal tempat tinggal penulis.

Penentuan lokasi oleh penulis didasarkan pada pertimbangan subjek dan fenomena

terkait keluarga yang mengalami long distance marriege di daerah tersebut. Dimana

penulis melihat adanya potensi beberapa kerabat dan tetangga yang memiliki

kriteria yang sesuai yakni pasangan yang sedang menjalani hubungan long distance

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

6

marriege kurang lebih diatas satu tahun dan telah memiliki anak dari hasil

pernikahannya.

Permasalahan yang ingin dikaji lebih dalam oleh peneliti adalah terkait apa

sebenarnya motif yang mendasari keluarga disana untuk melakukan hubungan jarak

jauh atau long distance marriege. Selain itu penulis juga ingin mengkaji terkait

hubungan sosial antar keluarga yang mengalami fenomena ini, dimana peneliti

melihat terdapat beberapa konflik yang terjadi dikarenakan adanya miss

komunikasi. Karena tidak dapat dipungkiri proses komunikasi yang terjalin secara

langsung saja masih sangat rentan dapat menimbulkan konflik apabila tidak dalam

satu pemahaman, nah sedangkan disini pasangan long distance marriege harus

melakukan hubungan sosial melalui komunikasi tidak langsung atau melalui

semacam media seperti whatsapp, line dan lain sebagainya.

Keintiman atau kedekatan yang dijaga melalui alat komunikasi tentu saja lebih

besar untuk memicu terjadi nya pertengkaran dibanding bertatap muka secara

langsung. Karena pada dasarnya pasangan suami istri yang menjalani hubungan

jarak jauh dapat dipastikan akan berhubungan intensif melalui via telpon, sms,

maupun media sosial seperti whatsapp dll. Terkadang yang menjadi sebuah

kesulitan dalam berkomunikasi jarak jauh adalah apabila terdapat kesalahan dalam

memahami atau menerima argumen dalam sebuah chat yang misalnya kalimat

tersebut sama sekali tidak mengandung sebuah emosi namun dapat diartikan

berbeda oleh pasangan yang sedang membacanya.

Adanya fenomena long distance marriege juga dapat menyebabkan kurangnya

kepercayaan pada pasangan. Dimana seperti yang kita tau kunci kesuksesan dari

suatu hubungan adalah rasa percaya atau kepercayaan diatas segalanya. Tentunya

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

7

hal ini sangat wajar ketika pasangan suami istri akan saling mencurigai satu sama

lain dikarenakan mereka sedang berjauhan. Bahkan sebagian orang ada yang

menganggap memelihara kepercayaan terhadap pasangan adalah merupakan hal

yang berat dan penuh beban pada awalnya. Namun apabila terdapat rasa

kesungguhan antar keduanya untuk menjaga hubungan mereka agar tetap utuh tentu

bukan menjadi suatu hal yang mustahil.

Permasalahan lain yang dapat dijumpai akibat dari adanya hubungan jarak jauh

adalah terkait kepengurusan anak, dimana salah satu dari mereka yakni suami

maupun istri akan mengasuh buah hatinya seorang diri. Bahkan dalam kasus pada

penelitian ini ada seorang suami yang memiliki beban tersendiri karena harus

meninggalkan istri dan anaknya bekerja ke luar kota. Sang suami merasa tidak

memiliki kontribusi besar dan sangat pasif dalam mengurus buah hatinya.

Permasalahan lain yang diakibatkan oleh adanya fenomena ini adalah terkait

kesiapan suami maupun istri yang harus menanggung beban peran ganda. Dimana

dalam realita kehidupan pasangan hubungan jarak jauh baik dari segi suami maupun

istri pasti akan mengalami dinamika tersendiri yang tentunya akan lebih sulit untuk

dijalani. Suami maupun istri harus mampu dan bersedia menjalani peran ganda

sebagai ayah maupun ibu dari anak-anak mereka dalam upaya mengisi kekosongan

peran dari salah satunya. Bagi suami yang ditinggalkan oleh istri harus mampu

bertanggung jawab menjadi kepala keluarga sekaligus mengurusi pekerjaan rumah

tangga/domestik tanpa dibantu oleh istrinya begitu pula sebaliknya.

Kajian permasalahan terkait keluarga yang mengalami hubungan long distance

marriege diatas dapat menghasilkan berbagai asumsi dari sudut pandang penulis

bahwasannya terdapat motif serta implikasi dari adanya hubungan jarak jauh pada

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

8

masing-masing keluarga. Hubungan sosial pada keluarga yang notabenenya adalah

mereka yang tinggal serumah tentu akan berbeda dengan keluarga yang terpaksa

harus melakukan hubungan jarak jauh dikarenakan faktor ekonomi, pendidikan, dan

lain sebagainya.

Studi tentang keluarga menurut penulis tentu saja sangat menarik untuk dibahas

terkhusus pada permasalahan keluarga long distance marriege yang berlokasi di

Desa Swarga Bara Kecamatan Sangatta Utara Kabupaten Kutai Timur yang akan

penulis kaji melalui sudut pandang Ilmu Sosiologi khususnya dalam kajian

Sosiologi Keluarga.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka dapat ditarik menjadi sebuah rumusan masalah

yakni bagaimana Fenomena Keluarga Long Distance Marriege di Desa Swarga

Bara Kecamatan Sangatta Utara Kabupaten Kutai Timur ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan rumusan masalah terkait

bagaimana Fenomena Keluarga Long Distance Marriege di Desa Swarga Bara

Kecamatan Sangatta Utara Kabupaten Kutai Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Pertama, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan,

serta memberikan sumbangan pemikiran terkait dengan kehidupan keluarga

terkhusus pada fenomena keluarga yang mengalami hubungan long distance

marriege yang akan dikaji dalam ruang lingkup ilmu sosial yaitu sosiologi

khususnya sosiologi keluarga.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

9

Kedua, penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya agar bisa menjadi referensi

dengan mengkaji topik yang sama yaitu fenomena pada keluarga long distance

marriage.

1.4.2 Manfaat Praktis

Pertama, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah pengetahuan

serta pemahaman kepada masyarakat terkait dengan fenomena keluarga yang

mengalami hubungan long distance marriege.

Kedua, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah rujukan sebagai

bahan pertimbangan teruntuk yayasan, lembaga, maupun instansi sosial dalam

kaitannya dengan permasalahan rumah tangga seperti kasus perceraian maupun

kasus yang lain yang diakibatkan oleh hubungan jarak jauh. Dan juga penulis

berharap penelitian ini dapat menjadi masukan yang positif dan juga bermanfaat

terutama untuk pasangan suami istri yang juga sedang mengalami hubungan

long distance marriege.

1.5 Definisi Konsep

1.5.1 Fenomena

Dalam Kamus Sosiologi dan Kependudukan, sebuah fenomena dapat

diartikan sebagai unsur dasar suatu variabel yang secara sosiologi dianggap

stabil. Suyono dalam Gautama (2011 : 12) mengatakan ilmu yang mempelajari

terkait fenomena disebut dengan fenomenologi, dimana merupakan sebuah ilmu

yang mengkaji sebab-sebab munculnya gejala atau kejadian dan mencoba untuk

menerangkannya dari berbagai sudut pandang sosiologi.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

10

Dengan demikian dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan

bahwasannya fenomena merupakan suatu peristiwa yang tidak biasa terjadi di

masyarakat yang tentu saja dapat kita lihat, rasakan, dan amati. Kajian terhadap

suatu fenomena pastinya akan sangat menarik untuk dikaji terkhusus dalam

sudut pandang sosiologi.

1.5.2 Keluarga

M.I Soelaeman (1978 : 4-5) mengemukakan pendapat para ahli terkait

dengan keluarga diantaranya menurut F.J Brown yakni keluarga apabila ditinjau

dari sudut pandang ilmu sosiologi dibagi menjadi dua kategori. Kategori

pertama adalah keluarga dalam artian luas meliputi semua pihak yang memiliki

keterikatan hubungan darah atau keturunan yang dapat dibandingkan dengan

“clan” atau marga. Sedangkan kategori kedua adalah keluarga dalam artian

sempit meliputi orang tua dan anak.

Adiwikarta (1988 : 66-67) berpendapat bahwasannya keluarga merupakan

satuan unit sosial terkecil yang bersifat universal, dalam artian keluarga terdapat

pada setiap lapisan masyarakat di dunia (universe) atau sebuah sistem sosial

yang terbentuk dalam sistem sosial yang lebih besar.

Terakhir Elliot dan Merril dalam Puspitawati (2012 : 2) mengatakan

bahwasannya keluarga merupakan sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang

atau lebih yang memiliki hubungan darah, perkawinan atau adopsi serta

bertempat tinggal yang sama.

1.5.3 Long Distance Marriege

Marriege atau pernikahan menurut Bachtiar (2004) merupakan gerbang

bertemunya antara dua hati yang didasari dengan adanya hak dan kewajiban

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

11

yang harus dilaksanakan oleh suami maupun istri. Sedangkan pengertian long

distance atau hubungan jarak jauh menurut Hampton dalam Dharmawijati

(2016 : 238) adalah pasangan yang terpisah oleh jarak dan waktu yang tidak

memungkinkan adanya kedekatan fisik dalam jangka waktu tertentu.

Definisi long distance marriege sendiri menurut Holmes dalam Ramadhini

(2015 : 16) adalah suatu ikatan perkawinan pasangan suami istri yang terpisah

oleh jarak dan waktu dan tidak memungkinkan adanya kedekatan fisik. Disisi

lain Olson dan Defrain dalam Soraiya (2016 : 37) mengartikan Long Distance

Marriege adalah sebuah komitmen yang sah antara sepasang suami istri yang

saling berbagi keintiman baik secara fisik maupun emosi, berbagi tugas, serta

sumber penghasilan.

Dari pengertian menurut para ahli diatas maka penulis dapat menyimpulkan

bahwasannya pernikahan jarak jauh atau yang biasa disebut dengan long

distance marriege adalah suatu keadaan dimana sepasang suami istri dalam

hubungan keluarga yang terpisahkan oleh adanya jarak dan waktu minimal

lebih dari 6 bulan yang mengharuskan mereka untuk tetap berkomunikasi

dengan baik agar tidak memicu adanya konflik didalamnya.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian terkait Fenomena Keluarga Long Distance Marriege dalam

kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif (qualitative research). Dimana

dalam kajian ini akan melihat berbagai permasalahan yang berhubungan dengan

manusia yang secara fundamental akan bergantung pada sebuah pengamatan.

Penelitian kualitatif menurut Moleong (2011 : 06) adalah memahami adanya

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

12

fenomena yang terjadi pada subjek dalam hal perilaku, persepsi, motivasi dan

lain-lain dengan cara deskriptif yakni melalui kata dan bahasa pada suatu

konteks khusus yang bersifat alamiah.

Sedangkan penelitian kualitatif menurut Nasution (2003 : 05) adalah sebuah

kegiatan yang dilakukan oleh peneliti melalui proses pengamatan terhadap

keseharian seseorang dalam lingkungannya, berinteraksi serta memahami

bahasa dan apa yang mereka tafsirkan tentang kehidupannya.

1.6.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini secara spesifik menggunakan jenis penelitian fenomenologi.

Mulyana (2001 : 59) mengatakan pendekatan fenomenologi termasuk pada

pendekatan yang bersifat subjektif atau interpretif. Lebih lanjut Maurice

Natanson dalam Mulyana (2001 : 20-21) mengatakan bahwasannya

fenomenologi dapat digunakan sebagai istilah generik yang dapat merujuk

kepada semua pandangan ilmu sosial yang menempatkan kesadaran manusia

dan makna subjektifnya sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial.

Fenomenologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam perspektif

Alfred Schutz yang mana lebih menekankan pada pentingnya intersubjektivitas.

Inti dari fenomenologi yang digagas oleh Schutz adalah sebuah pandangan atas

dasar pemahaman terhadap tindakan, ucapan, dan interaksi yang merupakan

prasyarat bagi eksistensi sosial apapun (Mulyana, 2001 : 62). Alfred Schutz

dalam Cresswell (1998 : 53) juga menjelaskan terkait dengan fenomenologi

yakni bagaimana sebuah anggota masyarakat dapat menggambarkan dunia

kesehariannya serta bagaimana masing-masing dari individu tersebut secara

sadar dapat membangun makna dari hasil interaksi yang mereka lakukan.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

13

1.6.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang diambil dalam penelitian ini berada di Desa Swarga

Bara, Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur. Alasan terpilihnya

Desa ini sebagai lokasi penelitian adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan pertimbangan oleh peneliti terhadap subjek yakni pasangan

suami istri yang sedang menjalani long distance marriege di Desa Swarga

Bara Kecamatan Sangatta Utara Kabupaten Kutai Timur.

2. Terdapat fenomena pasangan suami istri jarak jauh di lokasi tersebut akan

tetapi peneliti belum menemukan satupun terkait penelitian terdahulu yang

membahas kasus yang serupa dilakukan di Desa Swarga Bara. Hal ini lah

yang membuat peneliti tertarik untuk mengkaji fenomena ini di daerah

tersebut.

1.6.4 Teknik Penentuan Subjek

Dalam suatu penelitian teknik penentuan subjek merupakan sebuah elemen

yang tidak kalah penting, dimana subjek yang telah bersedia untuk diteliti akan

membantu memberikan data-data yang dapat merepresentasikan sebuah

permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti.

Teknik penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive, yakni peneliti akan menentukan subjek berdasarkan karakteristik

yang diinginkan. Selama berjalannya proses wawancara apabila data yang

dihasilkan dirasa sudah cukup atau dalam artian peneliti sudah tidak dapat

menemukan aspek baru dalam sebuah fenomena yang ditelitinya maka peneliti

dapat menghentikan proses wawancara yang sedang berlangsung (Mulyana,

2003 : 182).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

14

Subjek yang telah ditentukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

seorang istri yang menjalani hubungan long distance marriege dengan kriteria

yang sebelumnya telah ditentukan yakni sebagai berikut :

a. Pasangan yang sudah menikah dan sedang menjalani hubungan long

distance marriege selama kurun waktu diatas satu tahun.

b. Usia pernikahan pasangan LDM minimal 1 tahun alasannya yaitu karena

di usia pernikahan yang bisa dikatakan masih seumur jagung, pasangan

berani untuk berkomitmen menjalani hubungan pernikahan jarak jauh.

c. Pasangan suami istri long distance marriege yang telah memiliki anak

dari hasil pernikahannya.

Setelah mendapatkan subjek yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan,

kemudian peneliti mencoba untuk melakukan sesi pengenalan terlebih dahulu

agar ketika wawancara berlangsung sudah terbangun rasa kepercayaan dan

subjek akan bersedia menceritakan apa yang akan ditanyakan tanpa adanya

faktor keterpaksaan dan tidak terjadi kecanggungan ketika proses wawancara

sedang berlangsung.

1.6.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan proses yang tak kalah penting dalam sebuah

penelitian. Dimana apabila teknik ini dilakukan secara benar dan terarah akan

menciptakan sebuah karya yang memiliki kredibilitas yang tinggi begitupun

sebaliknya. Rangkaian dalam tahapan ini harus dilakukan secara cermat sesuai

dengan prosedur dalam penelitian kualitatif. Karena apabila tidak dilakukan

dengan baik akan menghasilkan data yang tidak credible dan tentunya hasil

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

15

akhir dalam sebuah penelitian tidak dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya.

Teknik pengumpulan data menurut Maryadi dkk (2010 : 14) adalah teknik

yang memungkinkan dapat diperolehnya data yang bersifat detail dengan

jangka waktu yang relatif lama. Sedangkan menurut Sugiyono (2005 : 62)

teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

melakukan sebuah penelitian, karena tujuan utama dari adanya penelitian ini

adalah untuk mendapatkan/menghasilkan data. Berikut ini adalah beberapa

teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti diantaranya :

A. Observasi

Observasi menurut Nawawi dan Martini (1992 : 74) merupakan sebuah

pengamatan dan pencatatan secara sistematik yang mana didalamnya

terhadap unsur yang tampak dalam suatu gejala pada sebuah objek

penelitian. Observasi pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang

mengharuskan penelitinya untuk menggunakan pancaindera, baik

penglihatan, penciuman, maupun pendengarannya untuk memperoleh data-

data yang dicari atau diperlukan. Menurut Bungin (2007 : 115-117) terdapat

beberapa bentuk observasi diantaranya adalah observasi partisipasi, tidak

terstruktur, dan kelompok.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bentuk observasi tidak

terstruktur dimana selama proses pengamatan yang dilakukan tidak

menggunakan pedoman observasi melainkan peneliti mengembangkan

pengamatannya berdasarkan apa yang terjadi di lapangan. Dalam proses

observasi ini peneliti mengamati kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

16

seorang istri yang menjadi korban dari adanya hubungan pernikahan jarak

jauh atau long distance marriege, bagaimana mereka berinteraksi atau

berkomunikasi melalui media seperti chatting dan lain sebagainya,

bagaimana in real life kehidupan mereka sehari-hari tanpa ditemani oleh

pasangan, serta apa implikasi yang muncul dari adanya hubungan jarak jauh

yang sedang mereka jalani.

Teknik observasi memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-

situasi yang rumit misalnya ketika pasangan suami istri sedang kedapatan

terlibat komunikasi melalui telepon selular. Jadi, observasi dapat menjadi

alat yang ampuh untuk mengamati situasi-situasi yang rumit dan untuk

memahami perilaku yang kompleks dalam hal ini khususnya untuk

mengamati tindakan atau aktifitas yang biasanya dilakukan oleh suami

maupun istri yang menjalani hubungan long distance marriege tersebut.

B. Wawancara

Wawancara merupakan sebuah proses tanya jawab antara peneliti dan

subjek yang akan dia teliti. Dengan kemajuan teknologi komunikasi yang

semakin pesat, wawancara bisa saja dilakukan tanpa bertatap muka, yakni

melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara adalah suatu

kegiatan dalam rangka memperoleh informasi secara mendalam terkait

dengan adanya suatu isu atau permasalahan yang akan diangkat oleh penulis

dalam sebuah penelitian. Menurut Sugiyono (2010 : 194) wawancara

merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

menemukan jawaban atas permasalahan yang akan diteliti.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

17

Setidaknya terdapat 2 jenis wawancara yaitu wawancara mendalam (in-

depth interview) dan wawancara terarah (guided interview). Teknik

wawancara mendalam digunakan untuk mengumpulkan data-data yang

bersifat primer karena diperoleh langsung melalui informan, dalam hal ini

adalah mereka pasangan suami istri yang sedang menjalani long distance

marriege.

Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan oleh peneliti

adalah indept interview (wawancara mendalam) yang berisi pertanyaan-

pertanyaan terbuka, dimana peneliti akan menggali informasi terkait

fenomena pada keluarga long distance marriege yang ada di Desa Swarga

Bara secara lebih mendalam dengan menterlibatkan diri langsung pada

kehidupan subjek atau informan yang telah bersedia untuk diteliti, serta

melakukan tanya jawab secara bebas tidak berpedoman pada pertanyaan

yang sudah disiapkan sebelumnya sehingga selama proses wawancara

berlangsung suasana akan menjadi lebih hidup.

Wawancara merupakan cara yang paling umum untuk memahami

subjek atau informan yang akan diteliti. Dalam prosesnya, untuk seorang

subjek peneliti membutuhkan waktu beberapa kali untuk melakukan

observasi di lapangan. Selain waktu kunjungan yang bervariasi, tempat

berlangsungnya wawancara pun juga bervariasi, baik dilakukan di rumah

informan, di cafe, maupun di lokasi pada saat subjek melakukan aktivitas

kegiatan sehari-harinya.

Pada prinsipnya, terdapat beberapa kendala atau kesulitan saat memulai

hubungan komunikasi dengan subjek. Agar peneliti dapat mengerti apa

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

18

yang dipikirkan oleh subjek yang sedang menjalani hubungan rumah tangga

jarak jauh dengan pasangan, maka peneliti akan berusaha membangun suatu

bentuk komunikasi yang baik secara lebih intensif dan tentunya tidak

bersifat memaksa apabila memang hal itu merupakan sebuah privasi yang

harus dijaga.

C. Dokumentasi

Selain melakukan observasi dan wawancara, informasi juga dapat

diperoleh melalui fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian,

foto, video, dan lain sebagainya. Dokumentasi menurut Hamidi (2004 : 72)

merupakan sebuah informasi pelengkap yang berasal dari catatan penting

yang didapat dari lembaga, organisasi, maupun perorangan. Sedangkan

menurut Sugiyono (2013 : 240) dokumentasi dapat berbentuk sebuah

tulisan, gambar, ataupun karya monumentel dari hasil observasi dan

wawancara terhadap subjek yang sedang diteliti.

Penulis akan menggunakan dokumentasi sebagai penunjang data yang

diperlukan dalam sebuah penelitian seperti foto, audio dan lain sebagainya.

Dokumentasi yang akan dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini berupa

pengambilan gambar yang dilakukan setelah maupun saat sedang

melakukan proses wawancara dengan menggunakan kamera telepon

genggam yang nantinya akan di blur wajahnya demi menjaga privasi

masing-masing subjek yang mana sebelumnya juga telah melalui sebuah

perizinan dan diakhiri dengan persetujuan dari kedua belah pihak.

Dokumentasi ini dilakukan guna mendukung peneliti dalam upaya

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

19

menggambarkan, mengintepretasi, dan menganalisis data-data primer dan

sekunder yang sesuai dengan realitas di lapangan.

1.6.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan rangkaian proses yang terpenting dari

sebuah penelitian, dimana dengan adanya analisis data maka dapat

mempermudah peneliti dalam membaca suatu hasil penelitian. Analisis data

menurut Bogdan dalam Sugiyono (2010 : 334) merupakan sebuah proses dalam

mencari atau menyusun data secara sistematik dari hasil wawancara maupun

catatan lapangan sehingga setiap temuannya dapat mudah untuk dipahami dan

diinformasikan kepada orang lain.

Analisa data dalam kajian penelitian kualitatif dapat diperoleh melalui

pengumpulan data seperti yang dikatakan oleh Miles dan Huberman dalam

Sugiyono (2012 : 243) dimana dalam analisa data bersifat kualitatif akan

dilakukan secara interaktif dan prosesnya berlangsung secara terus menerus

hingga tuntas dan dapat memperoleh data yang bersifat jenuh. Ukuran dari data

yang bersifat jenuh disini adalah apabila peneliti sudah tidak dapat menemukan

data atau informasi baru dari hasil sebuah proses wawancara yang dilakukan

bersama dengan subjek yang telah ditentukan dalam kajian penelitian.

Penyajian dalam sebuah data yang baik akan mengambil satu langkah

penting untuk menciptakan analisis kualitatif yang valid dan handal, dimana

dalam teknik analisis data kali ini peneliti menggunakan empat tahapan yakni

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan diakhiri dengan penarikan

kesimpulan atau verifikasi seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman

dalam penulisan penelitian kualitatif. (Ulber, 2009 : 339).

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

20

A. Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data merupakan langkah paling awal dalam suatu

tahapan penelitian. Peneliti melakukan proses teknik pengumpulan data

yang telah ditentukan sejak awal, yaitu melalui teknik observasi, wawancara

dan terakhir merupakan dokumentasi. Data yang diperoleh dari hasil

observasi, wawancara dan dokumentasi akan dicatat ke dalam catatan

lapangan yang berisi tentang apa yang dapat dilihat, didengar, dirasakan,

disaksikan, serta dialami oleh peneliti.

Dalam proses pengumpulan data pada kajian penelitian ini hal pertama

yang akan dilakukan adalah proses pengamatan di lokasi tempat tinggal

subjek yang akan diteliti yakni keluarga yang mengalami hubungan long

distance marriege di Desa Swarga Bara Kecamatan Sangatta Utara

Kabupaten Kutai Timur. Peneliti akan melakukan proses wawancara yang

dimana akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada subjek yang telah

dipilih berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan. Selanjutnya adalah

merupakan tahap terakhir yakni melakukan sesi dokumentasi berupa foto

atau rekaman selama proses wawancara berlangsung sebagai bukti data

yang akurat nantinya.

B. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses dimana pemfokusan dan penyeleksian

data serta tranformasi dari data kasar yang ada dilapangan, kemudian akan

dilanjutkan pada waktu pengumpulan data dengan demikian proses reduksi

data akan dimulai sejak peneliti sudah menentukan wilayah kajian

penelitian (Miles dan Huberman,1992 : 15-19).

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

21

Dalam melakukan sebuah penelitian di lapangan seringkali dijumpai

saat peneliti melakukan pengumpulan data melalui proses observasi dan

wawancara yang begitu mendalam terhadap subjek penelitian terkadang

konteks yang sedang dibicarakan akan keluar dari tema yang hanya akan

diperlukan datanya oleh peneliti. Maka dari itu untuk mengatasi hal tersebut

peneliti perlu melakukan adanya reduksi data atau suatu kegiatan memilah-

milah data yang hanya akan diperlukan sebagai bahan penelitian atau

penunjang dari adanya sebuah data.

Dapat disimpulkan dari hasil penelitian yang didapatkan dilapangan

pastinya banyak, namun dari hasil penelitian tersebut tidak semua bisa

dijadikan bahan kajian yang sedang diteliti. Hasil yang sudah didapatkan

akan melalui proses reduksi data terlebih dahulu dengan maksud dan tujuan

agar data yang dikerjakan sesuai dengan kebutuhan tema atau pembahasan

pada kajian penelitian dan tidak keluar dari konteks tema kajian yang sedang

dibicarakan. Reduksi data dapat memudahkan peneliti dalam memahami

data yang sudah terpilah sesuai kebutuhan pada penelitian ini (Idrus, 2009 :

150).

C. Penyajian Data

Setelah melalui proses mereduksi data maka selanjutnya adalah berupa

penyajian data, dimana data yang disajikan dapat berupa catatan maupun

dokumen yang sebelumnya sudah di reduksi terlebih dahulu. Penyajian data

merupakan sebuah kumpulan yang berisi informasi yang dapat memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan tindakan (Miles dan

Huberman, 1992 : 17).

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

22

Penyajian data juga diarahkan agar sebuah data hasil dari reduksi dapat

terorganisasikan dengan baik, sehingga akan mudah untuk dipahami dan

juga tentunya akan mempermudah peneliti dalam upaya menganalisis data

nantinya. Pada langkah ini, peneliti akan berusaha untuk mendapatkan data

yang bersifat relevan, sehingga kesimpulan dari sebuah informasi yang

didapat akan memunculkan sebuah makna tertentu yang dapat menjawab

masalah dalam sebuah penelitian.

Penyajian dalam sebuah rangkaian data yang baik akan mengambil satu

langkah penting untuk menciptakan analisis kualitatif yang valid dan

handal. Dalam melakukan proses penyajian data tidak semata-mata hanya

mendeskripsikannya secara naratif, namun harus disertai dengan proses

analisis yang dilakukan secara terus menerus hingga mencapai pada sebuah

proses penarikan kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan proses

verifikasi data.

D. Kesimpulan atau Verifikasi

Setelah melalui beberapa rangkaian proses reduksi data dan penyajian

data maka tahapan terakhir adalah berupa penarikan kesimpulan atau

verifikasi, dimana dalam penarikan kesimpulan tentunya sudah berisi data

konkrit yang diperlukan oleh peneliti sebagai penunjang hasil penelitian.

Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan sebuah upaya dalam

mencari atau memahami makna, keteraturan, pola-pola, serta penjelasan

sebab akibat dalam kajian penelitian.

Dalam proses analisis sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman

tidak hanya sekali terjadi, melainkan bersifat interaktif secara bolak balik

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/56120/2/BAB I.pdf · 2019. 11. 19. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial

23

diantara rangkaian proses mereduksi, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan. Setelah dirasa cukup maka dapat ditarik ke dalam kesimpulan

yang nantinya akan berbentuk sebuah narasi.

1.6.7 Keabsahan Data

Sebuah instrument dapat dikatakan valid apabila dapat mengungkap sebuah

data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam penelitian kualitatif peneliti

harus mendapatkan data yang valid agar dapat melakukan penarikan

kesimpulan serta menyajikan hasil penelitian secara tepat. Terdapat beberapa

cara yang dapat ditempuh dalam melakukan uji validitas data diantaranya

peneliti menggunakan teknik triangulasi, dimana triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding dalam sebuah penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber yaitu

dapat dicapai dengan cara :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

yang dilakukan oleh peneliti.

b. Membandingkan apa yang dikatakan seseorang di depan umum dengan

apa yang dikatakan secara pribadi.

c. Membandingkan dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan suatu keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu data atau dokumen

yang berkaitan. (Bachri, 2010).