Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki banyak potensi sumber daya alam, salah
satunya adalah hasil tambang. Negara ini memiliki banyak hasil tambang diantaranya
seperti emas, tembaga, belerang, dan sebagainya. Manusia mengeksplorasi sumber
daya alam dengan melakukan penambangan secara tradisional maupun secara modern.
Penambangan yang dilakukan secara tradisional dapat dilakukan dengan menggunakan
alat-alat tradisional maupun dengan tenaga manusia, seperti cara dipikul dan lain
sebagainya. Sedangkan penambangan secara modern dapat dilakukan dengan alat-alat
canggih seperti mesin-mesin yang bisa digunakan pekerja agar mereka tidak kesulitan
dalam bekerja.
Berdasarkan data Asosiasi Pertambangan Indonesia pada tahun 2014, Indonesia
menduduki peringkat ke-6 terbesar untuk negara yang kaya akan sumberdaya tambang,
dengan potensi dan produksi sebagai berikut: cadangan batubara Indonesia hanya 0,5%
dari cadangan dunia, produksinya menempati posisi ke-6 sebagai produsen dengan
jumlah produksi mencapai 246 juta ton, peringkat ke-25 sebagai negara dengan potensi
minyak terbesar yaitu sebesar 4,3 miliar barel yang terbukti dan 3,7 miliar barel
potensial, peringkat ke-13 negara dengan cadangan gas alam. Indonesia menduduki 13
terbesar dunia sebesar 92,9 triliun kaki kubik, peringkat ke-7 yang memiliki potensi
emas terbesar di dunia dengan produksi menduduki peringkat ke-6 di dunia sekitar
6,7%, peringkat ke-5 untuk cadangan timah terbesar di dunia sebesar 8,1% dari
2
cadangan timah dunia, peringkat ke-7 untuk cadangan tembaga dunia sekitar 4,1%,
Peringkat ke-8 cadangan nikel dunia, cadangan nikel Indonesia sekitar 2,9% dari
cadangan nikel dunia (www.hpli.org). Sedangkan tambang belerang yang ada di
Kawah Ijen dalam sehari produksi belerang mencapai 14 ton per hari. Sedangkan
jumlah produksi dalam 1 tahun kurang lebih 5.000 ton. (www.ptcandingrimbi.com).
Penyebaran wilayah tambang belerang di Indonesia saat ini baru diketahui 6
Provinsi di Indonesia yaitu: Jawa barat : Gunung Tangkuban Perahu, Danau Putri,
Galunggung, Ceremai, Telaga bodas, Jawa tengah : Gunung Dieng, Jawa timur :
Gunung Arjuno, Gunung Welirang, Gunung Ijen, Sumatera utara : Gunung Namora,
Sulawesi utara : Gunung Mahawu, Soputan, dan Gunung Sorek Merapi, Maluku : Pulau
Damar (Sumarti :2010).
Pekerja tambang belerang juga harus perlu memikirkan kondisi. Baik keadaan
kondisi fisik maupun kondisi alam. Agar tingkat kecelakaan kerja dapat di
minimalisirkan, maka para penambang belerang harus menjaga kondisi tersebut.
Karena kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu upaya yang penting
untuk menciptakan suasana bekerja yang aman dan nyaman. Berdasarkan UU No. 1
Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kejadian
yang tidak diduga ataupun tidak dikehendaki, dan yang mengacaukan proses yang telah
diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia
maupun kerugian harta benda.
3
Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan
kerja di Indonesia masih tergolong naik turun dari setiap tahunnya. Tercatat bahwa
tahun 2016 menunjukan data jumlah kecelakaan kerja 106.129 orang, korban mati
berjumlah 26 185 orang. Korban luka berat dan luka ringan berjumlah 144.108 orang
(www.bps.go.id). Sedangkan kecelakaan kerja pada bidang pertambangan, pada tahun
2014 tercatat bahwa ada 48 orang cidera ringan, 78 orang mengalami cidera berat, dan
32 orang meninggal (www.esdm.go.id). Timbulnya kecelakaan kerja dipengaruhi oleh
berbagai faktor diantaranya adalah faktor manusia atau pekerja dan faktor lingkungan.
Faktor manusia memegang peranan penting didalam terjadinya kecelakaan kerja
sedangkan dari segi lingkungan temperatur yang ada di tempat kerja dipercaya sebagai
salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja, suhu dilingkungan seperti
pertambangan (Suma’mur,1989:7).
Terdapat tujuh dusun di Desa Tamansari dengan sebagaian besar
masyarakatnya bekerja sebagai penambang belerang. Mereka melakukan
penambangan di Kawah Ijen, yaitu kawah dari Gunung Ijen yang lokasinya berada di
Desa tersebut. Selain keindahan alamnya juga adanya penambang belerang tradisional
yang menambang belerang di dasar Kawah Ijen. Menjadi menarik karena mereka
menambang belerang masih dengan cara tradisional yaitu dengan cara dipikul dan
peralatan yang digunakan juga masih sangat sederhana.
Penambang belerang Kawah Ijen masih menggunakan cara yang sederhana
untuk mengambil belerang. Mereka menggunakan kerangjang pikul untuk mengangkut
belerang. Dengan menggunakan keranjang pikul sebagai alatnya, maka para
4
penambang belerang jika akan mengambil belerang mereka harus turun kebawah di
dekat danau kawah. Setelah belerang dimasukukkan kedalam keranjang pikul
selanjutnya belerang tersebut dibawa menuju tempat penimbangan belerang. Belerang
yang mereka hasilkan kemudian mereka timbang di tempat penimbangan.
Penimbangan tersebut ialah PT Candi Ngrimbi yang berada di Desa Tamansari
Kecamatan Licin. Perusahaan tersebut bergerak di pengolahan barang tambang
belerang dan bidang produksi bahan dasar sebagai suatu produk tertentu.
Para penambang belerang yang ada di Kawah Ijen berjumlah sekitar 200 orang
penambang. mereka bekerja setiap hari mulai dini hari hingga siang hari. Dengan
medan yang berat yaitu berjalan melewati jalan yang sempit dan bebatuan dengan jarak
sekitar 4 kilometer. Dalam sehari mereka mampu mengangkut belerang kurang lebih
70 kilogram, bahkan dari mereka ada yang bekerja hingga dua kali naik. Dengan harga
yang tidak seberapa, dan harga belerang tersebut per-kilonya Rp 900,00 . Pendapatan
tersebut tidak sebanding dengan apa yang mereka lakukan selama bekerja. Namun,
pekerjaan ini tetap mereka lakukan dari dulu hingga sekarang untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Penambang belerang harus memikirkan kondisi. Baik keadaan kondisi fisik
penambang serta keadaan lokasi tempat penambangan, apakah dalam keadaan aman
atau tidak. Sering kali asap tebal juga muncul dari kawah belerang dan juga berbahaya
bagi keselamatan para penambang. Menjadi penambang belerang dengan risiko
keselamatan kerja yang tidak terlalu banyak membuat mereka tetap bertahan bekerja
sebagai penambang. Karena mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
5
Meski pekerjaan tersebut memiliki risiko tinggi. Salah satunya adalah
kecelakaan kerja, yang terjadi pada waktu mereka menambang. Dari hasil observasi di
lapangan peneliti mengetahui kecelakaan kerja yang terjadi di kalangan penambang
belerang ialah kecelakaan kerja bersifat ringan, sedang dan berat. Berdasarkan hasil
wawancara peneliti dengan penambang yang pernah mengalami kecelakaan kerja ialah
sebagai berikut kecelakaan kerja ringan berjumlah 2 orang penambang, kecelakaan
kerja sedang berjumlah 3 orang penambang dan kecelakaan kerja berat berjumlah 1
orang penambang. Sebab menambang belerang bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.
Merujuk kecelakaan kerja yang pernah di alami para penambang di Kawah Ijen,
membuat mereka tetap termotivasi untuk lanjut bekerja menjadi penambang belerang.
Melimpahnya sumber daya belerang tersebut dimanfaatkan oleh penambang untuk
kehidupan yang lebih sejahtera. Namun yang terlihat justru penambang hidup masih
dalam kekurangan. Dikarenakan pendapatan yang hanya pas-pasan, serta waktu kerja
yang dikeluarkan. Para penambang juga di baying-bayangi rasa takut pada kematian
karena penyakit pernafasan. Secara rasional tentunya para penambang belerang
memikirkan tentang cara-cara agar kebutuhan keluarganya tercukupi.
6
Mencermati fenomena tersebut maka skripsi ini mengkaji, memahami serta
menunjukan secara kualitatif tentang kecelakaan kerja. Sebab frekuensi terjadinya
kecelakaan kerja lebih sering disebabkan oleh faktor manusia. Karena manusia yang
paling banyak berperan dalam menggunakan peralatan kerja. Oleh karena itu peneliti
mengangkat judul “Rasionalitas Kecelakaan Kerja Dan Keselamatan Kerja Di
Kalangan Penambang Belerang Kawah Ijen”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalahnya adalah :“Bagaimana
Rasionalitas Kecelakaan Kerja Dan Keselamatan Kerja di Kalangan Penambang
Belerang Kawah Ijen?”
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui Rasionalitas Kecelakaan Kerja Dan Keselamatan Kerja di
Kalangan Penambang Belerang Kawah Ijen.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menguatkan dan
mengkritik pada konsep Weber tentang rasionalitas. Dan mengkaji konsep
Weber terutama pada Rasionalitas dan untuk mengetahui Rasionalitas
Kecelakaan Kerja Dan Keselamatan Kerja Penambang Belerang Kawah Ijen.
7
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Civitas Akademika
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan referensi baru
bagi civitas akademika. Sehingga dapat menunjang keilmuan dan
mempertajam analisis terkait dengan tema penelitian ini. Terutama
dalam Rasionalitas Kecelakaan Kerja Dan Keselamatan Kerja di
Kalangan Penambang Belerang Kawah Ijen.
b. Manfaat Bagi Peneliti
Peneliti akan menjadi lebih paham tentang lingkup kerja
penambang belerang di Ijen, sehingga peneliti juga mampu
menerapkan analisis berkaitan dengan Rasionalitas Kecelakaan
Kerja Dan Keselamatan Kerja Penambang Belerang Kawah Ijen.
Selain itu peneliti akan lebih mengetahui dan memahami tingkat
kecelakaan kerja yang ada di sektor informal, terutama pada bidang
pertambangan.
c. Manfaat Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan atau rujukan dalam pembuatan kebijakan bagi
pemerintah terkait kebijakan pemerintah kepada penambang yang
mengalami kecelakaan kerja. Agar pemerintah dapat memberikan
jaminan perlindungan kesehatan pada kecelakaan kerja.
8
1.5 Definisi Konsep
Definisi Konsep digunakan untuk mengetahui pengertian serta batasan
dari setiap konsep yang ada dalam penelitian. Konsep-konsep yang diperoleh
dari penelitian ini antara lain yaitu:
1.5.1 Konsep Rasionalitas
Proses berpikir aktor dalam menentukan pilihan tentang alat dan
tujuan (Ritzer,2005:231). Pertimbangan-pertimbangan sukarela dan alat-
alat yang efisien digunakan untuk mencapai tujuan khusus (Jary &
Jary,1991:521).
1.5.2 Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan.
Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur
kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Oleh karena itu
peristiwa kecelakaan kerja disertai kerugian material ataupun penderitaan
dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan
akibat kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja. Bahwa
kecelakaan kerja terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada saat
melaksanakan pekerjaan (Suma’mur, 2014:5).
1.5.3 Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan
pada akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu
utama bagi keamanan tenaga kerja, dan keselamatan kerja menyangkut
9
segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa
(Suma’mur,2014).
1.5.4 Pertambangan
Berdasarkan Pasal 1 angka I Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009,
pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian,pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batu bara yang
meliputi penyelidikan umum, explorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian,pengangkutan dan penjualan.
Serta kegiatan pasca tambang. Pengertian tersebut dalam arti luas meliputi
berbagai kegiatan pertambangan yang ruang lingkupnya dapat dilakukan
sebelum penambangan, proses penambangan, dan sesudah proses
penambangan (Salim HS, 2012: 11).
1.5.5 Belerang
Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang
memiliki lambang S dan nomor atom 16, bentuknya non-metal. Dalam
bentuk aslinya, belerang merupakan zat padat Kristal yang berwarna kuning.
Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral-
mineral sulfida dan sulfat. Belerang yang padat mempunyai dua bentuk
alotrop yaitu belerang yang stabil pada suhu dibawah 95,5 ⁰ dan mencaiir
pada suhu 113⁰C (Goenawan, 1999:15).
10
1.5.6 Kawah Ijen
Kawasan Gunung api Ijen merupakan kawasan vulkanik yang
terletak di Provinsi Jawa Timur. Kawasan Gunung api Ijen ini berada di
Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi dan Kecamatan Sempol,
Kabupaten Bondowoso. Jarak Kawah Ijen sekitar 33 km dari
Banyuwangi dengan posisi geografis sekitar 8⁰2’30” LS - 8⁰5’30” LS
dan 114⁰12’30” BT - 114⁰16’30” BT. Ijen merupakan kawasan Gunung
api berkawah dengan ketinggian danau kawah 2.145 m dan tepi
kawahnya mencapai 2.386 dari permukaan laut. Gunung api Ijen
memiliki sumberdaya belerang yang melimpah. Jumlah cadangan
belerang di gunung api Ijen merupakan cadangan belerang terbesar di
Indonesia. Sedikitnya 14 ton belerang setiap hari berhasil ditambang
(Witiri dan Sumarti, 2011).
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan secara
deskriptif serta menggunakan data kualitatif. Pada umumnya metode ini
dilakukan dengan suatu tujuan utama, untuk menggambarkan dan
mengungkapkan. Penelitian deskriptif memiliki tujuan untuk membuat
deskripsi, gambaran, serta fakta-fakta yang akurat terhadap fenomena yang
akan diteliti. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang untuk memahami
fenomena tentang apa yang ditimbulkan oleh subjek penelitian,misalnya
perilaku,persepsi,tindakan dan lain-lain secara holistic dan dengan cara
11
deskriptif dalam bentuk kata-kata bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Bogdan dan
Taylor (Moleong,2007:3). Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis
fenomenologi. Fenomenologi merupakan jenis penelitian yang digunakan
untuk menggali pemahaman yang mengendap dalam fikiran masyarakat terkait
suatu fenomena. Menurut Polkinghome (Herdiansyah, 2014: 67), fenomenologi
adalah sebuah studi untuk memberikan gambaran tentang arti dari pengalaman
beberapa individu terkait suatu konsep.
Pendekatan deskriptif kualitatif ini dipilih oleh peneliti karena dianggap
sesuai dengan tema yang akan diteliti, dengan menggunakan penedekatan ini
maka peneliti akan mudah menggali data tentang Rasionalitas Kecelakaan
Kerja Penambang Belerang Kawah Ijen.
1.6.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kawah Ijen yang terletak di Desa
Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi. Desa Tamansari
mempunyai tujuh dusun yaitu, dusun Ampelgading, Blimbingsari, Jambu,
Kebun Dadap, Krajan, Sumberwatu, dan Tanah Los. Namun para penambang
belerang lebih banyak yang tinggal di Dusun Ampelgading daripada Dusun
lainnya. Lokasi ini dipilih karena merupakan daerah yang terkenal dengan
kekayaan belerang nya dan hanya ada satu di Kawah Ijen Kabupaten
Banyuwangi.
12
1.6.3 Teknik Penentuan Sampel
Teknik penentuan sampel penelitian ini menggunakan
accidental sampling, yaitu penentuan subjek atau informan penelitian
didasarkan pada kenyataan bahwa mereka kebetulan muncul, yaitu
siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu cocok sebagai sumber data.
Kriteria subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Penambang belerang yang sudah pernah mengalami kecelakaan kerja.
2. Penambang belerang yang sudah bekerja menjadi penambang di Kawah
Ijen minimal 5 tahun.
3. Penambang belerang yang setiap hari bekerja di Kawah Ijen.
4. Penambang belerang yang usianya sudah 30-60 tahun.
Beberapa kriteria tersebut dapat mendukung peneliti dalam
menggali data yang terkait para penambang belerang. Adapun alasan
peneliti menentukan kriteria dalam melakukan wawancara terhadap
beberapa sampel tersebut, karena beberapa sampel diangggap
menguasai dan paham tentang realita sebuah kecelakaan kerja di Kawah
Ijen. Sehingga data yang nantinya didapat akan terjamin validitasnya.
1.6.4 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dapat dikelompokkan ke dalam dua
klasifikasi, yaitu data primer dan data sekunder.
13
1.6.4.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh
peneliti tanpa melalui perantara ataupun sumber lainnya.
Adapun data primer ini didapatkan berupa teks hasil wawancara
dan observasi secara langsung pada informan yang telah
ditentukan.
1.6.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh peneliti
secara tidak langsung dari objek penelitian ataupun merupakan
data yang diperoleh melalui perantara media tertentu maupun
sumber lainnya. Data sekunder dalam penelitian ini berupa hasil
penelitian terdahulu, jurnal, buku, foto-foto yang ada kaitannya
dengan persoalan terhadap kecelakaan kerja penambang
belerang kawah ijen.
1.6.5 Teknik Pengumpulan Data
1.6.5.1 Observasi
Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang
mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik
yang lain, yaitu wawancara dan dokumentasi. Observasi
dilakukan untuk mengamati terlebih dahulu kondisi serta situasi
lokasi yang terjadi pada lingkungan penambang belerang kawah
ijen secara langsung dan terang-terangan. Menurut Nasution
(1988) dalam Sugiyono (2009 : 226) observasi merupakan dasar
14
semua ilmu pengetahuan, para ilmuwan dapat bekerja melalui
data dari dunia nyata dengan cara melakukan observasi.
Observasi dilakukan dengan cara bertemu langsung
dengan penambang belerang Kawah Ijen yang dilakukan pada
pagi hari ketika para penambang berada di atas kawah dan sudah
membawa belerang kedalam keranjang. Tujuan dari observasi
ini adalah untuk mengetahui dan mencari data tentang
bagaimana rasionalitas kecelakaan kerja penambang belerang
yang ada di Kawah Ijen.
Observasi pertama dilakukan peneliti pada hari Minggu
tanggal 15 April 2018. Peneliti berangkat dari rumah menuju
Kawah Ijen pada jam 01.00 pagi. Dengan jarak tempuh
perjalanan sekitar satu jam menuju paltuding Kawah Ijen. Akses
jalan menuju Kawah Ijen melewati jalan yang sempit dan
berkelok-kelok juga sepi. Awal observasi pertama ini peneliti
ditemani kakak, dikarenakan perjalanan menuju Kawah Ijen
peneliti memilih berangkat pada pukul 01.00 pagi untuk melihat
para penambang belerang dan keindahan alam Kawah Ijen.
Setelah sampai di paltuding Kawah Ijen, peneliti langsung
membeli tiket masuk menuju Kawah Ijen seharga Rp. 10.000,00
setelah peneliti membeli tiket, peneliti langsung berjalan menuju
ke Kawah dengan jalan kaki dan jarak tempuh yang dilalui
15
sekitar 3-4 kilometer perjalanan. Dengan medan jalan yang naik
turun dan jalan yang dilalui adalah tanah. Saat perjalanan kabut
tebal turun dan membuat peneliti tidak bisa melihat jalan,
bahkan angin kencang juga dirasakan peneliti.
Kondisi jalan menuju Kawah Ijen juga terlihat ramai
oleh wisatawan lokal maupun mancanegara yang akan
menikmati indahnya alam Kawah Ijen. Setelah berjalan hampir
2 kilometer, peneliti merasa lelah dengan kondisi jalan yang
tidak rata naik turun. Pos bunder merupakan tempat istirahat
para penambang maupun wisatawan, di tempat itu peneliti
memilih istirahat sebentar dan melanjutkan kembali perjalanan
menuju kawah. Jarak dari pos bunder hingga kawah sudah tidak
begitu jauh. Tepat pukul 04.00 pagi peneliti tiba berada di
Kawah Ijen dengan kondisi kabut yang begitu tebal dan angin
yang begitu kencang serta asap belerang yang tebal. Peneliti
memilih untuk istirahat terlebih dahulu sambil menunggu
matahari terbit. Tepat pukul 05.30 pagi para wisatawan mulai
ramai menikmati pemandangan pagi Kawah Ijen, namun
peneliti memilih langsung mendekati para penambang belerang
yang sedang menaruh belerangnya kedalam keranjang pikul.
Awal peneliti bertemu dengan salah satu penambang bernama
Supeno, ia menjadi penambang belerang sudah 5 tahun. Dan di
16
tempat itu juga peneliti dengan Supeno bercerita pengalaman
selama menjadi penambang. Namun Supeno tidak pernah
mengalami sebuah kecelakaan kerja, karena ia masih baru
menjadi penambang belerang. Dan saat itu juga peneliti hanya
bertemu dengan satu penambang saja. Tidak mendekati
penambang lainnya. Karena suasana di Kawah Ijen saat itu
terlihat ramai, membuat peneliti hanya menikmati suasana alam
kawah saja dan bertemu dengan satu penambang. Setelah
peneliti selesai dari kawah, peneliti lanjut untuk turun kembali
menuju paltuding. Jarak yang ditempuh pun juga sama saat akan
berangkat. Namun perjalanan turun jalannya tidak seperti saat
akan naik keatas, hanya saja turunan yang sedikit licin dan kita
harus berhati-hati.
Observasi kedua dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 29
April 2018. Pada observasi kedua ini peneliti kembali menuju
Kawah Ijen. Perjalanan menuju Kawah Ijen dilakukan pada jam
03.00 pagi dengan jarak tempuh dari rumah menuju Kawah Ijen
yaitu sekitar satu jam menuju paltuding. Dengan akses jalan
yang sempit dan berkelok-kelok dan juga sepi. Sesampainya di
paltuding, peneliti lanjut untuk naik ke kawah bersama seorang
tour guide. Karena pada saat itu cuaca di Kawah Ijen telah turun
hujan membuat jalanan menuju kawah becek dan kabut pun juga
17
turun. Membuat peneliti kesulitan pada saat berjalan menuju
kawah. Sesampainya di pos bunder peneliti memilih untuk
istirahat sejenak, karena kabut semakin tebal membuat jarak
pandang tidak terlihat. Sambil menunggu kabut sedikit hilang,
peneliti melihat banyaknya para penambang yang sedang
istirahat dan para wisatawan yang akan menikmati suasana alam
Kawah Ijen. Selanjutnya peneliti jalan kembali menuju kawah,
dan jarak pos bunder dengan kawah juga tidak begitu jauh. Tepat
pukul 05.30 pagi peneliti sampai di Kawah Ijen, dan angina
kencang juga mulai terasa dan asap tebal juga terasa perih di
mata. Pada saat itu peneliti memilih turun kebawah didekat
dapur kawah, awalnya peneliti tidak di izinkan turun dan
mendekati dapur kawah, namun karena pada saat itu ada petugas
dapur kawah yang sedang bertugas sehingga peneliti diberi izin
turun kebawah. Dengan asap belerang yang sangat tebal dan
perih dimata, membuat peneliti tetap melanjutkan untuk turun.
Jalan menuju dapur kawah juga sangat sempit, dan harus
melewati batuan yang curam.
Sesampainya di dekat dapur kawah, peneliti mendekati
penambang belerang, penambang tersebut bernama Supeno.
Pada saat itu Supeno sedang istirahat setelah ia mengambil
belerang. Lalu Supeno bercerita pengalamannya menjadi
18
penambang belerang, peneliti juga sempat menanyakan tentang
kecelakaan kerja, dan Supeno menjawab jika ia pernah
mengalami kecelakaan kerja. Namun kecelakaan kerja yang
dialami oleh Supeno hanya terjatuh dan terpeleset saja,
kecelakaan kerja tersebut tidak membuat Supeno berhenti
bekerja, justru ia melanjutkan kerja kembali sebagai
penambang. Karena bekerja menjadi penambang belerang
sebagai pemenuh kebutuhan ekonominya. Setelah Supeno
menceritakan pengalamannya selama menjadi penambang
belerang, setelah peneliti bertemu dengan Supeno, Pada saat itu
Supeno sedang istirahat dengan keranjang pikul belerangnya,
pada saat itu Supenoo sudah mengambil belerang dan akan
dibawa ke penimbangan.Disitulah Supeno menceritakan
pengalamannya selama menjadi penambang belerang. Peneliti
pada saat itu juga menanyakan tentang kecelakaan kerja yang
terjadi, ternyata subjek yang bernama Supeno juga pernah
mengalami kecelakaan kerja. Namun kecelakaan kerja yang
dialami Supeno tidak membuat ia berhenti bekerja, melainkan
lanjut bekerja. Setelah peneliti bertemu dengan Supeno, peneliti
lanjut untuk kembali naik keatas karena angin yang terjadi
begitu kencang dan asap belerang semakin terasa perih dimata.
Pada saat perjalanan menuju ke paltuding, ada sedikit kejadian
yang dialami peneliti. Peneliti terjatuh dan terpeleset di jalanan
19
Kawah Ijen. Karena akses jalan yang tidak rata membuat kita
harus berhati-hati. Karena pada saat itu peneliti sedikit
mengalami kesakitan, dan memilih istirahat sebentar di pos
bunder. Saat peneliti merasakan sudah tidak begitu sakit,
peneliti melanjutkan kembali perjalanan. Dan sampai di
paltuding peneliti lanjut untuk kembali menuju rumah.
Observasi ketiga dilakukan pada tanggal 31 Juli 2018,
pada hari selasa. Pada observasi ketiga ini peneliti kembali
menuju Kawah Ijen. Peneliti memilih berangkat sendiri dari
rumah pada pukul 06.00 pagi. Dan jarak tempuh dari rumah
menuju Kawah Ijen sekitar satu jam. Namun pada saat itu karena
peneliti berangkat sendirian, dan merasa takut dijalan yang sepi.
Maka peneliti memilih berangkat bareng dengan truk
penambang belerang. Peneliti ikut mereka dengan menumpangi
truk, dan menunggu truk di PT Candi Ngrimbi. Pada saat itu
peneliti mengetahui adanya truk penambang dari salah satu
penambang. Truk tersebut digunakan untuk mengangkut
belerang dan mengangkut para penambang yang tidak memiliki
kendaraan untuk bekerja. Peneliti merasa senang bisa ikut
langsung naik truk bersama para penambang. Raut wajah
mereka terlihat senang melihat peneliti ikut bersama mereka.
Para penambang yang membawa tas kecil sebagai wadah bekal
20
nasi mereka, juga adanya botol minum untuk mereka ketika
sedang istirahat. Peneliti dan penambang terlihat saling
bercanda bersama sambil menikmati perjalanan menuju Kawah
Ijen. Sesampainya di dekat penimbangan belerang, para
penambang lanjut bekerja mengambil belerang di kawah. Dan
peneliti memilih untuk diam di tempat dekat penimbangan
belerang. Karena di dekat penambangan juga ada beberapa
penambang belerang, dan peneliti bertemu kembali dengan
penambang yang bernama Buamah. Pada saat itu peneliti
bertemu Buamah yang sedang istirahat setelah mengambil
belerang. Suasana di tempat penimbangan pada pagi hari pukul
10.00 terlihat belum begitu ramai, karena hari masih pagi masih
banyak penambang yang bekerja. Namun hanya ada beberapa
penambang saja yang sudah mengambil belerang sejak dini hari.
Saat peneliti bertemu Buamah, ternyata ia sudah mengambil
belerang sejak dini hari dan memilih untuk istirahat sebentar dan
lanjut bekerja kembali.
Peneliti bertemu penambang-penambang baru dan disitu
peneliti ikut bergabung dengan mereka. Para penambang pun
juga terlihat terbuka dengan peneliti, sehingga membuat peneliti
dapat dengan mudah membaur dengan mereka. Peneliti bertemu
dengan Paijan, Hartono, dan Sumarto. Mereka yang peneliti
21
temui pada saat itu sudah bekerja sejak dini hari. Saat mereka
menceritakan tentang pengalamannya selama menjadi
penambang belerang, peneliti sempat menanyakan tentang
kecelakaan kerja kepada mereka. Ternyata dari mereka pernah
mengalami kecelekaan kerja saat sedang menambang. Tingkat
kecelakaan kerja yang dialami para penambang tergolong mulai
dari kecil hingga sedang. Para penambang yang sudah pernah
mengalami kecelakaan kerja masih tetap lanjut bekerja sebagai
penambang. Dikarenakan pendapatan mereka dari hasil
menambang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari mereka.
Setelah peneliti dengan penambang saling berbincang-bincang
tidak terasa waktu sudah sore, dan banyak penambang belerang
yang sudah turun dari kawah. Mereka membawa banyaknya
belerang yang akan ditimbang, kemudian belerang yang sudah
ditimbang selanjutnya dibawa kedalam truk dan dibawa
ketempat produksi belerang. Tempat penimbangan belerang
ditutup pada pukul 16.00 sore, dan truk pengangkut belerang
beserta para penambang selanjutnya turun menuju PT Candi
Ngrimbi. Peneliti ikut kembali dengan mereka, bedanya saat
pergi truk terlihat kosong tidak ada belerang dan pulangnya truk
berisi penuh dengan belerang. Pada saat itu cuaca di Kawah Ijen
terlihat mendung, pada saat perjalanan menuju PT Candi
Ngrimbi hujan pun turun, peneliti dengan para penambang
22
terlihat duduk tenang dan kehujanan. Cuaca kabut pun juga
turun, dan jalanan menjadi gelap. Hujan pun tidak berhenti
bahkan semakin deras dan peneliti bersama penambang terkena
hujan yang deras. Setelah sampai di PT Candi Ngrimbi peneliti
dengan para penambang turun dari truk. Jarak rumah para
penambang belerang tidak begitu jauh, mereka jalan kaki
menuju rumahnya masing-masing dan peneliti juga kembali
menuju rumahnya.
Observasi keempat dilakukan pada hari jum’at tanggal
01 Agusutus 2018. Pada observasi keempat ini, peneliti kembali
menuju Kawah Ijen. Peneliti berangkat dari rumah pukul 06.00
pagi dan jarak tempuh perjalanan menuju Kawah Ijen sekitar
satu jam. Seperti biasanya peneliti ikut kembali dengan para
penambang naik truk. Tepat pukul 08.30 peneliti sampai di PT
Candi Ngrimbi dan berkumpul bersama dengan penambang
yang akan bekerja. Tentunya peneliti bertemu kembali dengan
orang-orang yang sama seperti kemarin. Peneliti dengan para
penambang naik truk dan menikmati suasana pagi pemandangan
sekitar Kawah Ijen. Dengan akses jalan yang sepi dan sempit
membuat peneliti lebih baik ikut truk daripada peneliti jalan
sendiri dengan kondisi yang sepi. Setelah sampai di dekat
penimbangan belerang, peneliti dan para penambang turun dari
23
truk. Tentunya para penambang langsung naik keatas untuk
mengambil belerang. Peneliti memilih untuk berada di dekat
penimbangan saja. Pada saat itu di dekat penimbangan tempat
istirahat para penambang masih terlihat sepi. Dan hanya ada
warung nasi yang buka pada saat itu. Peneliti mendekati warung
tersebut, dan bertemu dengan Mak Tun seorang penjual nasi dan
gorengan. Ia berjualan didekat penambangan sudah lama sekitar
15 tahun, ia memilih berjualan disitu karena lokasi tempat
berjualan cocok dengan tempat penimbangan belerang.
Sehingga dapat memudahkan para penambang yang kelaparan
setelah bekerja. Dengan harga jual yang tidak mahal, membuat
Mak Tun merasa iba dengan para penambang. Warung tersebut
terlihat ramai pada pukul 12.00 siang hingga pukul 16.00 sore.
Setelah peneliti melihat kondisi penimbangan belerang, mulai
terlihat adanya para penambang yang sudah turun dari kawah
dan membawa belerang. Penimbangan belerang buka pada
pukul 09.00 pagi hingga pukul 16.00, para penambang yang
sudah bekerja sejak dini hari mereka bisa melakukan
penimbangan pada pagi hari dan bisa lanjut bekerja lagi. Rata-
rata beban belerang yang diangkut oleh penambang terlihat
berat, sehingga pendapatan yang diterima setiap penambang
juga berbeda-beda. Pada saat itu peneliti bertemu dengan
penambang yang bernama Arif, Misnawi dan Saman. Sama
24
dengan para penambang lainnya penambang menceritakan
pengalamannya selama menjadi penambang belerang. Saat
mereka sedang bercerita peneliti menanyakan tentang
kecelakaan kerja, dan para penambang belerang pernah
mengalami kecelakaan kerja ringan,sedang dan berat. Peneliti
menemukan penambang yang pernah mengalami kecelakaan
kerja level berat, penambang tersebut pada saat itu mengalami
kecelakaan kerja berat bahwa matanya terkena asap belerang
yang begitu pekat saat sedang mengambil belerang di dapur
kawah. karena begitu sakit dimata, membuat penambang
tersebut sempat berfikiran apakah ia masih bisa lanjut bekerja
kembali atau tidak. Karena luka yang begitu parah dialami,
membuat ia harus berobat ke dokter dan harus istirahat kurang
lebih setengah bulan untuk memulihkan mata tersebut.
Penambang belerang yang mengalami kecelakaan berat tersebut
tidak menerima imbalan lebih dari perusahaan untuk
pengobatan. Biaya pengobatan ditanggung sendiri oleh
penambang belerang, setelah istirahat cukup lama untuk
memulihkan kondisi tersebut membuat ia memilih untuk lanjut
bekerja kembali, karena kebutuhan sehari-hari hanya ia yang
bekerja sebagai penambang. Setalah peneliti berbincang-
bincang dengan penambang belerang, peneliti ikut kembali
dengan truk belerang. Karena hari sudah sore dan penimbangan
25
sudah tutup, truk pengangkut belerang juga sudah penuh maka
peneliti dengan para penambang yang tidak memiliki kendaraan
naik truk dan turun kebawah menuju PT Candi Ngrimbi. Peneliti
dengan para penambang belerang saling bercanda sambil
menikmati suasana sore perjalanan di Kawah Ijen. Setelah
sampai di PT Candi Ngrimbi, peneliti dan penambang turun dari
truk dan pulang ke rumah masing-masing.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui dan mengamati aktivitas kehidupan sehari-hari para
penambang belerang Kawah Ijen serta mengikuti aktivitas
penambang belerang dalam bekerja. Observasi dilakukan
dengan cara bertemu langsung dengan penambang belerang.
Tujuannya adalah untuk memperolah data berkaitan dengan
rasionalitas kecelakaan kerja di kalangan penambang belerang
1.6.6 Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan cara memperoleh
informasi melalui kegiatan tanya jawab secara langsung pada informan.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data jika peneliti
ingin mengetahui hal-hal dari informan secara mendalam. Esterberg
(2002) dalam Sugiyono (2009:231) mendefinisikan wawancara
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat menghasilkan makna dalam suatu topik tertentu.
26
Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan
model tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara
yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap. Wawancara yang
dilakukan oleh peneliti dengan Penambang Belerang dan bagian
pengelola pipa-pipa Kawah Ijen. Sehingga mempunyai kesan dan tidak
ada sekat pada peneliti dengan informan.
1.6.7 Dokumentasi
Dokumentasi dalam hal ini merupakan bukti-bukti yang telah
diabadikan baik dalam jangka waktu dekat maupun dalam jangka waktu
lama. Data tersebut berkaitan dengan jumlah penduduk, profil desa
maupun data-data lain yang berkaitan dengan tema penelitian yang
dibahas. Menurut Sugiyono (2009: 240), Dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan
informasi yang berhubungan dengan data-data tentang berbagai hal
peristiwa kecelakaan kerja penambang. Serta foto-foto dokumenter
tentang penambang belerang pada peristiwa kecelakaan kerja.
1.6.8 Teknik Analisa Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan bahan-bahan lain. Sehingga dapat dengan mudah dipahami.
27
Menurut Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2009: 246-253),
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Adapun tahapan analisis data adalah:
1.6.8.1 Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi
data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
dan mengorganisasi data sedemikian rupa hingga kesimpulan-
kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan di verifikasi. Dengan
demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencari yang bila
diperlukan kembali.
1.6.8.2 Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka proses selanjutnya adalah
mendisplaykan data, dalam penelitian kualitatif penyajian data
ini dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Display
data bermanfaat untuk mempermudah peneliti memahami apa
yang terjadi, dan mempermudah merencanakan apa kerja
selanjutnya
28
1.6.8.3 Kesimpulan Data (Conclusion) / Verifikasi
Langkah ini merupakan penarikan kesimpulan awal.
Kesimpulan ini bisa berubah seiring jalannya penelitian. Dan
jika ditemukan data-data kuat yang mendukung, tetapi jika
kesimpulan awal ini dilengkapi data-data yang valid dan
mendukung serta konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan awal yang dikemukakan
ini dianggap kesimpulan yang kredibel.
1.6.8.4 Validitas Data
a. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan adalah peneliti kembali ke
lapangan, melakukan pengamatan,wawancara lagi dengan
sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan
perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan
narasumber akan semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin
terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang
disembunyikan (Sugiyono, 2012 :270).
b. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan merupakan pengamatan secara
lebih cernat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka
kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara
pasti dan sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan, maka
penulis dapat melanjutkan pengecekan kembali apakah data
29
yang telah ditemukan itu salah atau tidak (Sugiyono, 2012 :
272).
c. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan
sebagai pengecekan data dan berbagai cara, berbagai waktu.
Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan waktu ( Sugiyono, 2012 : 273).
a) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber digunakan untuk menguji
data dilakukan dengan cara mengecek data yang
diperoleh melalui beberapa sumber
(Sugiyono,2012:274).
b) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda
(Sugiyono,2012:274).
c. Triangulasi Waktu
Untuk pengujian kredibiltas data dapat dilakukan
dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam
waktu atau situasi yang berbeda. Jika hasil ujian
30
menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara
berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian
datanya (Sugiyono,2012:274).
1.6.8.5 Analisis Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau
berbeda dengan hasil penilitian hingga pada saat tertentu.
Melakukan analisis kasus negatif berarti mencari data yang
berbeda atau bertentangan dengan data yang telah ditemukan.
Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan
temuan, berarti data yang ditemukan dapat dipercaya
(Sugiyono,2012:275).
1.6.8.6 Menggadakan member check
Member check adalah proses data yang diperoleh
peneliti kepada yang memberikan data. Tujuan dari member
check adalah untuk mengetahui seberapa jauh yang diperoleh
sesuai dengan apa yang diberikan oleh yang memberikan data.
Apabila data yang ditemukan disepakati oleh yang memberi data
berarti data tersebut dikatakan sudah valid/benar. Sehingga
semakin kredibiltas/dipercaya, akan tetapi apabila data yang
ditemukan peneliti dengan berbagai aspek tidak disepakati oleh
pemberi data, dan apabila perbedaannya berbeda, maka peneliti
harus merubah temuannya, dan juga harus menyesuaikan
31
dengan apa yang diberikan oleh pemberi data
(Sugiyono,2012:368-376).