20
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi masyarakat Indonesia hingga saat ini masih jauh dari sejahtera. Disparitas sosial terjadi diberbagai lapisan masyarakat, terutama masyarakat pinggiran yang belum tersentuh oleh pembangunan. Tingginya tingkat disparitas sosial sudah selayaknya menjadi perhatian lebih oleh pemerintah. Dalam hal inilah perlunya kesadaran pemerintah betapa pentingnya pembangunan masyarakat secara merata. Fungsi pembangunan sebagai upaya agar berbagai permasalahan sosial seperti ketertinggalan, ketunaan sosial, kecacatan dan kemiskinan dapat ditangani secara terencana dan berkesinambungan. Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi oleh manusia. Masalah kemiskinan itu sama tuanya dengan usia kemanusiaan itu sendiri dan implikasi permasalahannya dapat melibatkan keseluruhan aspek kehidupan manusia, walaupun seringkali tidak disadari kehadirannya sebagai masalah oleh manusia yang bersangkutan. Bagi mereka yang tergolong hidup miskin, kemiskinan merupakan sesuatu yang nyata dalam kehidupan mereka sehari-hari, karena meraka merasakan dan menjalani bagaimana hidup dalam kemiskinan. 1 Hingga saat ini pengentasan kemiskinan tetap menjadi permasalahan mendesak yang harus segera diselesaikan, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. 1 Suparlan, Parsudi. 1993.Kemiskinan Di Perkotaan. Jakarta. Hal.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44293/2/jiptummpp-gdl-bambangsun-51386...Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui Media Kalung Berangka

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44293/2/jiptummpp-gdl-bambangsun-51386...Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui Media Kalung Berangka

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi masyarakat Indonesia hingga saat ini masih jauh dari

sejahtera. Disparitas sosial terjadi diberbagai lapisan masyarakat, terutama

masyarakat pinggiran yang belum tersentuh oleh pembangunan. Tingginya

tingkat disparitas sosial sudah selayaknya menjadi perhatian lebih oleh

pemerintah. Dalam hal inilah perlunya kesadaran pemerintah betapa

pentingnya pembangunan masyarakat secara merata. Fungsi pembangunan

sebagai upaya agar berbagai permasalahan sosial seperti ketertinggalan,

ketunaan sosial, kecacatan dan kemiskinan dapat ditangani secara terencana

dan berkesinambungan.

Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi oleh

manusia. Masalah kemiskinan itu sama tuanya dengan usia kemanusiaan itu

sendiri dan implikasi permasalahannya dapat melibatkan keseluruhan aspek

kehidupan manusia, walaupun seringkali tidak disadari kehadirannya sebagai

masalah oleh manusia yang bersangkutan. Bagi mereka yang tergolong hidup

miskin, kemiskinan merupakan sesuatu yang nyata dalam kehidupan mereka

sehari-hari, karena meraka merasakan dan menjalani bagaimana hidup dalam

kemiskinan.1Hingga saat ini pengentasan kemiskinan tetap menjadi

permasalahan mendesak yang harus segera diselesaikan, terutama di negara

berkembang seperti Indonesia.

1Suparlan, Parsudi. 1993.Kemiskinan Di Perkotaan. Jakarta. Hal.1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44293/2/jiptummpp-gdl-bambangsun-51386...Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui Media Kalung Berangka

2

Jumlah penduduk miskin di Indonesia relatife masih sangat besar.

Berdasarkan data dari (SUSENAS) yang dikeluarkan pada bulan Maret 2012,

menggambarkan bahwa penduduk miskin di Indonesia jumlahnya sangat

besar.Tercatat pada tahun 2007 berjumlah 37.168.3 juta penduduk miskin dan

pada tahun 2008 turun menjadi 34.963.3 jiwa. Namun pada tahun 2009

hingga 2012 jumlah penduduk miskin di Indonesia cenderung mengalami

penurunan yakni berjumlah 29.132.40 juta jiwa. Hasil tersebut tercapai

karena adanya peran yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi kemiskinan

yang ada di Indonesia.

Tabel 1.Jumlah Penduduk Miskin Di Indonesia Tahun 2007-2012

No Tahun Jumlah penduduk miskin

1 2007 37.168.3 jiwa

2 2008 34.963.3 jiwa

3 2009 32.530.0 jiwa

4 2010 31.023.40 jiwa

5 2011 30.018.93 jiwa

6 2012 28.594.60 jiwa

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2012.2

Data di atas menunjukkan penurunan jumlah kemiskinan di Indonesia

pada tahun 2007-2012. Meskipun pada setiap tahun jumlah kemiskinan di

Indonesia mngalami penurunan, akan tetapi jumlah kemiskinan

diberbagailapisan masyarakat masih sangat besar, terutama Provinsi Jawa

Timur di Kabupaten Ponorogo. Dari data statistik tahun 2015 presentase

penduduk miskin yang ada di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2013

mencapai angka 11,87 persen atau sekitar 102,6.000 jiwa, mengalami sedikit

2Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2012.

diambil dari http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php/catalog/87diakses pada 3 september

2016 pukul 21.31 wib

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44293/2/jiptummpp-gdl-bambangsun-51386...Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui Media Kalung Berangka

3

peningkatan dibandingkan tahun 2012.3Artinya masih ada tugas besar yang

harus segera diselesaikan terkait kemiskinan yang ada di Ponorogo.

Ponorogo merupakan kabupaten yang berada di bagian Barat Daya

Provinsi Jawa Timur, terletak sebagai pusat kegiatan regional Madiun-

Pacitan-Trenggalek-Wonogiri dan Magetan. Dengan demikian kota Ponorogo

mempunyai peranan yang sangat penting baik sebagai pusat koleksi maupun

sebagai pusat distribusi bagi wilayah sekitarnya. Ponorogo juga terkenal

sebagai tuan rumah dari kesenian REOG. Meskipun terkenal sebagai kota

yang disiplin menjaga budayanya, sisi lain Ponorogo juga terkenal dengan

kondisi masyarakatnya yang terlilit oleh kemiskinan dibeberapa daerah

tertentu. Kemiskinan menjadi fenomena yang tidak dapat terhindarkan

keberadaan dan dampaknya. Salah satu potret menarik khalayak masyarakat

umum di Ponorogo, yakni kampung idiotnya.

Keberadaan kampung idiot di Ponorogo bukan hal yang baru, mereka

sudah ada sejak puluhan tahun silam. Kemiskinan yang dialami masyarakat

menjadikan munculnya berbagai permaslahan sosial. Minimnya kandungan

gizi dari makanan yang dikonsumsi menjadi sebab beberapa masyarakat

mengalami keterbelakangan mental.Bahkan tidak sedikit pasangan menikah

dengan sesama penyandang. Hal inilah yang menjadi alasan utama penyebab

semakin banyaknya penyandang keterbelakangan mental di daerah Ponorogo.

Hingga saat ini, terdapat 2 kecamatan terdiri dari 5 desa yang mendapatkan

predikat sebagai kampung idiot, yakni Desa Dayakan, Sidoharjo, Krebet,

3Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo 2015

diambil dari http://ponorogokab.bps.go.iddiakses pada 03 september 2016 pukul 21.50 wib

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44293/2/jiptummpp-gdl-bambangsun-51386...Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui Media Kalung Berangka

4

Pandak dan Karangpatihan. Dari lima desa tersebut, Karangpatihan

merupakan desa paling banyak jumlah penyandang tunagrahita.

Desa Karangpatihan terletak 30 km dari pusat kota Ponorogo. Untuk

sampai di desa tersebut harus menempuh perjalanan dengan memakan waktu

1 sampai 2 jam lamanya. Komoditas utama masyarakat di desa tersebut

sebagai petani, namun kondisi tanah yang gersang membuat warga setempat

terjebak pada kondisi kemiskinan dan hanya mengkonsumsi makanan yang

minim akan kandungan gizinya. Pemandangan yang tidak bisa dihindarkan

banyak ditemui penyandang tunagrahita (anak berkebutuhan khusus) pada

desa tersebut. Mereka hanya mengantungkan hidup dari pemberian dan

bantuan orang lain karena mengalami keterbelakangan mental, lemah dalam

berfikir, tidak bisa bekerja, bakhan mereka sulit untuk berkomunikasi.

Permasalahan ini yang menjadikan desa Karangpatihan disebut sebagai

kampung idiot.

Data dari pemerintah setempat jumlah penyandang Tunagrahita

sebanyak 48 kepala keluarga, terdiri dari 91 jiwa, 10 orang diantaranya idiot

fatal seperti lumpuh, bisu tuli, dan tidak bisa bekerja sama sekali. Selain itu

jumlah warga miskin di desa tersebut berjumlah 291 KK (kartu keluarga),

selebihnya keluarga miskin dan menengah.Dalam kurun waktu beberapa

tahun terakhir tidak sedikit bantuan dan kebijakan yang sudah di berikan

pemerintah terhadap desa tersebut. Bantuan yang pernah diberikan oleh

Pemerintah Jawa Timur, yakni uang sebesar Rp 1,9 milliar kepada sejumlah

penderita keterbelakangan mental yang berada di Desa Karangpatihan,

Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo. Bantuan tersebut dimaksudkan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44293/2/jiptummpp-gdl-bambangsun-51386...Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui Media Kalung Berangka

5

untuk meringankan beban warga yang tergolong tidak mampu karena

keterbelakangan mental atau anak berkebutuhan khusus.

Pemahaman masyarakat umum mengenai anak berkebutuhan khusus

masih sangat minim, kebanyakan mereka menganggap bahwa anak

berkebutuhan khusus merupakan anak yang tidak memiliki kemampuan

apapun. Salah satu dari mereka adalah anak tunagrahita. Tunagrahita yang

berasal dari kata tuna berarti merugi, dan grahita berarti pikiran.Anak

Tunagrahita berarti anak yang diidentifikasikan memiliki tingkat kecerdasan

yang sedemikian rendahnya (dibawah normal) ditandai oleh keterbatasan

intelejensi dan pikiran, sehingga anak meniti tugas perkembangannya

memerlukan bantuan atau layanan secara khusus.4

Data PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) tahun 2012,

disabilitas menurut usia yakni sebagai berikut :

Tabel 2.Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

No PMKS Usia

<18

Thn

Usia

18-24

thn

Usia

25-55

thn

Usia

56>

thn

Total

1 Netra 5921 3869 46960 86110 142860

2 Rungu wicara 7632 4410 17482 7432 36956

3 Tubuh 32990 18384 129272 83233 263879

4 Mental retardasi 30460 31821 120737 30015 213033

5 Gangguan jiwa 2257 5105 44514 13246 65122

6 Fisik mental 19438 9935 47944 24991 102308

Sumber :Program Perlindungan Sosial PPLS Bappenas 20125

4Mohammad Efendi.2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.Jakarta: Bumi Aksara. 5Program Perlindungan Sosial PPLS Bappenas 2012

diambil dari http:/simpadu-pk.bappenas.go.id/ajax_dtamart/download_file diakses pada 06

september 2016 pukul 13.45 wib

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44293/2/jiptummpp-gdl-bambangsun-51386...Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui Media Kalung Berangka

6

Data di atas menunjukkan pada tahun 2012 penyandang tunagrahita

termasuk paling tinggi ke-2 diantara penyandang lainnya. Oleh sebab itu perlu

adanya pemberian program rehabilitalsi sosial guna mengembalikan kembali

keberfungsian sosial mereka dalam masyarakat. Undang-undang No. 4 tahun

1997 menegaskan bahwa penyandang cacat merupakan bagian masyarakat

Indonesia yang juga memiliki kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang

sama. Untuk mengembalikan fungsi penyandang kecacatan mental atau

psikotik diperlukan pendekatan secara medis maupun sosial. Penanganan

medis sudah menjadi kewenangan Kementerian Kesehatan baik pemerintah

maupaun swasta. Sedangkan peran Kementerian Sosial juga sangat

berbengaruh sebagai agen perubahan untuk pendekatan secara sosial.

Kesenjangan sosial pada lapisan masyarakat, terutama kecacatan

mental sudah menjadi permasalahan yang harus segera diselesaikan. Bantuan

secara materi bukan menjadi satu-satunya solusi untuk menyelesaikannya.

Penyandang tunagrahita sebagai pemikir dibawah normal sudah selayaknya

juga ditangani dengan cara yang khusus. Dengan begitu perlu adanya tindakan

preventif lain untuk mengurangi permasalahan tersebut.

Tindakan preventif merupakan sebuah tindakan yang diambil untuk

mengurangi terjadinya suatu kejadian tidak diinginkan dimasa akan datang.

Upaya preventif biasanya dilakukan kepada pihak yang belum atau rentan

terhadap suatu masalah, definisi dari tindakan pencegahan adalah prevention

atau pencegahan terdiri dari berbagai pendekatan, prosedur dan metode yang

dibuat untuk meningkatkan kompetensi interpersonal seseorang.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44293/2/jiptummpp-gdl-bambangsun-51386...Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui Media Kalung Berangka

7

Melihat dari permasalahan di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Tindakan Preventif dalam Upaya Memutus Vicious

Circle Problem Penyandang Tunagrahita Di Kampung Idiot” dengan rumusan

masalah sebagai berikut :

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan gambaran tersebut, rumusan masalah yang diangkat

dalam penelitian ini adalah bagaimana tindakan preventif masyarakat desa

dalam upaya memutus vicious circle problem penyandang tunagrahita di

kampung idiot?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini, yakni untuk melakukan action dan mendeskripsikan

bagaimana tindakan preventif masyarakat desa dalam upaya memutus vicious

circle problem penyandang tunagrahita di kampung idiot.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Teoritis

Adapun manfaat teoritis yang ingin dicapai dalam penelitian ini

adalah dapat mengembangkan kajian-kajian ilmu sosial yang berhubungan

dengan kesenjangan sosial khususnya di masyarakat penyandang tunagrahita,

guna memperkaya ranah pengetahuan sosiologis bidang sosial.

b. Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini harapannya dapat dijadikan acuan

pemerintah, pihak desa dan masyarakat setempat dalam melakukan tindakan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44293/2/jiptummpp-gdl-bambangsun-51386...Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui Media Kalung Berangka

8

yang seharusnya perlu dilakukan untuk menangani permasalahan sosial dalam

aspek penyandang Tunagrahita.

1.5 Definisi Konsep

a. Tindakan Preventif

Tindakan preventif merupakan sebuah tindakan yang diambil

untuk mengurangi terjadinya suatu kejadian tidak diinginkan di masa akan

datang. Upaya preventif biasanya dilakukan kepada pihak yang belum atau

rentan terhadap suatu masalah, definisi dari tindakan pencegahan adalah

prevention atau pencegahan terdiri dari berbagai pendekatan, prosedur dan

metode yang dibuat untuk meningkatkan kompetensi interpersonal

seseorang.6

b. Vicious Circle ( Lingkaran setan/perangkap kemiskinan)

Vicious circle atau lingkaran setan kemiskinan adalah serangkaian

kekuatan yang saling mempengaruhi secara demikian rupa sehingga

menimbulkan keadaan dimana suatu Negara akan tetap miskin dan akan

tetap mengalami banyak kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan

yang lebih tinggi. Suatu negara akan jadi miskin karena ia merupakan

Negara Miskin (A country is poor besause it is poor).7

c. Tunagrahita

Penyandang Tunagrahita merupakan individu yang memiliki

keterbatasan dalam perkembangannya. Keterbatasan ini berakibat pada

kemandirian mereka di masyarakat yang mengalami kendala. Mayoritas

6Hengki Fram Noris. 2015. Upaya PreventifOrang Tua Dari Tindak Pedofilia Pada Anak.

Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung. 7Marbun.2015. Teori Kemiskinan

Diambil dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49563/4 diakses pada 03 Oktober

2016 pada pukul 07.54 wib

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44293/2/jiptummpp-gdl-bambangsun-51386...Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui Media Kalung Berangka

9

penyandang Tunagrahita sebagian besar merupakan anak-anak.

Penyandang tunagrahita adalah mereka yang mengalami hambatan dalam

intelegensi atau kemampuan bawaan. Penyandang Tunagrahita mengalami

kelemahan dalam banyak hal seperti rendahnya kemampuan akademik,

kemampuan personal, kemampuan vokasional, dan mengalami gangguan

motorik. Anak Tunagrahita ringan adalah anak yang memiliki kemampuan

berfikir dibawah rata-rata, mereka juga mengalami keterbelakangan dalam

bersosialisasi dengan lingkungannya, mereka tidak mampu untuk berfikir

abstrak, logis dan sukar dalam memusatkan perhatian dan mengungkapkan

kembali suatu ingatan yang sudah disapatkan oleh anak Tunagrahita

tersebut.8

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu dengan menggunakan

metode yang tepat, dimana data yang dikumpulkan harus ada relevansi

dengan masalah yang dihadapi. Metode adalah suatu penelitian

yangmempunyai peran penting dalam pengumpulan data, merumuskan

masalah, analisis dan interpretasi data. Dalam penelitian ini metode yang

digunakan sebagai berikut:

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yakni

menggunakan metode pendekatan PRA (Participatory Rural Appraisal).

PRA adalah suatu metode pendekatan untuk mempelajari kondisi dan

8Rosnita.2012. Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui

Media Kalung Berangka Pada Anak Tunagrahita Ringan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, 15-22

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44293/2/jiptummpp-gdl-bambangsun-51386...Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui Media Kalung Berangka

10

kehidupan pedesaan dari, dengan, dan oleh masyarakat desa. Atau dengan

kata lain dapat disebut sebagai kelompok metode pendekatan yang

memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan

menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa,

serta membuat rencana dan bertindak.

Dalam penelitian ini juga menggunakan metode penilaian RRA

(Rapid Rural Apraisal). Dalam metode ini ada beberapa prinsip yang harus

diperhatikan, yaitu: Pertama, efektivitaas dan efisiensi, kaitannya dengan

biayaaa, waktu, dengan perolehan informasi yang dapat dipercaya. Kedua,

hindari bias melalui instropeksi, dengarkan, tanyakan secara berulang-

ulang. Ketiga, triangulasi sumber informasi dan libatkan tim multi-disiplin

untuk bertanya dalam beragam perspektif. Keempat, belajar dari dan

bersama masyarakat. Kelima, belajar cepat melalui eksplorasi atau

penjelajaan dan pengamatan, cross-check dan jangan terpaku pada bahan

yang telah disiapkan. Metode RRA digunakan untuk pengumpulan

informasi secara akurat dalam waktu yang terbatas ketika keputusan

pembangunan pedesaan harus segera diambil.9

Tabel 3.Kesinambungan RRA dan PRA

Sifat Proses RRA PRA

Cara melakukan Penggalian-elicitif Berbagi-pemberdayaan

Peranorang luar Penyelidik Facilitator

Informasi dimiliki,

dianalisis dan

digunakan oleh

Orang luar Masyarakat setempat

Metode yang

digunakan

RRA PRA

9Robert Chambers. 1996. Participatory Rural Appraisal : Memahami Desa Secara Partisipatif.

Yogyakarta: Oxfam Kanisius.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44293/2/jiptummpp-gdl-bambangsun-51386...Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui Media Kalung Berangka

11

Sumber : Robert Chambers dalam buku Participatory Rural Apraisal

Konsepsi dasar pandangan PRA adalah pendekatan yang

tekanannya pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan.

Metode PRA bertujuan menjadikan warga masyarakat sebagai peneliti,

perencana dan pelaksana program pembangunan, bukan obyek

pembangunan. Artinya masyarakat di desa Karangpatihan ikut

berpartisipasi dan menjadi bagian dari proses pembangunan desa tersebut.

Konsep dan solusi pembangunan tidak menjadi keputusan mutlak seorang

peneliti, akan tetapi menjadi kesepakatan bersama masyarakat dan

dikerjakan secara bersama oleh masyarakat Karangpatihan.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Jenis penelitian

ini data yang diperoleh berupa kata-kata atau tindakan, maka penelitian ini

hanya menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi atau berbagai

variabel.Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang datanya

dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan berupa angka-angka

atau angket.10Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa

peristiwa dan sejarah munculnya sebutan kampung idiot di desa

Karangpatihan.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Karangpatihan Kecamatan Balong

Kabupaten Ponorogo. Adapun alasan peneliti dalam menentukan lokasi

penelitian ini yaitu :

10Moleong, Lexy.2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. remaja Rosdakarya. Hlm.

6

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44293/2/jiptummpp-gdl-bambangsun-51386...Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui Media Kalung Berangka

12

Dari 5 desa di Ponorogo yang mendapat predikat sebagai kampung

idiot, desa Karangpatihan menjadi lokasi paling banyak penyandang

tunagrahita dan letak geografis desa yang jauh dari perkotaan membuat

desa tersebut terlilit oleh kemiskinan. Dengan kondisi seperti itu peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian secara partisipatif bagaimana upaya

desa tersebut dalam memutus vicious circle problem penyandang

tunagrahita yang sudah ada puluhan tahun lamanya.

D. Subyek Penelitian

Aktivitas awal dalam proses pengumpulan data adalah menentukan

subyek penelitiannya. Hal ini penting agar tidak terjadi kesalahan dalam

menentukan informan, sebab dari merekalah diharapkan informasi dapat

terkumpul sebagai upaya untuk menjawab pertanyaan penelitian yang

diajukan. Subyek penelitian menurut Amirin (1986) merupakan seseorang

atau sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangan.11

Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

purposive sampling atas dasar pertimbangan tertentu, kemudian

menentukan kriteria informan atau subjek penelitian yang dianggap

memiliki kecakapan informasi. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data purposive sampling agar tidak terjadi pelebaran atau

dapat dikatakan agar pernyataan dan data yang diberikan sesuai dengan

tujuan peneliti. Adapun informan yang dipilih sebagai berikut:

1) Kepala Desa. Sebagai keyperson dan orang nomor satu di desa,

kepala desa merupakan orang yang memahami desa secara luas

11Muhammad Idrus. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial:Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif:Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44293/2/jiptummpp-gdl-bambangsun-51386...Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui Media Kalung Berangka

13

dan menyeluruh. Dengan demikian informasi akan lebih

mudah didapat.

2) 3 (tiga) Tokoh Masyarakat. Dalam penelitian ini yang

dimaksud tokoh masyarakat antara lain yaitu mantri atau bidan

desa dan dua perangkat desa. Subyek ini diambil karena

darinya akan didapat beberapa informasi terkait penyebab

munculnya penyandang tunagrahita. Selain hal tersebut, para

tokoh desa yang diambil sebagai informan juga sebagai orang

yang selama ini melakukan tindakan preventif.

Pemilihan informan di atas diambil dalam upaya untuk

mempermudah mendapatkan informasi yang terpercaya. Jadi informan

yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 4 orang.

E. Sumber Data

1) Data Primer

Data primer yaitu data yang berasal langsung dari sumber data

dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan

permasalahan yang diteliti.12Data primer diperoleh dari sumbernya

(subjek penelitian). Peneliti mengamati, melakukan wawancara dan

mecatatnya pada saat melakukan observasi di lokasi penelitian, yakni

Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo.

2) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak

langsung dari objek yang diteliti, sumber data sekunder biasanya

12Cooper dan Emory.1996.Metode Penelitian Bisnis. Jakarta. Erlangga.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44293/2/jiptummpp-gdl-bambangsun-51386...Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui Media Kalung Berangka

14

didapat dari berbagai sumber yang berkaitan dengan data seperti

internet, jurnal dan berbagai literature yang berkaitan dengan penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini tentu memerlukan adanya data-data, yakni sebagai

bahan yang akan diteliti dan untuk memperolehnya perlu adanya metode

yang dipakai sebagai bahan pendekatan. Adapun teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut:

1) Observasi

Pengamatan dalam metode observasi dapat diklasifikasikan

melalui cara berperanserta dan yang tidak berperanserta. Pada

pengamatan tanpa peranserta pengamat atau peneliti hanya melakukan

satu fungsi; yaitu mengadakan pengamatan.Pengamat atau peneliti

berperanserta melakukan dua peranan sekaligus, yaitu; sebagai

pengamat atau peneliti dan sekaligus menjadi anggota resmi dari

kelompok yang diamati.13

Berdasarkan macam-macam metode pengamatan tersebut,

metode observasi yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu dilakukan

secara terus terang. Dengan kata lain, dari beberapa subjek yang diteliti

terutama tokoh desa tersebutmengetahui sejak awal bahwa peneliti

melakukan kegiatan penelitian. Dalam penelitian ini, langkah awal yang

dilakukan peneliti adalah menemui kepala desa maupun tokoh desa

Karangpatihan untuk meminta izin melakukan observasi awal terhadap

13Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. remaja Rosdakarya.

Hlm.126

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44293/2/jiptummpp-gdl-bambangsun-51386...Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui Media Kalung Berangka

15

kondisi desa dan keadaan setiap keluarga penyandang tunagrahita di

desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo.

2) Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,

percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

dan yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan wawancara tidak terstruktur.Wawancara tidak terstruktur

adalah wawancara yang sangat terbuka, dengan jawaban lebih luas dan

bervariasi.

Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui

secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih

banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh informan. Berdasar

analisis terhadap setiap jawaban dari informan tersebut, maka peneliti

dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah

pada suatu tujuan.14 Dalam hal ini peneliti akan melakukan pendekatan

kepada para tokoh desa, seperti kepala desa untuk mendapatkan

informasi yang terpercaya.

3) FGD (Focus Group Discussion)

Metode FGD merupakan salah satu metode pengumpulan data

penelitian dengan hasil akhir memberikan data yang berasal dari

interaksi sejumlah partisipan penelitian, seperti umumnya metode-

metode pengumpulan data lainnya. Berbeda dengan metode

14Sugiyono, 2012.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44293/2/jiptummpp-gdl-bambangsun-51386...Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui Media Kalung Berangka

16

pengumpulan data lainnya, metode FGD memiliki sejumlah

karakteristik, diantaranya, merupakan metode pengumpulan data untuk

jenis penelitian kualitatif dan data yang dihasilkan bersal dari eksplorasi

interaksi sosial yang terjadi ketika proses diskusi yang dilakukan para

informan yang terlibat.

Tujuan utama dari metode FGD adalah untuk memperoleh

interaksi data yang dihasilkan dari suatu diskusi sekelompok partisipan

atau responden dalam hal meningkatkan kedalaman informasi

menyikap berbagai aspek suatu fenomena kehidupan.15 Sesuai dengan

pendekatan yang dialkukan dalam penelitian ini yakni PRA

(participatory rural appraisal) maka peneliti akan melakukan metode

pengumpulan data menggunakan teknik FGD. Pada saat dialkukan

FGD , peneliti mengajak beberapa warga dan tokoh masyarakat yang

ikut berpartisipasi dalam melakukan tindakan preventif untuk

berdiskusi dan membahas serta mencari solusi bersama untuk

menyelesaikan permasalahan penyandang tunagrahita di Desa

Karangpatihan.

4) Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi dilakukan

dengan memanfaatkan data-data yang telah ada di lokasi penelitian

yang digunakan untuk membantu menganalisa penelitian.Dokumentasi

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa foto-foto dari lokasi

penelitian, berkas-berkas yang bisa menunjang data dalam penelitian

15Yati Afiyanti. 2008.Focus Group Discussion (Diskusi Kelompokterfokus) Sebagai Metode

Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif. Jurnal keperawatan Indonesia, Vol 12, No.1; hal 58-62

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44293/2/jiptummpp-gdl-bambangsun-51386...Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui Media Kalung Berangka

17

ini, kemudian data tersebut dikaji kembali dengan maksud melengkapi

data-data yang diperoleh sebelumnya.Sifat utama dari data ini tidak

terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada

peneliti untuk mengetahui hal-hal yang terjadi sebelumnya.Data-data

yang diambil berupa berkas yang berkaitan dengan penyandang

tunagrahita di kampung idiot Karangpatihan.Selain berkas juga berupa

dokumentasi para penyandang tunagrahita.Pengambilan dokumentasi

dilakukan pada saat melakukan observasi.

G. Teknik Analisa Data

Dalam membahas tentang analisis data dalam penelitian kualitatif,

para ahli memiliki pendapat yang berbeda. Pendekatan yang dipakai yakni

menggunakan PRA (Participatory Rural Appraisal) maka teknik analisa

data yang dipakai berbeda dengan penelitian kualitatif pada umumnya.

Dalam buku Robert Chambers yang berjudul PRA atau Memahami Desa

Secara Partisipatif di jelaskan beberapa hal, yaitu: (1) Pengumpulan data;

(2) Triangulasi; (3) Optimalisasi Hasil; (4) Keberlanjutan Program; (5)

Penyajian Data dan (6) penarikan kesimpulan atau verifikasi. Keenam

kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang jalin-menjalin pada saat

sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar

untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis pada pendekatan

PRA. Berikut adalah skema model analisa yang digunakan dalam

penelitian ini:

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44293/2/jiptummpp-gdl-bambangsun-51386...Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui Media Kalung Berangka

18

Gambar 1. Model Analisa Data dengan Pendekatan PRA

Sumber: Robert Chambers16

1) Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh melalui observasi di desa

Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. Data ini

berupa data sekunder yang berupa foto-foto serta hasil pengamatan

terhadap kondisi penyandang tunagrahita. Dalam pengumpulan data

tersebut teknik yang digunakan yakni dengan RRA (Rapid Rural

Apraisal) atau memahami desa secara cepat. Hal ini dilakukan demi

tercapainya informasi yang falid secara cepat dan tepat.

2) Triangulasi

Untuk mendapat informasi yang kedalamannya dapat dipercaya,

bisa digunakan konsep triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan

dan pemeriksaan ulang (check and recheck) Triangulasi dilakukan

melalui penganekaragaman keanggotaan (disiplin ilmu), sumber

16Robert Chambers. 1996. Participatory Rural Appraisal : Memahami Desa Secara Partisipatif.

Yogyakarta: Oxfam Kanisius.

Pengumpulan data Triangulasi

i

Optimalisasi Hasil

Keberlanjutan Program Penarikan Kesimpulan Penyajian Data

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44293/2/jiptummpp-gdl-bambangsun-51386...Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui Media Kalung Berangka

19

informasi (latar belakang golongan masyarakat, tempat) dan variasi

teknik.

3) Optimalisasi Hasil

Optimalisasi hasil dalam pendekatan PRA sangat diperhatikan,

dimana tujuan dari pendekatan penelitian tersebut adalah keterlibatan

peneliti sebagai fasilitator maupun masyarakat desa yang ikut serta

daalam pembangunan. Pelaksanaan PRA memerlukan waktu, tenaga

narasumber, pelaksana yang terampil, partisipasi masyarakat yang

semuanya terkait dengan dana. Untuk optimalisasi hasil dengan pilihan

yang menguntungkan mutlak harus diprtimbangkan. Oleh karenanya

kuantitas dan akurasi informasi sangat diperlukan agar jangan sampai

kegiatan yang berskala besar namun biaya yang tersedia tidak cukup..

4) Keberlanjutan Program

Pada pendekatan PRA, disisi mementingkan bagaimana

optimalisasi hasil yang baik, namun keberlanjutan program yang telah

dilaksanakan sangat perlu di perhatikan. Keberlanjutan program

menjadi salah satu tolak ukur dari kegiatan yang telah dilaksanakan,

selain itu terkadang dijadikan sebagai indikator keberhasilan suatu

penelitian yang bersifat praktis dan partisipatif. Masalah dan

kepentingan masyarakat selalu berkembang sesuai dengan

perkembangan masyarkat itu sendiri. Karenanya, pengenalan

masyarakat bukan usaha yang sekali kemudian selesai, namun

merupakan usaha yang berkelanjutan. Bagaimanapun juga program

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44293/2/jiptummpp-gdl-bambangsun-51386...Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan 1 Sampai 10 Melalui Media Kalung Berangka

20

yang mereka kembangkan dapat dipenuhi dari prinsip dasar PRA yang

digerakkan dari potensi masyarakat.

5) Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan.Dengan penyajian data maka akan memudahkan

untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Kegiatan ini dilakukan

oleh peneliti dari hasil reduksi data yang sudah dilakukan tentang

tindakan preventif dalam upaya memutus vicious circle

problempenyandang tunagrahita.Penyajian data yang baik merupakan

langkah penting untuk menuju tercapainya analisa yang valid dan

terpercaya.

6) Penarikan Kesimpulan

Pengambilan kesimpulan dilakukan setelah penyajian data

selesai. Teknik penyajian data dilakukan secara rapi dan sistematis,

maka setelah itu diambil suatu kesimpulan. Kesimpulan yang ada

adalah menjawab dari rumusan masalah dan temuan-temuan baru yang

ada di lapangan.