16
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbedaan suku, agama, ras dan golongan seringkali menjadi pemicu terjadinya konflik di Indonesia. Keberagaman yang ada di indonesia tidak dibarengi dengan toleransi antar masyarakatnya. Khususnya dalam toleransi beragama, masyarakat indonesia belum sepenuhnya memahami arti penting toleransi, sehingga yang terjadi adalah konflik antar agama. Agama saat ini masih menjadi faktor dominan dalam penciptaan integrasi dan konflik dalam masyarakat. Secara doktrinal, agama bersifat permanen yang tidak bisa berubah sekalipun terjadi perubahan sosial. Akan tetapi, begitu agama menjadi milik manusia maka tidak bisa dihindari terjadinya tiga aktivitas manusia yaitu pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap agama. Dengan demikian, makna agama yang laten muncul dalam berbagai bentuk baik interpretasi maupun aktualisasi sebagai wujud dari manifes agama. Agama yang telah diolah manusia sebagai dasar membentuk pandangan dunia (world view), maka agama telah berubah posisi dari kebenaran yang absolut menjadi kebenaran yang relatif. Akan tetapi, sering manusia tidak menyadari hal tersebut sekalipun yang mereka sebut kebenaran absolut ajaran agama hanyalah terbatas pada sejumlah simbol sebagai hasil pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama. Sikap yang demikian cenderung melahirkan konflik di kalangan umat beragama, bukan hanya konflik yang bersifat eksternal yaitu antar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44198/2/jiptummpp-gdl-rosmalihar-51653...netral dan mengembalikan urusan politik kepada masing-masing jama‟ahnya, 3 Muhtar,

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44198/2/jiptummpp-gdl-rosmalihar-51653...netral dan mengembalikan urusan politik kepada masing-masing jama‟ahnya, 3 Muhtar,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perbedaan suku, agama, ras dan golongan seringkali menjadi pemicu

terjadinya konflik di Indonesia. Keberagaman yang ada di indonesia tidak

dibarengi dengan toleransi antar masyarakatnya. Khususnya dalam toleransi

beragama, masyarakat indonesia belum sepenuhnya memahami arti penting

toleransi, sehingga yang terjadi adalah konflik antar agama. Agama saat ini masih

menjadi faktor dominan dalam penciptaan integrasi dan konflik dalam

masyarakat. Secara doktrinal, agama bersifat permanen yang tidak bisa berubah

sekalipun terjadi perubahan sosial. Akan tetapi, begitu agama menjadi milik

manusia maka tidak bisa dihindari terjadinya tiga aktivitas manusia yaitu

pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap agama. Dengan demikian,

makna agama yang laten muncul dalam berbagai bentuk baik interpretasi maupun

aktualisasi sebagai wujud dari manifes agama.

Agama yang telah diolah manusia sebagai dasar membentuk pandangan

dunia (world view), maka agama telah berubah posisi dari kebenaran yang absolut

menjadi kebenaran yang relatif. Akan tetapi, sering manusia tidak menyadari hal

tersebut sekalipun yang mereka sebut kebenaran absolut ajaran agama hanyalah

terbatas pada sejumlah simbol sebagai hasil pemahaman, penghayatan dan

pengamalan ajaran agama. Sikap yang demikian cenderung melahirkan konflik di

kalangan umat beragama, bukan hanya konflik yang bersifat eksternal yaitu antar

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44198/2/jiptummpp-gdl-rosmalihar-51653...netral dan mengembalikan urusan politik kepada masing-masing jama‟ahnya, 3 Muhtar,

2

umat yang berbeda agama, melainkan juga konflik internal yaitu antar oenganut

dalam satu agama. 1

Konflik yang berkepanjangan antara dua kubu Nahdlatul Wathan menjadi

salah satu konflik internal dalam organisasi agama Islam. Konflik yang terjadi

sejak tahun 1998 bermula dari konflik keluarga ini semakin hari semakin tak

terelakkan, pasalnya kedua kubu masing-masing mengklaim dirinya sebagai

organsasi Nahdlatul Wathan yang sah. Kubu Nahdlatul Wathan Pancor dan kubu

Nahdlatul Wathan Anjani memiliki pengikut yang setia dalam jumlah yang tidak

sedikit. Selain itu para pengikut kedua kubu juga memiliki loyalitas yang sangat

tinggi terhadap organisasinya. Para pengikut yang setia membela dan mengklaim

kesahan organisasinya masing-masing , oleh sebab itu pergesekan sosial sering

terjadi diantara kedua kubu.

Pihak Nahdlatul Wathan Anjani pernah melayangkan gugatan di

Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta Timur, atas penerbitan

pengesahan badan hukum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan Pancor yang

dikeluarkan pada tahun 2014 oleh Kementerian Hukum dan HAM. Kubu NW

Anjani tidak menerima disahkannya NW Pancor sebagai organisasi resmi dengan

nama yang sama. Pasalnya NW Anjani juga sah secara hukum melalui surat

ketetapan nomor J.A.5/105/5 Tanggal 8 november 1960. Hasil di pengadilan pun

semakin menambah panjangnya dualisme kepemimpinan Nahdlatul Wathan,

dengan diakuinya kedua organisasi Nahdlatul Wathan secara sah dan berbadan

hukum.

1 Lubis, Ridwan. 2015. Sosiologi agama : memahami perkembangan agama dalam interaksi

sosial. Jakarta: kencana. Hlm 179

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44198/2/jiptummpp-gdl-rosmalihar-51653...netral dan mengembalikan urusan politik kepada masing-masing jama‟ahnya, 3 Muhtar,

3

Nahdlatul Wathan merupakan organisasi yang memiliki peranan penting

dalam sejarah keagamaan di pulau Lombok, sejak berdirinya tahun1937 NW telah

melakukan proses pencerahan umat Islam di Lombok. Bukan hanya itu

masyarakat juga di berikan ilmu pengetahuan yaitu pada bidang pendidikan, sosial

dan dakwah sampai saat ini, dalam bidang pendidikan NW mendirikan lembaga

pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai universitas (STKIP

Hamzanwadi, IAIH, universitas Nahdatul Wathan dan masih banyak lagi).

Sedangkan dalam bidang sosial NW berfungsi sebagai motivator dan dinamisator

yang mengatur pola hubungan antar warga di tengah komunitas tertentu di dalam

pengembangan nilai keislaman dalam kehidupan, yaitu amal jariyah, gotong

royong, keikhlasan berjuang, pemberian santunan kepada fakir miskin, yaitu

yatim piatu, anak-anak terlantar, orang-orang jompo, penderita cacat,

melaksanakan pembangunan, pemeliharan rumah-rumah ibadah.

Kegiatan NW dalam bidang dakwah selain majelis dakwah dan majelis

taklim, juga dilakukan dalam bentuk peringatan hari hari besar Nasional, Islam,

NW, lailatul Ijtima‟, hiziban, waridan, pembacaan barzanji, tahfizul Quran,

syafa‟ah yang bernafaskan Islam, penerbitan dan lain-lain. Oleh karena beberapa

kegiatan di atas yang di lakukan oleh NW sehingga NW dirasakan sangat

bermanfaat dan mempunyai pengaruh yang kuat pada masyarakat.

Nahdlatul Wathan bukan satu-satunya organisasi islam di Pulau Lombok,

adapun organisasi Islam lainnya yang ada di Lombok yaitu Nahdatul Ulama dan

Muhammadiyah. Namun pengaruh Nahdlatul Wathan sangat besar bagi

masyarakat di Pulau Lombok karena para anggota dan Tuan Guru Nahdlatul

Wathan menjadi sejak lama menjadi pelopor dan agen perubahan disetiap sendi

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44198/2/jiptummpp-gdl-rosmalihar-51653...netral dan mengembalikan urusan politik kepada masing-masing jama‟ahnya, 3 Muhtar,

4

kehidupan sosial masyarakat Lombok. Pengaruh yang besar ini terbukti pada saat

pemilu tahun 2008 , salah satu pasangan calon gubernur merupakan ketua umum

PBNW yaitu Tuan Guru Bajang KH. M. Zainul Madjdi, MA yang berpasangan

dengan Ir. H. Badrul Munir, MM. dengan perolehan suara sebanyak 847.976;

mengalahkan pasangan Calon Drs. H. Lalu Serinata dan H.M. Husni Djibril, B.Sc.

dengan perolehan suara sebanyak 576.123; pasangan Calon DR. H. Zaini Arony,

M.Pd. dan Nurdin Ranggabarani, SH., MH. dengan perolehan suara sebanyak

387.875; dan pasangan Calon Ir. H. Nanang Samodra KA., M.Sc. dan Muhammad

Jabir, SH., MH. dengan perolehan suara sebanyak 370.919.

Rekapitulasi hasil perhitungan Suara oleh KPU Kota Bima.Sesuai hasil

rekapitulasi tersebut, KPU Provinsi NTB menetapkan pasangan calon Gubernur

dan Wakil Gubernur terpilih yaitu pasangan calon dengan Nomor Urut 2 yaitu :

KH. M. Zainul Madjdi, MA. dan Ir. H. Badrul Munir, MM. yang memperoleh

suara sebesar 847.976 atau 36,72% suara, sesuai Berita Acara Rapat Pleno Nomor

: 270/441/KPU.NTB/VII/2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih

Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat masa jabatan 2008-2013; dan

Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 64

Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Dalam Pemilihan Umum

Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat Tahun 2008. Jumlah

penduduk NTB secara keseluruhan sebanyak 4.363.756, penduduk terbanyak

terdapat di Kabupaten Lombok Timur dengan jumlah 1.105.582 jiwa. Dengan

data di atas dapat dilihat bagaimana organisasi NW berpengruh sehingga

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44198/2/jiptummpp-gdl-rosmalihar-51653...netral dan mengembalikan urusan politik kepada masing-masing jama‟ahnya, 3 Muhtar,

5

kemenangan yang di peroleh Tuan Guru Bajang KH. M. Zainul Madjdi, MA

dengan pasangannya.2

Konflik NW bermula pada saat Muktamar ke-X di Praya , Lombok

Tengah. Pada saat itu hasil muktamar menetapkan Ummi Hj. Siti Raihanun (putri

pendiri NW) sebagai ketua umum PBNW. Namun ada beberapa pihak elite NW

yang tidak terima dengan hasil muktamar di Praya , yang pada akhirnya

memunculkan muktamar tandingan dengan memilih Ummi Hj. Siti Rauhun

sebagai ketua umum PBNW. Akibatnya ketua umum PBNW versi muktamar ke-

X praya Hj. Siti Raihanun memilih hijrah ke lokasi baru di Anjani untuk

mengembangkan dakwah islam melalui organisasi NW, Sedangkan kubu Siti

Rauhun memilih Pancor sebagai pusat dakwahnya. Setelah itu konflik ini terus

menerus terjadi dan masing-masing kubu tidak mau mengalah untuk menyatukan

Nahdlatul Wathan kembali, maka muncullah dualisme di organisasi Nahdlatul

Wathan yaitu NW Pancor dan NW Anjani.

Selama proses dualisme kepemimpinan ini, sejarah mencatat bahwa

pernah terjadi konflik terbuka di antara kedua kubu.Konflik terbuka yang pernah

terjadi yaitu Kekerasan antara jamaah NW lebih banyak terjadi di Lombok Timur

daripada di Lombok Tengah dan Barat. Meskipun demikian konflik dan kekerasan

ini melibatkan hampir seluruh jamaah di Lombok. Perang NW bukan hanya

perang antara warga NW tetapi perang antara pepadu atau orangsakti yang saling

menguji tingkat kesaktian ilmu mereka (Hamdi, 2011: 240: Smith dan Hamdi,

2009).

2http://www.kpud-ntbprov.go.id/ di asksespadatanggal 26 Mei 2016

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44198/2/jiptummpp-gdl-rosmalihar-51653...netral dan mengembalikan urusan politik kepada masing-masing jama‟ahnya, 3 Muhtar,

6

Para pepadu memanfaatkan konflik NW sebagai ajang pembuktian tingkat

kesaktian mereka. Sementara di satu sisi kedua kubu saling mengundangkan

pepadu dari desa-desa lain untuk memperkuat pertahanan dan serangan mereka.

Menurut informasi di lapangan, perang „atas‟ lebih dahsyat daripada perang

„bawah‟. Yang dimaksud dengan istilah perang „atas‟ adalah perang di udara yang

melibatkan orang-orang sakti yang berkelahi dengan cara terbang dan biasanya

dilakukan pada malam hari. Sedangkan perang „bawah‟ adalah perang di darat

yang melibatkan masyarakat secara umum dan biasa-nya pada siang hari (Hamdi,

2011: 241). Perang „atas‟ hanya melibatkan orang-orang yang mempunyai ilmu

kesaktian tinggi yangbisa mengubah dirinya ke berbagai jenis binatang. Tidak ada

data pasti yang menyebutkan berapa jumlah orang yang meninggal dalam perang

„atas‟ ini. Wilayah-wilayah yang rawan konflik dan kekerasan adalah kecamatan

Suralaga, Selong, Masbagik, Kota Raja, Wanasaba, Peringgasela, Peringgabaya,

Suka Mulia, dan Aikmel.3

Munculnya konflik didalam tubuh organisasi NW akan menimbulkan

dampak bagi organisasi dan masyarakat. Adapun dampak yang terjadi akibat

adanya konflik ini diantaranya perayaan hari ulang tahun Nahdlatul Wathan

Diniyyah Islamiyah (NWDI) dan Nahdlatul Banat Diniyyah Islamiyyah

(NBDI)yang di lakukan secara terpisah di dua tempat yang berbeda dengan hari

yang berbeda, kompetisi pada arena politik dimana kubu NW Pancor berafiliasi

dengan Partai Demokrat sedangkan kubu NW Anjani memilih untuk bersikap

netral dan mengembalikan urusan politik kepada masing-masing jama‟ahnya,

3Muhtar, Faturrahman.2010. Konflik Dalam Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam Di Pondok

Pesantren Nahdlatul Wathan Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.Disertasi. hlm.7.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44198/2/jiptummpp-gdl-rosmalihar-51653...netral dan mengembalikan urusan politik kepada masing-masing jama‟ahnya, 3 Muhtar,

7

adapun jama‟ah NW Anjani ada yang masuk sebagai kader PKS sebagian juga

sebagai kader PKB. Selain itu kedua kubu masing-masing memiliki Anggaran

Dasar (AD) NW yang berbeda dan tujuan berbeda pula.

Banyaknya catatan sejarah konflik diantara kedua kubu serta pengikutnya

dan ketidakmampuan pemimpin masing-masing kubu untuk menyatukan kembali

NW menjadi satu memunculkan banyak persepsi dan pandangan di dalam

masyarakat. Adapun saat ini kedua NW mempunyai pemimpin yang merupakan

keturunan Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid (pendiri NW),

kubu NW Pancor di pimpin oleh TGKH Zainul Majdi , sedangkan kubu NW

Anjani di pimpin oleh TGKH Lalu Gede M. Zainuddin Atsani. Kedua pemimpin

memiliki kharismanya sebagai seorang pemimpin, baik pemimpin organisasi

maupun pemimpin umat, walaupun demikian kedua pemimpin belum mampu

menyatukan Nahdlatul Wathan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah adalah sebagai

berikut :

a. Bagaimana kronologi konflik organisasi Nahdlatul Wathan ?

b. Bagaimana bentuk-bentuk konflik organisasi Nahdlatul Wathan ?

c. Bagaimana dampak-dampak konflik organisasi Nahdlatul Wathan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44198/2/jiptummpp-gdl-rosmalihar-51653...netral dan mengembalikan urusan politik kepada masing-masing jama‟ahnya, 3 Muhtar,

8

a. untuk mengetahui bagaimana kronologi konflik organisasi Nahdlatul

Wathan.

b. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari konflik Nahdlatul Wathan.

c. Untuk mengetahui dampak-dampak dari konflik Nahdlatul Wathan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang sosiologi

agama.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti yang akan meneliti

dengan tema yang sama dan mampu menambah wawasan bagi

pembaca.

b. Mampu menggambarkan pandangan masyarakat terhadap konflik

di dalam organisasi islam Nahdltul Wathan, sehingga nantinya

akan menjadi bahan solusi ataupun saran terhadap pihak terkait.

1.5 Definisi Konsep

1. Konflik

Dalam bukunya Konflik dan Manajemen Konflik, Wirawan (2013) ,

mendefinisikan konflik sebagai proses pertentangan yang di ekspresikan di antara

dua pihak atau lebih yang saling tergantung mengenai objek konflik,

menggunakan pola perilaku dan interaksi konflik yang menghasilkan keluaran

konflik.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44198/2/jiptummpp-gdl-rosmalihar-51653...netral dan mengembalikan urusan politik kepada masing-masing jama‟ahnya, 3 Muhtar,

9

2. Nahdlatul Wathan

Organisasi Nahdlatul Wathan merupakan organisasi keagamaan,sosial, dan

pendidikan yang berazaskan islam Ahlu sunnah wal jama‟ah. Organisasi ini

didirikan oleh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pada tanggal 1 Maret

1953. Organisasi NW mendapatkan legalitas yuridis formal berdasarkan Akte

Nomor 48 Tahun 1957 yang dibuat dan di sahkan oleh notaris pembantu Hendrix

Alexander Malada, kemudian mendapatkan akte yang baru yang dibuat oleh

Notaris Sie Ik Tiong di Jakarta dengan Nomor 50 tanggal 15 juli 1960.

Selanjutnya akte tersebut diperkuat dengan lahirnya pengakuan Menteri

Kehakiman Republik Indonesia melalui surat ketetapan nomor J.A.5/105/5

Tanggal 8 November 1960.4

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan

menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau

kelompok tertentu , atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu

gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain

dalam masyarakat.5 Peneliti ingin menggambarkan sebuah pandangan tentang

konflik nahdlatul wathan di Lombok Timur secara terperinci. Oleh karena itu

4Abd Syakur, Ahmad. 2006. Islam dan Kebudayaan : akulturasi nilai-nilai islam dala budaya sasak.

Yogyakarta : Adab Press. Hlm. 425 5Nazir, Moh. 2014. Metode Penelitian . Bogor : Ghalia Indonesia. Hlm. 43

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44198/2/jiptummpp-gdl-rosmalihar-51653...netral dan mengembalikan urusan politik kepada masing-masing jama‟ahnya, 3 Muhtar,

10

data-data mungkin berupa naskah, (untuk penelitian lapangan) misalnya hasil

rekaman wawancara, catatan-catatan lapangan, foto, video, tape, dokumen

pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.6

Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi “proses” daripada

“hasil”. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti

akan lebih jelas apabila diamati dalam proses. Peneliti mengamati dalam

hubungaan sehari-hari, kemudian menjelaskan tentang nilai serta sikap yang

diteliti. Dengan lain perkataan peranan proses dalam penelitian kualitatif besar

sekali.7

1.6.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini akan di bagi menjadi dua wilayah, yaitu

Kelurahan/Desa Pancor, Kecamatan Selong, kabupaten Lombok Timur dan

Kelurahan/Desa Anjani, Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur. Alasan

peneliti mengambil kedua wilayah ini menjadi tempat penelitian adalah karena

kedua tempat ini merupakan daerah pusat dakwah dan pusat organisasi Nahdatul

Wathan, kedua tempat ini menjadi tempat mengembangkan Nahdlatul Wathan

sampai sekarang. Selain itu, para masyarakat kedua wilayah ini sendiri mengalami

konflik-konflik secara langsung dan merasakan dampaknya.

1.6.3 Subjek Penelitian

Terkait dalam hal penentuan subyek dari penelitian, peneliti akan

menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah

teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan atau tujuan

tertentu. Pertimbangan atau tujuan tertentu ini misalnya orang, informan atau

6Kaelan.2012. metode penelitian kualitatif : interdisipliner bidang

sosial,budaya,filsafat,seni,agama dan humaniora.Yogyakarta: paradigma. Hlm. 13 7Ibid. Hlm. 13

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44198/2/jiptummpp-gdl-rosmalihar-51653...netral dan mengembalikan urusan politik kepada masing-masing jama‟ahnya, 3 Muhtar,

11

responden tersebut dianggap paling tahu dan menguasai tentang apa yang akan

diungkap dalam penelitian.8Penelitian sampel dapat dilakukan apabila populasi

terlalu besar dan tersebar sehingga sulit dijangkau oleh peneliti , sulit dalam

mengolah data, membutuhkan biaaya yang sangat besar, dan waktu yang terlalu

banyak. untuk itulah alasan peneliti menggunaka purposive sampling. Purposive

sampling merupakan pemilihan siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk

memberikan informasi yang dibutuhkan. Karena itu menentukan subjek atau

orang – oranng terpilih harus sesuai dengan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh

sampel itu.

Peneliti akan menentukan ciri-ciri atau karakteristik informan yang

mampu mendukung penelitian ini untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.

Adapun ciri-ciri atau karakter yang peneliti tentukan yaitu sebagai berikut :

a. Pengurus organisasi Nahdlatul Wathan Pancor dan Anjani

berjumlah 2 orang.

b. Jama‟ah organisasi Nahdlatul Wathan Pancor dan Anjani

berjumlah 4 orang.

1.6.4 Sumber Data

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung oleh

peneliti langsung dari sumbernya. Data ini didapatkan melalui beberapa

proses diantaranya, yaitu melakukan observasi dan wawancara langsung

dengan informan terkait. Peneliti menggunakan sumber data primer untuk

memperoleh informasi secara langsung dan aktual, dalam hal ini peneliti

8Ibid. Hlm. 78

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44198/2/jiptummpp-gdl-rosmalihar-51653...netral dan mengembalikan urusan politik kepada masing-masing jama‟ahnya, 3 Muhtar,

12

mengambil data tersebut dari informan yang sudah ditentukan yaitu

masyarakat Kelurahan Pancor dan Kelurahan Anjani yang menjadi

jama‟ah NW.

b. Data Sekunder

Data yang didapat secara tidak langsung, berupa buku-

buku,dokumen, skripsi, jurnal ataupun berita-berita dari media massa yang

menjawab kebutuhan penelitian tentang konflik Nahdlatul Wathan.

1.6.5 Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Pengertian observasi secara terminologis dimaknai sebagai

pengamatan atau peninjauan secara cermat.9 Suatu pengamatan terhadap

objek yang diteliti secara langsung dengan mata telanjang tanpa bantuan

alat apapun dilapangan.Observasi tidak terbatas pada manusia saja,

melainkan meliputi benda-benda, situasi, ruang, waktu, kondisi dan segala

hal yang berkaitan dengan sumber data dalam objek penelitian. 10

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini ialah mengamati

dampak yang terjadi didalam masyarakat akibat dari konflik dan dualisme

organisasi Nahdlatul Wathan, karena dampak yang dirasakan oleh

masyarakat tentu akan mempengaruhi pandangan atau persepsi mereka

terhadap konflik NW tersebut.

b. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan

9Kaelan.2012. metode penelitian kualitatif : interdisipliner bidang

sosial,budaya,filsafat,seni,agama dan humaniora.Yogyakarta: paradigma. Hlm. 100 10

Ibid. Hlm. 101

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44198/2/jiptummpp-gdl-rosmalihar-51653...netral dan mengembalikan urusan politik kepada masing-masing jama‟ahnya, 3 Muhtar,

13

makna dalam suatu topik tertentu.11

Wawancara dapat dilakukan dengan

individu tertentu untuk mendapatkan data atau informasi tentang masalah

yang berhubungan dengan objek penelitian. Individu sebagai sasaran

wawancara ini sering disebut informan, yanitu orang yang memiliki

pemahaman yang terbaik megenai objek yang akan diteliti. Dengan

wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalamtentang

partisipan dalam menginterpretasikan aituasi dan fenomena yang terjadi.12

Wawancara tidak mengutamakan sedikit banyaknya yang

diwawancarai, akan tetapi kualitas informan sebagai sumber dari data yang

dibutuhkan. Karena itu informan dituntut memiliki pengetahuan lebih

tentang objek yang menjadi kajian penelitian. Wawancara yang akan

dilakukan dalam penelitian ini ialah mewawancarai jama‟ah NW Pancor

dan Anjani sebagai pihak yang merasakan dampak konflik, dan

mewawancarai pihak-pihak netral untuk mendapatkan persepsi atau

pandangan yang tidak memihak kubu manapun.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu,

berbentuk tulisan, gambar, maupun karya dari seseorang. Dokumen

merupakan data yang bukan manusia, melainkan sejarah hidup atau

catatan kehidupan manusia itu sendiri. Data yang berupa dokumentasi ini

adalah pelengkap data-data yang diperoleh dari observasi maupun

wawancara.

11

Ibid. Hlm. 111 12

Ibid. Hlm. 111

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44198/2/jiptummpp-gdl-rosmalihar-51653...netral dan mengembalikan urusan politik kepada masing-masing jama‟ahnya, 3 Muhtar,

14

Berdasarkan fungsi dan kegunaan dokumen, maka dalam penelitian

kualitatif suatu dokumen ditetapkan sebagai sebuah sumber data dalam

penelitian, karena dalam dokumen terkandung pengetahuan yang relevan

dan penting bagi tercapainya data yang diinginkan peneliti. Selain itu

dokumen merupakan pendukung empiris didalam sebuah penelitian ,

walaupun keabsahan datanya harus diverifikasi terlebih dahulu.

Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan saat peneliti

mewawancarai informan, dan dokumentasi-dokumentasi yang terkait

dalam penelitian konflik NW akan dijadikan sebagain bahan tambahan

untuk penelitian.

1.6.6 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan peneliti adalah

teknik analisa data secara kualitatif, yaitu dengan cara mengumpulkan berbagai

sumber informasi dan data kemudian digeneralisasikan. Analisis data merupakan

langkah terakhir sebelum didapatkan satu kesimpulan. Oleh karena itu teknik

analisa data diperlukan dalam penelitian guna memperoleh gambaran yang jelas

dan terperinci tentang objek yang diteliti. Dalam penelitian ini yang digunakan

adalah metode kualitatif dengan analisis deskriptif.

Penelitian ini menggunakan data analisis kualitatif model interaktif yang

dikemukakan oleh Miles dan Huberman melalui empat tahapan. Empat

komponen-komponen Analisa Data Moedel Interaktif.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44198/2/jiptummpp-gdl-rosmalihar-51653...netral dan mengembalikan urusan politik kepada masing-masing jama‟ahnya, 3 Muhtar,

15

Sumber: Miles dan Haberman (Sugiyono,2010:183)

Miles dan Haberman (1984) menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis

data kualitatif dilakukan dengan cara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus dan tuntas, sehingga sampai pada data yang jenuh. Aktivitas dalam

analisis data yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan.

a. Pengumpulan Data

Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari

subyek penelitian yang ada relevansinya dengan perumusan masalah dan tujuan

penelitian. Dalam pengumpulan data ini peneliti mengumpulkan data yang terkait

dengan judul penelitian.

b. Reduksi Data

Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyerderhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data awal yang muncul dari

catatan-catatan dilapangan. Peneliti mengedit data dengan cara memilih bagian

Pengumpulan

Data Penyajian

Data

Data

Reduksi Data Penarikan

Kesimpulan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44198/2/jiptummpp-gdl-rosmalihar-51653...netral dan mengembalikan urusan politik kepada masing-masing jama‟ahnya, 3 Muhtar,

16

data yang mana untuk dikode, dipakai, dan yang diringkas, serta dimasukan dalam

kategori, dan sebagainya.

c. Penyajian Data

Sekumpulan data yang diorganisir sehingga dapat memberi deskripsi

menuju proses penarikan kesimpulan. Penyajian data harus mempunyai relevansi

yang kuat dengan perumusan masalah secara keseluruhan dan disajikan secara

sistematis.

d. Penarikan Kesimpulan

Proses penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dari kegiatan

penelitian, karena merupakan kesimpulan dari penelitian. Proses penarikan

kesimpulan ini dimaksutkan untuk menganalisis, mencari makna dari data yang

ada sehingga dapat ditemukan tema dalam penelitian yang telah dilakukan.

Dari penjelasan tersebut peneliti akan menggunakan skema seperti

demikian di dalam melakukan penelitian, mengelola data, dan menarik

kesimpulan pada penelitian tentang Pandangan Masyarakat Lombok Timur

Terhadap Dampak Dari Konflik Organisasi Nahdlatul Wathan.