Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbedaan suku, agama, ras dan golongan seringkali menjadi pemicu
terjadinya konflik di Indonesia. Keberagaman yang ada di indonesia tidak
dibarengi dengan toleransi antar masyarakatnya. Khususnya dalam toleransi
beragama, masyarakat indonesia belum sepenuhnya memahami arti penting
toleransi, sehingga yang terjadi adalah konflik antar agama. Agama saat ini masih
menjadi faktor dominan dalam penciptaan integrasi dan konflik dalam
masyarakat. Secara doktrinal, agama bersifat permanen yang tidak bisa berubah
sekalipun terjadi perubahan sosial. Akan tetapi, begitu agama menjadi milik
manusia maka tidak bisa dihindari terjadinya tiga aktivitas manusia yaitu
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap agama. Dengan demikian,
makna agama yang laten muncul dalam berbagai bentuk baik interpretasi maupun
aktualisasi sebagai wujud dari manifes agama.
Agama yang telah diolah manusia sebagai dasar membentuk pandangan
dunia (world view), maka agama telah berubah posisi dari kebenaran yang absolut
menjadi kebenaran yang relatif. Akan tetapi, sering manusia tidak menyadari hal
tersebut sekalipun yang mereka sebut kebenaran absolut ajaran agama hanyalah
terbatas pada sejumlah simbol sebagai hasil pemahaman, penghayatan dan
pengamalan ajaran agama. Sikap yang demikian cenderung melahirkan konflik di
kalangan umat beragama, bukan hanya konflik yang bersifat eksternal yaitu antar
2
umat yang berbeda agama, melainkan juga konflik internal yaitu antar oenganut
dalam satu agama. 1
Konflik yang berkepanjangan antara dua kubu Nahdlatul Wathan menjadi
salah satu konflik internal dalam organisasi agama Islam. Konflik yang terjadi
sejak tahun 1998 bermula dari konflik keluarga ini semakin hari semakin tak
terelakkan, pasalnya kedua kubu masing-masing mengklaim dirinya sebagai
organsasi Nahdlatul Wathan yang sah. Kubu Nahdlatul Wathan Pancor dan kubu
Nahdlatul Wathan Anjani memiliki pengikut yang setia dalam jumlah yang tidak
sedikit. Selain itu para pengikut kedua kubu juga memiliki loyalitas yang sangat
tinggi terhadap organisasinya. Para pengikut yang setia membela dan mengklaim
kesahan organisasinya masing-masing , oleh sebab itu pergesekan sosial sering
terjadi diantara kedua kubu.
Pihak Nahdlatul Wathan Anjani pernah melayangkan gugatan di
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta Timur, atas penerbitan
pengesahan badan hukum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan Pancor yang
dikeluarkan pada tahun 2014 oleh Kementerian Hukum dan HAM. Kubu NW
Anjani tidak menerima disahkannya NW Pancor sebagai organisasi resmi dengan
nama yang sama. Pasalnya NW Anjani juga sah secara hukum melalui surat
ketetapan nomor J.A.5/105/5 Tanggal 8 november 1960. Hasil di pengadilan pun
semakin menambah panjangnya dualisme kepemimpinan Nahdlatul Wathan,
dengan diakuinya kedua organisasi Nahdlatul Wathan secara sah dan berbadan
hukum.
1 Lubis, Ridwan. 2015. Sosiologi agama : memahami perkembangan agama dalam interaksi
sosial. Jakarta: kencana. Hlm 179
3
Nahdlatul Wathan merupakan organisasi yang memiliki peranan penting
dalam sejarah keagamaan di pulau Lombok, sejak berdirinya tahun1937 NW telah
melakukan proses pencerahan umat Islam di Lombok. Bukan hanya itu
masyarakat juga di berikan ilmu pengetahuan yaitu pada bidang pendidikan, sosial
dan dakwah sampai saat ini, dalam bidang pendidikan NW mendirikan lembaga
pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai universitas (STKIP
Hamzanwadi, IAIH, universitas Nahdatul Wathan dan masih banyak lagi).
Sedangkan dalam bidang sosial NW berfungsi sebagai motivator dan dinamisator
yang mengatur pola hubungan antar warga di tengah komunitas tertentu di dalam
pengembangan nilai keislaman dalam kehidupan, yaitu amal jariyah, gotong
royong, keikhlasan berjuang, pemberian santunan kepada fakir miskin, yaitu
yatim piatu, anak-anak terlantar, orang-orang jompo, penderita cacat,
melaksanakan pembangunan, pemeliharan rumah-rumah ibadah.
Kegiatan NW dalam bidang dakwah selain majelis dakwah dan majelis
taklim, juga dilakukan dalam bentuk peringatan hari hari besar Nasional, Islam,
NW, lailatul Ijtima‟, hiziban, waridan, pembacaan barzanji, tahfizul Quran,
syafa‟ah yang bernafaskan Islam, penerbitan dan lain-lain. Oleh karena beberapa
kegiatan di atas yang di lakukan oleh NW sehingga NW dirasakan sangat
bermanfaat dan mempunyai pengaruh yang kuat pada masyarakat.
Nahdlatul Wathan bukan satu-satunya organisasi islam di Pulau Lombok,
adapun organisasi Islam lainnya yang ada di Lombok yaitu Nahdatul Ulama dan
Muhammadiyah. Namun pengaruh Nahdlatul Wathan sangat besar bagi
masyarakat di Pulau Lombok karena para anggota dan Tuan Guru Nahdlatul
Wathan menjadi sejak lama menjadi pelopor dan agen perubahan disetiap sendi
4
kehidupan sosial masyarakat Lombok. Pengaruh yang besar ini terbukti pada saat
pemilu tahun 2008 , salah satu pasangan calon gubernur merupakan ketua umum
PBNW yaitu Tuan Guru Bajang KH. M. Zainul Madjdi, MA yang berpasangan
dengan Ir. H. Badrul Munir, MM. dengan perolehan suara sebanyak 847.976;
mengalahkan pasangan Calon Drs. H. Lalu Serinata dan H.M. Husni Djibril, B.Sc.
dengan perolehan suara sebanyak 576.123; pasangan Calon DR. H. Zaini Arony,
M.Pd. dan Nurdin Ranggabarani, SH., MH. dengan perolehan suara sebanyak
387.875; dan pasangan Calon Ir. H. Nanang Samodra KA., M.Sc. dan Muhammad
Jabir, SH., MH. dengan perolehan suara sebanyak 370.919.
Rekapitulasi hasil perhitungan Suara oleh KPU Kota Bima.Sesuai hasil
rekapitulasi tersebut, KPU Provinsi NTB menetapkan pasangan calon Gubernur
dan Wakil Gubernur terpilih yaitu pasangan calon dengan Nomor Urut 2 yaitu :
KH. M. Zainul Madjdi, MA. dan Ir. H. Badrul Munir, MM. yang memperoleh
suara sebesar 847.976 atau 36,72% suara, sesuai Berita Acara Rapat Pleno Nomor
: 270/441/KPU.NTB/VII/2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih
Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat masa jabatan 2008-2013; dan
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 64
Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Dalam Pemilihan Umum
Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat Tahun 2008. Jumlah
penduduk NTB secara keseluruhan sebanyak 4.363.756, penduduk terbanyak
terdapat di Kabupaten Lombok Timur dengan jumlah 1.105.582 jiwa. Dengan
data di atas dapat dilihat bagaimana organisasi NW berpengruh sehingga
5
kemenangan yang di peroleh Tuan Guru Bajang KH. M. Zainul Madjdi, MA
dengan pasangannya.2
Konflik NW bermula pada saat Muktamar ke-X di Praya , Lombok
Tengah. Pada saat itu hasil muktamar menetapkan Ummi Hj. Siti Raihanun (putri
pendiri NW) sebagai ketua umum PBNW. Namun ada beberapa pihak elite NW
yang tidak terima dengan hasil muktamar di Praya , yang pada akhirnya
memunculkan muktamar tandingan dengan memilih Ummi Hj. Siti Rauhun
sebagai ketua umum PBNW. Akibatnya ketua umum PBNW versi muktamar ke-
X praya Hj. Siti Raihanun memilih hijrah ke lokasi baru di Anjani untuk
mengembangkan dakwah islam melalui organisasi NW, Sedangkan kubu Siti
Rauhun memilih Pancor sebagai pusat dakwahnya. Setelah itu konflik ini terus
menerus terjadi dan masing-masing kubu tidak mau mengalah untuk menyatukan
Nahdlatul Wathan kembali, maka muncullah dualisme di organisasi Nahdlatul
Wathan yaitu NW Pancor dan NW Anjani.
Selama proses dualisme kepemimpinan ini, sejarah mencatat bahwa
pernah terjadi konflik terbuka di antara kedua kubu.Konflik terbuka yang pernah
terjadi yaitu Kekerasan antara jamaah NW lebih banyak terjadi di Lombok Timur
daripada di Lombok Tengah dan Barat. Meskipun demikian konflik dan kekerasan
ini melibatkan hampir seluruh jamaah di Lombok. Perang NW bukan hanya
perang antara warga NW tetapi perang antara pepadu atau orangsakti yang saling
menguji tingkat kesaktian ilmu mereka (Hamdi, 2011: 240: Smith dan Hamdi,
2009).
2http://www.kpud-ntbprov.go.id/ di asksespadatanggal 26 Mei 2016
6
Para pepadu memanfaatkan konflik NW sebagai ajang pembuktian tingkat
kesaktian mereka. Sementara di satu sisi kedua kubu saling mengundangkan
pepadu dari desa-desa lain untuk memperkuat pertahanan dan serangan mereka.
Menurut informasi di lapangan, perang „atas‟ lebih dahsyat daripada perang
„bawah‟. Yang dimaksud dengan istilah perang „atas‟ adalah perang di udara yang
melibatkan orang-orang sakti yang berkelahi dengan cara terbang dan biasanya
dilakukan pada malam hari. Sedangkan perang „bawah‟ adalah perang di darat
yang melibatkan masyarakat secara umum dan biasa-nya pada siang hari (Hamdi,
2011: 241). Perang „atas‟ hanya melibatkan orang-orang yang mempunyai ilmu
kesaktian tinggi yangbisa mengubah dirinya ke berbagai jenis binatang. Tidak ada
data pasti yang menyebutkan berapa jumlah orang yang meninggal dalam perang
„atas‟ ini. Wilayah-wilayah yang rawan konflik dan kekerasan adalah kecamatan
Suralaga, Selong, Masbagik, Kota Raja, Wanasaba, Peringgasela, Peringgabaya,
Suka Mulia, dan Aikmel.3
Munculnya konflik didalam tubuh organisasi NW akan menimbulkan
dampak bagi organisasi dan masyarakat. Adapun dampak yang terjadi akibat
adanya konflik ini diantaranya perayaan hari ulang tahun Nahdlatul Wathan
Diniyyah Islamiyah (NWDI) dan Nahdlatul Banat Diniyyah Islamiyyah
(NBDI)yang di lakukan secara terpisah di dua tempat yang berbeda dengan hari
yang berbeda, kompetisi pada arena politik dimana kubu NW Pancor berafiliasi
dengan Partai Demokrat sedangkan kubu NW Anjani memilih untuk bersikap
netral dan mengembalikan urusan politik kepada masing-masing jama‟ahnya,
3Muhtar, Faturrahman.2010. Konflik Dalam Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam Di Pondok
Pesantren Nahdlatul Wathan Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.Disertasi. hlm.7.
7
adapun jama‟ah NW Anjani ada yang masuk sebagai kader PKS sebagian juga
sebagai kader PKB. Selain itu kedua kubu masing-masing memiliki Anggaran
Dasar (AD) NW yang berbeda dan tujuan berbeda pula.
Banyaknya catatan sejarah konflik diantara kedua kubu serta pengikutnya
dan ketidakmampuan pemimpin masing-masing kubu untuk menyatukan kembali
NW menjadi satu memunculkan banyak persepsi dan pandangan di dalam
masyarakat. Adapun saat ini kedua NW mempunyai pemimpin yang merupakan
keturunan Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid (pendiri NW),
kubu NW Pancor di pimpin oleh TGKH Zainul Majdi , sedangkan kubu NW
Anjani di pimpin oleh TGKH Lalu Gede M. Zainuddin Atsani. Kedua pemimpin
memiliki kharismanya sebagai seorang pemimpin, baik pemimpin organisasi
maupun pemimpin umat, walaupun demikian kedua pemimpin belum mampu
menyatukan Nahdlatul Wathan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut :
a. Bagaimana kronologi konflik organisasi Nahdlatul Wathan ?
b. Bagaimana bentuk-bentuk konflik organisasi Nahdlatul Wathan ?
c. Bagaimana dampak-dampak konflik organisasi Nahdlatul Wathan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
8
a. untuk mengetahui bagaimana kronologi konflik organisasi Nahdlatul
Wathan.
b. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari konflik Nahdlatul Wathan.
c. Untuk mengetahui dampak-dampak dari konflik Nahdlatul Wathan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang sosiologi
agama.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti yang akan meneliti
dengan tema yang sama dan mampu menambah wawasan bagi
pembaca.
b. Mampu menggambarkan pandangan masyarakat terhadap konflik
di dalam organisasi islam Nahdltul Wathan, sehingga nantinya
akan menjadi bahan solusi ataupun saran terhadap pihak terkait.
1.5 Definisi Konsep
1. Konflik
Dalam bukunya Konflik dan Manajemen Konflik, Wirawan (2013) ,
mendefinisikan konflik sebagai proses pertentangan yang di ekspresikan di antara
dua pihak atau lebih yang saling tergantung mengenai objek konflik,
menggunakan pola perilaku dan interaksi konflik yang menghasilkan keluaran
konflik.
9
2. Nahdlatul Wathan
Organisasi Nahdlatul Wathan merupakan organisasi keagamaan,sosial, dan
pendidikan yang berazaskan islam Ahlu sunnah wal jama‟ah. Organisasi ini
didirikan oleh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pada tanggal 1 Maret
1953. Organisasi NW mendapatkan legalitas yuridis formal berdasarkan Akte
Nomor 48 Tahun 1957 yang dibuat dan di sahkan oleh notaris pembantu Hendrix
Alexander Malada, kemudian mendapatkan akte yang baru yang dibuat oleh
Notaris Sie Ik Tiong di Jakarta dengan Nomor 50 tanggal 15 juli 1960.
Selanjutnya akte tersebut diperkuat dengan lahirnya pengakuan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia melalui surat ketetapan nomor J.A.5/105/5
Tanggal 8 November 1960.4
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan
menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau
kelompok tertentu , atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu
gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain
dalam masyarakat.5 Peneliti ingin menggambarkan sebuah pandangan tentang
konflik nahdlatul wathan di Lombok Timur secara terperinci. Oleh karena itu
4Abd Syakur, Ahmad. 2006. Islam dan Kebudayaan : akulturasi nilai-nilai islam dala budaya sasak.
Yogyakarta : Adab Press. Hlm. 425 5Nazir, Moh. 2014. Metode Penelitian . Bogor : Ghalia Indonesia. Hlm. 43
10
data-data mungkin berupa naskah, (untuk penelitian lapangan) misalnya hasil
rekaman wawancara, catatan-catatan lapangan, foto, video, tape, dokumen
pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.6
Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi “proses” daripada
“hasil”. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti
akan lebih jelas apabila diamati dalam proses. Peneliti mengamati dalam
hubungaan sehari-hari, kemudian menjelaskan tentang nilai serta sikap yang
diteliti. Dengan lain perkataan peranan proses dalam penelitian kualitatif besar
sekali.7
1.6.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini akan di bagi menjadi dua wilayah, yaitu
Kelurahan/Desa Pancor, Kecamatan Selong, kabupaten Lombok Timur dan
Kelurahan/Desa Anjani, Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur. Alasan
peneliti mengambil kedua wilayah ini menjadi tempat penelitian adalah karena
kedua tempat ini merupakan daerah pusat dakwah dan pusat organisasi Nahdatul
Wathan, kedua tempat ini menjadi tempat mengembangkan Nahdlatul Wathan
sampai sekarang. Selain itu, para masyarakat kedua wilayah ini sendiri mengalami
konflik-konflik secara langsung dan merasakan dampaknya.
1.6.3 Subjek Penelitian
Terkait dalam hal penentuan subyek dari penelitian, peneliti akan
menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah
teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan atau tujuan
tertentu. Pertimbangan atau tujuan tertentu ini misalnya orang, informan atau
6Kaelan.2012. metode penelitian kualitatif : interdisipliner bidang
sosial,budaya,filsafat,seni,agama dan humaniora.Yogyakarta: paradigma. Hlm. 13 7Ibid. Hlm. 13
11
responden tersebut dianggap paling tahu dan menguasai tentang apa yang akan
diungkap dalam penelitian.8Penelitian sampel dapat dilakukan apabila populasi
terlalu besar dan tersebar sehingga sulit dijangkau oleh peneliti , sulit dalam
mengolah data, membutuhkan biaaya yang sangat besar, dan waktu yang terlalu
banyak. untuk itulah alasan peneliti menggunaka purposive sampling. Purposive
sampling merupakan pemilihan siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan. Karena itu menentukan subjek atau
orang – oranng terpilih harus sesuai dengan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh
sampel itu.
Peneliti akan menentukan ciri-ciri atau karakteristik informan yang
mampu mendukung penelitian ini untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.
Adapun ciri-ciri atau karakter yang peneliti tentukan yaitu sebagai berikut :
a. Pengurus organisasi Nahdlatul Wathan Pancor dan Anjani
berjumlah 2 orang.
b. Jama‟ah organisasi Nahdlatul Wathan Pancor dan Anjani
berjumlah 4 orang.
1.6.4 Sumber Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung oleh
peneliti langsung dari sumbernya. Data ini didapatkan melalui beberapa
proses diantaranya, yaitu melakukan observasi dan wawancara langsung
dengan informan terkait. Peneliti menggunakan sumber data primer untuk
memperoleh informasi secara langsung dan aktual, dalam hal ini peneliti
8Ibid. Hlm. 78
12
mengambil data tersebut dari informan yang sudah ditentukan yaitu
masyarakat Kelurahan Pancor dan Kelurahan Anjani yang menjadi
jama‟ah NW.
b. Data Sekunder
Data yang didapat secara tidak langsung, berupa buku-
buku,dokumen, skripsi, jurnal ataupun berita-berita dari media massa yang
menjawab kebutuhan penelitian tentang konflik Nahdlatul Wathan.
1.6.5 Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Pengertian observasi secara terminologis dimaknai sebagai
pengamatan atau peninjauan secara cermat.9 Suatu pengamatan terhadap
objek yang diteliti secara langsung dengan mata telanjang tanpa bantuan
alat apapun dilapangan.Observasi tidak terbatas pada manusia saja,
melainkan meliputi benda-benda, situasi, ruang, waktu, kondisi dan segala
hal yang berkaitan dengan sumber data dalam objek penelitian. 10
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini ialah mengamati
dampak yang terjadi didalam masyarakat akibat dari konflik dan dualisme
organisasi Nahdlatul Wathan, karena dampak yang dirasakan oleh
masyarakat tentu akan mempengaruhi pandangan atau persepsi mereka
terhadap konflik NW tersebut.
b. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
9Kaelan.2012. metode penelitian kualitatif : interdisipliner bidang
sosial,budaya,filsafat,seni,agama dan humaniora.Yogyakarta: paradigma. Hlm. 100 10
Ibid. Hlm. 101
13
makna dalam suatu topik tertentu.11
Wawancara dapat dilakukan dengan
individu tertentu untuk mendapatkan data atau informasi tentang masalah
yang berhubungan dengan objek penelitian. Individu sebagai sasaran
wawancara ini sering disebut informan, yanitu orang yang memiliki
pemahaman yang terbaik megenai objek yang akan diteliti. Dengan
wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalamtentang
partisipan dalam menginterpretasikan aituasi dan fenomena yang terjadi.12
Wawancara tidak mengutamakan sedikit banyaknya yang
diwawancarai, akan tetapi kualitas informan sebagai sumber dari data yang
dibutuhkan. Karena itu informan dituntut memiliki pengetahuan lebih
tentang objek yang menjadi kajian penelitian. Wawancara yang akan
dilakukan dalam penelitian ini ialah mewawancarai jama‟ah NW Pancor
dan Anjani sebagai pihak yang merasakan dampak konflik, dan
mewawancarai pihak-pihak netral untuk mendapatkan persepsi atau
pandangan yang tidak memihak kubu manapun.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu,
berbentuk tulisan, gambar, maupun karya dari seseorang. Dokumen
merupakan data yang bukan manusia, melainkan sejarah hidup atau
catatan kehidupan manusia itu sendiri. Data yang berupa dokumentasi ini
adalah pelengkap data-data yang diperoleh dari observasi maupun
wawancara.
11
Ibid. Hlm. 111 12
Ibid. Hlm. 111
14
Berdasarkan fungsi dan kegunaan dokumen, maka dalam penelitian
kualitatif suatu dokumen ditetapkan sebagai sebuah sumber data dalam
penelitian, karena dalam dokumen terkandung pengetahuan yang relevan
dan penting bagi tercapainya data yang diinginkan peneliti. Selain itu
dokumen merupakan pendukung empiris didalam sebuah penelitian ,
walaupun keabsahan datanya harus diverifikasi terlebih dahulu.
Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan saat peneliti
mewawancarai informan, dan dokumentasi-dokumentasi yang terkait
dalam penelitian konflik NW akan dijadikan sebagain bahan tambahan
untuk penelitian.
1.6.6 Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan peneliti adalah
teknik analisa data secara kualitatif, yaitu dengan cara mengumpulkan berbagai
sumber informasi dan data kemudian digeneralisasikan. Analisis data merupakan
langkah terakhir sebelum didapatkan satu kesimpulan. Oleh karena itu teknik
analisa data diperlukan dalam penelitian guna memperoleh gambaran yang jelas
dan terperinci tentang objek yang diteliti. Dalam penelitian ini yang digunakan
adalah metode kualitatif dengan analisis deskriptif.
Penelitian ini menggunakan data analisis kualitatif model interaktif yang
dikemukakan oleh Miles dan Huberman melalui empat tahapan. Empat
komponen-komponen Analisa Data Moedel Interaktif.
15
Sumber: Miles dan Haberman (Sugiyono,2010:183)
Miles dan Haberman (1984) menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan dengan cara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus dan tuntas, sehingga sampai pada data yang jenuh. Aktivitas dalam
analisis data yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.
a. Pengumpulan Data
Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari
subyek penelitian yang ada relevansinya dengan perumusan masalah dan tujuan
penelitian. Dalam pengumpulan data ini peneliti mengumpulkan data yang terkait
dengan judul penelitian.
b. Reduksi Data
Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyerderhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data awal yang muncul dari
catatan-catatan dilapangan. Peneliti mengedit data dengan cara memilih bagian
Pengumpulan
Data Penyajian
Data
Data
Reduksi Data Penarikan
Kesimpulan
16
data yang mana untuk dikode, dipakai, dan yang diringkas, serta dimasukan dalam
kategori, dan sebagainya.
c. Penyajian Data
Sekumpulan data yang diorganisir sehingga dapat memberi deskripsi
menuju proses penarikan kesimpulan. Penyajian data harus mempunyai relevansi
yang kuat dengan perumusan masalah secara keseluruhan dan disajikan secara
sistematis.
d. Penarikan Kesimpulan
Proses penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dari kegiatan
penelitian, karena merupakan kesimpulan dari penelitian. Proses penarikan
kesimpulan ini dimaksutkan untuk menganalisis, mencari makna dari data yang
ada sehingga dapat ditemukan tema dalam penelitian yang telah dilakukan.
Dari penjelasan tersebut peneliti akan menggunakan skema seperti
demikian di dalam melakukan penelitian, mengelola data, dan menarik
kesimpulan pada penelitian tentang Pandangan Masyarakat Lombok Timur
Terhadap Dampak Dari Konflik Organisasi Nahdlatul Wathan.