38
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan bahasa asing di Indonesia merupakan salah satu bidang pendidikan yang memegang peranan penting sebagai salah satu modal dalam perjalanan hidup bangsa, terutama dalam hubungan internasional baik bilateral maupun multilateral, sehingga banyak universitas mendirikan program studi bahasa untuk memunculkan output yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Bertolak pada kenyataan di atas, pengajaran bahasa Korea tentunya sangat diharapkan untuk melahirkan lulusan yang mampu bersaing dalam iklim kompetisi yang sangat ketat pada dunia kerja. Berdasarkan hal tersebut, pengajaran yang berkualitas dan tepat guna sangat diperlukan dalam pengajaran bahasa Korea sebagai bahasa asing bagi peserta didik, yang bahasa ibunya adalah bahasa Indonesia. Keadaan tersebut merupakan sebuah kendala tersendiri bagi mereka yang masih terbiasa dengan penggunaan komunikasi bahasa dengan karakteristik gramatikal bahasa Indonesia, sehingga banyak dijumpai beragam kesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI) dan bahasa Korea (BK) sama-sama merupakan bahasa aglutinatif dan tampak tidak terdapat perbedaan yang sangat mendasar antar keduanya. Namun demikian, bila ditinjau lebih dalam kajian antara kedua bahasa tersebut ditemukan berbagai perbedaan pada tataran struktur kalimat tunggal berdasarkan fungsi dan kategori sintaksis unsur-unsur kalimat. ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASA KOREA supriadianto Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan bahasa asing di Indonesia merupakan salah satu bidang

pendidikan yang memegang peranan penting sebagai salah satu modal dalam

perjalanan hidup bangsa, terutama dalam hubungan internasional baik bilateral

maupun multilateral, sehingga banyak universitas mendirikan program studi

bahasa untuk memunculkan output yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.

Bertolak pada kenyataan di atas, pengajaran bahasa Korea tentunya sangat

diharapkan untuk melahirkan lulusan yang mampu bersaing dalam iklim

kompetisi yang sangat ketat pada dunia kerja. Berdasarkan hal tersebut,

pengajaran yang berkualitas dan tepat guna sangat diperlukan dalam pengajaran

bahasa Korea sebagai bahasa asing bagi peserta didik, yang bahasa ibunya adalah

bahasa Indonesia. Keadaan tersebut merupakan sebuah kendala tersendiri bagi

mereka yang masih terbiasa dengan penggunaan komunikasi bahasa dengan

karakteristik gramatikal bahasa Indonesia, sehingga banyak dijumpai beragam

kesalahan pembelajaran bahasa.

Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI) dan bahasa Korea (BK) sama-sama

merupakan bahasa aglutinatif dan tampak tidak terdapat perbedaan yang sangat

mendasar antar keduanya. Namun demikian, bila ditinjau lebih dalam kajian

antara kedua bahasa tersebut ditemukan berbagai perbedaan pada tataran struktur

kalimat tunggal berdasarkan fungsi dan kategori sintaksis unsur-unsur kalimat.

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

2

Wijana (2011) mengatakan bahwa kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri

atas satu klausa. Subjek dan predikat adalah unsur inti klausa. Verhaar (2010)

mengatakan bahwa dalam hubungan analisis fungsi ada empat terminologi

analisis fungsi yang berbeda. Pertama, kalimat dibagi atas subjek dan predikat.

Kedua, kalimat dibagi atas subjek, predikat, dan keterangan. Keterangan dibagi

lagi atas objek dan keterangan waktu, keterangan tempat, dan lain-lain. Ketiga,

kalimat dibagi atas subjek, predikat, dan pelengkap. Pelengkap dibagi atas objek

dan keterangan. Selanjutnya keterangan dibagi atas keterangan waktu, keterangan

tempat, dan lain-lain. Keempat, kalimat dibagi atas subjek, predikat, objek, dan

keterangan. Berikutnya keterangan dibagi atas keterangan waktu, keterangan

tempat, dan lain-lain, sedangkan analisis kalimat berdasarkan kategori unsur-

unsurnya adalah menentukan termasuk kategori apakah suatu unsur dalam suatu

kalimat. Analisis kategori adalah analisis terhadap jenis kata atau kelas kata

unsur-unsur pengisi fungsi tertentu dalam sebuah kalimat.

Dalam relasi gramatikal pada tataran struktur kalimat tunggal BI dan BK,

pengisi fungsi dan kategori unsur-unsur kedua bahasa tersebut memiliki

persamaan dan perbedaan. Perbedaan pertama adalah pada kalimat tunggal BI

terdiri dari unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pl), dan

keterangan (Ket) pada setiap unsur fungsinya yang tidak ditandai dengan penanda,

sedangkan kalimat tunggal BK unsur fungsinya terdiri dari unsur subjek (S),

predikat (P), objek (O), pelengkap (Pl), dan keterangan (Ket) pada setiap unsur

fungsinya yang ditandai dengan penanda yang unsur subjeknya ditandai dengan

penanda -neun, -eun, -i, dan -ga, unsur predikat ditandai dengan penanda -da, -

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

3

bnida, -sebnida, -ayo, -eoyo, -haeyo, dan lain sebagainya, unsur objek ditandai

dengan penanda –leul dan -eul , unsur pelengkap ditandai dengan penanda –i/-ga

anida dan –i/-ga dwaeda, dan unsur keterangan ditandai dengan penanda -e, -eseo,

dan lain sebagainya. Misalnya:

BI (1) Ibu tidak berlari-lari.

S P

(Ramlan, 2001: 81)

BK (2) Jeo-neun uch’eguk-eseo ph’yeonji-reul bo’nae-eoyo.

S -ps Ket -pk O -po P -pp

Saya kantor pos-di surat mengirim

„Saya mengirim surat di kantor pos‟

(Ahn Jean-Myung, 2010: 86)

Kalimat (1) BI di atas, terdiri dari dua unsur fungsional. Unsur ibu

menduduki fungsi S dan unsur tidak berlari-lari menduduki fungsi P. Kalimat (2)

BK, terdiri dari empat unsur fungsional. Unsur Jeo-neun „saya‟ menduduki fungsi

S yang ditandai dengan unsur –neun sebagai penanda fungsi S, unsur uch’eguk-

eseo „di kantor pos‟ yang menduduki fungsi Ket ditandai dengan unsur –eseo

sebagai penanda fungsi Ket, unsur ph’yeonji-reul „surat‟ yang menduduki fungsi

O ditandai dengan unsur –reul sebagai penanda fungsi O, dan unsur bo’nae-eoyo

„mengirim‟ yang menduduki fungsi P ditandai dengan unsur –eoyo sebagai

penanda fungsi P.

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

4

Perbedaan kedua adalah pada tataran urutan fungsi unsur-unsur penyusun

kalimat BI dan BK. Ramlan (2001), dalam kalimat BI unsur S dan P dapat

dipertukarkan tempatnya, urutan unsur O selalu terletak di belakang P yang terdiri

kata verba transitif dan unsur O apabila dipasifkan kata atau frase yang

menduduki fungsi O menduduki fungsi S. unsur Pl mempunyai persamaan dengan

O, yaitu urutannya terletak di belakang P. Perbedaannya adalah O selalu dalam

klausa yang dapat dipasifkan, sedangkan Pl terdapat dalam klausa yang tidak

dapat diubah menjadi bentuk pasif, dan unsur Ket pada umumnya dalam kalimat

BI urutannya bebas, artinya dapat terletak di depan SP, dapat terletak di antara S

dan P, dan dapat juga terletak di belakang P, sedangkan urutan kalimat BK adalah

unsur S terletak di awal, unsur O dapat terletak diantara S dan P atau unsur O

selalu terletak di depan P, unsur P hanya terletak di akhir kalimat yang tidak dapat

dipertukarkan tempatnya, dan unsur Pl terletak di belakang S, unsur Ket dapat

terletak di depan dan di belakang S. Misalnya:

BI (3) Badannya sangat lemah.

S P

(Ramlan, 2001: 81)

BK (4) Sicheon-eun Seoul-e iss-eoyo.

S -ps Ket–pk P -pp

Sincheon Seoul ada.

„Sicheon ada di Seoul‟

(Ahn Jean-Myung, 2010: 87)

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

5

Pada kalimat (3) BI di atas, terdiri dari dua unsur fungsional. Unsur

badannya menduduki fungsi S, dan unsur sangat lemah menduduki fungsi P.

Berdasarkan urutannya, struktur kalimat (3) di atas, S dan P dapat dipertukarkan

tempatnya menjadi S mungkin terletak di depan P, atau sebaliknya P mungkin

terletak di depan S, sehingga kalimat (3) di atas dapat diubah susunannya

menjadi:

(3a) sangat lemah badannya.

P S

unsur sangat lemah (3a) tetap menduduki fungsi P dan unsur badannya (3a) juga

tetap menduduki fungsi S, sedangkan kalimat (4) BK di atas, terdiri dari tiga

unsur fungsional. Unsur Sincheon „Shincheon‟ menduduki fungsi S, unsur Seoul-e

„di Seoul‟ menduduki fungsi Ket, dan unsur iss-eoyo „ada‟ menduduki fungsi P.

Berdasarkan urutannya pada kalimat (4) hanya unsur yang menduduki fungsi S

dan Ket yang bisa dipertukarkan tempatnya, sedangkan unsur P tidak dapat

dipertukarkan urutannya. Kalimat di atas dapat diubah letaknya menjadi:

(4a) Seoul-e Sicheon-eun iss-eoyo.

Ket -pk S -ps P -pp

Seoul Sincheon ada.

„Sicheon ada di Seoul‟

Pada kalimat (4a) unsur Seoul-e „di Seoul‟ tetap menduduki fungsi Ket, unsur

Sincheon-eun „Sinchon‟ menduduki fungsi S, dan unsur iss-eoyo „ada‟ menduduki

menduduki fungsi P.

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

6

Perbedaan ketiga adalah pada unsur kategori pengisi fungsi unsur-unsur

kalimat BI dan BK. Pada kalimat BI, fungsi S berkategori nomina, fungsi P bisa

berkategori verba, nomina, frase bilangan, dan kemungkinan bisa frase depan,

fungsi O berkategori nomina, fungsi Pl bisa berkategori nomina, verba, dan

bilangan, fungsi Ket bisa berkategori keterangan, frase depan ataupun nomina.

Pada kalimat BK, fungsi S berkategori nomina, fungsi P berkategori verba,

adjektiva, dan copula, fungsi O berkategori nomina, fungsi Pl berkategori nomina

dan adjektiva, dan fungsi Ket berkategori keterangan, nomina, ataupun frase

depan dengan ditandai penanda setiap fungsinya. Misalnya:

BI (5) Dia guru saya.

S P

(Moeliono, 1996: 267)

BK (6) Jeo-neun hanguk saram -i-bnida.

S -ps Pl -P-pp

Saya Korea orang -adalah

„Saya adalah orang Korea‟

(Ahn Kyung-Hwa, 2008: 71)

Pada kalimat (5) BI di atas, terdiri dari dua unsur, yaitu dia, dan guru saya.

Unsur dia menduduki fungsi S yang berkategori nomina dan unsur guru saya

menduduki fungsi P yang berkategori frase nominal. Pada kalimat BK (6) terdiri

dari tiga unsur, yaitu jeo-neun „saya‟, hanguk saram „orang Korea‟, dan i-bnida

„adalah‟. Unsur jeo-neun „saya‟ menduduki fungsi S yang berkategori nomina,

unsur hanguk sarami-bnida „adalah orang Korea‟ menduduki fungsi P yang

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

7

berkategori verba, jadi kalimat (5) BI dan (6) BK di atas, jika dianalisis secara

fungsional (F) dan kategorial (K) hasilnya menjadi sebagai berikut:

Kalimat (5) BI

Dia Guru saya

F S P

K N FV

Tabel 1: Hasil Analisis Fungsi dan Kategori BI

Kalimat (6) BK

Jeo-neun hanguk sarami-bnida

F S P

K N V

Tabel 2: Hasil Analisis Fungsi dan Kategori BK

Dengan adanya beberapa perbedaan struktur kalimat antara BI dan BK, hal

ini memberikan kendala dan kesulitan bagi para pembelajar BK dalam

mempelajari BK sebagai bahasa target. Fenomena tersebut di atas, merupakan hal

yang tidak jarang terjadi dalam pembelajaran bahasa kedua, sehingga sangat

dibutuhkan solusi yang tepat untuk pemerolehan dan pembelajarannya, dalam hal

ini adalah BK. Berdasarkan pra observasi yang telah dilakukan, kesalahan dan

kesulitan yang sering muncul dalam pembelajaran BK adalah penerapan sistem

gramatikal pada struktur kalimat tunggal sebagaimana tersebut di atas.

Peneliti dalam menyikapi permasalahan tersebut di atas, akan melakukan

penelitian yang hanya membandingkan atau mengkontraskan karakteristik

gramatikal BI dan BK dalam struktur kalimat tunggal deklaratif struktur biasa

yang terkait dengan fungsi, urutan, dan kategori unsur-unsurnya berupa Subjek,

Predikat, Objek, Pelengkap, dan Keterangan.

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

8

Penelitian semacam ini dikenal dengan sebutan analisis kontrastif. Lado

(1975) dalam teorinya mengatakan bahwa analisis kontrastif merupakan sebuah

cara untuk mendeskripsikan kesulitan atau kemudahan pembelajar dalam belajar

bahasa kedua dan bahasa asing. Penelitian kontrastif ini sangat penting dilakukan,

mengingat sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian kontrastif struktur

kalimat tunggal BI dan BK.

Hasil penelitian ini akan menjadi informasi penting bagi pendidik dan peserta

didik BK dalam memahami masing-masing karakteristik gramatikal pada struktur

kalimat tunggal sebagaimana tersebut di atas, sehingga dapat memberikan

kemudahan bagi pendidik untuk mengajarkan BK, sekaligus dalam menghadapi

kesulitan yang dialami oleh peserta didik. Di samping itu, hal ini juga menjadi

cerminan gramatikal tersendiri antara BI dan BK bagi peserta didik pada

khususnya, yang nantinya akan mampu membantu memberikan pemahaman yang

komprehensif kepada mereka dalam pembelajaran gramatikal BK, karena dituntun

oleh hasil analisis kontrastif BI dan BK. Hal itu juga berpijak pada pernyataan

bahwa Kajian kontrastif merupakan referensi terbaik bagi para pendidik bahasa

target untuk mengantisipasi kesulitan dan kesalahan yang dihadapi peserta

didiknya (Fries, 1945; Gleason, 1961).

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah terkait perbandingan struktur

kalimat tunggal BI dan BK dirumuskan sebagai berikut:

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

9

1. Bagaimana struktur kalimat tunggal BI dan BK berdasarkan fungsi,

urutan, dan kategori unsur-unsurnya?

2. Apa perbedaan dan persamaan struktur kalimat tunggal bahasa Indonesia

dan bahasa Korea?

3. Apa implikasi hasil penelitian ini dalam pengajaran bahasa Indonesia dan

bahasa Korea sebagai bahasa asing?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah dapat menjawab

persoalan-persoalan yang telah diagendakan dalam rumusan masalah di atas

sebagaimana terangkum sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan struktur kalimat tunggal BI dan BK berdasarkan fungsi,

urutan, dan kategori unsur-unsurnya.

2. Mendeskripsikan perbedaan dan persamaan struktur kalimat tunggal BI

dan BK.

3. Mendeskripsikan implikasi hasil penelitian ini dalam pengajaran bahasa

Indonesia dan bahasa Korea sebagai bahasa asing.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa disumbangkan hasil penelitian ini tercakup ke dalam dua

hal, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini

adalah dapat mengetahui komponen persamaan dan perbedaan struktur kalimat

tunggal struktur biasa berdasarkan fungsi dan kategori unsur-unsur BI dan BK.

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

10

Selain itu, penelitian ini dapat memperkaya kepustakaan tentang studi bahasa

Korea dan bahasa Indonesia. Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah

utamanya dapat membantu pembelajar bahasa Korea untuk meminimalisasi

kendala, kesulitan, dan kesalahan yang dihadapi dalam menjalani proses

pembelajaran bahasa Korea melalui model dan metode pengajaran yang efektif

dan tepat guna.

1.5. Tinjauan Pustaka

Kajian kontrastif BK pada masa-masa sebelumnya memang sudah ada

beberapa penelitian yang dilakukan oleh para peneliti luar terkait kepluralistikan

para pembelajar BK, dalam arti mereka merupakan penutur bahasa selain BK.

Berikut penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan terkait kajian kontrastif

BK:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Chang, Woohyeok & William Idsardi pada

tahun 2001 yang berjudul Speech Perception And Production Of English

Final Voicing Contrast By Korean Speakers. Penelitian ini secara kasat mata

seolah-oleh bukan kajian kontrastif. Namun demikian, sebenarnya penelitian

yang dilakukan oleh Chang, Woohyeok & William Idsardi mengkaji tentang

Speech Perception And Production Of English Final Voicing Contrast yang

dilakukan oleh penutur bahasa Korea terhadap tuturan bahasa Inggris, yang

dalam hal ini bahasa Inggris merupakan bahasa yang menjadi objek kajian

kontrastifnya terhadap bahasa Korea. Dalam hal ini menghasilkan sebuah

hasil penelitian yang dapat memberikan cerminan atau gambaran terkait

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

11

Speech Perception And Production Of English Final Voicing Contrast bagi

penutur bahasa Korea yang sedang belajar bahasa Inggris, sehingga mereka

dapat mengatasi atau meminimalisasi kendala dan kesulitan yang dihadapi

dalam menjalani proses pembelajaran bahasa Inggris.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Kim dan Ji Eun pada tahun 2004 yang

berjudul Negative transfer in the production of English front vowels by native

speakers of Korean: Phonetic and phonological considerations. Penelitian ini

pada dasarnya bukan merupakan sebuah kajian kontrastif, melainkan sebuah

kajian Error Annalysis. Dalam hal ini dikaji kebiasaan-kebiasaan bahasa ibu

penutur asli bahasa Korea, yang dalam hal ini mereka merupakan penutur

asing bahasa Inggris, menyusupkan ke dalam sistem tata tutur bahasa Inggris.

Adapun yang menjadi titik permasalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah

transfer negatif atau interferensi sistem fonetis dan fonologis bahasa Korea

terhadap bahasa Inggris, yang mana hal ini bisa menyebabkan

ketidakberterimaan pelafalan bunyi-bunyi bahasa Inggris dalam tataran

fonetis dan morfologi, dan yang paling dikhawatirkan adalah ketika

interferensi tersebut akan menyebabkan sebuah distorsi makna.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Choi, Soonja dan David Zubin pada 1985

dengan judul Acquisition Of Negation: How Do Children Learn To Answer

Yes-No Questions In Korean And In English. Penelitian ini lebih fokus pada

akuisi atau pemerolehan bahasa oleh penutur dini bahasa Inggris dan bahasa

Korea. Dalam penelitian difokuskan kajian terhadap proses pembelajaran

yang dilakukan oleh anak-anak ketika belajar Yes-No Questions dalam bahasa

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

12

Korea dan bahasa Inggris. Pada bagian ini juga ditampilkan perbandingan

antara kedua sistem pembelajarannya yang dalam hal ini termasuk proses

akuisisi.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Do dan Anna H.-J. pada tahun 2004 yang

berjudul Rethinking The Noun Phrase Accessibility Hierarchy And Transfer:

Evidence From The Acquisition Of Korean Relative Clauses By English

Speakers. Penelitian ini mengkaji tentang akuisisi bahasa Korea yang dialami

oleh penutur asli bahasa Inggris terkait penggunaan frasa benda yang

ditautkan dengan sisi semantisnya.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Sunyoung Lee pada tahun 1999 yang berjudul

A Korean Child's Acquisition Of First-Person Singular Pronouns: Compared

With An English-Speaking Child's. Penelitian ini mengkaji tentang akuisisi

bahasa terkait kata ganti orang ketiga tunggal yang dilakukan oleh anak-anak

penutur bahasa Inggris.

1.6. Landasan Teori

1.6.1 Sintaksis

Istilah sintaksis secara langsung diambil dari bahasa Belanda syntaxis.

Dalam bahasa Inggris digunakan istilah syntax. Sintaksis ialah bagian atau

cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat,

klausa, dan frase (Ramlan, 2001: 18).

Sintaksis merupakan suatu cabang linguistik yang menduduki posisi

sangat penting dalam peranannya melakukan tugas-tugas linguistis. Definisi

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

13

sintaksis pun banyak sekali dicetuskan oleh banyak pakar linguistik, namun

kesemuanya mempunyai intisari yang sama, yang salah satunya dipaparkan

oleh Verhaar (2004: 161) bahwa sintaksis merupakan tatabahasa yang

membahas hubungan antar kata dalam tuturan, yang mana salah satu satuan

tuturan itu adalah kalimat. Kalimat adalah satuan yang merupakan suatu

keseluruhan yang memiliki intonasi tertentu sebagai pemarkah keseluruhan itu.

1.6.2 Fungsi Sintaksis

Berangkat dari pengertian sintaksis di atas, bahan dan objek kajian

sintaksis meliputi frasa, klausa, dan kalimat. Kata dalam sintaksis memegang

peranan kajian posisi struktural dalam kalimat. Kalimat merupakan tataran

tertinggi dalam kajian sintaksis. Di dalam tataran kalimat ditemukan berbagai

komponen atau material-material sintaktis, yang salah satunya adalah fungsi

sintaksis. Terkait fungsi sintaksis, Verhaar (2010:166) mengatakan bahwa kata

kerja atau verba, yang biasanya selalu berfungsi sebagai predikat, memegang

peranan penting dalam penetuan fungsi dari komponen-komponen yang lain

dalam tataran kalimat, misalnya adalah subjek dan objek, serta keterangan.

Dalam Kridalaksana, Harimurti (2002) mengatakan bahwa di dalam

klausa terdapat komponen-komponen yang karena hubungan fungsional

mempunyai status yang khas. Komponen-komponen dengan status yang khas

itu disebut subyek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Yang

dimaksud dengan subyek ialah bagian klausa atau gatra yang menandai apa

yang dinyatakan oleh pembicara. Yang dimaksud dengan predikat ialah bagian

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

14

klausa atau gatra yang menandai apa yang dinyatakan pembicara tentang

subyek. Predikat dapat berwujud nomina, verba, ajektiva, numeralia,

pronomina, atau frase preposisional.

Terkait sintaksis dan fungsi sintaksis, semua bahasa di dunia mempunyai

keunikan tersendiri terkait sistem bahasanya. Tataran sintaksis merupakan

tataran yang sangat rumit dalam kebanyakan bahasa-bahasa di dunia.

Misalnya bahasa Indonesia dan bahasa Korea mempunyai sistem sintaktis

yang sangat berbeda dalam penataan fungsi-fungsi sintaktisnya dalam

kerangka kalimat. Sebagai contoh konkret dalam bahasa Korea ditemukan

partikel-pertikel yang berperan sebagai penanda dalam menyertai masing-

masing fungsi sintaksisnya.

1.6.3 Struktur Sintaksis

Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan Subjek (S), Predikat

(P), Objek (O), Pelengkap (Pl), dan Keterangan (Ket) dan susunan fungsi

sintaksis tidak selalu berurutan S, P, O, Pl dan Ket. Keempat fungsi ini tidak

harus ada dalam setiap struktur sintaksis, tetapi banyak pakar yang

menyatakan bahwa suatu struktur sintaksis minimal harus memiliki fungsi

Subyek dan fungsi Predikat.

Menurut Verhaar (2010), dalam hubungan analisis fungsi ada empat

terminologi analisis fungsi yang berbeda. Pertama, kalimat dibagi atas subjek

dan predikat. Selanjutnya predikat dibagi atas predikat verbal, objek, dan

keterangan. Keterangan dibagi atas beberapa macam, misalnya keterangan

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

15

waktu, keterangan tempat, dan lain-lain. Kedua, kalimat dibagi atas subjek,

predikat, dan keterangan. Keterangan dibagi lagi atas objek dan keterangan

waktu, keterangan tempat, dan lain-lain. Ketiga, kalimat dibagi atas subjek,

predikat, dan pelengkap. Pelengkap dibagi atas objek dan keterangan.

Selanjutnya keterangan dibagi atas keterangan waktu, keterangan tempat, dan

lain-lain. Keempat, kalimat dibagi atas subjek, predikat, objek, dan keterangan.

Berikutnya keterangan dibagi atas keterangan waktu, keterangan tempat, dan

lain-lain, sedangkan analisis kalimat berdasarkan kategori unsur-unsurnya

adalah menentukan termasuk kategori apakah suatu unsur dalam suatu kalimat.

Analisis kategori adalah analisis terhadap jenis kata atau kelas kata unsur-

unsur pengisi fungsi tertentu dalam sebuah kalimat.

Menurut Hoo-Min Shon (2010), sama seperti bahasa Jepang, struktur

sintaksisnya adalah Subjek (S), Objek (O), Predikat (P). Dalam bahasa normal

predikat (verb or adjective) terletak di akhir kalimat atau klausa yang ditandai

dengan elemenu-elemen lainnya, seperti subjek dan objek yang pasti muncul

sebelum predikat. Partikel dalam bahas Korea (setara dengan preposisi bahasa

Inggris) selalu muncul setelah elemen-elemen yang muncul dalam kalimat.

Menurut Ahn Kyung-Hwa (2008), kalimat bahasa Korea memiliki

struktur „Subjek+Predikat‟ serta „Subjek+Objek+Predikat‟. Pada subjek

dilekatkan partikel penunjuk subjek –i dan –ga, pada objek dilekatkan partikel

penunjuk objek –eul dan –reul. Pada posisi subjek dan objek dalam kalimat

dapat ditukar karena partikel berfungsi untuk menunjukkan subjek dan objek

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

16

dalam kalimat. Selain itu, apabila subjek dalam kalimat sudah jelas siapa atau

apa, maka partikel penunjuk subjek pun dapat dihilangkan.

Kata kerja dalam kalimat dapat muncul dalam berbagai bentuk. Bentuk

dasar –ga dari kata kerja gada bila digabungkan dengan bermacam-macam

bentuk-bentuk gramatikal dapat berubah menjadi –gayo, -gabnida, -

gassseubnida, -gal geobnida, -gaseyo, -gabsida. Selain itu, bentuk-bentuk

gramatikal tersebut dapat mengekspresikan kesopanan, kala, modalitas, dan

lain sebagainya.

1.6.3.1. Frase

Frase adalah satuan sintaksis yang terdiri dari dua kata atau lebih yang

tidak melampaui batas unsur fungsional klausa.

Berdasarkan pengertian bahwa frase terdiri dari dua kata atau lebih

dan memiliki batasan yang tidak melampaui fungsi unsur dari klausa,

maka dua kata merupakan batasan unsurnya, apabila lebih dari dua kata,

maka harus memperhatikan unsur hirarki bahasa.

Perhatikan contoh berikut ini:

(1) membaca buku kemarin malam

Satuan sintaksis yang merupakan frase pada kalimat (1) adalah

membaca buku, dan kemarin malam, sedangkan adi membaca buku

sintaksis kemarin malam bukan merupakan frase, karena melampaui batas

unsur fungsional yaitu adanya subjek (adi), predikat (membaca), objek

(buku), dan keterangan (kemarin malam). Sehingga frase membaca buku

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

17

terdiri dari kata membaca dan kata buku dan frase kemarin malam terdiri

dari kata kemarin dan kata malam sebagai unsur langsungnya. Jadi

diagramnya sebagai berikut:

membaca buku kemarin malam

membaca buku kemarin malam

membaca buku kemarin malam

(2) Buku seorang mahasiswa

Frase (2) bukan terdiri dari kata-kata buku, seorang, dan mahasiswa,

tetapi terdiri atas kata buku dan frase seorang mahasiswa sebagai unsur

langsungnya. Frase seorang mahasiswa terdiri dari kata seorang dan kata

mahasiswa. Diagramnya sebagai berikut:

buku seorang mahasiswa

buku seorang mahasiswa

seorang mahasiswa

Dari contoh (1) dan (2) dapat disimpulkan bahwa frase memiliki

batasan sifat pembentuknya, yaitu:

1. Frase merupakan satuan sintaksis yang terdiri dari dua kata atau

lebih

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

18

2. Frase merupakan satuan sintaksis yang hanya menempati satu fungsi

unsur klausa saja, yaitu subjek, predikat, objek, Plengkap, ataupun

keterangan.

1.6.3.2. Klausa

Klausa adalah satuan sintaksis yang terdiri dari unsur fungsional

Subjek (S) dan Predikat (P) disertai unsur Objek (O), Pelengkap (Pl), dan

Keterangan (Ket).

Unsur inti klausa adalah S (subjek) dan P (predikat), serta ada unsur

lain yang fungsinya manasuka yaitu adanya unsur (O), (Pl), dan (Ket),

artinya boleh ada, boleh juga tidak ada. Unsur S (subjek) sering

dihilangkan dalam kalimat luas sebagai akibat penggabungan klausa dan

dalam kalimat jawaban. Misalnya :

(3) Mahasiswa belajar menganalisis sintaksis, Pak Dosen masuk ke dalam

kelas berdua dengan asistennya

(4) Sedang membaca buku. (sebagai jawaban pertanyaan adi sedang

mengapa?)

Kalimat (3) terdiri dari empat klausa, yaitu 1. Mahasiswa belajar, 2.

Menganalisis sintaksis, 3. Pak dosen masuk ke dalam kelas, 4. Berdua

dengan asistennya. Klausa 1 terdiri dari unsur S dan P. Klausa 2 terdiri dari

unsur P diikuti unsur Pelengkap. Klausa 3 terdiri dari unsur S, P, dan unsur

keterangan (Ket). Klausa 4 terdiri dari unsur P dan unsur Pelengkap.

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

19

Dari data di atas akibat penggabungan antara klausa 1 dengan klausa 2,

unsur S pada klausa 2 dihilangkan, sebaliknya klausa 3 dengan klausa 4,

unsur S pada klausa 4 juga dihilangkan. Sehingga kelengkapan pada

klausa-klausa di atas, yaitu : 1. Mahasiswa belajar, 2. Mahasiswa

menganalisis sintaksis, 3. Pak dosen masuk ke dalam kelas, dan 4. Pak

dosen berdua dengan asistennya.

Kalimat (4) sedang membaca buku terdiri dari satu klausa, yaitu

sedang membaca buku, yang hanya terdiri unsur P dan O. S-nya

dihilangkan karena merupakan jawaban dari suatu pertanyaan. Sehingga

kelengkapan klausa tersebut berbunyi Adi sedang membaca buku.

Berdasarkan unsur di atas, maka pembahasan tentang klausa dapat

dikaji berdasarkan tiga dasar, yaitu:

1. Berdasarkan fungsi unsur-unsurnya

Klausa memiliki unsur fungsional yang terdiri dari S, P, O, Pl, dan Ket.

Unsur-unsur tersebut tidak selalu bersama ada dalam satu klausa, kadang-

kadang satu klausa terdiri dari berbagai unsur, yaitu :

1) Unsur S dan P

2) Unsur S, P, dan O

3) Unsur S, P, dan Pl

4) Unsur S, P, O, dan Ket

5) Unsur S, P, dan Ket

6) Unsur P saja ataupun unsur-unsur lain mungkin ada, mungkin juga

tidak ada

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

20

berdasarkan unsur fungsionalnya jelas bahwa unsur yang cenderung selalu

ada dalam klausa adalah unsur P (predikat).

2. Berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsurnya

Berdasarkan fungsinya klausa terdiri dari unsur-unsur pembentuk

yang disebut S, P, O, Pl, dan Ket. Dalam unsur fungsional tersebut hanya

dapat diisi dengan golongan atau kategori kata atau frase tertentu. Kata

atau frase yang menempati unsur fungsional harus dari golongan atau

kategori tertentu dan tidak semua kategori kata atau frase dapat menduduki

semua fungsi klausa.

(5) Supri Son sudah menulis surat tadi malam

Pada kalimat (5), jika dianalisis klausanya secara fungsional, maka

memiliki unsur S, P, O, dan Ket. 1. Supri Son menduduki fungsi unsur S; 2.

sudah menulis menduduki fungsi unsur P; 3. surat menduduki fungsi

unsur O, dan 4. tadi malam menduduki fungsi unsur Ket.

Dari klausa tersebut di atas, kata-kata atau frase yang menduduki

masing-masing unsur fungsi termasuk ke dalam kategori-kategori. Unsur S

termasuk kategori N (Noun), unsur P termasuk kategori (Verb), unsur O

termasuk kategori N (Noun), dan unsur Ket termasuk kategori (Frase

Depan). Sehingga, jika klausa dianalisis secara fungsional dan kategorikal,

hasilnya sebagai berikut:

Supri Son Sudah menulis Surat Tadi malam

Fungsi (F) S P O Ket

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

21

Kategori (K) N V N FD

Melalui analisis golongan atau kategori ini, maka akan diperoleh

fungsi-fungsi tiap unsur S, P, O, Pl, dan Ket.

1) Fungsi unsur S meliputi kategori Nomina (N)

2) Fungsi unsur P meliputi kategori Nomina (N), Verb (V), Bilangan

(Bil), dan Frase Depan (FD)

3) Fungsi unsur O meliputi kategori Nomina (N)

4) Fungsi unsur Pl meliputi kategori Nomina (N), Verb (V), dan Bilangan

(Bil)

5) Fungsi unsur Ket meliputi kategori Nomina (N), Bilangan (Bil), dan

Frase Depan (FD).

3. Berdasarkan makna unsur-unsurnya.

Berdasarkan unsur-unsur fungsionalnya dalam analisis klausa, unsur

fungsi klausa terdiri dari S, P, O, Pl, dan Ket. Dalam analisis kategori

klausa dinyatakan bahwa sebagai fungsi S terdiri dari Nomina (N), sebagai

fungsi P terdiri dari Nomina (N), Verb (V), Bilangan (Bil), dan Frase

Depan (FD). Sebagai fungsi O terdiri dari Nomina (N), sebagai fungsi

Plengkap (Pl) terdiri dari Nomina (N), Verb (V), dan Bilangan (Bil).

Sebagai fungsi keterangan terdiri dari Keterangan (Ket), Frase Depan (FD),

dan Nomina (N), maka fungsi-fungsi tersebut juga terdiri dari makna-

makna yang memiliki makna unsur pengisi satu fungsi yang berkaitan

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

22

dengan makna yang dinyatakan oleh unsur pengisi fungsi yang lain.

Misalnya :

(6) Kim sedang bicara di depan kelas.

Secara fungsional klausa kalimat (6) terdiri dari fungsi S, P, dan Ket.

Fungsi S adalah kata Kim yang termasuk golongan atau kategori N, fungsi

P adalah kata sedang bicara yang termasuk kategori V, dan fungsi Ket

adalah di depan kelas yang termasuk kategori FD. Sehingga berdasarkan

fungsi dan kategori klausa pada kalimat (6) di atas, maka makna pada

fungsi S adalah menyatakan makna „Plaku‟, yaitu melakukan perbuatan,

fungsi P adalah menyatakan makna „perbuatan‟, fungsi Ket adalah

menyatakan makna „tempat‟.

1.6.3.3. Kalimat

Kalimat adalah satuan sintaksis yang terdiri dari dua klausa atau lebih

yang dibatasi oleh jeda yang disertai nada akhir naik atau turun.

Pada tataran kalimat, klausa memiliki unsur fungsional tersendiri yang

disertai adanya jeda panjang nada akhir naik turun, tetapi pada dasarnya

yang menentukan sebuah kalimat adalah adanya stuktur pembentuk tiap-

tiap klausa. Kalimat yang terdiri dari dua klausa dicontohkan sebagai

berikut :

(7) Perasaan ini berdebar bila wanita itu lewat di depanku.

Pada kalimat (7) terdiri dari dua klausa, yaitu perasaan ini berdebar

sebagai klausa pertama, dan wanita itu lewat di depanku sebagai klausa

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

23

kedua. Klausa pertama terdiri dari S dan P, dan klausa kedua terdiri dari S,

P, dan Keterangan Tempat.

Berdasarkan jedahnya yang disertai nada akhir naik turun, orang yang

mengucapkan kalimat tersebut dapat didengar adanya jeda yang naik turun.

Jeda pendek pada kalimat (7) dinyatakan antara kata perasaan dan kata ini,

antara kata wanita dan kata itu, dan antara kata di dan kata depanku. Jeda

sedang dinyatakan pada frase perasaan ini, wanita itu, dan di depanku.

Jeda panjang akhir dinyatakan pada kata depanku.

a. Penggolongan Kalimat

Berdasarkan golongannya kalimat dapat digolongkan menjadi

beberapa golongan, yaitu :

1. Kalimat Berklausa

Kalimat berklausa adalah kalimat yang terdiri dari satuan yang berupa

klausa yang melekat unsur fungsionalnya. Misalnya: mahasiswa itu makan

soto ayam di kantin FIB. Kalimat tersebut terdiri dari satu klausa yang

memiliki unsur fungsi S yang diduduki mahasiswa itu, P yang diduduki

makan, O yang diduduki soto ayam, dan Ket yang diduduki di kantin FIB.

2. Kalimat Tak Berklausa

Kalimat tak berklausa adalah kalimat yang tidak memiliki satuan dari

klausa. Misalnya: (1) mahasiswa Indonesia dan (2) bahasa Indonesia.

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

24

Kalimat (1) dan (2) bukan merupakan kalimat tak berklausa, karena kedua

kalimat tersebut merupakan satuan frase.

3. Kalimat Berita

Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat berita

berfungsi memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan

yang diharapkan berupa perhatian yang tercermin pada pandangan mata

yang menunjukkan adanya perhatian, anggukan, mungkin disertai ucapan

ya.

Berdasarkan jeda/intonasinya kalimat berita, yaitu [2] 3 // [2] 3 1 #

dan [2] 3 // [2] 3 # apabila P-nya terdiri dari kata-kata yang suku kedua

dari belakangnya bervokal /ə/, seperti kata keras, cepat, kering, tepung,

dan bekerja.

4. Kalimat Tanya

Kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat tanya

memiliki pola intonasi yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita.

Pola kalimat tanya terletak pada nada akhirnya yang lebih tinggi,

sedangkan pola intonasi kalimat berita terletak pada nada suku terakhir.

Pola intonasi kalimat tanya adalah : [2] 3 // [2] 3 2 #.

Berdasarkan intonasinya, kalimat tanya terdiri dari (1) kalimat tanya

tanpa kata ganti tanya dengan pola intonasi # 23 // 232 #, (2) kalimat tanya

dengan kata tanya apa dengan pola intonasi # 2 // 23 // 232#, (3) kalimat

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

25

tanya dengan kata ganti tanya seperti kata ganti tanya mengapa, bagaimana,

mana, berapa dan sebagainya, dengan pola intonasi # 232 // 23 // 232#.

5. Kalimat Suruh

Kalimat suruh adalah kalimat yang mengharapkan tanggapan yang

berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara. Pola intonasi kalimat

suruh adalah 23 # atau 232 # jika diikuti partikel –lah pada P-nya.

Berdasarkan strukturnya kalimat suruh dapat digolongkan menjadi

empat golongan yaitu:

1. Kalimat suruh yang sebenarnya

2. Kalimat suruh persilahan

3. Kalimat suruh ajakan

4. Kalimat suruh larangan

b. Hubungan makna dalam kalimat antar klausa

Hubungan makna yang timbul sebagai akibat pertemuan antar klausa,

baik antar klausa inti, ataupun antar klausa inti dengan klausa bawahan,

maka hubungan makna dalam kalimat memiliki 17 hubungan makna,

yaitu:

1. Makna penjumlahan (dan, serta, dan lagi, lagi, selain, disamping, dan

tambahan lagi)

2. Makna perturutan (lalu, kemudian, dan lantas)

3. Makna pemilihan (atau dan bagaimanpun)

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

26

4. Makna perlawanan (tetapi, tapi, akan tetapi, namun, hanya, melainkan,

sedang, sedangkan, padahal, dan sebaliknya)

5. Makna lebih (bahkan dan malah)

6. Makna waktu (ketika, takkala, tengah, sedang, waktu, sewaktu, selagi,

semasa, sementara, serta, demi, begitu, selama, dalam, setiap, setiap

kali, tiap kali, sebelum, setelah, sesudah, sehabis, sejak, semenjak,

sedari, hingga, sehingga, dan sampai)

7. Makna perbandingan (lebih, daripada, seperti, sebagaimana, bagai,

seakan-akan, seakan, seolah-olah, seolah, serasa-rasa, dan serasa)

8. Makna sebab (karena, oleh karena, sebab, lantaran, berhubung, berkat,

dan akibat)

9. Makna akibat (hingga, sehingga, sampai, dan sampai-sampai)

10. Makna syarat ( jika, apabila, bila, bilamana, jikalau, kalau, asal, dan

asalkan)

11. Makna pengandaian (andaikan, andaikata, seandainya, sekiranya, dan

seumpama)

12. Makna harapan (agar, supaya, agar supaya, dan biar)

13. Makna penerang (yang, di mana, dari mana, dan tempat)

14. Makna isi (bahwa, kalau, dan kalau-kalau)

15. Makna cara (dengan, tanpa, sambil, seraya, dan sembari)

16. Makna perkecualian (kecuali dan selain)

17. Makna kegunaan (untuk, guna, dan buat)

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

27

1.6.4 Analisis Kontrastif

Dewasa ini pembelajaran bahasa kedua atau bahasa target sangat

berkembang di dalam dunia pendidikan, beragam solusi untuk menghadapi

kesulitan peserta didik dalam belajarnya pun selalu digalakkan, salah satunya

adalah analisis kontrastif bahasa kesatu dengan bahasa kedua, yang juga

sering dikenal dengan akronim anakon. Seorang tokoh utama pelopor analisis

kontrastif, Robert Lado (1975), analisis kontrastif adalah cara untuk

mendeskripsikan kesulitan atau kemudahan pembelajar bahasa dalam belajar

bahasa kedua dan bahasa asing. Dari paparan tersebut bisa dipetik gambaran

analisis kontrastif merupakan sebuah analisis perbandingan bahasa ibu dan

bahasa kedua atau bahasa asing terkait sistem bahasanya yang kemungkinan

memiliki persamaan dan perbedaan.

Merujuk pada pernyataan di atas, Lado dalam Parera (1997:107)

memaparkan pula langkah-langkah yang bisa ditempuh dalam proses analisis

kontrastif antara lain sebagai berikut:

a. Tempatkan satu deskripsi struktural yang terbaik tentang bahasa-bahasa

yang bersangkutan. Deskripi itu harus mencakup tataran fonologi, morfologi,

sintaksis, dan semantik. Deskripsi ini harus mencakup bentuk, makna, dan

distribusi.

b. Rangkum dalam satu ikhtisar yang terpadu semua struktur. Ini berarti semua

linguis harus merangkum semua kemungkinan pada semua tataran analisis

bahasa yang diteliti dan dibandingkan.

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

28

c. Bandingkan dua bahasa itu struktur demi struktur dan pola demi pola.

Dengan perbandingan tiap struktur dan pola dalam dua sistem bahasa itu,

orang dapat menemukan masalah-masalah dalam pembelajaran bahasa. Kita

akan menentukan pola yang sama dan berbeda. Dengan demikian, kita dapat

meramalkan kemungkinan hambatan-hambatan dan kesulitan-kesulitan

dalam pembelajaran bahasa tersebut.

Melalui redaksi yang berbeda dan intisari yang sama Hasanah (1995:4)

mengemukakan bahwa analisis kontrastif merupakan salah satu alternatif dalam

menjawab permasalahan yang dihadapi dalam pengajaran bahasa kedua, yaitu

adanya kesulitan dan kesalahan berbahasa yang dijumpai pada pembelajar

bahasa asing sebagai bahasa kedua, yang akhirnya menjadikan pengajaran

bahasa kedua dirasakan kurang efektif dan efisien. Dalam analisis kontrastif

dilakukan perbandingan dua sistem bahasa, yaitu bahasa pertama atau bahasa

ibu dengan bahasa kedua atau bahasa asing, yang mana hasilnya akan

melahirkan persamaan atau perbedaan untuk membantu peserta didik dan para

pendidik untuk melakukan kegiatan belajar mengajar bahasa asing dengan

teknik yang tepat guna dan hasil yang optimal.

Terkait fenomena di atas, Tarigan dalam Uswatun Hasanah (1995:4)

mengatakan bahwa perbedaan dan persamaan antara bahasa pertama dan bahasa

kedua dari hasil analisis kontrastif tersebut bisa dijadikan dasar untuk

memperkirakan kemudahan dan kesulitan, bahkan dapat digunakan untuk

meramalkan dan memprediksi keberhasilan pembelajar bahasa dalam belajar

bahasa kedua (Lado dalam Nurhadi dalam Hasanah,1995:4).

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

29

1.7. Hipotesis

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dipaparkan dalam rumusan

masalah, peneliti memiliki beberapa hipotesis terkait pelaksanaan penelitian ini

antara lain:

a. Pola struktur kalimat tunggal bahasa Indonesia dan bahasa Korea bervariasi

berdasarkan fungsi dan kategori unsur-unsurnya, termasuk pola urutan

konstituen-konstituen penyusunnya.

b. Variasi gramatikal struktur kalimat tunggal bahasa Indonesia dan bahasa

Korea mencerminkan beberapa persamaan dan perbedaan sistemnya,

mengingat keduanya berasal dari bahasa aglutinasi.

c. Hasil penelitian tentang struktur kalimat tunggal bahasa Indonesia dan

bahasa Korea dalam sebuah kajian kontrastif ini akan memberikan

kontribusi edukasional yang tepat dalam pengajaran bahasa Indonesia dan

bahasa Korea sebagai bahasa asing, khususnya masalah penyusunan dan

penyajian bahan ajar melalui metode pembelajaran yang efektif.

1.8. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan kerangka deskriptif kualitatif. Disebut deskriptif

kualitatif karena peneliti menelaah dan melakukan observasi baik dalam studi

pustaka maupun media informasi yang lain, yang memberikan banyak inspirasi

tentang karakteristik fungsi sintaksis pada struktur kalimat tunggal bahasa Korea

dan bahasa Indonesia, kemudian mendeskripsikan secara terperinci. Dalam hal ini

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

30

terdapat beberapa langkah yang dilakukan, yaitu meliputi objek penelitian,

pengumpulan data, klasifikasi data, analisis data, dan pemaparannya.

1.8.1. Objek Penelitian

Penelitian yang berjudul struktur kalimat tunggal bahasa Korea dan

bahasa Indonesia ini merupakan sebuah kajian kontrastif yang memadankan

dua buah bahasa dari rumpun yang berbeda, yaitu bahasa Korea dari rumpun

bahasa Altaic dan bahasa Indonesia dari rumpun bahasa Austronesia. Bahasa

Indonesia bagi penulis dalam penelitian ini adalah sebagai bahasa ibu,

sedangkan bahasa Korea adalah sebagai bahasa asing atau bahasa target para

pembelajarnya. Dalam proses penelitian ini, peneliti menggunakan sumber

data sekunder, yaitu berupa dokumen tertulis atau kajian pustaka.

Menurut hemat penulis, adapun sumber data tertulis dalam hal ini

merupakan sumber-sumber tertulis yang mencerminkan pemakaian bahasa

yang menjadi subjek penelitian. Adapun sumber data bahasa Indonesia

peneliti menggunakan sumber data pada buku Tata Bahasa Baku; Bahasa

Indonesia dikarang oleh Moeliono, Anton M dkk. 1996. dan ILMU BAHASA

INDONESIA: SINTAKSIS yang dikarang oleh Prof. Drs. M. Ramlan edisi

kedelapan tahun 2001, sedangkan sumber data bahasa Korea peneliti

menggunakan buku Korean Grammar in Use: Beginning to Early

Intermediate yang dikarang oleh Ahn Jean-Myung, edisi pertama tahun 2010,

buku Seogang Hanguko: Student Book 2A yang dikarang oleh Choe Jeong-

Soon dkk edisi pertama tahun 2007, dan buku 한국어 문법 1/Hankuko

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

31

Munbeob 1 yang dikarang oleh Kim Jeong-Suk. 2005, yang dianggap dapat

mewakili keabsahan pemakaian bahasa Korea oleh penutur aslinya.

1.8.2. Pengumpulan Data

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam proses pengumpulan

data ini adalah metode padan dengan teknik pilah unsur tertentu.

Sebagaimana yang dipaparkan oleh Sudaryanto (1993: 21), bahwa teknik

pilah unsur tertentu ini merupakan teknik dasar yang alatnya merupakan daya

pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya. Dengan demikian,

adapun dalam proses pengumpulan data ini peneliti akan memilah secara

selektif kalimat-kalimat bahasa Korea dan bahasa Indonesia yang paling

cocok untuk dipadankan terkait pemarkah fungsi sintaksis dari masing-

masing unsur penyusunnnya.

Adapun teknik lanjutan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah

teknik catat. Jati Kesuma, Tri Mastoyo (2007:46) menyatakan bahwa teknik

catat adalah teknik menjaring data tertulis dengan mencatat hasil penyadapan

pada kartu data. Kartu data dapat berupa kertas HVS, manila, dan buffalo.

Merujuk pada hal itu, adapun sumber data dalam penelitian ini adalah buku-

buku tata bahasa Korea dan bahasa Indonesia, data-data sekunder ini

diperoleh dari literatur-literatur tersebut dengan batasan-batasan yang telah

ditentukan.

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

32

1.8.3. Klasifikasi Data

Tahapan selanjutnya dari proses pengumpulan data adalah

pengklasifikasian data. Dalam proses klasifikasi data ini menggunakan

metode padan dengan teknik pilah unsur tertentu sebagaimana diterapkan

dalam proses pengumpulan data. Namun, teknik pilah unsur tertentu dalam

tahap ini menggunakan tipe daya pilah ortografis, yang menurut Sudaryanto

(1993:21) merupakan teknik pilah unsur tertentu yang pemilahannya

didasarkan pada ortografi masing-masing kalimat dalam bahasa Indonesia

dan bahasa Korea. Pertama-tama data, yang dalam hal ini berupa kalimat

bahasa Indonesia dan bahasa Korea akan dipilah berdasarkan jenis kalimat

deklaratif. Kemudian dari berbagai kalimat deklaratif tersebut akan dipilah

kembali berdasarkan jenis-jenis unsur penyusunnya yang mengisi fungsi-

fungsi sintaksis dalam setiap kalimat. Artinya, kesamaan jumlah dan jenis

unsur-unsur kalimat yang mengisi fungsi sintaksis dalam hal ini menjadi titik

awal pengklasifikasian data.

1.8.4. Analisis Data

Data yang telah diklasifikasikan pada tahap pengklasifikasian data, akan

diolah pada tahapan selanjutnya yaitu tahap analisis data. Pada tahap ini data

akan dianalisis dengan metode agih, yang menurut Sudaryanto (1993:15)

merupakan metode penelitian yang alat penentunya merupakan bagian dari

bahasa yang bersangkutan. Artinya, masing-masing data pertama-tama akan

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

33

dianalisis berdasarkan sistem tata bahasa masing-masing bahasa Korea dan

bahasa Indonesia.

Adapun teknik yang dipakai untuk menganalisis dalam bahasa Korea

pada tahap ini adalah menggunakan teknik bagi unsur langsung. Sudaryanto

(1993:31) mengatakan bahwa teknik bagi unsur langsung, yang merupakan

teknik dasar dari metode agih ini, merupakan teknik penelitian yang cara

penggunaannya pada awal kerja analisis ialah membagi satuan lingual

datanya menjadi beberapa bagian atau unsur; dan unsur-unsur yang

bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan

lingual yang dimaksud.

Dengan demikian, pada tahap ini data akan dianalisis berdasarkan

satuan lingual dari masing-masing bahasa Indonesia dan bahasa Korea,

dalam hal ini berkaitan dengan unsur-unsur satuan lingual yang mengisi

fungsi-fungsi sintaksis. Misalnya:

1. Hilda membeli mobil.

S P O

kalimat (2) di atas, dapat dilakukan pembagian unsur-unsur langsung menjadi:

a. Hilda

b. Membeli

c. Mobil

adapun kalimat bahasa Korea pertama-tama juga akan dianalisis dengan

memakai teknik ini, misalnya dalam contoh kalimat:

2. Jeo-neun gajamada daehakgyo-eseo hangukeo-reul gongbu-haeyo.

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

34

S -PS Ket -PK O -PO P -PP

Saya UGM di Korea bahasa belajar

„saya belajar bahasa Korea di UGM‟

kalimat di atas dapat dibagi menjadi empat bagian yang hasilnya yang benar

adalah sebagai berikut:

a. Jeo-neun ‘saya‟

b. Daehakgyo-eseo „di UGM‟

c. Hangukeo-reul „bahasa Korea‟

d. Gongbu-haeyo „belajar‟

Selanjutnya dalam menganalisis penanda fungsi sintaksisnya akan

menggunakan Teknik Baca Markah. Teknik baca markah adalah teknik

analisis data dengan cara “membaca pemarkah” dalam suatu konstruksi

kalimat tertentu. Pemarkah adalah alat seperti imbuhan, kata penghubung,

kata depan, dan artikel yang menyatakan ciri ketatabahasaan atau fungsi kata

atau konstruksi (Kridalaksana, 2008:179) yang menunjukkan kejatian atau

identitas satuan kebahasaan tertentu dan kemampuan membaca peranan

pemarkah itu.

Teknik baca markah dapat digunakan untuk menentukan fungsi sintaksis

yang diduduki oleh unsur-unsur penyusun kalimat. Caranya adalah dengan

membaca satuan kebahasaan yang menjadi pemarkah fungsi yang dimaksud,

misalnya pada kalimat (1) akan mengalami analisis lanjutan dalam proses ini

yaitu sebagai berikut: verba membeli bisa dipastikan berfungsi sebagai

predikat dalam kalimat tersebut mengingat karakteristik semantisnya

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

35

merupakan sebuah tindakan yang bermakna aktif berdasarkan keberadaan

prefiks meN- yang akan memunculkan sebuah subjek sebagai pelaku dan

memungkinkan untuk memunculkan objek yang akan dikenakan tindakan

verba tersebut. Pronomina Hilda merupakan unsur pengisi fungsi subjek

dalam kalimat (1), karena selain posisinya yang mengawali verba membeli,

pronomina ini merupakan nomina bernyawa yang secara semantis

mengandung hubungan pelaku (actor) atas verba membeli. Kalau pun dikira

bahwa nomina mobil mengisi fungsi subjek, maka secara semantis tidak

memiliki hubungan pelaku (actor) dengan predikat tersebut. Dengan

demikian, nomina mobil secara semantis memiliki hubungan pokok atau

theme yang menurut (Van Valin, 2004:24) merupakan peran sintaksis atau

semantic role berupa unsur yang berada pada lokasi tertentu atau mengalami

perubahan lokasi. Selain itu, mereka juga dapat berupa unsur yang

menunjukkan sebuah kepemilikan atau mengalami perubahan status

kepemilikan. Karakteristik semantik ini yang notabene juga menyentuh sisi

peran nomina mobil akan menuntun para pembaca untuk mengetahui bahwa

nomina tersebut menduduki fungsi objek dalam bahasa Indonesia.

Pada kalimat (2) dapat dilakukan analisis baca markah sebagai berikut:

sufiks –neun pada kata Jeo-neun merupakan pemarkah fungsi subjek; sufiks

–eseo merupakan pemarkah fungsi keterangan pada frasa gadjah mada

daehagkyo-eseo; begitu juga sufiks –leul pada kata hanguko-reul merupakan

penanda atau pemarkah fungsi objek; sedangkan sufiks –haeyo merupakan

pemarkah predikat dari verba gongbu-haeyo yang menentukan fungsi-fungsi

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

36

sintaksis unsur-unsur di sekitarnya, yaitu subjek, objek, keterangan, atau

pelengkap. Dengan demikian, terungkaplah masing-masing ciri pengisi

fungsi sintaksis yang menjadi identitas bahasa Indonesia dan bahasa Korea.

Adapun metode terakhir yang digunakan dalam tahap analisis data ini

adalah metode padan dengan teknik pengontrasan. Data yang sudah dianalisis

berdasarkan masing-masing satuan lingualnya akan dipadankan dengan

mengontraskan masing-masing data dari bahasa Korea dan bahasa Indonesia.

Dengan demikian, akan dihasilkan deskripsi tentang persamaan dan

perbedaan struktur kalimat tunggal deklaratif yang terdapat pada kedua

bahasa terkait fungsi dan kategori unsur-unsur sintaksisnya dalam sebuah

kalimat.

1.8.5. Ruang Lingkup Penelitian

Peneliti memberikan batasan masalah atau ruang lingkup dalam kajian ini

untuk menghindari interpretasi yang terlalu luas oleh pembaca. Lingkup

pembahasan atau kajian yang dikontraskan dalam penelitian kontrastif ini

adalah hanya struktur kalimat tunggal deklaratif struktur biasa yang

menganalisis fungsi, urutan, dan kategori sintaksis unsur-unsur BI dan BK.

Artinya, jenis dan jumlah data konstruksi struktur kalimat tunggal deklaratif

bahasa Korea akan beradaptasi pada padanannya dalam bahasa Indonesia.

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

37

1.8.6. Penyajian Hasil Analisis Data

Adapun tahap akhir dalam Plaksanaan penelitian ini adalah tahap

penyajian hasil analisis data. Adapun metode yang dipakai dalam tahap ini

adalah metode formal dan informal. Sudaryanto (1993:144) menyatakan

bahwa metode penyajian formal adalah perumusan dengan tanda atau

lambang-lambang, sedangkan metode informal merupakan metode penyajian

hasil analisis data yang perumusannya menggunakan kata-kata biasa,

walaupun dengan terminologi dan bersifat teknis. Adapun lambang yang

nanti akan dipakai adalah lambang huruf sebagai singkatan nama, S unsur

subjek, P unsur predikat, O unsur objek, Pl unsur pelengkap, dan Ket unsur

keterangan, serta untuk penanda pada BK berupa ps sebagai penanda subjek,

po sebagai penanda objek, pp sebagai penanda predikat, ppl sebagai penanda

pelengkap, dan pk sebagai penanda keterangan serta transliterasi ejaan latin

suku kata bahasa Korea. Selanjutnya hasil analisis data tersebut akan

dipaparkan secara terminologis dan deskriptif dari hasil penyajian

sebelumnya.

1.8.7. Sistematika Penyajian

Hasil penelitian ini akan disajikan ke dalam empat bab yaitu:

1. Bab pertama membahas mengenai latar belakang studi yang akan

diteliti serta alasan mengapa objek tersebut yang dipilih. Dalam bab ini

diuraikan pula rumusan masalah, manfaat dan tujuan penelitian,

landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian.

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68560/potongan/S2-2014-339510-chapter1.pdfkesalahan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya bahasa Indonesia (BI)

38

2. Bab kedua membahas dan menganalisis struktur kalimat tunggal BI dan

BK berdasarkan fungsi dan kategori unsur-unsurnya.

3. Bab ketiga membahas dan menganalisis perbedaan dan persamaan

struktur kalimat tunggal BI dan BK.

4. Bab keempat membahas dan menganalisis implikasi dalam

pembelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Korea sebagai bahasa asing.

5. Bab kelima merupakan penutup yang terdiri dari atas simpulan dan

saran.

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA INDONESIA DAN BAHASAKOREAsupriadiantoUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/